Anda di halaman 1dari 6

KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah subhanawata’ala kerana berkat rahmat dan hidayahnyalah kami
dapat menyelesaiakan tugas Keperawatan Medical Bedah I mengenai “ Asuhan Keperawatan”
ini dengan baik dan tepat waktu sesuai dengan yang telah ditentukan. Kami menyadari
bahwasanya makalah ini masih banyak memiliki kekurangan dikarenakan keterbatasannya
pemahaman dan pengetahuan kami, oleh karena itu kami mengharapkan bimbingan serta saran
dari pembaca untuk menyempurnakan tugas Asuhan Keperawatan ini.

Berkaitan dengan kami banyak mendapatkan bantuan dari berbagai pihak yang diterima
oleh kami secara langsung maupun tidak langsung dan maka kiranya tidak lupa pula kami
mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu kami dalam
pembuatan tugas Asuhan Keperawatan ini.

Gorontalo, 7 September

2020

Kelompok

BAB I

KONSEP MEDIS

A. Definisi
Aritmia adalah kelaianan sekunder atau kelainan irama jantung atau suatu keadaan
dimana ketidakstabilan dari kecepatan denyut jantung (rate), Irama ( rhythm) atau
koduksi ( conduction) yang dapat mengakibatkan pingsan,pusing,berdebar bahkan sampai
pada kematian. Biasa pada klien yang menderita aritmia bisa merasakan irama jantung
yang terlalu lambat,cepat atau tidak teratur. 2 bentuk mendasar dari aritmia adalah :
 Takikardi, jika denyut jantung > 100x/menit
 Bradikardi, jika denyut jantung < 60x/menit
B. Etiologi
Kondisi jantung yang menyebabkan aritmia antara lain :
1. Suplai darah yang tidak adekuat.
Mengubah kemampuan jaringan jantung termasuk sel-sel yang menghantarkan
impuls listrik sehingga tidak berfungsi semestinya
2. Kerusakan /kematian jaringan jantung \
Mengganggu arah impuls listrik menyebar di jantung
Pada beberapa pasien ,aritmia bisa terjadi karena efek samping dari obat-obatan yang
dikonsumsi. Kadang-kadang, tidak ada penyebab atau faktor resiko yang bisa
diidentifikasi pada aritmia.

C. Manifestasi Klinis
Tanda dan gejala pada aritmia tidak ada gejala atau tidak menunjukan gejala yang
spesifik pada penderita aritmia mungkin mengalami gejala palpitasi( jantung berdebar
cepat), kepala terasa ringan,rasa pingsan atau pusing,sinkope,kelelahan,sesak napas,nyeri
dada. Dalam kondisi yang parah,pasien bisa mengalami gejala gangguan kemampuan
bicara, gangguan penghilihan dan rasa lemah pada yungkai badan, yang
mengindintefikasikan adanya gejala stroke.
D. Patofisiologi/Patomekanisme

E. Klasifikasi
Berdasarkan mekanismenya, aritmia dibagi menjadi takiaritmia dan bradiaritmia,
sedangkan berdasarkan letaknya aritmia dibagi menjadi supraventrikular aritmia dan
ventrikular aritmia
Berikut ini merupakan beberapa jenis gangguan irama jantung :
a) Supraventrikular Takikardi (SVT) Supraventrikular takikardi adalah seluruh
bentuk takikardi yang muncul dari berkas HIS maupun di atas bifurkasi berkas
HIS.Pada umumnya gejala yang timbul berupa palpitasi, kepala terasa ringan,
pusing, kehilangan kesadaran, nyeri dada, dan nafas pendek. Gejala-gejala
tersebut muncul secara tiba-tiba (sudden onset) dan berhenti secara tiba-tiba
(abrupt onset).

Gambar 1. Klasifikasi Supraventrikular Takikardi Sumber : Perhimpunan Dokter Spesialis


Penyakit Dalam Indonesia
1. Sinus Takikardi Sinus takikardi adalah irama sinus dengan kecepatan denyut
jantung >100x/menit. Terdapat 2 jenis sinus takikardi, yaitu fisiologis dan non
fisiologis. Sinus takikardi fisiologis menggambarkan keadaan normal atau
merupakan respon stress fisiologis(aktivitas fisik, rasa cemas), kondisi
patologis (demam, tirotoksikosis, anemia, hipovolemia), atau stress
farmakologis untuk menjaga curah jantung tetap stabil. Sedangkan sinus
takikardi non fisiologis terjadi akibat gangguan pada sistem vagal, simpatik,
atau pada nodus SA sendiri

Gambar 2. Interpretasi EKG pada Sinus Takikardi Sumber : Kowalak, Jennifer Lynn

2. Atrial Fibrilasi Atrial fibrilasi adalah bentuk aritmia yang paling sering terjadi.Pada
atrial fibrilasi, impuls listrik tidak dimulai dari nodus SA, melainkan dari bagian lain di
atrium atau di dekat v.pulmonalis. Hal ini akan menimbulkan impuls yang cepat dan
tak beraturan sehingga atrium akan berdenyut secara tepat dan tak beraturan pula.
Ketika impuls listrik sampai di nodus AV, nodus AV akan meneruskan impuls
tersebut walaupun tidak secepat impuls awalnya sehingga ventrikel juga akan
berdenyut cepat namun tidak secepat atrium. Oleh karena itu, atrium dan ventrikel
tidak lagi berdenyut bersamaan.
Resiko terjadinya atrial fibrilasi akan meningkat pada keadaan hipertensi,
penyakit jantung koroner, gagal jantung, penyakit jantung rematik, defek struktur
jantung (contoh : Mitral Valve Prolapse), pericarditis, penyakit jantung kongenital,
hipertiroidisme, obesitas, diabetes, dan penyakit paru
Pada EKG didapatkan gambaran gelombang tidak teratur, komples QRS sempit,
dan kecepatan >300x/menit.
Gambar 3. Interpretasi EKG pada Atrial Fibrilasi
Sumber : Kowalak, Jennifer Lynn
3. Atrial Flutter Atrial flutter dapat disebabkan karena adanya perlukaan pada jantung
akibat penyakit jantung atau prosedur operasi jantung. Namun atrial flutter dapat
pula terjadi pada pasien tanpa gangguan jantung. Kondisi ini disebut sebagai Lone
Atrial Flutter . Pada atrial flutter impuls listrik tidak dimulai dari nodus SA melainkan
dari atrium kanan dan melibatkan sirkuit besar yang meliputi daerah dekat katup
trikuspid. Hal ini akan menyebabkan atrium berdenyut cepat dan memacu ventrikel
untuk berdenyut cepat pula. Atrial flutter pada umumnya terjadi pada penderita
penyakit jantung, seperti penyakit jantung kongestif, penyakit katup rematik,
penyakit jantung kongenital atau kondisi medis lainnya, seperti emfisema paru dan
hipertensi. Resiko terjadinya atrial flutter akan meningkat padapasien post operasi
jantung akibat terbentuknya perlukaan pada bagian atrium.

Gambar 4. Interpretasi EKG pada Atrial Flutter Sumber : Kowalak, Jennifer Lynn 5.
Atrial Ekstrasistol Atrial ekstrasistol sering muncul pada jantung normal, namun
pada umumnya berhubungan dengan penyakit jantung struktural dan frekuensinya
meningkat seiring pertambahan usia. Pada gambaran EKG ditandai dengan adanya
gelombang P yang timbul sebelum gelombang P pada sinus normal muncul. Pada
APC yang terjadi terlalu dini dapat menyebabkan pemanjangan interval PR dan
beberapa dapat pula tidak dikonduksikan ke ventrikel sehingga denyut menjadi
tidak teratur.

BAB II

KONSEP KEPERAWATAN

A. PENGKAJIAN
1. Identitas
a. Pasien
Nama :
Jenis Kelamin :
Umur :
Agama :
Suku/bangsa :
Pendidikan :
Pekerjaan :
Alamat :
b. Penanggung jawab
Nama :
Umur :
Jenis kelamin :
Agama :
Pekerjaan :
Alamat :
Tanggal masuk :
Tanggal pengkajian :
2. Riwayat kesehatan
a. Kesehatan sekarang
1). Keluhan utama :
2). Keluhan menyertai :
b. Riwayat kesehatan dahulu
c. Riwayat keluarga
3. Pola aktivitas fisik sehari –hari
a. Nutrisi :
b. Eliminasi :
c. Istirahat dan Tidur :
d. Aktivitas Fisik :
e. Personal Hygiene :
4. Data Psikososial
a. Status Emosi :
b. Konsep Diri :
c. Interaksi Sosial :

5. Pengkajian Fisik
a. Keadaan Umum :
b. Kesadaran :
c. Tanda vital
 Tekanan Darah :
 Nadi :
 Respirasi :
 Suhu Tubuh :
d . Kepala :
e. Leher :
f. Dada dan thoraks :
g. Abdomen :
h. Ekstremitas :
i. Genetalia :
6. Pemeriksaan Penunjang
a. WBC (SEL DARAH PUTIH :
b. RBC (eritrosit) :
c. GB (hemoglobin) :
d. HCT (hemotokrit) :

Anda mungkin juga menyukai