Anda di halaman 1dari 12

BAB I

PENDAHULUAN

1.2 Latar Belakang


Membicarakan masalah perkembangan Islam di kawasan Asia Tenggara bukanlah
suatu hal yang mudah. Kawasan yang secara geografis meliputi sebelas negara ini
sungguh mempunyai identitas dan kekhasannya yang tersendiri. Negara-negara Asia
Tenggara, terutama yang bergabung salam ASEAN, ditinjau dari segi sosiokultural dan
perkembangan Islam, kiranya dapat di kelompokkan ke dalam empat ke lompok, yaitu
negara-negara  yang penduduk muslimnya amat sedikit, seperti Thailand; negara-negera
yang mayoritas warga negaranya beragama Islam, seperti Malaysia; negara-negara yang
pertumbuhan ekonominya cukup lumayan tetapi negara tidak begitu memerhatikan
masalah agama, seperti Singapore; dan negara yang amat meperhatikan masalah agama,
khususnya Islam seperti Brunei Darussalam.
Sejak beberapa tahun terakhir, sejumlah pengamat dunia Islam atau islamicist di
luar negeri memberikan analisis dan komnetar yang positif tentang perkembangan Islam
di Asia Tenggara, Khususnya Indonesia dan Malaysia. Karakter terpenting Islam di Asia
Tenggara misalnya, watak yang lebih damai, ramah, dan toleran. Watak Islam seperti ini
diakui banyak pengamat atau orentalis di masa lalu. Di antaranya, Thomas W. Arnold,
dengan buku klasiknya, The Preaching of Islam (1950) yang menyimpulkan bahwa
penyebaran dan perkembangan history Islam di Asia Tenggara berlansung secara damai;
dalam istilah Arnold disebut sebagai penetration pacifigure termasuk di Indonesia .
Perkembangan islam di Indonesia sangat lah pesat, terbukti dari mayoritas
penduduk Indonesia beragama Islam dan Indonesia adalah Negara Penduduknya paling
banyak menganut agama Islam. Masa kebangkitan islam di Indonesia juga ditandai
adanya kerajaan-kerajaan Islam di Nusantara. Kebangkitan ini meliputi berbagai aspek
seperti bidang ekonomi,social,budaya dan pendidikan. Perkembangan dan kebangkitan
islam sangtlah menarik untuk dibahas, oleh sebab itu pemakalah membahas makalah yang
berjudul perkembangan dan kebangkitan Islam di Indonesia.

1.2 Rumusan Masalah


a. Bagaimana Perkembangan dan kebangkitan Islam di Nusantara?
b. Apa Kerajaan-kerajaan Islam yang ada di Nusantara?

1.3 Tujuan Pembahasan


a. Mengetahui perkembangan Islam di Nusantara
b. Mengetahui kerajaan-kerajaan islam Di Nusantara

1
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Perkembangan dan Kebangkitan Islam di Nusantara


Perkembangan Islam di Nusantara dapat di kalrifikasi menjadi 3 fase; pertama
adalah fase singgahnya para pedagang Muslim di pelabuhan-pelabuhan Asia tenggara;
kedua adanya komunitas-komunitas muslim di beberapa daerah nusantara ; ketiga adalah
fase berdirinya kerajaan-kerajaan islam di Nusantara. Proses islamisasi di asia tenggara,
khususnya di nusantar tidak terlepas dari peranan kerajaan Islam (kesultanan) berawal
dari ketika raja memeluk islam, selanjutnya diikuti para pembesar Istana, kaum
bangsawan dan kemudian rakyat jelata. Dalam perkembangan selanjutnya,
kesultananmemainkan peranan penting tidak hanya dalam pemapanan kesultanansebagai
institusi politik muslim,pembentukan dan pengembangan institusi-institusi muslim
lainnya seperti pendidikan dan hukum (peradilan agama) tetapi juga dalam peningkatan
syiar dan dakwah islam.
Sejak adanya kesultanan , Islam menjadi kekuatan vital dalam perdagangan bebas
internasional. Anthony Reid bahkan menyebut masa kesultanan islam Nusantara sebagai
the age of commerce (masa Perdagangan). Dalam masa perdagangan bebas internasional
ini, kesultanan mencapai kemakmuran, diantara nya dalah kerajaan samudera
pasai,kesultanan Malaka, kesultanan Aceh Darussalam, dan Palembang, di Jawa terdapat
antara lain kesultanan Demak, kemudian dilanjutkan oleh kesultan Pajang, kesultanan
Mataram, kesultanan Cirebon, dan masih banyak lagi.

2.2 Perkembangan Islam di Pulau Sumatera

Antara abad 7 dan abad 8 masehi Islam masuk ke Indonesia melalui pesisir Sumatra
yang disebarkan oleh para mubaliqh dan saudagar Islam, Arab, Mesir, Persia dan Gujarat.
Kehadiran Islam di Pasai mendapatkan tanggapan yang cukup baik. Islam tidak hanya
diterima lapisan masyarakat pedesaan tetapi juga menambah kemayarakat perkotaan.
Kerajaan ini berdiri sekitar abad ke 13 Masehi. Pusat kerajaan ini terletak di pantai timur
Sumatra. Raja-raja yang terkenal diantaranya : Sultan Malikud Saleh (1285-1297 M),
Sultan l Malikud Dohir (1297-1326 M), Sultan Malikud Dohir II (1326-1348 M), Sultan
Zainal Abidin (1348-1406 M).

Wilayah nusantara yang mula-mula dimasuki Islam adalah pantai barat pulau
Sumatera dan daerah Pasai yang terletak di Aceh utara yang kemudian di masing-masing
kedua daerah tersebut berdiri kerajaan Islam yang pertama yaitu kerajaan Islam yang
pertama yaitu kerajaan Islam Perlak dan Samudera Pasai. Samudera Pasai merupakan
kerajaan Islam yang pertama di Nusantara dengan rajanya yang pertama adalah Sultan
Malik Al-Saleh. Samudera Pasai semakin berkembang dalam bidang politik, ekonomi, dan
kebudayaan. Pengembangan agama Islam pun mendapat perhatian dan dukungan penuh.

2
Para ulama dan mubalignya menyebar ke seluruh nusantara, ke pedalaman Sumatera,
pesisir barat dan utara Jawa, Kalimantan, Sulawesi, Ternate, Tidore, dan pulau-pulauan di
Kepulauan Maluku. Itulah sebabnya di kemudian hari Samudera Pasai terkenal dengan
sebutan Serambi Makkah. 

Munculnya kerajaan baru di Aceh yang berpusat di Bandar Aceh Darussalam,


hampir bersamaan dengan jatuhnya kerajaan Malaka karena pendudukan Portugis. 
Munculnya kerajaan baru di Aceh yang berpusat di Bandar Aceh Darussalam, hampir
bersamaan dengan jatuhnya kerajaan Malaka karena pendudukan Portugis. 
Kerajaan Aceh ini mempunyai peran penting dalam penyebaran Agama Islam ke seluruh
wilayah Nusantara. Para dai, baik lokal maupun yang berasal dari Timur Tengah terus
berusaha menyampaikan ajaran Islam ke seluruh Nusantara.

A. Samudra pasai

Daerah pantai barat pulau Sumatra dan daerah pasai adalah daerah yang menjadi
gerbang masuknya Islam di nusantara. Dari kedua daerah ini pun lahirlah dua kerajaan
islam yang besar yaitu kerajaan Islam perlak dan Kerajaan Islam Samudra Pasai.
Kerajaan islam perlak telah berdiri sejak abad ke-9 M. pendapat ini dikemukakan oleh
yunus Jamildan hasiyim, yang konon telah didirikan pada 225 H/845M. pendirinya
adalah para pelaut pedagang muslim asal Persia,arab,dan Gujarat. Kerajaan samudra
pasai terletak di pesisir timur Aceh, dan diperkirakan berdiri pada awal atau pertengahan
abad ke 13 M,sebagai hasil dari proses islamisasi daerah-daerah yang berada di pantai
yang pernah disinggahi oleh pedagang-pedagang muslim sejak abad ke 7M. keberadaan
kerajaan ini dibuktikan dengan adanya batu nian yang tertulis nama raja pertama kerajaan
samudra pasai, yaitu Malik al-Saleh, yang meninggal pada bulan ramadhan tahun 696 H,
bertepatan dengantahun 1297 M. malik al-saleh adalah pendiri sekaligus raja pertama
kerajaan samudra pasai, hal ini diketahui melalui cerita lisan secara turun temurun yang
kemudian dibuktikan dalam hikayat raja-raja pasai, hikayat melayu dan juga hasil
penelitian atas beberapa sumber yang dilakukan sarjana-sarjana barat.

Informasi tentang kerajaan ini juga di dapat dari marcopolo, seorang pengembara
yang dalam perjalanannya daricina ke Persia tahun 1292 M. ia mengatakan telah
mengunjungui enam dari delapan Negara di sumatera. Menurutnya hanya satu diantara
delapan Negara itu yang telah memeluk islam yaitu Ferlec yang kemudian dikenal dengan
perlak. Informasi lainnya diperoleh dari catatan cina pada awal tahun 1282 yang
memberikan laporan tentang adanya utusan dari sa-mu-ta-la (samudra) ke kaisaran cina
dengan nama islam yaitu sulaiman dan husein.

Kerajaan Samudera Pasai adalah kerajaan islam pertama di Nusantara dengan raja
pertamanya bernama Sultan Malik Al-Saleh. Dalam hikayat raja-raja pasai diceritakan
bahwa raja mereka Merah Silu adalah orang pertama yang memeluk agama islam
dikerajaan itu. Begitu di islamkan oleh syekh ismail, ia merubah namanya menjadi Sultan
Malik al-Shalih, dan kerajaannya disebut kesultanan. Ia menikah dengan putri raja perlak.

3
Dari pernikahan tersebut ia dikauniai 2 orang anak , sehingga kemudian muncul kerajaan
gabungan Samudera Pasai.

Dibawah kepemimpinan Sultan Malik Al-Saleh, kerajaan Samudera Pasai


berkembang dengan sangat cepat baik dalam bidang politik, ekonomi, maupun budaya
sehingga perkembangan agama Islam pun menjadi prioritas dan mendapatkan perhatian
penuh dari raja. Kerajaan islam tertua ini menjadi pusat kegiatan keagamaan yang utama
di Nusantara kala itu. Disini pula peradaban dan kebudayaan islam tumbuh dan mekar.
Sebagai kota dagang dan pusat kegiata keagamaan yang utama di kepulauan Nusantara,
Pasai bukan hanya menjadi perhatian pedagangn arab dan Persia, tetapi juga menarik
perhatian para ulama dan cendikiawan dari negeri arab dan Persia untuk menyebarkan
agama dan mengembangkan ilmu pengetahuan,dan pada saat itu dikerajaan ini telah
adanya mata uang (dirham) membuktikan bahwa kerajaan ini pada saat itu merupakan
kerajaan yng makmur, pada, pada mata uang dirham dari samudera pasai tertulis nama-
nama sultan yang memerintah samudra pasai pada abad ke 14 M dan 15 M. H.K.J Cowan
adalah salah satu orang yang telah melakukan penelitian terhadap mata uang tersebut
untuk menggali lebih jauh tentang kerajaan samudra pasai.

Kerajaan ini bertahan sampai tahun 1521 M ketika porugis kemudian menguasai
selama 3 tahun. Setelah itu,pada tahun 1524 M, kerajaan ini di gabungkan oleh raja Aceh,
ali Mughayat Syah, untuk selanjutnya berada dibawah kekuasaan Aceh Darussalam.

2.3 Perkembangan islam di pulau jawa

Penemuan nisan makam Siti Fatimah binti Maimun di daerah Leran/Gresik yang
wafat tahun 1101 M dapat dijadikan tonggak awal kedatangan Islam di Jawa. Hingga
pertengahan abad ke-13, bukti-bukti kepurbakalaan maupun berita-berita asing tentang
masuknya Islam di Jawa sangatlah sedikit. Baru sejak abad ke-13 M hingga abad-abad
berikutnya, terutama sejak Majapahit mencapai puncak kejayaannya,  bukti-bukti proses
pengembangan Islam ditemukan lebih banyak lagi. Adanya proses penyebaran Islam di
kerajaan terbukti dengan ditemukannya nisan makam muslim di Trowulan yang letaknya
berdekatan dengan kompleks makam para bangsawan Majapahit
Pertumbuhan masyarakat muslim di sekitar Majapahit sangat erat kaitannya
dengan perkembangan hubungan pelayaran dan perdagangan yang dilakukan oleh orang-
orang Islam yang telah memiliki kekuatan politik dan ekonomi di kerajaan Samudera
Pasai dan Malaka. Untuk masa-masa selanjutnya pengembangan Islam di tanah Jawa di
lakukan oleh para ulama dan mubalig yang kemudian terkenal dengan sebutan Wali
Songo (sembilan wali). Wali Songo mempunyai peranan yang sangat besar dalam
perkembangan Islam di Indonesia. Bahkan mereka adalah perintis utama dalam bidang
dakwah Islam di Indonesia, sekaligus pelopor penyiaran Islam di nusantara.
‘Wali’ adalah singkatan dari bahasa Arab, Waliyullah yang berarti ‘orang yang
mencintai dan dicintai Allah’ dan Songo berasal dari bahasa Jawa yang berarti
‘sembilan’, sehingga Wali Songo merujuk pada wali sembilan yaitu Sembilan orang yang
mencintai dan dicintai Allah. Mereka diberi gelar seperti itu karena mereka dianggap

4
penyiar-penyiar agama Islam dan yang terpenting adalah karena kesungguhan mereka
dalam mengajarkan dan menyebarkan Islam.
Wali Songo atau Wali Sanga dikenal sebagai penyebar agama Islam di tanah
Jawa pada abad ke 14. Mereka tinggal di tiga wilayah penting pantai utara Pulau Jawa,
yaitu Surabaya-Gresik-Lamongan di Jawa Timur, Demak-Kudus-Muria di Jawa Tengah,
dan Cirebon di Jawa Barat. Era Wali Songo adalah era berakhirnya dominasi Hindu
Buddha dalam budaya Nusantara untuk digantikan dengan kebudayaan Islam. Mereka
adalah simbol penyebaran Islam di Indonesia, khususnya di Jawa. Dari nama para Wali
Songo tersebut, pada umumnya terdapat sembilan nama yang dikenal sebagai anggota
Wali Songo yang paling terkenal, yaitu:

1. Sunan Gresik
2. Sunan Ampel
3. Sunan Giri
4. Sunan Bonang
5. Sunan Kalijaga
6. Sunan Drajat
7. Sunan Gunung Jati 
8. Sunan Kudus
9. Sunan Muria

A. Kerajaan Demak (1500-1518M)

Demak adalah kerajaan Islam pertama di pulau jawa. Sebelumnya Demak adalah
daerah majapahit yang dipercayakan raja majapahit kepada anaknya, Raden Patah. Raden
patah sendiri kemudian menjadi raja pertama kesultanan demak. Kesultanan demak lambat
laun menjadi pusat perkembangan agama islam yang diramaikan oleh para wali. merekalah
yang memimpin penyebaran agama islam diseluruh jawa, yang dikenal dengan istilah “
wali Songo”

Perintis dan pendiri kerajaan demak adalah Raden Patah (Pangeran Jumbun). Ia
mendirikan Pesantren atas perintah Sunan Ampel (gurunya) tahun 1475 M. Prabu kerta
Bumi V (ayah Raden patah) menjadi raja di Majapahit Th. 1468-1478 M. Tahun 1479 M
majapahit diserang Prabu Giridra wardana Kediri, Majapahit Kalah. Ia menjadi raja
dengan gelar Brawijaya VI- 1478-1498. Tahun 1498 Brawijaya VI ditaklukkan Prabu VII,
dengan demikian Majapahit berakhir dan diganti dengan berdirinya kerajaan Demak Islam.
Ia mempunyai gelar Sultan Fatah Alamsyah Akbar. Ia meninggal tahun 1518. Selanjutnya
digantikan Adipati Unus (tahun 1518-1521m). Tahun 1512/1513m Adipati Unus
menyerang Portugis tetapi tidak berhasil.

Salah satu peninggalan bersejarah kesultanan demak adalah masjid agung demak,
yang di dirikan oleh para wali songo pada tahun 1479. lokasi ibukota kesultanan demak
yang pada masa itu masih bisa dilayari dari laut dan dinamakan bintara, saat ini telah
menjadi ibu kota demak di jawa tengah. Bangunan ini juga menjadi salah satu bukti

5
bahwa kerajaan Demak pada masa silam telah menjadi pusat pengajaran dan penyebaran
Islam di Jawa.

B. Kerajaan Islam Pajang (1546-1582M)

Kesultanan pajang adalah pelanjut kesultanan Demak, yang didirikan oleh Jaka
Tingkir, yang berikutnya di kenal dengan gelar sultan Adiwijaya. Kesultanan ini adalah
kerajaan islam pertama yang terletak di daerah pedalaman pulau Jawa. Berdirinya kerajaan
pajang, sejarah islam memperlihatkan babak baru. Kekuatan politik yang mulanya
berpusat di pesisir kini pindah ke daerah pedalaman. Peralihan pusat politik itu membawa
akibat yang sangat besar bagi perkembangan peradaban islam di Jawa. Kesusastraan dan
kesenian keratin yang sudah maju di demak dan jepara lambat laun dikenal di pedalaman.

Pada awal berdirinya tahun 1549, wilayah kesultanan pajang hanya meliputi sebagian jawa
tengah saja, dibawah pemerintahan sultan adiwijaya kekuasaan pajang berhasil meluas ke
berbagai daerah pedalaman sampai ke Madiun(1554), Blora dan Kediri.

Sultan Trenggono wafat tahun 1546 dan secara bersamaan di Demak terjadi perebutan
kekuasaan diantara kerabat kerajaan, antara adik adik Trenggono dan anak Trenggono.
Adik Trenggono tewas ditangan Sunan Prawoto yang mempunyai anak Arya Panangsang.
Selanjutnya Arya Panangsang yang berusaha membunuh Sunan Prawoto, tewas ditangan
Adiwijaya. Adiwijaya menjadi raja Demak dan selanjutnya pusat pemerintahannya
dipindah ke Pajang. Dia selanjutnya dikenal dengan sebutan Joko Tingkir. Joko Tingkir
tewas dalam peperangan melawan Mataram pada tahun 1582M

Peningalan kerajaan Pajang berupa Masjid Laweyan adalah masjid peninggalan


kerajaan Pajang yang hingga kini bangunan fisiknya masih dapat kita temukan Kampung
Batik, Laweyan, Solo. Masjid ini didirikan oleh raja pertama Kerajaan Pajang pada tahun
1546. Menurut beberapa sumber, masjid ini awalnya ternyata adalah sebuah bangunan
pura tempat ibadah masyarakat Hindu di Pajang. Karena kedekatan Ki Ageng Henis
dengan pimpinan Hindu setempat, pura Laweyan tersebut kemudian dialih fungsikan
menjadi masjid untuk melayani peribadatan masyarakat Islam Laweyan. Oleh karena itu,
hingga masjid Laweyan juga kerap disebut masjid Ki Ageng Henis. Selain meninggalkan
beberapa benda dan situs bersejarah, peradaban masyarakat Kerajaan Pajang pada masa
silam juga mewariskan kesenian batik tulis. Batik yang selama ini kita kenal ternyata
awalnya merupakan buah karya masyarakat Laweyan di masa silam. Meskipun kesenian
batik tulis Laweyan pernah meredup pada sekitar tahun 1980 karena perkembangan batik
Printing, namun kini geliat kesenian tulis kain ini kembali hidup berkat minat masyarakat
terhadap batik tradisional yang semakin besar.

6
C. Kerajaan Islam Mataram (1582-1601 M)

Setelah pamor kesultanan pajang redup, mataram muncul sebagai sebuah kerajaan
islam pada pertengahan abad ke 16 M. kesultanan yang diproklamasikan oleh panembahan
senopati menandai jejak terislamkannya tanah yang sejak ratusan tahun sebelumnya
merupakan tanah yang kental dengan warna hindhu-budhanya. Pendiri kerajaan Islam
Mataram didirikan oleh Sutawijaya putra Ki Gede Pamanahan (komandan dan pasukan
pengawal panembahan Adiwijaya (Joko Tingkir). Ia meninggal tahun 1601M. Selanjutnya
diganti Mas Jolang dengan gelar panembahan Sedo Ing Krapyak yang memerintah tahun.
1601-1613M. Ia berusaha menyatukan Mataram yang diganggu pemberontak. Tahun 1613,
ia meninggal dan digantikan Adipati Martapura, tidak lama kemudian diganti Mas
Rangsang (Sultan Agung saudaranya) Tahun. 1631-1645. Pada tahun 1645 sultan Agung
meninggal dan digantikan putranya Amangkurat I (1646-1677 M).

Pada abad ke-17, Jepara menjadi bandar terpenting dalam bidang aktivitas ekspor
beras. Selain itu juga, ada bandar-bandar lain, seperti Tegal, Tuban, Pekalongan, dan
Gresik. Sementara untuk mengangkut barang-barang dagangan dari pedalaman ke
pelabuhan, digunakan gerobak yang ditarik kerbau. Jika jaraknya dekat biasa digunakan
pikulan, digendong atau melalui saluran air. Sebelum abad ke-16 Masehi, ekonomi
Kerajaan Mataram Islam masih didominasi ekonomi pertanian. Jarang ditemukan berita
perdagangan Mataram dengan negara-negara tetangga. Baru pada abad ke-16, setelah
daerah pesisir dikuasai Mataram, kegiatan perdagangan Kerajaan Mataram semakin
tampak.

Wilayah pesisir utara tersebut kemudian dibagi menjadi dua, yakni tlatah pesisiran
kulon (bagian barat) dan tlatah  pesisiran wetab (bagian timur). Pada masa pemerintahan
Sultan Agung dan Amangkurat I, Kota Jepara menjadi pusat pesisiran wetan yang
mempunyai pejabat wedana bupati. Salah satu hasil dari hal tersebut adalah gapura Candi
Bentar di makam Sunan Tembayar (Klaten) yang diperkirakan dibuat pada zaman Sultan
Agung.

Pada bidang seni budaya, Sultan Agung memadukan unsur-unsur budaya Islam
dengan budaya Hindu-Jawa. Karya-karya Sultan Agung yang terkenal misalnya kalender
Jawa yang berdasarkan pada perputaran bulan, buku Sastragending yang merupakan karya
filsafat, serta kitab undang-undang yang disebut Surya Alam.

Kerajaan Mataram Islam juga mengembangkan perayaan sekaten untuk


mempenringati hari kelahiran Nabi Muhammad SAW. Puncak acara sekaten adalah
mengarak gunungan dari keraton ke depan Masjid Agung. Gunungan ada beberapa
macam, antara lain; gunungan alanang, gunungan wadon, gunungan dharat, gunungan
gepak, dan gunungan pawuhan. Dinamai gunungan karena gunungan ini biasanya dibuat

7
dari berbagai makanan, kue, dan hasil bumi yang bentuknya lancip menyerupai gunung.
Upacara grebeg merupakan sedekah sebagai rasa syukur dari raja kepada Tuhan Yang
Maha Esa. Upacara ini juga menjadi sarana dakwah dan untuk melihat kesetiaan para
bupati dan punggawa kerajaan kepada rajanya.

Untuk memperkokoh kedudukan ekonominya, Kerajaan Mataram Islam sangat


berambisi menguasai daerah pesisir utara Pulau Jawa sebagai penopang ekonomi dan
politik Jawa. Hal itu dibuktikan dengan serangan ke Gresik pada tahun 1623 dan Surabaya
pada tahun 1625. Praktis Mataram merupakan kerajaan utama di Jawa pada masa itu.
Selain sebagai pintu ekspor impor, pelabuhan juga merupakan salah satu penghasil devisa
karena menjadi tempat transaksi perdagangan dengan pedagang dari Indonesia Timur. Dari
kegiatan itulah Kerajaan Mataram Islam mendapatkan cukai. Pada masa VOC, Belanda
pernah mendapat pembebasan cukai oleh Sultan Agung pada tahun 1614 (sebelum
Mataram menyerang VOC).

D. Kerajaan Islam di Banten (1552-1570 M)

Pada tahun 1526 M. Fatahillah memimpin tentara Demak dan Cirebon menaklukkan
kerajaan Hindu di Pajajaran. 20 tahun kemudian Sunan Gunung Jati (Hasanuddin putra
Syarif Hidayatullah) dari Cirebon menjadi Sultan Banten yang pertama. Ia memerintah
tahun 1552-1570 M. masa pemerintahan Sultan Hasanuddin Islam disebarkan ke daerah
Lampung dia menjalin hubungan persahabatan dengan Sultan Aceh yang berkuasa di
Indrapura. A.C Milner mengatakan bahwa pada abad ke 17, Banten dan Aceh adalah
kerajaan Islam di nusantara yang paling ketat melaksanakan hukum islam sebagai hukum
Negara. Selanjutnya selain Islam di Lampung juga disebarkan di Bengkulu, disana
didirikan masjid dan lembaga pendidikan. Tahun 1570 Sultan hasanuddin meninggal
digantikan Maulana Yusuf (putranya) tahun 1570-1580. Selanjutnya Islam dilanjutkan
penyebarannya ke daerah Pajajaran, daeraah kerajaan Hindu yang dipimpin Prabu Sedah.
Tahun 1580 Maulana Yusuf meninggal, digantikan putranya, Maulana Muhammad sebagai
sultan Banten III(1580-1596 M). Ia diberi gelar Kanjeng Ratu Banten. Sultan Banten III
tewas dalam penyerangan ke Palembang tahun 1604.

2.4 Perkembangan Islam di Kalimantan

Di pulau ini, ajaran Islam masuk dari dua pintu.  Jalur pertama yang membawa Islam
masuk ke tanah Borneo adalah jalur Malaka yang dikenal sebagai Kerajaan Islam. Jalur
lain yang digunakan menyebarkan dakwah Islam adalah para mubalig yang dikirim dari
Tanah Jawa.
Di Kalimantan Selatan terutama sejak abad ke-14 sampai awal abad ke-16 yakni
sebelum terbentuknya Kerajaan Banjar yang berorientasikan Islam, telah terjadi proses
pembentukan negara dalam dua fase. Fase pertama yang disebut Negara Suku yang
diwakili oleh Negara Nan Serunai milik orang Maanyan. Fase kedua adalah negara awal
yang diwakili oleh Negara Dipa dan Negara Daha.

8
Negara Daha akhirnya lenyap seiring dengan terjadinya pergolakan istana, zaman
baru beralih ke periode negara kerajaan dengan lahirnya Kerajaan Banjar pada tahun
1526 yang menjadikan Islam sebagai dasar dan agama resmi kerajaan.

2.5 Kerajaan islam di Sulawesi

Pada abad ke 15 di Sulawesi berdiri beberapa kerajaan, diantaranya dari suku bangsa.
Makasar (Gowa dan Tallo) dan Bugis (Luwu, Bone, Soppeng dan Wajo). 2 kerajaan yang
memiliki hubungan baik yaitu kerajaan Gowa dan Tallo. Ibu kota kerajaannya adalah
Gowa yang sekarang menjadi Makasar. Kerajaan ini pada abad ke 16 sudah menjadi
daerah islam. Masuk dan berkembangnya Islam di Makasar atas juga datuk Ribandang
(Ulama adat Minangkabau). Secara resmi kerajaan Gowa Islam berdiri pada tahun 1605
M. Raja-raja yang terkenal diantaranya : Sultan Alaudin (1605-1639 M) raja pertama Islam
di Gowa-Tallo. Kerajaan ini adalah negara maritim yang terkenal dengan perahu-perahu
layarnya dengan jenis Pinisi dan lImbo. Pada masa Sultan Alaudin berkuasa, Islam
mengalami perkembangan pesat yang daerah kekuasaannya hampir mencakup seluruh
daerah Sulawesi.

Kabupaten Palopo yang juga dikenal dengan sebutan Luwu' di Sulawesi Selatan,
memiliki jejak sejarah sebagai pusat penyebaran agama Islam di Sulawesi Selatan.
Diperkirakan agama Islam berkembang di Kedatuan Luwu', sekitar abad ke-17. Setidaknya
ada tiga situs utama yang menggambarkan Islam pernah berkembang pesat di daerah ini.
Bangunan Masjid Jami'toa diperkirakan berdiri tahun 1604. Sekilas, bangunan religius ini
tampak sederhana, namun sesungguhnya sarat dengan simbol-simbol penting yang
menggambarkan eksistensi Kedatuan Islam Luwu' pada masanya.

Selain itu pula terdapat makam berbentuk kubah, tempat peristirahatan terakhir
raja-raja Luwu', bangsawan, atau orang-orang yang dituakan di Luwu', yaitu orang yang
bergelar Opu Daeng Bau. Orang pertama yang dikubur di dalam makam tua ini adalah
Datu' Labaso' Langit, Raja Luwu' ke-17, dan dinamai juga Martin Roi Go. Kedatuan Islam
Luwu' bisa dibilang saling terkait dengan 2 kerajaan besar lainnya di Sulawesi, yakni
Gowa dan Bone. Hubungan yang terkait secara emosional ini pula yang memungkinkan
Islam masuk ke wilayah Sulawesi.

Kerajaan Gowa-Tallo
Kerajaan Gowa dan Tallo lebih dikenal dengan sebutan Kerajaan Makassar. Kerajaan
ini terletak di daerah Sulawesi Selatan. Makassar sebenarnya adalah ibukota Gowa yang
dulu disebut sebagai Ujungpandang. Secara geografis Sulawesi Selatan memiliki posisi
yang penting, karena dekat dengan jalur pelayaran perdagangan Nusantara. Bahkan
daerah Makassar menjadi pusat persinggahan para pedagang, baik yang berasal dari
Indonesia bagian timur maupun para pedagang yang berasal dari daerah Indonesia bagian
barat. Dengan letak seperti ini mengakibatkan Kerajaan Makassar berkembang menjadi
kerajaan besar dan   berkuasa atas jalur perdagangan Nusantara. Berikut adalah peta
Sulawesi Selatan pada saat itu.

9
Berdasarkan Lontara Pattorioloang (Lontara Sejarah), pada masa pemerintahan Raja
Gowa X Tonipalangga, terdapat sebuah perkampungan Muslim di Makassar. Penduduk
kampung Muslim terdiri atas para pedagang Melayu tersebut. Bahkan, pada masa
pemerintahan raja berikutnya, Tonijallo (1565-1590 M), berdiri sebuah masjid di
Manggallekanna, tempat para pedagang itu bermukim. Kerajaan Makasar merupakan
kerajaan Maritim dan berkembang sebagai pusat perdagangan di Indonesia bagian Timur.
Hal ini ditunjang oleh beberapa faktor :
a.    Letak yang strategis,
b.    Memiliki pelabuhan yang baik
c.    Jatuhnya Malaka ke tangan Portugis tahun 1511 yang menyebabkan banyak
pedagang-pedagang yang pindah ke Indonesia Timur.

Sebagai pusat perdagangan Makasar berkembang sebagai pelabuhan internasional dan


banyak disinggahi oleh pedagang-pedagang asing seperti Portugis, Inggris, Denmark dan
sebagainya yang datang untuk berdagang di Makasar. Penyebaran Islam di Sulawesi
Selatan dilakukan oleh Datuk Robandang/Dato’ Ri Bandang dari Sumatera, sehingga
pada abad 17 agama Islam berkembang pesat di Sulawesi Selatan, bahkan raja Makasar
pun memeluk agama Islam. Raja Makasar yang pertama memeluk agama Islam adalah
Sultan Alaudin. Sejak pemerintahan Sultan Alaudin kerajaan Makasar berkembang
sebagai kerajaan maritim dan berkembang pesat pada masa pemerintahan raja
Muhammad Said (1639 – 1653). Selanjutnya kerajaan Makasar mencapai puncak
kebesarannya pada masa pemerintahan Sultan Hasannudin (1653 – 1669). Pada masa
pemerintahannya Makasar berhasil memperluas wilayah kekuasaannya yaitu dengan
menguasai daerah-daerah yang subur serta daerah-daerah yang dapat menunjang
keperluan perdagangan Makasar. Ia berhasil menguasai Ruwu, Wajo, Soppeng, dan
Bone.Perluasan daerah Makasar tersebut sampai ke Nusa Tenggara Barat. Daerah
kekuasaan Makasar luas, seluruh jalur perdagangan di Indonesia Timur dapat
dikuasainya. Sultan Hasannudin terkenal sebagai raja yang sangat anti kepada dominasi
asing. Oleh karena itu ia menentang kehadiran dan monopoli yang dipaksakan oleh VOC
yang telah berkuasa di Ambon

2.6 Kerajaan islam di Maluku

Kerajaan Ternate adalah kerajaan terbesar di Kepulauan ini. Islam masuk ke wilayah
ini sejak tahun 1440. Sehingga, saat Portugis mengunjungi Ternate pada tahun 1512, raja
Ternate adalah seorang Muslim, yakni Bayang Allah. Kerajaan lain yang juga menjadi
representasi Islam di Kepulauan ini adalah Kerajaan Tidore yang wilayah teritorialnya
cukup luas meliputi sebagian wilayah Halmahera, pesisir Barat Kepulauan Papua dan
sebagian Kepulauan Seram. Ada juga Kerajaan Bacandan dan Kerajaan Jailolo yang juga
dipengaruhi oleh ajaran-ajaran Islam dalam pemerintahannya.

10
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Perkembangan dan kebangkitan islam dinusantara sangat lah pesat, ditandai
dengan mayoritas penduduk Indonesia saat ini beragama islam. Perkembangan dan
kebangkitan islam diberbagai aspek yakni:
a. Pendidikan : Adanya tempat-tempat kajian islam, tempat pendidikan seperti
pesantren, dan lembaga pendidikan berbasis keislaman seperti Madrasah
ibtidaiyah, Madrasah Tsanawiyah, Madrasah Aliyah dan perguruan-perguruan
tinggi islam lainnya.
b. Budaya : adanya adat istiadat untuk memperingati hari-hari besar islam
dengan kebudayaan di daerah itu, seperti perayaan sekaten untuk memperingati
hari kelahiran nabi Muhammad SAW.
c. Politik : adanya sistem pemerintahan di kerajaan/kesultanan. Apabila
seorang raja di suatu daerah sudah memeluk agama islam, maka para penduduk di
daerah tersebut akan memeluk agama islam.
d. Kesenian : perkembangan islam juga di dukung dari aspek lesenian, seperti
wayang untuk berdakwah kepada masyarakat.

Manfaat yang dapat ambil dari sejarah perkembangan islam di Indonesia:

1. Kehadiran pedagang Islam dari luar Indonesia yang telah berdakwah menyiarkan
ajaran Islam di bumi nusantara memberikan nuansa baru bagi perkembangan suatu
kepercayaan yang sudah ada di nusantara ini. Keyakinan kepada Tuhan Yang Maha
Esa berkembang dan tatanan kehidupan menjadi baik pula.
2. Hasil karya para ulama berupa karangan buku sangat berharga untuk dijadikan
sumber pengetahuan.
3. Meneladani kesuksesan mereka dalam berkarya dan membuat masyarakat Islam
gemar membaca dan mempelajari Al Quran.
4. Memperkaya dalam bentuk (arsitektur) bangunan, seperti masjid sebagai tempat
ibadah.
5. Mengajarkan tentang Islam harus dengan keramahan dan bijaksana serta
membiasakan masyarakat Islam bersikap konsisten.
6. Memanfaatkan peninggalan sejarah, baik berupa, makam, masjid, dan peninggalan
lainnya untuk dijadikan tempat ziarah (pembelajaran) demi mengingat perjuangan
mereka.
7. Seorang ulama atau ilmuwan dituntut oleh Islam untuk mempraktekkan tingkah
laku yang penuh keteladanan sebagai ulama pendahulu di nusantara ini dalam
mempertahankan harga diri serta tanah air dari penjajahan.
8. Mengajarkan sikap tetap bersatu, rukun, dan bersama-sama mempertahankan
negara Indonesia dari ancaman luar maupun dalam negeri.
9. Menyadari bahwa perjalanan sejarah perlu dijadikan sebagai pemikiran dan
peneladanan orang-orang yang beriman terutama keteladanan dan perjuangan para
ulama untuk dipraktekkan oleh generasi mendatang dalam menentukan masa depan
umat dan masyarakat.

11
DAFTAR PUSTAKA
Helmiati. 2011. Sejarah Islam asia Tenggara. Pekanbaru : Zanafa Publishing.

Helmiati. 2014. Sejarah Islam Asia Tenggara. Pekanbaru: Lembaga Penelitian dan
Pengambian kepada Masyarakat Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau

12

Anda mungkin juga menyukai