Anda di halaman 1dari 5

Wawancara Eksklusif Eko Yuli Irawan:

Sensasi 4 Medali Olimpiade Sang


Penggembala Kambing yang Menjelma Jadi
Legenda Angkat Besi Indonesia
04 Agu 2021, 08:00 WIB

Wawancara Eksklusif Olimpiade 2020 - Eko Yuli (Bola.com/Adreanus Titus)

Bola.com, Jakarta - Atlet angkat besi senior Tanah Air, Eko Yuli Irawan, kembali
mengharumkan nama Indonesia. Tampil di Tokyo International Forum pada Minggu (25/7/2021),
Eko yang mengikuti nomor 61kg Putra, sukses meraih medali perak Olimpiade Tokyo 2020 lewat
catatan angkatan 302kg. Ini medali keempat yang diraihnya di ajang multievent terbesar sejagat!

Snatch terbaik miliknya ada di angka 137kg disusul 165kg pada clean and jerk. Adapun emas diraih
atlet China, Li Fabin, yang mencatatkan total angkatan 313kg.

Meski gagal mendapatkan medali emas, Eko Yuli Irawan tetap sukses meraih catatan manis. Dia
bahkan mencetak rekor sebagai atlet Indonesia pertama yang berhasil menyumbangkan medali
berurut-turut terpanjang di ajang Olimpiade.

Tercatat Eko Yuli Irawan selalu menyumbangkan medali untuk Indonesia pada empat edisi
terakhir Olimpiade. Perinciannya di Olimpiade Beijing 2008 dan London 2012 ia mendapat medali
perunggu. Kemudian di Olimpiade Rio de Janiero Eko Yuli mengemas perak yang diikuti pada
Tokyo 2020.

Namanya layak ditasbihkan sebagai legenda angkat besi Indonesia. Walau berulangkali
mencatatkan prestasi sensasional, pria kelahiran Metro, Lampung, 24 Juli 1989 tetap sosok yang
bersahaja.

Ia amat rajin membalas komentar dan mengapresiasi ucapan selamat dari penggemarnya di media
sosial pribadinya. Eko juga sosok yang tak pelit mempertontonkan aktivitasnya sebagai atlet angkat
besi.

Publik bisa mengintip aksi Eko mempersiapkan diri jelang Olimpiade di akun Facebook dan
Instagram miliknya. Jika mengintip kegiatan latihannya yang spartan, bukan sesuatu mengherankan
jika kemudian ia bisa sukses di Tokyo.

Eko berasal dari keluarga yang kurang mampu. Ayahnya bernama Saman, seorang pengayuh becak,
sedangkan ibunya, Wastiah, adalah penjual sayur.
Takdir Eko menjadi atlet angkat besi berawal saat menyaksikan sekelompok orang berlatih angkat
besi di sebuah klub di daerahnya pada usia tujuh tahun. Lama kelamaan Eko makin tertarik. Pelatih
klub tersebut akhirnya mengajak Eko ikut berlatih.

Berbekal izin dari orang tuanya, Eko mulai mengakrabkan diri dengan barbel. Eko merintis
prestasinya saat tampil sebagai lifter terbaik di Kejuaraan Dunia Junior 2007. Saat itu ia meraih
medali emas. Pelan namun pasti, berbekal kerja keras dan ketekunan Eko menancapkan eksistensi
sebagai lifter terbaik Indonesia.

Selain ramah pada penggemar, Eko juga dikenal menjadi sosok yang sayang keluarga. Sang ibunda
dalam sebuah kesempatan pernah bercerita soal kisah masa kecil putranya yang membekas hingga
kini.

"Saya dan Eko pernah menggembalakan kambing bersama. Saat itu hujan turun. Eko yang
kedinginan tiba-tiba berujar, ’Mak, makan mie rebus enak ini, Mak. Aku pengin mie rebus.’ Saat itu
juga, saya ke warung berniat mengutang mie, tapi dia melarangnya. Eko tidak pernah ingin
menyusahkan keluarganya," tutur Wastiah bernostalgia.

Dari pengalaman itu, lanjut Wastinah, Eko Yuli selalu mengatakan ingin membahagiakan orang
tuanya. Kepada Wastinah, Eko Yuli berjanji menyejahterakan orang tuanya. Janji tersebut telah
diwujudkannya.
Bukti Shin Tae-yong Jadi Kolumnis di
Olimpiade Tokyo 2020, Bukan Komentator
27 Jul 2021, 21:15 WIB

Pelatih Timnas Indonesia U-19, Shin Tae-yong. (PSSI).

Bola.com, Seoul - Media Korea Selatan, Joins, memuat hasil analisis dari pelatih Timnas
Indonesia, Shin Tae-yong, untuk partai terakhir Timnas Korea Selatan pada laga Grup B cabang
olahraga (cabor) sepak bola Olimpiade Tokyo 2020.

Timnas Korea Selatan bakal menghadapi Honduras dalam pertandingan hidup mati Grup B
Olimipiade Tokyo di International Stadium Yokohama, Yokohama, Rabu (28/7/2021).

Sebelumnya, Joins menunjuk Shin Tae-yong bersama 10 pakar lainnya untuk menjadi komentator
berbagai cabor di Olimpiade Tokyo.

Namun, komentator yang dimaksud bukan mengomentari pertandingan dari televisi, melainkan
lewat ulasan dalam tulisan yang tayang di Joins, portal berita milik raksasa media Korea Selatan,
JongAng Ilbo.

Dalam artikel yang berjudul "Pertempuran Darah untuk Membalaskan Dendam di Rio" yang
publish pada Selasa (27/7/2021) itu, Shin Tae-yong lebih dulu mengulas penampilan Korea Selatan
dalam dua partai Grup B.

Selain itu, Shin Tae-yong juga membahas kekuatan Honduras, yang pernah dihadapinya lima tahun
lalu di Olimpiade Rio de Janeiro, Brasil.

Timnas Korea Selatan, yang masih ditangani oleh Shin Tae-yong, harus tersingkir dari Olimpiade
Rio setelah dikalahkan oleh Honduras 0-1 pada perempat final.

"Saya pikir, Honduras yang sekarang lebih kuat daripada lima tahun lalu," kata Shin Tae-yong
dinukil dari Joins.

Kolom dari Shin Tae-yong itu telah cukup membuktikan bahwa ia memang menjadi pandit untuk
Joins, bukan komentator yang sering salah diartikan selama ini.

Selain dalam artikel itu, Joins juga telah merilis artikel analisis Shin Tae-yong untuk Timnas Korea
Selatan sebelum Olimpiade Tokyo dimulai pada 19 Juli 2021.

Artikel itu membahas pengalaman Shin Tae-yong melatih Timnas Korea Selatan di Olimpiade Rio
dan polemik pemanggilan Kim Min-jae karena tidak dilepas oleh klub China, Beijing Guoan.
Masyarakat Adat Terancam, Virus Covid-19
Mulai Masuk ke Pedalaman Akibat Investasi
Rabu, 04 Agustus 2021 | 13:30 WIB

Masyarakat Adat Terancam, Virus Covid-19 Mulai Masuk ke Pedalaman Akibat Investasi. Ilutrasi
pertambangan batubara. [adaro.com]

Suara.com - Pandemi Covid-19 mulai dirasakan oleh masyarakat adat yang selama ini terisolir
tinggal di pedalaman Indonesia, investasi menjadi salah satu penyebabnya.

Deputi I Sekjen Aliansi Masyarakat Adat Nusantara (AMAN), Eustobio Rero Renggi mengatakan
semenjak keran investasi dibuka, banyak pekerja perkebunan, pertambangan, dan sebagainya yang
masuk ke wilayah adat sehingga menulari mereka.

"Kebijakan masuknya investasi pertambangan dan perkebunan ke wilayah adat itu mendatangkan
orang luar yang sebenarnya mereka membawa virus ke dalam, itu sangat berdampak," kata Eustobio
kepada Suara.com, Rabu (4/8/2021).

"Investasi ini tidak hanya merusak alam, tapi juga mengancam kesehatan, sampai akhir 2020 itu
praktis tidak satupun masyarakat adat terkena Covid-19, tapi ketika orang luar sudah masuk ke
wilayah adat angka ini terus meningkat signifikan sampai hari ini," sambungnya.

Baca Juga: Gagal Vaksin COVID-19 karena NIK Dipakai WNA, Wasit Ridwan Akhirnya Disuntik

Meski belum terdata secara rinci jumlah masyarakat adat yang positif Covid-19, dia menyebutkan
sejumlah daerah pedalaman sudah ada kasus Covid-19.

"Pandemi ini sudah masuk ke wilayah adat di pulau terkecil dan terluar di Indonesia, di Mentawai,
Kepulauan Aru, pedalaman Kalimantan Utara, Kalimantan Tengah, Flores, bahkan varian delta itu
sudah masuk di NTT," ucapnya.

Kemudian juga sudah terdeteksi di Pulau Enggano, Bengkulu yang secara lokasi sangat jauh dan
susah dijangkau.
Dia memastikan bahwa mobilitas masyarakat adat terutama yang tinggal di pedalaman selalu
berkegiatan di dalam wilayah adat karena mereka hidup dari alam tidak perlu keluar untuk
memenuhi kebutuhan hidup.

"Karena ekonomi mereka di kampung itu tidak bergantung dengan faktor luar, mereka selama
setahun membangun ekonominya mereka dan kedaulatan pangan mereka bisa surplus sampai
setahun, justru ketika ada yang datang dari luar itu baru terdampak," tutur Eustobio.

Baca Juga: Vaksin Setelah Positif Covid-19, Apakah Dianjurkan?

Oleh sebab itu dia meminta pemerintah untuk mempercepat dan mempermudah vaksinasi bagi
masyarakat adat yang terancam, mereka sulit mengakses kesehatan ketika terpapar Covid-19.

"Lokasi vaksin harus dekat dengan wilayah adat, karena kalau mereka dimobilisasi ke kota itu akan
susah akses transportasinya," katanya.

Diketahui, masyarakat yang tidak memiliki Nomor Induk Kependudukan (NIK) kini sudah bisa
mendapatkan vaksinasi Covid-19.

Kemenkes telah menerbitkan surat edaran kepada Dinas Kesehatan di daerah untuk berkoordinasi
dengan Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil setempat apabila terdapat target sasaran vaksinasi
COVID-19 yang belum memiliki NIK.

"Mereka tidak perlu membawa apa-apa, tapi harus melaksanakan vaksinasi bersama dengan
dukcapil, nanti dapat NIK dari Dukcapil makanya harus bersama Dukcapil," kata Juru Bicara
Vaksinasi Covid-19 dari Kemenkes, Siti Nadia Tarmizi saat dihubungi Suara.com, Selasa
(3/8/2021).

Mereka yang belum memiliki NIK ini biasanya kelompok penyandang disabilitas, masyarakat adat,
penghuni lembaga pemasyarakatan, Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS), dan
Pekerja Migran Indonesia Bermasalah (PMIB), serta masyarakat lainnya yang belum memiliki NIK.

Anda mungkin juga menyukai