Anda di halaman 1dari 11

KAJIAN HADIS DALAM LEMBAGA MUHAMMADIYAH

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Pemikiran Hadis di Indonesia


Yang dibimbing oleh
Moh. BarmawiS.Th I M.Hum

Disusunoleh:

Wahyuni Khoirun Nisa’ (U20182007)


Dzakiroh Nailatun Ni’mah (U20182015)
Khusmiati Rojiha (U20182028)

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI JEMBER


FAKULTAS USHULUDDIN, ADAB DAN HUMANIORA
PRODI ILMU HADITS
TAHUN AJARAN
2019/2020
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI................................................................................................... ii
KATA PENGANTAR.................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN.............................................................................. 1
A. Latar belakang ..................................................................................... 1
B. Rumusan............................................................................................... 1
C. Tujuan................................................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN ............................................................................... 2
A. Model Tajdid dalam Muhammadiyah.................................................. 2
B. Konsep Muhammadiyah seputar hadits............................................... 4
C. Kedudukan hadis dalam Muhammadiyah............................................ 5
BAB III PENUTUP ....................................................................................... 6
kesimpulan ..................................................................................................... 6
Daftar pustaka................................................................................................ 7
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur sepatutnya penulis persembahkan kehadirat Allah SWT atas berkat taufik
dan hidayahnya, makalah dengan judul Agama Adalah Nasihat dapat tersusun dan terselesaikan
dengan tepat waktu.
Shalawat dan salam semoga senantiasa tercurah limpahkan kepada junjungan kita Nabi
Muhammad SAW beserta keluarga dan sahabatnya hingga akhir zaman.Ucapan terima kasih
penulis haturkan kepada selaku dosen pembimbing Moh. Barmawi S.Th I M.Hum matakuliah
Pemikiran Hadis di Indonesia. Tidak lupa penulis ucapkan terima kasih kepada teman-teman
yang selalu memberi semangat dan motivasi kepada penulis.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih terdapat banyak kekurangan dan kelemahan.
Oleh karena itu, saran, masukan, dan kritik yang bersifat membangun, akan penulis perhatikan
dengan sebaik-baiknya guna perbaikan dalam pembuatan makalah yang selanjutnya dilain waktu
yang akan datang.
Akhirnya kepada Allah SWT kita memohon mudah-mudahan makalah ini dapat berguna
bagi kita semua. Amin.

Jember, 23 April 202

Penulis
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Dinamika hadis hingga tingkat aplikasi dilingkungan Muhammadiyah sebagai salah satu
organisasi Islam terbesar di Indonesia bahkan dunia Islam. Sebuah kewajaran jika muncul
dinamika umum yang berkembang dikalangan anggota Muhammadiyah. Hadis berbeda dengan
al-Quran yang qat’iy wurud (mutlak). Hadis bersifat dzanni al-wurud (relatif) sehingga
memerlukan proses validasi untuk didapatkan mana yang otentik dari Nabi dan tidak.
Islam sebagai agama dalam kajian sosiologi menjadi salah satu bentuk dari institusi sosial
yang ada di masyarakat, yang dalam pandangan Spencer dianalogikan sebagai sebuah organisme.
Bagi para pemeluknya, Islam adalah unsur utama yang dibutuhkan dalam kehidupan sekaligus
sebagai pedoman yang berisikan nilai-nilai dari Tuhan, baik dalam Al-Qur’an maupun Hadis.
Nilai-nilai tersebut menyatukan para pemeluknya dalam satu barisan umat. Namun, Islam
sebagai ajaran ketika diintroduksi dan dipraktikan oleh pemeluknya akan menghasilkan beragam
pemahaman yang berimplikasi pada munculnya beragam kelompok, mazhab, dan organisasi.
Adanya tatacara ibadah seperti shalat yang berbeda dalam mazhab fikih Sunni yang empat
(Hanafi, Maliki, Syafi’i, Hanbali) adalah bukti adanya institusionalisasi Islam.

B. Rumusan masalah

1. Apa model Tajdid dalam Muhammadiyah?


2. Bagaimana konsep Muhammadiyah seputar hadits ?
3. Bagaimana kedudukan hadis terhadap Muhammadiyah?
C. Tujuan

1. Untuk mengetahui model Tajdid dalam Muhammadiyah


2. Untuk mengetahui konsep Muhammadiyah seputar hadits
3. Untuk mengetahui Bagaimana kedudukan hadis terhadap Muhammadiyah
BAB II

PEMBAHASAN

A. Model-model Tajdid dalam Muhammadiyah

Model Tajdid Muhammadiyah secara ringkas dapat dibagi dalam 3 bidang, yaitu
Bidang Keagamaan, Pendidikan, dan Kemasyarakatan.

1. Bidang Keagamaan

Pembaharuan dalam bidang keagamaan adalah penemuan kembali ajaran atau prinsip
dasar yang berlaku abadi, yang karena waktu lingkungan situasi dan kondisi mungkin
menyebabkan dasar dasar tersebut kurang jelas dan tertutup oleh kebiasaan dan pemikiran
tambahan lain.

Pembaharuan dalam bidang keagamaan adalah memurnikan kembali atau


mengembalikan kepada aslinya, oleh karena itu dalam pelaksanaan agama baik menyangkut
akidah atau ibadah harus sesuai dengan aslinya, yang sebagaimana di perintahkan dalam Al-
Qur'an dan As Sunnah. Pembaharuan teologi yang dilakukan muhammadiyah meliputi :

Dimensi kelasyarakatan, agar islam tetap berada di tengah tengah masyarakat bahkan
dapat memiliki kontribusi yang sangat positif dalam memecahkan masalah masalah
kemasyarakatan. Muhammadiyah secara teologis berdasarkan islam yang berkemajuan,
namun secara sosiologis memiliki kolerasi dengan konteks hidup umat islam dan masyarakat
indonesia yang berada dalam keterbelakangan.Muhammadiyah berorientasi pada kemajuan
dalam pembaharuannya, yang mengarahkan hidup umat islam untuk beragama secara benar
dan melahirkan rahmat bagi kehidupan.

Dalam masalah akidah muhammadiyah bekerja untuk tegaknya akidah islam yang
murni, bersih dari gejala kemusyrikan, bid'ah dan curahat tanpa mengabaikan prinsip
toleransi menurut islam. Sedangkan dalam ibadah, muhammadiyah bekerja untuk tegaknya
ibadah tersebut sebagaimana yang dituntunkan Rasulullah tanpa perubahan dan tambahan
dari manusia.Usaha pemurnian yang dilakukan Muhammadiyah terhadap keadaan
keagamaan yang tampak dari serapan berbagai unsur kebudayaan yang ada di Indonesia.
Yaitu :

a. Penentuan arah kiblat dalam sholat, yang sebelumnya tepat kearah barat.

b. Penggunaan perhitungan astronomi dalam menentukan awal dan akhir bulan


Ramadhan ( hisab ) sebagai kebalikan dari pengamatan perjalanan bulan oleh petugas
agama.

c. Menyelenggarakan sholat bersama dilapangan terbuka pada hari raya islam, Idul Fitri
dan Idul Adha.Sebagai ganti seperti sholat yang serupa dalam jumlah jamaah yang
lebih kecil yang diselenggarakan di masjid.

2. Bidang Pendidikan

Dalam bidang ini Muhammadiyah melopori dan menyelenggarakan sejumlah


pembaharuan dan inovasi yang lebih nyata. Bagi Muhammadiyah pendidikan memiliki arti
yang penting dalam penyebaran ajaran islam. Karena melalui bidang pendidikan
pemahaman tentang islam dapat diwariskan dan ditanamkan dari generasi ke generasi.
Pembaharuan dari segi pendidikan memiliki dua segi, yaitu :

a. Segi Cita-cita

Dari segi ini ingin membentuk manusia muslim yang baik budi, alim dalam
agama, luas dalam pandangan dan paham masalah ilmu keduniaan, dan bersedia berjuang
untuk kemajuan masyarakatnya.

b. Segi Teknik Pengajaran

Dari segi ini lebih banyak berhubungan dengan cara penyelenggaraan


pengajaran.Dengan mengambil unsur unsur yang baik dari sistem pendidikan barat dan
sistem tradisional, muhammadiyah berhasil membangun sistem pendidikan sendiri,
seperti sekolah model barat yang dimasukkan pelajaran agama didalamnya, sekolah
agama dengan menyertakan pelajaran umum.
Selain pembaharuan dalam pendidikan formal, muhammadiyah juga telah
memperbaharui pendidikan tradisional non formal yaitu pengajian.Dimana yang semula
pengajarnya hanya mengajar ngaji dan ibadah oleh muhammadiyah di perluas dan
pengajian disistematiskan dan diarahkan pada masalah kehidupan sehari hari.

3. Bidang Kemasyarakatan

Muhammadiyah merintis bidang sosial kemasyarakatan dengan mendirikan rumah


sakit, piklinik, panti asuhan, rumah singgah, panti jompo, pusat kegiatan pembelajaran
masyarakat ( PKBM ), posyandu lansia yang dikelola melalui amal usahanya dan bukan
secara individual sebagaimana dilakukan orang pada umumnya.Usaha pembaharuan dalam
bidang sosial kemasyarakatan ditandai dengan didirikannya pertolongan kesengsaraan
oemoen ( PKO ) di tahun 1923.

Pesan yang terkandung dalam Surat Al Maun adalah, ajaran tolong menolong
sebagai bentuk dari amal shaleh yang dapat memunculkan solidaritas yang berujung pada
mahabbah atau saling mencintai yang dimulai dari Taaruf ( Mengenal ), Tafahum
( Memahami ), lalu Tadhamun ( Saling Menghargai ). Tadhamun akan melahirkan trahum
dan akhirnya terbentuklah suasana Ta'awun saling tolong menolong. Pembaharuan sosial
masyarakat yang dilakukan oleh muhammadiyah merupakan salah satu wujud dari ketaatan
beragama dalam dimensi sosialnya untuk tujuan menegakkan dan menjunjung tinggi agama
islam sehingga terwujud agama islam yang sebenar benarnya.

B. Konsep Muhammadiyah seputar hadits

Pandangan Muhammadiyah sebagai organisasi keagamaan Islam mengenai hadits


dapat dilihat pada dokumen-dokumen yang berisikan keputusan-keputusan organisasinya
antara lain: mukaddimah anggaran dasar Muhammadiyah (selanjutnya ditulis MADM), matan
keyakinan dan cita-cita hidup Muhammadiyah (selanjutnya ditulis MKCH), dan himpunan
putusan tarjih (selanjutnya ditulis HPT).
Dalam MADM pasal 4 ayat 1 termaktub, bahwa Muhammadiyah adalah gerakkan
islam, dakwah amar makruf nahi mungkar dan tajdid, bersumber kepada Al-Qur’an dan As-
sunah. Dalam MKCH tertulis, bahwa Muhammadiyah dalam mengamalkan Islam berdasarkan
Al-Qur’an yaitu penjelasan dan pelaksanaan ajaran-ajaran Al-Qur’an yang diberikan oleh
Nabi Muhammad Saw, dengan menggunakan akal pikiran sesuai dengan jiwa ajaran Islam.
Dalam HPT, pernyataan dalam MKCH dijelaskan lebih detail dalam kitab masalah lima,
bahwa Agama yakni agama Islam yang dibawa oleh Nabi Muhammad Saw ialah apa yang
diturunkan didalam Al-Qur’an dan yabg tersebut dalam as-sunah yang Shohihah, yang di
maksud Sunnah Shohihah dalam definisi Agama diatas, bukan hadits shohih dalam istilah
ilmu hadits, melainkan hadits Maqbul (yang dapat diterima), walaupun tidak shohih dalam
pengertian ilmu hadits. Oleh karena itu, Al-Qur’an dan Sunnah adalah dasar mutlak untuk
berhukum dalam agama Islam menurut Muhammadiyah, meski tidak ada penegasan secara
eksplisit, tetapi tampak Sunnah dalam HPT diidentikan dengan hadits. Keindentikan antara
sunah dengan hadits ini dipertegas dengan pembahasan lain dalam kitab maslaah lima, yaitu
dalam item qiyas dimana termaktub “bahwa dasar mutlak untuk berhukum dalam agama
Islam adalah Al-Qur’an dan hadits” 1
“Dalam kutipan KH. Ahmad Dahlan, terdapat empat konsep utama sistem pendidikan
Muhammadiyah. Keempat konsep tersebut mencakup kesatuan hidup, kritis, penggunaan akal
yang sehat dan hati yang suci,” 
Keempat konsep pemikiran KH Ahmad Dahlan tersebut menurut Haedar, yang telah
membentuk konsep pemikiran Muhammadiyah di bidang pendidikan, hingga akhirnta terus
berkembang hingga saat ini dan bisa tampil eksis hampir di seluruh Indonesia. Meskipun pada
awal kemunculan pendidikan Islam itu sendiri berawal dari pesantren-pesantren, namun
kenyataannya banyak pula masyarakat yang lebih memilih untuk mengenyam pendidikan
yang lebih moders. Dan institusi pendidikan Muhammadiyah sejak awal pun juga telah
menyatakan dirinya sebagai institusi pendidikan yang modern. “Sebagai contoh, saat ini saja
banyak orang tua yang lebih menginginkan anak-anaknya untuk belajar di sekolah yang
berbasis modern. Ini karena mereka takut apabila di sekolahkan dengan sistem tradisional
tidak dapat melanjutkan ke sekolah yang lebih tinggi,”2

1
Mukhlis Rahmanto, posisi hadits dalam ijtihad Muhammadiyah,
https://www.researchgate.net/publication/284492765_Posisi_Hadis_dalam_Ijtihad_Muhammadiyah, 08.40,2020.
2
Dr. Haedar Nasir, konsep.pemikiran Ahmad Dalan jadi bekal institusi pendidikan Muhammadiyah,
https://www.umy.ac.id/konsep-pemikiran-ahmad-dahlan-jadi-bekal-institusi-pendidikan-muhammadiyah-hadapi-
mea.html, 08.44, 2020.
C. Kedudukan Hadis didalam Muhammadiyah
Sunnah, hadis, dan khabar digunakan dalam beberapa putusan Muhammadiyah dengan
berbagai frasa mulai dari as-Sunnah, as-Shahihah, al-Khabar al-Mutawatir, dan sunnah al-
Maqbulah. Dinamika seputar penggunaan dan perubahan frasa ini hemat penulis menunjukan
bahwa Muhammadiyah ingin mengakomodir seluruh pendapat dalam perdebatan mengenai
epistemologi Hadis dan Sunnah di antara ahli Hadis, fuqaha’ serta ushuliyyin. Kalangan ahli
Hadis cenderung menyamakan antara Hadis dengan Sunnah, sementara fuqaha’ mengartikan
Sunnah sebagai ketetapan Nabi Muhammad Saw. namun bukan terkait hal-hal yang diwajibkan;
sedangkan ushuliyyin memaknai Sunnah sebagai segala sesuatu yang berasal dari Nabi Saw. yang
memuat ketentuan hukum (syariat), sedang Hadis bagi mereka adalah Sunnah qauliyah.
Akan tetapi yang cenderung dominan dalam alam pikiran umumnya anggota Muhammadiyah
adalah kata “Sunnah” sebagaimana semboyan Ar-Ruju’ Êilâ AlQurÊan wa As-Sunnah Al-
Maqbulah, yang jika dikaitkan dengan posisi Majelis Tarjih sebagai lembaga ijtihad
Muhammadiyah, dalam melakukan tugasnya sangat tergantung kepada manhaj ijtihad yang secara
khusus ke arah istinbath al-ahkam (memunculkan hukum Islam), dalam arti lain proses
menemukan hukum. Sehingga pemahaman Hadis Muhammadiyah lebih ke arah ranah hukum
Islam yang identic dengan Sunnah dan Hadis dalam pandangan , fuqaha’ dan ushuliyyin. 3

3
Mukhlis Rahmanto. posisi hadis dalam ijtihad Muahammadiyah, (UMY: artikel 2015). 51-52.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan

Model Tajdid Muhammadiyah secara ringkas dapat dibagi dalam 3 bidang, yaitu
Bidang Keagamaan, Pendidikan, dan Kemasyarakatan.

1. Bidang Keagamaan adalah penemuan kembali ajaran atau prinsip dasar yang berlaku
abadi, yang karena waktu lingkungan situasi dan kondisi mungkin menyebabkan dasar
dasar tersebut kurang jelas dan tertutup oleh kebiasaan dan pemikiran tambahan lain.

2. Bidang Pendidikan. Dalam bidang ini Muhammadiyah melopori dan menyelenggarakan


sejumlah pembaharuan dan inovasi yang lebih nyata. Bagi Muhammadiyah pendidikan
memiliki arti yang penting dalam penyebaran ajaran islam. Karena melalui bidang
pendidikan pemahaman tentang islam dapat diwariskan dan ditanamkan dari generasi ke
generasi.

3. Bidang Kemasyarakatan. Muhammadiyah merintis bidang sosial kemasyarakatan dengan


mendirikan rumah sakit, piklinik, panti asuhan, rumah singgah, panti jompo, pusat
kegiatan pembelajaran masyarakat ( PKBM ), posyandu lansia yang dikelola melalui
amal usahanya dan bukan secara individual sebagaimana dilakukan orang pada
umumnya.

Pandangan Muhammadiyah sebagai organisasi keagamaan Islam mengenai hadits dapat


dilihat pada dokumen-dokumen yang berisikan keputusan-keputusan organisasinya antara
lain: mukaddimah anggaran dasar Muhammadiyah (selanjutnya ditulis MADM), matan
keyakinan dan cita-cita hidup Muhammadiyah (selanjutnya ditulis MKCH), dan himpunan
putusan tarjih (selanjutnya ditulis HPT).
DAFTAR PUSTAKA
Mukhlis Rahmanto, posisi hadits dalam ijtihad Muhammadiyah,
https://www.researchgate.net/publication/284492765_Posisi_Hadis_dalam_Ijtihad_Muhammadi
yah, 08.40,2020.
Dr. Haedar Nasir, konsep.pemikiran Ahmad Dalan jadi bekal institusi pendidikan
Muhammadiyah, https://www.umy.ac.id/konsep-pemikiran-ahmad-dahlan-jadi-bekal-institusi-
pendidikan-muhammadiyah-hadapi-mea.html, 08.44, 2020.

Anda mungkin juga menyukai