Anda di halaman 1dari 23

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Hakikat Pembelajaran.

Belajar pada hakikatnya adalah proses interaksi terhadap semua

situasi yang ada di sekitar individu baik yang dalam bentuk suatu tindakan

ataupun perbuatan maupun suatu proses yang dialami dengan pencapaian

tujuan tertentu. Oleh karena itu, belajar adalah proses dalam menerima dan

menangkap suatu hal yang belum diketahui sebelumnya oleh suatu

individu. Menurut Hamalik (2012: 36), bahwa “Belajar adalah modifikasi

atau memperteguh kelakuan melalui pengalaman”.

Berdasarkan ungkapan yang dikemukakan oleh Hamalik dapat

disimpulkan bahwa belajar merupakan suatu proses yang dialami oleh

seseorang terhadap suatu hal dan bukan suatu hasil atau tujuan. Belajar

bukan hanya mengingat, akan tetapi lebih luas dari pada itu yaitu suatu

proses dalam melakukan perubahan kelakuan. Melalui proses belajar yang

dialami oleh orang tersebut maka dia yang semula tidak mengetahui suatu

hal hingga memperoleh hasil yaitu mengetahui serta memahami sesuatu

yang telah dipelajarinya. Proses pembelajaran akan terjadi suatu interaksi

antara seseorang yang tidak mengetahui suatu hal dengan seseorang yang

mengetahui hal tersebut.

Proses interaksi dalam kegiatan belajar yang dialami oleh

seseorang akan membuat suatu perubahan pola pikir seseorang terhadap

suatu hal yang baru dialaminya. Proses belajar yang dialami oleh orang

10
11

tersebut akan mengalami perubahan tingkah laku, pengetahuan dan

pemahaman. Perubahan tingkah laku, pengetahuan dan pemahaman dari

seseorang merupakan tujuan dari proses belajar yang telah dialami. Hal ini

menjadi dasar tolak ukur seseorang dalam mengalami proses belajar.

Hubungan antara perubahan dalam diri seseorang dengan tujuan proses

belajar merupakan suatu upaya untuk mencapai keberhasilan dalam tujuan

pembelajaran. Sehingga dalam proses belajar harus terdapat suatu interaksi

untuk keberhasilan pencapaian tujuan pembelajaran yang telah dilakukan

oleh seseorang.

Slameto (2010: 3) mengungkapan bahwa:

“Ciri-ciri perubahan tingkah laku diantaranya: (1)


Perubahan terjadi secara sadar, (2) Perubahan dalam
belajar bersifat kontinu dan fungsional, (3) Perubahan
dalam belajar bersifat positif dan aktif, (4) Perubahan
dalam belajar bukan bersifat sementara, (5) Perubahan
dalam belajar bertujuan atau terarah, (6) Perubahan
mencakup seluruh aspek”.

Pencapaian tujuan pembelajaran yang dikemukan oleh Slameto

bahwa jika seseorang yang mengalami proses belajar akan memperoleh

berbagai perubahan tingkah laku, dimana suatu individu yang

pengetahuannya terhadap sesuatu belum diketahui dengan baik maka

setelah terjadinya interaksi belajar maka seseorang tersebut akan

mengalami perubahan akibat interaksi tersebut. Hal ini merupakan hasil

dari proses belajar yang dapat membuat seseorang mengalami perubahan

akibat proses yang menjadi sebuah kebiasaan secara terus-menerus dengan


12

mendapatkan sesuatu yang bersifat positif dengan tujuan bahwa seseorang

tersebut dapat mengetahui serta memahami sesuatu tersebut.

Pembelajaran secara sederhana dapat diartikan sebagai produk

interaksi berkelanjutan antara pengembangan dan pengalaman hidup.

Pembelajaran juga merupakan suatu usaha sadar dari seorang guru untuk

membelajarkan siswanya dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran

yang diharapkan. Menurut Rusman (2012: 1) menyatakan bahwa

“Pembelajaran merupakan interaksi dua arah dari seorang guru dan siswa,

dimana antara keduanya terjadi komunikasi yang intens dan terarah

menuju pada suatu target yang telah diterapkan sebelumnya”. Selain itu,

pembelajaran merupakan suatu sistem yang terdiri atas komponen-

komponen diantara lain: tujuan, materi, metode dan evaluasi.

Tujuan adalah suatu yang ingin dicapai dari pelaksanaan suatu

kegiatan. Nilai-nilai tujuan dalam pengajaran diantaranya adalah

mengarahkan, membimbing memberikan motivasi, metode mengajar dan

menentukan alat/teknik penilaian pendidik terhadap hasil peserta didik.

Materi adalah substansi yang akan disampaikan dalam proses belajar

berupa bahan pelajaran. Bahan pelajaran merupakan unsur inti yang ada

dalam kegiatan belajar mengajar yang harus disesuaikan dengan

kebutuhan anak didik dan akan memotivasi anak didik dalam jangka

waktu tertentu. Metode pembelajaran adalah suatu cara atau upaya yang

dilakukan oleh para pendidik agar tujuan pembelajaran tercapai melalui

proses belajar mengajar yang menyenangkan dan siswa dapat menangkap


13

ilmu dari pendidik dengan mudah. Evaluasi berkenaan dengan proses yang

berhubungan dengan pengumpulan informasi yang memungkin pendidik

menentukan tingat kemajuan pengajaran, ketercapaian tujuan

pembelajaran dan bagaiaman berbuat baik pada waktu-waktu mendatang.

Jadi dapat disimpulkan sistem pembejaran yang terdiri dari tujuan

pembelajaran yang akan dicapai dengan menggunakan materi

pembelajaran yang dilakukan dengan metode pembelajaran yang sesuai

dan diakhiri dengan evaluasi pembelajaran untuk melihat perkembangan

peserta didik.

B. Hasil Belajar.

Menurut Bloom (Hamalik 2012: 161) mengklasifikasikan tujuan

pembelajaran ke dalam 3 ranah:

1. Ranah kognitif, yang meliputi pengetahuan, pemahaman,


penerapan, analisis, dan evaluasi.
2. Ranah afektif, mencakup penerimaan, partisipasi, penilain
atau penentuan sikap, organisasi dan pembentukan pola
hidup.
3. Ranah psikomotor, terdiri dari persepsi, kesiapan gerakan
terbimbing, gerakan yang terbiasa, gerakan kompleks dan
penyesuaian pola gerakan dengan kreatifitas.

Berdasarkan kutipan yang diungkapkan oleh Bloom dalam

membagi hasil belajar maka dapat ditarik kesimpulan bahwa hasil belajar

merupakan kemampuan, keterampilan dan sikap seseorang yang

mengalami proses belajar. Kemampuan seseorang dalam mengetahui,

memahami, menerapkan, menganalisis dan mengevaluasi sesuatu yang

dijelaskan kepada seseorang tersebut. Pada aspek kemampuan ini bersifat

individual terhadap sesuatu yang diinteraksikan. Sedangkan keterampilan


14

tergantung dengan sikap yang dialami seseorang setelah mengalami

interaksi tersebut. Hal ini dapat dilihat dari partisipasi dalam berinteraksi

dan penilaian terhadap interaksi yang diperoleh.

Pada proses pembelajaran, partisipasi siswa dalam proses

pembelajaran menentukan sikap siswa terhadap materi yang disampaikan.

Sikap siswa seperti ini akan tampak dengan dari pembentukan pola pikir

siswa dan hasil belajar materi tersebut. Berdasarkan sikap tersebut, maka

kreativitas siswa akan muncul sehingga proses pembelajaran berlangsung

tidak membosankan dan siswa tidak akan mudah jenuh ketika proses

pembelajaran berlangsung. Hal inilah yang mendasari bahwa pencapaian

keberhasilan dalam proses pembelajaran tersebut adalah ranah kognitif,

ranah afektif dan ranah psikomotor.

Melalui pendapat yang disampaikan oleh Bloom tentang tujuan

dari proses pembelajaran di kelas, maka dalam suasana pembelajaran yang

dilakukan di kelas menjadi faktor yang menentukan hasil belajar siswa

tersebut. Untuk tercapainya tujuan dalam melaksanakan proses

pembelajaran di kelas, maka proses pembelajaran di kelas harus dirancang

dengan tepat.

Keberhasilan siswa dalam proses pembelajaran mata

pembelajaran MRL ditunjukkan dengan adanya perubahan terhadap

pengetahuan, pemahaman, penerapan dan analisis yang telah disampaikan.

Perubahan tersebut dialami secara berkelanjutan sesuai dengan suasana

proses pembelajaran dikelas. Namun, pelaksanaan proses pembelajaran


15

mata pembelajaran MRL dikelas selama ini tidak efektif. Hal ini ditandai

dengan kurangnya perhatian siswa sehingga masih banyak siswa yang

berbicara dengan teman sebangku, siswa yang sering keluar masuk kelas

dan siswa yang tidak aktif untuk bertanya dalam proses pembelajaran.

Kendala-kendala tersebut berpengaruh terhadap daya serap materi

yang telah diajarkan oleh guru kepada siswa dikelas. Daya serap siswa

yang sedikit dapat mengakibatkan tidak tercapainya tujuan pembelajaran

dengan baik. Hal ini masih banyaknya siswa yang hasil belajarnya tidak

memenuhi KKM. Sehingga demi mewujudkan keberhasilan dalam proses

pembelajaran, guru memiliki suatu peranan penting. Menurut Maxim

(Ngalimun, 2012: 42) bahwa peran guru dalam proses pembelajaran

adalah:

“(1) Menimbulkan rasa keingintahuan dan minat siswa terhadap


sebuah topik; membuat siswa sadar akan masalah. (2)
Mengizinkan siswa untuk memutuskan masalah spesifik apa yang
mereka ingin kaji dalam bidang itu. (3) Membantu siswa
mengumpulkan data dan bekerja kearah pemecahan masalah
tersebut bagi siswanya. (4) Bertindak sebagai seorang guide
ketika siswa belajar sehingga guru dapat membantu setiap
masalah penelitian tertentu atau setiap masalah yang berkaitan
dengan interpretasi data yang belum dibahas. (4) Mendorong
kelompok-kelompok mengembangkan teknik-teknik yang kreatif
dalam berbagi pendapat tentang temuan-temuannya dengan orang
lain”.
Berdasarkan peran guru dalam proses pembelajaran tersebut,

maka kedudukan guru tidak padat dipandang sebagai sumber belajar dalam

pembelajaran dan penguasa tunggal dalam proses pembelajaran tersebut,

tetapi guru berperan sebagai pengelola dan fasilitator dalam proses

pembelajaran tersebut. Guru membantu dan membimbing siswa apabila


16

siswa mengalami benturan atau masalah dalam pembelajaran tersebut.

Guru mendorong siswa untuk berfikir secara kreatif terhadap materi yang

disampaikan dan mampu menyelesaikan masalah dalam proses

pembelajaran dengan langkah yang benar. Termasuk dalam membentuk

sikap siswa dalam proses pembelajaran, guru memiliki peran penting.

Dalam metode pembelajaran kooperatif hasil belajar dapat diukur

melalui tes. Dalam prosedur ini tes merupakan alat atau prosedur yang

digunakan untuk mengetahui atau mengukur sesuatu dalam suasana

pembelajaran, dengan cara dan aturan-aturan yang sudah ditentukan.

Untuk mengerjakan tes ini tergantung dari petunjuk yang diberikan

misalnya melingkari salah satu huruf di depan pilihan jawaban,

menerangkan, mencoret jawaban yang salah, melakukan tugas atau

suruhan, menjawab secara lisan dan sebagainya.

Menurut Moeslim (2014:16) Tes objektif yang juga dikenal

dengan istilah tes jawaban pendek (short answer test) tes ya-tidak (yes-no

test) dan test model baru (new tipe test) adalah salah satu jenis tes hasil

belajar yang terdiri dari butir-butir soal (item) yang dapat jawab oleh testee

dengan jalan memilih salah satu jawaban di antara beberapa kemungkinan

jawaban pada masing-masing items atau dengan cara mengisikan

(menuliskan) jawaban berupa kata-kata atau simbol-simbol tertentu pada

tempat atau ruang yang telah disediakan untuk masing-masing butir items

yang bersangkutan. Jadi tes objektif dapat diambil kesimpulannya yaitu tes

yang semua informasi yang diperlukan peserta tes untuk memberikan


17

respon yang telah disediakan oleh penyusun tes, sehingga peserta tes

tinggal memilihnya. Jawaban yang berupa pilihan bersifat deterministik,

sehingga hanya ada dua kemungkinan kebenaran jawaban – benar atau

salah.

Menurut Moeslim (2014:1) tes tertulis (Esai) adalah butir-butir

tesnya berupa pertanyaan-pertanyaan atau tugas yang harus di jawab siswa

dengan menggunakan bahasa sendiri, jawaban diberikan dengan cara

menjelaskan, menguraikan, mendiskusikan, membandingkan, memberi

alasan atau bentuk lain yang sejenis yang jawaban atau pengerjaan soal

tersebut harus dilakukan dengan cara mengekspresikan pikiran peserta

didik secara naratif. Ciri khas tes uraian ialah jawaban terhadap soal

tersebut tidak disediakan oleh orang yang mengkontruksi butir soal, tetapi

disusun oleh peserta didik. Peserta didik bebas untuk menjawab

pertanyaan yang diajukan. Setiap peserta didik dapat memilih,

menghubungkan, dan atau menyampaikan gagasan dengan menggunakan

kata-katanya sendiri.

Jadi hasil belajar merupakan keterampilan sikap sesorang yang

mengalami proses belajar yang bersifat individual yang diterapkan dalam

interaksi dan partisipasi dalam proses belajar. Proses belajar yang

dilakukan dapat diukur dengan menggunakan alat ukur, baik berupa tes

tertulis maupun tes lisan. Tes tertulis terbagi menjadi dua bentuk, yaitu tes

objektif dan tes esai. Tes objektif dapat dilakukan dengan memilih satu

jawaban yang benar dengan melingkari ataupun memberikan tanda silang


18

pada jawaban yang benar, dan tes esay merupakan tes yang dijawab

dengan menggunakan kata sendiri dengan cara menjelaskan,

membandingkan dan memberi alasan untuk memberikan jawaban dari soal

yang diberikan.

C. Cooperative Learning (Pembelajaran Kooperatif).

Pembelajaran kooperatif merupakan bentuk pembelajaran dengan

cara siswa belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil secara

kolaboratif yang anggotanya terdiri dari empat sampai enam orang dengan

struktur kelompok yang bersifat heterogen. Menurut Nurhadi dan Senduk

(Wena 2013:189) Pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran yang

secara sadar menciptakan interaksi yang salih asah sehingga sumber

belajar bukannya hanya guru dan buku ajar, tetapi juga sesama siswa.

Menurut Lie (Wena 2013:190) pembelajaraan kooperatif adalah

sistem pembelajaran yang memberi kesempatan kepada siswa untuk

bekerja sama dengan sesama siswa dalam tugas-tugas yang terstruktur, dan

dalam sistem ini guru bertindak sebagai fasilitator. Sedangkan

Abdurrahman dan Bintoro dalam (Wena 2013:190) mengatakan bahwa

pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran yang secara sadar dan

sistematis mengembangkan interaksi yang silih asah, silih asih, dan silih

asuh antar sesama siswa sebagai latihan hidup didalam masyarakat nyata.

Pada dasaranya pembelajaran kooperatif mengandung pengertian

suatu sikap atau prilaku bersama dalam sebuah pekerjaan atau membantu

diantara sesama dalam suatu struktur kerja sama yang teratur dalam
19

kelompok, yang terdiri dari dua orang atau lebih dimana keberhasilan

sangat dipengaruhi oleh keterlibatan dari setiap anggota kelompok itu

sendiri. Menurut Rusman (2012: 204) menyatakan bahwa terdapat empat

hal penting dalam strategi pembelajaran kooperatif, yakni : a) adanya perta

didik didalam kelompok, b) adanya aturan main (role) dalam kelompok, c)

adanya upaya belajar dalam kelompok, d) adanya kompetensi yang harus

dicapai oleh kelompok.

Menurut Johnson & Johnson dan Sutton (Trianto 2012;60)

terdapat lima unsur penting belajar kooperatif, yaitu saling

ketergantungan, saling berinteraksi, bertanggung jawab, memiliki

keterampilan interpersonal, dan memiliki kelompok belajar. Saling

ketergantungan yang bersifat positif antara siswa, yang artinya siswa

merasa sedang bekerja sama untuk mencapai suatu tujuan dan terikat

untuk mencapai tujuan itu sau sama lain. Interaksi antara siswa yang

semakin meningkat, ini terjadi dalam hal seorang siswa akan membantu

siswa lainnya untuk sukses sebagai anggota kelompok dalam bentuk

bertukar ide mengenai masalah yang diberikan. Tanggung jawab

individual. Tanggung jawab ini membantu siswa yang membutuhkan

bantuan dan tidak hanya sekedar “membonceng” pada hasil kerja teman

dengan teman sekelompoknya. Keterampilan interpersonal dan kelompok

kecil yang bersikap sebagai anggota kelompok dan menyampaikan ide

dalam kelompok akan menuntut keterampilan khusus. Proses kelompok ini


20

terjadi jika anggota kelompok mendiskusikan bagaimana mereka akan

mencapai tujuan dengan baik dan membuat hubungan kerja yang baik.

Menurut Siahaan (Rusman 2012:205) ada lima unsur esensial yang

ditekankan dalam pembelajaran kooperaif, yaitu: Model Pembelajaran

kooperatif, yaitu : (a)saling ketergantungan yang positif, (b) Interaksi

berhadapan (face-to-face interaction), (c) tanggung jawab individu

(individual responsibility), (d) keterampilan sosial (social skills), (e)

terjadi dalam proses kelompok (group processing). Model pembelajaran

kooperatif merupakan suatu model pengajaran dimana siswa belajar dalam

kelompok-kelompok kecil yang memiliki tingkat kemampuan berbeda.

Dalam menyelesaikan tugas kelompok, setiap anggota saling kerja sama

dan membantu untuk memahami suatu bahan pembelajaran.

Rusman (2012: 208) pembelajaran kooperatif dicirikan oleh

struktur, tujuan, dan penghargaan kooperatif. Siswa yang bekerja dalam

situasi pembelajaran kooperatif didorong dan/atau dikehendaki untuk

bekerja sama pada suatu tugas bersama dan mereka harus

mengkoordinasikan usaha untuk menyelesaikan tugasnya. Menurut

Rusman (2012:210) menyatakan bahwa tujuan penting dari pembelajaran

adalah untuk mengajarkan kepada siswa keterampilan kerja sama dan

kolaborasi. Jadi dalam pemebelajaran kooperatif yang sangat ditekankan

adalah pembelajaran kelompok dan kolaborasi yang memiliki struktur dan

tujuan yang akan dicapai pada setiap pembelajaran.


21

D. Pembelajaran Kooperatif Metode STAD (Student Teams

Achievement Division)

Pembelajaran kooperatif tipe Student Team Achievent Division

(STAD) merupakan model pembelajaran kooperatif yang paling

sederhana. Siswa dalam pembelajaran kooperatif metode STAD dibagi

menjadi beberapa kelompok kecil. Menurut Salavin (Tukiran, dkk 2012:

64) tipe STAD merupakan salah satu metode pembelajaran kooperatif

yang paling sederhana, dan merupakan metode yang paling baik untuk

pemulaan bagi para guru yang baru menggunakan pendekatan kooperatif.

Menurut Tukiran (2012:65) STAD terdiri atas lima komponen

utama dalam penerapan metode pembelajaran STAD, yaitu “persentasi

kelas, tim/tahap kerja kelompok, kuis/tes individu, tahap perhitungan skor

individu, tahap pemberian penghargaan”. Jadi pembelajaran kooperatif

tipe STAD merupakan metode pembelajaran yang sederhana dan memiliki

proses yang mendalam untuk meningkatkan keaktifan siswa, kemandirian

siswa, dan interaksi antar siswa untuk meningkatkan hasil belajar siswa.

Terdapat lima komponen STAD, kelima komponen STAD dapat

dipaparkan yaitu:

1. Persentasi Kelas

Guru memulai dengan menyampaikan indikator yang harus

dicapai hari itu dan memotivasi rasa ingin tahu siswa tentang materi

yang akan dipelajari pada pertemuan selanjutnya, pada tahap ini

perlu ditekankan:
22

a. Mengembangkan materi pembelajaran sesuai dengan apa

yang akan dipelajari siswa dalam kelompok.

b. Menekakan bahwa belajar adalah memahami makna, dan

bukan hafalan.

c. Memberikan umpan balik sesering mungkin untuk

mengontrol pemahaman siswa.

d. Memberikan penjelasan mengapa jawaban pertanyaan itu

benar atau salah.

e. Berilah kepada materi selanjutnya apabila siswa telah

memahami permasalahan yang ada.

2. Tim/tahap Kerja Kelompok

Tim ini terdiri dari empat atau lima siswa mewakili seluruh

bagian dari kelas dalam hal kinerja akademik (pembelajaran), jenis

kelamin, ras dan etnisitas. Pada tahap ini setiap siswa diberi lembar

tugas yang akan dipelajari. Dalam kerja kelompok siswa saling

berbagi tugas kelompok. Guru sebagai fasilitator dan motivator, hasil

kerja kelompok ini dikumpulkan.

3. Kuis/Tahap Tes Individu

Kuis/ tes individu diadakan pada akhir pertemuan kedua dan

ketiga, kira-kira 10-15 menit, untuk mengetahui yang telah dipelajari

secara individu selama mereka bekerja didalam kelompok. Siswa

tidak boleh saling membantu dalam mengerjakan kuis.


23

4. Tahap Perhitungan Skor Individu.

Yang dihitung berdasakan skor awal, tahap ini dilakukan agar

siswa terpacu untuk memperoleh prestasi terbaik.

5. Tahap Pemberian Penghargaan/Rekognisi Tim.

Menurut Slavin (2008:143) menyatakan tim akan

mendapatkan penghargaan sertifikat atau bentuk penghargaan yang

lain apabila skor rata-rata mereka mencapai kriteria tertentu

a. Pengahargaan Prestasi Tim.

Setelah pelaksanaan kuis guru memeriksa hasil kerja

siswa dan diberikan angka dengan rentang 0-100. Selanjutnya

pemberian penghargaan atas keberhasilan kelompok dapat

dilakukan oleh guru dengan melakukan tahapan-tahapan sebagai

berikut:

1) Menghitung Skor Individu.

Tahap perhitungan skor individu dilaksanakan untuk

selanjutnya guru menghitung nilai kemajuan individu.

Setiap siswa memiliki kesempatan yang sama untuk

memberikan sumbangan skor maksimal bagi kelompoknya

berdasarkan skor tes yang diperolehnya.

2) Menghitung Skor Kelompok.

Skor kelompok dihitung dengan membuat rata-rata

skor perkembangan anggota kelompok, yaitu dengan

menjumlahkan semua skor perkembangan individu anggota


24

kelompok dan membagi sejumlah anggota kelompok

tersebut. Sesuai denga rata-rata skor perkembangan

kelompok, diperoleh skor kelompok.

3) Pemberian hadiah dan pengakuan skor kelompok.

Setalah masing-masing kelompok atau tim

memperoleh predikat, guru memberikan hadiah atau

penghargaan kepada masing-masing kelompok sesuai

dengan prestasinya (kriteria tertentu yang ditetapkan guru).

Menurut Trianto (2012:69) pembelajaran kooperatif STAD

membutuhkan persiapan yang matang sebelum kegiatan pembelajaran

dilaksanakan, yaitu perangkat pembelajaran, membentuk kelompok,

menentukan skor awal, pengaturan tempat duduk, kerja kelompok.

Sebelum melaksanakan kegiatan pembelajaran ini perlu dipersiapkan

prangkat pembelajarannya, yang meliputi Rencana Pelaksanaan

Pembelajaran (RPP), buku siswa. Membentuk kelompok kooperatif, yaitu

menentukan anggota kelompok diusahakan agar kemampuan siswa dalam

kelompok heterogen dan kemampuan antar satu kelompok dengan

kelompok lainnya relatif homogen. Apabila dalam kelas terdiri dari atas

ras dan latar belakang yang relatif sama, maka pembentukan kelompok

dapat didasarkan pada prestasi akademik.

Menentukan Skor Awal, Skor awal yang dapat digunakan dalam

kelas kooperatif adalah nilai ulangan sebelumnya. Skor awal ini dapat

berubah setelah ada kuis. Misalnya pada pembelajaran lebih lanjut dan
25

setelah diadakan tes, maka hasil tes masing-masing individu dapat

dijadikan skor awal. Pengaturan Tempat Duduk, pengaturan tempat duduk

dalam kelas kooperatif perlu juga diatur dengan baik, hal ini dilakukan

untuk menunjang keberhasilan pembelajaran kooperatif apabila tidak ada

pengaturan tempat duduk dapat menimbulkan kekacauan yang

menyebabkan gagalnya pembelajaran pada kelas kooperatif. Kerja

Kelompok, untuk mencegah adanya hambatan pada pembelajaran

kooperatif tipe STAD, terlebih dahulu diadakan latihan kerja sama

kelompok. Hal ini bertujuan untuk lebih jauh mengenalkan masing-masing

individu dalam kelompok.

E. Kelebihan dan Kelemahan Model Pembelajaran Kooperatif Metode

STAD

Setiap model pembelajaran mempunyai kelebihan dan kekurangan,

begitu juga dengan cooperative learning. Menurut Sanjaya (2011: 249)

cooperative learning mempunyai kelebihan dan kekurangan. Melalui

Sistem Pembelajaran Kooperatif (SPK) siswa tidak terlalu

menggantungkan pada guru, akan tetapi dapat menambah kepercayaan

kemampuan berpikir sendiri, menemukan informasi dari berbagai sumber

dan belajar dari siswa lain. SPK dapat mengembangkan kemampuan

mengungkapkan ide atau gagasan dengan kata-kata secara verbal dan

membandingkannya dengan ide-ide orang lain. SPK dapat membantu

memberdayakan setiap siswa untuk lebih bertanggung jawab dalam

belajar. SPK ampuh untuk meningkatkan prestasi akademik sekaligus


26

kemampuan sosial, termasuk mengembangkan rasa harga diri, hubungan

interpersonal yang positif dengan yang lain, mengembangkan

keterampilan me-manage waktu, dan sikap positif terhadap sekolah. SPK

dapat mengembangkan kemampuan siswa untuk menguji ide dan

pemahaman sendiri, menerima umpan balik. Siswa dapat berpraktik

memecahkan masalah tanpa takut membuat kesalahan, karena keputusan

yang dibuat adalah tanggung jawab. SPK dapat meningkatkan kemampuan

siswa yang abstrak menggunakan informasi dan kemampuan belajar

menjadi nyata (real). Interksi selama kooperatif berlangsung dapat

meningkatkan motivasi dan memberikan rangsangan untuk berpikir yang

berguna bagi pendidikan untuk jangka panjang.

Keuntungan jangka panjang yang dapat dipetik dari pembelajaran

kooperatif menurut Nurhadi (2004:115) adalah sebagai berikut:

1. Meningkatkan kepekaan dan kesetiakawanan sosial.


2. Memungkinkan para siswa saling belajar mengenai sikap,
keterampilan, informasi, perilaku sosial, dan pandangan-
pandangan.
3. Memudahkan siswa melakukan penyesuaian.
4. Memungkinkan terbentuk dan berkembangnya nilai-nilai
sosial dan komitmen.
5. Menghilangkan sifat mementingkan diri sendiri dan egois.
6. Membangun persahabatan yang dapat berkelanjutan
hingga masa dewasa.
7. Berbagai keterampilan sosial yang diperlukan untuk
memelihara hubungan saling membutuhkan dapat
diajarkan dapat dipraktekkan.
8. Meningkatkan rasa saling percaya kepada sesama
manusia.
9. Meningkatkan kemampuan memandang masalah dan
situasi dari berbagai perspektif.
10. Meningkatkan kesediaan menggunakan ide orang lain
yang dirasakan lebih baik.
27

11. Meningkatkan kegemaran berteman tanpa memandang


perbedaan kemampuan, jenis kelamin, normal atau cacat,
etnis, kelas sosial, agama, dan orientasi tugas.

Sampai saat ini model pembelajaran kooperatif metode STAD

belum banyak diterapkan dalam dunia pendidikan kita. Kebanyakan

pengajar enggan untuk menerapkan sistem ini karena beberapa alasan.

Menurut Sanjaya (2011:250) SPK juga memiliki keterbatasan diantaranya

membutuhkan waktu yang panjang, dilakukan setiap pertemuan dan siswa

saling membelajarkan, penilaian didasarkan pada hasil kerja kelompok,

saling menyeimbangkan antara kemampuan kelompok dan kemampuan

individual.

Dari uraian diatas dapat diambil bahwa untuk mengatasi

kelemahan-kelemahan dalam pelaksanaan model pembelajaran kooperatif

metode STAD, sebaiknya dalam satu anggota kelompok ditugaskan untuk

membaca bagian yang berlainan, sehingga mereka dapat berkumpul dan

bertukar informasi. Selanjutnya, pengajar mengevaluasi mereka mengenai

seluruh bagian materi. Dengan cara inilah maka setiap anggota merasa

bertanggung jawab untuk menyelesaikan tugasnya agar berhasil mencapai

tujuan dengan baik.

F. Pembelajaran Pada Mata Pelajaran Menganalisis rangkaian Listrik

Berdasarakan struktur kurikulum 2006 (KTSP) SMK mata

pembelajaran MRL merupakan salah satu mata pembelajaran produktif

yang sangat penting diberikan kepada sisiwa pada program Studi Teknik

Instalasi Tenaga Listrik di SMKN 1 Pariaman. Pada silabus mata


28

pembelajaran MRL terdapat 4 Kompentensi Dasar (KD) yaitu:

Mendeskripsikan konsep rangkaian listrik, Menganalisis rangkaian listrik

arus searah, Menganalisis rangkaian listrik arus bolak-balik, Menganalisis

rangkaian kemagnetan.

Hasil belajar MRL yang dicapai oleh peserta didik dalam

pembelajaran pada umumnya meliputi pengetahuan, sikap dan

keterampilan yang diperoleh melalui usaha belajar. Hasil belajar seorang

peserta didik dapat diketahui bila diadakan pengukuran tentang

pengetahuan, sikap, dan keterampilan dari peserta didik.

Metode STAD ini adalah metode yang sangat sederhana bagi

guru untuk menunjang dalam mata pembelajaran MRL. Selain dapat

membantu dalam pembelajaran berinteraksi sosial juga dapat membantu

siswa berfikir kreatif dalam menyelesaikan masalah terutama dalam

kegiatan kelompok. Pemebelajaran STAD juga membimbing siswa

memcahakan masalah yang mudah sampai yang kompleks dengan cara

berinteraksi dan menganalisis dari setiap permasalahan.

Pembelajaran MRL dapat digunakan metode pembelajaran

STAD karena dalam pembelajaran ini menggunakan simbol-simbol

kelistrikan, teori kelistrikan dan terutama dalam masalah hitungan

matematik yang sangat membutuhkan kerja kelompok. Untuk

pemebelajaran teori siswa dapat saling mengingatkan dan dapat saling

membantu dalam hal memahami teori-teoti tersebut. Dalam hitungan

bilangan matematik inilah yang sangat dibutuhkan oleh siswa untuk


29

menyelesaikan permasalahan demi mencapai hasil belajar yang maksimal

dalam setiap pertemuan. Hasil pembelajaran dalam setiap pertemuan

inilah yang akan dijumlahkan, dimana diambil dari masing-masing skor

kelompok dan individu. Dengan demikian akan menjadi semangat siswa

untuk terus berusaha menjadi yang terbaik dan secara tidak langsung akan

meningkatkan hasil belajar siswa khusunya dalam mata pembelajaran

MRL.

G. Penelitian Relevan.

Penelitian yang relevan dengan penelitian ini adalah:

1. Dedi (2011), yang berjudul

“penerapan metode pembelajaran kooperatif tipe Studen Team

Achievement Division untuk meningkatkan hasil belajar memasang

peralatan bantu sistem distribusi di SMK N 1 padang”. Menyatakan

bahwa metode pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat

meningkatkan hasil belajar siswa setelah pembelajaran menggunakan

metode pembelajaran kooperatif tipe STAD mengalami peningkatan

dengan nilai rata-rata siswa 82,13.

2. Hasan Azhari (2014), yang

berjudul metode kooperatif tipe STAD berbantuan modul dalam

pembelajaran menganalisis rangkaian listrik di smkn 1 padang”.

Menyatakan bahwa terdapat peningkatan hasil belajar siswa setelah

pembelajaran kooperatif tipe STAD berbantuan modul, pada mata


30

pembelajaran MRL siswa di kelas X SMKN 1 Padang. dengan skor

posttes diperoleh rata-rata hasil belajar = 78,266”

3. Mustafa (2009) yang berjudul “

upaya peningkatan hasil pembelajaran pemeliharaan perbaikan motor

listrik (PPML) melalui metode kooperatif dengan pendekatan STAD

pada siswa kelas XI TPTL 1 SMK N 1 Bukit Tinggi. Menyatakan

bahwa dengan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD

dapat meningkatkan hasil belajar dengan ketuntasan 95,46% dengan

ketuntasan individu ≤70.

H. Kerangka Berpikir.

Berdasarkan deskripsi teoritis dan penelitian yang relevan

tentang metode pembelajaran tipe STAD, selanjutnya akan dianalisis

suatu model hubungan antara variabel-variabel yang akan dilibatkan

dalam penelitian. Kajian teoritis yang dikemukakan telah menjelaskan

hubungan-hubungan faktor psikologis yang berpengaruh terhadap hasil

belajar siswa. Faktor-faktor tersebut terdiri dari faktor yang ada dalam

diri dan yang ada diluar diri individu siswa. Faktor dari dalam diri siswa

seperti: kebiasaan belajar, aktivitas belajar, motivasi berprestasi,

kesehatan, sikap terhadap sekolah serta kemampuannya. Sedangkan

faktor dari luar diri siswa diantaranya fasilitas belajar, partisipasi orang

tua, sekolah, dan lingkungan.

Sesuai dengan ruang lingkup penelitian yakni: penerapan

metode pembelajaran kooperatif tipe STAD untuk meningkatkan hasil


31

belajar siswa. Maka faktor yang dominan pengaruhnya adalah siswa,

guru, maeteri, metode mengajar dan sistem evaluasi, sarana penunjang,

serta sistem administrasi. Faktor-faktor yang mempengaruhi tersebut

saling berhubungan erat, dimana dalam pembelajaran, hasil belajar dan

penilaian merupakan suatu siklus. Hal ini menunjukkan bahwa dalam

proses pembelajaran harus memperhatikan faktor - faktor pendukung

pembelajarannya karena jika hal itu terabaikan maka akan berpengaruh

terhadap proses dan hasil belajar siswa dalam pelajaran yang ditunjukkan

melalui perubahan tingkah laku siswa yang berkaitan dengan pelajaran

tersebut.

Pelaksanaan proses pembelajaran dapat mewujudkan terjadinya

perubahan, sikap, keterampilan atau kebiasaan baru yang lebih baik dari

sebelumnya. Proses pembelajaran yang baik adalah proses pembelajaran

yang membuat siswa untuk terlibat aktif secara keseluruhan, baik secara

mental maupun fisik. Sehingga dalam proses pembelajaran tersebut akan

terciptanya suatu interaksi belajar antara guru dengan siswa ataupun

siswa dengan siswa. Dengan adanya interaksi tersebut, maka suasana

belajar di dalam kelas akan lebih efektif. Pelaksanaan proses

pembelajaran dengan model pembelajaran yang diterapkan selama ini

adalah metode ceramah masih membuat hasil pembelajaran yang tidak

memuaskan. Selain itu, proses pembelajaran dalam kenyataannya

membuat siswa kurang aktif, tidak adanya interaksi siswa terhadap

lingkungan belajarnya.
32

Penerapan metode pembelajaran dalam proses pembelajaran di

kelas dapat meningkatkan interaksi belajar siswa baik antara guru dengan

siswa maupun antara siswa dengan siswa lainnya. Strategi ini melayani

tujuan ganda menjadi baik pemahaman-pemahaman pembinaan dan

pemantauan, yaitu mereka dianggap untuk meningkatkan pemahaman

terhadap modul atau bacaan tentang topik permasalahan yang diberikan.

Untuk lebih jelasnya kerangka berpikir dari penelitian ini adalah sebagai

berikut:

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi


Pembelajaran Dalam Mata pembelajaran
Menganalisi Rangkaian Listrik

Hasil Pembelajaran Yang


Rendah

Pembelajaran Menggunakan Metode kooperatif


tipe STAD

Hasil Belajar Siswa Meningkat

Gambar 1. Diagram Alur Kerangka Pikir

Anda mungkin juga menyukai