Anda di halaman 1dari 30

BAB 2

BAHAN BATUAN

Bab ini membahas mengenai definisi batuan, sejarah geologi batuan, klasifikasi
batuan berdasar proses pembentukannya, struktur kimiawi penyusun bahan batuan, sifat-
sifat bahan batuan, proses produksi bahan batuan dan pengujian batuan. Pembahasan
mengenai bahan batuan dalam bab ini ditujukan sebagai pengenalan bagi pembaca
terhadap berbagai hal terkait dengan proses terbentuknya bahan batuan, penggunaannya,
proses produksi serta sifat-sifat dari bahan batuan untuk kebutuhan konstruksi.
Batuan didefinisikan sebagai bahan yang terdapat secara alami dan dibentuk dari
partikel-partikel mineral yang secara bersama-sama terikat begitu kekar. Untuk
memisahkan partikel-partikel tersebut diperlukan usaha yang relatif besar (yakni, dengan
ledakan, pemecahan dengan menggunakan pukulan keras, atau dengan gaya-gaya
penggergajian ulang arah tebal) (Bowles,1983)..
Ada beberapa bahan batuan yang sering digunakan untuk memenuhi kebutuhan
bahan bangunan, di antaranya sebagai berikut:
1. Batuan dasar (bedrock). Batuan yang berada di tempat asalnya. Batuan ini biasanya
terbentang luas dalam arah horisontal dan vertikal. Bahan ini umumnya ditutupi oleh
tanah yang kedalamannya berbeda-beda. Jika dibiarkan terbuka maka bagian luar
batuan ini menjadi lereng cuaca. Batuan dasar berubah dari batuan beku karena
perapian, yang merupakan bentuk paling keras dan berasal dari magma yang mencair,
ke batuan metamorf yang dibentuk dari batuan sedimenter yang mengalami
metamorfisme di bawah pengaruh panas dan tekanan tinggi. Batuan dasar juga bisa
berubah ke batuan sedimenter yang terbentuk sebagai sebuah kombinasi aksi kimia dan
tekanan dari deposit tanah yang menutupi bagian atas. Batuan mungkin berbentuk
padat, tetapi muka antara dengan tanah yang menutupi bagian atas mungkin terbentuk
banyak pecahan dan kikisan dan boleh mengandung rongga-rongga karena beberapa
proses lereng cuaca. Bergantung pada sejarah geologis kawasan tersebut, maka batuan
mungkin mempunyai banyak pecahan, lipatan, dan cacat.
2. Batuan besar atau Berangkal (boulders) yaitu merupakan potongan-potongan batuan
besar yang telah terputus dari batuan dasar, biasanya berukuran antara 250 hingga 300
mm atau lebih. Berangkal seringkali digunakan untuk pondasi bangunan atau pekerjaan
pasangan batu pada bangunan-bangunan irigasi. Batu jenis ini berasal dari sungai di
7
daerah pegunungan yang merupakan batuan berasal dari ledakan gunung berapi atau
bisa juga diperoleh dari pemecahan batu gunung.
3. Kerakal (cobbles) atau pebbles, yaitu potongan bahan batuan dengan ukuran berkisar
antara 150 hingga 250 mm. Kerakal ini sering digunakan untuk kebutuhan perkerasan
subbase jalan.
4. Batu bulat, yaitu merupakan potongan-potongan yang lebih kecil dari batuan besar
(boulders) dengan ukuran antara 50 sampai 75 mm. Potongan-potongan batuan yang
berukuran antara 3 mm hingga 5 mm disebut ampyangan.
5. Kerikil (gravel). Istilah ini umum digunakan untuk menerangkan partikel batuan yang
memiliki ukuran antara 5 mm hingga 150 mm. Kerikil umumnya digunakan sebagai
bahan pembentuk beton. Kerikil bisa berupa batu pecahan (crushed stone) bila dibuat di
pabrik, berupa kerikil tepung (bank-run gravel) bila digali dari deposit yang terdapat
secara alami dan mengandung bahan yang lebih halus, atau berupa kerikil berbentuk
kacang (pea gravel) jika kerikil tersebut telah disaring dengan ukuran 5 sampai 3 mm
(ukuran kacang). Kerikil adalah bahan tak berkohesi, yaitu kerikil tersebut tidak
mempunyai adhesi partikel atau tarikan partikel.
6. Pasir (sand), merupakan partikel tambang batuan yang kecil dari kerikil, yaitu
berukuran 0,074 mm hingga 5 mm. Pasir bisa berbentuk halus, sedang, atau kasar,
bergantung pada ukuran dari kebanyakan partikel tersebut. Pasir adalah bahan tak
berkohesi, tetapi jika pasir tersebut lembab atau mengandung uap air, maka tegangan
permukaan air boleh memberikan kohesi nyata yang akan menghilang bila bahan
mengering atau menjadi jenuh. Pasir adalah bahan konstruksi yang disukai. Pasir
mempunyai kapasitas dukung istimewa jika pasir tersebut dibatasi.
7. Lumpur (silt). Partikel-partikel tambang yang berukuran antara 0,006 mm hingga 0,05
mm atau maksimum 0,074 mm diberi nama lempung sedangkan partikel-partikel yang
berukuran 0,002 mm sampai dengan 0,006 mm dinamakan tepung batuan. . Lumpur
organik adalah lumpur yang mengandung bahan-bahan organik yang agak banyak.
Lumpur dinamai lumpur inorganik jika di dalam lumpur tersebut tidak terdapat bahan-
bahan organik. Lumpur biasanya menunjukkan sifat kohesi, atau tarikan partikel dan
adhesi, serta dapat juga mempunyai kohesi nyata, yang hilang kalau dikeringkan.
Lumpur bukan merupakan bahan pondasi yang baik kecuali jika kering atau sangat
dikompresi ke dalam sebuah batuan sedimenter (batu lumpur).

8
8. Lempung (clay). Lempung adalah partikel-partikel mineral berukuran lebih kecil dari
lumpur. Ukuran partikel lempung antara 0,001 hingga 0,002 mm. Jika partikel-partikel
tersebut berukuran lebih kecil dari 0,001 mm, biasanya diberi nama koloida.
Deposit pasir, kerikil, atau campuran pasir kerikil dapat bersifat lepas (loose),
sedang (medium), atau padat (dense), berdasarkan kepadatan partikel-partikelnya dapat
ditentukan secara visual atau dengan pengujian bahan.

2.1. SEJARAH GEOLOGI BAHAN BATUAN


Menurut teori, bumi terbentuk sekitar 4,5 milyar tahun yang lalu dari suatu bola api
berpijar yang terdiri dari gas kosmis dan debu angkasa luar. Kemudian massa tersebut
mendingin hingga membentuk atmosfir, hidrosfir dan litosfir. Atmosfer adalah selubung
gas yang mengelilingi hidrosfir, atau zona air (seperti lautan, danau), dan litosfir, atau
kerak bumi dan massa bagian dalam.
Kerak bumi terdiri dari batuan yang mengalami pelapukan (tanah) dan dianggap
mempunyai ketebalan lebih dari 10 s/d 15 km Unsur-unsur utama yang membentuk kerak
bumi bagian luar adalah sebagai berikut:

Tabel 2.1. Unsur-unsur utama penyusun kerak bumi


Unsur Simbol Persen berat Persen volume
Oksigen O 46,6 93,8
Silikon Si 27,4 0,9
Aluminium Al 8,1 0,5
Besi Fe 5,0 0,4
Magnesium Mg 2,1 0,3
Kalsium Ca 3,6 1,0
Sodium Na 2,8 1,3
Potassium K 2,6 1,8
Sumber: Bowles, J.E. (1991)

Unsur-unsur ini jarang berdiri sendiri dan biasanya terjadi dalam bentuk kombinasi
yang disebut mineral. Mineral-mineral utama yang tersingkap akan mengalami pelapukan
sehingga menjadi tanah pada atau dekat dengan permukaan bumi. Gambar 2.1.
menunjukkan kombinasi mineral-mineral utama pada permukaan bumi.

9
1000

1700
selubung
1300
Inti dalam
3600 km

Inti metal
G

Cangkang palasit
G = 4,5 - 8
10-15 km (kerak
Cangkang Peridotit granit, termasuk
G = 3,0 - 4,5 tanah dan hidrosfer
Atmosfer

Gambar 2.1. Bumi, termasuk atmosfer, dengan dimensi-dimensi perkiraan

Tabel 2.2. Mineral-mineral utama yang terkandung pada permukaan bumi


Persentase
Mineral
Perkiraan
Felspar 30
Ortoklas [K(Al)Si3 O8 - merah jambu, putih dan kelabu sampai hijau
Plagioklas [Na(Al)Si3O8] - putih, kelabu, hijau, dan merah; dan dapat
mengandung Ca sebagai ganti Na
Kuarsa (SiO2, atau silikon dioksida) 28
Mineral-mineral lempung dan mika 18
Muskovit [K(Al2)Si3Al(O10)(OH)2] - mineral berwarna terang
Biotit [K2(Mg,Fe)6(SiAl)8O20(OH)4] - berwarna hitam, coklat, atau hijau
Kalsit (sebagai CaCO3) atau dolomit [sebagai CaMg(CO3)2] 9
Oksida besi 4
Hematit (Fe2O3) - bayangan merah
Limonit (2Fe2O3 + 3 H2O) - berbagai bayangan kuning
Piroksin dan amfibol 1
Piroksin - kalsium, magnesium, besi, dan aluminium silikat
Amfibol (horn blende) - sodium, kalsium, magnesium, besi dan aluminium silikat
Lain-lain, meliputi 10
Kaolinit (lempung) - hidros aluminium silikat [Al2Si2O5(OH)4] sebagai hasil
sampingan utama pelapukan felspar
Olivin (berwarna kehijauan) - magnesium, silikat besi [(MgFe)2 SiO4]
Sumber : Bowles, J.E.(1991)

Selama 1 milyar tahun sejarah geologi menunjukkan bahwa bumi mengalami


perubahan. Proses pelapukan yang dibentuk oleh perubahan bentuk kerak bumi (bukit,
lembah, dan sebagainya) mengurangi batuan yang padat menjadi fragmen-fragmen.
Fragmen-fragmen tersebut akan membentuk tanah residu (residual soils), atau produk di

10
tempat dari pelapukan batuan. Proses pelapukan terjadi pada batuan beku dan/atau deposit
mineral yang tercurah dan terbentuk selama proses pendinginan batuan pijar tadi. Gravitasi
melalui penggelinciran dan rangkak akan menggerakkan air sebagai aliran permukaan.
Aksi dari angin dan es dapat juga mengangkat produk sampingan batuan lapuk ini ke
lokasi yang baru, yang menghasilkan sedimen, atau deposit tanah yang ditransportasikan.
Melalui waktu geologi deposit yang disedimentasikan menjadi keras oleh
konsolidasi akibat berat sedimen di atasnya dan/atau sementasi menjadi batuan sedimen.
Sebagian besar sedimentasi terjadi dalam lingkungan lautan. Hal ini menyebabkan terdapat
cukup banyak garam kalsium, sodium, dan magnesium (sebagai karbonat, sulfat, klorida,
dan sebagainya) sebagai larutan, termasuk kehidupan kerang yang menghasilkan bahan
sedimen dan perekat. Gaya ke atas dan gerakan kerak bumi memungkinkan terjadinya
proses sedimentasi dan tekanan yang mengeraskan sedimen itu, atau menyingkapkan
sedimen sehingga mengalami pelapukan, bersama batuan beku dan batuan sedimen yang
terletak di bawahnya.
Bertambahnya tekanan akibat berat tanah di atasnya, panas lewat redaman energi
dan lewat celah-celah di dalam kerak bumi yang memungkinkan magma cair mengalir
dapat diakibatkan oleh gerakan kerak bumi. Akibat gerakan tersebut beberapa batuan
sedimen dan beberapa batuan beku dapat bermetamorfosa menjadi batuan metamorf.
Gerakan kerak bumi selanjutnya dapat menyingkapkan batuan tersebut sehingga
mengalami pelapukan kembali, dan pada kondisi tertentu dapat menyebabkan batuan tadi
kembali menjadi magma cair, sehingga siklus berulang kembali.
Kerak bumi terdiri atas 95 persen batuan beku dan 5 persen batuan sedimen dan
metamorf. Dari batuan yang tersingkap di permukaan, 75 persen berupa batuan sedimen
dan dari jumlah tersebut sekitar 22 persen terdiri dari batu gamping dan dolomit. Menurut
ahli geologi, sedimentasi dapat mempunyai ketebalan 5000 hingga 6000 m. Ini berarti telah
terjadi pelapukan yang cukup banyak. Sebagian besar sedimentasi yang berusia lanjut
berubah menjadi batuan sedimen, sehingga bahan yang belum berkonsolidasi mempunyai
ketebalan jauh lebih kecil, di bawah 600 m.

2.2. KECENDERUNGAN DI MASA DEPAN


Sejalan dengan perkembangan zaman, penggunaan batuan untuk kebutuhan bahan
bangunan di Indonesia selalu meningkat. Batuan digunakan tidak hanya untuk pondasi
rumah atau untuk kebutuhan pekerjaan pasangan batu pada bangunan-bangunan irigasi.
11
Bahan batuan juga digunakan untuk kebutuhan arsitektur bangunan, seperti hiasan pada
dinding rumah, hiasan pada pagar rumah. Di kota-kota besar berkembang tren
menggunakan batu yang dibentuk persegi dengan ukuran-ukuran tertentu yang dapat
digunakan sebagai hiasan rumah karena warna alami dari batuan tersebut terlihat sangat
indah.
Pada gambar 2.2, terlihat batuan lempung yang dikenal sebagai limestone boulder,
serta batuan lempung yang telah diolah hingga berbentuk persegi. Di pasaran batu yang
dibentuk persegi dikenal dengan istilah batu alam.

Gambar 2.2. Batu untuk bahan bangunan

Gambar 2.3. Penggunaan batu sebagai hiasan rumah

Pada gambar 2.3. terlihat bahwa batu dapat digunakan sebagai ornamen penghias
dinding rumah. Tentunya penggunaan batu di masa depan akan meningkat dalam kaitan
meningkatkan fungsi dan nilai tambah bahan bangunan batu itu sendiri.

2.3. KLASIFIKASI BATUAN


Para ahli geologi mengklasifikasikan batuan dalam tiga kelompok dasar, yaitu
batuan beku (igneous), batuan sedimen (sedimentary), dan batuan metamorf

12
(metamorphic). Batuan merupakan campuran dari berbagai mineral dan senyawa, dan
komposisinya sangat bervariasi (Bowles, 1991).

2.3.1. Batuan Beku


Batuan beku adalah batuan yang terbentuk akibat mendinginnya magma cair.
Sebagian besar magma berada pada kedalaman yang cukup besar di bawah kerak bumi.
Penyesuaian tegangan secara periodik mengakibatkan retakan dan patahan pada kerak
batuan, selanjutnya magma keluar melalui retakan dan patahan tersebut, baik sebagian saja
(menghasilkan mata air panas dan geiser untuk kondisi-kondisi tertentu) maupun
seluruhnya muncul ke permukaan (membentuk gunung). Aliran yang terputus dan tidak
sampai ke permukaan bumi akan mengalir ke dalam kerak bumi dan membentuk batuan
intrusif atau batuan plutonik.

Gambar 2.4. Contoh batuan beku Scoria dan Obsidian


Batuan beku terbentuk dari pembekuan magma cair yang mendesak ke permukaan
bumi melalui retakan pada kulit bumi. Magma keluar melalui retakan/patahan. Magma
yang keluar sampai ke permukaan bumi disebut batuan ekstrusi, sedangkan magma yang
tak sampai ke permukaan bumi dan membeku secara perlahan disebut batuan intrusi.
Batuan beku diklasifikasikan menurut tekstur, komposisi, warna dan sumbernya.
Granit merupakan batuan beku yang paling dominan; terkenal karena pemakainannya
sebagai bahan bangunan dan batu untuk monumen. Granit berwarna dari putih keabu-
abuan sampai agak merah, kaya akan kwarsa , dan cenderung bercampur dengan butir-butir
yang lebih hitam dari mika dan hornblende. Ukuran butirnya berbeda-beda dari yang relatif
halus sampai kristal mineral yang berbutir sangat kasar dan terlihat dalam matriks batuan.
Apabila sangat berbutir sangat kasar, batuan ini dapat disebut porfiri (porphyry), dan
apabila kristalnya sangat besar, batuan ini disebut pegmatit (pegmatite). Riolit adalah
13
granit dengan struktur yang berbutir sangat halus. Tingkat mendinginnya magma
menentukan ukuran struktur kristal-kekasaran adalah diakibtkan pendinginan yang lambat
dan kehalusan akibat pendinginan yang cepat.
Batuan beku ekstrusif (lelehan) yang paling banyak terdapat terbentuk pada saat
gunung meletus, yang, selain lava cair, juga melontarkan partikel padat dari abu vulkanis
dan fragmen batuan yang disebut bom. Struktur kristal dari batuan ekstrusif cenderung
berbutir halus sebagai akbit dari pendinginan yang cepat. Beberapa batuan vulkanis
mungkin agar berpori (batu apung dan skoria) karena batu tersebut memadat ketiak uap
dan gas lainnya masih bergelembung.
Basal, yaitu suatu kelompok mineral berbutir halus dan berwarna gelap yang sering
juga disebut batuan terperangkap (trap rock), adalah salah satu batuan ekstrusif yang
banyak terdapat. Basal kaya akan mineral ferromagnesium dan biasanya berwarna abu-abu
tua, hijau tua, coklat, atau hitam. Basal adalah batuan yang sangat keras dan berbutir halus,
dan apabila dipecahkan sangat baik untuk konstruksi jalan.
Obsidian (gelas vulkanis) adalah batuan yang sangat mengkilap, berwarna hitam
mengkilap sampai coklat kemerah-merahan, dan berbutir sangat halus (sama sekali tidak
terlihat struktur butirnya). Batuan ini berbentuk oleh pendinginan lava cair yang cepat.
Batu apung adalah batuan yang berpori, berwarna cerah dengan masa yang sangat kecil
sehingga dapat mengapung di atas air. Batu apung terutama terdiri dari kaca dan terbentuk
ketika busa lava terlontar ke udara pada saat terjadi letusan gunung api.
Berdasarkan sifatnya, batuan beku dibedakan menjadi :
1. Batuan bersifat asam, yaitu batuan yang mempunyai kandungan silika tinggi ( SiO2 )
sekitar 70 %. Batuan ini berwarna terang. Batuan asam lebih banyak mengandung K,
Na, dan Al. Berat jenis batuan asam lebih kecil 2,83 dari batuan basa. Contoh batuan
asam adalah batu granit. Batuan asam bisa diuji dengan cara meteteskan air aki, akan
muncul gelembung-gelembung
2. Batuan bersifat basa, yaitu batuan yang mempunyai kandungan silika rendah ( SiO2 )
sekitar 50 %. Warna batuan gelap. Batuan basa banyak mengandung oksida besi,
mangan dan alkali tanah. Contoh batuan yang bersifat basa adalah batu basalt. Batuan
basa jika diuji dengan cara meteteskan air aki maka tidak akan muncul gelembung-
gelembung

14
Batuan beku dalam proses waktu akan terurai menjadi partikel yang lebih kecil
melalui proses mekanis dan kimia. Peristiwa ini disebut batuan mengalami pelapukan,
yaitu :
1. Pelapukan mekanis, dimana terjadi peristiwa pemuaian dan penyusutan batuan. Akibat
perubahan panas dan dingin terus menerus, juga adanya air masuk ke pori batuan
sehingga batuan retak.
2. Pelapukan kimia, dimana batuan diubah menjadi mineral baru dibantu oleh H2O dan
CO2.

2.3.2. Batuan Sedimen


Batuan yang tersingkap di atas selubung bumi biasanya sangat peka terhadap bahan
yang mengakibatkan pelapukan. Pelapukan mengurangi massa batuan menjadi partikel-
partikel yang lebih mudah terangkat oleh angin, air dan es. Apabila bahan tadi mengendap,
maka ia disebut sedimen. Sedimen biasanya didepositkan lapis per lapis yang disebut
lapisan (strata) dan apabila dipadatkan dan tersementasi menjadi satu akan membentuk
batuan sedimen [proses ini disebut pembatuan (lithification)]. Batuan-batuan ini, yang
paling banyak adalah serpih, batu pasir, dan batu gamping, merupakan 75 persen dari
seluruh batuan yang tersingkap di permukaan bumi.
Beberapa batuan sedimen yang bisa dikenal adalah: sinter kapur; batu pasir; serpih;
napal; gamping; breksi; konglomerat; pilit; traventin; gamping koral; breksi kerang; arkase.
Batuan sedimen terbentuk melalui pengendapan akibat transportasi melalui air dan
angin hingga membentuk lapisan endapan. Batuan sedimen biasanya diklasifikasikan atas
batuan klastik atau kimiawi. Batuan klastik terbentuk dari butir-butir batuan yang ukuranny
berbeda-beda. Batuan sedimen biasanya mempunyai lapisan. Tanda riak, yang
menunjukkan sedimentasi di bawah air atau deposit akibat angin, sering dijumpai pada
batuan sedimen. Retakan lumpur, yang terjadi ketika suatu lumpur mengering dan
menyusut sering dijumpai pula. Apabila retakan itu terisi sedimen selama hujan yang tiba-
tiba sebelum lumpur dapat menyerap air dan menutup retakan itu, sedimen di dalam
retakan itu kemudian akan membentuk suatu tanda di dalam celah tersebut yang kemudian
akan membentuk suatu tanda di dalam batuan tadi. Banyak batuan sedimen yang
mempunyai warna cerah, seperti yang terdapat di Grand Canyon, Painted Desert, dan
Yellowstone Park. Warna tersebut dihasilkan oleh pelapukan senyawa hematit, limonit,
dan mangan yang ada di dalam batuan. Beberapa batuan sedimen mengandung fosil yang
15
digunakan oleh para ahli geologi untuk menaksir umur batuan; yaitu karena suatu jenis
tertentu dari kulit kerang ada pada waktu atau massa yang tertentu, maka batuan yang
mengandung kulit kerang itu mengalami sedimentasi hanya selama periode adanya kulit
kerang tersebut.
Penting untuk mengetahui adanya serpih dan batu gamping pada suatu tempat
konstruksi. Serpih mempunyai kecenderungan untuk melapuk kembali menjadi tanah
secara cepat. Bila terdapat sedikit saja kelembaban atmosfer (atau kelembaban pada
permukaan beton basah), serpih tadi segera akan menjadi lunak dan kekuatannya segera
menghilang dan berkurang. Batu gamping akan larut oleh air permukaan atau air bawah
permukaan yang mengalir melalui tanah. Gua-gua dan lubang depresi yang ada merupakan
akibat dari kejadian tersebut.

Gambar 2.5. Hamparan batuan sedimen di alam

Batuan sedimen diklasifikasikan melalui prosesnya terbagi menjadi :


1. Batuan sedimen secara mekanis (klastik), dimana terbentuk dari butiran hasil
pelapukan/pengangkutan batuan yang sudah ada sebelumnya. Berdasarkan ukuran dan
besarnya, batuan dibedakan menjadi :
− Batuan ukuran halus ( detritus halus ), diendapkan di lingkungan perairan yang
tenang, di mana memungkinkan butiran yang paling halus mengendap. Contoh
batuan ukuran halus adalah batu serpih, lanau, dan lempung. Batuan serpih,
terbentuk dari lanau dan lempung yang mengeras menjadi batuan dengan bahan
pengeras utama mengalami tekanan. Batuan ini merupakan batuan sedimen yang
16
paling banyak terdapat. Batuan serpih menurut kandungan mineralnya dibedakan
menjadi :
• Batuan serpih arenaceous, dengan jumlah pasir yang lebih banyak.
• Batuan serpih argillaceous, dengan jumlah lempung yang banyak.
• Batuan serpih carbonaceous, dengan kandungan bahan organik yang banyak
• Batuan serpih calcareous, dengan jumlah gamping yang banyak yang berasal
dari kulit kerang.
Serpih calcareous digunakan untuk pembuatan semen, dan serpih carbonaceous
dapat menghasilkan minyak atau batubara. Serpih dapat juga disebut batu lempung
(clay stone) atau batu lanau (siltstone) berdasarkan materi utamanya.
− Batuan sedimen ukuran kasar (detritus kasar), terjadi pengendapan langsungdari
ledakan gunung berapi dan diendapkan di sekitar gunung tersebut melalui proses
transportasi. Contoh : batu pasir, batu konglomerat.
Batu Pasir, terbentuk akibat butiran pasir (kuarsa) yang mengalami tekanan dan
sementasi. Batu pasir dapat juga mengandung butir kalsit, gipsum, felspar, atau
senyawa besi. Batu pasir dipakai sebagai pengasah, batu untuk bangunan, dan
apabila komposisinya sebagian besar terdiri dari kuarsa, untuk pembuatan kaca.
Batu pasir biasanya terdapat pada aliran sedang mis. Sungai dan pantai.
Klasifikasi pasir menurut ukuran butirnya :
• Pasir sangat kasar dimensi 1,0000 – 2,0000
• Pasir kasar dimensi 0.5000 – 1,0000
• Pasir sedang dimensi 0.2500 – 0.5000
• Pasir halus dimensi 0.1250 – 0.2500
• Pasir sangat halus dimensi 0.0625 – 0.1250
Batu Konglomerat. Adalah batuan yang terbentuk dari sementasi kerakal yang
saling bercampur dengan pasir. Apabila butirannya persegi batuan ini disebut
breksia; apabila terbentuk dari deposit glasial, disebut tilit (tillite).

2. Batuan Sedimen Kimiawi


Evaporasi adalah sedimen yang dihasilkan oleh mineral padatan dari air laut. Pada
umumnya batuan ini terbentuk di lingkungan danau/laut yang tertutup karena proses

17
terjadinya dibantu oleh air yang memiliki larutan kimia yang cukup pekat. Faktor yang
penting juga harus tingginya penguapan.
Contoh : gypsum (CaSO4 + 2H2O); garam batuan (NaCl dan CaCl2)
Gypsum merupakan salah satu batuan yang digunakan untuk campuran semen < 5%,
karena sifatnya, dimana terjadi penambahan volume apabila bereaksi dengan semen.
Apabila prosentase campurannya terlalu tinggi, maka akan mudah retak.
− Batu Gamping. Batuan ini terbentuk dari kumpulan cangkang. Jenisnya variasi
tergantung pada pembentukannya dan penampilan fisiknya.Batu gamping adalah
sedimen kimiawi yang terutama terdiri dari kalsit (kalsium carbonate, CaCO 3).
Terdapat berbagai jenis batu gamping tergantung pada pembentukan dan
penampilan fisisnya, yang mengandung kulit kerang, fosil, pasir dan sebagainya.
Batu gamping cepat bereaksi dengan cairan (misalnya, 0,1 N) asam hidroklorida.
Reaksi asam ini dapat digunakan sebagai pengujian identifikasi utama untuk batu
gamping. Batu gamping dapat mengandung padatan silika atau nodul batu api (fint)
(berwarna gelap) atau chert (berwarna terang).
− Dolomit. Dolomit adalah batu gamping yang sebagian kalsitnya telah diganti oleh
magnesium [Ca Mg (CO3)3]. Dolomit sangat serupa dengan batu gamping, dan
karena keserupaan ini, satu-satunya penentuan yang dapat diandalkan (kecuali oleh
ahli geologi yang berpengalaman) adalah percobaan reaksi asam, karena pada
dolomit reaksi yang terjadi sangat lambat atau tidak ada sama sekali apabila
dicampurkan dengan cairan asam hidroklorida. Batu gamping dan dolomit
cenderung mempunyai struktur butiran dan warna yang sama. Warnanya berkisar
dari putih sampai abu-abu yang sangat gelap, termasuk hijau, kuning, dan
sebagainya, tergantung pada kemurnian mineralnya.
− Evaporit (Evaporites). Evaporit adalah batuan sedimen yang dihasilkan oleh
mineral padatan dari air laut. Batuan ini antara lain adalah gipsum (CaSO 4 + 2H2O),
anhidrida (anhydride) (CaSO4), dan garam batuan (NaCl dan CaCl2). Batu gamping
travertin adalah kalsit berpori yang memadat dari air biasa.

3. Batuan sedimen biokimia atau organik tediri dari:


− Coquina, Batu gamping yang mengandung kulit kerang dan fragmen-fragmennya
(juga disebut batu gamping fosil)

18
− Batu gamping karang (reef limestone). Batu gamping yang mengandung fragmen
karang.
− Kapur (chalk). Batu gamping yang mengandung kerang kapus (calcareous) dari
mikroorganisme.
− Karang (coral). Batu gamping lautan yang terbentuk dari rangka binatang laut yang
tidak bertulang belakang.
− Batu Bara (Coal)
Terbentuk dari unsur-unsur organik atau sisa-sisa tanaman yang mengandung
karbon, dimana terjadi beberapa tahap sebagai berikut:
• Gambut; merupakan benda organis yang membusuk dan setengah padat.
• Lignit (lignite); merupakan tahap kedua, dimana sifatnya lebih padat dari
gambut, biasa disebut batu bara coklat (muda), selanjutnya dalam waktu yang
lama dan suhu tinggi kan terbentuk ;
• Batu Bara bitumen (batu bara lembut)
• Dan yang terakhir terjadi pengerasan sehingga terbentuk batu bara yang keras
atau biasa disebut antrasit.

2.3.3. Batuan Metamorf


Metamorfosa melalui temperatur dan tekanan yang tinggi yang bekerja pada
batuan sedimen, atau lebih biasa pada batuan beku yang terbenam jauh di dalam tanah,
menghasilkan batuan metamorf. Selama proses metamorfosa, batuan yang asli mengalami
perubahan-perubahan kimiawi dan fisis yang mengubah tekstur, serta komposisi mineral
dan kimiawinya. Penyusunan kembali mineral selama metamorfosa menghasilkan dua
tekstur dasar batuan: terfoliasi dan tidak terfoliasi. Foliasi menghasilkan mineral batuan
yang menjadi datar atau berbentuk pelat dan tersusun dalam jalur atau lapisan yang sejajar.
Beberapa batuan sedimen diantaranya adalah: klorit schist; serpentin; kwarsit; mika; schist;
horn blende; amphibolit; batu pualam; kwarsit phorfie; schifer.
Terjadi proses perubahan komposisi dan tekstur batuan akibat panas dan tekanan
tanpa pernah menjadi cair, sehingga akan terbentuk mineral-mineral baru. Penyusunan
kembali mineral-mineral selama metamorfosa menghasilkan dua tekstur dasar batuan,
yaitu: Terfoliasi dan Tidak Terfoliasi. Batuan yang Terfoliasi menghasilkan mineral batuan

19
yang berbentuk plat/datar dan tersusun dalam jalur atau lapisan yang sejajar. Contoh dari
batuan yang terfoliasi adalah:
− Batu Tulis atau batu sabak (slate) merupakan batuan serpih yang mengalami
metamorfosa, yang dicirikan oleh tekstur yang sangat halus, yang terpisah-pisah dalam
pelat tipis; biasanya berwarna kelabu, hitam, hijau, dan merah; Batu tulis ini sangat
banyak dipakai untuk atap, papan tulis, trotoar, dan meja bilyar..
− Sekis (schist) merupakan batuan yang mempunyai butir sedang sampai kasar dan cukup
banyak mengandung mika. Walaupun biasanya terbentuk dari serpih, sekis dapat juga
terbentuk dari batuan beku. Sekis mika adalah batuan dengan mika sebagai mineral
utamanya. Sekis klorit mempunyai mineral klorit.
− Genes (gneiss) Genes merupakan batuan berbutir kasar dan berjalur yang sangat
bermetamorfosa (biasanya dari granit). Batuan ini dicirikan oleh jalur-jalur yang
tersusun dari mineral yang lebih gelap seperti klorit, biotit, mika dan grafit. Jalur-jalur
ini biasanya terlipat dan mengerut serta dapat menyerupai sekis, walaupun sulit
dibelah. Sedangkan pada sekis, pemisahan pelatnya dapat dilakukan dengan mudah,
terkadang cukup dengan pisau..

Gambar 2.6. Contoh batuan metamorf Slate dan Gneiss


Sedangkan batuan yang tidak Terfoliasi diantaranya adalah:
− Kuarsit (Quartzite), Kuarsit adalah batu pasir kuarsa yang mengalami metamorfosa,
merupakan salah sastu batuan yang paling tahan. Apabila terbentuk dari kuarsa murni,
batuan ini berwarna putih; ketidakmurnian akan mengakibatkan bintik-bintik warna
merah, kuning, dan coklat.
− Marmer (marble), Marmer adalah batu gamping atau dolomit yang mengalami
metamorfosa. Marmer dapat berwarna putih apabila murni, tetapi ketidakmurnian akan

20
memberikan warna lain atau bintik-bintik. Marmer banyak dipakai untuk bangunan dan
monumen.
− Antrasit (anthracite), Adalah bitumen atau batu bara lunak yang mengalami
metamorfosa.

2.4. BATUAN UNTUK BAHAN KONSTRUKSI


Batuan kebanyakan digunakan sebagai batu hias, sebagai pondasi suatu bangunan
dan sebagai campuran material untuk pekerjaan konstruksi (campuran beton). Jenis batuan
yang umum dipakai sebagai bahan bangunan(finishing dan campuran bahan konstruksi)
antara lain :
1. Batu Kapur
Merupakan batuan sedimen kimiawi yang mengandung CaCO3 (Kalsium Karbonat),
dimana melalui pemanasan yang tinggi akan terurai menjadi CaO + CO2. Pembakaran
dikatakan sempurna, bila disiram air terjadi gumpalan batu kapur berubah menjadi
tepung warna putih. Sifat kapur adalah: plastis (tak getas); memberi kekuatan pada
tembok dan sebagai pengikat yang bagus dengan batu bata.
Batu kapur dari calcareous dipakai untuk bahan mentah pembuatan semen. Berat Jenis
batu kapur : 2002 – 2723 kg/m3. Kuat tekan batu kapur : 1,75 – 19,6 kN/cm2
2. Batu Pasir
Batu pasir terdiri dari butir-butir silika yang diikat menjadi kesatuan. Daya serapnya
tinggi Kuat terhadap tekan berkisar 2,8 – 9,8 kN/cm2. Berat jenis berkisar antara 2242 –
2642 kg/m3. Berdasarkan didapatnya, batu pasir dibedakan menjadi :
− Pasir galian dari gunung. Mempunyai bentuk butiran yang tajam, runcing dan agak
keras dan baik untuk campuran beton
− Pasir sungai. Mempunyai bentuk butiran agak bulat dan sedikit mengandung
lumpur. Pasir ini dotemukan di bagian hilir sungai akibat dari proses transportasi air
dari hulu sungai.
Jenis pasir untuk bangunan dibedakan menjadi :
− Pasir beton, mempunyai butir yang tajam, keras dan kekal; Pasir tidak mengandung
kadar lumpur lebih dari 5% terhadap berat kering; Dimensi pasir bervariasi.
− Pasir tembok, tidak mempunyai kadar lumpur lebih dari 10%

21
− Pasir urug, sangat halus dan banyak mengandung lumpur; Pemakaiannya untuk
mempertinggi daya dukung tanah dasar yang akan memikul beban diatasnya.
Misalnya: Pekerjaan pondasi dan jalan raya.
3. Batu Basalt
Merupakan batuan beku dengan tekstur porfirik. Kegunaan dalam bangunan sebagai
agregat untuk pekerjaan pondasi dan campuran material beton.
4. Batu granit
Sifat fisis antara lain : keras, kuat dan dapat dipoles sampai mengkilap. Mempunyai
berat jenis antara 2670 – 3240 kg/m3. Kuat tekannya antara 12,6 – 28 kN/cm2. Daya
serapnta antara 0,002 – 0,2 % dari beratnya. Kegunaan dalam bangunan untuk ubin,
penutup kolom dan batu injakan tangga, juga merupakan bahan agregat yang baik.
5. Marmer
Merupakan dolomit yang mengalami kristalisasi pada proses metamorfosa. Kegunaan
dalam bangunan sebagai ornamen dan lantai. Warnanya putih mengkilap, mempunyai
berat jenis 2963 – 3139 kg/m3, kuat tekannya antara 8,4 – 14,7 kN/cm2, dan daya
serap antara 0,06 – 0,001 %.
6. Lempung
Sifat dari batuan lempung adalah: Apabila bagian dari batuan, maka batuan akan
menjadi mudah lapuk. Apabila dalam campuran beton, menyebabkan menambahnya
kebutuhan air dan menurunkan kekuatan beton. Lempung sebagai bahan baku
pembuatan keramik, karena butir-butirnya akan melebur dengan panas yang tinggi.
7. Gypsum
Sifat dari gipsum adalah : Butirannya sangat halus, Mempunyai Berat Jenis antara 2310
– 2350 kg/m3. Warnanya putih.

2.4.1. Batu Alam


Dalam PUBI-1982 disebutkan bahwa batu alam, baik yang berbentuk bulat atau
berbentuk batu belah, dapat berasal dari batuan beku, batuan endapan atau batuan
metamorphosa. Klasifikasi batu alam, termasuk peryaratannya ditentukan menurut
penggunaannya dan dibagi sebagai berikut:
1. Batu alam untuk pondasi. Batu alam untuk pondasi harus memenuhi syarat
sebagaimana tertulis pada tabel 2.3 berikut.

22
Tabel 2.3. Persyaratan Batu Alam untuk Pondasi
Jenis Bangunan / bangunan jalan
Bangunan berat, Bangunan sedang,
Bangunan ringan,
Pengujian tekanan gandar tekanan gandar
tekanan gandar
lebih dari 7000 antara 3000 - 7000
sampai 3000 kgf
kg.f kgf
Kuat tekan minimum (kgf/cm2) 1500 1000 800
Kekerasan dengan Indeks
0,80 0,70 0,60
Rudellof, minimum
Tidak retak Tidak retak Tidak retak
Kekekalan dengan Na2 SO4
Tidak pecah Tidak pecah Tidak pecah
Penyerapan air maksimum (%
3 3 3
berat)
Sumber : PUBI - 1982

2. Batu alam untuk dibuat batu pecah dan agregat beton. Persyaratan batu alam untuk batu
pecah dan agregat beton dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 2.4. Persyaratan Batu Alam untuk Batu Pecah dan Agregat Beton
Jenis Bangunan beton / konstruksi jalan
Konstruksi
Pengujian Konstruksi berat/ Konstruksi
sedang/beton kelas
beton kelas III ringan/beton kelas I
II
Kuat tekan (kgf/cm2) 1200 800 600
Kekerasan Rudellof,
• fraksi kasar 0,80 0,70 0,60
• fraksi 30 - 95 mm (dihitung
% berat hancur 16 16 - 24 24 - 30
Ketahanan keausan dengan Los
Angeles: bagian hancur, max. % 27 27 - 30 40 - 50
berat
Penyerapan air max. (dalam %
3 3 3
berat)
Sumber : PUBI-1982

3. Batu alam untuk tonggak atau tepi jalan. Batu alam yang digunakan untuk tonggak atau
tepi jalan harus memenuhi persyaratan (i) Kekuatan tekan rata-rata batu alam ini
minimum adalah 500 kgf/cm2. (ii) Kekekalan bentuk dengan NaSO4 adalah tidak
pecah/retak. (iii) Penyerapan air maksimum adalah 5% berat.
4. Batu alam untuk penutup lantai atau trotoir. Untuk pemakaian ini persyaratan yang
harus dipenuhi adalah: (I) kekuatan tekan rata-rata minimum 600 kgf/cm2. (ii)
kekekalan bentuk dengan NaSO4 adalah tidak pecah/retak. (iii) Ketahanan aus dengan
pesawat Bruschinger maksimum adalah 0,160 mm/menit. (iv) Penyerapan air
maksimum adalah 3% berat.

23
2.4.2. Batu Pualam
Batu pualam adalah batu kapur yang mengalami rekristalisasi akibat pengaruh
tekanan dan suhu yang sangat tinggi. Batu pualam ada yang berwarna putih salju, merah
jambu, kekuning-kuningan, kehijau-hijauan dengan teksture yang tergantung pada bahan-
bahan terkandung. Batu Pualam biasanya diproduksi dengan cara dipotong tipis dan
dipoles. Batu ini dapat dipakai sebagai penutup lantai dinding dengan ukuran sesuai tujuan
pemakaiannya.
Batu pualam harus memenuhi persyaratan mutu sebagai berikut:
Tabel 2.5. Persyaratan mutu batu pualan
Lantai utama Lantai biasa Batu Tempel
muatan hidup lebih muatan hidup
Pengujian dari 250 kgf/cm2 kurang dari 250 Terlindung
Di luar
tiap m2 kgf/cm2. 3)
1) 2)
Penyerapan air
0,75 0,75 0,75 1,00
maksimum (%)
Kekuatan tekan
800 600 600 500
minimum, kgf/cm2
Ketahanan aus,
mm/menit, 0,130 0,160 --- ---
maksimum
Boleh rusak
Kekekalan bentuk Tidak cacat Tidak cacat Tidak cacat
kecil
Sumber : PUBI-1982
Keterangan :
1) Ruang umum, gedung pertemuan, koridor hotel, toko, pasar dan sejenisnya
2) Rumah tinggal, kamar hotel, ruang kantor bukan umum, dll
3) Retak kecil yang tidak menerus (tembus dan tidak menyebabkan rapuh)

2.4.3. Kapur Bangunan


Kapur adalah batuan endapan yang terbentuk dari Ca CO3 yang dilakukan melalui
proses kimia dan mekanik dalam alam. Pada umumnya batuan ini terbentuk di lingkungan
danau/laut yang tertutup karena proses terjadinya dibantu oleh air yang memiliki larutan
kimia yang cukup pekat. Faktor yang penting juga harus tingginya penguapan. Contoh
batuan kapur adalah gypsum (CaSO4 + 2H2O); garam batuan (NaCl dan CaCl2).
Mengingat batu kapur selalu mengandung oksida-oksida lain di dalam air maka
berdasarkan kemurniannya batu kapur dibedakan menjadi :
− Kapur kalsium murni, yaitu batu kapur kalsium yang mengandung tak kurang dari
95 % kalsium karbonat (CaCO3 ) dan 5 % untuk kandungan lain
− Kapur Magnesia, yaitu batu kapur yang mengandung 5-20 % MgCO3

24
− Batu Kapur Dolomit, yaitu batu kapur gabungan antara batu kapur kalsium dan
batu kapur magnesium dimana MgCO3 yang terkandung 20 – 44 %
− Batu Kapur Hidrolis, yaitu batu kapur yang mengandung 50 % air dan senyawa
lain alumina, silika oksida besi
− Marl (Mergel), yaitu batu kapur kalsium yang tercampur tanah liat dalam bentuk
gumpalan yang lunak
− Trass, yaitu batu kapur yang mengandung senyawa-senyawa lain dan mengalami
proses metamorfose. Bentuk kristal bermacam-macam dan bentuknya padat.
Sifat-sifat kapur umum dari kapur adalah: memiliki kekuatan rendah, berat jenis
rata-rata 1 kg/dm3 , bersifat hidrolis, tidak ada tanda-tanda pelapukan, dan mudah terbawa
arus. Sifat-sifat lain dari kapur dapat dilihat pada
1. Warna : tergantung dari kemurnian batu kapur. Kapur dengan warna kuning
mengandung Kalsium. Kapur Dolomit warna abu-abu sampai kuning. Kapur Magnesia
berwarna putih mudah dibentuk menjadi tepung bila mengikat dengan unsur lain dapat
berwarna hitam,coklat,hijau dan biru.
2. Teksture : kristalin dengan ukuran bervariasi
3. Berat Jenis : Batu kapur Kalsium : 2,5 – 2,75 kg/dm3 ; Batu kapur Dolomit : 2,75 – 2,9
kg/dm3, Batu kapur Murni : 2,71 kg/dm3
4. Kekerasan : menurut skala morhs : 3- 4
5. Kuat Tekan : tergantung kemurnian dan kekompakan kristalnya. Kekuatan batu kapur
ini sangat bervariasi karena dipengaruhi oleh lapisan porositas batuan kuat tekannya :
80 – 200 kg/cm3.
6. Pengaruh Panas : sampai suhu 500 oC tidak merubah struktur kimia hanya kehilangan
air yang terkandung.
Kapur untuk bahan bangunan dibagi dalam 2 macam berdasarkan penggunaan yaitu
kapur pemutih dan kapur aduk. Kedua macam kapur tersebut boleh terdapat dalam bentuk
kapur tohor, maupun kapur padam. Kapur pemutih atau biasa disebut kapur dengan kadar
kalsium tinggi, kapur gemuk (kapur murni) bila berupa kapur tohor/ mengandung banyak
kalsium hidroksida bila telah dicampur dengan air kapur ini hasil pembakaran CaCO 3
bersama bahan–bahan lain yang sifatnya mengotori yaitu : Magnesium, Silika, Alkali,
Besi, Alumina, Belerang. Kegunaan Kapur Pemutih:
• Untuk finishing bagian-bagian bangunan yang diplester
• Dalam pertanian digunakan untuk membasmi kutu dalam kandang/tanaman
25
• Sebagai bahan tambahan adukan tembok agar makin kenyal dan memperbaiki sifat
pengerjaannya
• Sebagai bahan pembuatan batu pasir kapur/trass
Di samping itu, kapur dapat diklasifikasikan dalam jenis-jenis kapur sebagai
berikut:
1. Kapur tohor
Kapur tohor adalah hasil pembakaran batu kapur yang berasal dari alam dimana
sebagian besar komposisinya adalah kalsium karbonat sampai mencapai suhu penguraian
di mana batu kapur melepaskan karbon dan membentuk kapur oksida (CaO) atau MgO.
Kapur oksida ini sangat bereaktif dengan air (dapat bersenyawa dengan air membentuk
hidrat).
Persyaratan mutu kapur tohor dalam PUBI- 1982 adalah sebagai berikut:
Tabel 2.6. Persyaratan mutu kapur tohor
Syarat Kelas I Kelas II

1. Kehalusan : sisa maksimum di atas ayakan :


maks. % berat
• 4,75 mm -- 0
• 1,18 mm 0 --
• 0,85 mm 5 10
2. Ketetapan bentuk Tidak retak Tidak retak
3. CaO + MgO aktif (setelah dikoreksi dengan SO3) 90 85
CO2 maks, % berat 6 6

Sumber : PUBI-1982

2. Kapur padam.
Kapur ini merupakan hasil pemadaman kapur tohor yaitu hasil reaksi antara oksida
kapur dan air dan membentuk kapur hidroksida. Kapur padam yang baik biasanya
berbentuk tepung halus, Kadar airnya dalam keadaan kering kurang dari 10 %, kadar air
aktif tidak kurang dari 90 %, dan butiran-butiran kasarnya kurang dari 5 %.

26
Persyaratan mutu kapur padam adalah sebagai berikut:
Tabel 2.7. Persyaratan mutu kapur padam
Syarat Kelas I Kelas II

1. Kehalusan : sisa maksimum di atas ayakan : maks.


% berat
• 6,7 mm 0 0
• 4,75 mm 0 5
• 0,85 mm 0
• 0,106 mm 15

2. CaO + MgO aktif (setelah dikoreksi dengan SO3) 65 65


CO2 6 6
Sisa tak larut, maks. % berat 1 3

3. Ketetapan bentuk Tidak retak Tidak retak

4. Kadar air, maks. % berat 15 15

Sumber : PUBI-1982

3. Kapur udara.
Kapur udara adalah kapur padam yang apabila diaduk dengan air setelah beberapa
waktu hanya dapat mengeras di udara karena pengikatan karbon dioksida (CO2).
4. Kapur hidrolis
Kapur hidrolis merupakan kapur padam, yang apabila diaduk dengan air setelah
beberapa waktu dapat mengeras, baik di dalam air maupun di udara. Penggunaan kapur
hidrolis adalah untuk adukan beton, untuk plesteran akhir, untuk lapisan bawah plesteran,
dan sebagai bahan adukan bila dicampur semen. Sifat-sifat kapur hidrolik yang bisa
dikenali adalah:
− Hasil akhir adalah batu kapur Silikat dan kira-kira 25 % adalah kapur tohor
− Bubuk halus hasil akhir dapat dengan mudah bergabung dengan air.
− Kapur hidrolik tidak cocok untuk bangunan-bangunan dalam air sebab untuk mengeras
membutuhkan udara yang cukup. Udara dibutuhkan agar proses karbonasi antara
kalsium hidroksida (CaC(OH)2) dan karbon dioksida di udara berlangsung cukup baik.
5. Kapur magnesia
Kapur magnesia merupakan kapur yang mengandung lebih dari 5%
magnesiumoksida (MgO), dihitung dari contoh kapur yang dipijarkan.

27
2.5. SIFAT FISIK, KIMIA DAN MEKANIS BATUAN
Terdapat sifat-sifat fisis bahan batuan yang sangat berguna untuk melakukan
identifikasi terhadap mineral atau batuan. Sifat-sifat fisik tersebut adalah:
1. Kekerasan (hardness) – material apa yang dapat digores mineral, dan sebaliknya
material apa yang dapat menggores mineral.
2. Warna (color) – hijau, putih, tanpa warna, kelabu, dan sebagainya.
3. Goresan (streak) – warna serbu mineral yang terbentuk apabila permukaannya digores
dengan benda yang keras.
4. Kilap (luster) – penampilan permukaan yang baru saja dipecahkan yang dilihat dalam
cahaya yang direfleksikannya (terang, berminyak, bersinar, mengkilap (metalic), redup,
dan sebagainya).
5. Berat jenis (spesific gravity) – berhubungan dengan berat sejumlah mineral.
6. Belahan (cleavage) – pecahan sepanjang bidang-bidang tertentu.
7. Retakan (fracture) – pecahan sepanjang garis-garis retakan yang tidak teratur.
Pengujian batuan dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu pengujian secara fisik dan
pengujian secara mekanik. Pengujian batuan secara fisik dimaksudkan untuk menentukan :
1. Berat Jenis, Berat Jenis didefinisikan sebagai rasio dari berat volume satuan suatu
material terhadap berat volume satuan air pada 4 oC. Tabel berikut menunjukkan daftar
berat jenis dari sejumlah bahan batuan yang biasa terdapat dalam tanah. Sebagian
besar tanah (butiran-butiran individu yang terkumpul) mengandung banyak kuarsa
(quartz) dan felspar dan dalam jumlah yang lebih kecil mika (mica) dan mineral-
mineral berdasarkan besi.
Tabel 2.8. Nilai-nilai khas berat jenis untuk mineral-mineral batuan
Mineral Berat Jenis Mineral Berat Jenis
Bentonit 2.13 – 2.18 Muskovit (mika) 2.80 – 2.90
Gipsum 2.30 Delomit 2.87
Gibsit 2.30 – 2.40 Aragonit 2.94
Montmorilonit 2.40 Anhydrit 3.00
Felspar ortoklas 2.56 Biotit (mika) 3.00 – 3.10
Ilit 2.60 Hornblende 3.00 – 3.47
Kuarsa 2.60 Augit 3.20 – 3.40
Kaolinit 2.60 – 2.63 Olivin 3.27 – 3.37
Klorit 2.60 – 3.00 Limonit 3.8
Felsfar plagioklas 2.62 – 2.79 Siderit 3.83 – 3.88
Talkum 2.70 – 2.80 Hermatit 4.90 – 5.30
Kalsit 2.80 – 2.90 Magnetit 5.17 – 5.18
Sumber: Bowles, J.E. (1991)
2. Daya Isap, untuk menentukan kemampuan daya serap terhadap zat cair yang juga akan
mempengaruhi kekuatan batuan.

28
3. Porositas (Porosity) n, didefinisikan sebagai perbandingan volume void (udara dan air)
terhadap volume total batuan (udara, air, dan tanah). Porositas dinyatakan dalam
persentase. Batas-batas nilai n adalah 0 < n < 1 .
4. Sifat termal,
Pengujian batuan secara mekanik dimaksudkan untuk menentukan :
1. Keteguhan tekan, merupakan kekuatan batuan untuk menahan daya tekan yang
dikenakan batuan tersebut. Untuk mengetahui kekuatan tekannya dapat dilakukan
dengan alat uji tekan.
2. Keteguhan Lentur,
3. Uji Modulus Elastisitas. Modulus elastisitas, yaitu suatu sifat bahan yang elastis,
didefinisikan sebagai suatu konstanta kesebandingan antara tegangan dan regangan.
4. Uji Keausan
Untuk Pasir, pemeriksaan dilakukan untuk menentukan beberapa parameter
kualitas pasir tersebut. Pemeriksaan yang dilakukan adalah sebagai berikut:
1. Diameter butir, untuk mengetahui klasifikasi butiran, maka digunakan ayakan berseri
dengan lubang ayakan dari mulai ukuran kecil sampai besar. Setelah itu
diklasifikasikan termasuk jenis butir halus atau kasar.
2. Kadar lumpur, untuk mengetahui kadar lumpur dari pasir digunakan alat bantu berupa
gelas ukur. Ambil pasir secukupnya dan masukkan ke dalam gelas ukur setinggi 50%.
Kemudian masukkan air sampai 75% dari gelas ukur. Tinggi pasir dan air sebelum
diaduk diukur dulu mis. H cm. Pasir dan air diaduk rata dan tunggu beberapa saat ,
lumpur akan mengendap. Ukur tinggi pasir misalnya A cm; tinggi lumpur b = h – a cm,
maka kadar lumpur dapat dicari dengan rumus
2.6. PROSES PENAMBANGAN DAN PENGOLAHAN BATUAN
2.6.1. Penambangan Batuan
Proses penambangan/penggalian batuan dari tempat alamiahnya disebut
Quarrying. Proses penambangan/penggalian batuan dilaksanakan dengan beberapa tahap
sebagai berikut:
1. Melakukan survey lokasi penggalian batu untuk menentukan jenis batuan dan kekuatan
batuan yang akan digali/ditambang. Survey pada lokasi tergantung pada tujuan
penyelidikan.
2. Pengambilan contoh batuan untuk dilakukan pengujian di laboratorium sehingga dapat
diketahui batuan tersebut termasuk batuan yang tersusun berlapis atau tidak; serta dapat
29
dimastikan penggalian perlu dilaksanakan dengan diledakkan atau cukup dengan
pengeboran/penggalian biasa.
3. Pelaksanaan penambangan/penggalian batuan di lapangan dapat dilaksanakan dengan
beberapa cara, diantaranya adalah: (a) Peledakkan dengan dinamit; (b) Penggalian
dengan alat pengeboran; (c) Penggalian dengan cara manual.
4. Pengangkutan hasil galian dari quarry ke pabrik pemecah batu (Crushing Plant) dapat
dilakukan dengan dump truck atau dengan ban berjalan tergantung jauh dekatnya jarak
pengangkutan.
Produksi bahan batuan secara alami merupakan hal yang umum dilakukan di
Indonesia. Beberapa kota seperti kota Lumajang merupakan penghasil bahan batuan yang
cukup baik sebagai akibat dari pembekuan lahar gunung semeru. Di beberapa tempat, pasir
dan dan kerikil dapat diperoleh dari deposit batuan pada tanah atau dikeruk dari dasar
sungai atau dasar laut. Pengambilan pasir dan kerikil ini dapat dilaksanakan dengan
menggunakan alat – alat : mechanical shovel, dragline, scrapet, atau dengan pompa isap .
Hasil galian dibawa ke pusat instalasi penyaringan dengan memakai (i) ban berjalan, jika
lokasi berdekatan dengan quarry; (ii) truk ringan, jika lokasi agar jauh dari quarry; (iii)
jalur pipa jika kerikil diambil dengan pompa isap. Instalasi penyaringan dapat terdiri dari
(i) saringan silinder putar atau (ii) saringan silinder getar yang menghasilkan efek
resonansi
Pengerukan pasir/kerikil dari dasar laut dapat dilakukan dengan penggunaan tabung
isap baja dengan diameter sekitar 600 mm dan dialirkan ke dalam ruang penyimpanan di
kapal. Pasir atau kerikil yang diambil harus bebas dari pengaruh kulit kerang dan kadar
garam. Ini dilakukan dengan pencucian dengan air tawar berkali-kali. Pengambilan batuan
dengan diameter yang lebih besar (berangkal & boulder) juga dapat dilakukan dengan alat-
alat seperti di atas serta dapat juga dilakukan secara manual, tergantung lokasi
pengambilannya, apakah dari sungai (batu kali) atau dari deposit batuan,. Selanjutnya
batuan tersebut diangkut dengan truk ke lokasi pasangan batu.
Di samping produksi bahan batuan secara alami, bahan batuan juga bisa diproduksi
melalui proses pemecahan batuan dan hasilnya sering dikenal sebagai batu pecah.
Pekerjaan membuat batu pecah terdiri dari (i) Penyingkiran timbunan di atas deposit
batuan, yang dilakukan sesuai dengan formasi permukaan batuan; (ii) Peledakan batuan
dan membawa hasilnya dengan truk atau ban berjalan; (iii) Proses pemecahan batu di

30
instalasi pemecah batu sesuai dengan ukuran yang dikehendaki. Ada enam macam jenis
pemecah batu yang dipakai untuk produksi batu pecah (Murdock, 1986):
1. Pemecah batu berbentuk rahang (jaw crusher). Pemecah jenis ini terdiri dari satu atau
lebih rahan yang berayun dan beroperasi di hadapan suatu rahang yang tetap, jarak
antara dan panjang gerakan menentukan ukuran batas dari batu pecah. Jenis dengan
pena - lintang tunggal digunakan untuk batu yang agak lunak, sedangkan jenis dengan
pena-lintang rangkap dapat memberikan tenaga yang lebih besar untuk memecahkan
batu yang lebih keras.
2. Pemecah batu berbentuk kerucut yang berayun pada sumbu vertikalnya (Gyratory
crusher). Pada jenis pemecah batu ini kepala pemecahnya berayun eksentrik pada
tangkai putar miring yang membawanya.
3. Pemecah batu dengan cakram (disc crusher). Pemecah batu jenis ini terdiri atas satu
cakram tetap dan satu cakram bentuk piring kecil yang terbuka dan tertutup ketika batu
masuk ke dalamnya.
4. Pemecah batu dengan pemukul (Hammer atau impact crusher). Pemecah pemukul ini
membutuhkan biaya perawatan dan pemakaian yang tinggi.
5. Pemecah dengan rol (roll crusher). Sifat memecahnya diperoleh dari pemasukan bahan
di antara rol yang bergigi, seperti gergaji atau bergelombang dengan rol semacam atau
rol lain yang halus permukaannya. Keganjilan pemakaian rol semacam ini
menyebabkan kesukaran-kesukaran di dalam mempertahankan ukuran.
6. Gilingan dengan tongkat dipakai untuk mengganti pemecah batu dengan rol, agar dapat
mengurangi pecahan-pecahan halus, dan dapat lebih ekonomis, serta hasilnya lebih
seragam.
Pemecah batu dengan pemukul dan kerucut putar biasanya dianggap yang paling
memenuhi syarat karena batu pecah yang dihasilkan lebih condong ke arah bentuk kubus.
2.6.2. Pengolahan Batu Kapur
Penambangan batu kapur dilakukan dengan pemecahan batu kapur hingga
mencapai ukuran-ukuran tertentu sesuai dengan tungku/dapur yang digunakan, yaitu:
− Untuk tungku tegak ukuran batu kapur berkisar antara 10 – 20 cm
− Untuk tungku tetap/putar ukuran batu kapur berkisar antara ½ - 5 cm
Ukuran-ukuran ini bertujuan agar sirkulasi tanah dalam tungku dapat berjalan
dengan baik. Selanjutnya batu kapur yang mengandung silika dan lempung dibakar
sampai menjadi klinker yang cukup mengandung kapur dan silika bila kadar alumina dan
31
silika bertambah maka panas yang terjadi berkurang dan pada suatu saat reaksi antara
kapur dan air terhenti. Bila pada suhu tinggi alumina dan Silika bereaksi dengan Kalsium
Oksida. Kalsium Silikat dan Alumina sulit bercampur dengan air bila berbentuk
gumpalan-gumpalan. Oleh karena itu dalam proses pemberian air di tambah dengan kapur
tohor sehingga gumpalan-gumpalan yang besar terpecah-pecah menjadi serbuk halus
akibat pengembangan kapur tohor.
− Prinsip pembakaran
Batu kapur dibakar untuk mencapai suhu penguraian sehingga pada suhu tersebut batu
kapur akan berubah menjadi kapur tohor dan gas zat asam arang/CO 2. Untuk kapur
Kalsium meskipun suhu penguraiannya 900oCdi dalam pembakaran diperlukan suhu
yang lebih tinggi agar dapat memelihara kelangsungan penguraian sampai ke bagian
dalam butiran batu kapur.
Diperlukan jangka waktu tertentu pada suhu penguraian sehingga batu kapur dapat
mengalami proses penguraian dengan sempurna gas asam arang hasil penguraian harus
segera dikeluarkan dari tungku.
− Bentuk Tungku
Tungku Ladam ; tungku yang dibuat ditempat penggalian batu kapur
− Tungku tegak : merupakan tungku permanen yang diameternya 1,1 – 3,6 dan
tingginya 6 – 16 m dinding dibuat dari bahan Silika. Ada juga yang membuat
tungku ini dari bahan Baja dan di dalamnya dilapisi batu tahan api.
− Tungku Putar : bentuk berupa silinder panjang dengan diameter 2 – 6 m panjang
20-35 m terdiri dari tabung baja yang di dalamnya dilapisi batu tahan api dan
o
diletakkan dengan kemiringan 2 s/d 5 , tungku ini dilengkapi mesin pemutar
tungku.
Proses selanjutnya adalah proses pemadaman. Pemadaman atau Slakking/hidrasi
adalah proses mereaksikan kapur tohor atau oksida kapur dengan air untuk membentuk
kapur hidroksida. Pada waktu reaksi terjadi akan dilepaskan panas/kalori. Volume kalsium
oksida (kapur Tohor) menjadi besar. Dengan adanya perubahan volume maka kapur
dibedakan menjadi 3 jenis : 1) Kapur gemuk, jika perubahan volume 2,4 – 3 x V mula-
mula; 2) Kapur sedang, jika: perubahan volume 2 – 2,4 x V mula-mula; Kapur kurus,
jika perubahan volume 1,4 – 2 x V mula-mula.
Waktu pemadaman kapur padam dibedakan menjadi kapur yang dipadamkan
dengan cepat, kapur yang dipadamkan agak lambat, dan kapur yang dipadamkan lambat.
32
Unsur-unsur utama yang mengotori batu kapur adalah: 1) Alumina yang bercampur
dengan silika yang dalam bentuk tanah liat/lempung; 2) Besi : dalam bentuk oksida besi
(Fe2O) hidroksida Fe (OH)2; 3) Alkali : misal Na2O,K2O,BaO; dan 4) Belerang : berupa
garam sulfat dan phosfat
Cara pemadaman dalam proses pengolahan batu kapur secara umum terdapat dua
kelompok proses, yaitu:
1. Cara Proses Kering : Terbuka dan Tertutup
2. Cara Proses Basah
Proses Kering Terbuka. Cara ini dilakukan hampir semua pabrik di Indonesia
hasil pemadaman berupa bubuk kapur berwarna putih. Cara pemadaman yang
dilaksanakan adalah: Kapur bubuk setebal 30 – 50 cm, kemudian disirim dengan air, akibat
penyiraman air ini, kapur tohor menjadi kapur padam/kapurmati,sebagian air yang
diberikan akan menguap. Terakhir kapur ditimbun dialam terbuka didekat ruang
pemadaman.
Kelemahan /Kerugian dari proses kering terbuka adalah:
− Panas dari kapur yang timbul dalam proses reaksi hidrasi cepat hilang. Uap panas ini
berguna sekali untuk mempercepat pemadaman kapur tohor. Dengan cara terbuka ini
masih terdapat butir-butir kapur tohor yang belum padam.
− Kurang kontrol terhadap jumlah air yang dipakai sehingga dapat terjadi hasil kapur
padam yang terlalu basah. Pada umumnya kadar air berkisar antara 20 – 25 % jika
kadar air terlalu basah akan mudah sekali mengikat CO 2 sehingga terbentuk CaCO3
kembali (kapur mati).
− Setelah pemadaman tiak dilakukan pengayakan atau penyaringan akan mengandung
butiran-butiran besar kapur tohor yang belum padam.
Proses Kering Tertutup. Dengan menggunakan alat pemadaman yang khusus
berupa bejana tertutup dilengkapi dengan alat pengontrol jumlah air yang diperlukan. Juga
dilengkapi alat pengatur tekanan uap di dalam bejana, dengan alat demikian pemadaman
akan lebih sempurna dalam hal ini panas dan uap yang terbentuk dimanfaatkan sebagai
pembakaran.Setelah pemadaman kapur akan dihaluskan atau kalau perlu dikeringkan
sehingga kapur padam mempunyai kadar air < 10 %.
Proses Basah. Cara atau proses basah ini menghasilkan kapur padam dalam bentuk
bubur. Cara ini dilakukan apabila kapur segera dipakai. Pemadaman dilakukan di dalam
bak yang dibuat dari baja atau beton. Kapur tohor diberi air berlebihan 2 – 3 x berat kapur
33
tohornya. Kapur padam dalam bentuk bubur ini dibiarkan  1 hari hingga proses
pemadaman berlangsung sempurna. Sebagian air yang akan menguap oleh pelepasan panas
hingga dihasilkan kapur padam yang kental.
Kerugian/Kelemahan proses basah adalah:
1. Karena dalam keadaan basah, mudah menarik gas dari udara dan terbentuk kapur
karbonat yang sebagian tidak aktif
2. Apabila kapur tohornya bersifat kapur hidrolik maka kapur padam akan mengeras
dengan sendirinya dalam keadaan basah.
Hal-hal yang perlu diperhatikan untuk kapur adalah pembakaran harus dengan
temperatur yang cukup dan merata, pemadaman harus diperhatikan kadar air yang
diperlukan, dan kapur jangan disimpan terlalu lama ditempat terbuka dan lembab

34
Flow Chart Penambangan Batu Kapur

Penambangan batu kapur

Pemecah Batu Kapur

Untuk 0,5 – 5 cm Pemilihan Ukuran butir Untuk 10 –20 cm

Pembakaran (Kalsinasi) Tungku Tegak


Tungku Putar

Pendinginan Kapur Tohor

Penggilingan Kapur tohor

Proses Basah Pendinginan Kapur Tohor Proses Kering

Pengeringan Kapur padam Pengeringan Kapur Padam

Penyaringan Kapur Padam


Penyaringan Kapur Padam

Kapur Padam Halus & Kering


Kapur Padam Halus & Kering

35
2.7. Soal-soal latihan
1. Jelaskan definisi batuan dan macam-macam batuan menurut asal-usulnya.
2. Apakah yang disebut sebagai batuan beku ? Berdasarkan sifatnya batuan beku
dibedakan menjadi apa saja ? Sebut dan jelaskan.
3. Jelaskan apa yang disebut sebagai batuan sedimen ? Klasifikasikan berdasarkan
prosesnya.
4. Sebutkan macam-macam pengujian batuan.
5. Sebut dan jelaskan tahap-tahap penambangan batuan
6. Sebutkan 6 jenis pemecah batu yang dipakai untuk memproduksi batu pecah
7. Sebut dan jelaskan secara singkat 7 macam batuan untuk bahan konstruksi
8. Sebut dan jelaskan 7 macam batu kapur berdasarkan kemurniannya.
9. Sebut dan jelaskan 3 tahap pembuatan batu kapur.
10.Sebut dan jelaskan 6 sifat kapur
11.Sebut dan jelaskan 3 proses pemadaman kapur.

36

Anda mungkin juga menyukai