Anda di halaman 1dari 22

ETIKA BISNIS DAN PROFESI

PERILAKU ETIKA DALAM PENGUATAN KARAKTER BELA


NEGARA

Kelompok 11
Akuntansi B

1. Anggun Rizqi A. 19013010044


2. Diani Anggita F. 19013010067
3. Anggraini Triaski R 19013010167

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL VETERAN JAWA TIMUR


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
AKUNTANSI
TAHUN 2020
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ……………………………………………………………………….... i

DAFTAR ISI …………………………………………………………………………………. ii

PENGANTAR MATERI ………………………………………………………………… iii

PEMBAHASAN

1. Etika …………………………………………………………………………………. 1
2. Tujuan Mempelajari Etika ……………………………………………………….. 2
3. Bela Negara ………………………………………………………………………… 2
4. Fungsi dan Tujuan Bela Negara ………………………………………………. 4
5. Manfaat Bela Negara ………………………………………………………………… 5
6. Nilai-Nilai Bela Negara ……………………………………………………….. 5
7. Bela Negara dan Ketahanan Nasional ……………………………………… 7
8. Pendidikan Karakter ………………………………………………………………… 9
9. Etika dalam Pendidikan Karakter ………………………………………………. 11
10. Pembentukan Karakter ……………………………………………………….. 13
11. Peran Pendidikan ………………………………………………………………… 14
12. Etika Moral Bela Negara ……………………………………………………….. 14

KESIMPULAN …………………………………………………………………………. 16

REFERENSI ………………………………………………………………………………….. iv

ii
PENGANTAR MATERI

Pentingnya perilaku etika dalam penguatan karakter bela Negara bisa dikatan sangat
diperlukan pada kehidupan setiap warga bernegara. Etika berkaitan dengan apa yang baik
bagi individu dan masyarakat dan juga digambarkan sebagai filsafat moral. Etika dan moral
kurang lebih memiliki pengertian yang sama, tetapi dalam kegiatan sehari-harinya terdapat
perbedaan, yaitu moral untuk penilaian perbuatan yang dilakukan, sedangkan etika adalah
untuk pengkajian sistem nilai-nilai yang berlaku. Dalam kehidupan sehari-hari kita, etika
sangatlah penting untuk digunakan demi menciptakan moral yang baik. Ketika sebuah moral
yang baik sudah terbentuk dalam diri kita, maka terbentuklah pula rasa lebih bertanggung
jawab, adil, dan responsif.

Berbicara tentang etika dalam bernegara, tidak lepas dengan sikap bela Negara. Kita
pahami bahwa nilai-nilai yang terkandung dalam bela negara adalah: cinta terhadap tanah
air, sadar berbangsa dan bernegara, yakin akan Pancasila sebagai ideologi negara, rela
berkorban untuk bangsa dan negara, serta memiliki kemampuan awal bela negara.

Dengan menerapkan sikap bela Negara maka akan menanamkan nilai-nilai keutamaan bela
negra itu sendiri, dan kesadaran berbela Negara sesungguhnya merupakan bagian yang
tidak terpisahkan dari pendidikan kewarganegaraan. Ada banyak cara dalam penerapan
berbela Negara, seperti diselenggarakannya pendidkan kewarganegaraan, pelatihan dasar
kemiliteran wajib, dan pengabdian sesuai dengan profesi.

Banyak yang masih belum memahami, mengapa kita harus berbela Negara. Bela Negara
merupakan sikap yang sangat penting demi terwujudnya Negara yang aman dan tentram.
Dengan berbela Negara banyak manfaat yang bisa diperoleh, seperti membentuk mental
fisik yang tangguh, membentuk jiwa kebersamaan dan solidaritas antar sesama rekan
seperjuangan, menghilangkan sikap negatif, seperti malas, apatis, boros, egois, dan tidak
disiplin, dan lain-lain. Manfaat tersebut akan didapatkan karena warganya yang sudah bela
Negara. Bela negara untuk memperkuat ketahanan nasional harus diversifikasi tidak
sekedar dalam pengertian pertahanan negara, tapi juga ketahanan dalam pancagatra
ideologi, politik, ekonomi, sosial dan budaya, yang harus dimotori oleh inovasi dan kreatifitas
bangsa untuk membina dan membangun bangsa untuk menjadi salah satu kekuatan
ekonomi dunia, memiliki stabilitas ideologi dan politik serta memiliki ketahanan sosial dan
budaya, dengan membina basis filosofi bangsa harmony in diversity.

iii
Semua komponen dari etika harus terlibat di dalam pembentukan karakter seseorang
dengan cara menanamkannya melalui pendidikan karakter. Dengan adanya penerapan etika
yang baik, maka akan menjadikan seseorang memiliki pribadi dan karakter yang baik pula.
Karakter terbentuk dari kebiasaan. Kebiasaan saat anak-anak, biasanya bertahan sampai
masa remaja. Orang tua bisa mempengaruhi baik atau buruk, pembentukan kebiasaan
anak-anak mereka (Lickona, 2012:50). Karakter-karakter yang dimiliki oleh seseorang
dipengaruhi oleh faktor bawaan dan juga dari lingkungan yang dapat disebabkan oleh
pergaulan maupun pendidikan. Dari adanya tantangan yang selalu saja hadir, maka
pendidikan nasional harus tetap ikut mengambil peran untuk membentuk karakter-karakter
masyarakat Indonesia yang beretika. Pendidikan berperan bukan hanya merupakan sarana
transfer ilmu pengetahuan saja, tetap lebih luas lagi sebagai pembudayaan, yaitu
pembentuka karakter dan watak yang krusial bagi rekonstruksi Negara.

Etika dan moral berada dalam tata kehidupan, berada dalam tingkah laku, dan berada
dalam diri. Bela Negara juga berada pada kesadaran sebagai bangsa dan kecintaan pada
bangsa dan negara, yang semuanya ada di dalam dada. Sebagai bangsa yang tahu
negaranya menuju ke kemunduran harus berani bangun, cancut taliwanda, buang sifat suka
berbuat nista dan lakukan yang utama. Jika hal itu dilakukan pada gilirannya akan mampu
mengembalikan tata etika dan moral, dan pasti rela berkorban membela bangsa dan negara
demi kejayaan Indonesia.

iv
BAB 11

PERILAKU ETIKA DAN PENGUATAN KARAKTER BELA NEGARA

1. ETIKA

Etika (berasal dari Yunani Kuno “ethikos”, berarti “timbul dari kebiasaan”) adalah
sesuatu dimana dan bagaimana cabang utama filsafat yang mempelajari nilai atau
kualitas yang menjadi studi mengenai standar dan penilaian moral. Sederhananya, etika
adalah sistem prinsip-prinsip moral yang memengaruhi bagaimana orang membuat
keputusan dan menjalani hidup mereka. Etika berkaitan dengan apa yang baik bagi
individu dan masyarakat dan juga digambarkan sebagai filsafat moral. Etika dan moral
kurang lebih memiliki pengertian yang sama, tetapi dalam kegiatan sehari-harinya
terdapat perbedaan, yaitu moral untuk penilaian perbuatan yang dilakukan, sedangkan
etika adalah untuk pengkajian sistem nilai-nilai yang berlaku.

Ada dua pengertian etika, yaitu sebagai praksis dan sebagai refleksi. Sebagai
praksis, etika berarti nilai-nilai dan norma-norma moral yang baik yang dipraktikkan atau
justru tidak dipraktikkan, walaupun seharusnya dipraktikkan. Etika sebagai praksis sama
artinya dengan moral atau moralitas yaitu apa yang harus dilakukan, tidak boleh
diilakukan, pantas dilakukan, dan sebagainya. Etika refleksi adalah pemikiran moral.
(Bertens, 2001)

Menurut Burhanuddin Salam, etika berasal dari kata latin, yakni “ethic”,
sedangkan dalam bahasa Greek. Ethikos yaitu a body of moral principle of value Ethic,
arti sebenarnya ialah kebiasaan, habit. Jadi dalam pengertian aslinya, apa yang
disebutkan baik itu adalah yang sesuai dengan kebiasaan masyarakat. Lambat laun
etika itu berubah dan berkembang sesuai dengan perkembangan dan kebutuhan
manusia.

Berdasarkan pengertian etika di atas, dapat diketahui bahwa ternyata etika


mempunyai banyak arti. Namun demikian, setidaknya arti etika dapat dilihat dari dua hal
berikut:

1. Etika sebagai praksis: sama dengan moral atau moralitas yang berarti adat istiadat,
kebiasaan, nilai-nilai, dan norma-norma yang berlaku dalam kelompok atau
masyarakat.
2. Etika sebagai ilmu atau tata susila adalah pemikiran/penilaian moral. Etika sebagai
pemikiran moral bisa saja mencapai taraf ilmiah bila proses penalaran terhadap
moralitas tersebut bersifat kritis, metodis, dan sistematis. Dalam taraf ini ilmu etika

1
dapat saja mencoba merumuskan suatu teori, konsep, asas, atau prinsip-prinsip
tentang perilaku manusia yang dianggap baik atau tidak baik, mengapa perilaku
tersebut dianggap baik atau tidak baik, mengapa menjadi baik itu sangat
bermanfaat, dan sebagainya.

2. TUJUAN MEMPELAJARI ETIKA

Dalam kehidupan sehari-hari kita, etika sangatlah penting untuk digunakan demi
menciptakan moral yang baik. Ketika sebuah moral yang baik sudah terbentuk dalam
diri kita, maka terbentuklah pula rasa lebih bertanggung jawab, adil, dan responsif. Etika
yang baik juga mencerminkan perilaku yang baik, sedangkan etika yang buruk
mencerminkan perilaku yang buruk.

Tujuan dari kita mempelajari etika, yaitu:

1. Etika merupakan sarana memberi orientasi pada hidup manusia,


2. Mengantar manusia pada bagaimana menjadi baik,
3. Mengarahkan perkembangan masyarakat menuju suasana yang harmonis, tertib,
teratur, damai, dan sejahtera,
4. Untuk memiliki kedalaman sikap, untuk memiliki kemandirian dan tanggung jawab
terhadap hidupnya, dan
5. Etika menjadi alat pemikiran yang rasional dan bertanggung jawab bagi seorang
ahli dan bagi siapa saja yang tidak mau dibingungkan oleh banyak norma yang
ada.

3. BELA NEGARA

Bela Negara adalah tekad, sikap, dan perilaku serta tindakan warga Negara, baik
secara perseorangan maupun kolektif dalam menjaga kedaulatan Negara, keutuhan
wilayah, dan keselamatan bangsa dan Negara yang dijiwai oleh kecintaannya kepada
Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berdasarkan Pancasila dan UUD Negara
Republik Indoneisa Tahun 1945 dalam menjamin kelangsungan hidup bangsa Indonesia
dan Negara dari berbagai ancaman.

Dalam UU.RI.No. 20 tahun 1982 yang menyatakan bahwa bela negara adalah
“tekad, sikap dan tindakan warga negara” untuk ikut serta mempertahankan kedaulatan

2
negara, keutuhan wilayah NKRI dan keselamatan segenap bangsa dari ancaman dan
gangguan terhadap keutuhan bangsa dan negara”.

Hakikat bela Negara sendiri adalah inti atau hal yang pokok dari bela negara itu
sendiri. Kita pahami bahwa nilai-nilai yang terkandung dalam bela negara adalah: cinta
terhadap tanah air, sadar berbangsa dan bernegara, yakin akan Pancasila sebagai
ideologi negara, rela berkorban untuk bangsa dan negara, serta memiliki kemampuan
awal bela negara. Maka setiap warga negara yang memahami dan mengahayati serta
mengimplementasikan nilai-nilai bela negara tersebut maka dia telah menghayati esensi
bela negara. Dengan kata lain esensi atau hal yang pokok dari bela negara adalah
bersikap dan berbuat serta bertindak yang terbaik bagi negara dan bangsa. Dalam setiap
perbuatan, sikap dan perilaku warga negara telah dilandasi dengan nilai-nilai bela
negara.

Bila bela Negara didefinisikan sebagai “tekad, sikap dan perilaku warga Negara
yang dijiwai oleh kecintaannya kepada NKRI yang berdasarkan Pancasila dan UUD 1945
dalam menjamin kelangsungan hidup dan kejayaan bangsa dan Negara”. Maka makna
bela Negara adalah:

1. Nilai luhur yang mutlak perlu dalam semua bidang kehidupan bangsa dan Negara
Ir. Soekarno mengatakan bahwa Pancasila adalah nilai-nilai luhur bangsa Indonesia
yang dapat mempersatukan bangsa Indonesia. “Aku tidak mengatakan, bahwa aku
menciptakan Pancasila. Apa yang kukerjakan hanyalah meggali jauh ke dalam bumi
kami, tradisi-tradisi kami sendiri, dan aku menemukan lima butir mutiara yang indah”.
2. Harus dimasyarakatkan dan diberdayakan secara nyata.
Nilai luhur yang mutlak perlu dalam semua bidang kehidupan Bangsa dan Negara,
dan nilai tersebut harus dimasyarakatkan dan diberdayakan secara nyata untuk
meraih kejayaan bangsa dan Negara.

Unsur dasar bela Negara, yaitu:

1. Cinta tanah air


Mengenal dan mencintai tanah air agar selalu waspada dan siap membela tanah air
Indonesia terhadap segala bentuk ancaman, tantangan, hambatan, dan gangguan
yang dapat membahayakan kelangsungan hidup bangsa dan Negara.
2. Kesadaran berbangsa dan bernegara
Sadar sebagai warga bangsa Negara Indonesia dalam bentuk sikap, tingkah laku,
dan kehidupan pribadi agar dapat bermasyarakat sesuai dengan kepribadian
bangsa.

3
3. Yakin akan pancasila sebagai ideology Negara
Pancasila sebagai pedoman dan pandangan hidup bangsa Indonesia dalam
kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara guna mencapai tujuan
nasional. Rasa yakin terhadap pancasila sebagai ideologi Negara merupakan
kesadaran dalam berbela Negara.
4. Rela berkorban untuk bangsa dan Negara
Bersedia mengorbankan waktu, tenaga, pikirandan harta benda untuk kepentingan
umum sehingga pada saatnya nanti siap untuk mengorbankan jiwa raga bagi
kepentingan bangsa.
5. Memiliki kemampuan awal bela Negara
Secara mental kita sudah memiliki sifat disiplin, rajin, mentaati segala peraturan
perundang-undangan yang berlaku, peraya akan kemampuan diri sendiri, dan
pantang menyerah dalam menghadapi kesulitan untuk mencapai tujuan nasional.

4. FUNGSI DAN TUJUAN BELA NEGARA

Fungsi dan tujuan utama bela ngara adalah menanamkan nilai-nilai keutamaan
bela Negara, maka kesadaran berbela Negara sesungguhnya merupakan bagian yang
tidak terpisahkan dari pendidikan kewarganegaraan. Dengan demikian, maka
penerapan bela Negara adalah:

1. Dijadikan sebagai gerakan nasional untuk mencapai watak dan kepribadian


berlandaskan bela negara serta perilaku segenap warga Negara,
2. Keikutsertaan warga Negara dalam upaya bela Negara sesuai dengan pasal 9 ayat
(2) UU RI No. 3 tahun 2003 tentang Pertahanan Negara yang diselenggarakan
melalui:
a. Pendidikan kewarganegaraan,
b. Pelatihan dasar kemiliteran wajib,
c. Pengabdian sesuai dengan profesi, dan
d. Pengabdian sebagai prajurit TNI secara sukarela atau wajib.

Maksud dari keempat poin di atas adalah:


1. Pendidikan kewarganegaraan,
Pengembangan kepribadian di lingkungan masyarakat juga di lingkungan
sekolah dengan tetap memperhatikan Hak Asasi Manusia sebagai dasar dalam
memahami hak dan kewajiban warga Negara Indonesia.
2. Pelatihan dasar kemiliteran wajib,

4
Kita sebagai warga Negara yang berbudi luhur harus siap membantu
kemiliteran dalam menjaga kedaulatan Bangsa dan Negara, karena sesuai
dengan kalimat “NKRI harga mati”.
3. Pengabdian sesuai dengan profesi, dan
Nilai luhur yang benar dan mutlak sangatlah diperlukan di semua bidang
kehidupan berbangsa dan bernegara. Mengapa hal tersebut diperlukan agar
meraih keunggulan sesuai dengan tujuan bangsa.
4. Pengabdian sebagai prajurit TNI secara sukarela atau wajib.
Karena kita sebagai warga Negara sudah bertekad untuk melindungi bangsa
dari berbagai ancaman, maka sedari dini pun kita juga harus sudah terlatih
dalam membela bangsa kita.

5. MANFAAT BELA NEGARA

Bela negara memiliki beragam manfat, baik bagi masing-masing warga negara
maupun bagi negara itu sendiri. Berikut beberapa manfaat dari bela negara:
a. Membentuk sikap disiplin waktu, aktivitas dan pengaturan kegiatan lain,
b. Membentuk jiwa kebersamaan dan solidaritas antar sesama rekan seperjuangan,
c. Membentuk mental fisik yang tangguh,
d. Menanamkan rasa kecintaan pada bangsa dan patriotisme sesuai dengan
kemampuan diri,
e. Melatih jiwa leadership dalam memimpin diri sendiri maupun kelompok.
f. Membentuk iman dan taqwa pada agama yang dianut oleh individu,
g. Berbakti pada orang tua, bangsa, dan agama,
h. Melatih kecepatan, ketangkasan, ketepatan individu dalam melaksanakan kegiatan,
i. Menghilangkan sikap negatif, seperti malas, apatis, boros, egois, dan tidak disiplin,
j. Membentuk perilaku jujur, tegas, adil, tepat, dan kepedulian antar sesama.

6. NILAI-NILAI BELA NEGARA


1. Cinta Tanah Air
Mengenal dan mencintai tanah air agar selalu waspada dan siap membela
tanah air Indonesia terhadap segala bentuk ancaman, tantangan, hambatan dan
gangguan yang dapat membahayakan kelangsungan hidup bangsa dan negara.
Indikator cinta tanah air meliputi:

5
 menjaga tanah dan pekarangan serta seluruh ruang wilayah Indonesia.
 bangga sebagai bangsa Indonesia
 menjaga nama baik bangsa dan negara Indonesia
 memberikan kontribusi dan kemajuan pada bangsa dan negara Indonesia
 mencintai produk dalam negeri, budaya, dan kesenian Indonesia.

2. Kesadaran Berbangsa dan Bernegara


Sadar sebagai warga bangsa negara Indonesia dalam bentuk tingkah laku,
sikap, dan kehidupan pribadi agar dapat bermasyarakat sesuai dengan kepribadian
bangsa. Indikator nilai kesadaran berbangsa dan bernegara meliputi:
 memiliki kesadaran keragaman budaya, suku, agama, bahasa dan adat istiadat.
 melaksanakan hak dan kewajiban sebagai warga negara sesuai dengan
peraturan dan perundang-undangan yang berlaku.
 mengenal keragaman individu di rumah dan di lingkungannya.
 berpikir, bersikap dan berbuat yang terbaik bagi bangsa dan negara Indonesia.
 berpartisipasi menjaga kedaulatan bangsa dan negara.

3. Yakin akan Pancasila


Pancasila sebagai pedoman dan pandangan hidup bangsa Indonesia dalam
kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara guna mencapai tujuan
nasional. Rasa yakin akan Pancasila sebagai ideologi negara dicapai dengan
menumbuhkan kesadaran:
 yang didasari pada Pancasila,
 pada kebenaran negara kesatuan republik Indonesia,
 bahwa hanya dengan mengamalkan Pancasila dalam kehidupan sehari-hari,
negara bangsa Indonesia akan tetap jaya,
 setiap perbedaan pendapat dalam kehidupan berbangsa dan bernegara dapat
diselesaikan dengan cara musyawarah dan mufakat,
 bahwa Pancasila dapat membentengi mental dan karakter bangsa dalam
menghadapi ancaman baik dari dalam maupun luar negeri.

Indikator nilai yakin pada Pancasila sebagai ideologi bangsa meliputi:


 memahami nilai-nilai dalamPancasila.
 mengamalkan Pancasila dalam kehidupan sehari-hari.
 menjadikan Pancasila sebagai pemersatu bangsa dan negara Indonesia
 senantiasa mengembangkan nilai-nilai Pancasila

6
 setia pada Pancasila dan meyakini sebagai dasar Negara Kesatuan Republik
Indonesia.

4. Rela Berkorban
Rela berkorban untuk bangsa dan negara. Bersedia mengorbankan waktu,
tenaga, pikiran dan harta benda untuk kepentingan umum sehingga pada saatnya
nanti siap mengorbankan jiwa raga bagi kepentingan bangsa dan negara. Indikator
rela berkorban bagi bangsa dan negara meliputi:
 bersedia mengorbankan waktu, tenaga dan pikiran untuk kemajuan bangsa dan
negara.
 siap membela bangsa dan negara dari berbagai macam ancaman.
 memiliki kepedulian terhadap keselamatan bangsa dan negara.
 memiliki jiwa patriotisme terhadap bangsa dan negaranya.
 mendahulukan kepentingan bangsa dan negara di atas kepentingan pribadi
dan/atau golongan.

5. Kemampuan Awal Bela Negara


Secara psikis (mental) memiliki sifat disiplin, ulet, mentaati segala peraturan
perundang-undangan yang berlaku, percaya akan kemampuan diri sendiri, tahan uji,
pantang menyerah dalam menghadapi kesulitan untuk mencapai tujuan nasional.
Secara fisik (jasmani) memiliki kondisi kesehatan dan keterampilan jasmani yang
dapat mendukung kemampuan awal bela negara yang bersifat psikis.

Indikator nilai memiliki kemampuan awal bela negara meliputi:


 memiliki kecerdasan intelektual, kecerdasan spiritual, kecerdasan emosional,
dan kecerdasan dalam bertahan hidup atau mengatasi kesulitan.
 senantiasa memelihara kesehatan jiwa dan raganya.
 ulet dan pantang menyerah dalam menghadapi tantangan.
 terus membina kemampuan jasmani dan rohani.
 memiliki keterampilan bela negara dalam bentuk keterampilan.

7. BELA NEGARA DAN KETAHANAN NASIONAL


Semua warga negara berkewajiban untuk ikut serta dalam bela negara,
sebagaimana ditegaskan pada pasal 27 ayat 3 UUD 1945, yang berbunyi: “Setiap
warga negara berhak dan wajib ikut dalam upaya pembelaan terhadap negara.” Akan

7
tetapi, kini pemaknaan bela negara itu tidak mutlak dengan berperang atau aktifitas
heroik lain yang menggunakan senjata, karena berperang itu harus profesional dan
terlatih. Sejalan dengan itu, Pasal 9 UU Nomor 3 tahun 2002 tentang Pertahanan
Negara menegaskan bahwa:
(1) Setiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam upaya bela negara yang
diwujudkan dalam penyelenggaraan pertahanan negara
(2) Keikutsertaan warga negara dalam upaya bela negara, sebagaimana dimaksud
dalam ayat 1 diselenggarakan melalui :
1. Pendidikan kewarganegaraan
2. Pelatihan dasar kemiliteran secara wajib
3. Pengabdian sebagai prajurit TNI secara sukarela atau secara wajib, dan
4. Pengabdian sesuai profesi.
(3) Ketentuan mengenai pendidikan kewarganegaraan, pelatihan dasar kemiliteran
secara wajib, dan pengabdian sesuai dengan profesi diatur dengan undang undang.

Ketahanan Nasional menurut Sutarman (2011) adalah kondisi yang dinamis


yang merupakan integrasi dan kondisi tiap aspek kehidupan bangsa dan negara yang
berisi keuletan dan ketangguhan, yang mengandung kemampuan mengembangkan
kekuatan nasional, didalam menghadapi dan mengatasi segala ancaman , baik dalam
maupun dari luar negeri yang langsung maupun tidak langsung membahayakan
identitas, keutuhan, kelangsungan hidup bangsa dan negara, serta dalam mencapai
tujuan nasionalnya. Kemudian, Presiden Joko Widodo (2014) dalam pidato beliau pada
acara Peringatan Hari Bela Negara menegaskan bahwa bela negara memiliki spektrum
yang sangat luas di berbagai bidang kehidupan, mulai dari politik, ekonomi, sosial dan
budaya. Bela negara bisa dilakukan oleh setiap warga negara dari berbagai latar
belakang profesi: mulai dari petani, buruh, profesional sampai dengan pedagang. Bela
negara bisa diwujudkan dalam kehidupan sehari-hari sesuai peran dan profesi warga
negara.

Dengan demikian, bela negara untuk memperkuat ketahanan nasional harus


diversifikasi tidak sekedar dalam pengertian pertahanan negara, tapi juga ketahanan
dalam pancagatra ideologi, politik, ekonomi, sosial dan budaya, yang harus dimotori oleh
inovasi dan kreatifitas bangsa untuk membina dan membangun bangsa untuk menjadi
salah satu kekuatan ekonomi dunia, memiliki stabilitas ideologi dan politik serta memiliki
ketahanan sosial dan budaya, dengan membina basis filosofi bangsa harmony in
diversity.

8
Indonesia merupakan negara dengan komposisi penduduk yang sangat multi
etnik, multi religious, sehingga sangat mudah terkena serangan-serangan asimetris.
Soal Syiah, Ahmadiyah dan aliran-aliran keagamaan lain yang berkembang di Indonesia,
sudah membuat hubungan sosial terganggu, dan kemudian aparat keamanan harus
turun menyelesaikan dan mendamaikan mereka. Padahal keretakan sosial satu minggu
saja, berapa kerugian eknonomi yang harus ditanggung oleh negara, bukan saja
pembiayaan yang harus dikeluarkan untuk mengatasi konflik, tapi kevakuman bekerja
dan berkarya itu sudah merugikan bangsa, dan keraguan investor asing yang akan
masuk, karena mereka juga akan sangat khawatir jika investasinya merugi.

Indonesia juga menghadapi masalah besar untuk mencapai visi ekonomi ke


depan knowledge based economy, yang mengandalkan temuan-temuan kreatif yang
bisa menjadi komoditi, dan berdya saing kuat di pasar global. Kemudian Indonesia juga
memiliki visi penguatan SDM sehingga visi pendidikan nasional menjadi simple, yakni
smart and competitive citizen 2025. Anak-anak bangsa yang cerdas bisa bekerja dalam
sektor jasa di mana saja di dunia, dan akan memperoleh penghasilan yang baik, akan
memperkuat komposisi devisa bagi Indonesia, sejauh mereka tetap menjadi orang
Indonesia, dan kembali ke Indonesia dengan membawa uang dan kekayaan hasil
profesinya.

Hampir semua gatra-gatra yang terkait dengan ketahanan nasional memerlukan


dukungan karakter ke-Indonesiaan yang kuat, karena banyak dari anak-anak bangsa
Indonesia yang berdiaspora di luar negeri, dan merasa nyaman di luar negeri, tidak
memiliki skema untuk kembali ke Indonesia atau paling tidak memperkuat ekonomi dan
dignity Indonesia dengan keahliannya. Dengan demikian, pendidikan karakter bangsa
menjadi sangat urgen untuk menjadi agenda penting pendidikan nasional, dalam rangka
menghadapi Indonesia Emas 2045, satu abad Indonesia, yang diperkirakan Indonesia
akan memiliki 130 juta jiwa dalam usia produktif, dan merupakan jumlah yang sangat
besar untuk menguasai dunia.

8. PENDIDIKAN KARAKTER
Martin Luther King pernah menyatakan sebuah ungkapan yang menarik banyak
orang di dunia berbunyi, “intelligence plus character-that is the goal of true education”.
Dari ungkapannya, King berpendapat, bahwa kepintaran saja tidak cukup, butuh
karakter. Dengan begitu, karakter angat penting atau mungkin lebih penting, karena

9
anak pintar yang tidak memiliki karakter baik, dia akan menjadi petaka bagi bangsa,
karena kepintarannya akan digunakan untuk merusak.
Thomas Lickona (1991) seorang sarjana psikologi yang mempropagandakan
kembali pendidikan karakter di akhir abad ke 20 menawarkan tujuh (7) karakter baik
yang harus ditanamkan pada setiap anak didik, meliputi :
1. Ketulusan hati atau kejujuran (honesty).
2. Belas kasih (compassion);
3. Kegagahberanian (courage);
4. Kasih sayang (kindness);
5. Kontrol diri (self-control);
6. Kerja sama (cooperation);
7. Kerja keras (deligence or hard work).

Sementara itu, penelitian Dalmeri (2014) dari Universitas Indrapasta PGRI,


Jakarta, mencatat adanya sembilan pilar karakter yang perlu ditegakkan dalam
kerjasama sekolah, keluarga, masyarakat dan dunia usaha, agar anak Indonesia
menjadi generasi tangguh berdaya saing, yang dapat mengolah kecerdasan
pengetahuan dan keahliannya menjadi produktifitas bangsa. Sembilan pilar tersebut
adalah sebagai berikut :
1. Tanggungjawab (Responsibility);
2. Rasa Hormat (Respect);
3. Keadilan (Fairness);
4. Keberanian (Courage);
5. Belas kasih (Honesty);
6. Kewarganegaraan (Citizenship);
7. Disiplin diri (Self-descipline);
8. Peduli (Caring ), dan
9. Ketekunan (Perseverance).

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI (2010) juga telah merancang


disain program pendidikan karakter yang didekatkan pada bingkai visi pendidikan
nasional, sehingga menjadi empat kelompok besar, yaitu:
1. Olah Hati (spiritual and emotional development);
2. Olah Fikir (intellectual development);
3. Olah Raga dan Kinestetik (physical and kinesthetic development); dan
4. Olah Rasa dan Karsa (affective and creativity development).

10
9. ETIKA DALAM PENDIDIKAN KARAKTER
Semua komponen dari etika harus terlibat di dalam pembentukan karakter
seseorang dengan cara menanamkannya melalui pendidikan karakter. Dengan adanya
penerapan etika yang baik, maka akan menjadikan seseorang memiliki pribadi yang
baik pula. Dibawah ini terdapat beberapa etika yang patut digunakan dalam membentuk
karakter seseorang.
1. Kepedulian dan Empati
Empati merupakan menempatkan diri pada keadaan emosi orang lain dan seolah-
olah mengalaminya sendiri. Sikap empati inilah yang akan mendorong seseorang
untuk melakukan kepedulian sosial atau peduli terhadap orang lain.
2. Kerja sama
Kerja sama adalah usaha menggabungkan tenaga dari diri sendiri dengan orang
lain sehingga bisa bekerja untuk mencapai sebuah tujuan. Selain itu, kerja sama
juga memiliki arti membagi pekerjaan dengan orang lain supaya sebuah tujuan
nantinya bisa dicapai.
3. Berani
Berani adalah kemampuan untuk menghadapi sebuah kesulitan, bahaya dan juga
sakit dengan menggunakan cara agar situasi bisa dikendalikan sekaligus cara
menguatkan mental.
4. Teguh dan Komitmen
Keteguhan hati dan juga komitmen adalah kemampuan untuk bertahan untuk
mencapai sebuah cita cita, pekerjaan dan berbagai urusan lainnya dan juga janji
yang dipegang dengan teguh terhadap sebuah keyakinan.
5. Adil
Adil adalah usaha untuk memperlakukan orang lain dengan cara memakai sikap
yang tidak memihak dan juga dilakukan dengan wajar yang penting dalam cara
membangun sikap kritis. Adil juga mengartikan memiliki pandangan yang jujur
dalam kehidupan sehari hari dan juga dalam situasi khusus tanpa adanya pengaruh
dari mana pun dan siapa pun juga.
6. Suka Menolong
Suka menolong adalah perilaku yang wajib dimiliki seseorang untuk membantu
meringankan masalah orang lain. Jika kebiasaan ini dilakukan, patutlah presepsi
orang pastinya akan memiliki pandangan yang positif. Namun, membantu orang
lain harus dibarengi dengan ikhlas dan tidak mengharapkan timbal balik.
7. Jujur dan Integritas
Jujur dan integritas merupakan cara berbicara jujur atau tidak bohong serta
memperlakukan orang lain dengan cara yang adil. Selain itu, jujur juga dilakukan

11
pada diri sendiri sekaligus tetap berpegang teguh dengan nilai nilai moral itu
sendiri.
8. Sabar
Sabar adalah suatu sikap menahan emosi dan keinginan, serta bertahan dalam
situasi sulit dengan tidak mengeluh.
9. Banyak Akal
Banyak akal merupakan kemampuan seseorang untuk berpikir secara kreatif
mengenai sebuah metode dan juga bahan yang berbeda beda dan dilakukan
sebagai cara menanggulangi situasi yang baru dan sulit. Banyak akal juga
mengartikan bisa membuat pertimbangan dengan menggunakan imajinasi dan
segala pilihan terbaik untuk menemukan cara memecahkan sebuah masalah.
10. Hormat dan Tanggung Jawab
Sikap hormat adalah cara menghormati orang lain dengan cara mengagumi,
menghargai dan juga memiliki penghargaan khusus sekaligus berlaku sopan pada
orang lain dan memperlakukan mereka dengan cara yang baik. Sedangkan
tanggung jawab adalah bisa dipercaya sekaligus bisa diandalkan mengenai sebuah
perbuatan atau tindakan. Tanggung jawab juga mengartikan segala perbuatan dan
tindakan yang akan dilakukan bisa dipertanggungjawabkan.
11. Toleransi
Toleransi adalah salah satu bentuk dari menghormati dan menghargai orang lain
tanpa memandang agama, suku bangsa, maupun ras. Toleransi sangat dibutuhkan
dalam pendidikan karakter karena dapat membentuk sesorang untuk menjadi
pribadi yang santun dan saling menyayangi.
12. Bangga
Bangga merupakan cara untuk menghargai diri sendiri sekaligus merasa senang
saat bisa menyelesaikan sebuah tugas yang cukup memberi tantangan atau bisa
mendapatkan sesuatu yang sudah diinginkan.
13. Loyalitas
Loyalitas adalah usaha agar selalu bisa setia pada sebuah komitmen dengan orang
lain baik itu keluarga atau teman dan juga kelompok tertentu.
14. Disiplin Diri dan Mandiri
Disipilin diri adalah menerapkan suatu kebiasaan sejak dini terkait kedisiplinan
dalam menaati aturan. Sedangkan mandiri adalah kebebasan untuk melakukan apa
saja yang dibutuhkan diri sendiri sekaligus mempertimbangkan pilihan dan juga
mengambil keputusan sendiri.

12
15. Humor
Humor adalah kemampuan seseorang untuk bisa merasakan dan menanggapi
sebuah hal yang lucu baik dari luar ataupun dari diri sendiri dan juga menciptakan
suasana yang cerah dalam kehidupan sehari hari sebab dengan wajah tersenyum,
situasi senang dan tertawa serta menggelikan akan menciptakan suasana yang
baik.

10. PEMBENTUKAN KARAKTER


Karakter kita terbentuk dari kebiasaan kita. Kebiasaan kita saat anak-anak
biasanya bertahan sampai masa remaja. Orang tua bisa mempengaruhi baik atau
buruk, pembentukan kebiasaan anak-anak mereka (Lickona, 2012:50). Karakter-
karakter yang dimiliki oleh seseorang dipengaruhi oleh faktor bawaan dan juga dari
lingkungan yang dapat disebabkan oleh pergaulan maupun pendidikan. Ada tiga
komponen yang sangat diperlukan untuk membentuk karakter seseorang terutama
dalam sistem pendidikan, yaitu sebagai berikut.
1. Moral knowing (pengetahuan tentang moral).
2. Moral feling (perasaan, atau penguatan emosi).
3. Moral action (penerapan moral).

Pembentukan karakter merupakan salah satu wujud dari upaya pemerintah


untuk membentuk generasi muda selanjutnya yang berkarakter. Untuk mewujudkan hal
ini maka diperlukan dukungan dari semua pihak, salah satunya adalah lembaga
pendidikan. Pendidikan dapat digunakan sebagai salah satu solusi yang tepat untuk
membentuk dan membina kepribadian peserta didik. Pembentukan karakter dalam
suatu sistem pendidikan adalah keterkaitan antara komponen-komponen karakter yang
mengandung nilai-nilai perilaku, yang dapat dilakukan atau bertindak secara bertahap
dan saling berhubungan antara pengetahuan nilai-nilai perilaku dengan sikap atau
emosi yang kuat untuk melaksanakannya.

Pembentukan karakter sangat penting untuk diterapkan karena semakin


banyaknya etika tidak bermoral yang dilakukan setiap harinya oleh masyarakat dari
berbagai kalangan. Dari adanya tantangan yang selalu saja hadir, maka pendidikan
nasional harus tetap ikut mengambil peran untuk membentuk karakter-karakter
masyarakat Indonesia yang beretika.

13
11. PERAN PENDIDIKAN
Pendidikan merupakan sebuah proses yang dapat terjadi secara terus-menerus
dalam kehidupan seseorang melalui pengajaran sehingga kemampuan, bakat,
kecakapan dan minatnya dapat dikembangkan. Proses pendidikan harus dijalankan
dengan etika yang baik dan benar, karena pendidikan bukan saja berbicara dari sisi
penanaman nilai yang baik melalui pembelajaran tetapi juga berbicara dari sisi
penerapan etika baik kepada pendidik maupun peserta didik. Pendidikan berperan
bukan hanya merupakan sarana transfer ilmu pengetahuan saja, tetap lebih luas lagi
sebagai pembudayaan yang tentu saja hal terpenting dan pembudayaan itu adalah
pembentukan karakter dan watak yang pada gilirannya sangat krusial bagi rekonstruksi
negara dan bangsa yang lebih maju dan beradab dan beretika.

Etika pendidikan merupakan sebuah proses pendidikan yang berlangsung


secara etis dan terus-menerus dalam kehidupan seseorang melalui pengajaran dan
penekanan terhadap etika itu sendiri sehingga kemampuan, bakat, kecakapan dan
minatnya dapat dikembangkan seimbang dengan etika yang baik dan benar dalam
kehidupannya. Etika dan pendidikan dua pokok yang saling terkait, seorang yang
memiliki pendidikan akan dilihat dari cara dan gaya hidupnya yang menunjukkan sifat-
sifat serta perkataan yang sopan dan santun. Hal ini dibentuk untuk landasan etika,
karena menurut Umar Tirtaraharja bahwa, “Pendidikan bermaksud membantu peserta
didik untuk menumbuhkembangkan potensi-potensi kemanusiaannya. Potensi
kemanusiaan merupakan benih kemungkinan untuk menjadi manusia. Pendidikan itu
berlangsung dengan baik dan berhasil, jika seorang pendidik memahami dan
menerapkan konsep keteladanan yang baik berdasarkan etika dan moral yang baik.”
Dengan adanya suatu pendidikan yang tepat, maka suatu etika yang bermoral pada diri
seseorang akan dapat tercapai.

12. ETIKA MORAL BELA NEGARA


Etika Moral berasal dari penggabungan dua kata yang berbeda, yaitu etika dan
moral. Keduanya pun memiliki arti yang berbeda. Moral adalah pengetahuan tentang
budi pekerti seseorang yang diterima di kalangan masyarakat. Sedangkan etika adalah
bentuk dari perbuatan yang dilakukan seseorang dengan baik atau buruk yang
ditentukan oleh pandangan dari masyarakat. Etika dan moral pada dasarnya memiliki
kesamaan makna, namun dalam pemakaian sehari-hari ada sedikit perbedaan. Moral
dipakai untuk perbuatan yang sedang di nilai, sedangkan etika di pakai untuk system
nilai yang ada. Keduanya memiliki keterkaitan yang dapat mencerminkan adanya

14
karakter dari suatu bangsa, salah satunya yaitu bela negara. Namun pada
kenyataannya dapat diketahui bahwa bangsa kita saat ini mengalami krisis etika dan
moral, tak luput pula para pemimpinnya. Banyak diantara dari mereka yang berakhir
terjerat kasus korupsi dan dihukum. Adapun penegakan peraturan di Indonesia juga
sangat lemah akibat mentalitas bangsa yang menurun. Hal ini membuktikan etika dan
moral yang sangat tidak patut menjadi teladan bagi generasi muda.

Sejak kemerdekaan, para leluhur telah berjuang keras untuk menguatkan etika
dan moralnya terutama bela negara yang pastinya tidak mudah dilakukan. Hanya saja,
saat ini Indonesia lemah akan sopan santun, serta gaya hidup yang mengikuti budaya
asing. Bangsa Indonesia banyak yang lebih mementingkan dirinya sendiri untuk
kepentingan pribadi. Sudah kewajiban kita untuk mengembalikan etika dan moral
generasi bangsa yang sesuai dengan ajaran para leluhur. Etika dan moral berada
dalam tata kehidupan, berada dalam tingkah laku, dan berada dalam diri. Bela Negara
juga berada pada kesadaran sebagai bangsa dan kecintaan pada bangsa dan negara,
yang semuanya ada di dalam dada. Sebagai bangsa yang tahu negaranya menuju ke
kemunduran harus berani bangun, cancut taliwanda, buang sifat suka berbuat nista dan
lakukan yang utama. Jika hal itu dilakukan pada gilirannya akan mampu
mengembalikan tata etika dan moral, dan pasti rela berkorban membela bangsa dan
negara demi kejayaan Indonesia.

15
KESIMPULAN

Berdasarkan makalah diatas dapat disimpulkan bahwa etika dan moral mengacu
kepada ajaran atau gambaran tentang perbuatan, tingkah laku, sifat, dan perangai yang
baik. Etika dan moral merupakan prinsip atau aturan hidup manusia untuk menakar
martabat dan harakat kemanusiaannya. Dalam bela negara etika diperlukan untuk diajarkan
sejak dini untuk menanamkan kepribadian karakter dalam diri sendiri demi kelangsungan
kehidupan bangsa dan negara Indonesia dimasa depan. Etika yang baik akan membawa
pengaruh yang baik, begitu juga sebaliknya.

Dijaman yang semakin canggih, kemajuan digitalisasi dan modern ini makna bela
negara tidak selalu disamakan dengan perang menggunakan senjata seperti yang telah
dijelaskan dalam Pasal 9 UU Nomor 3 tahun 2002 tentang Pertahanan Negara. Etika yang
didukung dengan pendidikan karakter yang mumpuni yang harus telah diajarkan sejak usia
dini dapat digunakan sebagai taktik perang atau persiapan perang dimasa depan dalam
upaya bela negara.

16
REFERENSI

2018. WIRA Edisi Khusus Bela Negara tahun 2018. Jakarta: Puskom Publlik Kemham.

Abidin, Zainal, Djoko Poernomo, Endang Iryanti, dan Lukman Arif. 2014. Pendidikan Bela
Negara. Surabaya: UPN “Veteran” Jawa Timur

Agoes, Sukrisno. I Cenik Ardana. 2009. Etika Bisnis dan Profesi : Tantangan Membangun
Manusia Seutuhnya. Salemba Empat: Jakarta (AC)

Aksaragama.com. (2020, 22 Mei). Apa itu Etika? Berikut adalah Pegertian dan Penjelasan
Lengkapnya. Diakses pada 19 Februari 2021, dari
https://aksaragama.com/umum/pengertian-etika-adalah/

Bertens, K. (2000). Pengertian Etika Bisnis. 1, 17.

Id.scribd.com. (2010, 28 Oktober). Tujuan Mempelajari Etika. Diakses pada 19 Februari


2021, dari https://id.scribd.com/doc/279937188/TUJUAN-MEMPELAJARI-ETIKA

Kompas.com. (2020, 05 Februari). Bela Negara: Tujuan, Fungsi, dan Manfaat. Diakses pada
18 Februari 2021, dari
https://www.kompas.com/skola/read/2020/02/05/130000169/bela-negara--tujuan-
fungsi-dan-manfaat.

Maress, Bernadet. (2018, 27 Maret). 15 Etika dalam Pendidikan Karakter. Diakses pada 19
Februari 2021, dari https://dosenpsikologi.com/etika-dalam-pendidikan-karakter

Materibelajar.co.id. (2020, 4 November). Pengertian Etika Menurut Para Ahli dan Pengertian
Etika Secara Umum. Diakses pada 19 Februari 2021, dari
https://materibelajar.co.id/pengertian-etika-menurut-para-ahli/

Paralegal.id. (2019, 24 Oktober). Bela Negara. Diakses pada 19 Februari 2021, dari
https://paralegal.id/pengertian/bela-negara/

Riadi, Muchlisin. (2017, 24 Agustus). Pengertian, Unsur dan Pembentukan Karakter.


Diakses pada 20 Februari 2021, dari
https://www.kajianpustaka.com/2017/08/pengertian-unsur-dan-pembentukan-
karakter.html

Smkwidyanusantara.sch.id. (2019). Pendidikan Karakter: Pengertian, Fungsi, Tujuan, dan


Urgensinya. Diakses pada 18 Februari 2021, dari

iv
https://smkwidyanusantara.sch.id/read/5/pendidikan-karakter-pengertian-fungsi-tujuan-
dan-urgensinya

Suardita, I ketut. Pentingnya Nilai Etik dan Moral dalam Setiap Penyelenggaraan Negara.
Diakses pada 20 Februari 2021, dari
https://simdos.unud.ac.id/uploads/file_penelitian_1_dir/9f151fd5fd2aba75533b1bf4651
fa302.pdf

Tanyid, Maidiantius. (2014, Oktober). Etika dalam Pendidikan: Kajian Etis tentang Krisis
Moral Berdampak pada Pendidikan. Jurnal Jaffray, vol. 12, No. 2. Diakses pada 19
Februari 2021, dari https://media.neliti.com/media/publications/122249-ID-pengaruh-
subject-specific-pedagogy-temat.pdf

Tyas, Eva Ning. 2017. “Pengaruh Empati terhadap Kepedulian Sosial pada Remaja”.
Skripsi. Psikologi, Universitas Muhammadiyah Malang, Malang.

Wikipedia.org. (2019, 25 September). Bela Negara. Diakses pada 18 Februari 2021, dari
https://id.wikipedia.org/wiki/Bela_negara#Nilai_nilai_bela_negara

Wikipedia.org. (2021, 25 Januari). Etika. Diakses pada 19 Februari 2021, dari


https://id.m.wikipedia.org/wiki/Etika

Yusuf, Adie E. (2015, 19 November). Landasan Etika dan Moral. Diakses pada 20 Februari
2021, dari https://teknologikinerja.wordpress.com/2015/11/19/landasan-etika-dan-
moral/

Anda mungkin juga menyukai