Anda di halaman 1dari 9

Di tahun 2017 sejumlah permasalahan masih ditemui dan tanpa tindak lanjut

permasalahan akan terus ada


Prayogo Ryza - 20 December 2017
Dailysocial.id is a news portal for startup and technology innovation. You can be a
part of DailySocial.id`s startup community and innovation members, download
our tech research and statistic reports, and engage with our innovation community.
Share this article

Internet of Things (IoT) merupakan sebuah teknologi yang mampu mengubah perangkat
menjadi sesuatu yang berharga, di antaranya untuk monitoring dan analisis. Di Indonesia,
ekosistem IoT masih kalah dengan industri teknologi lainnya semacam e-commerce dan
teknologi finansial. Banyak hal yang menghambat pertumbuhan IoT di Indonesia, mulai dari
kebijakan mengenai perangkat, datam hingga yang paling penting yakni penggunaan
frekuensi. Ekosistem IoT mengharapkan peran aktif banyak pihak yang terlibat di dalamnya,
termasuk regulator, untuk mendukung akselerasi industri IoT di Indonesia.

Dari segi pemanfaatannya, IoT memiliki banyak peluang, baik untuk pengguna umum atau
bisnis. Dari rilis yang dikeluarkan Hitachi, adopsi teknologi IoT akan menjadi tren adopsi
global di tahun 2018 mendatang. Hitachi memaparkan solusi IoT akan mampu memberikan
wawasan yang berharga untuk mendukung transformasi digital dan dengan cepat menjadi
keharusan di hampir semua sektor industri.

CTO Hictachi Hubert Yoshida menyampaikan, membangun solusi IoT akan menjadi
tantangan besar tanpa mempersiapkan arsitektur dasar yang tepat dan pemahaman yang
mendalam tentang bisnis. CTO Hictachi untuk Asia Pasifik Russel Skingsley menambahkan,
perusahaan harus mencari platform IoT yang menawarkan fleksibilitas untuk membantu
adopsi sistem yang beragam.

Tren dan Permasalahan yang menghambat IoT di


Indonesia
Di Indonesia, setidaknya dalam tiga tahun terakhir mulai banyak orang yang mencoba
mengembangkan solusi-solusi IoT. Belakangan juga akhirnya dibentuk IoT Forum yang
terdiri dari para penggiat IoT, perusahaan, hingga regulator. Forum yang didirikan Teguh
Prasetya, Direktur PT Alita Praya Mitra, ini dibangun untuk menjadi wadah mereka yang
terlibat dan terkait dengan teknologi maupun ekosistem IoT di Indonesia.

Dari kacamata Teguh, IoT di tahun 2017 ini masih terus bertumbuh dengan dominasi
oleh industrial IoT yang disebutnya bertumbuh di luar ekspektasi, sedangkan
untuk consumer IoT masih dalam tahap pengenalan dan sosialisasi.

Hal yang tidak jauh berbeda disampaikan Founder Cubecon Tiyo Avianto. Sebagai salah satu
pendiri dari startup yang menawarkan solusi IoT, Tiyo mengungkapkan tren IoT saat ini
masih didominasi kebutuhan perusahaan atau enterprise. Semua atas nama efisiensi atau
meningkatkan kinerja bisnis.

Dipaparkan Tiyo, ada lima fokus fungsi penerapan IoT,


yakni tagging (indentifikasi), monitoring, tracking, kontrol, dan analisis. Kelima fungsi
tersebut akan tetap ada untuk ke depannya.

“Tren fokus fungsi ini akan tetap ada untuk ke depannya. Semua piranti IoT pasti akan
memiliki kemampuan tersebut, ke depan akan ada segmentasi produk dari bisnis IoT,
seperti hardware, dan platform. Semua memiliki potensi market yang menarik, dan memiliki
tantangan masing-masing,” terang Tiyo.

Tiyo juga sedikit menyinggung mengenai Fin-IoT (Fintech-internet of things). Sesuatu yang
menurutnya bisa ramai dalam beberapa tahun mendatang.

Berbicara mengenai tantangan, menurut Teguh, ia menemukan pengembang dan


penggunanya masih menjadi tantangan serius. Kemampuan menembus pasar yang lebih luas
masih sedikit terhambat. Di sisi lain, Tiyo menyoroti bahwa ekosistem industri di Indonesia
masih cukup berat terutama dari segi perangkat keras.

Kurangnya produsen lokal yang memproduksi perangkat keras atau komponen IoT menjadi
permasalahan bagi pengembang. Jika mendatangkan perangkat dari luar negeri urusannya
adalah dengan pajak sehingga sangat mempengaruhi harga. Dengan sendirinya pengembang
solusi IoT tidak bisa mengembangkan solusi yang kompetitif, terutama di sisi harga, melawan
perusahaan asing.

“Ekosistem industri di Indonesia masih cukup berat, utamanya di bidang manufacturing


hardware. Indonesia tidak punya kemandirian terhadap komponen elektronika, tentunya
semua material harus import. Beban pajak masuk membuat harga pokok produksi cenderung
tak mampu sekompetitif produk luar. Menghindari perang harga dengan pabrikan luar negeri
adalah keputusan penting, mengingat secara cost produksi, kita tak mampu untuk membuat
yang lebih murah,” ujarnya.

Regulasi dan fasilitas yang dibutuhkan industri


IoT tanah air
Ekosistem dan industri IoT sangat membutuhkan peran aktif dari pemerintah. Frekuensi,
sertifikasi, dan penyediaan sarana pengembangan solusi IoT menjadi bagian yang penting.
Disebutkan Teguh, peranan pemerintah dalam menunjang pengembangan industri dan
ekosistem IoT sangat dibutuhkan, tidak hanya soal regulasi tetapi juga soal penyediaan
laboratorium IoT yang dirasa bisa sangat berperan membantu industri IoT Indonesia untuk
tumbuh.

“Peranan pemerintah sangat kondusif dengan memperhatikan masukan dari stakeholder IoT,


termasuk di dalamnya IoT Forum yang terdiri dari berbagai pemangku kepentingan dengan
mulai membuat draft tentang Roadmap Dan Framework IoT kemudian kajian perlunya
Sandbox IoT, hingga Lab IoT di Indonesia,” terang Teguh.

Laboratorium IoT tersebut nantinya tidak hanya akan berperan sebagai pusat pengembangan
dan inovasi teknologi, tetapi juga tempat bertemunya para pengembang, pemangku
kebijakan, dan investor untuk sama-sama membantu solusi IoT yang dikembangkan bisa
bermanfaat bagi masyarakat. Sinergi positif itu yang dirasa masih kurang.

Menurut Presiden Direktur ZTE Indonesia, Mei Zhonghua, industri IoT di Indonesia
berkembang pesat dalam dua atau tiga tahun belakangan. Kondisi ini membuat industri IoT
membutuhkan tempat yang sama untuk berbagi inovasi baru dan kemajuan. Untuk itu
Laboratorium IoT menjadi hal penting untuk mendukung akselerasi ekosistem dan industri
IoT di Indonesia.

GM Smart System PT Alita Praya Mitra Reza Akbar menambahkan, untuk membuat sesuatu
yang belum begitu populer butuh bukti dan hasil. Keduanya bisa dibantu pemerintah melalui
pembentukan regulasi dan membantu infrastruktur, termasuk perlunya roadmap dan tujuan
yang jelas.

Sementara Tiyo menyoroti bagaimana kewajiban pemerintah melindungi industri dalam


negeri. Ia mencontohkan pemerintah bisa berperan dengan membantu memudahkan startup
(dalam hal ini IoT) untuk mendapatkan subsidi sertifikasi, kemudahan akses ke balai uji,
hingga diterbitkannya sertifikasi produk, sertifikasi penggunaan frekuensi dan lainnya.
Disebutkan biaya sertifikasi masih dianggap mahal.

“Belum lagi perubahan teknologi, pergantian chipset, update hardware, mengharuskan


produk disertifikasi [dan] diuji ulang. Circle produk IoT tidak bisa terbilang lama, hanya
hitungan 2 tahun teknologi baru berganti dan teknologi lama ditinggalkan. Jeda regulasi di
setiap produk harusnya tidak memberatkan startup yang fokus di bidang hardware, karena
industri di bidang perangkat keras [investasinya] tidak bisa dibilang murah dan memiliki
resiko kegagalan yang cukup tinggi,” papar Tiyo.

Bagi Tiyo, IoT adalah ekosistem, sehingga dibutuhkan banyak tantangan yang saling terkait,
termasuk juga campur tangan pemerintah. Tren teknologi baru harusnya tidak menjadi
penghalang inovasi industri lokal, seperti LPWAN (Low-Power Wide Area Network) dan
NB-IoT (NarrowBand IoT) yang di negara-negara lain didukung pemerintah setempat. Hal
ini menjadi kendala di tahun-tahun sebelumnya. Harapannya di tahun 2018 IoT bisa menjadi
salah satu industri yang diperhatikan lebih baik oleh pemerintah.

Bisnis "Internet of Things" Berpotensi Jadi Sumber Pertumbuhan Baru Kompas.com -


09/08/2017, 10:32 WIB BAGIKAN: Komentar Lihat Foto Ilustrasi internet of things.(Thinkstock)
EditorMuhammad Fajar Marta JAKARTA, KOMPAS.com - Kemajuan teknologi telah mengubah
wajah dunia. Berbagai macam perangkat (devices) elektronik yang sebelumnya berukuran
besar, boros energi dan mahal, saat ini sudah dapat digantikan dengan perangkat-perangkat
yang berukuran jauh lebih kecil, lebih canggih, hemat energi (low-power), hemat bandwith dan
jauh lebih murah. Perangkat-perangkat elektronik kecil ini dilengkapi dengan software, sensor
dan actuator serta terhubung dalam sebuah jaringan telekomunikasi yang memungkinkan setiap
perangkat tadi dapat mengambil data dan saling bertukar informasi. Interaksi antar perangkat
inilah yang disebut dengan Internet of Things (IoT). Potensi IoT Irza Suprapto, Direktur Asia IoT
Business Platform mengatakan, sebagai sebuah negara yang berkembang, Indonesia memiliki
potensi yang amat besar bagi bisnis Internet of Things (IoT). pertumbuhan teknologi yang pesat
di Indonesia mendorong tingginya permintaan terhadap teknologi IoT. “Sejak 2014, kami melihat
berbagai kemitraan bisnis sedang berusaha untuk mendorong pertumbuhan pengadopsian IoT
di dalam negeri. Perkembangan IoT di Indonesia juga terlihat, terutama dalam berbagai inisiatif
kota pintar seperti Makassar, Banda Aceh, dan Jakarta. Kami senang melihat perkembangan
ini,” kata Irza. Lebih lanjut disebutkan, ketertarikan terhadap teknologi IoT cukup tinggi namun
impelementasinya masih rendah. Karena itu penting bagi perusahaan untuk memahami berbagai
tantangan yang dihadapi dalam menerapkan IoT dalam bisnis mereka. Menurut survei yang baru
dilakukan oleh Asia IoT Business Platform, lebih dari 70 persen perusahaan besar dan
organisasi lokal saat ini tengah mengeksplorasi atau berusaha menemukan solusi IoT yang bisa
digunakan atau diterapkan. Namun hanya 7 persen yang melaporkan bahwa mereka
mendapatkan manfaat dari penerapan IoT. Masalah biaya, sistem warisan dan kompleksitas
merupakan tiga hal utama yang menjadi tantangan utama dalam mengadopsi IoT. Kendati
Indonesia memiliki potensi yang besar untuk bisnis Internet of Things (IoT), namun di sisi lain,
pengembangan IoT itu sendiri menghadapi banyak tantangan.  Direktur Jenderal Aplikasi
Telematika Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) Semuel Abrijani Pangerapan
mengatakan bahwa Kominfo terus mendorong  tumbuhnya industri Information, Communication,
and Telecommunication (ICT) di Indonesia. Pemerintah berharap bisnis IoT dapat menjadi
sumber pertumbuhan ekonomi baru bagi Indonesia. “Tetapi yang lebih penting juga adalah
bagaimana dalam setiap perkembangan teknologi itu, Indonesia bisa mendapatkan benefitnya.
Untuk itu, sebagai regulator, Kominfo senantiasa menyusun dan menciptakan ekosistem
nasional dalam rangka mendukung perkembangan industri, khususnya IoT sebagai sumber
pertumbuhan ekonomi baru,” kata Samuel dalam sambutan tertulisnya pada Konferensi Asia
Internet of Things (IoT) Business Platform di Jakarta, Senin (7/8). Menurutnya, saat ini Kominfo
juga tengah menyusun kajian regulasi tentang IoT, disisi konektivitas dan konten, serta terus
mendukung pertumbuhan start-up IoT. Koordinator Tim Uji Laik Operasi Direktorat Jenderal
Penyelenggaraan Pos dan Informatika, Kementerian Komunikasi dan Informasi Gunawan
Hutagalung dalam ajang Asia IoT Business Platform di Jakarta, Senin (7/8) mengatakan bahwa
saat ini Indonesia sudah berada dalam masa pengembangan IoT.  Namun, lanjutnya,
pengembangan IoT tersebut belum sejalan dengan ketersediaan jaringan internet untuk
mendukung IoT di Indonesia. “Misalnya adalah masalah jaringan internet di Indonesia. Untuk
mendukung IoT itu kan diperlukan jaringan yang prima,” ujarnya. Untuk itu, kata Gunawan,
sebagai regulator, Kominfo senantiasa mendukung perkembangan IoT dengan memperkuat
jaringan internet. Salah satu upaya yang dilakukan pemerintah adalah dengan membangun
Palapa Ring agar konektivitas terjaga dengan baik. Menurutnya, saat ini Kominfo juga tengah
menyusun kajian regulasi tentang IoT, dari sisi konektivitas dan konten, serta terus mendukung
pertumbuhan start-up IoT. Oleh karena itu, dengan diadakannya forum ini, pihak penyelenggara
dan pihak pemerintah berharap dapat menemukan solusi terhadap masalah perkembangan IoT
di Indonesia. Pionir Lokal Salah satu peserta eksibisi adalah PT Imani Prima, sebuah
perusahaan lokal yang telah memfokuskan bisnisnya di IoT sejak 10 tahun lalu. Mengusung
tema “Key Success Factors for IoT Implementation in Logistics & Transportation”, PT Imani
Prima berbagi pengalaman mengenai tantangan implementasi IoT di bidang transportasi,
khususnya Kereta Api dan Kapal. Sektor Logistik dan transportasi memang menjadi perhatian
khusus PT Imani Prima. Dengan populasinya yang besar, sektor ini menjadi pasar yang menarik
sekaligus merupakan tantangan besar pada skala nasional. Sehingga keberhasilan
implementasi teknologi IoT di bidang ini akan berkontribusi langsung terhadap efisiensi logistik
nasional. “Bisnis jasa transportasi logistik masa depan pun sangat menjanjikan, salah satunya
karena ekspektasi publik terhadap kualitas layanan menjadi tolak ukur penting bagi pebisnis jasa
berbagai moda, baik lokal maupun internasional”, ujar Yuli Cahyono, Chief Operation Officer
(COO) PT Imani Prima. Dalam sektor transportasi, lanjut Yuli, pihaknya tengah bekerja sama
dengan PT Kereta Api Indonesia (KAI) untuk menerapkan Monstrack Train (LocoTrack) di 333
lokomotif milik PT KAI di wilayah Sumatera dan Jawa. "Selain itu, untuk tracking kapal, sudah
ada 33 pelabuhan yang terintegrasi dengan AISSAT”, sebuah system yang dikembangkan
sendiri oleh PT Imani Prima. “Dan dalam waktu dekat ini, akan bertambah menjadi 40-45
pelabuhan yang tersebar di seluruh Indonesia dari Sabang sampai Merauke," ujarnya.
Sementara itu, Wahyun selaku GM Telco and IoT Business PT Imani Prima menambahkan,
sektor jasa logistik dan transportasi saat ini terus berlomba memberikan layanan yang berfokus
bukan hanya pada keselamatan, tapi juga kecepatan dan ketepatan. Sebab itu, kebutuhan pada
presisi data menjadi keniscayaan bagi pebisnis. "Sebagai perusahaan yang telah 10 tahun
berkecimpung dalam IoT, dan juga telah terdaftar resmi sebagai penyedia jasa telekomunikasi di
Kemenkominfo, layanan dan produk PT Imani Prima teruji dalam merespon kebutuhan jasa
logistik dan transportasi darat serta laut," tegasnya. Artikel ini telah tayang di Kompas.com
dengan judul "Bisnis "Internet of Things" Berpotensi Jadi Sumber Pertumbuhan Baru",

Asia IoT Business Platform:


Menggali Potensi Bisnis Berbasis
Internet di Indonesia

By Reza Reinaldo
Published on: 2018/07/05 12:09
Bagaimana perkembangan bisnis berbasis internet di Indonesia?
Ada peluang besar dalam penyebarluasan manfaat IoT bagi proses bisnis di Indonesia,
sebab ada banyak sektor spesifik dalam perekonomian yang akan mendapat manfaat
penggunaan teknologi IoT.

Internet sudah menjadi bagian dari hidup kita dalam berbagai sektor. Tim HangOutIndo
berkesempatan bergabung dalam diskusi IoT (Internet of Things) yang kini tengah
berkembang dalam industri mau pun enterprise. Diskusi ini terlaksana di The Ritz Carlton
Mega Kuningan, Rabu (4/07), bersama narasumber-narasumber Benny Woenardi, CEO,
Cikarang Dry Port; Warsono Martono, Kepala Divisi Enjiniring dan Perencanaan Pengadaan,
Perusahaan Listrik Negara; Hendra Sumiarsa, Kepala Divisi M2M, Indosat Ooredoo; Irza
Suprapto, Director of Asia IoT Business Platform; Semuel Abrijani, Direktur Jenderal Aplikasi
Informatika, Kementerian Komunikasi dan Informatika Republik Indonesia; Komang Budi
Aryasa, Deputy Executive General Manager Big Data IoT & Research, Telkom Indonesia;
Ronni Rombe, Direktur, Sinar Mas Agro Resources and Technology.

Smart City menjadi salah satu target utama yang hendak dicapai ketika infrastruktur IoT
berjalan, dengan mengimplementasikan IoT di berbagai sektor, Kominfo bersinergi dengan
berbagai industri dari segala lini untuk menciptakan kehidupan ideal berbasis internet, yang
juga memperluas lapangan kerja lantaran bisnis yang terbangun dengan berkembangnya
IoT.

Menurut survei Asia IoT Business Platform mengeksplorasi dan mengimplementasikan


solusi IoT, menurut survei itu. 11, 8 persen bisnis sudah mengimplementasikan solusi IoT
dan 5,1 persen sudah mendapat manfaat dari pengimplementasian itu, sementara 29
persen sedang mengeksplorasi solusi-solusi IoT yang ada, dan 37 persen sedang
mengumpulkan fakta dan mempelajari solusi IoT.

Setelah melakukan survei kepada 1.573 responden, hambatan utama dalam implementasi
bisnis IoT dalam skala besar adalah tingginya biaya (68, 9 persen), lalu security juga
menjadi tantangan berikutnya dalam bisnis ini (56,3 persen), adaptasi dengan sistem baru
yang memakan waktu cukup lama ternyata juga menimbulkan masalah baru (48,2 persen),
dan kompleksitas sistem (43,6 persen) serta terbatasnya sumber daya manusia untuk
memahami dan memaksimalkan teknologi itu (40,4 persen).

Dalam Asia IoT Business Platform (AIBP) edisi ke-25 di Jakarta, yang akan digelar pada 28-
29 Agustus 2018 di The Ritz Carlton Mega Kuningan, akan dipaparkan survei terbaru
mengenai implementasi teknologi IoT di Indonesia tahun ini, begitu juga perbandingannya
dengan negara-negara lain yang tersebar di ASEAN.

“Kami sangat positif tentang perkembangan di Indonesia dan kami telah melihat langkah
yang diambil oleh perusahaan lokal selama 2-3 tahun terakhir dalam membangun strategi
digitalisasi yang terfokus, supaya mereka bisa bersaing tidak hanya secara lokal, tetapi juga
regional. AIBP akan fokus dalam menampilkan apa yang sudah diraih perusahaan lokal dan
diskusi akan memandang ke depan, seputar apa yang dapat dilakukan oleh bisnis Indonesia
secara teknologi untuk mempertahankan pertumbuhan yang mengesankan,” kata Irza
Suprapto, Direktur Asia IoT Business Platform.
“Untuk mendukung visi pemerintah Indonesia, Telkom akan mendorong percepatan bisnis
digital enterprise melalui aplikasi teknologi Internet of Things di berbagai sektor," kata Arief
Musta’in, Head of Digital Service Division di Telkom Indonesia.

"Sesuai dengan visi kami, Indosat Ooredoo sebagai pemimpin dalam digital
telecomunication, Indosat Ooredoo Business mempunyai aspirasi untuk menjadi partner
digital B2B pilihan, memungkinkan partner bisnis untuk memiliki keunggulan kompetitif di era
digital ini, dengan menggunakan teknologi IoT dan AI terkini. Indosat Ooredoo Business juga
memainkan peranan penting sebagai IoT hub yang menawarkan konektivitas, platform dan
aplikasi IoT yang siap digunakan. Indosat Ooredoo Business yakin bahwa pemanfaatan IoT
di area Intelligent Transport & Logistics Sytem, Industry 4.0, dan Smart City akan
mendorong pertumbuhan bisnis, ekonomi dan masyarakat yang lebih baik," kata Hendra
Sumiarsa, Head of IoT & Vertical Apps Solutions di Indosat Ooredoo.

AIBP edisi ke-25 di Jakarta akan mengetengahkan berbagai diskusi yang relevan bagi
pengembangan teknologi dalam perusahaan-perusahaan lokal di Indonesia, termasuk
hadirnya pembicara-pembicara penting dari tiga segmen yang akan bersinergi untuk
membangun IoT di Indonesia:

1. Badan Pemerintah: Kominfo, Kementerian Perindustrian RI, Bank Indonesia, dan


pemerintah daerah.
2. Perusahaan telekomunikasi local: Telkom, Indosat Ooredoo dan XL Axiata.
3. Perusahaan lokal: Angkasa Pura, Bank Permata, Cikarang Dry Post, Lippo Karawaci,
Perusahaan Listrik Negara, Puninar Logistics, Shopee Indonesia, Sinar Mas Group dan
banyak lagi.
 
Dalam acara Asia IoT Business Platform ini, kamu juga akan bertemu dengan exhibitor-
exhibitor dari berbagai macam pelaku bisnis yang berbasis internet.
Tags : 

 asia iot business platform

 event

Anda mungkin juga menyukai