Anda di halaman 1dari 53

See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.

net/publication/344011996

Jurnal Artikel Teori Kesadaran

Article  in  Citizenship Teaching and Learning · September 2020

CITATIONS READS

0 4,584

1 author:

Satria Novian
Jakarta State University
5 PUBLICATIONS   0 CITATIONS   

SEE PROFILE

Some of the authors of this publication are also working on these related projects:

Jurnal Pendidikan Kewarganegaraan View project

All content following this page was uploaded by Satria Novian on 01 July 2021.

The user has requested enhancement of the downloaded file.


Jurnal Artikel Teori Kesadaran

......................................................................
Jurnal Pendidikan Kewarganegaraan Volume 1 No. 1 Tahun 2020

DISUSUN OLEH

NAMA : Satria Novian Lesmana

EMAIL : satrianovian2@gmail.com

KABUPATEN BEKASI

PROVINSI JAWA BARAT

NEGARA INDONESIA

2020
Abstrak
Kesadaran adalah bentuk keadaan dimana diri mengetahui/mengingat dan
terlintas/terasa di diri pada suatu hal/stimulus ditambah respon dari diri terhadap
hal tersebut. Fungsi kesadaran terdiri dari Untuk mengawasi dan menjaga diri,
untuk deteksi diri dan penyuntingan kesalahan, untuk pengambilan keputusan dan
bersikap, untuk mengatur kepribadian dan tingkah laku (organisasi diri), dan untuk
pembelajaran dan adaptasi diri. Kerangka kesadaran terdiri dari terjaga/terbangun,
perhatian, berpikir, dan respon/tanggapan. Jenis kesadaran terdiri dari kesadaran
aktif, kesadaran pasif, dan ketidaksadaran. Hasil kesadaran terdiri dari kesadaran
menurun, meninggi, normal, dan abnormal. Bentuk kesadaran terdiri dari kesadaran
sosial, agama, politik, hukum, militer, budaya, ekonomi, pendidikan, teknologi,
psikolog, dan kesehatan.

Kata Kunci: Pengertian Kesadaran, Fungsi Kesadaran, Kerangka Kesadaran, Jenis


Kesadaran, Hasil Kesadaran, Bentuk Kesadaran

Pendahuluan
Kesadaran diri adalah kunci utama dari pengendalian diri. Tanpa adanya
kesadaran diri maka pengendalian diri sulit terjadi sehingga diri menjadi dibawah
kendali diri. Jika diri berada di bawah kendali diri akan menyebabkan kesulitan
hidup baik untuk diri sendiri, orang lain, dan lingkungan. Ditambah banyak orang
yang belum memahami pentingnya kesadaran diri dan arti serta pemahaman
kesadaran diri yang sesungguhnya. Kesadaran diri juga merupakan sebuah awalan
dalam pengambilan keputusan. Tanpa adanya kesadaran diri yang tinggi maka
pengambilan keputusan yang dilakukan cenderung tidak berguna dan tidak
menghasilkan suatu manfaat serta lebih cenderung merugikan dan membahayakan
diri sendiri, orang lain, dan lingkungan.
1
Pembahasan
Teori Menurut Para Ahli
Antonius Atosokni Gea mendefinisikan kesadaran diri sebagai pemahaman
terhadap kekhasan fisik, kepribadian, watak dan temperamennya mengenal bakat-
bakat alamiah yang dimilikinya dan punya gambaran atau konsep yang jelas tentang
diri sendiri dengan segala kekuatan dan kelemahannya. Soemarno Soedarsono
menjelaskan bahwa kesadaran diri merupakan perwujudan jati diri pribadi
seseorang dapat disebut sebagai pribadi yang berjati diri tatkala dalam pribadi orang
yang bersangkutan tercermin penampilan, rasa cipta dan karsa, sistem nilai (value
system), cara pandang (attitude) dan perilaku (behavior) yang ia miliki (Malikah,
2013).

9 Hakikat Kesadaran Dalam Psikologi Menurut Para Ahli

Dalam psikologi luas bahasannya mengenai manusia dan sekitar lingkupnya.


Manusia sendiri memiliki pembahasan yang luas dan juga kaya, salah satunya
adalah bagaimana makhluk hidup mempertahankan kesdaran mereka tanpa masalah
dan juga kesalahan. Mengingat kesadaran merupakan hal utama dalam kehidupan
manusia.

Kesadaran termasuk salah satu menakjubkan dalam hidup manusia namun


sukar dipahami. Sebagian orang bisa dengan sembarang dapat mengerti apa yang
terjadi dan sejenisnya. Dalam psikologi sendiri yang memang menjadi payung
ilmunya sulit untuk menspesifikasikan apa dan bagaimana definis itu kesadaran.
Faktanya sangt banyak pengalaman emosional yang bergantung pada keawasan
kesadaran anda.

2
Seorang ahli yakni William james menggambarkan pikiran sebagai arus
kesadaran agar orang lain mudah memahami teori atau pemahamannya. Aliran yang
terus menerus dari sensasi, citra, pikiran dan perasaan yang terus berubah dan bisa
jadi berbeda dalam waktu yang singkat. Anda tentu pernah mendengar kasus bahwa
ia baik-baik saja namun keesokannya berubah menjadi seseorang yang depresi.
Pikiran manusia sering terpacu dari satu topik ke topik lainya seperti:

Keadaan fisik dan psikis anda hari ini, terutama fisik

Strategi yang anda buat untuk melewati hari esok

Seseorang atau lingkungan yang mendekati anda

Tempat dan target yang telah anda buat atau anda tuju

Relasi Antara Kesadaran dan Otak

Otak dapat menerima informasi dari tubuh dan dunianya tanpa perlu lagi pilot
dalam tubuh. Jelas bahwa manusia memang memiliki kelebihan itu dibanding yang
lain dan faktanya kelebihan ini yang membuat dia manusia gemilang. Otak dapat
mengubah menjadi dunia kesadaran dimana didalamnya kita sadar dan tahu akan
hal tersebut. Suatu sistem pengolahan yang terbesar dan terpisah yang berhubungan
untuk menghasilkan kesadaran (Tiffany, 9 Hakikat Kesadaran Dalam Psikologi
Menurut Para Ahli, 2020).

Dalam kesadaran ada beberapa tingkat yang anda harus pahami, diantaranya
adalah :

Jenis-jenis Tingkatan Kesadaran

3
Kesadaran tingkat tinggi dimana anda tahu harus melakukan apa dan
bagaimana

Kesadaran tingkat rendah namun tetap dalam fase kesadaran

Keadaan kesadaran terubah

Kesadaran bawah sadar yang tidak diatur

Tidak ada kesadaran1

Kesadaran adalah bentuk kesiapan seseorang menghadapi segala bentuk


peristiwa sekitar maupun peristiwa kognitif meliputi memori, pikiran, perasaan
serta fisik. Kesadaran memiliki dua definisi antara lain memahami pengaruh
lingkungan sekitar kemudian mengenal seseorang menghadapi masalah mentalnya
sendiri.

Psikologi muncul mulai abad ke ke-19 terdiri dari psikologi perkembangan,


psikologi olahraga, psikologi sosial, psikologi faal, psikologi forensik, dan
psikologi lain kemudian berkembang memahami pengalaman-pengalaman sadar.
Menjelang awal abad ke-20, kesadaran semakin tidak bisa dipisahkan dari ruang
disiplin ilmu kesadaran berada dalam lingkup ilmu psikologi yang mendominasi
saat itu yaitu teori behaviorisme oleh John Watson dan BF. Skinner.

Kerangka Kesadaran

Kerangka kerja kesadaran utama tediri dari attention, wakefulness,


architecture, recall of knowledge dan emotive. Selain itu juga terdapat atribut
sekunder yaitu novelty, emergence, selectivity dan subjectivity. Elemen kesadaran

1
Tiffany, "9 Hakikat Kesadaran Dalam Psikologi Menurut Para Ahli"
(https://dosenpsikologi.com/hakikat-kesadaran-dalam-psikologi, diakses pada tanggal 11 Agustus
2020 pukul 10.17)

4
ini tergabung dalam konsep AWAREness merupakan upaya pengurangan variansi
dalam mendefinisikan pengalaman subjektif yang disebut dengan kesadaran.

Attention

Adalah memusatkan mental pada hal-hal internal maupun eksternal. Atensi


dapat kita arahkan ke peristiwa eksternal ataupun internal. Maka dari itu, kesadaran
juga bisa diarahan ke peristiwa eksternal dan juga internal.

Wakefulness

Adalah proses kontinum dari tidur hingga terjaga. Dalam konsep kerja
AWAREness, kondisi mental akan dihadapi oleh seseorang sepanjang hidupnya.

Architecture

Adalah lokasi fisik struktur fisiologi yang membangun sebuah kesadaran atau
dalam kata lain kesadaran mempunyai sejumlah struktur fisiologis. Hal ini
menimbilkan asumsi bahwa kesadaran yang berpusat di otal dapat diidentifikasi
melalui korelasi neural kesadaran.

Recall of Knowledge

Adalah mengambil informasi tentang seseorang dengan lingkungan sekitar.


Manusia dapat mengakses pengetahuan melalui recall informasi tentang diri pribadi
dan dunia sekitar.

Novelty

5
Adalah konsep yang berfokus pada pikiran dan peristiwa sentral dalam
menemukan sesuatu yang baru, kreatif dan inovatif.

Emergence

Adalah kesadaran berbeda berkaitan dengan proses neural lainnya yang


berkaitan dengan pemikiran pribadi dan internal.

Selectivity dan Subjectivity

Adalah manusia yang berfokus pada waktu, aka tetapi pikiran dapat berubah
cepat karena gangguan dan pikiran baru atau adanya insyarat eksternal.

Fungsi Kesadaran

Menurut Baars dan Mc. Goven mengemukakan fungsi-fungsi kesadaran


yaitu:

Fungsi kontak setting

Fungsi adaptasi dan pembelajaran

Fungsi prioritas dan akses

Fungsi rekrutmen dan control

Fungsi pengambilan keputusan dan eksekutif

Fungsi deteksi dan penyunting kekeliruan

Fungsi monitor diri

6
Fungsi organisasi dan fleksibilitas

Tingkat-Tingkat Kesadaran

Tidur

Keadaan sadar dan tidak sadar terlihat paling jelas saat seseorang tidur dan
terjaga. Pengamatan in dilakukan melalui EEG yakni mengamati perilaku otak pada
waktu tertentu. Pada saat terjaga, secara otomatis kita berada pada kondisi siaga,
melihat arah, mendengarkan pesan dan membaui suatu aroma. Akan tetapi saat
tertidur, kegiatan itu berkurang dan seluruh interaksi hilang. Berikut adalah lima
ciri gelombang otak saat seseorang terjaga dalam empat tahap ketika tidur :

Saat terjaga, rekaman EEG menunjukkan aktivitas cepat dan amplitudo


rendah

Tahap satu menunjukkan periode singkat gelombang theta artinya kita mulai
mengantuk

Tahap dua menunjukkan lonjakan ritmik antara 12-15 Hz

Tahap tiga gelombang dekta menurun dan pola kumparan terjadi

Tahap empat gelombang delta banyak sehingga seseorang menjadi sulit


bangun

Bermimpi

Fase tidur REM adalah fase bermimpi. Seperti yang diungkapkan oleh Freud
bahwa mimpi adalah suatu kebocora informasi dimana makna tersembunyi bisa
dipelajari dari mimpi. Ternyata aktivitas saat RE, adalah cara otak menyatakan
sesuatu yang sama seperti saat kita sadar.

7
Obat-obatan yang dikonsumsi

Obat yang dikonsumsi mengubah kesadaran yang tidak sama saat kita terjaga
dengan kesadaran normal. Obat penenang menghambat sistem saraf untuk bekerja,
obat perangsang mempercepat sistem saraf dan obat halusinogenik mengubah
pandangan kita terhadap realita. Seluruh jenis obat-obatan bisa berpengaruh pada
kewaspadaan kita terhadap fisiologis dan psikologis pengalaman sadar manusia.

Meditasi

Suatu kondisi rileks dengan pikiran kosong disebut dengan meditasi. Teknik
meditasi bisa menggunakan pengulangan nyanyian, mantra, posisi tubuh dan objek
eksternal. Alasan meditasi berupa aspek agama, spiritual, kedamaian dan kesehatan
tubuh.

Jenis-Jenis Kesadaran

Kesadaran dibagi menjadi dua bentuk yaitu:

Kesadaran Pasif: Adalah kondisi individu yang menerima segala bentuk


stimulus internal dan eksternal ketika diberikan

Kesadaran Aktif: Adalah kondisi individu yang menitikberatkan inisiatif serta


menyaring stimulus-stimulus ketika diberikan

Teori Kesadaran

1. Carl G Jung

8
Menurut Carl G Jung kesadaran terdiri dari 3 aspek yaitu ego, ketidaksadaran
pribadi dan ketidaksadaran kolektif.

Ego

Adalah kesadaran jiwa yang terdiri dari persepsi, ingatan, pikiran serta
perasaan sadar. Bekerja di tingkat concscious, ego melahirkan perasaan identiras
dan kontinuitas individu. Ego merupakan aspek tingkah laku yang dilakukan secara
sadar oleh seseorang atau dengan kata lain ego yaitu sesuatu yang membuatv
manusia sadar akan dirinya sendiri.

Ketidaksadaran pribadi

Hal ini adalah yang paling dekat dengan ego. Pengalaman ini pada awalnya
disadari namun kemudian dilupakan dengan repression atau suppression. Gejolak
kenangan pahit dapat dilakukan oleh diri kita sendiri maupun karena paksaan pihak
penguasa. Setiap kompleks dalam ketidaksadaran pribadi mempunyai inti yang
dapat memberikan tarikan, semakin besar tarikan maka akan berpengaruh semakin
besar terhadap tingkah laku manusia.

Ketidakpribadian kolektif

Adalah bekas ingatan keturuan para leluhur yang bukan hanya terdiri dari
sejarah ras tetapi juga leluhur pramanusiawi. Ketidaksadaran kolektif tersusun dari
sejumlah archetype yakni ingatan ras yang diturunkan dari satu generasi ke generasi
lain. Hal ini menggambarkan aspek kehidupan yang hampir menyeluruh lalu
ditunjukkan berulang pada generasi di bawahnya.

9
2. Sigmund Freud

Freud dalam teori alam sadar mengungkapkan bahwa alam sadar adalah
bagian yang dapat berkontak langsung dengan realitas. Freud menamakan alam
sadar sebagai alam pra sadar yaitu pemisah antara kesadaran dan ketidaksadaran
yang dapat mudah memanggil sesuatu ke alam sadar seperti halnya kenangan di
masa lalu yang meskipun tidak ingin kita pikirkan dapat mudah dipanggil dan
tersedia langsung di memori kita.

Sedangkan alam bawah sadar adalah hal yang penting untuk menentukan
perilaku manusia dimana melingkupi sesuatu yang tidak mudah dipanggil ke alam
sadar misalnya nafsu dan insting seta sesuatu yang tidak bisa kita jangkau seperti
kenangan pahit dan trauma. Alam bawah sadar adalah sumber motivasi dan
dorongan seperti makanan atau seks, daya neurotik atau motif yang membuat
seniman atau ilmuwan berkarya. Namun, Freud juga menyebutkan bahwa kita
sering menghalangi motif untuk ke alam sadar atau biasa kita kenal dengan samar-
samar.

Konsep struktur mind menurut Freud dikembangkan dengan mind apparatus


atau struktur kepribadian terdiri dari id, ego dan super ego.

Id merupakan struktur dasar kepribadian yang bekerja secara tidak sadar dan
mengandalkan prinsip kesenangan yang bertujuan memenuhi kepuasaan

Ego adalah hasil perkembangan id yang berfungsi untuk mengontrol


kesadaran dan memutuskan sesuatu atas perilaku manusia

Superego adalah sesuatu yang merefleksikan nilai sosial serta membuat


individu sadar dengan tuntutan moral. Superego berkembang dari ego manusia yang

10
mampu membedakan nilai jelek bagus dan suatu moral. Jika terjadi penyimpangan,
maka superego akan memberikan hukuman berupa penyesalam kepada ego (Febri,
Sejarah Kesadaran Dalam Psikologi, n.d.).2

Kesadaran adalah suatu kemampuan yang ada pada individu untuk


menciptakan hubungan antara dirinya sendiri dengan lingkungannya melalui panca
inderanya dan memberi batasan-batasan tertentu melalui perhatian. Alam sadar
manusia berisi hasil-hasil pengamatan yang diperolehnya dari dunia luar.

Ada beberapa bentuk kesadaran, menurut Maramis (1999), yaitu kesadaran


normal, kesadaran menurun, kesadaran meninggi, kesadaran waktu tidur, kesadaran
waktu mimpi, kesadaran waktu disosiasi, trance, hipnotis dan kesadaran terganggu.
Berikut ini akan dibahas mengenai bentuk kesadaran dan segala tingkatannya dalam
psikologi.

1. Kesadaran Normal

Kesadaran normal adalah ketika seorang individu tersadar tentang dirinya dan
lingkungannya. Di saat ini, daya ingat, perhatian dan orientasi individu tersebut
meliputi ruang, waktu dan orang dalam kondisi yang baik.

2. Kesadaran Menurun

Sementara itu, pada kondisi kesadaran menurun, bentuk kesadaran orang


tersebut sedang dalam kondisi di bawah normal. Kesadarannya berkurang secara
keseluruhan, mencakup kemampuan persepsi, perhatian dan pemikirannya.
Terdapat beberapa tingkat menurunnya kesadaran, sebagai berikut:

Amnesia, dimana individu tersebut mengalami hilang ingatan atau lupa


terhadap kejadian tertentu atau keseluruhan ingatannya.

2
https://dosenpsikologi.com/sejarah-kesadaran-dalam-psikologi

11
Apatis, yaitu ketika seseorang menunjukkan tanda-tanda acuh tak acuh
terhadap kondisi yang dialaminya atau stimulus yang diterimanya.

Somnolensi, yaitu ketika seseorang merasa mengantuk dan merasa malas.

Sopor, dimana kesadaran menurun dengan tanda hilangnya ingatan, orientasi


serta pertimbangannya.

Subkoma atau koma, yaitu menurunnya kesadaran dengan tanda-tanda tidak


adanya respon terhadap stimulus atau rangsangan yang keras.

Kondisi kesadaran menurun di atas perlu diketahui untuk bisa mengenali


posisi kesadaran seseorang, terutama bagi psikolog.

3. Kesadaran Meninggi

Dalam kesadaran yang tinggi ini, seorang individu bisa memberi respon yang
tinggi atau keras terhadap rangsangan yang diterimanya. Misalnya, saat seseorang
memiliki kesadaran tinggi, dia bisa memberi respon dengan suara yang lebih keras
atau gerakan tubuh yang lebih cepat.

4. Kesadaran Waktu Tidur

Kesadaran waktu tidur aadalah suatu bentuk kesadaran dimana memiliki


tanda-tanda kesadaran yang menurun secara reversible. Biasanya, bentuk kesadaran
ini disertai posisi tubuh yang berbaring dan tidak bergerak-gerak.

5. Kesadaran Waktu Disosiasi

Bentuk kesadaran ini memiliki tanda adanya pemisahan sebagian tingkah


laku atau kejadian secara psikologis. Ada beberapa bentuk disosiasi yang akan
dibahas di bawah ini:

Trance, yaitu keadaan kesadaran yang tidak menunjukkan reaksi yang jelas
terhadap lingkungan. Misalnya, ketika seseorang kesurupan, bermain atraksi kuda
kepang, dan lain-lain.

12
Histerical twilight state, dimana seseorang kehilangan ingatan secara
psikologis, dengan tanda kesadaran yang menurun dan menyempit.

Fugue, yaitu sebuah periode turunnya kesadaran dengan pelarian secara fisik
dari keadaan yang menyebabkan dirinya tertekan.

Serangan histerik, yaitu suatu bentuk emosi yang jelas dan memiliki unsur
menarik perhatian serta tidak terlihat memiliki kontak dengan lingkungannya.

Dengan mengetahui bentuk-bentuk kesadaran di atas, kita mengetahui bahwa


kesadaran manusia sangat berpengaruh terhadap tingkah laku dan respon seseorang
terhadap kondisi yang dialaminya. Selain untuk mengatur perilaku seseorang,
kesadaran juga akan sangat berpengaruh pada cara pengambilan keputusan (Masita,
2021).

Teori Menurut Agama

Aspek utama yang mendorong unsur kesadaran diri dalam pribadi manusia
adalah aspek ruhani. Secara bahasa kesadaran diri diartikan dengan ingat, merasa
dan insaf terhadap diri sendiri.1 Dalam bahasa Arab, kesadaran diri disebut ma’rifat
al-nafs. Dari pengertian secara bahasa dapat diambil sebuah gambaran umum
tentang kesadaran diri diawali dengan melihat terminology istilah pribadi yang
berarti: sendiri atau mandiri. Dengan akal budi yang dimiliki, manusia mengetahui
apa yang dilakukan dan mengapa ia melakukannya (Malikah, 2013).

Takwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa merupakan jalan ruhani yang
ditempuh manusia untuk mencapai kesadaran terhadap diri. Menurut M. Iqbal,
takwa terhadap Tuhan diartikan dengan taat kepada hukum yang dibawah oleh Nabi
Muhammad Saw, artinya, pribadi bersifat hidmat (bijaksana dalam bertindak),
nikmat (kerja keras), istiqbal (kuat dan terpadu) dan sabar (menjalankan printah-
Nya, menjauhib larangan-Nya dalam menghadapi cobaan yang ada.

13
Dari sistem nilai yang tergabung, pribadi akan menentukan sebuah
kepercayaan diri yang kuat dalam berkehendak dan berbuat, sehingga manusia,
sebagai kesatuan jiwa-badan, mampu menangkap seluruh realitas, materi dan
non-materi, karena didalam sistem nilai terdapat potensi epistemologis berupa
serapan pancaindra, kekuatan akal dan intiusi yang akan melahirkan kesadaran diri
pada diri manusia (Malikah, 2013).

Faktor Penghambat Kesadaran Diri

kesadaran diri seseorang dapat diketahui melalui kesadaran jiwanya, yaitu


dengan melihat sikap, prilaku atau penampilannya. Dengan fenomena seperti itu
seseorang akan dapat dinilai atau ditafsirkan apakah kesadaran dirinya dalam
keadaan baik, sehat dan benar ataukah tidak. Adapun faktor yang menjadi
penghambatnya bagi seseorang untuk memperoleh kesadaran diri ialah akhlak
mazmumah (buruk) diantaranya adalah (Malikah, 2013):

1. Marah

2. Dendam

3. Dengki

4. Takabur

5. Riya’

6. Dusta

7. Serakah/rakus

8. Buruk sangka

9. Malas

10. Kikir

11. Was-was

14
12. Hilang rasa malu

13. Zalim dan bodoh

14. Melanggar batas

15. Syubhat

16. Syahwad

Menumbuhkan Kesadaran Diri Seorang Muslim

Manusia seringkali lebih suka dan rajin memperbanyak bikin aturan: ini
wajib, itu terlarang, ini halal dan itu haram. Malahan belakangan ini seringkali
aturan yang melarang dan mengharamkan lebih banyak. Lalu bagaiamana dengan
isi Alquran? Apakah Alquran memang hanya meminta kita fokus pada hukum?

Tidak. Kitab suci lebih banyak memuat kisah bangsa-bangsa, dengan segala
peristiwa yang terjadi di dalamnya. Lalu ia mengakhirinya dengan pertanyaan
kritikal dan menyentuh:

“Apakah kamu tidak merenungkannya? Apakah kamu tidak mengambil


pelajaran dan apakah kamu tidak berpikir?”

Nah, tampak sekali bedanya. Manusia lebih senang memaksakan kehendak


dan menghukum. Sedang Tuhan lebih senang mengajak manusia berpikir dan
menumbuhkan kesadaran diri, harus diteknakankan, “menumbuhkan kesadaran
diri”. Bagaaimana menumbuhkan kesadaran diri?

15
Merenungkan peristiwa di dalam kisah-kisah Alquran, berpikir di dalam
baris-baris syair, memandang dalam guratan-guratan seni rupa, mendengar alunan-
alunan suara atau musik, adalah aktivitas-aktivitas yang dianjurkan Alquran. Kita
betul-betul menjiwa pertanyaan-pertanyaan Alquran: “Apakah kamu tidak
merenungkannya? Apakah kamu tidak mengambil pelajaran dan apakah kamu tidak
berpikir?”

Dan bukankah kita juga mengerti bahwa ayat-ayat (tanda-tanda) kauniyah


lebih besar dan terus tumbuh, terus berkembang? Ayat-ayat kauniyah bisa kita
nikmati, kita renungkan, kita baca (qiraah) dengan semua indra kita:

Benderang siang, gelap malam, gemerlap bintang, semilir angin, goyangan


gempa, kepulan asap kawah, dorongan banjir, kokok ayam, warna-warni buah-
buahan, sedap rempah-rempah, hingga kelucuan bayi yang sedang belajar bicara,
dan semuanya itu bisa kita jadikan rujukan merenung, menghayati, memikirkan,
merasakan, agar menyembul hikmah yang dapat kita menghilahmi kebaikan
bersama, kebaikan hidup.

Menjiwai pertanyaan-pertanyaan Alquran seperti disampaikan di atas, bukan


saja karena hukum terbatas, karena hukumnya punya kekurangan, namun juga
karena hikmah seringkali mengajak kita menikmati semua panca indra kita bekerja.
Untuk apa?

Untuk menikmati keindahan dunia dan seisinya. Kita peras dan saring seisi
dunia, bukan untuk kerakusan, tapi mendapatkan hikmahnya.

Terakhir, izinkan saya mengutip sebuah syair dari Abu al-Atahiah:

16
‫عصي اإلل ََه‬
ِ ‫كيفَ َي‬
َ ‫ع َج َبا‬
َ ‫ف َيا‬

‫كيفَ يجحدهَ الجاحِ َد‬


َ َ‫أم‬

‫تحري َك َة‬
ِ َ‫كل‬
ِ ‫وللَِ فِي‬

‫ي كلَ تَسكينَة ٍَ شاه َِد‬


َ ‫ٍوف‬

‫كلَ شيءَ لَهَ آي َة‬


ِ ‫وفِي‬

‫ٍتَدلَ على أنهَ الواحِ َد‬

Betapa anehnya manusia. Bagaimana mungkin Tuhan dilawan. Atau


bagaimana Dia diingkari. Padahal Dia melihat gerak dan diammu. Pada setiap
sesuatu. Adalah tanda bahwa Dia Satu.

Oh, betapa indah dan maha bijaksananya Tuhan (Muhammad, 2018).3

Menggugah Kesadaran Diri Orang Beriman

Saya mengawali tulisan ini dengan sebuah pertanyaan. Sudah berapa kali kita
semua berpuasa selama hidup ini? Mungkin ada yang sudah 10 kali, 25 kali dan
bahkan lebih dari itu. Lalu Pertanyaan saya berikutnya adalah, apa yang kita rasakan
setelah puasa? Maksudnya adalah perubahan-perubahan apa dalam diri kita dalam
kehidupan sehari-hari?

Apakah pengaruhnya terhadap pola pikir kita? Apakah ada perubahan pada
ucapan dan perilaku kita? Apakah ada perubahan pada watak dan sifat kita? Hal
inilah yang seharusnya kita renungkan selama kita berpuasa. Sehingga ada
peningkatan kualitas ibadah dan kepribadian dalam diri seseorang muslim dalam

3
Husein Muhammad, "Menumbuhkan Kesadaran Diri Seorang Muslim"
(https://alif.id/read/husein-muhammad/menumbuhkan-kesadaran-diri-seorang-muslim-b212211p/,
diakses pada tanggal 18 Agustus 2020 pukul 09.29)

17
kehidupan sehari-hari di masyarakat dan akan berdampak pada kehidupan
sosialnya.

Puasa Ramadan yang kita lakukan ini seharusnya dapat mengubah kesadaran
diri bagi setiap muslim. Sehingga akan semakin taat setelah ramadan dan semakin
baik kepada sesama manusia ‘Hablum minallah wahablum minannas’. Ada
beberapa kesadaran yang dilakukan oleh setiap muslim setelan puasa Ramadan.

Pertama: Kesadaran Spiritualitas. Yaitu kesadaran yang ditunjukkan dengan


semakin meningkat kuantitas dan kualitas ibadah kita. Kesadaran spiritualitas juga
dapat dilihat nilai-nilai keikhlasan seseorang dalam beribadah. Bahwa beribadah
tidak hanya dengan niat untuk mendapatkan pahala semata, tetapi lebih dari pada
itu adalah mengharapkan keridhaan Allah SWT semata.

Kedua; Kesadaran Kolektifitas. Yaitu menyadari bahwa kita hidup itu saling
berhubungan dan saling membutuhkan satu dengan yang lainnya. Kesadaran
kolektif ini sangat penting bagi seorang muslim, bahwa hidup ini tidak bisa sendiri,
pasti kita akan membutuhkan bantuan orang lain. Oleh karena itu Islam
mengajarkan agar kita saling tolong-menolong kepada sesama manusia dalam
kebaikan dan tidak tolong menolong dalam keburukan dan kemungkaran.

Ketiga, Kesadaran Humanitas. Yaitu kesadaran kemanusiaan. Puasa harus


menyadarkan kita bahwa semua orang dihadapan Allah adalah sama, tergantung
ketaqwaannya. Orang yang berpuasa harus bisa memanusiakan manusia sebagai
manusia layaknya manusia yang harus dimanusiakan sebagamana manusia.

Orang yang berpuasa harus bisa lebih menghargai orang lain. Lebih sabar dan
tidak mudah mengumbar emosinya bila ada orang lain yang salah. Sebagaimana
Hadits Rasulullah Saw, “Bila ada orang yang mengajak untuk bertengkar,
katakanlah bahwa aku sedang puasa”.

Keempat: Kesadaran Moralitas. Yaitu orang yang berpuasa ramadhan akan


memiliki akhlak yang baik ‘Akhlaqul Karimah’. Nilai keimanan dan ketaqwaan

18
seseorang yang paling tinggi adalah terletak pada akhlaqnya. Artinya puasa telah
melatih diri kita menjadi orang yang jujur, sabar dan peduli terhadap orang lain.
Inilah hasil puncak seseorang yang telah berpuasa, yaitu menjadi orang-orang yang
bertaqwa, ‘La’alakum Tattaqun’. Dalam Alquran Surat Ali Imran disebut ciri-ciri
orang yang bertaqwa; yaitu orang-orang yang rajin berinfaq walau dalam keadaan
lapang dan sempit, orang-orang yang bisa mengendalikan amarahnya dan orang-
orang yang bisa memaafkan kesalahan orang lain. Oleh karena itu kebiasaan umat
Islam setelah ramadan saling bermaafan (Bhirawa, 2020). 4

Teori Menurut Satria Novian Lesmana


Kesadaran adalah bentuk keadaan dimana diri mengetahui/mengingat dan
merasakan yang terlintas di diri pada suatu hal/stimulus ditambah respon dari diri
terhadap hal tersebut.

Jenis kesadaran diri

1. Kesadaran Aktif adalah keadaan merespon dengan baik dan benar


terhadap suatu stimulus atau suatu hal yang telah diketahui/diingat
dan terlintas/terasa di diri.
2. Kesadaran Pasif adalah keadaan merespon dengan kurang baik dan
benar terhadap suatu stimulus atau suatu hal yang telah
diketahui/diingat dan terlintas/terasa di diri.

3. Ketidaksadaran adalah keadaan dimana suatu stimulus atau suatu hal


tidak tahu/tidak ingat dan tidak terlintas/tidak terasa di diri.

Tingkatan Kesadaran Diri

1. Kesadaran Tingkat Tinggi

4
Danu Bhirawa, "Menggugah Kesadaran Diri Orang Beriman"
(https://www.harianbhirawa.co.id/menggugah-kesadaran-diri-orang-beriman/, diakses pada
tanggal 11 Agustus 2020 pukul 10.21)

19
Kesadaran tingkat tinggi adalah keadaan dimana diri telah terjaga/terbangun
dan mampu memerhatikan, memikirkan, mempedulikan, dan merespon hal-
hal yang diketahui/diingat dan terlintas/terasa di diri.

2. Kesadaran Tingkat Rendah

Kesadaran tingkat rendah adalah keadaan dimana diri kurang


terjaga/terbangun dan kurang memerhatikan, memikirkan, mempedulikan,
dan merespon hal-hal yang diketahui/diingat dan terlintas/terasa di diri.

Hasil kesadaran diri

1. Kesadaran Meninggi

Kesadaran meninggi adalah hasil kesadaran diri seseorang atau individu yang
meninggi/meningkat akibat adanya perhatian terpusat/fokus dan serius,
pemahaman/kecerdasan tinggi karena rajin belajar, daya ingat tinggi, serta semakin
dan rajin peduli.

2. Kesadaran Menurun

Kesadaran menurun adalah hasil kesadaran diri seseorang atau individu yang
menurun akibat adanya kurang perhatian, kurang pemahaman/kecerdasan karena
jarang/malas belajar, daya ingat menurun, dan kurang/malas peduli.

3. Kesadaran Normal

Kesadaran normal adalah suatu kondisi kesadaran seseorang dalam keadaan


tersadar penuh.

4. Kesadaran Abnormal

Kesadaran abnormal adalah suatu kondisi kesadaran seseorang yang masih


dalam keadaan belum tersadar penuh atau sedang mengalami kelainan
jiwa/gangguan jiwa.

Batasan Kesadaran Diri

20
1. Keadaan diri (terjaga atau terbangun atau tertidur atau lupa atau
amnesia atau pingsan atau mabuk)

2. Perhatian

3. Daya ingat

4. Pemahaman/kecerdasan

5. Hati nurani (Perasaan peduli)

6. Respon/tanggapan

7. Hidayah Tuhan

Fungsi Kesadaran

1. Untuk mengawasi dan menjaga diri.


2. Untuk mendeteksi diri jika melakukan suatu kesalahan dan
penyuntingan/pengurangan kesalahan yang mau dilakukan serta
mencegah diri melakukan suatu kesalahan.
3. Untuk pengambilan keputusan dan bersikap.
4. Untuk mengatur kepribadian dan tingkah laku (organisasi
diri/mengendalikan diri).
5. Untuk pembelajaran diri, perbaikan diri, dan penyesuaian/adaptasi
diri.

Bentuk Kesadaran

1. Kesadaran Sosial
2. Kesadaran Agama
3. Kesadaran Politik
4. Kesadaran Hukum
5. Kesadaran Militer
6. Kesadaran Budaya
7. Kesadaran Ekonomi
21
8. Kesadaran Pendidikan
9. Kesadaran Teknologi
10. Kesadaran Psikolog
11. Kesadaran Kesehatan

Kerangka Kesadaran

1. Terjaga/terbangun
2. Perhatian
3. Berpikir
4. Respon/tanggapan

Rumusan Kesadaran Diri

Diri dalam keadaan terjaga -> Tahu/ingat pada suatu hal/stimulus dan suatu
hal yang terlintas/terasa di diri -> Resapi hal tersebut ke dalam pikiran serta
perhatikan dengan kepedulian tinggi dan pikirkan (pahami) baik-baik hal tersebut -
> Respon (berilah tanggapan) hal tersebut dengan baik dan benar = Kesadaran Diri.

Keterangan:

Terjaga artinya kondisi diri (tubuh, jiwa, akal pikiran, hati nurani, dan hawa
nafsu) dalam keadaan terbangun sepenuhnya serta diri dalam keadaan tidak
mabuk/tidak tertidur/tidak mengantuk/tidak pingsan/tidak mengalami kelainan
jiwa.

Perhatian yang baik dan benar adalah keseriusan dan keikhlasan diri dalam
memfokuskan panca indra, hati, dan pikiran terhadap yang diketahui/diingat dan
terlintas/terasa di diri. Hal yang diperhatikan, antara lain hal yang ada di sekitar
dirinya, suatu peristiwa yang telah terjadi, suatu hal yang terjadi pada dirinya,
sesuatu hal yang diingat oleh dirinya, sesuatu hal yang dirasakan oleh dirinya, dan
sesuatu informasi yang datang pada dirinya.

22
Berpikir artinya mengingat hal yang diperhatikan itu termasuk pengetahuan
baik atau buruk, mengingat itu termasuk pahala atau dosa, mengingat itu termasuk
penting atau bahaya, mengingat itu termasuk keuntungan atau kerugian, serta
mengingat itu termasuk bermanfaat atau tidak berguna, jika hal yang diperhatikan
itu tidak ada di akal pikiran maka segera mencari tahu dan mempelajari terhadap
hal yang diperhatikan tersebut yang kemudian dianalisis/diteliti baik-baik/hati-hati.

Sadar sepenuhnya berarti dirinya (jiwa, akal pikiran, hati nurani, dan hawa
nafsu) telah memperhatikan, memikirkan, menerima, mengakui, dan menanggapi
tanpa adanya keberatan/keras hati, penolakan/keras kepala, dan
penentangan/durhaka terhadap hal yang diketahui/diingat/dirasakan.

Respon diri adalah kunci utama dan hasil akhir dalam kesadaraan diri yang
berlanjut menjadi pengambilan keputusan/bersikap dan keputusan yang
diambil/dipilih berlanjut menjadi tingkah laku dan tindakan sehari-hari.

Respon yang baik dan benar adalah hal yang paling utama dibutuhkan dalam
kesadaran diri. Hal-hal utama lainnya yang menjadi kunci utama dalam kesadaran
diri adalah diri yang terjaga (diri terbangun sepenuhnya), perhatian yang serius dan
fokus terhadap hal yang diketahui/diingat/dirasakan, serta pemikiran yang analitis
dan teliti (hati-hati) terhadap hal yang diperhatikan.

Respon yang baik dan benar adalah dengan diperhatikan dan dipikirkan baik-
baik (dipahami) terlebih dahulu.

Merespon berarti memberi reaksi berupa mempercayai, menerima, mengakui,


menanggapi, dan menjawab.

Kesiagaan adalah suatu bentuk kesiapan diri dalam menghadapi segala


sesuatu yang akan datang.

Tujuan Bersiaga

23
1. Untuk menghindari godaan setan, iblis, dan hawa nafsu.
2. Untuk menghindari dosa.
3. Untuk menghindari kerugian.
4. Untuk menghindari hal yang tidak berguna.
5. Untuk menghindari dan mengurangi dampak buruk.
6. Untuk menghindari murka Tuhan dan siksa neraka.
7. Untuk menghindari kematian yang tidak berguna.
8. Untuk dapat langsung bertaubat jika telah melakukan
kejahatan/keburukan/kesalahan/kerugian.

Kerangka Bersiaga

1. Belajar
2. Kesadaran Aktif dan Tingkat Tinggi
3. Pemahaman Tingkat Tinggi
4. Kesiapan Diri

Rumusan Bersiaga

Banyak belajar terlebih dahulu -> Gunakan kesadaran sebagai alat untuk
bersiaga -> Dicermati baik-baik hal yang datang tersebut -> Jika yang datang adalah
godaan, dosa, keburukan, hal yang tidak berguna, dan kerugian maka tidak perlu
dilakukan/dipraktekan dan jauhi saja, sedangkan jika yang datang adalah hidayah,
pahala, kebaikan, dan manfaat maka langsung dilakukan/dipraktekan dan dekati
saja, sedangkan jika telah melakukan kesalahan/keburukan maka langsung
bertaubat = Bersiaga.

Keterangan:

Banyak belajar supaya memiliki banyak pengetahuan agar bisa menghindari


hal-hal yang berbahaya.

Kesadaran diri adalah alat utama untuk bersiaga.

24
Supaya kesiapan dirinya (kesiagaannya) kuat dibutuhkan keinginan yang kuat
dan semangat yang tinggi.

Kewaspadaan adalah suatu bentuk hati-hati terhadap segala sesuatu.

Tujuan Mewaspadai

1. Untuk mencegah diri menuruti godaan setan, iblis, dan hawa nafsu.
2. Untuk mencegah diri berbuat buruk dan dosa.
3. Untuk mencegah diri mendapat kerugian.
4. Untuk mencegah diri melakukan hal yang tidak berguna.
5. Untuk mencegah diri menghasilkan dampak buruk.
6. Untuk mencegah diri mencelakai diri sendiri
7. Untuk mencegah diri masuk neraka dan mendapat murka Tuhan.

Kerangka Mewaspadai

1. Belajar
2. Kesadaran Aktif dan Tingkat Tinggi
3. Pemahaman Tingkat Tinggi

Rumusan Mewaspadai

Banyak belajar terlebih dahulu -> Gunakan kesadaran sebagai alat untuk
mewaspadai -> Dicermati baik-baik hal yang datang tersebut = Mewaspadai.

Keterangan:

Banyak belajar supaya memiliki banyak pengetahuan agar bisa mencegah diri
melakukan hal-hal yang berbahaya.

Kesadaran diri adalah alat utama untuk mewaspadai.

25
Supaya waspada dirinya kuat dibutuhkan keseriusan tinggi (keinginan kuat
dan semangat tinggi) dan fokus yang tinggi (perhatian yang terpusat) terhadap hal
yang datang tersebut.

Hasil Pembahasan
Contoh Kesadaran Aktif

Berdasarkan sumber tersebut, orang yang memiliki kesadaran aktif cenderung


merespon dengan baik dan benar serta mengambil keputusan yang nantinya
bermanfaat serta tidak merugikan baik diri sendiri, orang lain, dan lingkungan.
Contohnya adalah tidak melakukan tindakan diskriminasi karena paham bahwa
diskriminasi bagian dari ketidakadilan dan jika melakukannya akan mendapatkan
dosa serta kerugian.5

Contoh lainnya adalah seseorang rajin beribadah karena paham nanti


dipertanggungjawabkan di akhirat nanti, dia memliki perhatian yang penuh dan
memikirkan baik-baik terhadap tanggung jawab tersebut serta direspon dengan baik
dan benar oleh dirinya.

Contoh respon dari orang-orang yang memiliki kesadaran aktif adalah


sebagai berikut:

1. “Oh, ibadah itu penting, kalau tidak beribadah nanti rugi serta tidak
akan mendapatkan pahala dan akan mendapatkan dosa.”
2. “Belajar kan penting supaya saya tidak dibodohi oleh orang-orang
yang zalim.”
3. “Bergotong royong itu penting supaya tidak menelantarkan sesame
manusia karena merupakan kewajiban asasi manusia dan merupakan
perintah Tuhan serta bertujuan untuk meringankan beban hidup.”

5
https://m.youtube.com/watch?v=E5Eo1Jw41ZI

26
4. “Mengejek orang kan sama saja dengan menghina, itu kan dosa besar.
Nanti saya rugi di akhirat.”
5. “Oh, semua yang saya lakukan nanti dipertanggungjawabkan di
akhirat nanti, saya harus lebih berhati-hati dalam melakukan aktivitas
dan berperilaku sehari-hari.”

Contoh Kesadaran Pasif

Berdasarkan sumber tersebut, orang yang memiliki kesadaran pasif


cenderung merespon dengan jarang dan kurang baik serta benar ditambah tidak
peduli terhadap baik buruknya yang dilakukan oleh dirinya. Contohnya adalah
orang yang dengan sengaja mendekati kendaraan yaitu motor dengan sengaja tanpa
memikirkan bahwa dirinya bisa saja terluka/mengalami kecelakaan dan orang yang
membawanya bisa saja juga ikut terluka/mengalami kecelakaan.6

Contoh lainnya adalah seseorang yang menghina/membully temannya karena


kurangnya pemahaman akan dosa ketidakadilan (kezaliman) serta dosa menghina
dan hukuman apa yang menimpa dirinya akibat kurangnya pengetahuan tersebut
dan kurangnya perhatian terhadap pentingnya akan pengetahuan dan pemahaman
tersebut disertai respon yang tidak peduli.

Contoh respon dari orang-orang yang memiliki kesadaran pasif adalah


sebagai berikut:

1. “O”
2. “Y”
3. “Memang saya peduli!”
4. “Untuk apa saya memikirkan hal itu!”
5. “Buat apa ibadah, lebih baik kerja untuk mendapatkan uang!”
6. “Malas, Ah!”
7. “Tidak peduli!”

6
https://m.youtube.com/watch?v=n1kcQPHLU4Q

27
8. “Bodoh amat!”
9. “Memangnya saya pikirkan!”
10. “Ogah, ah!”
11. “Tidak mau belajar! Maunya main game!”

Contoh Ketidaksadaran

Berdasarkan sumber tersebut, orang yang memiliki ketidaksadaran cenderung


tidak tahu/tidak ingat. Contohnya adalah orang yang sedang mengangkut sayuran
terjatuh ketika menginjak tanah licin di sawah dan dia tidak tahu kalau yang
diinjaknya itu tanah yang licin.7

Contoh lainnya adalah ketika seseorang sedang tertidur, ketika seseorang lagi
mabuk karena minuman keras/narkoba, ketika tidak tahu akan suatu pengetahuan,
ketika seseorang sedang pingsan, ketika seseorang tidak ingat/lupa membawa
seseuatu, ketika seseorang terjatuh saat banjir akibat tidak tahu adanya lubang saat
sedang berjalan.

Contoh respon dari orang-orang yang memiliki ketidaksadaran adalah


sebagai berikut:

1. “Waduh, saya lupa membawa hp!”


2. “Ah, lupa lagi membawa buku!”
3. “Saya tidak tahu kalau membully orang itu akan mendapatkan dosa
zalim dan dosa hina.”
4. “Saya tidak tahu kalau pembelajaran itu penting dan bisa
menyelamatkan diri dari kebodohan dan ketidakadilan.”
5. “Saya tidak tahu kalau dosa zalim membuat diri kehilangan pahala
sebanyak perbuatan dan dosa zalim yang saya lakukan.”

7
https://m.youtube.com/watch?v=n1kcQPHLU4Q

28
6. “Saya tidak tahu perbuatan tidak berguna itu membawa kerugian dan
dosa itu adalah kerugian.”

Contoh Kesadaran Tingkat Tinggi

Orang yang memiliki kesadaran tingkat tinggi adalah orang yang paham
banyak hal, seperti paham terhadap pentingnya belajar dan bahayanya tidak belajar,
paham terhadap pentingnya melaksanakan ibadah dan bahayanya meninggalkan
ibadah, paham terhadap pentingnya bekerja yang halal, rajin, dan bertanggung
jawab serta bahayanya bekerja yang asal-asalan, haram, dan malas, paham terhadap
pentingnya bergotong royong dan bahayanya tidak bergotong royong, paham
terhadap pentingnya berakhlak mulia dan bahayanya berakhlak tercela, paham
terhadap pentingnya beriman dan bertakwa kepada Tuhan serta bahayanya tidak
beriman dan bertakwa kepada Tuhan. Orang yang memiliki kesadaran tingkat tinggi
juga memiliki perhatian lebih dan fokus terhadap yang ada disekitarnya, yang
diketahui, yang dingat, dan yang terlintas di dirinya. Orang memiliki kesadaran
tingkat tinggi juga memikirkan setiap yang diperhatikan dengan baik-baik sebelum
kemudian merespon/memberi reaksi. Contohnya adalah sebagai berikut:

1. Jika sudah waktu beribadah maka diri segera memperhatikannya dan


memikirkannya yang kemudian direspon “Wah, sudah waktu ibadah.
Ibadah itu penting supaya masuk ke surga dan mendapat pahala,
terlebih lagi jika selesai dikerjakan tidak mendapat dosa dan
menyelesaikan kewajiban kepada Tuhan. Pahala itu keuntungan,
sedangkan dosa itu kerugian. Mana mungkin saya mau rugi, saya
maunya untung.”.
2. Jika ada buku dan game maka diri memperhatikan buku dan game
tersebut dan memikirkan mana yang lebih penting dengan baik-baik
yang kemudian direspon “Belajar itu penting supaya tidak dibodohi
oleh orang zalim/tidak adil dan bisa menghindari godaan setan, iblis,
dan hawa nafsu. Kalau game hanya sebatas menghibur diri, tidak

29
penting juga. Jika tidak belajar maka saya rugi. Saya dan siapapun
tidak tertarik dengan kerugian.”.
3. Jika setiap mau berperilaku atau beraktivitas dala kehidupan sehari-
hari maka diri memperhatikan terlebih dahulu dan memikirkan
perbuatan mana yang harus dilakukan yang kemudian direspon
“Perbuatan buruk dan jahat itu tidak berguna dan nanti jika dilakukan
maka nanti mendapat dosa. Tuhan memerintahkan manusia untuk
berbuat baik. Dosa itu rugi serta kerugian itu siapa yang mau? Yang
paling bodoh saja menjawab tidak mau. Semua orang tidak suka dan
tidak mau kerugian.”. Jika dinasehati orang maka dia memerhatikan
dan memikirkannya dengan baik-baik yang responnya “Oh, itu salah
rupanya. Waduh, kalau begitu dosa saya! Aduh. kenapa juga saya
lakukan itu!”.
4. Jika dihadapan antara kerja gotong royong dan malas gotong royong
maka diri segera memperhatikannya dan memikirkan pentingnya
gotong royong serta membuang kemalasannya itu yang kemudian
direspon “Gotong royong itu bertujuan untuk meringankan beban
hidup di dunia. Gotong royong itu merupakan kewajiban umat
manusia karena dilarang oleh Tuhan dalam
menelantarkan/meninggalkan sesama manusia dalam kesengsaraan
dan penderitaan. Juga karena orang sengsara dilarang meminta-minta
oleh Tuhan. Umat manusia diperintahkan oleh Tuhan untuk saling
membantu dan saling menolong.”.
5. Jika sedang bekerja maka diri pasti memperhatikan dan memikirkan
bagaimana cara kerjanya rajin, serius, dan bertanggung jawab yang
responnya “Kerja itu harus rajin dan kerjanya harus panggilan jiwa
supaya tidak menimbulkan dosa zalim/tidak adil dan menyelesaikan
tanggung jawab terhadap Tuhan dan tempat dimana saya bekerja.”.
Jika datang ke tempat kerja maka dia pasti rajin dengan responnya

30
“Kerja itu harus rajin dan datang lebih awal supaya mendapat rahmat
dan rezeki yang halal dan banyak dari Tuhan.”. Jika memilih
pekerjaan maka dia pasti memilih pekerjaan yang halal dengan
responnya “Pekerjaan itu harus yang halal karena yang haram itu
dosa. Dosa itu kerugian.”.
6. Jika mau berbicara atau berinteraksi maka diri pasti memperhatikan
dan memikirkan apa yang mau dibicarakan yang responnya “Kalau
berbicara harus hati-hati karena dilarang oleh Tuhan dalam membuka
aib/membuka kejelekan dan akan mendapat dosa. Belum lagi juga
dilarang menghina, menuduh/memfitnah, mengejek, menjahili,
membully, mengerjai, dan memprank karena termasuk dosa. Apalagi
kalau berbicara bohong kan dosa. Dosa itu kan kerugian. Saya tidak
mau rugi.”.
7. Jika dihadapkan dengan melaksanakan perintah dan menjauhi
larangan Tuhan maka diri pasti memperhatikan dan memikirkan
dengan baik-baik dan fokus terhadap setiap perintah dan larangan
Tuhan tersebut yang responnya “Setiap kali melaksanakan perintah
Tuhan akan mendapat pahala. Pahala itu keuntungan. Setiap orang
termasuk saya suka dan mau keuntungan. Setiap menjauhi larangan
Tuhan tidak akan mendapat dosa. Perintah dan larangan Tuhan itu
tidak boleh ditentang karena nanti mendapat laknat, murka, azab, dan
siksa dari Tuhan. Dosa itu kerugian. tidak ada orang yang tertarik
dengan kerugian.”.

Contoh Kesadaran Tingkat Rendah

Orang yang memiliki kesadaran tingkat rendah rata-rata kurang paham dalam
banyak hal. Kurang dan jarang memerhatikan yang ada disekitarnya, yang
diketahui, yang diingat, yang terlintas di dirinya. Kurang dan jarang memikirkan
yang diperhatikan. Kurang dan jarang peduli terhadap apapun dan siapapun. Hanya
memikirkan diri sendiri. Hanya peduli jika keadaan mendesak. Merespon/memberi

31
reaksi berupa suka-suka dirinya/terserah dirinya. Contohnya adalah sebagai
berikut:

1. Jika dihadapkan dengan belajar maka diri pasti tidak memperhatikan


dan tidak memikirkaan terlebih dahulu serta dirinya terasa malas dan
tidak sepenuhnya terbangun yang kemudian responnya “Ah, malas!
Buat apa belajar tidak penting! Lebih baik saya tidur atau main
game.”. Jika telah disuruh dan dimarahi maka dia baru belajar dengan
responnya “Aduh, belajar! Ah, malas sekali!” sambil membaca.
2. Jika sudah waktu ibadah maka diri tidak memperhatikan dan malas
memikirkannya yang kemudian diresponnya “Aduh, sudah waktunya
ibadah! Malas sekali saya ini.”. Jika sudah disuruh dan dimarahi maka
dia baru beribadah dengan responnya “Aduh, disuruh ibadah lagi.
Yah, sudahlah!”. Jika tidak ada yang menyuruh dan memarahinya
maka dipastikan dia jarang beribadah dan maunya cepat selesai yang
responnya “Ayo, cepat selesai!”.
3. Jika sedang bekerja maka diri pasti hanya bekerja memenuhi target
kerja dengan responnya “Yang penting target kerja selesai. Buat apa
rajin bekerja.”. Jika memilih pekerjaan maka pasti memilih pekerjaan
dengan gaji besar yang responnya “Yang penting gajinya besar. Saya
tidak peduli dengan halal/haram. Yang penting dapat uang banyak.”.
Jika sudah waktunya gajian maka dia pasti rajin bekerjanya dengan
responnya “Wah, sudah waktunya gajian! Sesekali kerjanya yang
rajin.”.
4. Jika sedang diminta untuk gotong royong maka diri pasti memilih
tidur yang responnya “Ah, malas gotong royong! Lebih baik tidur.
Lagi pula lelah.”. Jika telah disuruh oleh banyak warga maka dia baru
gotong royong, tapi kerjanya malas-malasan yang responnya “Aduh,
malas sekali! Ah, kenapa disuruh pula? lagi pula itu buat apa sih!”.

32
5. Jika diri berperilaku dan beraktivitas maka diri pasti berperilaku dan
beraktivitas suka-suka dia tanpa peduli itu adalah baik/buruk yang
responnya “Suka-suka saya! Masalah buat anda. Lagi pula saya tidak
peduli juga.”. Jika perbuatannya sedang salah/buruk ketika dinasehati
maka dia pasti keras kepala dengan responnya “Ah, ini lagi orang sok
suci sekali! Bodoh amat saya sama perilaku diri sendiri. Terserah saya
juga kali.”.
6. Jika mau berbicara atau berinteraksi maka diri pasti kurang dan jarang
peduli, memperhatikan, dan memikirkan terhadap setiap apa yang
mau dibicarakan dan mau berinteraksi seperti apa yang responnya
“Ah, suka-suka saya mau bicara apa. Suka-suka saya mau berperilaku
seperti apa. Saya tidak peduli mau bully, aib/kejelekan, atau apalah.
Bodoh amat saya sama dosa.”.
7. Jika dihadapkan dengan melaksanakan perintah dan menjauhi
larangan Tuhan maka diri pasti kurang dan jarang peduli,
memperhatikan, dan memikirkan terhadap setiap perintah dan
larangan Tuhan dengan responnya “Bodoh amat saya sama perintah
dan larangan Tuhan. Ah, saya tidak takut dengan murka dan azab
Tuhan. Saya tidak peduli.”.

Contoh Bentuk Kesadaran

1. Kesadaran Sosial
1) Jika dihadapkan dengan berperilaku dan beraktivitas sehari-hari
maka diri pasti memperhatikan dan memikirkan dengan hati-hati
dan baik-baik setiap dia mau berperilaku dan bertindak dengan
responnya “Kalau mau berperilaku dan bertindak harus
berperikemanusiaan dan perikeadilan karena orang yang tidak
punya kemanusiaan dan keadilan adalah orang yang tidak punya
pikiran dan akhlak alias orang gila dan psikopat. Mana mungkin

33
saya mau jadi orang gila dan psikopat begitu pula dengan orang lain
yang tidak menginginkan hal tersebut.”.
2) Jika dihadapkan dengan perbuatan tidak berguna dan buruk maka
diri pasti memperhatikan dan memikirkan dengan hati-hati dan baik-
baik setiap mau berbuat tidak berguna dan buruk dengan responnya
“Buat apa berbuat tidak berguna, lagi pula tidak adanya untungnya.
Buat apa berbuat buruk, lagi pula itu dosa dan dosa itu rugi. Mana
mungkin saya mau rugi. Ah, tidak mau rugi!”.
3) Jika dihadapkan dengan berbicara dan berinteraksi dengan orang
lain maka diri pasti memperhatikan dan memikirkan apa yang mau
dibicarakan dan dilakukan dengan responnya “Kalau lagi berbicara
dan berinteraksi harus hati-hati karena nanti mendapat dosa. Karena
bisa saja yang keluar dari saya saat sedang berbicara dan berinteraksi
adalah kebohongan, membuka aib/kejelekan,
membully/menyakiti/menghina/mengejek/menjahili/mengerjai/me
mfitnah/menuduh/memprank/menzalimi. Itu semua adalah dosa.
Dosa adalah kerugian. Saya menolak segala bentuk kerugian.”.
4) Jika dihadapkan dengan kerja gotong royong maka diri pasti
memperhatikan dan memikirkan manfaat dan pentingnya gotong
royong dengan responnya “Gotong royong itu kan tujuannya untuk
meringankan beban hidup. Siapa sih yang tidak mau beban hidupnya
berkurang? Semua orang kan mau beban hidupnya berkurang.
Ketika beban hidup berkurang juga mengurangi pusing dan stress.
Belum lagi saling membantu dan menolong merupakan kewajiban
asasi manusia dan merupakan perintah Tuhan. Umat manusia kan
dilarang menelantarkan/meninggalkan sesama manusia dalam
kesengsaraan dan penderitaan. Gotong royong merupakan perbuatan
bermanfaat dan nanti mendapat pahala. Pahala merupakan

34
keuntungan. Siapa sih orang yang tidak mau untung? Saya sendiri
mau untung.”.
5) Jika dihadapkan dengan berbuat adil maka diri pasti memperhatikan
dan memikirkan manfaat dan pentingya berbuat adil dengan
responnya “Keadilan adalah perbuatan bermanfaat dan baik. Setiap
perbuatan baik dan bermanfaat itu akan mendapat pahala. Keadilan
itu akar dari segala pahala. Zalim/tidak adil itu akar dari segala dosa.
Pahala itu untung, sedangkan dosa itu rugi. Saya mau untung dan
tidak mau rugi.”.
2. Kesadaran Agama
1) Jika dihadapkan dengan ketuhanan maka diri pasti memperhatikan
dan memikirkan pentingnya berketuhanan dengan responnya
“Berketuhanan itu penting. Jika saya tidak berketuhanan maka saya
adalah kafir/ateis. Orang yang tidak berketuhanan itu pasti masuk
neraka. Masuk neraka adalah kerugian karena mendapat siksaan.
Siksaan itu juga kerugian. Saya tidak mau dengan semua kerugian
itu.”.
2) Jika dihadapkan dengan memilih agama maka diri pasti
memperhatikan dan memikirkan pentingnya memilih agama yang
baik dan benar dengan responnya “Kalau memilih agama harus
memilih agama yang sempurna. Agama yang sempurna dipastikan
memiliki hukum Tuhan yang sempurna. Agama yang sempurna
adalah agama yang telah diakui dan diridhai oleh Tuhan sendiri. Jika
menaati semua hukum Tuhan dari agama yang sempurna maka saya
pasti masuk surga. Masuk surga adalah keuntungan yang luar biasa.
Semua orang suka dengan keuntungan.”.
3) Jika dihadapkan dengan menaati hukum Tuhan, yaitu perintah dan
larangan Tuhan maka diri pasti memperhatikan dan memikirkan
setiap perintah dan larangan Tuhan dengan baik-baik dan hati-hati

35
dengan responnya “Menaati hukum Tuhan itu harus ikhlas. Saya
harus menerima dengan tulus tanpa keberatan dan keluh kesah.
Perintah Tuhan jika dilaksanakan maka mendapat pahala, sedangkan
larangan Tuhan jika tidak dilakukan maka tidak mendapat dosa.
Semua pahala adalah keuntungan, sedangkan semua dosa adalah
kerugian. Semua mau untung dan tidak ada yang mau rugi.”.
4) Jika dihadapkan dengan berlomba-lomba dalam mendapat pahala
dan masuk surga maka diri pasti memperhatikan dan memikirkan
bagaimana caranya berbuat baik sebanyak mungkin, tidak
menggunakan keburukan dalam berbuat baik, bertaubat sungguh-
sungguh, dan mengurangi dosa sebanyak mungkin dengan
responnya “Berbuat baik sebanyak mungkin berarti dengan cara
mengingat segala perbuatan baik, mengingat semua perbuatan
buruk, mengingat pahala, mengingat dosa, melaksanakan semua
perintah Tuhan, menjauhi segala larangan Tuhan, serta saling
membantu dalam berlomba-lomba masuk surga. Tidak
menggunakan keburukan dalam berbuat baik berarti dengan cara
tidak menggunakan uang dan harta haram dalam sedekah dan zakat,
tidak berbuat baik melalui kezaliman/ketidakadilan, serta tidak
menggunakan kekerasan dan kekejaman dalam menasehati.
Bertaubat sungguh-sungguh berarti dengan cara memohon
ampun/meminta maaf kepada Tuhan dan yang lainnya jika ada
kesalahan dengan ikhlas, memperbaiki diri, mengganti kerugian
yang telah dilakukan, dan mempertanggung jawabkan kesalahan
yang telah diperbuat, serta tidak mengulangi lagi keburukan,
kejahatan, dan kesalahan yang telah diperbuat. Mengurangi dosa
sebanyak mungkin berarti dengan cara bertaubat sungguh-sungguh,
membuang godaan setan dan iblis, mengingat dosa, menerima dosa

36
itu kerugian, serta menjauhi semua perbuatan buruk dan tidak
berguna.”.
5) Jika dihadapkan dengan kemalasan dalam beribadah maka diri pasti
memperhatikan dan memikirkan bahayanya kemalasan dengan
responnya “Wah, kalau malas beribadah bahaya nih! Nanti akan
mendapat dosa dan tidak akan mendapat pahala kalau tidak
beribadah. Dosa itu kan kerugian, sedangkan pahala itu kan
keuntungan.”.
6) Jika sudah waktu beribadah maka diri segera memperhatikannya dan
memikirkannya dengan responnya “Wah, sudah waktu ibadah.
Ibadah itu penting supaya masuk ke surga dan mendapat pahala,
terlebih lagi jika selesai dikerjakan tidak mendapat dosa dan
menyelesaikan kewajiban kepada Tuhan. Pahala itu keuntungan,
sedangkan dosa itu kerugian. Mana mungkin saya mau rugi, saya
maunya untung.”.
7) Jika menghadapi godaan setan, iblis, dan hawa nafsu maka diri pasti
memperhatikan dan memnikirkan bahaya menuruti godaan tersebut
dengan responnya “Semua godaan setan, iblis, dan hawa nafsu itu
buruk. Jika dituruti maka akan mendapat dosa. Dosa adalah
kerugian.”.
3. Kesadaran Politik
1) Jika menjadi pemimpin atau pejabat negara maka diri pasti
memperhatikan dan memikirkan bagaimana cara menjadi pemimpin
atau pejabat negara yang adil dengan responnya “Pemimpin dan
pejabat negara itu harus adil dan tidak boleh zalim/tidak adil karena
jika menjadi pemimpin atau pejabat negara yang tidak adil/zalim
maka akan mendapat dosa. Pemimpin dan pejabat negara tidak adil
itu pemimpin dan pejabat negara yang sewenang-wenang, korupsi,
dan bermain seperti Tuhan. Tidak adil itu dosa. Dosa itu kerugian.”.

37
2) Jika melaksanakan tugas negara maka diri pasti memperhatikan dan
memikirkan setiap tugas negara dan tugas itu harus baik, benar, dan
bermanfaat serta dikerjakan secara rajin, jujur, adil, dan bertanggung
jawab dengan responnya “Setiap tugas negara harus baik, benar, dan
bermanfaat yang artinya tidak membuat kesengsaraan dan
penderitaan untuk rakyat serta dikerjakan dengan rajin, jujur, adil,
dan bertanggung jawab. Jika dikerjakan dengan asal-asalan maka
akan mendapat dosa dan kerugian.”.
4. Kesadaran Hukum
1) Jika sedang membuat undang-undang atau hukum negara maka diri
pasti memperhatikan dan memikirkan bagaimana cara membuat
hukum atau undang-undang yang adil dengan responnya “Membuat
undang-undang atau hukum itu harus adil dan tidak boleh
zalim/tidak adil karena akan merugikan negara dan rakyat serta
mendapat dosa. Undang-undang atau hukum yang dibuat harus
bermanfaat dan dilarang tidak berguna. Juga harus dibuat umum dan
adaptif dari hukum Tuhan yang sempurna. Semua kerugian itu dosa.
Dosa berasal dari perbuatan buruk, jahat, dan tidak berguna.”.
2) Jika sedang menegakkan keadilan maka diri pasti memperhatikan
dan memikirkan bagaimana menegakkan keadilan yang baik dan
benar dengan responnya “Saya bertanggung jawab kepada Tuhan
sebagai penegak keadilan. Penegak keadilan dilarang tidak adil dan
menegakkan keadilan secara berat sebelah. Semua orang zalim/tidak
adil harus diadili tanpa peduli siapa dia dan apa jabatannya. Setiap
penegak keadilan wajib memiliki dan memahami kesadaran diri dan
pengendalian diri untuk melindungi masyarakat dari tindakan dan
perilaku buruk dan tidak berguna. Penegak keadilan itu adalah
polisi, tentara, intel/agen mata-mata, pengacara, hakim, dan jaksa.

38
Juga penegak keadilan harus memahami segala perbuatan kejujuran
dan keadilan serta kebohongan dan ketidakadilan.”.
3) Jika sedang menaati hukum negara yang berlaku dan hukum Tuhan
maka diri pasti memperhatikan dan memikirkan setiap hukum yang
diberlakukan oleh negara dan hukum Tuhan mana yang telah
sempurna untuk ditaati dengan responnya “Hukum negara yang
harus ditaati itu adalah yang adil dan berguna, sedangkan hukum
Tuhan yang harus ditaati haruslah hukum Tuhan yang telah
sempurna. Karena jika menaati hukum Tuhan yang belum sempurna
dan hukum negara yang tidak adil maka akan mendapat dosa dan
kerugian.”.
5. Kesadaran Militer
1) Jika menjadi pemimpin militer maka diri pasti memperhatikan dan
memikirkan bagaimana menjadi pemimpin yang adil dengan
responnya “Jika menjadi pemimpin militer juga harus adil karena
merupakan kewajiban dan perintah Tuhan. Jika tidak adil maka nanti
mendapat dosa dan dipertanggung jawabkan di akhirat. Tentara
adalah penegak keadilan. Dosa itu kerugian.”.
2) Jika sedang melaksanakan kegiatan militer maka diri pasti
memperhatikan dan memikirkan apa kegiatan militer yang sedang
dilaksanakan itu adil/tidak adil dengan responnya “Setiap kegiatan
militer itu harus adil dan tidak boleh melanggar kemanusiaan dan
keadilan karena akan mendapat dosa dan merupakan pelanggaran
hukum. Tidak adil itu dosa. Dosa itu kerugian.”.
6. Kesadaran Budaya
1) Jika sedang melaksanakan budaya maka diri pasti memperhatikan
dan memikirkan budaya itu ada kesesatan dengan responnya
“Kesesatan itu menyembah selain Tuhan. Yang berarti jika ada ritual
yang melakukan penyembahan selain Tuhan maka disebut sesat.

39
Tuhan itu tidak menyerupai makhluk-Nya. Sesat itu dosa. Dosa itu
kerugian.”.
2) Jika membuat suatu budaya maka diri pasti memperhatikan dan
memikirkan budaya yang dibuat tanpa adanya unsur penyembahan
selain Tuhan dengan responnya “Kalau buat budaya jangan ada
unsur menyembah selain Tuhan karena termasuk perbuatan sesat
dan akan mendapat dosa. Dosa itu kerugian.”.
7. Kesadaran Ekonomi
1) Jika sedang melakukan aktivitas ekonomi maka diri pasti
memperhatikan dan memikirkan dengan baik-baik aktivitas
ekonomi yang halal dan haram dengan responnya “Aktivitas
ekonomi yang baik dan benar adalah tidak menghalalkan segala cara
dalam mendapatkan keuntungan dan penguasaan secara paksa
terhadap bidang usaha ekonomi. Aktivitas ekonomi yang halal
adalah pekerjaan yang halal. Aktivitas ekonomi yang haram itu
dilarang oleh Tuhan dan jika dilakukan maka akan mendapat dosa.
Dosa itu kerugian.”.
2) Jika sedang bekerja maka diri pasti memperhatikan dan memikirkan
bagaimana cara kerjanya rajin, serius, dan bertanggung jawab
dengan responnya “Kerja itu harus rajin dan kerjanya harus
panggilan jiwa supaya tidak menimbulkan dosa zalim/tidak adil dan
menyelesaikan tanggung jawab terhadap Tuhan dan tempat dimana
saya bekerja.”.
3) Jika memilih pekerjaan maka diri pasti memilih pekerjaan yang halal
dengan responnya “Pekerjaan itu harus yang halal karena yang
haram itu dosa. Dosa itu kerugian.”.
8. Kesadaran Pendidikan
1) Jika ada buku dan game maka diri memperhatikan buku dan game
tersebut dan memikirkan mana yang lebih penting dengan baik-baik

40
dengan responnya “Belajar itu penting supaya tidak dibodohi oleh
orang zalim/tidak adil dan bisa menghindari godaan setan, iblis, dan
hawa nafsu. Kalau game hanya sebatas menghibur diri, tidak penting
juga. Jika tidak belajar maka saya rugi. Saya dan siapapun tidak
tertarik dengan kerugian.”.
2) Jika sedang belajar maka diri pasti memperhatikan dan memikirkan
bagaimana cara pengetahuan yang dipelajari itu bisa dipahami
dengan responnya “Untuk bisa paham itu harus dibaca baik-baik dan
dipikirkan baik-baik. Kalau tidak begitu hanya bisa tahu saja dan
tidak bisa mengerti akan pengetahuan yang dipelajari.”.
3) Jika sedang belajar maka diri pasti memperhatikan dan memikirkan
pelajaran apa saja yang harus dipahami dengan responnya
“Pelajaran yang harus dipahami terlebih dahulu itu harus pelajaran
tentang Bahasa, Agama, Pendidikan Karakter, Pendidikan
Kewarganegaraan, Kesadaran Diri, dan Pengendalian Diri.
Pembelajaran itu penting agar bisa menjadi manusia yang beriman,
bertakwa, dan berakhlak mulia serta menjadi manusia yang cerdas
dengan pemahaman tinggi. Bahayanya kalau tidak dipahami bisa
bodoh, tersesat, berbuat buruk, dan mendapat dosa.”.
9. Kesadaran Teknologi
1) Jika membuat suatu teknologi maka diri pasti memperhatikan dan
memikirkan teknologi yang dibuat harus bermanfaat dan tidak boleh
tidak berguna dengan responnya “Membuat teknologi itu harus
bermanfaat dan dilarang tidak berguna. Yang tidak berguna itu
adalah teknologi yang berbahaya dan digunakan untuk berbuat
buruk. Teknologi berbahaya itu merugikan dan teknologi digunakan
untuk berbuat buruk itu dosa.”.
2) Jika sedang menggunakan teknologi maka diri pasti memperhatikan
dan memikirkan teknologi yang digunakan hanya untuk keperluan

41
penting “Memakai teknologi untuk keperluan penting, seperti
membaca pengetahuan, berbicara yang penting, serta tidak boleh
digunakan untuk berbuat buruk karena godaan setan, iblis, dan hawa
nafsu.”.
10. Kesadaran Psikolog
1) Jika sedang mencari jati diri maka diri pasti memperhatikan dan
memikirkan jati diri yang mulia dengan responnya “Jati diri yang
bagus itu adalah jati diri yang beriman, bertakwa, dan berakhlak
mulia. Jati diri yang buruk itu jati diri yang asal-asalan dan suka-
suka diri. Jati diri yang buruk itu berbahaya dan merugikan.”.
2) Jika sedang menjaga diri maka diri pasti memperhatikan dan
memikirkan diri yang sehat dan terarah dengan responnya “Diri
yang terjaga itu dengan menjauhi perbuatan buruk, jahat, dan tidak
berguna. Caranya melalui mengarahkan diri ke arah perbuatan baik
dan bermanfaat serta menggerakkan diri sejauh mungkin dari
godaan setan, iblis, dan hawa nafsu. Diri yang sehat itu makan dan
minum yang halal serta tenang, tidak pusing dan tidak stres.”.
11. Kesadaran Kesehatan
1) Jika sedang sehat maka diri pasti memperhatikan dan memikirkan
diri yang sehat dengan responnya “Diri yang sehat itu diri yang tidak
sakit, cerdas, beriman, bertakwa, berakhlak mulia, bertawakal, dan
bertaubat setiap sekali melakukan keburukan/kesalahan/kejahatan.
Diri yang buruk itu sakit, bodoh, tersesat, kufur, dan kafir.”.
2) Jika diri menginginkan sehat terus maka diri pasti memperhatikan
dan memikirkan dengan responnya “Diri biar sehat terus itu harus
dijaga dan dibersihkan setiap hari serta tidak melakukan keburukan
dengan usaha rajin dan pantang menyerah.”.

Contoh Kesadaran Menurun

42
Semakin sering mengucapkan kata-kata, seperti “Ah…!”, “Tahu, Ah…!”,
“Saya tidak peduli!”, “Malas sama hal yang seperti itu!”, “Bodoh amat…!”, “O”,
dan lain-lain. Ditambah semakin kurang perhatian, seperti jarang melihat hal-hal
yang ada di area sekitar, jarang mendengar hal-hal yang ada di area sekitar, jarang
menggunakan panca indra di area sekitarnya. Juga jarang menggunakan perasaan
hati Nurani, seperti jarang bersimpati, jarang berempati, berperilaku apatis, dan
jarang peduli terhadap sekitarnya. Serta jarang berpikir kritis dan lebih
mementingkan kepuasan duniawi/mementingkan hasrat diri (hawa nafsu).

Contoh Kesadaran Meninggi

Semakin sering mengucapkan kata-kata, seperti “Oh, ini sangat penting!”,


“Waduh, yang ini berbahaya dan bisa merugikan diri sendiri sama orang lain.”,
“Wah, yang seperti ini harus dilaksanakan karena bermanfaat.”, “Hal-hal yang ini
bermanfaat dan hal-hal yang itu tidak berguna.”, dan lain-lain. Ditambah semakin
perhatian, seperti sering melihat ke sekitarnya, sering mendengar
peristiwa/kejadian/hal-hal yang ada di sekitarnya, sering fokus terhadap
sekitarnya/pada dirinya, dan sering menggunakan panca indranya. Sering
menggunakan perasaan hati nurani, seperti sering bersimpati terhadap hal-hal yang
bermanfaat/hal-hal yang ada di sekitarnya, sering berempati terhadap hal-hal
baik/hal-hal yang ada di dalam dirinya, waspada terhadap sesuatu yang buruk, serta
sering peduli terhadap sekitarnya/hal yang baik dan bermanfaat. Serta sering
berpikir kritis terhadap hal yang bermanfaat dan tidak berguna serta lebih
mementingkan keadilan, kebaikan, kebenaran, dan kedamaian.

Kesadaran Normal

Kesadaran normal biasanya cenderung terhadap hal yang


diketahui/diingat/dirasakan dengan cara diperhatikan secara serius dan fokus serta
dipikirkan secara sehat, kritis, dan analitis. Juga perasaan pedulinya penuh terhadap
hal yang diketahui/diingat/dirasakan.

Contoh Kesadaran Normal


43
1. Orang-orang yang sehat.
2. Orang-orang yang memiliki kesadaran aktif.
3. Orang-orang yang memiliki kesadaran tingkat tinggi.
4. Orang-orang yang memandang bahwa benar ya benar, salah ya salah,
baik itu baik, dan buruk itu buruk, serta baik dan benar itu pahala, dan
buruk dan salah itu dosa.
5. Orang-orang yang memandang bahwa beragama di agama sempurna
yang telah diakui dan diridhai oleh Tuhan Yang Maha Esa sendiri itu
adalah jalan sesungguhnya untuk mendatangkan keberkahan dari
Tuhan dan untuk masuk surga dan menaati semua
ketetapan/ketentuan Tuhan Yang Maha Esa di agama sempurna yang
telah diakui dan diridhai oleh Tuhan Yang Maha Esa sendiri itu adalah
jalan sesungguhnya untuk mendatangkan keberkahan dari Tuhan dan
untuk masuk surga.
6. Orang-orang yang mempercayai/meyakini, menerima, dan mengakui
bahwa Tuhan Yang Maha Esa adalah Allah dan setan, iblis, dan Dajjal
adalah musuh Allah (musuh Tuhan Yang Maha Esa).
7. Orang-orang yang mempercayai/meyakini, menerima, dan mengakui
bahwa agama sempurna yang telah diakui dan diridhai oleh Tuhan
sendiri adalah agama Islam dan agama Islam adalah satu-satunya
agama sempurna yang diakui dan diridhai oleh Tuhan sendiri serta
menaati semua ketetapan/ketentuan Tuhan Yang Maha Esa di agama
Islam adalah jalan yang sesungguhnya untuk masuk surga dan
mendapat keberkahan dari Allah (Tuhan Yang Maha Esa).
8. Orang-orang yang berbuat baik, menghasilkan hal yang bermanfaat,
dan berlaku adil dengan unsur kesengajaan dan keikhlasan.
9. Orang-orang yang tidak berbuat buruk, tidak menghasilkan hal yang
tidak berguna, dan tidak berbicara buruk dengan unsur kesengajaan
dan keikhlasan.

44
10. Orang-orang yang pantang menyerah dan teguh pendirian tetap selalu
langsung bertaubat ketika setiap sekali melakukan
keburukan/kesalahan/kejahatan.
11. Orang-orang yang cerdas.

Kesadaran Abnormal

Kesadaran abnormal biasanya cenderung terhadap hal yang


diketahui/diingat/dirasakan dengan cara tidak diperhatikan dan tidak dipikirkan.
Juga perasaan pedulinya tidak ada terhadap hal yang diketahui/diingat/dirasakan.

Contoh Kesadaran Abnormal

1. Orang-orang yang mengalami gangguan jiwa.


2. Orang-orang yang memiliki kesadaran pasif.
3. Orang-orang yang memiliki kesadaran tingkat rendah.
4. Orang-orang yang memandang bahwa bebas beragama itu bisa masuk
surga dan beragama di agama yang tidak diakui dan tidak diridhai oleh
Tuhan Yang Maha Esa sendiri itu bisa masuk surga serta menaati
ketetapan/ketentuan Tuhan Yang Maha Esa di agama yang tidak
diakui dan tidak diridhai oleh Tuhan Yang Maha Esa sendiri itu bisa
masuk surga.
5. Orang-orang yang memandang bahwa benar ya salah, salah ya benar,
baik itu buruk, dan buruk itu baik, serta baik dan benar itu dosa, dan
buruk dan salah itu pahala.
6. Orang-orang yang mempercayai/meyakini, menerima, dan mengakui
bahwa setan, iblis, dan Dajjal adalah Tuhan dan bebas beragama tetap
bisa masuk surga serta menaati ketetapan/ketentuan Tuhan Yang
Maha Esa di agama yang tidak diakui dan tidak diridhai oleh Tuhan
sendiri tetap bisa masuk surga.
7. Orang-orang yang mempercayai/meyakini, menerima, dan mengakui
bahwa dengan menjadi pengikut aliran sesat (pengikut bid’ah,

45
pengikut tidak punya ketuhanan/keagamaan [ateis], pengikut anti
Tuhan [komunis], dan pemeluk agama di agama yang tidak diakui dan
tidak diridhai oleh Tuhan sendiri), setan, iblis, hawa nafsu, dan Dajjal
akan membawa berkah berupa rahmat dan rezeki.
8. Orang-orang yang berbuat buruk, menghasilkan hal yang tidak
berguna, dan berbicara buruk dengan unsur kesengajaan/kekeliruan.
9. Orang-orang yang teguh pendirian tetap selalu melakukan perbuatan
buruk, menghasilkan hal yang tidak berguna, dan berbicara buruk
dengan unsur kesengajaan walaupun dirinya telah mengetahui bahwa
kesesatan dan keburukan/kejahatan adalah kerugian, kesengsaraan,
keputusasaan, dan malapetaka untuk diri sendiri.
10. Orang-orang yang malas bertaubat ketika setiap sekali melakukan
keburukan/kesalahan/kejahatan.
11. Orang-orang yang bodoh.

Contoh Mewaspadai

1. Mewaspadai godaan setan, iblis, dan hawa nafsu yang datang, serta
fitnah Dajjal.
2. Mewaspadai masuk ke neraka.
3. Mewaspadai murka Tuhan, laknat/kutukan Tuhan, azab Tuhan, dan
siksa Tuhan.
4. Mewaspadai manipulasi kebenaran dan keadilan (kemunafikan) yang
dilakukan oleh orang-orang jahat.
5. Mewaspadai perbuatan yang mau dilakukan dan pembicaraan yang
mau dilakukan.

Contoh Bersiaga

1. Bersiaga menghadapi godaan setan, iblis, dan hawa nafsu yang datang
untuk dihindari dengan cara memusatkan pemahaman, perasaan
peduli, perhatian (akal pikiran, hati nurani, dan panca indra) pada diri

46
sendiri terhadap godaan yang datang ke diri lalu godaan yang datang
tersebut disingkirkan dengan cara pantang menyerah dan teguh
pendirian sampai meninggal dunia tetap selalu diam (tidak
menggerakan semua anggota tubuh) untuk berbuat buruk, berbicara
buruk, dan menghasilkan hal yang tidak berguna, serta pantang
menyerah dan teguh pendirian sampai meninggal dunia tetap selalu
malas (tidak mau), benci (tidak suka), keberatan, menolak, dan
menyerah menuruti godaan setan, iblis, dan hawa nafsu tersebut, dan
pantang menyerah dan teguh pendirian sampai meninggal dunia tetap
selalu malas (tidak mau), benci (tidak suka), keberatan, menolak, dan
menyerah menjadi pengikut setan, iblis, dan hawa nafsu. Bersiaga
menghadapi fitnah Dajjal dengan cara menghafalkan dan mengingat
baik-baik surat Al Kahfi ayat 1-10, rajin dan pantang menyerah
membaca surat Al Kahfi secara keseluruhan dari ayat pertama sampai
ayat terakhir dengan tujuan untuk melindungi diri dari Dajjal beserta
fitnah Dajjal, rajin dan pantang menyerah dalam belajar ilmu yang
bermanfaat, kabur dari Dajjal sambil membaca surat Al Kahfi apabila
belum bergabung dengan imam Mahdi, pantang menyerah dan teguh
pendirian selamanya tetap selalu bergabung dengan imam Mahdi dan
tidak bergabung menjadi pengikut Dajjal, berlindung di kota Mekah
dan Madinah jika belum berpeluang bergabung dengan imam Mahdi
lalu bergabunglah secepat mungkin dengan imam Mahdi, ikuti semua
arahan dan strategi yang diberikan oleh imam Mahdi saat melawan
Dajjal secara jujur (tidak bohong/tidak pura-pura) dan ikhlas (tidak
keberatan, tidak menolak, dan tidak menentang) tanpa adanya khianat,
pantang menyerah dan teguh pendirian selamanya tetap selalu
mengkhianati Dajjal dan durhaka kepada Dajjal, rajin dan pantang
menyerah menaati semua ketetapan Tuhan Yang Maha Esa di agama
sempurna yang telah diakui dan diridhai oleh Tuhan sendiri, pantang

47
menyerah dan teguh pendirian selamanya menjadi pengikut nabi
Muhammad dan hamba Tuhan yang mulia, serta pantang menyerah
dan teguh pendirian selamanya tetap selalu tidak mau (malas), tidak
suka (benci), keberatan, menolak, dan menyerah menuruti fitnah
Dajjal walaupun Dajjal membelah dirimu menjadi dua bagian lalu
lanjut memotong tubuhmu lagi menjadi beberapa bagian sampai
Dajjal menyerah merekrut dan memaksa dirimu menjadi pengikutnya
serta melempar dirimu langsung ke surga Tuhan Yang Maha Esa.
2. Bersiaga menghadapi manipulasi kebenaran dan keadilan yang datang
dari orang-orang jahat melalui banyak membaca ilmu yang
bermanfaat dan rajin belajar serta segera
mengembalikan/memulihkan kebenaran dan keadilan tersebut sesuai
dengan aslinya.
3. Bersiaga menghadapi bencana alam dengan cara pengendalian diri
dan menghasilkan banyak manfaat yang dapat mencegah bencana
yang akan datang.
4. Bersiaga menghadapi kesulitan/kesusahan di akhirat dengan membuat
persiapan di dunia melalui mengurangi dosa sebanyak mungkin dan
sesering mungkin, serta menghasilkan pahala sebanyak mungkin dan
sesering mungkin agar kesulitan/kesusahan di akhirat berkurang
secara drastis.
5. Bersiaga menghadapi dosa yang telah dilakukan dengan cara
langsung bertaubat saat itu dan taubatnya dilakukan dengan sungguh-
sungguh (serius, fokus, jujur, ikhlas, dan bertanggung jawab) dan
sekuat tenaga (rajin dan pantang menyerah) dengan alasan agar dosa
yang telah diperbuat terampuni dan dosa di dalam dirinya berkurang.

48
Kesimpulan
Kesadaran diri bisa muncul karena adanya rasa memahami, rasa menerima,
rasa mengakui suatu hal yang terlihat dari respon yang keluar dari diri seseorang.
Kesadaran diri yang utama adalah kesadaran yang aktif dan kesadaran tingkat tinggi
serta kesadaran normal. Mengapa demikian? Karena kesadaran yang pasif dan
tingkat rendah cenderung tidak peduli/jarang peduli terhadap apa yang
diketahui/diingat dan hal yang terlintas/terasa di diri serta kesadaran aktif dan
tingkat tinggi itu membuat diri cenderung lebih siaga terhadap apapun yang benar-
benar penting maupun berbahaya sesuai dengan hakikat kebenaran terhadap hal-hal
yang penting dan berbahaya karena hal-hal penting termasuk hal-hal yang baik dan
hal-hal berbahaya termasuk hal-hal yang buruk. Kesadaran normal bagus karena
pikiran, perhatian, dan rasa peduli bisa dikendalikan oleh diri, sedangkan kesadaran
abnormal buruk dan berbahaya karena ketidakpedulian, tidak adanya perhatian, dan
keberatan memahami suatu hal atau karena orangnya mengalami gangguan jiwa.
Ketidaksadaran terjadi karena diri cenderung tidak tahu/tidak ingat/tidak
merasakan. Tingkatan kesadaran terbagi dua, yaitu kesadaran tingkat tinggi dan
tingkat rendah. Kunci utama dalam kesadaran diri adalah memberikan respon yang
baik dan benar (respon yang tepat sesuai dengan suatu hal yang dihadapi/suatu hal
yang datang). Jadi, kesadaran diri hanya akan muncul dari diri manusia jika adanya
respon yang baik dan benar dari diri sendiri dan respon baik dan benar itu muncul
dengan memperhatikan dan memikirkan baik-baik terlebih dahulu serta
mempedulikan benar-benar hal yang diperhatikan dan dipikirkan tersebut.
Kesadaran yang mengalami penurunan sangat berbahaya dan merugikan bagi diri
manusia itu sendiri serta kesadaran yang mengalami peningkatan sangat penting
dan menguntungkan bagi diri manusia itu sendiri. Kesadaran adalah alat utama
dalam mewaspadai hal-hal yang berbahaya, berdampak buruk, dan merugikan bagi
diri manusia itu sendiri.

49
References
Bhirawa, D. (2020, May 11). Menggugah Kesadaran Diri Orang Beriman.
Retrieved from www.harianbhirawa.co.id:
https://www.harianbhirawa.co.id/menggugah-kesadaran-diri-orang-
beriman/

DosenPsikologicom. (2020, Desember 20). 5 Tingkatan Kesadaran dalam


Psikologi. Retrieved from dosenpsikologi.com:
https://dosenpsikologi.com/tingkatan-kesadaran-dalam-psikologi/amp/

Febri, F. (2020, Desember 20). Sejarah Kesadaran Dalam Psikologi. Retrieved


from dosenpsikologi.com: https://dosenpsikologi.com/sejarah-kesadaran-
dalam-psikologi

Febri, F. (n.d.). Sejarah Kesadaran Dalam Psikologi. Retrieved from


DosenPsikologi.com: https://dosenpsikologi.com/sejarah-kesadaran-
dalam-psikologi

Malikah. (2013). KESADARAN DIRI PROSES PEMBENTUKAN KARAKTER


ISLAM. Jurnal Al-Ulum, 13(1), 129-150.

Masita, H. (2021, Februari 23). 5 Tingkatan Kesadaran dalam Psikologi. Retrieved


from dosenpsikologi.com: https://dosenpsikologi.com/tingkatan-
kesadaran-dalam-psikologi

Muhammad, H. (2018, October 10). Menumbuhkan Kesadaran Diri Seorang


Muslim. Retrieved from alif.id: https://alif.id/read/husein-
muhammad/menumbuhkan-kesadaran-diri-seorang-muslim-b212211p/

Tiffany. (2020, Agustus 11). 9 Hakikat Kesadaran Dalam Psikologi Menurut Para
Ahli. Retrieved from dosenpsikologi.com:
https://dosenpsikologi.com/hakikat-kesadaran-dalam-psikologi

50
Tiffany. (2020, Desember 20). 9 Hakikat Kesadaran Dalam Psikologi Menurut
Para Ahli. Retrieved from dosenpsikologi.com:
https://dosenpsikologi.com/hakikat-kesadaran-dalam-psikologi

Pemikiran dari Satria Novian Lesmana, “Teori Menurut Satria Novian Lesmana”.
(Sumber Referensi dari “Teori Menurut Para Ahli dan Agama”), Tahun 2020.

51

View publication stats

Anda mungkin juga menyukai