(PEMERIKSAAN CROSSMATCH)
A. LATAR BELAKANG
Transfusi merupakan proses transplantasi paling sederhana, yaitu
pemindahan darah dari donor ke resipien, atas dasar indikasi dan urgensi. Pre
transfusi atau pemeriksaan sebelum dilakukan transfusi disebut uji kecocokan
atau Uji Kompatibilitas. Dalam pre-transfusi terdapat serial pemeriksaan
untuk mendapatkan darah yang sesuai untuk transfusi darah. Serial
pemeriksaan antara lain pemeriksaan golongan darah ABO dan Rh pasien
dan donor, uji saring dan identifikasi antibodi donor dan pasien, uji silang
serasi/Crossmatch Test atau disebut juga Compatibility testing antara darah
donor dan pasien (Kiswari, 2010).
Reaksi silang (Cross matching) adalah reaksi silang in vitro antara
darah pasien yang akan ditransfusi darah dengan darah donor yang akan
ditransfusikan. Reaksi ini dimaksudkan untuk mencari tahu apakah darah
donor yang akan ditransfusikan itu nantinya akan dilawan oleh serum pasien
didalam tubuhnya atau apakah plasma donor yang turut ditransfusikan akan
melawan sel pasien didalam tubuhnya hingga akan memperberat anemia,
disamping kemungkinan adanya reaksi hemolitik transfusi yang bisa
membahayakan pasien (Harris, 2017).
Darah donor dan pasien yang di crossmatch ini, kecuali golongan
darah ABO dan Rhesus yang kita ketahui (diperiksa lebih dahulu), kita tidak
mengetahui antigen lainya yang ada didalam sel donor dan pasien, dan kita
tidak mengetahuipula adanya antibody lain (irregular) yang complet maupun
incomplete di dalam serum pasien atau plasma donor (Sudjaji 2007).
Dalam Cross Match ini, sesuai dengan maksudnya kita berusaha
mencari semua kemungkinan adanya semua jenis antibody complete maupun
incomplete terutama yang mempunyai arti klinis yang bisa menyebabkan
Cross Match invitro tidak cocok atau incompatible. Maka Cross Match harus
kita jalankan dalam medium dan temperatur yang berbeda, yang dalam
praktiknya dikenal dengan fase 1, fase 2, dan fase 3. (Sudjaji 2007).
Maka dapat disimpulkan tujuan Crossmacth sendiri yaitu mencegah
reaksi hemolitik tranfusi darah bila darah didonorkan dan supaya darah yang
ditrafusikan itu benar-benar ada manfaatnya bagi kesembuhan pasien
B. TUJUAN
Adapun tujuan dari praktikum kali ini yaitu Untuk menentukan
apakah golongan darah tertentu dapat menerima darah dari pendonor lain.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Darah adalah unit fungsional seluler pada manusia yang berperan untuk
membantu proses fisiologi. Darah terdiri dari dua komponen yaitu plasma darah
dan sel-sel darah. Plasma darah yang ada pada darah sekitar 55% dari jumlah
darah dalam tubuh manusia, sedangkan sel-sel darah ada pada darah sekitar
45%.Sel-sel darah dikelompokkan menjadi 3 kelompok yaitu eritrosit, leukosit,
dan trombosit yang berperan dalam pembekuan darah (Kiswari, 2010).
Transfusi darah adalah tindakan memasukkan darah atau komponennya ke
dalam sistim pembuluh darah seseorang. Komponen darah yang biasa
ditransfusikan ke dalam tubuh seseorang adalah sel darah merah, trombosit,
plasma, sel darah putih. Transfusi darah adalah suatu pengobatan yang bertujuan
menggantikan atau menambah komponen darah yang hilang atau terdapat dalam
jumlah yang tidak mencukupi. Tindakan transfusi darah atau komponennya
bukanlah tindakan tanpa risiko, sebaliknya tindakan ini merupakan tindakan yang
mengandung risiko yang dapat berakibat fatal (Kiswari, 2010).
Cross-matching adalah suatu jenis pemeriksaan yang dilakukan sebelum
pelaksanaan transfusi darah. Tujuannya adalah untuk melihat apakah darah dari
pendonor cocok dengan penerima (resipien) sehingga dapat mencegah terjadinya
reaksi transfuse hemolitik. Selain itu juga untuk konfirmasi golongan darah
(Harris, 2017).
Cross-matching darah, dalam transfusi kedokteran, mengacu pada pengujian
kompleks yang dilakukan sebelum transfusi darah, untuk menentukan apakah
darah donor kompatibel dengan darah dari penerima yang dimaksud, atau untuk
mengidentifikasi pertandingan untuk transplantasi organ. Cross-matching
biasanya dilakukan hanya setelah lain, tes kurang kompleks belum dikecualikan
kompatibilitas. Kompatibilitas darah memiliki banyak aspek, dan tidak hanya
ditentukan oleh golongan darah (O, A, B, AB), tetapi juga oleh faktor-faktor
darah, ( Rh , Kell , dll) (Harris, 2017).
Uji silang (cross matching) ini bertujuan untuk mencegah reaksi hemolitik
tranfusi bila darah donor ditransfusikan supaya darah yang ditransfusikan itu
benar–benar ada manfaatnya bagi kesembuhan pasien. Darah donor dan pasien
yang di crossmatch ini, kecuali golongan darah ABO dan Rhesus yang kita
ketahui (diperiksa lebih dahulu), kita tidak mengetahui antigen lainya yang ada
didalam sel donor dan pasien, dan kita tidak mengetahuipula adanya antibody lain
(irregular) yang complet maupun incomplete di dalam serum pasien atau plasma
donor (Sudjaji 2007).
Untuk melaksanakan masing-masing Cross Match tersebut, langkah pertama
adalah memeriksa golongan darah ABO dari pasien dan darah donor yang akan di
transfusikan, memeriksa faktor rhesus dari pasien dan darah donor yang akan di
transfusikan, mempersiapkan suspensi sel pasien maupun donornya, dan
kemudian kita melaksanakan Cross Match sesuai dengan tuntunannya (Febriyanti,
2011)
Mayor Crossmatch merupakan tindakan terakhir untuk melindungi
keselamatan penerima darah dan sebaiknya dilakukan demikian sehingga
Complete Antibodies maupun incomplete Antibodies dapat ditemukan dengan
cara tabung saja. Cara dengan objek glass kurang menjaminkan hasil percobaan.
Reaksi silang yang dilakukan hanya pada suhu kamar saja tidak dapat
mengesampingkan aglutinin Rh yang hanya bereaksi pada suhu 37 oC. Lagi pula
untuk menentukan anti Rh sebaiknya digunakan cara Crossmatch dengan high
protein methode. Ada beberapa cara untuk menentukan reaksi silang yaitu reaksi
silang dalam larutan garam faal dan reaksi silang pada objek glass (Anonim,
2010).
Serum antiglobulin meningkatkan sensitivitas pengujian in vitro. Antibody
kelas IgM yang kuat biasanya menggumpalkan eritrosit yang mengandung antigen
yang relevam secara nyata, tetapi antibody yang lemah sulit dideteksi. Banyak
antibodi kelas IgG yang tak mampu menggumpalkan eritrosit walaupun antibody
itu kuat. Semua pengujian antibodi termasuk uji silang tahap pertama
menggunakan cara sentrifugasi serum dengan eritrosit. Sel dan serum kemudian
diinkubasi selama 15-30 menit untuk memberi kesempatan antibodi melekat pada
permukaan sel, lalu ditambahkan serum antiglobulin dan bila pendertita
mengandung antibodi dengan eritrosit donor maka terjadi gumpalan. Uji saring
terhadap antibodi penting bukan hanya pada transfusi tetapi juga ibu hamil yang
kemungkinan terkena penyakit hemolitik pada bayi baru lahir (Yoni, Ode. 2013)
BAB III
METODE PRAKTIKUM
A. PRINSIP
Antibodi yang terdapat dalam serum/plasma, bila direaksikan dengan
antigen pada sel darah merah, melalui inkubasi pada suhu 370C dan dalam
waktu tertentu, dan dengan penambahan anti monoglobulin akan terjadi
reaksi aglutinasi.
B. PRA ANALITIK
1. Alat
a. Objek glass
b. Tabung reaksi
c. Pipet tetes
d. Rak tabung reaksi
e. Sentrifuge
f. Inkubator
2. Bahan
a. Bovin albumin
b. Reagen comb
c. Darah resipien
d. Darah donor
e. Larutan NaCl fisiologis
C. ANALITIK
Prosedur kerja
1. Buat eritrosit 5% : masukkan 19 tetes NaCl fisiologis + eritrosit 1 tetes fi
aduk hingga homogen dengan cara memutar-mutar menggunakan kedua
telapak tangan sehingga iperoleh larutan 5%
2. Tahap Mayor : 2tetes serum resipien albumin ditambah 1 tetes eritrosit
5% donor kemudian ditambahkan lagi 2 tetes bovin albumin
3. Tahap Minor : 2 tetes serum donor ditambah 1 tetes eritrosit 5% resipien
kemudian ditambahkan lagi 2 tetes bovin albumin
4. Aduk masing-masing tahap, tahap mayor dan tahap minor lalu
disentrifugasi pada kecepatan 1000 rpm selama satu menit
5. Amati hasilnya ( bila terjadi aglutinasi maka darah tersebut incompatible,
pengujian tidak perlu dilanjutkan dan bila reaksi negative reaksi
dilanjutkan)
6. Inkubasi pada suhu 37°C selama 15 menit, lalu disentrifugasi lagi pada
kecepatan1000 rpm selam 1 menit
7. Amati hasilnya (bila terjadi aglutinasi maka darah tersebut incompatible
pengujian tidak perlu dilanjutkan dan bila reaksi negatif reaksi
dilanjutkan)
8. Cuci dengan larutan NaCl fisiologi sebanyak 3-4 kali
9. Tambahkan 2 Tetes reagen coomb, sentrifugasi lagi dengan kecepatan
1000 rpm selama satu menit
10. Amati hasilnya (bila terjadi aglitinasi maka darah tersebut incompatible
artinya tidak dapat dilakuakan tranfusi darah)
D. PASCA ANALITIK
Pembacaan hasil
1. Crossmatch Mayor, Minor dan Auto Control = Negatif. Berarti Darah OS
Kompatibel dengan darah donor. Darah Boleh dikeluarkan
2. Crossmatch Mayor = Positif, Minor = Negatif dan Autocontrol = Negatif.
3. Crossmatch Mayor = negatif, Minor = Positif, dan Autocontrol = negatif.
Artinya ada irregular antibodi pada serum / plasma Donor. Solusi : Ganti
dengan darah donor yang lain lakukan Crossmatch lagi.
4. Crossmatch Mayor = negatif, Minor = positif, dan Autocontrol = positif.
BAB IV
HASIL DAN PENGAMATAN
A. HASIL
B. PEMBAHASAN
Pemeriksaan uji silang serasi bertujuan untuk menentukan cocok
tidaknya darah donor dengan darah penerima untuk persiapan transfusi
darah.Tujuan dari pemeriksaan ini adalah untuk memastikan bahwa
transfusi darah tidak menimbulkan reaksi apapun pada resipien serta sel
sel darah merah bisa mencapai masa hidup maksimum setelah diberikan.
Uji silang serasi dilakukan untuk memastikan bahwa tidak ada antibodi
pada darah pasien yang akan bereaksi dengan darah donor atau
sebaliknya. Bahkan walaupun golongan darah ABO dan Rh pasien dan
donor telah diketahui, adalah hal mutlak untuk melakukan uji silang
serasi.
Adapun prinsip dari pemeriksaan crossmatch yaitu Antibodi yang
terdapat dalam serum/plasma, bila direaksikan dengan antigen pada sel
darah merah, melalui inkubasi pada suhu 370C dan dalam waktu tertentu,
dan dengan penambahan anti monoglobulin akan terjadi reaksi aglutinasi.
Mayor crossmatch adalah serum penerima dicampur dengan sel donor
dan minor crossmatchadalah serum donor dicampur dengan sel penerima.
Jika golongan darah ABO penerima dan donor sama, baik mayor maupun
minor test tidak bereaksi. Jika berlainan umpamanya donor golongan darah
O dan penerima golongan darah A maka pada test minor akan terjadi
aglutinasi.
Adapun hasil yang didapatkan pada praktikum pemeriksaan crossmate
kali ini yaitu negatif pada semua tahap yang artinya darah pendonor dan
penerima cocok karena tidak terjadi aglutinasi pada saat pemeriksaan