Anda di halaman 1dari 10

Makalah

HAKIKAT KURIKULUM

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Pengembangan Kurikulum dan Silabus

Dosen Pengampu : Ika Martanti Mulyawati, M.Pd.

Di susun Oleh kelompok 1 :

1. M. Nasrullah Zaky 206151041


2. Rosa Widya Ningrum 206151044
3. Nurul Fatimah 206151065

PRODI TADRIS BAHASA INDONESIA

FAKULTAS ADAB DAN BAHASA

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI INDONESIA

TAHUN 2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidahnya-Nya s
ehingga kami dapat menyelesaikan tugas pembuatan makalah yang berjudul HAKIKAT KU
RIKULUM

Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas pada ma
ta kuliah pengembangan kurikulum dan silabus. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk
menambah wawasan tentang HAKIKAT KURIKULUM bagi para pembaca dan juga bagi p
enulis.

Kami mengucapkan terimakasih kepada Ibu Ika Martanti Mulyawati, M.Pd selaku dos
en pengembangan kurikulum dan silabus yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat me
nambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang kami tekuni. Kami juga
mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah membagi sebagian pengetahuanny
a sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini. Kami menyadari, makalah yang kami tulis
ini masih jauh dari kata sempurna. oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun akan sa
ya nantikan demi kesempurnaan makalah ini.

Surakarta, 5 September 2021


BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dalam setiap kegiatan yang baik, akan selalu ada rencana atau program yang telah
dibuat sebelumnya yang dapat dijadikan pedoman dalam pelaksanaannya. Program terseb
ut dalam istilah lain disebut "kurikulum". Kurikulum sering kali menjadi diskusi, misalny
a ketika sebagian masyarakat melihat hasil dari suatu lembaga pendidikan tidak sesuai de
ngan harapan mereka, mereka selalu menuduh kurikulum lembaga pendidikan tersebut bu
ruk. Saat orang tua akan menyekolahkan anak-anaknya, pertama mereka harus memperti
mbangkan reputasi penerapan kurikulum di sekolah dalam proses pembelajaran. Oleh kar
ena itu, sebagai calon pendidik, harus memahami hakikat kurikulum guna mengoptimalka
n kegiatan pembelajaran di kelas.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan kurikulum?
2. Apa saja fungsi kurikulum bagi pihak-pihak yang terkait dalam proses Pendidikan
di sekolah?
3. Apa saja yang termasuk komponen-komponen utama dalam kurikulum?
4. Apa hubungan antar kurikulum dengan pembelajaran?
5. Apa yang dimaksud dengan pengembangan kurikulum?
C. Tujuan
1. Dapat mengetahui apa itu yang dimaksud dengan kurikulum
2. Dapat mengetahui fungdi kulikulum bagi pihak-pihak yang terkait dalam Pendidik
an di sekolah
3. Dapat mengetahui mana saja yang termasuk komponen utama dalam kurikulum
4. Dapat mengetahui hubungan antara kurikulum dengan pembelajaran
5. Dapat mengetahui ap aitu yang dimaksud dengan pengembangan kurikulum
BAB 2
PEMBAHASAN
A. Pengertian kurikulum
Ada banyak pengertian kurikulum tergantung dari sisi mana memandangnya.
Namun, istilah kurikulum (curriculum), pada awalnya digunakan dalam dunia olahrag
a, berasal dari kata curir (pelari) dan curere (tempat berpacu). Pada saat itu kurikulum
diartikan sebagai jarak yang harus ditempuh oleh seorang pelari mulai dari start samp
ai finish untuk memperoleh medali atau penghargaan. Kemudian, pengertian tersebut
diterapkan dalam dunia pendidikan menjadi sejumlah mata pelajaran (subject) yang h
arus ditempuh oleh seorang siswa dari awal sampai akhir program pelajaran untuk me
mperoleh ijazah. Dari rumusan pengertian kurikulum tersebut terkandung dua hal pok
ok, yaitu (1) adanya mata pelajaran yang harus ditempuh oleh siswa dan (2) tujuan uta
manya, yaitu untuk memperoleh ijazah. Implikasi pengertian tersebut terhadap praktik
pengajaran adalah bahwa untuk memperoleh ijazah atau sertifikat setiap siswa harus
menguasai seluruh mata pelajaran yang diberikan dan menempatkan guru dalam posis
i yang sangat penting dan menentukan. Keberhasilan siswa ditentukan oleh seberapa j
auh mata pelajaran tersebut dikuasainya dan biasanya disimbolkan dengan skor yang
diperoleh setelah
mengikuti suatu tes atau ujian.
Kurikulum tidak terbatas hanya pada sejumlah mata pelajaran saja, tetapi men
cakup semua pengalaman belajar (learning experiences) yang dialami siswa dan mem
pengaruhi perkembangan pribadinya. Bahkan Harold B. Alberty (1965) memandang k
urikulum sebagai semua kegiatan yang diberikan kepada siswa di bawah tanggung ja
wab sekolah (all of the activities that are provided for the students by the school). Kur
ikulum tidak dibatasi pada kegiatan di dalam kelas saja, tetapi mencakup juga kegiata
n-kegiatan yang dilakukan oleh siswa di luar kelas.
Bahwa pada saat sekarang istilah kurikulum memiliki empat dimensi pengertia
n, di mana satu dimensi dengan dimensi lainnya saling berhubungan. Keempat dimens
i kurikulum tersebut adalah sebagai berikut.
1. Kurikulum sebagai suatu ide.
2. Kurikulum sebagai suatu rencana tertulis yang sebenarnya merupakan perwujuda
n dari kurikulum sebagai suatu ide.
3. Kurikulum sebagai suatu kegiatan yang sering pula disebut dengan istilah kurikul
um sebagai suatu realita atau implementasi kurikulum. Secara teoretis dimensi ku
rikulum ini adalah pelaksanaan dari kurikulum sebagai suatu rencana tertulis.
4. Kurikulum sebagai suatu hasil yang merupakan konsekuensi dari kurikulum seba
gai suatu kegiatan.
B. Peran dan fungsi kurikulum
Kurikulum memiliki kedudukan dan posisi yang sangat sentral dalam keselur
uhan proses pendidikan, bahkan kurikulum merupakan syarat mutlak dan bagian yang
tak terpisahkan dari pendidikan itu sendiri. Apabila dirinci secara lebih mendetail pera
nan kurikulum sangat penting dalam mencapai tujuan-tujuan pendidikan, paling tidak
terdapat tiga peranan yang dinilai sangat penting, yaitu peranan konservatif, peranan k
ritis atau evaluatif, dan peranan kreatif (Hamalik,1990).
1. Peranan Konservatif
Peranan konservatif menekankan bahwa kurikulum dapat dijadikan sebagai sarana unt
uk mentransmisikan nilai-nilai warisan budaya masa lalu yang dianggap masih releva
n dengan masa kini kepada generasi muda, dalam hal ini para siswa. Dengan demikia
n, peranan konservatif ini pada hakikatnya menempatkan kurikulum yang berorientasi
ke masa lampau.
2. Peranan Kreatif Kurikulum
Peranan kreatif kurikulum harus mengandung hal-hal yang dapat membantu setiap sis
wa mengembangkan semua potensi yang ada pada dirinya untuk memperoleh pengeta
huan-pengetahuan baru, kemampuankemampuan baru, serta cara berpikir baru yang d
ibutuhkan dalam kehidupannya.
3. Peranan Kritis dan Evaluatif
Peranan kritis dan evaluatif peranan kurikulum tidak hanya mewariskan nilai dan bud
aya yang ada atau menerapkan hasil perkembangan baru yang terjadi, melainkan juga
memiliki peranan untuk menilai dan memilih nilai dan budaya serta pengetahuan baru
yang akan diwariskan tersebut. Dalam hal ini, kurikulum harus turut aktif berpartisipa
si dalam kontrol atau filter sosial. Nilai-nilai sosial yang tidak sesuai lagi dengan kead
aan dan tuntutan masa kini dihilangkan dan diadakan modifikasi atau penyempurnaa
n-penyempurnaan.

C. KOMPONEN UTAMA KURIKULUM

1. Komponen utama kurikulum


a. Tujuan
Rumusan dari tujuan pendidikan nasional Indonesia dijelaskan menurut pada
falsafah negara Pancasila dan UUD 1945. Dari tujuan rumusan tersebut memiliki
nilai, yaitu pendidikan wajib memberi fasilitas berkembangnya kecakapan potensi
manusia supaya menjadi manusia yang beriman dan memiliki kepribadian cerdas,
sehat, terampil, bertanggung jawab, mandiri.
Pendidikan nasional harus dipahami, dihayati, dijiwai, dan harus dijadikan sebagai
sumber inspirasi bagi para pengelola pendidikan dalam merumuskan tujuan
pendidikan. Serta diharapkan dapat tercermin dalam rumusan tujuan
pendidikan pada setiap level, dari mulai tujuan kelembagaan pendidikan
(institusional), tujuan setiap mata pelajaran atau bidang studi, sampai pada
perumusan tujuan yang paling bawah yaitu tujuan pembelajaran. Urutan tujuan
tersebut secara
sistematis, yaitu sebagai berikut:
1) Tujuan pendidikan nasional, merupakan tujuan pendidikan yang tercantum dalam UU
No. 20 tahun 2003 .
2) Tujuan internasional, merupakan tujuan yang wajib dicapai siswa setelah menyelesaikan
jenjang pendidikan, misalnya SD, SMP, SMA, baik negeri maupun swasta.
3) Tujuan kulikuler, merupakan rumusan kemampuan (kompetensi) yang harus dimiliki
siswa setelah menempuh setiap mata pelajaran atau bidang studi.
4) Tujuan pembelajaran, merupakan kompetensi yang harus dicapai setiap siswa setelah
terlaksananya kegiatan pembelajaran.
Pratt (Kaber, 1998) mengemukakan kriteria yang harus dipenuhi dalam merumuskan
tujuan kurikulum, yaitu sebagai berikut:
a. Tujuan kurikulum harus menunjukkan hasil belajar yang spesifik dan dapat diamati.
b. Tujuan harus konsisten dengan tujuan kurikulum.
c. Tujuan harus ditulis dengan tepat, menggunakan bahasa yang jelas sehingga dapat
memberikan gambaran yang jelas bagi pelaksana kurikulum.
d. Tujuan harus memperlihatkan kelayakan, artinya kurikulum harus disesuaikan dengan
situasi, bukan suatu standar mutlak.
e. Tujuan harus fungsional, artinya tujuan harus menunjukkan nilai guna bagi para peserta
didik dan masyarakat.
f. Tujuan harus signifikan dalam arti tujuan dipilih berdasarkan nilai yang diakui
kepentingannya.
g. Tujuan harus tepat dan serasi, terutama harus dilihat dari kepentingan dan kemampuan
siswa.
b. Materi/isi
Isi kurikulum pada dasarnya merupakan bahan/ materi yang disusun untuk
diberikan kepada peserta didik agar mencapai tujuan yang sudah ditetapkan. Materi
yang diberikan kepada peserta didik harus memperhatikan jenis dan jenjang
pendidikan, tingkat perkembangan, dan kebutuhan, perkembangan dan tuntutan
masyarakat, dan juga perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Penentuan
bahan kurikulum harus selektif, dengan mempertimbangkan beberapa hal. Yang
pertama, bahan kurikulum harus materi dasar yang dianggap membekali kemampuan
siswa. Kedua, bahan kurikulum mengimbangi dan membantu memecahkan berbagai
masalah.
Pusat Kurikulum (Puskur)
Depdiknas menetapkan sejumlah kriteria dalam memilih dan menentukan bahan/ isi
kurikulum, yaitu sebagai berikut.
1. Sahih (valid); artinya bahwa materi yang diberikan harus benar-benar
telah teruji kebenaran dan kesahihannya. Dalam kaitan ini juga bahwa
materi harus memenuhi unsur aktualitas, sehingga tidak mudah
ketinggalan zaman.
2. Tingkat kepentingan; yaitu bahwa isi yang diberikan memang betul-betul dirasakan
pentingnya dipelajari terutama oleh siswa dalam rangka membekali kemampuan
(kompetensi) untuk diaktualisasikan dalam kehidupan nyata sehari-hari.
3. Kebermaknaan; yaitu bahwa materi yang dipelajari siswa memiliki makna yang luas
mencakup untuk kepentingan kemampuan akademis dan nonakademis.
4. Layak dipelajari; artinya dilihat dari tingkat kesulitan, materi tersebut memiliki
kelayakan yang tinggi sebagai bahan untuk dipelajari siswa.
5. Menarik minat; yaitu bahwa materi tersebut harus menarik minat, sehingga siswa
termotivasi untuk mempelajarinya baik secara individual, kelompok, maupun klasikal.

Dalam mempelajari isi/materi kurikulum, sering dihadapkan pada persoalan


scope (ruang lingkup isi kurikulum) dan sequence (urutan isi kurikulum). Menurut S.
Nasution (1987), berikut cara untuk mengurutkan bahan kurikulum.
a. Urutan secara kronologis, yaitu menurut terjadinya suatu peristiwa.
b. Urutan secara logis yang dilakukan menurut logika.
c. Urutan bahan dari sederhana menuju yang lebih kompleks.
d. Urutan bahan dari mudah menuju yang lebih sulit.
e. Urutan bahan dari spesifik menuju yang lebih umum.
f. Urutan bahan berdasarkan psikologi unsur, yaitu dari bagian-bagian kepada keseluruhan.
g. Urutan bahan berdasarkan Psikologi Gestalt, yaitu dari keseluruhan menuju bagian-
bagian.
c. Strategi pembelajaran
Pengertian strategi pembelajaran dalam konteks ini meliputi metode, prosedur,
model, dan teknik yang digunakan untuk menyajikan materi/isi mata kuliah. Strategi
berhubungan dengan strategi yang digunakan guru dalam melaksanakan kurikulum
secara sistemik dan sistematik. Sistemik merupakan adanya saling berhubungan
antara komponen kurikulum sehingga dapat melaksanakannya secara terpadu untuk
mencapai tujuan. Sedangkan sistematik memiliki arti bahwa langkah yang dilakukan
guru harus berkesinambungan untuk mendukung tercapainya tujuan.
Richard Aderson mengajukan dua pendekatan, yaitu pendekatan yang berorientasi
pada guru, di mana aktivitas guru dalam proses pembelajaran lebih dominan dari pada
peserta didik, dan pendekatan yang kedua lebih berorientasi pada siswa.

d. Evaluasi
Komponen evaluasi dirancang untuk menilai pencapaian tujuan yang telah
ditentukan dan untuk menilai proses implementasi kurikulum secara keseluruhan,
termasuk kegiatan evaluasi sendiri. Hasil dari kegiatan evaluasi ini dapat dijadikan
umpan balik guna perbaikan dan penyempurnaan pengembangan berbagai komponen
kurikulum. Kemudian pada akhirnya hasil evaluasi ini dapat dijadikan sebagai
masukan bagi penentuan kebijakan dalam menentukan kurikulum dan pendidikan
pada umumnya.
Menurut Doll terdapat dua dimensi yang harus ada dalam evaluasi kurikulum,
yaitu dimensi kuantitas (the dimension of quantity) dan dimensi kualitas (the
dimension of quality). Dimensi kuantitas berhubungan jumlah program-program yang
dievaluasi, sedangkan dimensi kualitas berhubungan dengan tujuan apa saja yang
disoroti dalam evaluasi dan bagaimana berbagai pencapain tujuan tersebut.
Selanjutnya, pada proses evaluasi Doll mengemukakan tiga variabel, yaitu variabel
input (karakteristik siswa), output (apa yang didapat siswa setelah mengikuti
pembelajaran), dan variabel treatment (metode mengajar, materi pelajaran untuk
kelas, karakteristik siswa dan guru). Ketiga variabel tersebut harus saling berinteraksi
agar memperoleh gambaran komprehensif mengenai kualitas suatu kurikulum yang
dievaluasi.
D. Hubungan kurikulum dengan pembelajaran
Secara sederhana dapat dikatakan bahwa kurikulum adalah apa yang akan diajarkan,
sedangkan pembelajaran (instruction) adalah bagaimana menyampaikan apa yang diajarkan
itu. Dengan perkataan lain, kurikulum adalah suatu program, rencana dan isi pelajaran,
sedangkan pembelajaran dapat dicirikan sebagai metode, tindakan belajar-mengajar, dan
presentasi.Dalam pelaksanaannya, perencanaan kurikulum maupun perencanaan
instruksional, selalu dikaitkan dengan berbagai rencana atau program studi sehingga sifatnya
sangat pragmatis; sebaliknya keputusan mengenai pembelajaran atau implementasi dari
kurikulum itu sifatnya metodologis. Tetapi yang harus diingat adalah baik kurikulum maupun
pembelajaran pada dasarnya merupakan subsistem dari suatu sistem yang lebih besar, yaitu

sistem persekolahan atau sistem pendidikan.

E. PENGEMBANGAN KURIKULUM

Pengembangan kurikulum adalah suatu istilah yang ada dalam studi kurikulum. Istilah
pengembangan kurikulum banyak digunakan oleh ahli pendidikan berhubungan dengan
proses implementasi dari kurikulum yang berlaku pada saat itu. Sementara itu Caswell
menyatakan bahwa pengembangan kurikulum merupakan alat untuk membantu guru
melakukan tugasnya menyampaikan pembelajaran yang menarik minat siswa dan memenuhi
kebutuhan masyarakat. Jadi, pengembangan kurikulum merupakan bagian yang esensial dari
program pendidikan. Sasaran yang ingin dicapai bukan semata-mata memproduksi bahan
pembelajaran melainkan lebih untuk bagaimana mengimplementasikan kurikulum atau agar
dapat meningkatkan kualitas siswa dan kualitas pendidikan pada umumnya.

BAB 3
PENUTUP
Kesimpulan
Dalam kagiatan pembelajaran, perlu adanya pedoman untuk menyusun tujuan/
target dalam proses balajar mangajar, biasanya disebut kurikulum. Adanya kurikulum
akan memudahkan guru dalam proses pembelajaran. Maka dari itu, perlu diketahui ap
a arti dari kurikulum tersebut. Kurikulum menjadi komponen acuan oleh setiap satuan
pendidikan. Kurikulum berkembang sejalan dengan perkembangan teori dan praktik p
endidikan, serta bervariasi sesuai aliran atau teori. Kurikulum juga memandu segala b
entuk kegiatan pendidikan untuk mencapai tujuan pendidikan, sehingga kurikulum me
njadi elemen pokok dalam layanan program pendidikan. Kurikulum mempunyai peran
an penting dalam pendidikan, yaitu berkaitan dengan penentuan arah, isi, dan proses p
endidikan yang akhirnya akan menentukan macam dan kualifikasi lulusan suatu lemb
aga pendidikan.
Keefektifan implementasi dan pengembangan kurikulum di lapangan sangat b
ergantung pada kemampuan guru dan fasilitas yang tersedia di sekolah untuk memuda
hkan guru mengklarifikasi berbagai topik yang termuat dalam kurikulum. Guru yang
membimbing segala sesuatu yang terjadi di kelas maupun ekatra-organisasi sekolah.
Oleh karena itu, berhasil tidaknya pengembangan kurikulum juga bergantung pada ma
najemen masing-masing guru kurikulum itu sendiri berfungsi sebagai alat untuk mem
ajukan pendidikan di setiap satuan pendidikan.

DAFTAR PUSTAKA
Hernawan, Asep Herry.Dewi Andriyani(2011).Hakikat Kurikulum dan
Pembelajaran,http://repository.ut.ac.id/4040/1/PKOP4303-M1.pdf

Sukirman, Dadang. Ali Nugraha (2016) Hakikat Kurikulum, http://repository.ut.ac.id/3815/1/


PGTK2403-M1.pdf, diakses pada 30 Agustus 2021.

Anda mungkin juga menyukai