Bab I Pendahuluan

Anda mungkin juga menyukai

Anda di halaman 1dari 13

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

UU No.5 Tahun 2014 secara implisit menghendaki bahwa ASN yang


umum disebut sebagai birokrat bukan sekedar merujuk kepada jenis pekerjaan
tetapi merujuk kepada sebuah profesi pelayanan publik. Untuk dapat memberikan
pelayanan ASN harus akuntabel dan berorientasi pada pelayanan publik serta selalu
mengedepankan kepentingan Negara dan masyarakat, diperlukan ASN yang
professional, bebas dari intervensi politik, bersih dari praktik korupsi, kolusi dan
nepotisme.
Pada latihan dasar calon pegawai negeri sipil golongan III tahun 2021 ini,
melakukan inovasi dalam penyelenggaraan Latsar yang memungkinkan peserta
untuk mampu menginternalisasikan nilai-nilai dasar profesi PNS dengan cara
mengalami sendiri dalam penerapan dan aktualisasi pada tempat tugas / satuan
kerja, sehingga peserta merasakan manfaatnya secara langsung. Dengan demikian
nilai-nilai dasar profesi PNS tersebut terpatri kuat dalam dirinya.
Melalui pelatihan dasar yang telah di perbaharui, diharapkan mampu
menghasilkan PNS yang professional dimana memiliki pemahaman yang matang
tentang Akuntabilitas, Nasionalisme, Etika Publik, Komitmen Mutu dan Anti
Korupsi.
SDN 003 Bukit Bestari ini dibangun pada tahun 1975, diatas tanah seluas
1500 M2, dengan jumlah Tenaga Pendidik dan Kependidikan 18 orang yang
sebagian besar berlatar pendidikan S1, yang akan memperkuat kemajuan sekolah,
dan terdiri dari Kepala Sekolah, 7 orang guru Pegawai Negeri Sipil, 1 orang Guru
Calon Pegawai Negeri Sipil, 6 orang guru Honorer, 1 orang tenaga administrasi, 1
orang security dan 1 orang penjaga sekolah, selanjutnya dengan jumlah 305 siswa,
dengan 12 Rombel (Rombongan Belajar) yaitu : kelas 1 terdiri dari 2 rombongan
belajar, kelas 2 terdiri dari 2 rombongan belajar, kelas 3 terdiri dari 2 rombongan
belajar, kelas 4 terdiri dari 2 rombongan belajar, kelas 5 terdiri dari 2 rombongan
belajar dan kelas 6 terdiri dari 2 rombongan belajar. SDN 003 Bukit Bestari ini

1
tersedia beberapa ruang yang terdiri dari : 1 ruang majelis guru, 6 ruang kelas, 1
ruang perpustakaan, 1 ruang UKS (Unit Kesehatan Sekolah), 2 Perumahan guru, 3
Toilet yaitu 2 toilet siswa dan 1 toilet guru.
SDN 003 Bukit Bestari memiliki beberapa keunggulan antara lain : secara
geografis letaknya yang strategis, keadaan gedung secara umum terawat, pagar
sekolah yang kuat, lokasi bangunan dan gedung yang luas dan terletak tepat
disamping jalan raya, sehingga mudah dalam transportasi, guru, staf dan komite
sekolah bertujuan untuk bersama-sama dalam mengelola sekolah agar menjadi
sekolah yang berkualitas baik dari segi siswa maupun lingkungannya.
Peserta merupakan guru kelas ahli pertama yang mengampu sebagai wali
kelas VB. Peserta mendapatkan waktu mengajar sebanyak 24 jam pelajaran.
Sebagai wali kelas VB, peserta tentunya menginginkan para siswa nya bersikap
sopan, jujur dan tepat waktu dalam menyelesaikan tugas, karena peserta ingin
membiasakan siswa agar mengetahui tugas dan tanggung jawabnya berdasarkan
kesepakatan kelas yang telah dibuat, terutama mengenai kedisiplinan.

B. ANALISIS ISU

a. Enviromental Scanning.
Peserta telah melaksanakan tugas di SDN 003 Bukit Bestari selama lebih kurang
6 bulan bertugas di SD Negeri 003 Bukit Bestari sebagai guru kelas VB. Hasil dari
Enviromental Scanning, isu yang ditemui di SDN 003 Bukit Bestari tersebut yaitu
:
1. Belum optimalnya penerapan karakter religius siswa di kelas VB SDN 003
Bukit Bestari ( Pelayanan Publik)
Membangun negara adalah membentuk warga yang berkarakter baik mulai
dari rumah, sekolah atau lingkungan sekitar. Marimba (dalam Kurniawan,
2017:
26) merumuskan pendidikan sebagai bimbingan atau didikan secara sadar oleh
pendidik terhadap perkembangan anak didik, baik jasmani maupun rohani, menuju
terbentuknya kepribadian yang utama. Pendidikan karakter di sekolah dasar
merupakan pondasi awal bagi pembentukan suatu generasi bangsa yang berkualitas.
Sekolah yang merupakan lingkungan kedua setelah keluarga, sangat memegang
pengaruh penting dalam rangka membentuk karakter religius pada siswa. Sekolah
merupakan tempat terlaksananya proses pembelajaran, mendidik, dan menanamkan
kebiasaan-kebiasaan pada siswa-siswinya. Sekolah memiliki tanggung jawab moral
untuk mendidik peserta didik menjadi pintar dan memiliki karakter. Tugas sekolah
tidak hanya mengajar, tetapi juga mendidik sehingga peserta didik memiliki
kemampuan kognitif dan memiliki karakter yang baik. Selama peserta mengajar
disekolah ini peserta melihat, belum tercerminnya penerapan nilai-nilai karakter
religius siswa khususnya siswa kelas VB, seperti masih banyak siswa yang bersikap
tidak sopan terhadap guru, kurangnya kesadaran siswa untuk beribadah dan masih
banyak siswa yang tidak jujur dalam perkataan, hal ini disebabkan karena pada
masa pandemi covid 19 ini pembelajaran dilakukan secara daring, guru tidak bisa
memantau siswa secara langsung dalam proses pembelajaran, oleh sebab itu peserta
memilih isu ini sebagai core isu, karena peserta berharap dengan mengangkat isu
ini, siswa bisa menjadi lebih baik lagi dari segi akhlak dan tingkah laku sehingga
nilai-nilai karakter religius bisa terlaksana dengan baik di SDN 003 Bukit Bestari
khususnya di kelas VB.
Jika masalah ini tidak segera diatasi maka akan sangat banyak dampaknya
bagi berbagai pihak.
 Bagi siswa : siswa akan terbiasa dengan sikap buruknya yaitu tidak sopan
kepada orang lain, selalu berkata tidak jujur dan malas melaksanakan ibadah.
 Bagi guru : guru akan dinilai tidak akuntabel dalam mendidik siswa karena guru
tidak hanya mentrasfer ilmu pengetahuan tetapi juga harus mampu mendidik
karakter siswa kearah yang lebih baik
 Bagi sekolah : sekolah akan tercemar nama baiknya karena siswa yang
bersekolah di SDN 003 Bukit Bestari banyak yang berakhlak tidak baik.

2. Belum optimalnya penggunaan media pembelajaran oleh guru di sekolah


(Manajemen ASN)
Media pembelajaran merupakan salah satu hal penting dalam proses
kegiatan pembelajaran karena dengan adanya media pembelajaran akan
membuat siswa lebih tertarik dan lebih cepat memahami materi pembelajaran.
Terutama materi yang rumit karena setiap materi pembelajaran memiliki tingkat
kesulitan yang bervariasi. Berdasarkan pengamatan di sekolah peserta
menemukan belum optimalnya penggunaan media pembelajaran oleh guru
dikarenakan masih ada beberapa orang guru yang enggan menggunakan media
dalam pembelajaran. Mungkin hanya sekitar 70 % guru yang selalu
menggunakan media pada setiap proses pembelajaran. Sedangkan yang 30 %
nya lagi ada sesekali menggunakan media pembelajaran tetapi lebih sering tidak
menggunakan media dalam proses pembelajaran. Jika penggunaan media tidak
di optimalkan maka akan berdampak bagi siswa karena akan mengakibatkan
rendah nya minat belajar siswa sehingga hasil belajarpun ikut menurun, siswa
cendrung kesulitan dalam memahami materi dikarenakan pembelajaran yang
kurang menarik sehingga siswa dengan mudah lupa dengan materi yang telah
di pelajari.

3. Belum terealisasinya kedisiplinan siswa dalam menjaga kebersihan


dilingkungan sekolah ( Pelayanan Publik )
Kebersihan lingkungan sekolah sangatlah penting, karena dengan
lingkungan yang bersih akan membuat kita betah dan nyaman untuk berlama-lama
berada dilingkungan tersebut. Dilingkungan SDN 003 Bukit Bestari Belum
terealisasinya kedisiplinan siswa dalam menjaga kebersihan lingkungan sekolah
karena kurangnya kesadaran siswa dan rasa peduli siswa terhadap kebersihan
lingkungan SDN 003 Bukit Bestari, itu dikarenakan siswa belum menyadari
pentingnya kebersihan baik itu dilingkungan sekolah maupun untuk diri siswa itu
sendiri, seperti yang kita ketahui bahwa kebersihan itu adalah sebagian dari iman.
Oleh sebab itu peserta berharap dengan mengangkat isu ini siswa akan lebih peduli
dan bisa mengimplementasikan sikap peduli lingkungan khususnya dalam
kebersihan. Dampak apabila siswa tidak peduli dengan kebersihan lingkungan
sekolah maka lingkungan sekolah akan selalu terlihat kotor sehingga siswa tidak
betah berada lama-lama dilingkungan sekolah, proses pembelajaran juga akan
terganggu karena lingkungan yang tidak bersih dan tidak nyaman.
4. Belum optimalnya minat membaca siswa di SDN 003 Bukit Bestari
Tanjungpinang (Pelayanan Publik )
Sangat banyak manfaat yang diperoleh bagi siswa yang rajin membaca,
diantaranya adalah menambah pengetahuan dan menambah perbendaharaan kata.
Berdasarkan fakta yang ada Peserta menyadari belum optimalnya minat baca anak
khususnya siswa kelas VB, hal ini dapat dilihat dengan masih adanya beberapa
orang siswa yang belum lancar membaca. Yang menjadi penyebab utamanya adalah
dikarenakan buku-buku yang tersedia diperpustakaan SDN 003 Bukit Bestari
sangat terbatas, baik itu buku pelajaran ataupun buku cerita, dan judul buku-buku
yang ada belum bervariasi dan masih dengan judul-judul yang lama, sehingga siswa
kurang tertarik, bangunan khusus perpustakaan juga belum ada, hanya
memanfaatkkan sebuah ruangan kecil dan sempit sehingga siswa tidak tertarik
untuk mengujungi perpustakaan. Dampak nya akan sangat buruk bagi siswa karena
siswa akan kesulitan dalam menghadapi pembelajaran dan ujian karena belum
lancar membaca otomatis siswa tidak bisa memahami soal-soal ujian dan akan sulit
menjawabnya. Dengan demikian hasil belajar siswa pun tidak akan maksimal.

5. Kurangnya Disiplin Pegawai ASN di Lingkungan SDN 003 Bukit Bestari


(Manajemen ASN)
Disiplin adalah suatu kondisi yang tercipta dan terbentuk melalui proses dari
serangkaian perilaku yang menunjukkan nilai-nilai ketaatan, kepatuhan, kesetiaan,
keteraturan dan ketertiban. Dengan adanya kedisiplinan di sekolah diharapkan
mampu menciptakan suasana lingkungan yang nyaman dan tentram di dalam kelas.
orang yang disiplin yaitu orang yang biasanya hadir tepat waktu, taat terhadap
semua peraturan yang diterapkan disekolah, serta berprilaku sesuai dengan norma-
norma yang berlaku.
Pandemi Covid-19 sudah melanda Negara kita sejak bulan Februari Tahun
2020, dimana jumlah kasus positif terus mengalami peningkatan. Salah satu
antisipasi Pemerintah Kota Tanjungpinang untuk mengurangi dan menekan angka
penyebaran adalah dengan WFH sehingga sekolah memberlakukan pembelajaran
secara daring, Hal ini cukup berdampak pada turunnya tingkat kedisiplinan
pegawai, diantaranya :
 Beberapa pegawai ASN di SDN 003 Bukit Bestari masih sering terlambat
datang, tidak sesuai jam kerja.
 Kurangnya tingkat kedisiplinan ASN dan staf guru di SD Negeri 003 Bukit
Bestari dalam mengisi daftar hadir manual yang telah disediakan.
 Seringnya pulang dengan tidak tepat waktu.
 Menggunakan jam kerja untuk kepentingan pribadi.

Dari beberapa deskripsi di atas maka akan berdampak jika terus – menerus
dilakukan. Adapun dampak dan pihak – pihak yang terkena adalah :
 Bagi teman sejawat (sesama pegawai ASN)
a. Terpengaruh akan contoh yang tidak baik serta budaya ikut – ikutan yang
meresahkan sehingga semakin menurunya kinerja ASN di lingkungan SDN 003
Bukit Bestari.
b. Adanya kecemburuan sosial bagi pegawai ASN yang sudah disiplin terhadap
jam kerja yaitu datang dan pulang tepat waktu.
 Bagi peserta didik
a. Jika pendidik terlambat maka akan terlambat juga dalam menyiapkan
pembelajaran dan melaksanakan pembelajaran. Hal ini tentu akan berdampak
pada siswa karena berkurangnya jam pelajaran dari guru
b. Tidak mendapatkan contoh kedisiplinan yang baik dari pendidik.
 Bagi sekolah
a. Pencemaran nama baik sekolah ketika masyarakat melihat ada pegawai ASN
yang sering datang terlambat.
b. Kurangnya kepercayaan wali murid atau masyarakat terhadap kedisiplinan
sekolah.

b. Alat Bantu Analisis


1. APKL
Berdasarkan identifikasi isu yang telah dipaparkan, perlu dilakukan proses
identifikasi isu untuk menentukan isu mana yang merupakan prioritas yang dapat
dicarikan solusi oleh peserta. Proses identifikasi isu tersebut menggunakan alat
bantu penctapan kriteria kualitas isu. Kriteria yang digunakan adalah metode APKL
(Aktual, Problematik, Kekhalayakan, dan Kelayakan) untuk memilih 3 dari 5 isu
yang ada, kemudian dilanjutkan dengan metode USG (Urgency, Seriousness, dan
Growth) untuk menentukan 1 dari 3 isu yang ada.
Metode pertama yang dipakai adalah metode APKL. Aktual adalah isu tersebut
benar-benar terjadi dan sedang hangat dibicarakan oleh masyarakat. Kekhalayakan
artinya isu tersebut menyangkut hajat hidup orang banyak. Problematik merupakan
isu yang sangat kompleks sehingga perlu dicarikan solusinya. Kelayakan ditujukan
kepada isu yang masuk akal dan realistis serta relevan untuk dimunculkan inisiatif
pemecahan masalahnya. Secara lengkap analisis penilaian kualitas isu dengan
metode APKL tersebut dapat dilihat pada tabel dibawah ini :

Tabel 1.1 Analisis Isu APKL


No Identifikasi Isu Kriteria Total Peringkat
APKL
A P K L
1. Belum optimalnya penerapan
karakter religius siswa di kelas VB 5 5 5 5 20 1
SDN 003 Bukit Bestari
2. Belum optimalnya penggunaan
media pembelajaran oleh guru di 5 4 4 4 17 2
sekolah
3. Belum terealisasinya kedisiplinan
siswa dalam menjaga kebersihan 5 4 3 3 15 3
dilingkungan sekolah
4. Belum optimalnya minat membaca
siswa di SDN 003 Bukit Bestari 4 3 3 3 13 5
Tanjungpinang
5. Kurangnya Disiplin Pegawai ASN
di Lingkungan SDN 003 Bukit 4 4 3 3 14 4
Bestari
Kriteria pemberian nilai pada tabel APKL :
Aktual
1 : Pernah benar-benar terjadi
2 : Benar-benar terjadi
3 : Benar benar terjadi dan bukan menjadi pembicaraan
4: Benar-benar terjadi terkadang menjadi bahan pembicaraan
5: Benar-benar terjadi dan sedang hangat dibicarakan
Problematika
1 : Masalah sederhana
2 : Masalah kurang kompleks
3 : Masalah cukup kompleks namun tidak perlu segera dicarikan solusi
4 : Masalah kompleks
5 : Masalah sangat kompleks sehingga perlu dicarikan segera solusinya
Kekhalayakan
1 : Tidak menyangkut hajat hidup orang banyak
2 : Sedikit menyangkut bidup orang banyak
3 : Cukup menyangkut hajat hidup orang banyak
4 : Menyangkut hajat hidup orang banyak
5: Sangat menyangkut hajat hidup orang banyak
Kelayakan
1 : Masuk akal
2 : Realistis
3 : Cukup masuk akal dan realistis
4: Masuk akal dan realistis
5: Masuk akal realistis, dan relevan untuk dimunculkan inisiatif pemecahan
masalahnya.

2. USG
Berdasarkan analisis isu menggunakan metode APKL ada 3 isu dengan skor
tertinggi yaitu belum optimalnya penerapan karakter siswa di kelas VB SDN 003
Bukit Bestari, belum optimalnya penggunaan media pembelajaran oleh guru di
sekolah, belum terealisasinya kedisiplinan siswa dalam menjaga kebersihan
dilingkungan sekolah.
Hasil APKL didapati 3 prioritas isu berdasarkan tingginya jumlah skoring
kriteria APKL, kemudian isu yang ada dilakukan analisis dengan metode USG
(Urgency, Seriousness, Growth) untuk memilih isu yang akan dijadikan core isu
sehingga dapat dicarikan solusinya.
Menggunakan rentang angka 1-5 dengan keterangan nilai 1 sangat kecil, nilai 2
berarti kecil, nilai 3 berarti sedang, nilai 4 berarti besar dan nilai 5 berarti sangat
besar . Urgency adalah seberapa mendesak suatu isu harus dibahas, dianalisis dan
ditindaklanjuti. Seriousness adalah seberapa serius suatu isu harus dibahas
dikaitkan dengan akibat yang ditimbulkan Growth adalah Seberapa besar
kemungkinan memburuknya isu tersebut jika tidak ditangani sebagaimana
mestinya.
Secara lengkap analisis penilaian kualitas isu dengan metode USG dapat dilihat
pada tabel berikut ini :

Tabel 1.2 Penetapan Isu


No Masalah U S G Total Peringkat
1. Belum optimalnya penerapan
karakter religius siswa kelas V SDN 5 4 4 13 1
003 Bukit Bestari
2. Belum optimalnya penggunaan
media pembelajaran oleh guru di 4 4 4 12 2
sekolah
3. Belum terealisasinya kedisiplinan
siswa dalam menjaga kebersihan 4 3 3 10 3
dilingkungan sekolah

Berdasarkan pada penilaian prioritas isu menggunakan metode USG, maka


dapat disimpulkan isu peringkat 1 merupakan prioritas utama untuk dicari solusi
dan permasalahannya. Berikut ini akan dijelaskan masing-masing dari bagian
metode USG untuk isu utama (yannawari, 2013)
1. Urgency (U)
Nilai urgency di isu utama yaitu sebesar 5 skala artinya, belum optimalnya
penerapan karakter religius siswa kelas VB SDN 003 Bukit Bestari, maka
isu ini harus dibahas, di analisis, dan di tindaklanjuti. Penanaman karakter
religius ini mendesak karena selain diperlukan dalam proses pembelajaran
juga diperlukan dalam kehidupan sehari-hari.
2. Seriousness (S)
Nilai seriousness di isu utama yaitu sebesar 4 skala artinya masalah belum
optimalnya penerapan karakter religius siswa kelas VB SDN 003 Bukit
Bestari sangat serius karena penanaman karakter religius ini berhubungan
langsung dengan sikap dan tingkah laku siswa dalam menjalani
kehidupannya baik di sekolah maupun di lingkungan masyarakat.
3. Growth (G)
Nilai growth diisu utama yaitu sebesar 4 skala artinya belum optimalnya
penerapan karakter religius siswa kelas VB SDN 003 Bukit Bestari, jika
tidak segera ditangani maka akan berdampak buruk bagi berbagai pihak
disebabkan karakter siswa yang semakin memburuk, baik di sekolah
maupun di masyarakat.

C. RUMUSAN ISU
Berdasarkan pada uraian diatas maka rumusan isu yang diperoleh pada
rancangan ini yaitu “Belum optimalnya penerapan karakter religius siswa kelas VB
di SDN 003 Bukit Bestari tahun 2021”

D. IDENTIFIKASI SUMBER ISU


Pendidikan merupakan tempat untuk mencetak generasi penerus bangsa
sehingga tidak lepas dari tujuan negara yaitu untuk melahirkan generasi yang
berkualitas. Tentunya tidak hanya melahirkan generasi yang cerdas secara
intelektual akan tetapi cerdas secara emosional sehingga mempunyai karakter yang
baik dan dapat memanfaatkan ilmunya dengan benar. Kegiatan rancangan
aktualisasi ini dilaksanakan sebagai pembiasaan diri bagi siswa agar lebih
menanamkan sikap karakter religius di SDN 003 Bukit Bestari maupun

10
dilingkungan masyarakat. Dengan meningkatkan nilai karakter religius ini, siswa
telah melakukan praktik nilai-nilai karakter sesuai dengan ranah psikomotorik
(praktik) siswa. Hal ini merupakan salah satu implementasi dari agenda 3 Latsar
CPNS yaitu kedudukan dan peran ASN yang berkaitan dengan pelayanan publik.
Banyak hal yang menjadi penyebab dari belum optimalnya penerapan
karakter religius siswa kelas VB, yaitu berawal dari lingkungan keluarga,
lingkungan keluarga adalah lingkungan dimana seseorang mendapatkan
Pendidikan pertama yang sangat mempengaruhi prilakunya dan berperan dalam
menentukan tujuan hidupnya. Lingkungan keluarga merupakan usaha sadar dari
orang dewasa secara normative untuk mempengaruhi perkembangan anak dalam
bentuk Pendidikan. Bimbingan orang tua adalah hal sangat menentukan dalam
membentuk sikap dan karakter seorang anak(siswa). Kurangnya bimbingan dari
orang tua akan menyebabkan buruknya karakter religius anak (siswa), tidak adanya
kurikulum khusus dan kurangnya materi pembelajaran pembelajaran tentang
penerapan karakter religius juga menjadi penyebab belum optimalnya penerapan
karekter religius siswa kelas VB di SDN 003 Bukit Bestari.

Dibawah ini adalah diagram fishbone terkait sebab akibat penetapan isu :

Manusia Pendidikan akibat


Kurangnya karakter sebab
tidak adanya kurikulum Belum
Religius siswa (sopan santun, optimalnya
khusus tentang nilai
tidak Jujur dan malas beribadah) karakter religius penerapan
karakter
religius siswa
Lingkungansebab kelas VB di
Materi kurangnya
Kurangnya bimbingan SDN
materi
Orangtua 003Bukit
pembelajaran
tentang Bestari
Penerapan karakter religius

11
E. ANALISIS DAMPAK
Belum optimalnya penerapan karakter religious siswa kelas VB di SD
Negeri 003 Bukit Bestari, menjadi masalah yang cukup memprihatinkan. Kondisi
ini dapat menimbulkan banyak hal permasalahan dan akibat apabila tidak segera
ditindak lanjuti.
Adapun akibat yang dapat ditimbulkan jika lambatnya pengembangan
karakter ini adalah sebagai berikut :
1. Bagi siswa
 kurangnya sopan santun siswa terhadap guru dan teman disekolah
(Nasionalisme )
 tidak pernah berkata jujur (etika publik)
 kurang kesadaran siswa untuk beribadah (Nasionalisme)
2. Bagi guru
Guru akan dinilai tidak professional oleh masyarakat karena guru
dianggap tidak mampu mendidik sikap anak kearah yang lebih baik
(Akuntabilitas)
3. Bagi sekolah
Nama sekolah akan tercemar karena banyak prilaku siswa yang tidak
baik sehingga orang tua akan ragu untuk menyekolahkan anaknya
disekolah tersebut (pelayanan public)

F. LEMBAR KONFIRMASI ISU


G. JUDUL AKTUALISASI
Rancangan aktualisasi ini berjudul “ Optimalisasi Penerapan Karakter Religius Siswa Kelas VB SDN 003
Bukit Bestari tahun 2021.”

Anda mungkin juga menyukai