Anda di halaman 1dari 3

Nama : Ivonne Putri Telaumbanua

NIM : 01501190177

Group : 6/28

Glossary Pneumonia

1. Inflamasi : merupakan suatu respon alami dari tubuh ketika mengalami kerusakan pada
suatu jaringan. Inflmasi ini dapat diatasi dengan salah satu cara seperti pemberian
antiinflamasi non steroid (AINS).
(Sumber : Kusumastuti, E., Handajani, J., & Susilowati, H. (2014). Ekspresi COX-2 dan
Jumlah Neutrofil Fase Inflamasi pada Proses Penyembuhan Luka Setelah Pemberian
Sistemik Ekstrak Etanolik Rosela (Hibiscus sabdariffa). Maj Ked Gi, 21(1), 13-19)

2. Antigen : adalah jenis pneumonia yang ditemukan dikalangan masyarakat atau terjadi
dalam waktu kurang dari 48 jam setelah pasien dirawat dirumahsakit. Pneumonia yaitu
infeksi akut yang terjadi pad ajaringan parenkim paru atau alveoli yang disebabkan oleh
bakteri, virus, jamur, pajanan bahan kimia atau kerusakan fisik dari paru maupun
pengaruh tidak langsung dari penyakit lain.
(Sumber : Tambun, S.H., Puspitasari, I., & Safitri, I. (2019). Evaluasi Luaran Klinis
Terapi Antibiotik. JMPF, 9(3), 213&214. Retreived from
https://jurnal.ugm.ac.id/jmpf/article/download/47915/pdf)

3. Antibodi : merupakan suatu keadaan dimana bakteri resisten terhadap suatu jenis
antibiotik. Hal ini bisa disebabkan karena pemakaian antibiotik yang tidak tepat dosis,
tidak tepat diagnostik, dan tidak tepat bakteri penyebab.
(Sumber : Estiningsih, D., Puspitasari, I., & Nuryastitu, T. (2016, September). Identifikasi
Infeksi Multidrug-Resistant Organism (MDRO). Jurnal Manajemen dan Pelayanan
Farmasi, (6)3, 243. Retreived from
https://journal.ugm.ac.id/jmpf/article/view/29417/17566)

4. Sitokinin : merupakan senyawa defirat adenine yang memiliki kemampuan menginduksi


pembelahan sel (cell division) didalam jaringan (dengan adanya auxin).
(Sumber : Wiraatmaja, I, Wayan. 2017. Zat Pengatur Tumbuh Giberelin dan Sitokinin.
https://simdos.unud.ac.id/uploads/file_pendidikan_1_dir/e917f35423a841cab64616e33b9
0778c.pdf. Diakses pada 16 Maret 2021)

5. IL 1 : Interleukin 1 merupakan sitokin yang menginduksi inflamasi serta ikut bekerja


dalam proses aterosklerosis sehingga bisa menjadi target dari obat antiaterosklerosis.
(Sumber : Hamidy, M.Y. (2017). Mekanisme Kerja dan Target Molekuler Interleukin-1
receptor antagonist (Anakinra) pada Aterosklerosis. JIK, 11(2), 59-64)

6. TNF alpha : Tumor Necrosis Factor Alpha (TNF alpha) merupakan sitokin
pleitropikyang ikut serta dalam proses inflamasi, menginisiasi dan mengaktivasikan
polymorphonuclear (PMN) hingga dapat mencari tempat terjadinya infeksi.
(Sumber : Supit, I.A., Pangemanan, D.H.C., & Marunduh, S.R. (2015). Profil Tumor
Necrosis Factor (TNF-Α) Berdasarkan Indeks Massa Tubuh (IMT). Jurnal e-Biomedik
(eBm), 3(2), 640-643)

7. Limfosit B dan T : Limfosit B itu berasal dari sel sumsum tulang yang bertugas untuk
membentuk antibodi humoral didalam darah. Limfosit B juga biasa disebut sebagai
imunoglobin. Sedangkan Limfosit T itu berasal dari timus yang berperan dalam berbagai
respon imunologi seluler seperti reaksi hipersensitifitas, dan manjadi pertahanan dalam
menghadapi sel ganas maupun virus-virus.
(Sumber : Tiara, D., Tiho, M., & Mewo, Y.M. (2016). Gambaran kadar limfosit pada
pekerja bangunan. Jurnal e-Biomedik (eBm), 4(2))

8. Hiperplasia : Benigna prostat hyperplasia (BPH) merupakan proliferasi dari sel stromal
pada prostat dimana membuat kelenjar tersebut mengalami pembesaran.
(Sumber : Adelia, F., Monoarfa, A., & Wagiu, A. (2017). Gambaran Benigna Prostat
Hiperplasia. Jurnal e-Clinic (eCl), 5(2), 250-252. Retreived from
http://jurnal.fk.unand.ac.id/index.php/jka/article/download/838/693)
9. IL 6 : adalah sitokin proinflamasi yang memiliki sifat pleiotropik dan bertugas mengatur
respon fase akut pada RA. IL-6 berperan dalam aktivitas biological yaitu mengatur
respon imun, inflamasi, serta hematopoiesis.
(Sumber : Tania, P.O.A., Simamora, D., Parmasari, W. D., & Rahmawati,F. (2014).
Kadar Interleukin 6 (Il-6) Sebagai Indikator Progresivitas Penyakit Reumatoid Arthritis
(Ra). Jurnal “Ilmiah Kedokteran”, 3(1), 40-47)

10. Osteoklas : adalah gangguan perkembangan paru yang disebabkan karena berkurangnya
pertukaran udara perifer didalam paru.
(Sumber : Novialdi., Fitri, K., & Subroto, H. (2015). Aspirasi Benda Asing Paku dengan
Komplikasi Atelektasis Paru dan Aspirasi Benda Asing Jarum Pentul tanpa Komplikasi.
Jurnal Kesehatan Andalas, 4(2), 629. Retrieved from
http://jurnal.fk.unand.ac.id/index.php/jka/article/download/311/293)

Anda mungkin juga menyukai