Anda di halaman 1dari 2

Nama : Naura Husnia Syafika

Kelas : 8C
Absen : 25

BAB 1 JEJAK PERADABAN DINASTI ABBASIYAH

A. Proses Berdirinya Dinasti Abbasiyah

Khalifah pertamanya adalah Abdullah as-saffah bin Muhammad bin ali. Dinamakan dinasti Abbasiyah
karena pendirinya keturunan Abbas bin Mutalib, paman nabi Muhammad SAW. Masa kekuasaan dinasti
Abbasiyah, yaitu tahun 132 H/750 M s/d 656 H/ 1258 M. Dinasti Umayyah dilatar belakangi oleh siapa yang
berhak memimpin setelah Rasulullah meninggal. Bani Hasyim (alawiyun) sebagai keturunan Rasulullah. Ada
tiga kota utama yang menjadi pusat kekuasaan, yaitu kota al-humaymah (perencanaan), Kota khupah
(penghubung), dan kota Khurasan (Gerakan langsung).
Para keluarga Abbas melakukan berbagai strategi, salah satunya dengan mempropaganda bahwa orang
Abbasiyah lebih berhak dari pada bani Umayyah atas kekhalifahan Islam, yakni keturunan Bani Hasyim.
Pemimpinnya adalah imam Muhammad bin ali, yang tinggal di Humaymah. Ia menggunakan nama bani Hasyim
untuk menghindari perpecahan dengan kelompok Syiah. Untuk melakukan berbagai macam propaganda, di
angkatlah 12 propagandis yang tersebar di berbagai wilayah, seperti di Khurasan, Khufah, Irak, dan makkah.

Abu Abbas As-Saffah, Tokoh Pendiri


Nama lengkap Abu Abbas as-saffah adalah Abdullah bin Muhammad bin ali bin Abdullah bin Abbas,
dilahirkan di Hamimah pada tahun 104 H. Pemimpin gerakan Abbasiyah dilahirkan dari seorang ibu bernama
rabtah binti Abaydullah al-harisi, sedangkan ayahnya bernama Muhammad bin ali. Ia mendapat gelar as-saffah
yang berarti pengalir darah dan pengancam siapa saja yang membangkang (pihak yang menentang). Abdul
Abbas adalah seorang yang bermoral tinggi dan memiliki kesetiaan. Ia memiliki pengetahuan yang luas pemalu,
budi pekerti yang baik, dan dermawan.
Menurut as-Sayuti, Abdul Abbas as-saffah ialah manusia yang paling sopan dan selalu menepati
janjinya. Pada tanggal 3 Rabiul awal 132 H, ia di baiat menjadi khalifah pertama dinasti Abbasiyah. Hanya saja,
dua tahun kemudian (134 H), pusat pemerintah dipindahkan dari Khufah ke daerah Anbar (kota kuno di Persia).
Abdul Abbas as-Saffah memerintah selama 4 tahun 9 bulan. Ia wafat dalam usia 33 tahun dikota Anbar bulan
Dzulhijjah tahun 136 H/ 753 M

B. Khalifah Besar Dinasti Abbasiyah

1. Abu Ja’far Al-Mansur (136-158 H/754-775 M)


Abu Ja’far Abdullah bin Muhammad Al-Mansur adalah khalifah kedua Bani Abbasiyah, yakni putra
dari khalifah pertama, lahir di Hamimah tahun 101 H. Ibunya Salamah al-Barbariyah dari suku barbar. Al
Mansur merupakan saudara Ibrahim al-Imam dan Abul Abbas as-Safah. Kepribadiannya kuat, tegas, berani,
cerdas, dan memiliki otak yang cermelang.
Ketika As-Saffah meninggal, Al-Mansur dilantik menjadi khalifah saat usianya 36 tahun. Ia seorang
yang tegas, bijaksana, alim, berpikiran maju, dan pemberani. Ia tampil dengan gagah berani dan cerdik
menyelesaikan berbagai persoalan pemerintah Dinasti Abbasiyah. Al-Mansur sangat mencintai ilmu
pengetahuan, kecintaannya tersebut menjadi pilar bagi pengembangan peradaban Islam di masanya. 22 tahun
memimpin, Al-Mansur wafat pada tanggal 7 zulhijah tahun 158 H/775 M, ketika perjalanan ke makkah untuk
menunaikan ibadah haji dalam usia 57 tahun, di suatu tempat bernama “Bikru Ma’unah”. Jenazahnya
dimakamkan di makkah.

2. Khalifah Harun ar-Rasyid (786-809M)


Khalifah Harun ar-Rasid (145-193 H/763-809 M) lahir di Rayy februari 763 M/145 H. Ayahnya
bernama AL-Mahdi dan ibunya bernama Khaizurran. Ia dibesarkan di lingkungan istan, mendapat bimbingan
ilmu-ilmu agama, dan pemerintahan dari seorang guru Yahya bin Khalid Al-Barmaki, seorang diUlama besar di
zamanya. Ketika Ar-Rasyid menjadi khalifah, Yahya menjadi perdana mentrinya. Kemudian sang ayah,
melantiknya sebagai gubernur di saifah tahun 163 H. Semenjak tahun 164 M. Ia diangkat menjadi khalifah pada
September 786 M pada usia 23 tahun. Kepribadiannya sangat mulia, sikapnya tegas, tidak emosional, dan
toleran. Ia di kenal sebagai seorang yang suka humor.

1
Ia juga melakukan penerjemahan besar-besaran buku ilmu pengetahuan ke dalam bahasa Arab yang
merupakan bahasa resmi. Dewan penerjemah pun dibentuk, ketuanya Yuhana bin Masawih. Kota bagdad
menjadi kota impian 1.001 malam yang tidak ada tandingannya pada Abad pertengahan. Wilayah kekuasaannya
membentang dari Afrika Utara sampai ke Hindukus, India. Ada seorang cerdik pandai yang sering memberikan
nasehat kebaikan kepadanya, yaitu Abu Nawas, yang tak bisa dipisahkan dari kehidupan Khalifah Harun ar-
Rasyid.
Kebijakan dan kecakapannya dalam pemimpin mampu membawa Negara dalam situasi, aman, damai,
dan tenteram. Khalifah Harun ar-Rasyid meninggal dunia di khurasan pada tanggal 3 atau 4 Jumadissani 193
H/809 M pada usia 45 tahun, juga setelah menjadi khalifah selama 32 tahun 6 bulan. Dinasti Abbasiyah dan
dunia Islam saat itu benar-benar kehilangan sosok pemimpin yang saleh, adil, dan bijaksana.

3. Khalifah Abdullah Al-Makmun (786-833 M)

Abdullah bin Harun ar-Rasyid lebih di kenal dengan Al-Makmun. Lahir pada 15 Rabiul’Awal 170-786
M, bertepatan dengan hari wafat kakeknya (Musa Al-Hadi) dan pengakatan ayahnya, Harun ar-rasyid. Ibunya
bernama Muraji yang meninggal setelah melahirkannya. Sebelum berusia 5 tahun, ia mendapat pendidikan
agama dan baca Al-Qur’an dari dua orang ahli terkenal bernama Kasai Nahvi dan Yazidi. Untuk mendalami
Hadist, Al-Makmun dan Al-Amin dikirim ayahnya, berguru kepada Imam Maliki di Madinah, khususnya untuk
mempelajari kitab Al-Muwatta karangan Imam Maliki.
Dalam waktu yang sangat singkat, Al-Makmun sudah menguasai berbagai ilmu. Ia juga hafal Al-
Qur’an dan ahli juga menafsirkannya. Setelah Khalifah Harun ar-Rasyid meninggal, jabatan kekhalifahan
diserahkan kepada Al-Amin, sementara Al-Makmun mendapatkan jabatan sebagai gubernur di daerah khurasan.
Setelah Al-Amin meninggal, Al-Makmun menggantikannya menjadi khalifah. Al-Makmun adalah khalifah
Dinasti Abbasiyah yang besar dan menonjol.

Anda mungkin juga menyukai