Anda di halaman 1dari 21

KONSEP AQIDAH

DALAM ISLAM

PENGERTIAN AQIDAH

Secara Kata aqidah diambil dari kata dasar al-aqd yaitu al-Rabith
(ikatan), al-Ibram (pengesahan), al-Ahkam (penguatan), al-
Etimologi
Tawuts (menjadi kokoh, kuat), al-syadd bi quwwah
(Bahasa) (pengikatan dengan kuat), dan al-Itsbat (penetapan).
Secara
Isatilah
Aqidah menurut istilah adalah perkara yang wajib
dibenarkan oleh hati dan jiwa menjadi tenteram
(Terminologi karenanya, sehingga menjadi suatu kenyataan yang teguh
) dan kokoh, yang tidak tercampuri oleh keraguan dan
kebimbangan.

Menurut "Aqa'id bentuk jamak dari aqidah) adalah


Hasan beberapa perkara yang wajib diyakini
Al - Banna kebenarannya oleh hati, mendatangkan
kekntentraman jiwa yang tidak bercampur sedikit
dengan keraguan-raguan".
PENGERTIAN AQIDAH

"Aqidah adalah sejumlah kebenaran yang dapat


diterima secara umum oleh manusia berdasarkan
Menurut Abu Bakar akal, wahyu dan fitrah. Kebenaran itu dipatrikan
Jabir Al-Jazairi oleh manusia di dalam hati serta diyakini
keshahihan dan keberadaannya secara pasti dan
ditolak segala sesuatu yang bertentangan dengan
kebenaran itu.

Aqidah berarti pemikiran menyeluruh tentang


Pengertian alam, manusia, dan kehidupan, dan tentang apa-apa
yang ada sebelum dan sesudah kehidupan dunia,
Lain serta hubungan kehidupan dengan apa yang ada
sebelum dan sesudah kehidupan dunia.
Pemikiran menyeluruh inilah yang dapat
menguraikan ‘uqdah al-kubra’ (permasalahan besar)
pada diri manusia, yang muncul dari pertanyaan-
pertanyaan; siapa yang menciptakan alam semesta
dari ketiadaannya? Untuk apa semua itu diciptakan?
Dan ke mana semua itu akan kembali (berakhir)?
Untuk lebih memahami definisi diatas kita perlu
mengemukakan beberapa catatan tambahan sebagai berikut:

a. Ilmu Pertama ilmu dharuri yaitu Ilmu yang dihasilkan oleh indera,
Terbagi dan tidak memerlukan dalil. Misalnya apabila kita melihat tali
di hadapan mata, kita tidak memerlukan lagi dalil atau bukti
dua bahwa benda itu ada.
Kedua adalah ilmu nazhari yaitu. Ilmu yang memerlukan dalil
atau pembuktian.

b. Setiap manusia memiliki fitrah mengakui kebenaran (bertuhan),


indera untuk mencari kebenaran, akal untuk menguji kebenaran dan
memerlukan wahyu untuk menjadi pedoman menentukan mana yang
benar dan mana yang tidak.

c. Keyakinan tidak boleh bercampur sedikitpun dengan keraguan. Sebelum


seseorang sampai ke tingkat yakin dia akan mengalami beberapa tahap.

d. Aqidah harus mendatangkan ketentraman jiwa. Artinya lahirnya seseorang bisa


saja pura-pura meyakini sesuatu, akan tetapi hal itu tidak akan mendatangkan
ketenangan jiwa, karena dia harus melaksanakan sesuatu yang berlawanan
dengan keyakinannya.
e. Bila seseorang sudah meyakini suatu kebenaran, dia harus
menolak segala sesuatu yang bertentangan dengan kebenaran
itu. Artinya seseorang tidak akan bisa meyakini sekaligus dua
hal yang bertentangan.

f. Tingkat keyakinan (aqidah) seseorang tergantung kepada


tingkat pemahaman terhadap dalil.
PENYIMPANGAN AQIDAH

Seperti akidahnya orang yahudi bahwa Uzair adalah


anak Allah, atau akidahnya orang Nashroni bahwa al
masih adalah anak Allah, atau akidah syiah yang
berkeyakinan bahwa Allah menyesal setelah
berkehendak, yang dinamakan akidah bada’.
AT TAUBAH: 30

ۖ ‫َّللا ۖ َٰ َذ ِل َك قَ ْولُ ُه ْم ِبأ َ ْف َوا ِه ِه ْم‬


ِ ‫ارى ْال َم ِسي ُح اب ُْن ه‬ َ ‫ت النه‬
َ ‫ص‬ ِ َ‫َّللا َوقَال‬ ُ ‫ت ْال َي ُهو ُد‬
ِ ‫عزَ ي ٌْر اب ُْن ه‬ ِ َ‫َوقَال‬
َ َ‫﴾ات ه َخذُوا أ َ ْحب‬٣٠﴿ َ‫َّللاُ ۖ أَنه َٰى يُؤْ فَ ُكون‬
‫ار ُه ْم‬ ‫ضا ِهئُونَ قَ ْو َل الهذِينَ َكفَ ُروا ِم ْن قَ ْب ُل ۖ قَاتَلَ ُه ُم ه‬ َ ُ‫ي‬
َ‫احدًا ۖ ََّل ِإ َٰلَه‬ ِ ‫َّللا َو ْال َم ِسي َح ابْنَ َم ْر َي َم َو َما أ ُ ِم ُروا ِإ هَّل ِل َي ْعبُدُوا ِإ َٰلَ ًها َو‬ ِ ‫َو ُر ْه َبانَ ُه ْم أ َ ْر َبابًا ِم ْن د‬
ِ ‫ُون ه‬
َ‫س ْب َحانَهُ َع هما يُ ْش ِر ُكون‬ُ ۖ ‫إِ هَّل ُه َو‬
Dan orang-orang Yahudi berkata, “Uzair adalah putera Allâh,” dan orang-orang
Nasrani berkata, “al-Masîh adalah putera Allâh”. Demikian itulah ucapan mereka
dengan mulut mereka. Mereka meniru perkataan orang-orang kafir yang
terdahulu. Allâh memerangi (melaknat) mereka. Bagaimana mereka sampai
berpaling? (31) Mereka menjadikan orang-orang alim mereka dan rahib-rahib
mereka sebagai tuhan selain Allâh dan (juga mereka mempertuhankan) al-Masih
putera Maryam. Padahal mereka hanya disuruh beribadah kepada Tuhan Yang
Esa. Tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) selain Dia. Maha Suci Allâh dari
apa yang mereka persekutukan.” [At-Taubah/9: 30 – 31]
AQIDAH ISLAMIYAH

Aqidah Islamiyah telah memcahkan ‘uqdah al-kubra’ (perkara besar)


pada manusia. Aqidah Islam juga memberikan jawaban aras pertanyaan-
pertanyaan manusia, sebab Islam telah menjelaskan bahwa alam
semesta, manusia, dan kehidupan adalah ciptaan (makhluk) bagi
pencipta (al-Kahliq) yaitu Allah swt, dan bahwasannya setelah
kehidupan ini akan ada hari kiamat. Hubungan antara kahidupan dunia
dengan apa yang ada sebelum kehidupan dunia adalah ketundukan
manusia terhadap printah-perintah Allah dan laranga-laranganNya
sedangkan hubungan antara kehidupan dunia dengan apa yang ada
sesudah kehidupan dunia adalah adanya Hari Kiamat, yang di dalamnya
terdapat pahala dan siksa, serta surga dan neraka. Al-Quran telah
menetapkan rukun-rukun aqidah ini.
ُ ‫ُ بَي َْن أٍَََ ِم ْن ُر‬
‫س ِِ ِه َوََالُوا‬ ُ ‫س ِِ ِه ا نََُ ِ ِّر‬
ُ ‫اَّلل َو َمالئِ َكِتِ ِه َو ُكِتُبِ ِه َو ُر‬ َ ُ‫سو ُل بِ َما أ ُ ْن ِز َل إِلَ ْي ِه ِم ْن َربِِّ ِه َوا ْل ُم ْؤ ِمن‬
ِ َّ ِ‫ون ُك ٌّل آ َم َن ب‬ َّ ‫آ َم َن‬
ُ ‫الر‬
(Al-Baqoroh,285) ‫ير‬ ُ ‫س ِم ْعنَا َوأ َ َط ْعنَا‬
ُ ‫غ َْ َرانَكَ َربَّنَا َو ِإلَ ْيكَ ا ْل َم ِص‬ َ

"Rasul telah beriman kepada Al Quran yang diturunkan


kepadanya dari Tuhannya, demikian pula orang-orang
yang beriman. semuanya beriman kepada Allah, malaikat-
malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya dan rasul-rasul-Nya.
(mereka mengatakan): "Kami tidak membeda-bedakan
antara seseorangpun (dengan yang lain) dari rasul-rasul-
Nya", (al-Baqarah, 285)
Aqidah Islam mempunyai kekhususan-
kekhususan diantaranya adalah:
1. Aqidah Islam dibangun berlandaskan akal. Selama kita beriman kepada
Allah, al-quran, dan kepada kenabian Mihammad saw dengan jalan akal, maka
wajib bagi kita mengimani segala hal yang diberitakan al-Quran kepada kita.
Sama saja apakah yang diberitakan itu dapat dijabgkau oleh akal dan panca
indera manusia, atau berupa perkara-perkara ghaib yang sama sekali tidak
dapat dijangkau oleh [anca indera manusia seperti hari akhir, malaikat, dan
perkara-perkara ghaib lainnya.
2. Aqidah Islam sesuai dengan fitrah manusia. Beragama (al-tadayun)
merupakan hal yang fitri pada diri manusia. Perwujudan dari naluri beragama
ini adalah kenyatan bahwa dirinya penuh kelemahan, kekurangan, dan serva
membutuhkan terhadap sesuatu yang lain. Kemudian aqidah Islam hadir
untuk memberikan pemenuhan terjadap naluri beragama yang ada pada diri
manusia, dan membimbing mausia untuk mendapatkan kebenaran akan
adanya Pencipta Yang Maha Kuasa. Dimana, semua makhluk yang ada,
keberadaanNya sendiri tidak berhantung pada siapapun.

3. Aqidah Islam komprehensif (menyeluruh). Aqidah Islam telah menjawab


seluruh pertanyaan manusia tentang alam semesta, manusia, kehidupan, dan
menetapkan bahwa semuanya itu adalah makhluk. Aqidah Islam juga
menetapkan bahwa sebelum kehidupan dunia ada Allah swt, sedangakn
setelah kehidupan dunia ada hari kiamat.
Ruang Lingkup Pembahasan
Aqidah

Menurut Hasan al-Banna sistematika ruang


lingkup pembahasan aqidah adalah:

Ilahiyat Ruhaniyat
Yaitu pembahsasan tentang
Yaitu pembahasan tentang segala segala sesuatu yang berhubungan
sesuatu yang berhubungan dengan dengan alam metafisik seperti
Ilahi seperti wujud Allah dan sifat- malaikat, Jin, Iblis, Syaitan, Roh
sifat Allah, ad'al Alah dan lain-lain. dan lain sebagainya.

Sam'iyyat
Nubuwat
Yaitu pembahahasan tentang
Yaitu pembahasan tentang segala segala sesuatu yang hanya bisa
seuatu yang berhubungan dengan Nabi diketahui lewat sam'I (dalil naqli
dan Rasul, termasuk pembahasan berupa Al-Quran dan Sunnah)
tentang Kitab-Kitab Alah, mu'jizat, dan seperti alam barzakh, akhirat,
lain sebagainya. azab kubur, tanda-tanda kiamat,
surga neraka dan lainnya.
SUMBER DAN
FUNGSI AQIDAH

Jika kita menelaah tulisan para ulama dalam menjelaskan


akidah, maka akan didapati 2 sumber pengambilan dalil
penting. Dua sumber tersebut meliputi :

1). Dalil asas dan inti 2). Dalil penyempurnaan yang


yang mencakup Al mencakup akal sehat manusia
dan fitrah kehidupan yang
Qur’an, As Sunnah telah diberikan oleh Allah azza
dan Ijma’ para wa jalla.
ulama.
Al-Qur’an AS Sunah
adalah perkataan Allah yang hakiki, Seperti halnya Al Qur’an, As
diturunkan kepada Rasulullah dengan Sunnah adalah satu jenis wahyu
proses wahyu, membacanya yang datang dari Allah
termasuk ibadah, disampaikan subhanahu wata’ala walaupun
kepada kita dengan jalan mutawaatir
(jumlah orang yang banyak dan tidak
lafadznya bukan dari Allah tetapi
mungkin bersepakat untuk maknanya datang dari-Nya. Hal
berbohong), dan terjaga dari ini dapat diketahui dari firman
penyimpangan, perubahan, Allah
penambahan dan pengurangan. ٣( ‫ق ع َِن ٱ ْل َه َوى‬ُ ‫نط‬ ِ َ‫َو َما ي‬
Dalam hal ini Allah Iberfirman:
٤( ‫ى يُو ََى‬ ٌ َْ ‫ِإ ْن ُه َو ِإ َّ ا َو‬
ُ ‫ِإنَّا نَ َْ ُن نَ َّز ْلنَا ال ِذِّ ْك َر َو ِإنَّا لَهُ لَ ََا ِف‬
َ ‫ُظ‬
‫ون‬ “Dan dia (Muhammad) tidak
berkata berdasarkan hawa
"Sesungguhnya Kami-lah yang nafsu, ia tidak lain kecuali
menurunkan Al Quran, dan wahyu yang diwahyukan” (Q.S
Sesungguhnya kami benar-benar An Najm : 3-4)
memeliharanya". (Q.S. Al-Hijr: 9)
Akal Sehat Manusia
Ijma para ulama
Selain ketiga sumber akidah di
Ijma’ adalah sumber akidah yang
berasal dari kesepakatan para atas, akal juga menjadi sumber
mujtahid umat Muhammad hukum akidah dalam Islam. Hal
sholallahu ‘alaihi wassalam setelah ini merupakan bukti bahwa
beliau wafat, tentang urusan pada Islam sangat memuliakan akal
suatu masa. Mereka bukanlah orang serta memberikan haknya
yang sekedar tahu tentang masalah sesuai dengan kedudukannya.
ilmu tetapi juga memahami dan Termasuk pemuliaan terhadap akal
mengamalkan ilmu. juga bahwa Islam memberikan
Berkaitan dengan Ijma’, Allah subhanahu batasan dan petunjuk kepada akal
wata’ala berfirman :
agar tidak terjebak ke dalam
‫س ْو َل ِم ْن بَ ْع ٍِ َما‬ ُ ‫الر‬
َّ ‫ق‬ ِ َِ‫َو َم ْن يُشَا‬ pemahaman-pemahaman yang
‫س ِب ْي ِل‬ َ ْ ‫ِتَبَيَّ َن لَهُ ا ْل ُهٍَى َويَِت َّ ِب‬
َ ‫غ ْي َر‬ tidak benar. Hal ini sesuai dengan
sifat akal yang memiliki
‫ص ِِ ِه‬ْ ُ‫ا ْل ُم ْؤ ِمنِ ْي َن نُ َو ِلِّ ِه َما ِت َ َولَّى َون‬ keterbatasan dalam memahami
suatu ilmu atau peristiwa.
‫سا َءتْ َم ِص ْيرا‬ َ ‫َج َهنَّ َم َو‬ Agama Islam tidak membenarkan
”Dan barangsiapa yang menentang Rasul setelah
jelas kebenaran baginya dan mengikuti
pengagungan terhadap akal dan
kebenaran baginya dan mengikuti jalan bukan tidak pula membenarkan pelecehan
jalannya orang-orang yang beriman, maka Kami terhadap kemampuan akal
akan biarkan ia leluasa berbuat kesesatan yang manusia, seperti yang biasa
ia lakukan dan Kami masukkan ia ke dalam
Jahannam dan Jahannam itu seburuk-buruk dilakukan oleh beberapa golongan
tempat kembali” (Q.S An Nisaa:115) (firqah) yang menyimpang.
Fitrah Kehidupan
Dalam sebuah hadits Rasululloh sholallohu ‘alaihi wassalam bersabda
“Setiap anak yang lahir dalam keadaan fitrah, maka kedua orang tuanyalah yang
membuat ia menjadi Yahudi, Nasrani atau Majusi” (H.R Muslim).
Dari hadits ini dapat diketahui bahwa sebenarnya manusia memiliki
kecenderungan untuk menghamba kepada Alloh. Akan tetapi, bukan berarti
bahwa setiap bayi yang lahir telah mengetahui rincian agama Islam. Setiap bayi
yang lahir tidak mengetahui apa-apa, tetapi setiap manusia memiliki fitrah
untuk sejalan dengan Islam sebelum dinodai oleh penyimpangan-penyimpangan.
Bukti mengenai hal ini adalah fitrah manusia untuk mengakui bahwa mustahil
ada dua pencipta alam yang memiliki sifat dan kemampuan yang sama. Bahkan,
ketika ditimpa musibah pun banyak manusia yang menyeru kepada Alloh seperti
dijelaskan dalam firman-Nya.
‫ُون إِ َّ ا إِيَّا ُ ف فََِ َّما نَ َّجا ُك ْم‬ َ ‫ض ُّر فِي ا ْلبََْ ِر‬
َ ‫ض َّل َم ْن ِت َ ٍْع‬ َّ ‫َوإِ َذا َم‬
ُّ ‫س ُك ُم ال‬
‫ان َكَُورا‬ ُ ‫س‬ َ ‫اْل ْن‬
ِ ْ ‫َان‬
َ ‫ضِت ُ ْم ۚ َوك‬ ْ ‫ِإلَى ا ْلبَ ِ ِّر أَع َْر‬
• Artinya:

“Dan apabila kalian ditimpa bahaya di lautan


niscaya hilanglah siapa yang kalian seru kecuali
Dia. Maka tatkala Dia menyelamatkan kalian
ke daratan, kalian berpaling, dan manusia
adalah sangat kufur” (Q.S Al Israa’:67)
FUNGSI DAN
PERANAN AQIDAH
ISLAM
a. Menuntun dan mengembangkan dasar ketuhanan yang
dimiliki manusia sejak lahir.
Manusia sejak lahir telah memiliki potensi keberagaman (fitrah), sehingga
sepanjang hidupnya manusia membutuhkan agama dalam rangka mencari
keyakinan terhadap tuhan. Aqidah islam berperan memenuhi kebutuhan
fitrah manusia tersebut, menuntun dan mengarahkan manusia kepada
keyakinan yang benar tentang tuhan, tidak menduga-duga atau mengira-
ngira, melainkan menunjukan tuhan yang sebenarnya.

b. Memberikan ketenangan dan ketentraman jiwa


Agama sebagai kebutuhan fitrah manusia akan senantiasa
menuntut dan mendorongnya untuk terus mencarinya. Aqidah
memberikan jawaban yang pasti, sehingga kebutuhan
rohaniahnya dapa terpenuhi. Sehingga ia memperoleh
ketenangan dan ketentraman jiwa yang diperlukannya.
c. Memberikan pedoman hidup yang pasti
Keyakinan terhadap tuhan yang diberikan aqidah islam
memberikan arahan dan pedoman yang pasti, sebab aqidah
menunjukan kebenaran keyakinan yang sesungguhnya. Aqidah
memberikan pengetahuan darimana manusia datang, untuk apa
hidup dan ke mana manusia akan pergi, sehingga kehidupan
manusia akan lebih jelas dan lebih bermakna.
Aqidah islam sebagai keyakinan akan membentuk perilaku
bahkan mempengaruhi kehidupan seorang muslim.
PRINSIP-PRINSIP AQIDAH
ISLAM
1. Aqidah Islam sebagai sesuatu yang diwahyukan
AllahAqidah Islam itu bersumber dari wahyu Allah
yang diturunkan melalui malaikat Jibril kepada
Rasulullah SAW, untuk diajarkan kepada ummatnya
dan terpelihara kemurniaannya sampai hari akhir
zaman.Aqidah Islam bukanlah hasil rekayasa
perasaan atau pemikiran
2. Aqidah Islam pada dasarnya tidak berbeda dengan aqidah yang diajarkan oleh para Nabi
terdahulu ,Nabi dan Rasul bertugas menyampaikan ajaran-ajaran Allah, oleh karena
sumber ajaran yang dibawakan oleh para nabi dan rasul itu adalah satu, yaitu berasal
dari Allah, maka isi ajaran yang diajarkan sejak nabi Adam hingga Nabi Muhammad
adalah sama, yaitu Islam. Sehingga di antara mereka tidak ada perbedaan dalam
mengajarkan aqidah kepada ummatnya.
Allah berfirman dalam surat al-Syura, ayat 13:
‫ص َٰى بِ ِه نُو ًحا َوالهذِي أ َ ْو َح ْينَا إِلَيْكَ َو َما َو ه‬
‫ص ْينَا‬ ِ ‫ع لَ ُك ْم ِمنَ الد‬
‫ِين َما َو ه‬ َ ‫۞ ش ََر‬
َ ‫س َٰى أ َ ْن أَقِي ُموا الدِينَ َو ََّل تَتَفَ هرقُوا فِي ِه َكب َُر‬
‫علَى‬ َ ‫س َٰى َو ِعي‬
َ ‫ِيم َو ُمو‬
َ ‫بِ ِه إِب َْراه‬
ُ ِ‫َّللاُ يَجْ تَبِي ِإلَ ْي ِه َم ْن يَشَا ُء َويَ ْهدِي ِإلَ ْي ِه َم ْن يُن‬
‫يب‬ ُ ‫ْال ُم ْش ِركِينَ َما ت َ ْد‬
‫عو ُه ْم ِإ َل ْي ِه ه‬
3. Aqidah Islam meluruskan aqidah-aqidah yang diselewengkan.
Aqidah Islam yang dibawa dan diajarkan Nabi Muhammad
bukan aqidah yang baru atau merombak aqidah yang
diajarkan para nabi dan rasul terdahulu. Melainkan hanya
meluruskan aqidah yang dibawa mereka setelah
diselewengkan oleh umatnya terdahulu.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai