Anda di halaman 1dari 23

Sering kali kita mendengar istilah profesi atau professional.

Seseorang mengatakan bahwa


profesinya sebagai seorang dokter, pengacara, arsitek atau ada pula yang mengatakan profesinya
seorang guru, malah ada yang berkata kalau profesinya pedagang, penyanyi, atlet dan lain-lain.

Kalau diamati dengan cermat bermacam-macam profesi yang disebutkan di atas, belum dapat
dilihat dengan jelas apa yang menjadi criteria bagi suatu pekerjaan sehingga dapat disebut
sebagai suatu profesi. Kelihatannya criteria dapat bergerak dari segi pendidikan formal yang
diperlukan bagi seseorang untuk mendapatkan suatu profesi, sampai kepafa kekmampuan yang
dituntut seseorang dalam melaksanakan tugasnya. Dokter dan arsitek harus melalui pendidikan
tinggi yang cukup lama dan menjalankan pelatihan dalam bentuk magang yang juga memerlukan
waktu yang tidak sedikit sebelum mereka diijinkan memangku jabatannya, dan juga dituntut
untuk selalu meningkatkan pengetahuan dan keterampilan mereka dengan tujuan meningkatkan
kualitas layanannya kepada public.

Dilain sisi, untuk menjadi pedagang atau petinju misalnya, mungkin tidak diperlukan pendidikan
tinggi, malah pendidikan khusus sebelum memangku jabatan itu pun tidak perlu, meskipun
latihan, baik sebelum atau setelah menjabatnya, tentu saja juga diperlukan. Oleh sebab itu agar
tidak menimbulkan kerancuan dalam pembicaraan selanjutnya harus diperjelas pengertian
profesi itu sendiri.

PENGERTIAN DAN SYARAT PROFESI

Profesionalisme merupakan suatu tingkah laku, suatu tujuan atau suatu rangkaian kualitas yang
menandai atau melukiskan coraknya suatu “profesi”. Profesionalisme mengandung pula
pengertian menjalankan suatu profesi untuk keuntungan atau
sebagai sumber penghidupan.

Di samping istilah profesionalisme, ada istilah yaitu profesi. Profesi sering kita artikan dengan
“pekerjaan” atau “job” kita sehari-hari. Tetapi dalam kata profession yang berasal dari
perbendaharaan Anglo Saxon tidak hanya terkandung pengertian “pekerjaan” saja.

Profesi mengharuskan tidak hanya pengetahuan dan keahlian khusus melalui persiapan dan
latihan, tetapi dalam arti “profession” terdapat juga suatu “panggilan”.
Dengan begitu, maka arti “profession” mengandung dua unsur. Pertama unsur keahlian dan
kedua unsur panggilan. Sehingga seorang “profesional” harus memadukan dalam diri pribadinya
kecakapan teknik yang diperlukan untuk menjalankan pekerjaannya, dan juga kematangan etik.
Penguasaan teknik saja tidak membuat seseorang menjadi “profesional”. Kedua-duanya harus
menyatu.

Banyak yang mengatakan bahwa mengajar adalah suatu profesi. Pertanyaannya apakah yang
dimaksud dengan profesi, dan syarat serta criteria apa yang harus dipenuhi agar suatu jabatan
dapat disebut sebagai sebuah profesi. Ornstein dan Levine menyatakan bahwa profesi itu adalah
jabatan yang sesuai dengan pengertian profesi di bawah ini :

Pengertian Profesi

1. Melayani masyarakat, merupakan karier yang akan dilaksanakan sepanjang hidupnya


(tidak berganti pekerjaan).
2. Memerlukan bidang ilmu dan keterampilan tertentu di luar jangkauan khalayak ramai
dalam artian tidak semua orang dapat melakukannya.
3. Menggunakan hasil penelitian dan aplikasi dari teori ke praktek atau teori baru
dikembangkan dari hasil penelitian.
4. Memerlukan pelatihan khusus dengan waktu yang panjang.
5. Terkendali berdasarkan lisensi baku dan atau mempunyai persyaratan masuk (untuk
menduduki jabatan tersebut memerlukan lisensi dan syarat khusus yang ditentukan).
6. Otonomi dalam membuat keputusan tentang ruang lingkup kerja tertentu (tidak diatur
oleh pihak luar atau pihak lain).
7. Menerima tanggung jawab terhadap keputusan yang diambil dan kinerja yang
ditampilkan yang berhubungan dengan layanan yang diberikan. Mempunyai sekumpulan
standar kerja yang baku.
8. Memiliki komitmen terhadap jabatan dan klien dengan penekanan terhadap layanan yang
diberikan.
9. Menggunakan administrator untuk memudahkan profesinya relative bebas dari supervise
dalam jabatan (misalnya dokter memakai tenaga administrasi untuk mendata klien).
10. Mempunyai organisai yang diatur anggota profesi sendiri.
11. Mempunyai asosiasi profesi atau kelompok elite untuk mengetahui dan mengakui
keberhasilan anggotanya.
12. Mempunyai kode etik untuk menjelaskan hal-hal yang meragukan atau menyangsikan
yang berhubungan dengan layanan yang diberikan.
13. Mempunyai kadar kepercayaan yang tinggi dari public dan kepercayaan diri setiap
anggotanya.
14. Mempunyai status social dan ekonomi yang tinggi.

Berdasar acuan di atas maka pedagang, penyanyi, penari atau bahakan tukang Koran jelaslah
bukan sebuah profesi.

Ciri-Ciri Profesionalisme

Di bawah ini dikemukakan beberapa ciri profesionalisme


1.      Profesionalisme menghendaki sifat mengejar kesempurnaan hasil (perfect result), sehingga
kita di tuntut untuk selalu mencari peningkatan mutu.

2.      Profesionalisme memerlukan kesungguhan dan ketelitian kerja yang hanya dapat diperoleh
melalui pengalaman dan kebiasaan.

3.      Profesionalisme menuntut ketekunan dan ketabahan, yaitu sifat tidak mudah puas atau
putus asa sampai hasil tercapai.

4.      Profesionalisme memerlukan integritas tinggi yang tidak tergoyahkan oleh “keadaan
terpaksa” atau godaan iman seperti harta dan kenikmatan hidup.

5.      Profesionalisme memerlukan adanya kebulatan fikiran dan perbuatan, sehingga terjaga
efektivitas kerja yang tinggi.

Ciri di atas menunjukkan bahwa tidaklah mudah menjadi seorang pelaksana profesi yang
profesional, harus ada kriteria-kriteria tertentu yang mendasarinya. Lebih jelas lagi bahwa
seorang yang dikatakan profesional adalah mereka yang sangat kompeten atau memiliki
kompetensi-kompetensi tertentu yang mendasari kinerjanya.

Yang akan dibahas selanjutnya adalah JABATAN GURU. Apakah jabatan guru dapat disebut
sebagai suatu profesi?

Pengertian dan syarat-syarat profesi keguruan

Definisi yang sering kita dengar setiap hari dari guru adalah orang yang harus digugu dan ditiru,
yaitu orang yang memiliki kharisma atau wibawa hingga perlu untuk ditiru dan diteladani.
Mengutip pendapatnya Laurence dkk. Dalam Uno (2007) :”Theacher is professional person who
conduct classes”. (Guru adalah seorang yang mempunyai kemampuan dalam menata dan
mengelola kelas).

Sedangkan menurut Jean D. Grambs dkk. dalam Uno (2007), “Teacher are those persons who
consciously direct the experiences and behavior of an individual so that education takes places.”
(Guru adalah mereka yang secara sadar mengarahkan pengalaman dan tingkah laku dari seorang
individu hingga dapat terjadi pendidikan).

Oemar Hamalik (2007) mengemukakan, bahwa guru atau tenaga kependidikan merupakan suatu
komponen penting dalam penyelenggaraan pendidikan yang bertugas menyelenggarakan
kegiatan mengajar, melatih, meneliti, mengembangkan, mengelola dan atau memberikan
pelayanan teknis dalam bidang pendidikan.
Dari pendapat para ahli di atas kiranya guru dapat didefinisikan sebagai orang dewasa yang
secara sadar bertanggungjawab dalam mendidik, mengajar dan membimbing peserta didik.n

Orang yang disebut guru adalah orang yang memiliki kemampuan merancang pembelajaran serta
mampu menata dan mengelola kelas agar peserta didik dapat belajar dan pada akhirnya dapat
mencapai tingkat kedewasaan sebagai tujuan akhir dari proses kependidikan.

Dewasa ini sering sekali kita mendengar berita-berita yang memuat tentang guru baik dari koran,
majalah maupun media audio visual . Ironisnya berita tersebut banyak yang cenderung
melecehkan posisi guru baik yang sifatnya menyangkut kepentingan umum sampai kepada hal-
hal yang sifatnya pribadi, sedangkan dari pihak guru sendiri nyaris tidak pernah ada dan tidak
bisa membela diri.

Masyarakat / orang tua murid sering menuduh guru tidak kompeten, jika pura/putrinya tidak bisa
menyelesaikan masalahnya sendiri. Begitupun di kalangan bisnis/industri. Mereka protes karena
kualitas para lulusan dianggapnya kurang memuaskan bagi kepentingan perusahaannya.
Begitupun di kalangan para siswa, mereka yang ada di kota besar khususnya siswa menengah ke
atas, menghormati gurunya hanya karena ingin mendapatkan nilai yang baik dan lulus UAN.
Tentu saja kondisi tersebut kurang kondusif bagi guru. Cepat atau lambat akan merongrong
wibawa guru, bahkan pelan tapi pasti akan menurunkan martabat guru.

Sikap dan prilaku masyarakat tersebut bukan tanpa alasan, karena memang sering kita temui
oknum guru yang melanggar dari kode etiknya. Selain itu kesalahan sekecil apa pun yang
dilakukan guru senantiasa mengundang reaksi masyarakat yang begitu hebat.

Hal ini harus dimaklumi karena dengan sikap demikian itu menunjukkan bahwa memang guru
seyogyanya menjadi panutan bagi masyarakat di sekitarnya.
Dari uraian di atas, maka seorang pendidik atau seseorang yang berprofesi sebagai guru
hendaknya mengerti betul apa sebetulnya profesi guru tersebut.

PROFESI KEGURUAN
Pengertian Profesi Keguruan

Kata Profesi, dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, diartikan sebagai bidang pekerjaan yang
dilandasi pendidikan keahlian (keterampilan, kejuruan, dsb.)tertentu.
Kata Profesi juga diartikan sebagai jabatan yang memerlukan keahlian khusus. Sedangkan guru
diartikan sebagai tenaga pendidik atau orang yang memiliki tugas pokok melaksanakan proses
belajar mengajar (mendidik, mengajar dan melatih). Sehingga Profesi Keguruan diartikan
sebagai Suatu jabatan yang memerlukan keahlian khusus sebagai tenaga pendidik (guru) dan
tidak dapat dilakukan oleh sembarang orang di luar bidang pendidikan.

Nana Sujana (1988) dalam Uzer Usman (1999), mengatakan kata ”Profesional” berasal dari kata
sifat yang berarti pencaharian dan sebagai kata benda yang berarti orang yang mempunyai
keahlian; seperti dokter, guru, hakim dan sebagainya. Dengan kata lain pekerjaan yang bersifat
profesional adalah pekerjaan yang hanya dapat dilakukan oleh mereka yang khusus dipersiapkan
untuk itu dan bukan pekerjaan yang dilakukan oleh mereka yang karena tidak memperoleh
pekerjaan lain.

Dengan bertitik tolak pada pengertian di atas, maka guru profesional adalah orang yang memiliki
kemampuan dan keahlian khusus dalam bidang keguruan sehingga ia mampu melakukan tugas
dan fungsinya sebagai guru dengan kemampuan yang maksimal. Atau dengan kata lain, guru
profesional adalah orang yang terdidik dan terlatih dengan baik serta memiliki penagalaman
yang kaya di bidangnya.

Karena guru merupakan sebuah profesi, maka seorang guru perlu mengetahui dan harus dapat
menerapkan prinsip mengajar agar dapat melaksanakan tugasnya secara profesional. Yaitu
sebagai berikut:

 Guru harus dapat membangkitkan perhatian siswa pada setiap materi pelajaran serta dpat
menggunakan berbagai media dan sumber belajar yang bervariasi.
 Guru harus dapat membangkitkan minat siswa untuk aktif dalam berpikir serta mencari
dan menemukan sendiri pengetahuan.
 Guru harus dapat membuat urutan (sequence) dalam proses pembelajaran disesuaikan
dengan perkembangan siswa.
 Guru harus dapat melakukan apersepsi, artinya menghubungkan pelajaran yang akan
diberikan dengan pengetahuan yang dimiliki siswa, dengan harapan siswa menjadi lebih
mudah memahami pelajaran yang diterimanya.
 Guru harus dapat menjelaskan unit pelajaran secara berulang-ulang hingga tanggapan
siswa menjadi jelas.
 Guru wajib memperhatikan dan memikirkan korelasi antara pelajaran yang diberikan
dengan kehidupan sehari-hari.
 Guru harus menjaga konsentrasi belajar siswa, dengan cara memberikan pengalaman
secara langsung, mengamati/meneliti, dan menyimpulkan pengetahuan yang didapatnya.
 Guru harus mengembangkan sikap siswa dalam membina hubungan sosial, baik dalam
kelas maupun di luar kelas.
 Guru harus menyelidiki dan mendalami perbedaan siswa secara individual agar dapat
melayani siswa sesuai dengan perbedaannya.
 Guru harus dapat melaksanakan evaluasi yang efektif serta menggunakan hasilnya untuk
mengetahui prestasi dan kemajuan siswa serta dapat melakukan perbaikan dan
pengembangan.

Seiring dengan perkembangan zaman yang disertai dengan kemajuan teknologi, guru tidak lagi
hanya bertindak sebagai penyaji informasi, tetapi juga harus mampu bertindak sebagai fasilitator,
motivator dan pembimbing yang lebih banyak memberikan kesempatan kepada para siswa untuk
mencari dan mengolah sendiri informasi. Dengan demikian, keahlian guru harus terus
dikembangkan dan tidak hanya terbatas pada penguasaan prinsip mengajar seperti telah
diuraikan.
Dari uraian di atas, maka cukup jelas bahwa seorang yang berkeinginan maupun yang telah
menjadi guru harus betul-betul memahami profesi ini dengan pasti. Selanjutnya dalam
melakukan kewenangan profesionalnya, guru dituntut memiliki seperangkat kemampuan
(competency) yang beraneka ragam.

Di bawah ini akan diuraikan beberapa komponen persyaratan profesi keguruan, sehingga
mengantarkan seorang guru menjadi guru yang ideal.

Persyaratan Profesi

Mengingat tugas dan tanggungjawab guru yang begitu kompleksnya, maka profesi ini
memerlukan persyaratan khusus berikut ini:

o       Menuntut adanya keterampilan yang berdasarkan konsep dan teori ilmu pengetahuan yang
mendalam.

o       Menekankan pada suatu keahlian dalam bidang tertentu sesuai dengan bidang profesinya.

o       Menuntut adanya tingkat pendidikan keguruan yang memadai.


Adanya kepekaan terhadap dampak kemasyarakatan dari pekerjaan yang dilaksanakannya.

Memungkinkan perkembangan sejalan dengan dinamika kehidupan.


Selain persyaratan di atas, Uzer Usman (1999) menambahkan masih ada persyaratan yang harus
dipenuhi oleh setiap pekerjaan yang tergolong ke dalam suatu profesi antara lain :

o       Memiliki kode etik, sebagai acuan dalam melaksanakan tugas dan fungsinya.
Memiliki klien / objek layanan yang tetap, seperti dokter dengan pasiennya, guru dan muridnya.

o       Diakui oleh masyarakat karena memang diperlukan jasanya di masyarakat.

Dalam bukunya Profesi Keguruan, Hamzah Uno (2007), menambahkan tidak sembarang orang
dapat melaksanakan tugas profesional sebagai guru. Untuk menjadi guru haruslah memenuhi
syarat-syarat yang ditetapkan oleh pemerintah. Seperti berikut ini :

v     Guru harus berijazah, maksudnya ijazah yang dapat memberi kewenangan untuk
menjalankan tugas sebagai seorang guru disuatu sekolah tertentu.
Guru harus sehat rohani jasmani. Syarat ini merupakan syarat mutlak yang tidak dapat diabaikan.
v     Guru harus bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berkelakuan baik. Sesuai dengan
tujuan pendidikan, yaitu membentuk manusia susila yang bertakwa kepada Tuhan Yang Maha
Esa.

v     Guru haruslah orang yang bertanggungjawab. Tanggungjawab guru adalah sebagai pendidik,
pembelajar dan pembimbing serta menjaga keharmonisan dalam hubungannya dengan
lingkungan disekitarnya.

v     Guru Indonesia harus berjiwa nasional. Hal ini diperlukan agar tertanamnya jiwa nasional
pada setiap siswa.
Syarat-syarat di atas merupakan syarat umum yang berhubungan dengan profesi guru. Selain itu
ada pula syarat lain yang erat hubungannya dengan tugas guru di sekolah, sebagai berikut:

1.   Harus adil dan dapat dipercaya.

2.   Sabar, rela berkorban, dan menyayangi peserta didiknya.

3.   Memiliki kewibawaan dan tanggungjawab akademis

4.   Bersikap baik kepada rekan guru, staf sekolah, dan masyarakat.

5.   Harus memiliki wawasan pengetahuan yang luas dan menguasai benar mata pelajaran yang
dibinanya.

6.   Harus selalu berintrospeksi diri dan siap menerima kritik dari siapa pun.

7.   Harus berupaya meningkatkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi.

Kode Etik Profesi

Suatu profesi dilaksanakan oleh profesional dengan mempergunakan prilaku yang memenuhi
norma-norma etik profesi. Etik adalah sistem nilai yang menyatakan apa yang benar dan apa
yang salah, apa yang boleh dilakukan dan apa yang tidak boleh dilakukan.

Etik berkaitan dengan kebenaran, kebaikan dan sifat wajib atau keharusan suatu perbuatan. Etik
secara langsung menanyakan jenis perbuatan apa yang benar atau apa yang salah, baik atau
buruk, seharusnya atau tidak seharusnya dilakukan. Kode etik adalah kumpulan norma-norma
yang merupakan pedoman perilaku profesional dalam melaksanakan profesinya.

Secara umum kode etik profesi dikemukakan oleh Michael D. Bayles (1981) dalam diktat
Pengembangan Profesional dan Penunjuk penulisan Ilmiah (2001) sebagai berikut :
1.      Kewajiban adalah norma-norma yang berisi apa yang benar dan apa yang salah untuk
dilakukan. Peraturan menyatakan kewajiban-kewajiban yang menentukan perbuatan yang tidak
boleh menyimpang.

2.      Izin yaitu pemberian izin atau permisi untuk tidak melakukan sesuatu yang bertentangan
dengan kewajiban profesi. Misalnya seorang profesional diizinkan untuk menolak permintaan
klien yang mengusulkan perbuatan amoral atau bertentangan dengan norma-norma profesi.

3.      Kode etik profesi dalam pelaksanaannya diawasi oleh organisasi profesi dan lembaga-
lembaga judikasi lainnya mendorong pelaksanaan profesi dengan baik tanpa pengawasan
pelaksanaan kode etik tidak ada manfaatnya.

Dr. Kartini K, menambahkan seseorang memutuskan dirinya untuk menjadi profesional pada
bidangnya, maka ada beberapa kriteria yang harus dipenuhi :

v     Harus memiliki satu atau beberapa kelebihan dalam pengetahuan, keterampilan sosial,
kemahiran teknis serta pengalaman.

v     Kompeten melakukan kewajiban dan tugas-tugasnya.

v     Mampu bersikap dewasa dan susila. Sehingga dia selalu bertanggungjawab secar etis/susila,
mampu membedakan hal-hal yang baik dari yang buruk, dan memiliki tanggungjawab sosial
yang tinggi.

v     Memiliki kemampuan mengontrol diri: yaitu mengontrol pikiran, emosi, keinginan dan
segenap perbuatannya, disesuaikan dengan norma-norma kebaikan.

v     Selalu melandaskan diri pada nilai-nilai etis (kesusilaan, kebaikan)

v     Adanya kontrol diri dan kontrol sosial. Oleh karenanya segala kesalahan harus segera
dibetulkan. Pelanggaran-pelanggaran dihukum dan ditindak dengan tegas.
Secara khusus di bawah ini ada beberapa kode etik guru yang wajib diketahui dan dilaksanakan
oleh guru di Indonesia. Guru Indonesia harus berjiwa pancasila dan setia pada UUD 1945, turut
bertanggungjawab atas terwujudnya cita-cita Proklamasi Kemerdekaan 1945.

Kode Etik Guru

1. Guru berbakti membimbing siswa untuk membentuk manusia Indonesia seutuhnya yang
berjiwa pancasila.
2. Guru memiliki dan melaksanakan kejujuran profesional.
3. Guru berusaha memperoleh informasi tentang siswa sebagai bahan melakukan bimbingan
dan pembinaan.
4. Guru menciptakan suasana sekolah sebaik-baiknya yang menunjang hasilnya proses
belajar mengajar.
5. Guru memelihara hubungan baik dengan orang tua siswa dan masyarakat sekitarnya
untuk membina peran serta dan rasa tanggungjawab bersama terhadap pendidikan.
6. Guru secara pribadi dan bersama-sama mengembangkan dan meningkatkan mutu dan
martabat profesinya.
7. Guru memelihara hubungan seprofesi, semangat kekeluargaan, dan kesetiakawanan
sosial.
8. Guru secara bersama-sama memelihara dan meningkatkan mutu organisasi PGRI sebagai
sarana perjuangan dan pengabdian.
9. Guru melaksanakan segala kebijaksanaan pemerintah dalam bidang pendidikan.

Organisasi Profesi

Para Profesional memerlukan organisasi profesi, sebab aspirasi mereka baik mengenai idealisme
maupun kesejahteraan yang merupakan implikasi dari tuntutan kompetensi tugas, sering kali
memerlukan perjuangan bersama. Aksi bersama sering kali lebih efektif untuk meningkatkan
kekuatan para anggota ketimbang aksi perorangan.

Organisasi profesi keguruan yang paling populer di Indonesia adalah Persatuan Guru Republik
Indonesia (PGRI) yang merupakan sarana perjuangan dan pengabdian guru. PGRI ini lahir pada
tanggal 25 Nov 1945.

Organisasi lainnya yang berhubungan dengan profesi keguruan ini adalah Musyawarah Guru
Mata Pelajaran (MPGM), wadah ini biasanya membahas berbagai hal yang berhubungan dengan
penigkatan proses pembelajaran dan berbagai permasalahannya bagi masing-masing mata
pelajaran.

Wadah lainnya yang membidangi dan memayungi sarjana pendidikan yaitu Ikatan Sarjana
Pendidikan Indonesia (ISPI). Dimana wadah ini berfungsi sebagai pemersatu seluruh sarjana
pendidikan di Indonesia.
Berbagai organisasi ini pada hakikatnya memiliki tujuan yang sama agar setiap aspirasi guru
baik mengenai idealisme, maupun kesejahteraan yang merupakan implikasi dari tuntutan
kompetensi tugas, dapat diperjuangkan secara bersama-sama.

KESIMPULAN

Profesi Keguruan diartikan sebagai Suatu jabatan yang memerlukan keahlian khusus sebagai
tenaga pendidik (guru) dan tidak dapat dilakukan oleh sembarang orang di luar bidang
pendidikan. Pengertian ini mengandung implikasi bahwa profesi keguruan hanya dapat
dilakukan oleh orang-orang yang secara khusus dipersiapkan untuk menjadi guru. Dengan kata
lain, profesi ini bukan pekerjaan yang dilakukan oleh mereka yang karena tidak memperoleh
pekerjaan.

Dalam melaksanaan tugasnya secara profesional, maka ada banyak hal yang harus diketahui dan
dilaksanakan oleh guru. Diantaranya yang berhubungan dengan profesi keguruan yaitu prinsip
mengajar, syarat profesi, kode etik guru, dan organisasi profesi.
Dengan masuknya bidang pekerjaan guru sebagai sebuah profesi, maka guru memegang peranan
penting dalam melaksanakan tugasnya untuk mencapai tujuan pendidikan baik secara makro,
yaitu tujuan pendidikan nasional maupun secara mikro dalam proses belajar mengajar.

« Pengertian Bimbingan Konseling

Leave a Reply

Bimbingan Konseling adalah layanan/bantuan yang diberikan kepada peserta didik baik
perorangan maupun kelompok agar mampu berdiri dan berkembang secara optimal dalam bidang
pribadi, sosial, belajar, karir, keluarga dan keagamaan melalui berbagai jenis layanan dan
kegiatan pendukung berdasarkan norma-norma yang berlaku :

Dari pengertian di atas maka hal-hal pokok dari pengertian itu adalah :

 Bimbingan dan konseling adalah kegiatan layanan/bantuan.


 Dilakukan terhadap perorangan atau kelompok.
 Memiliki arah untuk membantu peserta didik dapat menjalani kehidupan sehari-hari
sehingga ia tumbuh berkembang secara optimal.
 Bimbingan berupa pribadi, sosial, belajar, karir, keluarga dan keberagamaan.
 Bersadasarkan satuan pelayanan dan kegiatan pendukung.
 Diberikan berdasarkan norma-norma yang berlaku.

« Bimbingan dan Konseling Bagi Anak Yang Berkebutuhan Khusus (Gifted)


KONSEP PROFESI KEGURUAN »

Leave a Reply

Your email

Posted by raf on March 21st, 2011 | No Comments

Posted in Materi Kuliah, Pendidikan

Sering kali kita mendengar istilah profesi atau professional. Seseorang mengatakan bahwa
profesinya sebagai seorang dokter, pengacara, arsitek atau ada pula yang mengatakan profesinya
seorang guru, malah ada yang berkata kalau profesinya pedagang, penyanyi, atlet dan lain-lain.

Kalau diamati dengan cermat bermacam-macam profesi yang disebutkan di atas, belum dapat
dilihat dengan jelas apa yang menjadi criteria bagi suatu pekerjaan sehingga dapat disebut
sebagai suatu profesi. Kelihatannya criteria dapat bergerak dari segi pendidikan formal yang
diperlukan bagi seseorang untuk mendapatkan suatu profesi, sampai kepafa kekmampuan yang
dituntut seseorang dalam melaksanakan tugasnya. Dokter dan arsitek harus melalui pendidikan
tinggi yang cukup lama dan menjalankan pelatihan dalam bentuk magang yang juga memerlukan
waktu yang tidak sedikit sebelum mereka diijinkan memangku jabatannya, dan juga dituntut
untuk selalu meningkatkan pengetahuan dan keterampilan mereka dengan tujuan meningkatkan
kualitas layanannya kepada public.
Dilain sisi, untuk menjadi pedagang atau petinju misalnya, mungkin tidak diperlukan pendidikan
tinggi, malah pendidikan khusus sebelum memangku jabatan itu pun tidak perlu, meskipun
latihan, baik sebelum atau setelah menjabatnya, tentu saja juga diperlukan. Oleh sebab itu agar
tidak menimbulkan kerancuan dalam pembicaraan selanjutnya harus diperjelas pengertian
profesi itu sendiri.

PENGERTIAN DAN SYARAT PROFESI

Profesionalisme merupakan suatu tingkah laku, suatu tujuan atau suatu rangkaian kualitas yang
menandai atau melukiskan coraknya suatu “profesi”. Profesionalisme mengandung pula
pengertian menjalankan suatu profesi untuk keuntungan atau
sebagai sumber penghidupan.

Di samping istilah profesionalisme, ada istilah yaitu profesi. Profesi sering kita artikan dengan
“pekerjaan” atau “job” kita sehari-hari. Tetapi dalam kata profession yang berasal dari
perbendaharaan Anglo Saxon tidak hanya terkandung pengertian “pekerjaan” saja.

Profesi mengharuskan tidak hanya pengetahuan dan keahlian khusus melalui persiapan dan
latihan, tetapi dalam arti “profession” terdapat juga suatu “panggilan”.
Dengan begitu, maka arti “profession” mengandung dua unsur. Pertama unsur keahlian dan
kedua unsur panggilan. Sehingga seorang “profesional” harus memadukan dalam diri pribadinya
kecakapan teknik yang diperlukan untuk menjalankan pekerjaannya, dan juga kematangan etik.
Penguasaan teknik saja tidak membuat seseorang menjadi “profesional”. Kedua-duanya harus
menyatu.

Banyak yang mengatakan bahwa mengajar adalah suatu profesi. Pertanyaannya apakah yang
dimaksud dengan profesi, dan syarat serta criteria apa yang harus dipenuhi agar suatu jabatan
dapat disebut sebagai sebuah profesi. Ornstein dan Levine menyatakan bahwa profesi itu adalah
jabatan yang sesuai dengan pengertian profesi di bawah ini :

Pengertian Profesi

1. Melayani masyarakat, merupakan karier yang akan dilaksanakan sepanjang hidupnya


(tidak berganti pekerjaan).
2. Memerlukan bidang ilmu dan keterampilan tertentu di luar jangkauan khalayak ramai
dalam artian tidak semua orang dapat melakukannya.
3. Menggunakan hasil penelitian dan aplikasi dari teori ke praktek atau teori baru
dikembangkan dari hasil penelitian.
4. Memerlukan pelatihan khusus dengan waktu yang panjang.
5. Terkendali berdasarkan lisensi baku dan atau mempunyai persyaratan masuk (untuk
menduduki jabatan tersebut memerlukan lisensi dan syarat khusus yang ditentukan).
6. Otonomi dalam membuat keputusan tentang ruang lingkup kerja tertentu (tidak diatur
oleh pihak luar atau pihak lain).
7. Menerima tanggung jawab terhadap keputusan yang diambil dan kinerja yang
ditampilkan yang berhubungan dengan layanan yang diberikan. Mempunyai sekumpulan
standar kerja yang baku.
8. Memiliki komitmen terhadap jabatan dan klien dengan penekanan terhadap layanan yang
diberikan.
9. Menggunakan administrator untuk memudahkan profesinya relative bebas dari supervise
dalam jabatan (misalnya dokter memakai tenaga administrasi untuk mendata klien).
10. Mempunyai organisai yang diatur anggota profesi sendiri.
11. Mempunyai asosiasi profesi atau kelompok elite untuk mengetahui dan mengakui
keberhasilan anggotanya.
12. Mempunyai kode etik untuk menjelaskan hal-hal yang meragukan atau menyangsikan
yang berhubungan dengan layanan yang diberikan.
13. Mempunyai kadar kepercayaan yang tinggi dari public dan kepercayaan diri setiap
anggotanya.
14. Mempunyai status social dan ekonomi yang tinggi.

Berdasar acuan di atas maka pedagang, penyanyi, penari atau bahakan tukang Koran jelaslah
bukan sebuah profesi.

Ciri-Ciri Profesionalisme

Di bawah ini dikemukakan beberapa ciri profesionalisme

1.      Profesionalisme menghendaki sifat mengejar kesempurnaan hasil (perfect result), sehingga
kita di tuntut untuk selalu mencari peningkatan mutu.

2.      Profesionalisme memerlukan kesungguhan dan ketelitian kerja yang hanya dapat diperoleh
melalui pengalaman dan kebiasaan.

3.      Profesionalisme menuntut ketekunan dan ketabahan, yaitu sifat tidak mudah puas atau
putus asa sampai hasil tercapai.

4.      Profesionalisme memerlukan integritas tinggi yang tidak tergoyahkan oleh “keadaan
terpaksa” atau godaan iman seperti harta dan kenikmatan hidup.

5.      Profesionalisme memerlukan adanya kebulatan fikiran dan perbuatan, sehingga terjaga
efektivitas kerja yang tinggi.
Ciri di atas menunjukkan bahwa tidaklah mudah menjadi seorang pelaksana profesi yang
profesional, harus ada kriteria-kriteria tertentu yang mendasarinya. Lebih jelas lagi bahwa
seorang yang dikatakan profesional adalah mereka yang sangat kompeten atau memiliki
kompetensi-kompetensi tertentu yang mendasari kinerjanya.

Yang akan dibahas selanjutnya adalah JABATAN GURU. Apakah jabatan guru dapat disebut
sebagai suatu profesi?

Pengertian dan syarat-syarat profesi keguruan

Definisi yang sering kita dengar setiap hari dari guru adalah orang yang harus digugu dan ditiru,
yaitu orang yang memiliki kharisma atau wibawa hingga perlu untuk ditiru dan diteladani.
Mengutip pendapatnya Laurence dkk. Dalam Uno (2007) :”Theacher is professional person who
conduct classes”. (Guru adalah seorang yang mempunyai kemampuan dalam menata dan
mengelola kelas).

Sedangkan menurut Jean D. Grambs dkk. dalam Uno (2007), “Teacher are those persons who
consciously direct the experiences and behavior of an individual so that education takes places.”
(Guru adalah mereka yang secara sadar mengarahkan pengalaman dan tingkah laku dari seorang
individu hingga dapat terjadi pendidikan).

Oemar Hamalik (2007) mengemukakan, bahwa guru atau tenaga kependidikan merupakan suatu
komponen penting dalam penyelenggaraan pendidikan yang bertugas menyelenggarakan
kegiatan mengajar, melatih, meneliti, mengembangkan, mengelola dan atau memberikan
pelayanan teknis dalam bidang pendidikan.

Dari pendapat para ahli di atas kiranya guru dapat didefinisikan sebagai orang dewasa yang
secara sadar bertanggungjawab dalam mendidik, mengajar dan membimbing peserta didik.n

Orang yang disebut guru adalah orang yang memiliki kemampuan merancang pembelajaran serta
mampu menata dan mengelola kelas agar peserta didik dapat belajar dan pada akhirnya dapat
mencapai tingkat kedewasaan sebagai tujuan akhir dari proses kependidikan.

Dewasa ini sering sekali kita mendengar berita-berita yang memuat tentang guru baik dari koran,
majalah maupun media audio visual . Ironisnya berita tersebut banyak yang cenderung
melecehkan posisi guru baik yang sifatnya menyangkut kepentingan umum sampai kepada hal-
hal yang sifatnya pribadi, sedangkan dari pihak guru sendiri nyaris tidak pernah ada dan tidak
bisa membela diri.
Masyarakat / orang tua murid sering menuduh guru tidak kompeten, jika pura/putrinya tidak bisa
menyelesaikan masalahnya sendiri. Begitupun di kalangan bisnis/industri. Mereka protes karena
kualitas para lulusan dianggapnya kurang memuaskan bagi kepentingan perusahaannya.
Begitupun di kalangan para siswa, mereka yang ada di kota besar khususnya siswa menengah ke
atas, menghormati gurunya hanya karena ingin mendapatkan nilai yang baik dan lulus UAN.
Tentu saja kondisi tersebut kurang kondusif bagi guru. Cepat atau lambat akan merongrong
wibawa guru, bahkan pelan tapi pasti akan menurunkan martabat guru.

Sikap dan prilaku masyarakat tersebut bukan tanpa alasan, karena memang sering kita temui
oknum guru yang melanggar dari kode etiknya. Selain itu kesalahan sekecil apa pun yang
dilakukan guru senantiasa mengundang reaksi masyarakat yang begitu hebat.

Hal ini harus dimaklumi karena dengan sikap demikian itu menunjukkan bahwa memang guru
seyogyanya menjadi panutan bagi masyarakat di sekitarnya.
Dari uraian di atas, maka seorang pendidik atau seseorang yang berprofesi sebagai guru
hendaknya mengerti betul apa sebetulnya profesi guru tersebut.

PROFESI KEGURUAN
Pengertian Profesi Keguruan

Kata Profesi, dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, diartikan sebagai bidang pekerjaan yang
dilandasi pendidikan keahlian (keterampilan, kejuruan, dsb.)tertentu.
Kata Profesi juga diartikan sebagai jabatan yang memerlukan keahlian khusus. Sedangkan guru
diartikan sebagai tenaga pendidik atau orang yang memiliki tugas pokok melaksanakan proses
belajar mengajar (mendidik, mengajar dan melatih). Sehingga Profesi Keguruan diartikan
sebagai Suatu jabatan yang memerlukan keahlian khusus sebagai tenaga pendidik (guru) dan
tidak dapat dilakukan oleh sembarang orang di luar bidang pendidikan.

Nana Sujana (1988) dalam Uzer Usman (1999), mengatakan kata ”Profesional” berasal dari kata
sifat yang berarti pencaharian dan sebagai kata benda yang berarti orang yang mempunyai
keahlian; seperti dokter, guru, hakim dan sebagainya. Dengan kata lain pekerjaan yang bersifat
profesional adalah pekerjaan yang hanya dapat dilakukan oleh mereka yang khusus dipersiapkan
untuk itu dan bukan pekerjaan yang dilakukan oleh mereka yang karena tidak memperoleh
pekerjaan lain.

Dengan bertitik tolak pada pengertian di atas, maka guru profesional adalah orang yang memiliki
kemampuan dan keahlian khusus dalam bidang keguruan sehingga ia mampu melakukan tugas
dan fungsinya sebagai guru dengan kemampuan yang maksimal. Atau dengan kata lain, guru
profesional adalah orang yang terdidik dan terlatih dengan baik serta memiliki penagalaman
yang kaya di bidangnya.

Karena guru merupakan sebuah profesi, maka seorang guru perlu mengetahui dan harus dapat
menerapkan prinsip mengajar agar dapat melaksanakan tugasnya secara profesional. Yaitu
sebagai berikut:
 Guru harus dapat membangkitkan perhatian siswa pada setiap materi pelajaran serta dpat
menggunakan berbagai media dan sumber belajar yang bervariasi.
 Guru harus dapat membangkitkan minat siswa untuk aktif dalam berpikir serta mencari
dan menemukan sendiri pengetahuan.
 Guru harus dapat membuat urutan (sequence) dalam proses pembelajaran disesuaikan
dengan perkembangan siswa.
 Guru harus dapat melakukan apersepsi, artinya menghubungkan pelajaran yang akan
diberikan dengan pengetahuan yang dimiliki siswa, dengan harapan siswa menjadi lebih
mudah memahami pelajaran yang diterimanya.
 Guru harus dapat menjelaskan unit pelajaran secara berulang-ulang hingga tanggapan
siswa menjadi jelas.
 Guru wajib memperhatikan dan memikirkan korelasi antara pelajaran yang diberikan
dengan kehidupan sehari-hari.
 Guru harus menjaga konsentrasi belajar siswa, dengan cara memberikan pengalaman
secara langsung, mengamati/meneliti, dan menyimpulkan pengetahuan yang didapatnya.
 Guru harus mengembangkan sikap siswa dalam membina hubungan sosial, baik dalam
kelas maupun di luar kelas.
 Guru harus menyelidiki dan mendalami perbedaan siswa secara individual agar dapat
melayani siswa sesuai dengan perbedaannya.
 Guru harus dapat melaksanakan evaluasi yang efektif serta menggunakan hasilnya untuk
mengetahui prestasi dan kemajuan siswa serta dapat melakukan perbaikan dan
pengembangan.

Seiring dengan perkembangan zaman yang disertai dengan kemajuan teknologi, guru tidak lagi
hanya bertindak sebagai penyaji informasi, tetapi juga harus mampu bertindak sebagai fasilitator,
motivator dan pembimbing yang lebih banyak memberikan kesempatan kepada para siswa untuk
mencari dan mengolah sendiri informasi. Dengan demikian, keahlian guru harus terus
dikembangkan dan tidak hanya terbatas pada penguasaan prinsip mengajar seperti telah
diuraikan.

Dari uraian di atas, maka cukup jelas bahwa seorang yang berkeinginan maupun yang telah
menjadi guru harus betul-betul memahami profesi ini dengan pasti. Selanjutnya dalam
melakukan kewenangan profesionalnya, guru dituntut memiliki seperangkat kemampuan
(competency) yang beraneka ragam.

Di bawah ini akan diuraikan beberapa komponen persyaratan profesi keguruan, sehingga
mengantarkan seorang guru menjadi guru yang ideal.

Persyaratan Profesi

Mengingat tugas dan tanggungjawab guru yang begitu kompleksnya, maka profesi ini
memerlukan persyaratan khusus berikut ini:
o       Menuntut adanya keterampilan yang berdasarkan konsep dan teori ilmu pengetahuan yang
mendalam.

o       Menekankan pada suatu keahlian dalam bidang tertentu sesuai dengan bidang profesinya.

o       Menuntut adanya tingkat pendidikan keguruan yang memadai.


Adanya kepekaan terhadap dampak kemasyarakatan dari pekerjaan yang dilaksanakannya.

Memungkinkan perkembangan sejalan dengan dinamika kehidupan.


Selain persyaratan di atas, Uzer Usman (1999) menambahkan masih ada persyaratan yang harus
dipenuhi oleh setiap pekerjaan yang tergolong ke dalam suatu profesi antara lain :

o       Memiliki kode etik, sebagai acuan dalam melaksanakan tugas dan fungsinya.
Memiliki klien / objek layanan yang tetap, seperti dokter dengan pasiennya, guru dan muridnya.

o       Diakui oleh masyarakat karena memang diperlukan jasanya di masyarakat.

Dalam bukunya Profesi Keguruan, Hamzah Uno (2007), menambahkan tidak sembarang orang
dapat melaksanakan tugas profesional sebagai guru. Untuk menjadi guru haruslah memenuhi
syarat-syarat yang ditetapkan oleh pemerintah. Seperti berikut ini :

v     Guru harus berijazah, maksudnya ijazah yang dapat memberi kewenangan untuk
menjalankan tugas sebagai seorang guru disuatu sekolah tertentu.
Guru harus sehat rohani jasmani. Syarat ini merupakan syarat mutlak yang tidak dapat diabaikan.

v     Guru harus bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berkelakuan baik. Sesuai dengan
tujuan pendidikan, yaitu membentuk manusia susila yang bertakwa kepada Tuhan Yang Maha
Esa.

v     Guru haruslah orang yang bertanggungjawab. Tanggungjawab guru adalah sebagai pendidik,
pembelajar dan pembimbing serta menjaga keharmonisan dalam hubungannya dengan
lingkungan disekitarnya.

v     Guru Indonesia harus berjiwa nasional. Hal ini diperlukan agar tertanamnya jiwa nasional
pada setiap siswa.
Syarat-syarat di atas merupakan syarat umum yang berhubungan dengan profesi guru. Selain itu
ada pula syarat lain yang erat hubungannya dengan tugas guru di sekolah, sebagai berikut:

1.   Harus adil dan dapat dipercaya.


2.   Sabar, rela berkorban, dan menyayangi peserta didiknya.

3.   Memiliki kewibawaan dan tanggungjawab akademis

4.   Bersikap baik kepada rekan guru, staf sekolah, dan masyarakat.

5.   Harus memiliki wawasan pengetahuan yang luas dan menguasai benar mata pelajaran yang
dibinanya.

6.   Harus selalu berintrospeksi diri dan siap menerima kritik dari siapa pun.

7.   Harus berupaya meningkatkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi.

Kode Etik Profesi

Suatu profesi dilaksanakan oleh profesional dengan mempergunakan prilaku yang memenuhi
norma-norma etik profesi. Etik adalah sistem nilai yang menyatakan apa yang benar dan apa
yang salah, apa yang boleh dilakukan dan apa yang tidak boleh dilakukan.

Etik berkaitan dengan kebenaran, kebaikan dan sifat wajib atau keharusan suatu perbuatan. Etik
secara langsung menanyakan jenis perbuatan apa yang benar atau apa yang salah, baik atau
buruk, seharusnya atau tidak seharusnya dilakukan. Kode etik adalah kumpulan norma-norma
yang merupakan pedoman perilaku profesional dalam melaksanakan profesinya.

Secara umum kode etik profesi dikemukakan oleh Michael D. Bayles (1981) dalam diktat
Pengembangan Profesional dan Penunjuk penulisan Ilmiah (2001) sebagai berikut :

1.      Kewajiban adalah norma-norma yang berisi apa yang benar dan apa yang salah untuk
dilakukan. Peraturan menyatakan kewajiban-kewajiban yang menentukan perbuatan yang tidak
boleh menyimpang.

2.      Izin yaitu pemberian izin atau permisi untuk tidak melakukan sesuatu yang bertentangan
dengan kewajiban profesi. Misalnya seorang profesional diizinkan untuk menolak permintaan
klien yang mengusulkan perbuatan amoral atau bertentangan dengan norma-norma profesi.

3.      Kode etik profesi dalam pelaksanaannya diawasi oleh organisasi profesi dan lembaga-
lembaga judikasi lainnya mendorong pelaksanaan profesi dengan baik tanpa pengawasan
pelaksanaan kode etik tidak ada manfaatnya.

Dr. Kartini K, menambahkan seseorang memutuskan dirinya untuk menjadi profesional pada
bidangnya, maka ada beberapa kriteria yang harus dipenuhi :

v     Harus memiliki satu atau beberapa kelebihan dalam pengetahuan, keterampilan sosial,
kemahiran teknis serta pengalaman.
v     Kompeten melakukan kewajiban dan tugas-tugasnya.

v     Mampu bersikap dewasa dan susila. Sehingga dia selalu bertanggungjawab secar etis/susila,
mampu membedakan hal-hal yang baik dari yang buruk, dan memiliki tanggungjawab sosial
yang tinggi.

v     Memiliki kemampuan mengontrol diri: yaitu mengontrol pikiran, emosi, keinginan dan
segenap perbuatannya, disesuaikan dengan norma-norma kebaikan.

v     Selalu melandaskan diri pada nilai-nilai etis (kesusilaan, kebaikan)

v     Adanya kontrol diri dan kontrol sosial. Oleh karenanya segala kesalahan harus segera
dibetulkan. Pelanggaran-pelanggaran dihukum dan ditindak dengan tegas.
Secara khusus di bawah ini ada beberapa kode etik guru yang wajib diketahui dan dilaksanakan
oleh guru di Indonesia. Guru Indonesia harus berjiwa pancasila dan setia pada UUD 1945, turut
bertanggungjawab atas terwujudnya cita-cita Proklamasi Kemerdekaan 1945.

Kode Etik Guru

1. Guru berbakti membimbing siswa untuk membentuk manusia Indonesia seutuhnya yang
berjiwa pancasila.
2. Guru memiliki dan melaksanakan kejujuran profesional.
3. Guru berusaha memperoleh informasi tentang siswa sebagai bahan melakukan bimbingan
dan pembinaan.
4. Guru menciptakan suasana sekolah sebaik-baiknya yang menunjang hasilnya proses
belajar mengajar.
5. Guru memelihara hubungan baik dengan orang tua siswa dan masyarakat sekitarnya
untuk membina peran serta dan rasa tanggungjawab bersama terhadap pendidikan.
6. Guru secara pribadi dan bersama-sama mengembangkan dan meningkatkan mutu dan
martabat profesinya.
7. Guru memelihara hubungan seprofesi, semangat kekeluargaan, dan kesetiakawanan
sosial.
8. Guru secara bersama-sama memelihara dan meningkatkan mutu organisasi PGRI sebagai
sarana perjuangan dan pengabdian.
9. Guru melaksanakan segala kebijaksanaan pemerintah dalam bidang pendidikan.

Organisasi Profesi

Para Profesional memerlukan organisasi profesi, sebab aspirasi mereka baik mengenai idealisme
maupun kesejahteraan yang merupakan implikasi dari tuntutan kompetensi tugas, sering kali
memerlukan perjuangan bersama. Aksi bersama sering kali lebih efektif untuk meningkatkan
kekuatan para anggota ketimbang aksi perorangan.
Organisasi profesi keguruan yang paling populer di Indonesia adalah Persatuan Guru Republik
Indonesia (PGRI) yang merupakan sarana perjuangan dan pengabdian guru. PGRI ini lahir pada
tanggal 25 Nov 1945.

Organisasi lainnya yang berhubungan dengan profesi keguruan ini adalah Musyawarah Guru
Mata Pelajaran (MPGM), wadah ini biasanya membahas berbagai hal yang berhubungan dengan
penigkatan proses pembelajaran dan berbagai permasalahannya bagi masing-masing mata
pelajaran.

Wadah lainnya yang membidangi dan memayungi sarjana pendidikan yaitu Ikatan Sarjana
Pendidikan Indonesia (ISPI). Dimana wadah ini berfungsi sebagai pemersatu seluruh sarjana
pendidikan di Indonesia.
Berbagai organisasi ini pada hakikatnya memiliki tujuan yang sama agar setiap aspirasi guru
baik mengenai idealisme, maupun kesejahteraan yang merupakan implikasi dari tuntutan
kompetensi tugas, dapat diperjuangkan secara bersama-sama.

KESIMPULAN

Profesi Keguruan diartikan sebagai Suatu jabatan yang memerlukan keahlian khusus sebagai
tenaga pendidik (guru) dan tidak dapat dilakukan oleh sembarang orang di luar bidang
pendidikan. Pengertian ini mengandung implikasi bahwa profesi keguruan hanya dapat
dilakukan oleh orang-orang yang secara khusus dipersiapkan untuk menjadi guru. Dengan kata
lain, profesi ini bukan pekerjaan yang dilakukan oleh mereka yang karena tidak memperoleh
pekerjaan.

Dalam melaksanaan tugasnya secara profesional, maka ada banyak hal yang harus diketahui dan
dilaksanakan oleh guru. Diantaranya yang berhubungan dengan profesi keguruan yaitu prinsip
mengajar, syarat profesi, kode etik guru, dan organisasi profesi.
Dengan masuknya bidang pekerjaan guru sebagai sebuah profesi, maka guru memegang peranan
penting dalam melaksanakan tugasnya untuk mencapai tujuan pendidikan baik secara makro,
yaitu tujuan pendidikan nasional maupun secara mikro dalam proses belajar mengajar.

Berdasarkan sejarah perkembangan pandangan masyarakat terhadap anak-anak berkebutuhan


khusus (ABK) maka dapat dicatat bahwa kebutuhan anak-anak berkebutuhan khusus dan
keluarganya masih banyak yang terabaikan selama bertahun-tahun hingga saat ini. Sejarah juga
mencatat bagaimana tanggapan sebagian besar masyarakat terhadap keberadaan anak-anak
tersebut dan keluarganya. Sebagian besar masyarakat masih ada yang menganggap kecacatan
atau kelainan yang disandang oleh anak berkebutuhan khusus sebagai kutukan, penyakit
menular, gila, dan lain-lain. Akibat dari itu maka ABK dan keluarga ada yang dikucilkan oleh
masyarakatnya. Ada diantara ABK sendiri yang menarik diri tidak mau berbaur dengan
masyarakat karena merasa cemas dan terancam.
Kondisi tersebut tentunya membawa dampak langsung maupun tidak langsung terhadap tumbuh
kembang ABK, bahkan terhadap keluarganya (kedua orangtuanya). Thompson dkk. (2004)
menyatakan bahwa pandangan atau penilain negative dari lingkungan terhadap ABK dan
keluarganya merupakan tantangan terbesar selain kecacatan yang disandang oleh ABK itu
sendiri dan dampaknya dapat dirasakan langsung oleh yang bersangkutan beserta keluarganya.
Bahkan cara pandang masyarakat yang negative menjadi stigma yang berkepanjangan (Rahardja,
2006). Dampak yang jelas sering ditemui adalah terhadap konsep diri, prestasi belajar,
perkembangan fisik, dan perilaku menyimpang. Sebagaimana yang dinyatakan oleh Thompson
….(2004) bahwa pandangan negative dari masyarakat terhadap kecacatan menyebabkan citra diri
yang negative dari ABK.
Sehingga persoalan yang dihadapi oleh anak berkebutuhan khusus menjadi semakin bertumpuk-
tumpuk. ABK tidak hanya harus mengatasi hambatan yang muncul dari dirinya sendiri, ia harus
menghadapi pula berbagai tantangan atau rintangan yang datangnya dari lingkungan. Di satu sisi,
ABK berupaya memenuhi kebutuhannya, sedangkan lingkungan sering tidak dapat memberikan
peluang bagi ABK untuk dapat tumbuh serta berkembang sesuai dengan kondisinya itu. Maka
tidak sedikit ABK tidak mencapai perkembangan yang optimal.
Semakin bertambahnya permasalahan membuat ABK menjadi kelompok yang rentan
“terpinggirkan” dari kehidupan social, poolitik, budaya, ekonomi, dan pendidikan. Seolah-olah
mereka bukan bagian dari anggota masnyarakat dan dianggap tidak membutuhkan hal tersebut.
Sejatinya, ABK adalah anggota masyarakat juga, sama-sama makhluk tuhan yang membutuhkan
banyak hal sebagaimana manusia lainnya agar mampu mengisi kehidupannya secara mandiri
sesuai dengan kemampuan dan kebutuhannya.
Berdasarkan keadaan sebagaimana dipaparkan di atas maka ABK membutuhkan “alat” agar
dirinya mampu mengatasi hambatan yang dialaminya dan mampu hidup mandiri sesuai dengan
kemampuan dan kebutuhannya. Alat itu diantaranya adalah melalui pendidikan. Dengan
pendidikan diharapakan ABK memperoleh bekal hidup dan mencapai perkembangan yang
optimal. Namun, dengan menumpukknya berbagai permasalahan yang dihadapi oleh ABK,
tidaklah cukup melalui pendidikan dengan proses belajar mengajar di kelas. ABK juga butuh
layanan yang mendukung kepada keberhasilan belajar dan layanan yang memandirikan untuk
mencapai perkembangan yang optimal. Layanan itu adalah bimbingan dan konseling.
Kebutuhan layanan bimbingan dan konseling ini ternyata tidak hanya dibutuhkan oleh ABK tapi
juga oleh orang tuanya serta hal-hal lain yang diluar jangkauan (out of reach) kemampuan dan
kewenangan guru. Menurut Thompson dkk (2004) setiap orang tua ABK itu akan memiliki
permasalahan psikologis akibat dari kondisi anaknya. Permasalahan itu berupa cemas, takut,
stress, merasa bersalah, over protection, dll. Sehingga orangtua pun membutuhkan layanan
konseling.
Berdasarkan pemaparan di atas maka jelas ada persoalan-persoalan yang membutuhkan layanan
bimbingan dan konseling. Maka permasalahan yang akan dibahas adalah bagaimanakah
kebutuhan bimbingan dan konseling bagi anak berkebutuhan khusus?
BIMBINGAN DAN KONSELING BAGI ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS
1. Bimbingan dan Konseling Sebagai Layanan
Bimbingan dan konseling sebagai layanan sedikitnya memerlukan 4 pendekatan (pendekatan
krisis, remedial, pencegahan, dan perkembangan). Pendekatan perkembangan dipandang
pendekatan yang komprehensif sehingga disebut pendekatan komprehensif.
Sebagai layanan yang memiliki pendekatan yang komprehensif maka ada beberapa komponen di
dalamnya, yaitu: asumsi dasar dan kebutuhan dasar, teori bimbingan perkembangan, kurikulum
dan tujuan bimbingan perkembangan, prinsip-prinsip bimbingan perkembangan, program
bimbingan dan konseling, serta kebutuhan acuan yuridis dan model nasional untuk memperoleh
standar layanan juga untuk melindungi layanan bimbingan dan konseling sebagai profesi.
Sebagai profesi (konselor) maka dibutuhkan aturan-aturan dan penatalaksanaan layanan agar
tidak tumpang tindih dengan profesi lain terutama dengan profesi guru. Untuk itu perlu adanya
penataan pendidikan profesional konselor dan layanan bimbingan dan konseling dalam jalur
pendidikan formal.
Kebutuhan konselor di sekolah luar biasa (SLB) idealnya adalah ada di setiap SLB. Tapi
minimalnya ada satu konselor dalam satu gugus SLB. Keberadaan konselor diharapkan mampu
mengatasi permasalahan diluar kemampuan dan kewenangan guru, misalnya melakukan layanan
bimbingan dan konseling kepada orang tua ABK.
2. Kebutuhan Anak Berkebutuhan Khusus
Pada dasarnya kebutuhan anak berkebutuhan khusus sama dengan anak-anak lain pada umumnya
(kebutuhan jasmani dan rohani). Tapi ada hal-hal khusus yang membutuhkan penanganan
khusus, biasanya berkaitan dengan kelainan atau kecacatan yang disandangnya. Di dalam
prosesnya dapat berupa pendidikan, pembelajaran yang mendidik dan memandirikan, terapi,
layanan bimbingan dan konseling, layanan medis, dll.
Penanganan itu tentunya dilakukan oleh profesi yang sesuai dengan bidangnya. Artinya akan
banyak ahli yang terlibat dalam rangka memenuhi kebutuhan ABK itu. Sehingga dikenal dengan
pendekatan multidisipliner. Para ahli dari berbagai bidang berkolaborasi memberikan layanan
yang terbaik untuk memenuhi kebutuhan ABK agar berkembangan secara optimal.
3. Kebutuhan Bimbingan dan Konseling Bagi Anak Berkebutuhan Khusus
Mengenai kebutuhan layanan bimbingan dan konseling ini, Thompson dkk (2004) menuliskan
garis besarnya sebagai berikut:
a. Anak harus mengenal dirinya sendiri
b. Menemukan kebutuhan ABK yang spesifik sesuai dengan kelainannya. Kebutuhan ini muncul
menyertai kelainannya.
c. Menemukan konsep diri
d. Memfasilitasi penyeusaian diri terhadap kelainan/kecacatanya
e. Berkoordinasi dengan ahli lain
f. Melakukan konseling terhadap keluarga ABK
g. Membantu perkembangan ABK agar berkembang efektif, memiliki keterampilan hidup
mandiri
h. Membuka peluang kegiatan rekreasi dan mengembangkan hobi
i. Mengembangkan keterampilan personal dan social
j. Besama-sama merancang perencanaan pendidikan formal, pendidikan tambahan, dan peralatan
yang dibutuhkan
Kebutuhan ABK dan keluarganya telah banyak terabaikan selama sekian tahun. Stereotip dan
perilaku dari masyarakat harus berubah dalam menghadapi kecacatan. Anak-anak berkebutuhan
khusus dapat belajar, menik mati hidup, mampu mandiri, produktif, dan berkembang sesuai
potensinya, tentu melalui berbagai layanan, diantaranya melalui layanan bimbingan dan
konseling.
Anak-anak berkebutuhan khusus adalah individu yang unik. Mereka juga mempunyai hak untuk
tumbuh dan berkembang sebagaimana anak-anak lainnya dan memiliki kebutuhan dasar yang
sama. Ini merupakan tantangan bagi para konselor untuk berkolaborasi memenuhi kebutuhan-
kebutuhan itu.

I. Deskripsi Perkuliahan

Matakuliah ini mengkaji dan menganalisis: pengertian dan syarat-syarat profesi keguruan serta
perkembangan profesi keguruan di Indonesia. Ruang lingkup profesi keguruan. Mengkaji dan
menganalisis kasus profesi keguruan serta mencari upaya pemecahan atas kondisi yang ada.
Pemahaman atas, kode etik profesional, struktur organisasi profesi, masalah dan tantangan yang
dihadapi profesi keguruan di Indonesia.

II. Tujuan Perkuliahan

a. Kompetensi Umum Setelah berakhirnya perkuliahan ini mahasiswa akan:

(1) memiliki wawasan, sikap dan keterampilan yang diperlukan dalam menjalankan profesi
kependidikan.

(2) memeiliki pemahaman ruang lingkup profesi kependidikan

(3) mampu memenganalisis masalah yang dihadapi profisi kependidikan serta menemukan upaya
pemecahan berbagai kasus yang akan dihadapi profesi kependidkan.

b. Kompetensi Khusus Setelah berakhirnya semester keempat mahasiswa yang mengikuti


perkuliahan ini akan mampu:

1. Menjelaskan pengertian syarat-syarat profesi, profesi keguruan, serta perkembangan profesi


keguruan.

2. Mengidentifikasi, menganalisis, dan menterjemahkan pengertian, tujuan, landasan, prinsip dan


peran profesi kependidikan dibidang layanan instruksional (kopetensi pedagogik, kepribadian,
kopetensi sosial, profesional)

3. Merumuskan pengertian, tujuan, landasan, prinsip dan peran profesi kependidikan dibidang
layanan administrasi

4. Merumuskan pengertian, tujuan, landasan, prinsip dan peran profesi kependidikan dibidang
layanan bantuan

5. Menganalisis kasus-kasus profesi keguruan dan upaya pemecahannya

III. Kegiatan Perkuliahan,

Metode yang digunakan yaitu:

1. Ceramah dan tanya jawab

2. Penugasan secara kelompok dan presentasi atas hasil penelusuran dan melakukan kajian,
analisis serta evaluasi terhadap profesi kependidikan.

3. Penugasan secara individual melalui penelusuran dan melakukan kajian, analisis serta evaluasi
hasil penelitian profesi kependidikan
4. Seminar tentang profesi kependidikan

IV. Evaluasi Kreteria:

1. Kreteria evaluasi tugas kelompok dan perorangan dari aspek tingkat kejelasan hasil kajian,
analisis dan evaluasi penelusuran hasil penelitian dari aspek: judul penelitian, ruang lingkup,
teori yang digunakan, masalah dan hipotesis penelitian, metodologi penelitian, temuan
penelitian, kritik dan komentar atas hasil penelitian, judul alternalif yang akan dikembangkan.

2. Kreteria hasil evaluasi tugas individu adalah dari aspek: judul penelitian, ruang lingkup, teori
yang digunakan, masalah dan hipotesis penelitian, metodologi penelitian, temuan penelitian,
kritik dan komentar atas hasil penelitian, judul alternalif yang akan dikembangkan, serta
rancangan usul penelitian yang akan diajukan.

3. Presentasi kelompok ditinjau dari: teknik penyajian, cara menanggapi saran, pertanyaan dan
menyimpulkan.

V. Hasil Evaluasi:

Hasil evaluasi merupkan komulatif dari jumlah kehadiran, penyelesaian tugas kelompok, tugas
individual, Ujian Tengah dan Akhir Semester, dengan bobot: tugas individual dan tugas
kelompok 30 %, Ujian Tengah Semester 30 % dan Ujian Akhir Semester 40%.

« Manusia sebagai makhluk budaya


Bimbingan dan Konseling Bagi Anak Yang Berkebutuhan Khusus (Gifted) »

Anda mungkin juga menyukai