Anda di halaman 1dari 3

2e.

Tatalaksana Penurunan Kesadaran


Pendekatan tata laksana penurunan kesadaran sampai koma pada anak dapat dilakukan
dengan mengikuti algoritma di bawah ini pada Gambar 1. Tatalaksana awal pada penurunan
kesadaran dilakukan untuk mencegah kerusakan otak lebih lanjut, sambil menunggu
kepastian diagnosis lebih lanjut.
Mempertahankan jalan napas yang adekuat sehingga mencegah iskemia jaringan otak
tetap merupakan prinsip paling penting. Bila dibutuhkan maka dapat diberikan bantuan
ventilasi mekanik. Mempertahankan fungsi kardiovaskular dengan mempersiapkan akses
intravaskular dengan baik. Anak dengan penyebab koma yang belum jelas penyebabnya,
dilakukan pemeriksaan gula darah dextrostick atau diberikan langsung dekstrosa 25%
sebanyak 1-4 ml/kgBB sambil memperhatikan responnya. Bila didapatkan perbaikan
dramatis, selanjutnya diberikan infus glukosa 10%. Kesadaran yang tidak pulih setelah
pemberian infus desktrosa, menyingkirkan adanya hipoglikemia.
Peningkatan tekanan intrakranial dapat terjadi akibat adanya gangguan struktur, infeksi,
metabolik atau toksisitas. CT Scan kepala harus dilakukan pada setiap anak dengan
penurunan kesadaran akibat trauma kepala tertutup, atau penyebab yang tidak dapat
ditentukan dengan pasti. Peningkatan tekanan intrakranial harus diturunkan dengan
pemberian manitol 20% per drip intravena dengan dosis 0,5 – 1,0 gram/kg selama 30 menit
setiap 6 – 8 jam. Nalokson diberikan bila dicurigai adanya overdosis narkotika, atau apabila
telah selesai kita curiga adanya hipoglikemia.
Status epileptikus dan kejang lain harus diberantas. Perlu dipertimbangkan adanya kejang
walaupun tidak bermanifestasi secara klinis (status epileptikus nonkonvulsif subklinis);
sehingga tersedianya EEG sangat esensial. Bila dicurigai adanya infeksi susunan saraf pusat
dilakukan pungsi lumbal dan diobati dengan antibiotik atau antivirus yang sesuai. Gangguan
keseimbangan elektrolit sering diakibatkan gangguan sekresi hormon antidiuretik.
Pemberian cairan yang tidak tepat pada keadaan ini dapat memperburuk keadaan.
Hiponatremia, hipernatremia, hipokalsemia atau hipomagnesemia yang menyertai
penyakit sistemik, jauh lebih sering menyebabkan koma. Asidosis atau alkalosis metabolik
atau respiratorik, juga harus dikoreksi. Suhu tubuh normal baik untuk pemulihan dan
pencegahan asidosis. Antipiretik yang sesuai harus diberikan untuk menurunkan demam.
Agitasi dapat meningkatkan tekanan intrakranial dan menyulitkan bantuan ventilasi mekanik
sehingga dapat dipertimbangkan pemberian sedatif walaupun mungkin akan menyulitkan
evaluasi neurologik berkala.
Gambar 1. Algoritma tatalaksana awal pasien dengan kesadaran menurun.

Pemantauan berkala terpenting adalah penentuan tingkat gangguan susunan saraf pusat
pasien yang dilakukan dengan pemeriksaan:
a. Pola pernapasan
b. Ukuran pupil dan reaksi terhadap rangsangan
c. Doll’s eye movement
d. Respon motorik terhadap rangsangan
Hasil pemantauan berkala ini harus selalu diberitahukan kepada orangtua pasien, sehingga
orangtua dapat mengetahui keadaan anaknya saat itu.
Sumber:
1. Trihono PP., Windiastuti E., Gayatri P., et all. Kegawatan pada Bayi dan Anak. Jakarta:
Departemen Ilmu Kesehatan Anak FKUI-RSCM.2012.

4a. Etiologi & Faktor tersedak atau aspirasi benda asing

Kejadian aspirasi benda asing pada anak dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti belum
berkembangnya gigi geraham, mekanisme menelan belum sempurna, jalan napas sempit,
kebiasaan meletakkan objek ke dalam mulut dan aktivitas fisik yang aktif. Kurangnya
pengawasan orangtua juga meningkatkan risiko aspirasi benda asing.
Sumber : Suganda PU. Aspirasi Benda Asing pada Anak. Jurnal CDK. 2018;45(2).

4e. Tatalaksana tersedak atau aspirasi benda asing


Penanganan aspirasi benda asing dilakukan sesegera mungkin terutama saat terjadi gagal
napas sesuai AHA atau ERC (Gambar 1). Pertama, nilai keefektifan batuk, bila tidak efektif
maka segera nilai tingkat kesadaran anak. Pada anak yang sadar, bagi yang berusia < 1 tahun
dapat dilakukan 5 kali back blow diikuti dengan 5 kali kompresi dada, sedangkan pada anak
usia >1 tahun dapat dilakukan manuver Heimlich. Pada anak yang tidak sadar, kriteria ERC
dan AHA berbeda, yakni pada ERC yang pertama dilakukan adalah mengamankan jalan
napas, lalu diberikan 5 napas bantuan dan resusitasi jantung paru. Sedangkan menurut AHA,
lakukan resusitasi jantung paru dengan 30 kompresi dan 2 napas bantuan.

Evakuasi benda asing dengan bronkoskopi merupakan pilihan utama. Bronkoskopi kaku
biasanya dilakukan dengan anestesi umum. Adanya bronkoskopi lentur dan virtual mampu
menurunkan angka penggunaan bronkoskopi kaku, serta menurunkan angka morbiditas dan
mortalitas. Komplikasi saat evakuasi benda asing tergantung keterampilan operator, jenis
anestesi, kondisi pasien dan ketersediaan instrumen. Pencegahan dengan edukasi orangtua
diharapkan dapat menurunkan kejadian aspirasi.

Sumber : Suganda PU. Aspirasi Benda Asing pada Anak. Jurnal CDK. 2018;45(2).

5c. Penilaian status dehidrasi pada pasien anak setelah kondisi tersedak teratasi

Anda mungkin juga menyukai