Anda di halaman 1dari 11

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Data

Data pada penelitian ini adalah data hasil belajar MRL pada kelas X TOI

yang berjumlah 34 orang, data awal penelitian ini didapat dari hasil pretest.

Nilai pretest siswa yang didapat memiliki rentangan antara 40-87. Data akhir

didapatkan setelah kelas diberikan perlakuan dengan belajar menggunakan

metode pembelajaran STAD dari hasil nilai posttest. Nilai yang didapat siswa

pada posttest memiliki rentangan antara 64-93. Tabel 10 merupakan

rangkuman penelitian yang menunjukkan distribusi dari nilai pretest dan

posttest pada kelas eksperimen.

Tabel 10. Distribusi data nilai pretest dan posttest


Data Nilai
Distribusi Data
Pretest Posttest
Rata-rata ( X ) 63,30 80,45
Median (Md) 62,22 80,00
Modus (Mo) 64,44 80,00
Standar deviasi (s) 10,6 5,74

Berdasarkan data pada tabel 10. Dapat dilihat bahwa data dari nilai

pretest dan posttest yang diperoleh pada kelas yang dijadikan subjek penelitian

telah terdistribusi secara normal. Ciri – ciri normalnya dapat dilihat dari nilai

median dan nilai modus memiliki kesamaan dan tidak memiliki rentangan yang

jauh. Rangkuman dari nilai – nilai ini dapat dilihat pada lampiran 33 di

halaman 161.

50
51

Subjek penelitian diberi perlakuan dengan belajar menggunakan metode

pembelajaran kooperatif tipe STAD. Sebelum perlakuan diberikan diadakan

pretest terlebih dahulu dan diperoleh skor tertinggi = 85 dan skor terendah = 40

dengan jumlah siswa 34 orang. Hasil perhitungan statistik menunjukkan hasil

rata-rata skor ( X ) pretest adalah 64,30 , simbangan baku (s) adalah 10,6.

Distribusi dari data frekuensi skor pretest dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 11. Distribusi frekuensi pretest.

No Interval skor Frekuensi


1 40 – 47 3
2 48 – 55 6
3 56 – 63 10
4 64 – 71 8
5 72 – 79 5
6 80 - 87 2
Jumlah 34
Rata-rata skor 62,41
Simpangan baku 10,6

Berdasarkan tabel 11, dapat dilihat frekuensi terbanyak terletak pada

interval skor 56-63 yaitu sebanyak 10 orang, dan juga ada yang mendapatkan

skor lebih rendah. KKM yang ditetapkan sekolah adalah 75, jika nilai dianalisa

masih banyak nilai siswa yang belum tuntas. Supaya lebih jelas dalam melihat

tingkatan frekuensi dari interval skor pretest ini, dapat kita lihat pada kurva

skor pretest berikut ini.


52

12

10 10

8 8

6 6 Series 1
5
4
3
2 2

Gambar

2. kurva
Berdasarkan kurva diatas, dapat dilihat bahwa perolehan nilai

pretes siswa pada kelas subjek penelitian sebagian besar masih berada dibawah

KKM yang ditetapkan sekolah yaitu 75. Sumbu X menunjukkan interval

perolehan skor yang didapat, umumnya interval yang memiliki rentangan

paling banyak berada pada kisaran 56-63. Kesimpulan yang didapat pada kurva

diatas adalah nilai siswa pada keseluruhan soal pretest ini lebih banyak yang

tidak mencapai KKM, untuk itu perlu diberi perlakuan dengan belajar

menggunakan metode pembelajaran STAD pada kelas yang dijadikan subjek

penelitian.

Setelah melakukan pretest, subjek penelitian diberikan perlakuan

dengan proses pembelajaran menggunakan metode pembelajaran kooperatif

tipe STAD, dan pada akhir pembelajaran untuk tiap pertemuan diberikan tes

akhir yaitu posttest. Tes diakhir pembelajaran ini memiliki peran penting dalam
53

melihat seberapa besar peningkatan hasil belajar siswa di kelas yang dijadikan

subjek penelitian. Perolehan skor posttest diambil dari keseluruhan pertemuan,

yaitu delapan pertemuan dan dijumlahakan dari keseluruhan soal posttest.

Didapatkan skor tertinggi = 93 dan skor terendah = 64 dari jumlah siswa

sebanyak 34 orang. Hasil perhitungan statistik menunjukkan hasil rata-rata skor

( X ) posttest adalah 80,45, simbangan baku (s) adalah 5,74. Distribusi dari

data frekuensi skor posttest dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 12. Distribusi frekuensi posttest.

No Interval skor Frekuensi


1 64 – 68 1
2 69 – 73 3
3 74 – 78 7
4 79 – 83 13
5 84 – 88 8
6 89 – 93 2
Jumlah 34
Rata-rata skor 80,41
Simpangan baku 5,74

Berdasarkan tabel 14 terlihat bahwa rentangan nilai yang memiliki

frekuensi tertinggi adalah 79-83 dengan jumlah 13 orang, artinya setelah diberi

perlakuan dengan metode STAD, terdapat peningkatan terhadap hasil belajar

siswa. Tabel 14 juga menunjukkan, bahwa hanya sedikit siswa yang nilainya

berada dibawah KKM yang ditetapkan sekolah. Jumlah siswa yang nilainya

berada dibawah KKM adalah 3 siswa dan nilai siswa yang tuntas adalah 31

siswa, dengan persentase ketuntasan 91,17%. Supaya lebih jelas dalam melihat

berapa tingkatan perolehan skor dari rentangan frekuensi yang telah dihitung
54

dengan perhitungan statistik, dapat kita lihat pada kurva skor posttest berikut

ini.

14

12

10

8
Series 1
6

Gambar

3. kurva
Berdasarkan kurva diatas, skor perolehan posttest sebagian besar atau

mencapai 88,23% telah melebihi KKM yang ditetapkan sekolah, ini berarti

hasil belajar siswa di kelas yang dijadikan subjek penelitian terdapat

peningkatan yang signifikan. Interval yang memiliki frekuensi tertinggi adalah

79-83, bisa dilihat pada kurva, interval ini lah yang paling tinggi jumlah

frekuensinya.

B. Analisis Data

1. Uji Normalitas

Untuk mengetahui apakah data yang diperoleh dari hasil penelitian

berdistribusi normal atau tidak, maka dilakukanlah uji normalitas. Uji

normalitas dilakukan dengan menggunakan rumus chi-kuadrat. Data yang


55

dicari normal atau tidaknya ini adalah nilai skor dari pretest dan posttest

pada kelas X TOI di SMKN 1 Pariaman.

Hasil uji normalitas ini didapat dari perbandingan harga X2hitung dan

X2tabel dari subjek penelitian pada taraf signifikan 0,05 dan pada derajat

kebebasan (dk) = k-1 = 6-1 = 5. Perhitungan dari uji normalitas lebih

lengkap dapat melihat rangkumannya tabel dibawah ini.

Tabel 13. Rangkuman uji normalitas pada pretest.

Kelas Dk X2hitung X2tabel kesimpulan


X TOI 5 0,63 11,07 Normal

Dari tabel diatas terlihat perhitungan uji normalitas dari skor

pretest bisa disimpulkan bahwa X2hitung < X2tabel , artinya perolehan skor

pada pretest ini berdistribusi normal. Perhitungan lebih lengkap dari uji

normalitas perolehan skor pretest ini dapat dilihat pada lampiran 17 pada

halaman 122.

Rangkuman diatas merupakan perhitungan uji normalitas pretest,

Rangkuman perhitungan posttest dapat dilihat pada tabel 14 berikut.

Tabel 14. Rangkuman uji normalitas pada postest.

Kelas dk X2hitung X2tabel Kesimpulan


X TOI 5 6,98 11,07 Normal

Data tabel 16, diatas menunjukkan perhitungan uji normalitas

perolehan skor posttest berdistribusi normal, ini dilihat dari kategori X2hitung

< X2tabel. Perbandingan nilai X2tabel dilihat pada tabel chi-kuadrad dengan
56

merujuk pada derajat kebebasan (dk). Perhitungan lengkap dari uji

normalitas posttest ini dapat dilihat pada lampiran 31 pada halaman 156.

Hasil perhitungan uji normalitas ini menyimpulkan bahwa, data

dari hasil belajar pada pembelajaran MRL yang telah diberi perlakuan

dengan metode pembelajaran kooperatif tipe STAD normal.

2. Peningkatan Hasil Belajar

Hasil dari perolehan pretest dan posttest dapat dijadikan

perbandingan untuk melihat berapa hasil peningkatan hasil belajar.

Peningkatan hasil belajar ini dianalisis dengan rumus gain score menurut

Hake (1999). Seperti terlihat pada lampiran 32 halaman 160.

Perhitungan gain score dapat dilakukan dengan menggunakan

rumus berikut ini:

(S i−S f )
<g> = (Hake 1999)
( 100−S f )

Keterangan :
<g> = skor gain dinormalisasi.
Si = skor pretest.
Sf = skor posttest.
100 = skor maksimum yang dicapai (100).

Rangkuman dari perhitungan gain score nilai pretest dan posttest

dapat dilihat pada tabel 15.

Tabel 15. Rangkuman uji gain score

Skor
Skor Skor Skor
No Nama siswa pretes kategori
posttest maks gain
t
1 Responden 1 68,88 84,44 100 0,32 Sedang
2 Responden 2 75,55 86,66 100 0,45 Sedang
3 Responden 3 48,88 68.88 100 0,38 Sedang
57

4 Responden 4 60,00 77,77 100 0,44 Sedang


5 Responden 5 82,22 91,11 100 0,50 Sedang
6 Responden 6 73,33 86,66 100 0,49 Sedang
7 Responden 7 60,00 80,00 100 0,50 Sedang
8 Responden 8 57.77 77,77 100 0,47 Sedang
9 Responden 9 64,44 80,00 100 0,43 Sedang
10 Responden 10 44,44 75,55 100 0,56 Sedang
11 Responden 11 64,44 84,44 100 0,36 Sedang
12 Responden 12 53,33 71,11 100 0,38 Sedang
13 Responden 13 55,55 75,55 100 0,45 Sedang
14 Responden 14 64,44 82,22 100 0,50 Sedang
15 Responden 15 46,66 75,55 100 0,54 Sedang
16 Responden 16 77,77 86,66 100 0,40 Sedang
17 Responden 17 57,77 77,77 100 0,47 Sedang
18 Responden 18 62,22 82,22 100 0,53 Sedang
19 Responden 19 60,00 80,00 100 0,50 Sedang
20 Responden 20 64,44 82,22 100 0,50 Sedang
21 Responden 21 60.00 80,00 100 0,50 Sedang
22 Responden 22 57,77 75,55 100 0,42 Sedang
23 Responden 23 55,55 80,00 100 0,55 Sedang
24 Responden 24 40,00 64,44 100 0,41 Sedang
25 Responden 25 48,88 71,11 100 0,43 Sedang
26 Responden 26 66,66 80,00 100 0,40 Sedang
27 Responden 27 55,55 80,00 100 0,55 Sedang
28 Responden 28 62,22 82,22 100 0,45 Sedang
29 Responden 29 71,11 82,22 100 0,38 Sedang
30 Responden 30 86,66 93,33 100 0,50 Sedang
31 Responden 31 71,11 86,66 100 0,54 Sedang
32 Responden 32 75,55 86,66 100 0,45 Sedang
33 Responden 33 73,33 84,44 100 0,42 Sedang
34 Responden 34 62,22 82,22 100 0,52 Sedang
Rata – rata 64,30 80,45 100 0,46 Sedang

Berdasarkan tabel 17 dapat diambil kesimpulan rata-rata gain score

keseluruhan adalah 0,46, artinya peningkatan hasil belajar pada subjek

penelitian dalam kategori sedang. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa

pembelajaran dengan menggunakan metode pembelajaran kooperatif tipe


58

STAD ini dapat meningkatkan hasil belajar MRL di kelas eksperimen, dilihat

dengan adanya peningkatan yang signifikan yang dijelaskan pada tabel 17 .

C. Pembahasan

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dan dilihat dari hasil-hasil

perhitungan, metode pembelajaran kooperatif tipe STAD ini dapat membuat

para siswa memiliki peran penting dalam pembelajaran dan menjadi lebih aktif.

Para siswa dengan metode pembelajaran STAD ini terlihat kompak dan saling

membantu antar satu sama lain dalam kelompoknya masing-masing. Manfaat

positif dari metode pembelajan ini begitu terlihat dalam proses pembelajaran

dikelas dengan membuat semua siswa menjadi aktif.

Keuntungan lain dalam metode pembelajaran ini adalah siswa tidak

hanya dibuat aktif di dalam kelompok, tetapi juga aktif secara individu.

Keaktifan siswa pada metode STAD ini adalah dengan membantu teman

sekelompoknya dalam proses pembelajaran. Cara penempatan siswa didalam

kelompok yang menggunakan azas heterogen membuat siswa didalam

kelompok menjadi efektif dalam belajar. Azas heterogen dilihat dari

kemampuan intelektual siswa dari nilai pretest, dan kesosialan siswa

berdasarkan pengamatan. Metode STAD ini bertujuan membentuk kelompok

yang mempunyai tugas atau tanggung jawab tertentu berkaitan dengan materi

pelajaran sehingga akan diperoleh partisipasi aktif siswa selama proses

pembelajaran berlangsung.
59

Uji gain score yang dilakukan pada penelitian ini, diawali dengan

pemberian pretest untuk melihat kemampuan awal para siswa yang dijadikan

subjek penelitian dengan memberikan pemberitahuan dua hari sebelum

dilaksanakan penelitian. Pretest ini mendapatkan rata-rata dengan perolehan

skor = 64,30, nilai ini belum mencapai KKM yang ditetapkan sekolah.

Kemudian uji normalitas dilakukan dan mendapatkan data dari perolehan

pretest ini berdistribusi normal. Setelah itu proses pembelajaran dengan

menggunakan metode pembelajaran kooperatif tipe STAD dilakukan selama

delapan kali pertemuan selama dua bulan proses penelitian. Setelah proses

pembelajaran selama penelitian dilakukan, diadakan posttest untuk melihat

peningkatan hasil belajar siswa di setiap akhir pertemuan. Posttest ini

memperoleh skor rata-rata = 80,45 perolehan ini sudah melebihi nilai KKM

yang ditetapkan sekolah.

Kemudian uji normalitas juga dilakukan pada skor posttest ini, dan data

hasil perolehan skor posttest ini berdistribusi normal. Langkah berikutnya

adalah melihat peningkatan hasil belajar siswa setelah diberikan perlakuan

dengan metode pembelajaran STAD dengan menggunakan rumus gain score.

Hasil perolehan gain score ini didapatkan rata-rata hasil keseluruhan adalah

0,46 ini berarti peningkatan hasil belajar dengan menggunakan metode

pembelajaran Kooperatif tipe STAD ini memiliki kategori sedang.

Hasil penelitian ini diperkuat oleh penelitian yang dilakukan Mustafa

(2009) yang berjudul “ upaya peningkatan hasil pembelajaran pemeliharaan

perbaikan motor listrik (PPML) melalui metode kooperatif dengan pendekatan


60

STAD pada siswa kelas XI TPTL 1 SMK N 1 Bukit Tinggi. Menyatakan

bahwa dengan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat

meningkatkan hasil belajar dengan ketuntasan 95,46% dengan ketuntasan

individu ≤70. Kesimpulan dari penelitian ini adalah hasil belajar siswa

meningkat melalui metode STAD.

Tahap akhir motode penelitian ini yaitu pemberian pengharagaan

kepada kelompok dengan skor tertinggi. Skor yang memiliki skor kelompok

tertinggi yaitu kelompok IV dengan skor perolehan 81,26, untuk lebih jelasnya

dapat dilihat pada Lampiran 32 halaman 194. Penghargaan yang diberikan

selain nilai sebagai penunjang hasil pembelajaran juga diberikan penghargaan

berupa jam dinding kepada juara kelompok yaitu kelompok I dan kartu rumus

ilmu kelistrikan keseluruh siswa TOI. Jam dinding bertujuan agar siswa tidak

terlambat dalam masuk kelas dan memulai pelajaran baik di pagi hari maupun

sesudah jam istirahat. Kartu ilmu kelistrikan diberikan keseluruh siswa agar

siswa dapat dengan mudah meingat rumus kelistrikan, dan juga rumus

kelistrikan bertujuan agar kartu tersebut dapat dibaca setiap saat baik dluar

maupun dalam kondisi belajar.

Dari pembahasan dapat disimpulkan bahwa, terdapat peningkatan hasil

belajar siswa menggunakan metode pembelajaran kooperatif STAD pada mata

pelajaran Menganalisis Rangkaian Listrik di SMKN 1 Pariaman.

Anda mungkin juga menyukai