Anda di halaman 1dari 13

Visi:

Menghasilkan Ners yang unggul dalam penerapan ilmu dan teknologi keperawatan usia lanjut

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN KORBAN


KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA DAN PEMERKOSAAN

Dosen Pembimbing : Suliswati, S.Kp., M.Kes.


Disusun Oleh :
Kelompok 2
Aufiah Dhia Ulhaq (P3.73.20.2.17.007)
Desy Nurohma Aviyanti (P3.73.20.2.17.011)
Fathiyyah Aulia Qawam (P3.73.20.2.17.014)
Hamida (P3.73.20.2.17.018)
Nisrina Rifqi Syukria (P3.73.20.2.17.025)
Noviola Lolita (P3.73.20.2.17.026)
Puput Dwi Martiana (P3.73.20.2.17.027)
Salsabila Rizqi Narendra (P3.73.20.2.17.031)
Tyagita Ratih Nugraheni (P3.73.20.2.17.037)

PROGRAM SARJANA TERAPAN DAN


PRODI PENDIDIKAN PROFESI NERS PROGRAM PROFESI
JURUSAN KEPERAWATAN
POLTEKKES KEMENKES JAKARTA III
TAHUN 2019
ASUHAN KEPERAWATAN
KORBAN PEMERKOSAAN

A. Definisi
Pemerkosaan (rape) berasal dari bahasa latin rapare yang berarti mencari,
mamaksa, merampas atau membawa pergi (Haryanto, 1997). Pemerkosaan adalah suatu
usaha untuk melampiaskan nafsu seksual yang dilakukan oleh seorang laki-laki terhadap
perempuan dengan cara yang dinilai melanggar menurut moral dan hukum. (Wigjosubroto
dalam prasetyo, 1997)
B. Penyebab Terjadinya Pemerkosaan
1. Kemarahan
2. Mencari kepuasan seksual
3. Prilaku wanita-wanita yang menggoda
4. Gambar atau film porno
C. Resiko Psikis dan Kesehatan Reproduksi
1. Korban perkosaan biasanya mengalami trauma
2. Rasa takut yang berkepanjangan
3. Tidak mampu kembali berinteraksi secara sosial dengan masyarakat secara normal
4. Tak jarang dikucilkan dan buang oleh lingkungannya karena dianggap membawa aib
5. Resiko tinggi menjadi tidak mampu melakukan aktivitas seksual secara normal pada
kehidupannya dimasa datang
D. Bentuk-Bentuk Perkosaan yang Diakui dan Dikenal
1. Perkosaan oleh orang yang tak dikenal
2. Perkosaan oleh orang teman atau pacar
3. Perkosaan oleh orang yang dikenal
4. Perkosaan oleh pasangan perkawinan
5. Pelecehan seksual
6. Perkosaan oleh atasan ditempat kerja
E. Fase Reaksi Psikolog Terhadap Perkosaan
1. Fase Disorganisasi Akut
Fase yang dimanifestasikan dalam 2 cara:
a. Keadaan terekspresi yaitu syok, tidak percaya, takut, rasa memalukan, marah dan
bentuk emosi yang lainnya.
b. Keadaan terkontrol, dimana perasaan tertutup atau tersembunyi dan korban tampak
tenang
2. Fase menyangkal dan tanpa keinginan untuk bicara tentang kejadian, diikuti tahap
cemas yang meningkat, takut mengingat kembali, gangguan tidur, terlalu waspada dan
reaksi psikosomatik.
3. Fase Reorganisasi
Dimana kejadian ditempatkan pada perspektif, beberapa korban tidak benar-benar
pulih dan mengembangkan gangguan stress kronik.
F. Penatalaksanaan
Tujuan penatalaksanaan adalah memberikan dukungan simpatis, untuk
menurunkan trauma, emosional pasien dan mengumpulkan bukti yang ada untuk
kemungkinan tindakan legal.
1. Hormati privacy dan sensitifitas pasien, bersikap baik dan memberikan dukungan.
2. Yakinkan pasien bahwa cemas adalah sesuatu yang dialami.
3. Terima reaksi emosi pasien, misalnya terlalu perasa.
4. Jangan tinggalkan pasien sendiri
G. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan
1. Identitas Klien
Terdiri dari nama, alamat, umur, pekerjaan, status perkawinan, agama, tanggal
masuk, diagnosa, tanggal didata, dan lain-lain.
2. Riwayat Kesehatan
a. Riwayat kesehatan sekarang
b. Riwayat kesehatan keluarga
c. Riwayat kesehatan dahulu
3. Pemeriksaan Fisik
a. Kepala: Bagaimana kepala dan rambut
b. Mata: Bagaimana keadaan palpebra, conjungtiva, sklera, pupil,
c. Mulut: Tonsil, keadaan lidah dan gigi geligi
d. Leher: Apakah mengalami pembesaran kelenjer tyroid
e. Dada: Jenis pernafasan
f. Abdomen: Apakah simetris, oedema, lesi, dan bunyi bising usus
g. Genitalia: Bagaimana alat genitalianya
h. Ekstremitas: Kegiatan dan aktivitas
4. Kemungkinan Diagnosa yang Muncul
a. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan perkosaan (luka bekas
perkosaan).
b. Cemas berhubungan dengan status sosial, krisis situasi.
c. Harga diri rendah berubungan dengan krisis situasional, isolasi sosial.
5. Perencanaan
a. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan perkosaan (luka bekas
perkosaan)
1) Tujuan: rasa nyaman terpenuhi
2) KH: nyeri hilang, klien tampak rileks
3) Intervensi:
a) Kaji tipe atau lokasi nyeri
R: Berguna dalam memberi pengobatan ketidaknyamanan
b) Dorong dengan menggunakan teknik manajemen stress, contoh nafas dalam
R: Meningkatkan relaksasi, menfokuskan kembali perhatian klien
c) Atur posisi klien kearah yang nyaman
R: Mengurangi rasa sakit an meningkatkan relaksasi klien
d) Memberikan obat sesuai indikasi, contoh analgesik
R: Mungkin dibutuhkan untuk menghilangkan rasa nyeri
b. Cemas berhubungan dengan untuk menghilangkan rasa nyeri
1) Tujuan: cemas terastasi
2) KH: klien tidak cemas lagi
3) Intervensi:
a) Berikan informasi pada pasien atau orang terdekat
R: Memberikan informasi yang dapat membantu perkembangan
kerahasiaan pasien dimana hak-hak pasien terus dijaga selama
perawatan
b) Kaji tingkat cemas dan diskusikan penyebabnya bila mungkin
R: Identifikasi masalah spesifik akan meningkatkan kemampuan individu
untuk menghadapinya dengan lebih realistis
c) Kembangkan hubungan pasien-perawat
R: Hubungan yang saling mempercayai diantara pasien atau orang terdekat
akan meningkatkan perawatan
d) Rujuk pada pelayanan sosuak atau lemabaga lain yang sesuai untuk bantuan
R: Sering kali pasien tidak menyadari sumber-sumber yang tersedia
c. Harga diri rendah berhubungan dengan krisis situasional, isolasi social
1) Tujuan: harga diri klien teratasi
2) KH: harga diri klien tidak rendah lagi
3) Intervensi:
a) Dengarkan keluhan pasien dan tanggapannya mengenai keadaan yang
dialami
R: Memberikan petunjuk bagi pasien dalam memandang dirinya
b) Anjurkan keluarga untuk memperlakukan pasien senormal mungkin
R: Melibatkan pasien dalam keluarga mengurangi terisolasi dari lingkungan
sosial.
c) Rujuk untuk berkonsultasi atau psikoterapi sesuai indikasi
R: Mungkin diperlukan sebagai bantuan tambahan untuk menyesuaikan
pada perubahan gambaran diri atau kehidupan.
6. Implementasi
Tindakan yang langsung yang dilakukan pada klien baik yang sesuai dengan
yang direncanakan maupun yang tidak direncanakan. Implementasi ini dilakukan untuk
mencapai tujuan yang diharapkan.
7. Evaluasi
Evaluasi merupakan tahap akhir dari proses keperawatan yang terdiri dari SOAP
(Subjective, Objective, Analisa dan Planning).
ASUHAN KEPERAWATAN
KORBAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA

A. Pengkajian
1. Pengumpulan data.
a. Aspek biologis
Respons fisiologis timbul karena kegiatan system saraf otonom bereaksi
terhadap sekresi epineprin sehingga tekanan darah meningkat, tachikardi, muka
merah, pupil melebar, pengeluaran urine meningkat. Ada gejala yang sama dengan
kecemasan seperti meningkatnya kewaspadaan, ketegangan otot seperti rahang
terkatup, tangan dikepal, tubuh kaku, dan refleks cepat. Hal ini disebabkan oleh energi
yang dikeluarkan saat marah bertambah.
b. Aspek emosional
Salah satu anggota yang marah merasa tidak nyaman, merasa tidak berdaya,
jengkel, frustasi, dendam, ingin memukul anggota yang lain , mengamuk, bermusuhan
dan sakit hati, menyalahkan dan menuntut.
c. Aspek intelektual
Sebagian besar pengalaman hidup individu didapatkan melalui proses
intelektual, peran panca indra sangat penting untuk beradaptasi dengan lingkungan
yang selanjutnya diolah dalam proses intelektual sebagai suatu pengalaman. Perawat
perlu mengkaji cara klien marah, mengidentifikasi penyebab kemarahan, bagaimana
informasi diproses, diklarifikasi, dan diintegrasikan.
d. Aspek social
Meliputi interaksi sosial, budaya, konsep rasa percaya dan ketergantungan.
Emosi marah sering merangsang kemarahan anggota keluarga yang lain lain. Individu
seringkali menyalurkan kemarahan dengan mengkritik tingkah laku yang lain
sehingga anggota keluarga yang lain merasa sakit hati dengan mengucapkan kata-kata
kasar yang berlebihan disertai suara keras. Proses tersebut dapat mengasingkan
individu sendiri, menjauhkan diri dari orang lain, menolak mengikuti aturan
e. Aspek spiritual
Kepercayaan, nilai dan moral mempengaruhi hubungan individu dengan
lingkungan. Hal yang bertentangan dengan norma yang dimiliki dapat menimbulkan
kemarahan yang dimanifestasikan dengan amoral dan rasa tidak berdosa. Dari uraian
tersebut di atas jelaslah bahwa perawat perlu mengkaji individu secara komprehensif
meliputi aspek fisik, emosi, intelektual, sosial dan spiritual yang secara singkat dapat
dilukiskan sebagai berikut : Aspek fisik terdiri dari :muka merah, pandangan tajam,
napas pendek dan cepat, berkeringat, sakit fisik, penyalahgunaan zat, tekanan darah
meningkat. Aspek emosi : tidak adekuat, tidak aman, dendam, jengkel. aspek
intelektual : mendominasi, bawel, sarkasme, berdebat, meremehkan. aspek sosial :
menarik diri, penolakan, kekerasan, ejekan, humor.

f. Aspek fisik
Aspek fisik terdiri dari :muka merah, pandangan tajam, napas pendek dan
cepat, berkeringat, sakit fisik, penyalahgunaan zat, tekanan darah meningkat. Aspek
emosi : tidak adekuat, tidak aman, dendam, jengkel. aspek intelektual : mendominasi,
bawel, sarkasme, berdebat, meremehkan. aspek sosial : menarik diri, penolakan,
kekerasan, ejekan, humor.
Dari uraian tersebut di atas jelaslah bahwa perawat perlu mengkaji individu secara
komprehensif meliputi aspek fisik, emosi, intelektual, sosial dan spiritual yang secara
singkat dapat dilukiskan sebagai berikut.

2. Klasifikasi data
Data yang didapat pada pengumpulan data dikelompokkan menjadi 2 macam yaitu
data subyektif dan data obyektif. Data subyektif adalah data yang disampaikan secara lisan
oleh klien dan keluarga. Data ini didapatkan melalui wawancara perawat dengan klien dan
keluarga. Sedangkan data obyektif yang ditemukan secara nyata. Data ini didapatkan
melalui obsevasi atau pemeriksaan langsung oleh perawat.
3. Analisa data
Dengan melihat data subyektif dan data objektif dapat menentukan permasalahan
yang dihadapi keluarga dan dengan memperhatikan pohon masalah dapat diketahui
penyebab sampai pada efek dari masalah tersebut. Dari hasil analisa data inilah dapat
ditentukan diagnosa keperawatan.

B. Diagnosa Keperawatan
Adapun diagnosa keperawatan utama pada klien marah dengan masalah utama perilaku
kekerasan adalah sebagai berikut :
1. Resiko Prilaku Kekerasan

C. Intervensi
tgl No Diagnose Rencana keperawatan
Dx keperawatan

Tujuan Intervensi
Resiko TUM: 1. Bina hubungan saling percaya.
Prilaku klien dapat mengontrol  Salam terapeutik, perkenalan diri, beritahu tujuan
kekerasan perilaku kekerasan pada interaksi, kontrak waktu yang tepat, ciptakan
saat berhubungan lingkungan yang aman dan tenang, observasi
dengan orang lain respon verbal dan non verbal, bersikap empati.
2. Klien dapat mengidentifikasi penyebab perilaku
TUK: kekerasan.
 Beri kesempatan pada klien untuk mengugkapkan
1. Klien dapat membina
perasaannya.
hubungan saling
 Bantu untuk mengungkapkan penyebab perasaan
percaya.
jengkel / kesal
2. Klien dapat
3. Klien dapat mengidentifikasi tanda-tanda perilaku
mengidentifikasi
kekerasan.
penyebab perilaku
 Anjurkan klien mengungkapkan dilema dan
kekerasan.
dirasakan saat jengkel.
3. Klien dapat  Observasi tanda perilaku kekerasan pada klien.
mengidentifikasi  Simpulkan bersama tanda-tanda jengkel / kesan
tanda-tanda perilaku yang dialami klien.
kekerasan. 4. Klien dapat mengidentifikasi perilaku kekekerasan
4. Klien dapat yang biasa dilakukan.
mengidentifikasi  Anjurkan klien untuk mengungkapkan perilaku
perilaku kekekerasan kekerasan yang biasa dilakukan.
yang biasa dilakukan.  Bantu klien bermain peran sesuai dengan perilaku
5. Klien dapat kekerasan yang biasa dilakukan.
mengidentifikasi  Bicarakan dengan klien apakah dengan cara yang
akibat perilaku klien lakukan masalahnya selesai.
kekerasan. 5. Klien dapat mengidentifikasi akibat perilaku
6. Klien dapat kekerasan
melakukan cara  Bicarakan akibat / kerugian dan perilaku
berespons terhadap kekerasan yang dilakukan klien.
kemarahan secara  Bersama klien menyimpulkan akibat dari perilaku
konstruktif. kekerasan yang dilakukan.
7. Klien dapat 6. Klien dapat melakukan cara berespons terhadap
mendemonstrasikan kemarahan secara konstruktif.
sikap perilaku  Tanyakan pada klien “apakah ia ingin mempelajari
kekerasan. cara baru yang sehat”.
8. Klien dapat  Berikan pujian jika klien mengetahui cara yang
dukungan keluarga sehat.
dalam mengontrol  Diskusikan dengan klien cara lain yang sehat.
perilaku kekerasan.  Secara fisik : tarik nafas dalam / memukul
9. Klien dapat botol / kasur atau olahraga atau pekerjaan
menggunakan obat yang memerlukan tenaga.
yang benar.  Secara verbal : katakan bahwa anda sering
jengkel / kesal.
 Secara sosial : lakukan dalam kelompok cara-
cara marah yang sehat, latihan asertif, latihan
manajemen perilaku kekerasan.
 Secara spiritual : anjurkan klien berdua,
sembahyang, meminta pada Tuhan agar diberi
kesabaran.
7. Klien dapat mendemonstrasikan sikap perilaku
kekerasan.
 Bantu klien memilih cara yang paling tepat untuk
klien.
 Bantu klien mengidentifikasi manfaat yang telah
dipilih.
 Bantu klien untuk menstimulasikan cara tersebut.
 Beri reinforcement positif atas keberhasilan klien
menstimulasi cara tersebut.
 Anjurkan klien untuk menggunakan cara yang
telah dipelajari saat jengkel / marah.
8. Klien dapat dukungan keluarga dalam mengontrol
perilaku kekerasan.
 Identifikasi kemampuan keluarga dalam merawat
klien dari sikap apa yang telah dilakukan
keluarga terhadap klien selama ini.
 Jelaskan peran serta keluarga dalam merawat
klien.
 Jelaskan cara-cara merawat klien.
 Terkait dengan cara mengontrol perilaku kekerasan
secara konstruktif
 Sikap tenang, bicara tenang dan jelas.
 Bantu keluarga mengenal penyebab marah.
 Bantu keluarga mendemonstrasikan cara merawat
klien.
 Bantu keluarga mengungkapkan perasaannya
setelah melakukan demonstrasi.
9. Klien dapat menggunakan obat yang benar
 Jelaskan pada klien dan keluarga jenis-jenis obat
yang diminum klien seperti : CPZ, haloperidol,
Artame.
 Diskusikan manfaat minum obat dan kerugian
berhenti minum obat tanpa seizin dokter.

STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN


Harga Diri Pasien Keluarga
Rendah SP Ip SP I k
1. Mengidentifikasi penyebab PK 1. Mendiskusikan masalah yang
2. Mengidentifikasi tanda dan gejala PK dirasakan keluarga dalam merawat
3. Mengidentifikasi PK yang dilakukan pasien
4. Mengidentifikasi akibat PK 2. Menjelaskan pengertian PK,
5. Menyebutkan cara mengontrol PK tanda dan gejala, serta proses
6. Membantu pasien mempraktekkan terjadinya PK
latihan cara mengontrol fisik I 3. Menjelaskan cara merawat
7. Menganjurkan pasien memasukkan pasien dengan PK
dalam kegiatan harian

SP IIp SP II k
1. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian 1. Melatih keluarga
pasien mempraktekkan cara merawat pasien
2. Melatih pasien mengontrol PK dengan PK
dengan cara fisik II 2. Melatih keluarga melakukan
3. Menganjurkan pasien memasukkan cara merawat langsung kepada
dalam jadwal kegiatan harian pasien PK
SP IIIp SP III k
1. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian 1. Membantu keluarga membuat
pasien jadual aktivitas di rumah termasuk
2. Melatih pasien mengontrol PK dengan minum obat (discharge
cara verbal planning)Menjelaskan follow up
3. Menganjurkan pasien memasukkan pasien setelah pulang
dalam jadwal kegiatan harian

SP IVp
1. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian
pasien
2. Melatih pasien mengontrol PK dengan
cara spiritual
3. Menganjurkan pasien memasukkan
dalam jadwal kegiatan harian

SP Vp
1. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian
pasien
2. Menjelaskan cara mengontrol PK
dengan minum obat
3. Menganjurkan pasien memasukkan
dalam jadwal kegiatan harian
DAFTAR PUSTAKA

Hacker/ Moore, 2001. Esensial Obstetri dan Ginekologi. Jakarta : Hipocrates

Anda mungkin juga menyukai