Anda di halaman 1dari 4

RANGKUMAN ANATOMI, FISIOLOGI DAN PATOFISIOLOGI SISTEM HEMATOLOGI

DALAM RANGKA MEMENUHI TUGAS KEPERAWATAN INTENSIF


Dosen Pembimbing : Loetfia Dwi Rahariyani, S.Kep., M.Si

Disusun Oleh :
ARINDRA PUTRI SABILANI
P27820419012
3A

PROGRAM STUDI D-III KEPERAWATAN SIDOARJO


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN SURABAYA
2021 / 2022
SISTEM HEMATOLOGI
A. Anatomi Hematologi
Sistem hematologi tersusun atas darah dan tempat darah diproduksi, termasuk
sumsum tulang dan nodus limpa. Darah adalah organ khusus yang berbeda dengan organ
yang lainnya karena berbentuk cairan. Dalam keadaan fisiologik, darah selalu berada
dalam pembuluh darah segingga dapat menjalankan fungsinya sebagai pembawa oksigen,
mekanisme pertahanan tubuh terhadap infeksi dan mekanisme hemotatis.
B. Macam – Macam Anemia
1. Anemia defisiensi desi
Anemia defisiensi besi merupakan jenis anemia yang paling umum terjadi.
Kondisi ini terjadi akibat tubuh kekurangan zat besi, yaitu komponen penting dalam
pembentukan sel darah merah.
Sejumlah kondisi bisa menyebabkan anemia defisiensi besi, termasuk pola makan
rendah zat besi, kehamilan, perdarahan kronis seperti akibat luka di saluran cerna atau
menstruasi, gangguan penyerapan zat besi, efek samping obat-obatan, hingga penyakit
tertentu, seperti kanker, radang usus, dan miom.
Kondisi umumnya ditangani dengan konsumsi suplemen zat besi dan menjalani
pola makan tinggi zat besi. Selain itu, penyebab anemia defisiensi besi juga perlu diatasi.
2. Anemia defisiensi vitamin B12 dan Folat
Tubuh membutuhkan vitamin B12 dan folat (vitamin B9) untuk membuat sel
darah merah baru. Kekurangan salah satu atau kedua vitamin tersebut bisa
menyebabkan anemia defisiensi vitamin B12 dan folat.
Jenis anemia ini dapat terjadi akibat pola makan rendah kandungan kedua vitamin
tersebut. Selain itu, anemia kekurangan vitamin juga bisa terjadi karena tubuh sulit atau
gagal menyerap folat ataupun vitamin B12. Kondisi ini juga disebut anemia pernisiosa.
Penanganan anemia ini umumnya berupa perubahan pola makan, serta pemberian
suplemen vitamin B12 dan asam folat untuk mencukupi kebutuhan tubuh akan kedua
asupan tersebut.
3. Anemia hemolitik
Anemia hemolitik terjadi saat kerusakan sel darah merah terjadi lebih cepat
daripada kemampuan tubuh untuk menggantinya dengan sel darah sehat yang baru.
Penyebab anemia hemolitik cukup beragam, mulai dari penyakit keturunan,
seperti thalasemia dan G6PD, penyakit autoimun, infeksi, efek samping obat, hingga
gangguan pada katup jantung.
Pengobatan akan disesuaikan dengan tingkat keparahan dan penyebab terjadinya
anemia hemolitik. Penanganan yang diberikan bisa berupa transfusi darah, pemberian
obat-obatan kortikosteroid, atau operasi.
4. Anemia aplastik
Anemia aplastik merupakan anemia yang perlu diwaspadai karena berisiko tinggi
mengancam nyawa. Kondisi ini terjadi saat tubuh tidak dapat menghasilkan sel darah
merah dalam jumlah cukup akibat gangguan di sumsum tulang, yaitu produsen sel darah
di dalam tubuh.
Anemia aplastik dapat diturunkan dari orang tua, namun bisa juga terjadi akibat
infeksi, efek samping obat-obatan, penyakit autoimun, terapi radiasi pada kanker, serta
paparan zat beracun.
Kondisi ini umumnya diatasi dengan pemberian antibiotik dan antivirus jika
terdapat infeksi, transfusi darah, transplantasi sumsum tulang, atau pemberian obat
penekan daya tahan tubuh.
5. Anemia sel sabit
Anemia sel sabit terjadi akibat kelainan genetik yang membuat sel darah merah
berbentuk seperti sabit. Sel- sel ini mati terlalu cepat sehingga tubuh tidak pernah
memiliki sel darah merah yang cukup.
Selain itu, bentuk sel darah abnormal ini juga membuatnya lebih kaku dan lengket
sehingga bisa menghalangi aliran darah. Pemberian obat dapat dilakukan untuk
mencegah kondisi bertambah parah. Namun, satu-satunya cara mengatasi anemia jenis ini
adalah dengan transplantasi sumsum tulang. 
C. Macam – Macam Leukemia
1. Leukemia akut (acute leukemia)
Pada leukemia akut, sel-sel abnormal (sel kanker) adalah sel-sel darah yang belum
matang atau disebut dengan blast. Sel-sel ini tidak dapat menjalankan fungsi normalnya
serta membelah dengan cepat, sehingga penyakit ini pun berkembang dengan cepat.
Umumnya, leukemia akut membutuhkan perawatan agresif dan tepat waktu untuk
mengatasinya.
2. Leukemia kronis (chronic leukemia)
Leukemia kronis umumnya melibatkan sel-sel darah yang lebih matang. Sel-sel
darah abnormal ini berkembang lebih lambat dibandingkan leukemia akut dan masih
dapat berfungsi secara normal untuk jangka waktu tertentu. Umumnya, pasien dengan
leukemia kronis awal tidak merasakan gejala apapun, sehingga keberadaan penyakit ini
bisa tidak disadari selama bertahun-tahun.
3. Leukemia limfositik (lymphocytic leukemia)
Jenis leukemia ini memengaruhi sel-sel limfosit. Adapun sel limfosit yang normal
berkembang menjadi sel darah putih, yang merupakan bagian penting dari sistem
kekebalan tubuh.
4. Leukemia mieloid (myelogenous/myeloid leukemia)
Tipe leukemia ini berkembang dari sel mieloid. Adapun sel mieloid yang normal
berkembang menjadi sel darah merah, sel darah putih, dan trombosit.

D. Penyebab Hematopegali
Hepatomegali bisa disebabkan oleh penyakit hati atau organ lain yang
berhubungan dengan hati. Berikut ini adalah beberapa penyakit atau kondisi yang bisa
menyebabkan hepatomegali:

 Hepatitis atau radang hati, akibat infeksi virus hepatitis


 Abses hati atau kista hati
 Penyakit perlemakan hati akibat alkohol atau NASH (non-alcoholic fatty liver disease)
 Tumor, kanker hati, atau metastasis kanker dari organ lain ke hati
 Gangguan atau penyakit darah, termasuk leukemia, limfoma, atau anemia hemolitik
 Gangguan atau penyakit pada kandung empedu dan salurannya, termasuk primary biliary
cirrhosis atau cholangitis
 Penyakit jantung, seperti gagal jantung kongestif
 Kelainan genetik, seperti Wilson’s disease
 Gangguan pada aliran darah vena hati, seperti Sindrom Budd-Chiari
 Efek penggunaan obat-obatan atau paparan zat kimia tertentu

Anda mungkin juga menyukai