Anda di halaman 1dari 8

# TERJEMAHAN JURNAL 26 #

Sifat Fisik dari Film Pati Sorgum yang Dapat Dimakan Ditambahkan dengan
Karboksimetil Selulosa
__________________________________________________________________________________

[ABSTRAK]
Film yang dapat dimakan telah banyak digunakan dalam kemasan makanan. Salah
satu dasar bahan dari film yang dapat dimakan ini adalah pati. Salah satu sumber pati yang
potensial adalah sorgum yang mengandung 72% pati. Namun pada umumnya edible film
yang berbahan dasar pati mengandung amilopektin memiliki beberapa kelemahan seperti
rapuh, mudah pecah dan kurang fleksibel. Karboksimetil selulosa (CMC), produk turunan
selulosa, diharapkan dapat meningkatkan sifat mekanik dari edible film berbasis pati. Tujuan
dari pekerjaan ini adalah untuk belajar sifat fisik film tepung sorgum dan pengaruh CMC
sebagai aditif di karakteristik biopolimer edible film yang menghasilkan tepung sorgum.
Pelajaran dimulai dengan produksi pati sorgum, kemudian disintesis dengan penambahan
pati CMC (0%, 5%, 10%, 15%, 20% dan 25% w / w), dan akhirnya karakterisasi mekanis dan
analisis Fourier transform infrared (FTIR). Hasil uji tarik menunjukkan bahwa Penambahan
CMC mempengaruhi kekuatan tarik, perpanjangan dan elastisitas. Paling rendah Tingkat
kekuatan tarik sebesar 7.742 MPa pada konsentrasi CMC 0% dan tertinggi Kadar CMC
adalah 29.988 MPa dengan konsentrasi 10%. Penambahan CMC ke film juga mempengaruhi
sifat perpanjangan film sorgum. Tingkat perpanjangan terendah film adalah 14% pada
konsentrasi CMC 0% dan yang tertinggi adalah 65% pada 25% Konsentrasi CMC.
Penambahan CMC juga mempengaruhi elastisitas film sorgum. Tingkat elastisitas terendah
3,1 mm pada konsentrasi CMC 0% dan tertinggi satu adalah 5,2 mm pada 25% konsentrasi
CMC. Padahal, hasil analisis FTIR menunjukkan bahwa penambahan CMC tidak membentuk
grup baru yang berarti sintesis Proses hanya terjadi secara fisik

[PENDAHULUAN]
Edible film adalah lapisan tipis yang dapat dimakan yang digunakan untuk melapisi
bahan makanan. Penggunaannya dalam pembungkus meningkatkan kualitas makanan,
memperpanjang umur simpan, meningkatkan ekonomi makanan efisiensi, dan menghambat
perpindahan uap air. Keuntungan lain dari Menggunakan edible film antara lain:
kemampuan makanan untuk dikonsumsi langsung dengan kemasannya produk; jangan
mencemari lingkungan; meningkatkan sifat organoleptik untuk produk dalam kemasan; dan
bertindak sebagai zat antimikroba dan antioksidan Itu Penggunaan awal edible film sebagai
kemasan makanan adalah untuk mengurangi penggunaan plastik sintetis dan meminimalkan
pencemaran lingkungan. Hidrokoloid yang bisa digunakan untuk membuat film yang dapat
dimakan adalah protein (gel, kasein, protein kedelai, protein jagung dan gluten gandum)
dan karbohidrat (pati, alginat, pektin, gum arab dan karbohidrat lainnya modifikasi),
sedangkan lipid yang digunakan adalah lilin, gliserol dan asam lemak. Beberapa penelitian
telah melaporkan pemanfaatan pati dari berbagai sumber tersebut sebagai jagung, ubi, pati
kacang, pati singkong, kulit pisang dan sorgum untuk disintesis lapisan dan film.5-10 Pati
adalah jenis polimer dari polisakarida yang memiliki peran penting dalam pembuatan film
biodegradable karena sifatnya yang mudah membentuk matriks kontinu dan
ketersediaannya yang melimpah di alam, karenanya sesuai jika berbagai sumber pati
dieksplorasi untuk sintesis film yang dapat dimakan Salah satu sumber pati yang potensial
adalah sorgum yang mengandung 72% pati.11 Namun demikian, Secara umum edible film
berbasis pati yang mengandung amilopektin memiliki beberapa kelemahan seperti rapuh,
mudah pecah dan kurang fleksibel. Untuk mengatasi kelemahan tersebut, memperbaiki sifat
kimia dan fungsional pati dengan memodifikasinya bisa menjadi solusi.
Karboksimetil selulosa (CMC) adalah selulosa eter yang dapat menunjukkan gelasi
kinerja dengan memanaskan dan membentuk film yang sangat baik karena rantai
polimernya struktur dan berat molekulnya yang tinggi. Dengan demikian, sifat CMC
diharapkan meningkatkan karakteristik mekanik dari edible film berbasis pati. Karena Sifat
kimiawi yang mirip antara CMC dan pati, diharapkan dapat memberikan kebaikan hasil. 7
Review tentang penambahan CMC pada produksi film edible berbasis pati telah dilakukan
oleh Putri dkk., Ghanbarzadeh dkk. dan Wirongrong et al. yang meneliti efek CMC pada sifat
hidrofobisitas sorgum edible film.4,5,8 Hasil penelitian menunjukkan bahwa CMC dapat
menurunkan filtrasi air sebesar film hingga 65,8% dengan penambahan 25% (w / w pati)
CMC. Kualitas dan penggunaan edible film ditentukan oleh beberapa sifat fisik seperti
ketebalan, elongasi dan kekuatan tarik.12 Oleh karena itu, penelitian ini akan menguji
pengaruh dari CMC pada karakteristik edible film dari pati sorgum.

[METODE DAN BAHAN]


2.1 Bahan
Dalam penelitian ini bahan baku tepung sorgum merah diperoleh dari Ganesha
Rumah pertanian, Bandung, Indonesia. Gliserol sebagai pemlastis diperoleh dari Merck,
yang merupakan kalsium nitrat (desikator). CMC diperoleh dari Indrasari Toko Bahan Kimia,
Semarang, Indonesia. Sedangkan asam sitrat sebagai pengawet dan film berwarna, serta air
suling dipasok oleh Teknik Kimia Laboratorium Terpadu Universitas Negeri Semarang,
Indonesia 9
2.2 Pembuatan Pati Sorgum
Proses pembuatan pati sorgum dilakukan dengan tepung sorgum sebagai bahan
utamanya bahan. Tepung direndam selama 24 jam. Setelah itu dibilas dengan air,
dikeringkan, lalu disaring dan ditekan. Air yang telah disaring diendapkan selama 4 jam
sampai itu menjadi pati. Kalau perlu pati dicuci dua kali sampai warnanya menjadi putih.
Pati tersebut kemudian dikeringkan di bawah sinar matahari selama 2 sampai 3 hari.
2.3 Sintesis Film
Sintesis edible film dibuat dengan menggunakan metode Ghanbarzadeh et al.
dengan mencampurkan 5 g pati dengan 100 ml air suling, gliserol (40 ml / 100g pati), dan 0,5
asam sitrat (10% b / b pati) selama 5 menit pada suhu 25 °C. Kemudian suspensi diaduk
menggunakan magnetic stirrer (500 rpm) selama 30 menit dalam penangas air pada suhu 90
° C. CMC pada beberapa konsentrasi (5%, 10%, 15%, 20% dan 25% b / b pati) dilarutkan
dalam 75 ml suling air pada 75 ° C selama 10 menit. Suspensi pati dan larutan CMC
campuran (75 ml CMC + 100 ml pati, asam sitrat dan gliserol) diaduk pada suhu 75 ° C
selama 10 menit (pH = 5,5). Adonan kemudian didinginkan pada suhu 40 ° C dan diaduk
perlahan 20 menit untuk menghilangkan semua gelembung udara. Setelah itu dituangi
sekitar 70 ml adonan menjadi pembuat film akrilik dan diratakan agar memiliki ketebalan
yang sama (terukur menggunakan mikrometer) lalu dikeringkan pada suhu 60 ° C dalam
oven agar lapisannya stabil.
2.4 Karakterisasi Mekanis
Karakterisasi mekanis film dilakukan dengan uji tarik. Tiga parameter yang dipelajari
adalah kekuatan tarik, elongasi dan elastisitas. Tes dilakukan di Laboratorium Terpadu
Universitas Diponegoro Semarang dengan Brookfield Alat Texture Profile Analyzer (TPA).

[PEMBAHASAN]
3.1 Kuat Tarik
Kekuatan tarik dapat didefinisikan sebagai tekanan regangan maksimum yang dapat
diterima dari Sampel. Pengaruh penambahan CMC pada kekuatan tarik film sorgum dapat
terjadi terlihat pada Gambar 1.

Gambar 1 menunjukkan bahwa terdapat efek inkonsistensi dengan penambahan CMC pada
film. Hasil kuat tarik terendah adalah 7,742 MPa pada konsentrasi CMC 0% dan kadar
tertinggi 29.988 MPa dengan konsentrasi CMC 10%. Mekanik properti dipengaruhi oleh
komponen film. Dalam penelitian ini pati sedang digunakan sebagai matriks penyusunnya,
CMC sebagai penunjang biopolimer dan pemlastis gliserin. Efek penambahan CMC tentunya
akan memberikan mekanik yang berbeda properti. Pati sebagai matriks memiliki sifat
mekanik yang buruk. Tambahan dari biopolimer diharapkan dapat meningkatkan sifat
mekanik suatu film karena meningkatkan afinitas dalam film.10 Ban menyatakan bahwa
faktor mekanik mempengaruhi sifat-sifat film adalah afinitas di antara komponen-
komponen penyusunnya.14 Afinitas itu sendiri adalah fenomena di mana atom atau molekul
tertentu memiliki kecenderungan untuk bersatu dan mengikat. Ketika nilai afinitas
meningkat, semakin banyak ikatan antar molekul yang terjadi dan kekuatan material
dipengaruhi oleh ikatan kimia penyusunnya. Ikatan kimia yang kuat dipengaruhi oleh jumlah
ikatan molekul dan jumlah ikatan molekulnya jenis ikatan. Dari hasil penelitian ini pada
konsentrasi 5% dan 15%. Edible film CMC diproduksi mendekati karakteristik plastik tipe
LDPE. Di Sedangkan edible film dengan karakteristik CMC 10%, 20% dan 25% mendekati
plastik HDPE jika dilihat dari aspek kekuatan tarik.10 Peningkatan dan penurunan kekuatan
tarik bergantung pada kekuatan material yang digunakan dalam pembuatan film, untuk
membentuk ikatan molekul yang besar dan kuat.
3.2 Perpanjangan
Menurut Gennadios et al., Perluasan ditentukan dari titik itu akan mempengaruhi
film yang robek pada saat peregangan.15 Panjangnya bertambah hingga robekan film
menunjukkan perpanjangan. Efek menambahkan CMC pada perpanjangan Sifat-sifat film
dapat dilihat pada Gambar 2 berikut ini:

Gambar 2 menunjukkan peningkatan perpanjangan dengan konsentrasi penambahan CMC


ke film sorgum. Persentase tingkat perpanjangan terendah dalam film adalah 14% pada 0%.
Konsentrasi CMC dan level tertinggi adalah 65% pada konsentrasi CMC 25%. Grafik juga
menunjukkan bahwa peningkatan konsentrasi CMC akan menyebabkan terjadinya
meningkatnya kecenderungan persentase pemanjangan film yang terbentuk. Lebih CMC
ditambahkan, jumlah ikatan hidrogen dan gaya elektrostatis yang terbentuk antara CMC dan
tepung biji sorgum akan meningkat dan tekstur matriksnya Bentuk edible film akan menjadi
lebih kuat dan kompak. Penambahan CMC akan meningkatkan jumlah karbon dan gugus
fungsi dalam rantai matriks dan meningkatkan persentase perpanjangan. Penambahan CMC
terbukti semakin baik sifat mekanik film. Diredja melaporkan itu tanpa tambahan CMC, film
bungkil kedelai yang dihasilkan bersifat rapuh, tidak kompak, dan sulit dibuat dihapus dari
lempengan. 16
3.3 Elastisitas
Fenomena elastisitas dapat dilihat pada Gambar 3 dimana terjadi penambahan CMC
konsentrasi mempengaruhi afinitas film sorgum. Semakin banyak konsentrasi CMC
ditambahkan, semakin besar kecenderungan molekul dalam film untuk bersatu dan ini
menghasilkan ikatan kimia yang kuat. Fenomena inilah yang terjadi pada parameter
elastisitas dari film tersebut ditunjukkan pada Gambar 3 sebagai berikut:

Elastisitas adalah rasio kekuatan tarik terhadap elongasi. Pengukuran elastisitas Telah
dilakukan Kusumawati dalam membuat edible film dari pati jagung yang menghasilkan
penurunan elastisitas.17 Hasil terbaik yang dapat dilihat dari Gambar 3 adalah penambahan
dari 25% CMC dengan nilai 5,2 mm. Titik elastisitas terendah adalah 3,1 mm pada 0%
Konsentrasi CMC. Hal tersebut menunjukkan bahwa penambahan konsentrasi CMC akan
meningkatkan elastisitas film karena pengaruh afinitas molekul dalam film.
3.4 Analisis Kelompok Fungsional
Pengujian kelompok fungsional dilakukan dengan spektrofotometer FTIR. Ini Analisis
kelompok fungsional bertujuan untuk mengetahui perubahan suatu bahan atau matriks
diproduksi. Tes ini dilakukan pada sampel film yang dapat dimakan dengan film tanpa
penambahan CMC dan dengan 25% penambahan CMC. Hasil edible film FTIR karakteristik
tanpa penambahan CMC dan edible film dengan penambahan CMC sebesar 10% dapat
dilihat pada Gambar 4.
Hasil karakteristik edible film FTIR pati sorgum tanpa CMC Penambahan menunjukkan
bahwa bilangan gelombang puncak (disajikan pada Tabel 1) menunjukkan adanya beberapa
puncak bilangan gelombang. Dapat dilihat bahwa karboksil O-H dan amina N-H hadir dalam
bilangan gelombang 3300 s. Puncak lainnya juga bisa terlihat dengan C-H alifatik pada
bilangan gelombang 2800-2950 nm, karbonil C = O dalam gelombang bilangan 1700 nm, dan
ester C-O adalah 1000 nm sampai 1150 nm.
Selanjutnya dilakukan analisis karakteristik FTIR pada edible film dengan format
penambahan CMC. Hasil karakteristik FTIR disajikan pada Tabel 2. Tabel Hasil analisis
kelompok edible film pati sorgum dengan penambahan CMC seperti yang disajikan pada
Tabel 2 menunjukkan beberapa puncak bilangan gelombang. Itu bisa dilihat karboksil O-H
dan amina N-H hadir dalam 3300 s bilangan gelombang. Juga, di puncak lain, C-H alifatik
memiliki panjang gelombang 2800-2950 nm, karbonil C = O berada pada 1700 nm, ester C-O
berada pada 1000 nm sampai 1150 nm. Pengaruh Penambahan CMC terletak pada range
gelombang 2300 s variabel CMC 0% dengan regangan karena terikat bentangan H dan OH.
Itu terjadi karena ikatan gugus pati dengan gliserol tanpa perekat di antara keduanya. Selain
itu, dalam variabel 25% hadirnya gelombang alkalo C = C karena adanya CMC memberikan
reaksi terhadap pati dan kelompok gliserol. Bahan yang dihasilkan dari proses pencampuran
fisik karena ketiadaan gugus fungsi baru menyebabkan bahan bioplastik masih terlihat sifat
hidrofilik (seperti air) sebagai sifat penyusunnya. Temuannya sudah masuk sejalan dengan
penelitian yang dilakukan oleh Darni dan Utami dalam studi tentang pembuatan dan
karakteristik sifat mekanik dan hidrofibitas bioplastik sorgum. starch.10 Dengan
mempelajari interaksi tersebut maka dapat disimpulkan bahwa CMC dapat meningkat sifat
mekanik edible film dengan membentuk ikatan hidrogen antar rantai sehingga edible film
menjadi lebih rapat dan kaku. Selain itu, bisa juga memberikan efek jalur berliku untuk
molekul air yang melewatinya. Untuk menguranginya kekakuan, penambahan gliserol dan
reduksi interaksi hidrogen dapat terjadi dilakukan agar edible film yang terbentuk elastis.
Ada juga karbonil (CO) dan gugus fungsi ester (COOH) pada bahan bioplastik diuji
menggunakan FTIR, sehingga bahan bioplastik ini dapat terdegradasi.

[KESIMPULAN]
Penambahan CMC ke film mempengaruhi kekuatan tarik film sorgum. Paling rendah
Tingkat kekuatan tarik sebesar 7.742 MPa pada konsentrasi CMC 0% dan tertinggi Kadar
tersebut berada pada 29.988 MPa dengan konsentrasi CMC 10%. Penambahan CMC pada
film akan mempengaruhi sifat elongasi dari film sorgum. Level terendah persentase
pemanjangan dalam film adalah 14% pada konsentrasi CMC 0% dan kadar tertinggi 65%
pada konsentrasi CMC 25%. Penambahan CMC ke file film mempengaruhi elastisitas film
sorgum. Tingkat elastisitas terendah adalah 3,1 mm pada konsentrasi CMC 0% dan tingkat
elastisitas film sorgum tertinggi adalah 5,2 mm pada 25% konsentrasi CMC. Dari hasil
analisis FTIR ditemukan bahwa penambahan CMC tidak membentuk grup baru yang berarti
proses tersebut hanya terjadi secara fisik.

Anda mungkin juga menyukai