Anda di halaman 1dari 24

MAKALAH

Asuhan Keperawatan Dengan Masalah Trauma Abdomen

Disusun Oleh :

Nama : Maryam Ilato


Nim : C01418094

PRODI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH GORONTALO
2020/2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada Allah Swt . Atas segala taufik, hidayah
serta inayah-Nya yang senantiasa tercurah sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah ini tanpa adanya halangan dan hambatan . Sholawat serta salam tidak
lupa juga kami panjatkan kepada junjungan kita Nabi MuhammadSAW.
Saya berharap makalah ini dapat dijadikan sebagai bahan referensi dan
menjadi gambaran bagi pembaca mengenai ilmu pendidikan khususnya yang
berkaitan dengan gawat darurat. Dalam proses penyusunan makalah ini, kami
banyak menemui hambatan dan juga kesulitan namun, berkat bimbingan, arahan,
serta bantuan dari banyak pihak, akhirnya makalah ini dapat terselesaikan dengan
lancar dan tanpa melampaui batas waktu yang telah di tentukan.
saya menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih jauh dari
sempurna. Oleh karna itu, saya mengharapkan kritik dan saran yang membangun
demi lebih sempurnanya hasil makalah ini. Akhir kata, saya hanya dapat berharap
agar hasil makalah ini dapat berguna bagi semua pihak serta menjadi sesuatu yang
berarti .

Gorontalo , 21 juli
2021

MARYAM ILATO
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ........................................................................................................ !
DAFTAR ISI...................................................................................................................... !!
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG..................................................................................................1
1.2 RUMUSAN MASALAH.............................................................................................. 2
1.3 TUJUAN ...................................................................................................................... 3
1.4 MANFAAT PENULISAN ........................................................................................... 4
BAB II ISI
2.1 Pengertian Trauma Abdomen ....................................................................................5
2.2 Asuhan keperawatan Trauma Abdomen...................................................................6
BAB III PENUTUP
3.1 KESIMPULAN ............................................................................................................7
3.2 SARAN .......................................................................................................................... 8
DAFTAR PUSTAKA
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Trauma merupakan suatu masalah kesehatan yang cukup serius karena
sering terjadi dan tidak memandang usia maupun jenis kelamin dan biasa
terjadi akibat kecelakaan. Trauma abdomen merupakan kasus emergensi yang
membutuhkan penatalaksanaan segera. Trauma abdomen dapat didefinisikan
sebagai kerusakan terhadap struktur atau atau organ yang terletak diantara
diafragma dan pelvis yang diakibatkan oleh trauma tumpul (blunt trauma) atau
trauma tajam (penetrasi) (Irma Liani, Modalitas Diagnostik Pada Kasus
Kegawatdaruratan Trauma Tumpul Abdomen, 2019). Trauma merupakan
penyebab kematian tersering ketiga pada populasi umum setelah penyakit
kardiovaskuler dan kanker (Guillion dalam Irma,2019). Trauma abdomen,
merupakan penyebab kematian yang cukup serig ditemukan sekitar 7-10%
dari pasien trauma (Costa dalam Irma,2019).
Trauma tumpul abdomen merupakan salah satu trauma mayor yang sering
terjadi di Indonesia, dengan angka mortalitas yang cukup tinggi. Penyebab
terbanyak adalah kecelakaan lalulintas sepeda motor dan jatuh dari ketinggian.
Perevalensi cedera tertinggi didapatkan pda kelompok usia 15-24 tahun.
Indonesia, didapatkan bahwa prevalensi cedera secara nasional adalah sebesar
8,2%, dimana prevalensi tertinggi ditemukan di Sulawesi Selatan (12,8%) dan
terendah di Jambi (4,5%). Penyebab cedera secara umum yang terbanyak
adalah jatuh (40,9%) dan kecelakaan sepeda motor (40,6%), selanjutnya
penyebab cedera karena terkena benda tajam/tumpul (7,3%), transportasi darat
lain (7,1%) dan kejatuhan (2,5%). Pen yebab cedera transportasi sepeda motor
tertinggi ditemukan di Bengkulu (56,4 persen) dan terendah di Papua (19,4%)
(Riskesdas 2013) (Riskesdas 2013). Trauma tumpu abdomen sering
dihubungkan dengan cedera multiple dan kadang tidak memiliki tanda klinis
yang serius pada pasien. pada penderita yang dilakukan laparatomi oleh
karena trauma tumpul, organ yang paling sering mengalami cedera adalah hati
(40-55%), limpa (35-45%) dan organ retroperitonium (15%) (wiargitha,2017)
Diagnosis dan penanganan yang tepat dari trauma intra abdomen merupakan
unsur terpenting dalam mengurangi kematian akibat trauma abdomen. Pada
pasien trauma intra abdomen penilaian merupakan salah satu bagian yang
penting. Penilaian sirkulasi saat survei awal harus mencakup deteksi dini dari
kemungkinan adanya perdarahan tersembunyi di dalam rongga abdomen pada
pasien trauma tumpul. Pada trauma tumpul biasanya terjadi multisistem trauma
yang menyebabkan diagnosis medis lebih susah ditegakkan. Agar hasil
pemeriksaan lebih falid dan bisa ditegakan diperlukan alat bantu diagnostik seperti
Ultrasonography (USG) abdomen, computed tomography Scan (CT Scan) pemeriksaan
laboratorium, foto abdomen konvensional. Keakuratan CT scan dalam diagnostik
pada pasien trauma tumpul dengan hemodinamik stabil
sangat tinggi sensitivitasa antara 92-97,6% dan spesifisitas setinggi 98,7%.
Keuntungan lain dari CT scan dibandingkan dengan modalitas diagnostik lainnya
adalah kemampuannya untuk mengevaluasi daerah retroperitoneal (Wiargitha,
2017). Salah satu bentuk penatalaksanaan pada pasien dengan trauma intra
abdomen adalah dengan tidakan operasi segera yaitu dengan jenis tindakan
laparotomi eksplorasi, untuk mengetahui sumber perdarahan aktif. Berdasarkan
penelitian yang dilakukan oleh Indah yang berjudul Hubungan penatalaksanaan
operatif trauma abdomen dan kejadian laparatomi negative di RSUP Prof Dr
Kandou Manado menyatakan bahwa Hasil penelitian dari 37 pasien dengan
trauma abdomen dan dilakukan laparotomi mendapatkan hasil laparotomi positif
(78,4%) lebih banyak dibandingkan laparotomi negatif (21,6%). Hasil uji Fischer
Exact terhadap hubungan penatalaksanaan operatif trauma abdomen dengan
kejadian laparotomi negatif menunjukkan nilai P = 0,058 (<0,0001). Hal ini
memperlihatkan bahwa hasil laparotomi baik positif maupun negatif bukan
didasarkan pada jenis trauma tetapi berdasarkan hasil temuan intraoperatif.
(Indah J Umboh, 2016).

Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas penulis mengambil rumusan masalah
sebagai berikut
“ Bagaimana asuhan keperawatan perioperatif dengan tindakan laparatomi eksplorasi
laparatomi eksplorasi atas indikasi trauma intra abdomen di ruang operasi Rumah
sakit Pertamina Bintang Amin?“
4
1.3 Tujuan
1. Tujuan umum
Menggambarkan pelaksanaan asuhan keperawatan perioperatif dengan
tindakan laparatomi eksplorasi atas indikasi trauma intra abdomen di ruang
operasi Rumah sakit Pertamina Bintang Amin.
2. Tujuan Khusus
a. Menggambarkan asuhan keperawatan pre operasi dengan tindakan
laparatomi eksplorasi atas indikasi trauma intra abdomen di ruang operasi
Rumah sakit Pertamina Bintang Amin.
b. Menggambarkan asuhan keperawatan intra operasi dengan tindakan
laparatomi eksplorasi atas indikasi trauma intra abdomen di ruang operasi
Rumah sakit Pertamina Bintang Amin.
c. Menggambarkan asuhan keperawatan post operasi dengan tindakan
laparatomi eksplorasi atas indikasi trauma intra abdomen di ruang operasi
Rumah sakit Pertamina Bintang Amin.
1.4 Manfaat
1. Manfaat Teoritis
Dari hasil penelitian yang dilakukan, diharapkan dapat memberikan manfaat
bagi Pengembangan Ilmu Keperawatan
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Perawat
Penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan, wawasan dan
sebagai bahan untuk menerapkan Ilmu Keperawatan
b. Bagi Rumah Sakit
Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai bahan edukasi dalam
mengatasi Pasien Trauma Intraabdomen dengan Tindakan Operasi
5
Laparatomi Eksplorasi di Rumah Sakit Pertamina Bintang Amin
Provinsi Lampung Tahun 2020
c. Bagi institusi Pendidikan
Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan dan bermanfaat sebagai
acuan untuk dapat meningkatkan keilmuan mahasiswa Profesi Ners dan
riset keperawatan tentang Asuhan Keperawatan Perioperatif Pada Pasien
Trauma Intrabdomen dengan Tindakan Operasi Laparatomi Eksplorasi
di Rumah Sakit Pertamina Bintang Amin Provinsi Lampung Tahun
2020.
1.5 Ruang Lingkup
Laporan ini tentang asuhan keperawatan perioperatif pada pasien trauma
intrabdomen dengan tindakan operasi laparatomi eksplorasi di Rumah Sakit
Pertamina Bintang Amin Provinsi Lampung. Pada kasus trauma intra abdomen
apabila masalah tersebut tidak ditangani dengan baik, maka akan menyebabkan
syok hipovolemik akibat perdarahan pada intraabdomen. Sehingga diperlukan
pemberian asuhan keperawatan yang tepat. Lokasi dilakukan diruang operasi
Rumah Sakit Pertamina Bintang Amin Provinsi Lampung, penelitian ini
dilakukan pada bulan Februari 2020, subjek pada penulisan asuhan keperawatan
pada pasien yang mengalami masalah trauma intraabdomen, dengan melakukan
asuhan keperawatan pada pasien pre operasi, inta operasi, post operasi yang akan
dilakukan tindakan operasi laparatomi eksplorasi. Asuhan keperawatan ini
dilakukan dengan cara pengambilan data melalui wawancara dan pemeriksaan
fisik. Asuhan keperawatan meliputi pengkajian, analisis data, menentukan
diagnosa keperawatan, menentukan intervensi keperawatan, melaksanakan
implementasi dan melakukan evaluasi.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Trauma abdomen
Trauma abdomen merupakan trauma yang terjadi pada regio abdomen dan
dapat diakibatkan oleh trauma tumpul maupun oleh trauma tajam yang dapat
mengenai organ-organ pada abdomen. Gejala utama yang dapat terjadi dapat
berupa nyeri, tenderness, maupun adanya jejas yang tampak pada abdomen.
Trauma ini juga dapat mengakibatkan perdarahan dan infeksi. (Legome, 2016)
Regio abdomen dapat dibagi menjadi empat area utama yaitu abdomen
intrahroracic yang terletak pada abdomen bagian atas yang dilindungi oleh
sangkar dari costae sehingga daerah ini seringkali tidak dapat dievaluasi melalui
palpasi dan pemeriksaan fisik lengkap. Bagian kedua adalah bagian abdomen
yang terletak pada area pelvis yang dikenal sebagai suatu ‘bony pelvis’, bagian ini
terdapat beberapa organ penting yaitu kandung kemih, urethra, rektum, usus
halus, tuba falopii dan uterus pada wanita. Cedera pada area ini sering bersifat
ekstraperitoneal dan sulit untuk didiagnosa. Bagian ketiga adalah abdomen yang
terletak retroperitoneal yang terdiri atas beberapa organ yaitu ginjal, ureter,
pankreas, aorta dan vena cava, cedera pada area ini sulit diketahui hanya dengan
melakukan pemeriksaan fisik. Bagian terakhir dikenal sebagai area abdomen
sejati, di mana di dalamnya terdapat beberapa organ yaitu usus halus dan usus
besar, uterus dalam keadaan gravida, kandung kemih ketika mengalami distensi.
(Legome, 2016)
Trauma tumpul abdomen merupakan salah satu penyebab mortalitas dan
morbiditas pada hampir semua usia, trauma yang terjadi pada beberapa kasus
kadang tidak menunjukkan manifestasi yang jelas hingga diagnosis ditegakkan
dan terapi dijalankan. Penegakan diagnosis awal pada trauma tumpul abdomen
cukup sulit untuk dikerjakan dan kadang tidak akurat, beberapa gejala yang harus
dicurigai sebagai trauma tumpul abdomen di antaranya adalah nyeri, tenderness,
perdarahan gastrointestinal, hipovolemia, dan bukti adanya iritasi pada
peritoneum. Pada pemeriksaan abdomen dapat ditemukan adanya lap belt marks
yang dapat menunjukkan suatu ruptur pada usus halus, steering wheel dengan
adanya kontusio, ekimosis pada regio flank (Grey Turner sign) atau pada
umbilicus (Cullen sign) yang menunjukkan adanya perdarahan retroperitoneal,
distensi abdomen, adanya bowel sound pada regio thoraks pada pemeriksaan
auskultasi dapat merupakan trauma pada diafragma, bruit pada trauma fistula
arteriovenous. Tenderness, rigid, rebound tenderness menunjukkan adanya trauma
pada peritoneum, konsistensi yang keras pada abdomen dapat merupakan suatu
perdarahan intraabdominal, sedangkan krepitasi pada regio thoraks bagian bawah
dapat mengindikasinya cedera pada lien ataupun hepar. (Legome, 2016)
Trauma intra abdomen yang terjadi sekunder akibat trauma tumpul pada
abdomen merupakan akibat suatu tumbukan antara pasien yang mengalami cedera
dengan lingkungan luar yang menyebabkan terjadinya gaya akselerasi dan
deselerasi pada organ intraabdomen. Trauma tumpul pada abdomen dapat
dijelaskan melalui tiga mekanisme penting yaitu :
Deselerasi
Deselerasi cepat yang terjadi menyebabkan pergerakan pada
struktur yang berdekatan dengan lokasi benturan, sebagai
akibatnya akan timbul gaya tarikan yang dapat menyebabkan
adanya robekan pada organ visceral dan pedikel vaskuler.
Crushing
Isi cavum intraabdomen akan mengalami suatu gaya tumbukan
antara dinding anterior abdomen dengan columna vertebralis atau
bagian posterior dari costa pada regio thoraks. Mekanisme ini
dapat menyebabkan trauma berat pada organ viscera solid seperti
lien, hepar dan ginjal.
Kompresi eksternal
Mekanisme yang ketiga ini terjadi akibat trauma langsung maupun
kompresi eksternal akibat suatu obyek yang diam (sabuk
pengaman, columna spinalis). Gaya kompresi eksternal ini
merupakan hasil suatu gaya yang terjadi secara tiba-tiba serta
akibat adanya peningkatan tekanan intraabdominal yang pada
akhirnya menyebabkan terjadinya ruptur pada organ berongga
(hukum Boyle)
Trauma ini sering ditemukan pada lien maupun hepar, akan tetapi pada
beberapa kasus dijumpai pula cedera pada usus halus dan usus besar. Trauma
akibat kecelakaan lalu lintas masih menjadi penyebab utama dari trauma tumpul
abdomen, meskipun pada beberapa kasus yang dilaporkan trauma ini juga dapat
9
diakibatkan kecelakaan pada tempat kerja ataupun karena suatu penyebab
iatrogenik (resusitasi dan manuver Heimlich) (Legome, 2016)
Trauma tajam pada regio abdomen biasanya diakibatkan oleh trauma
tembak ataupun akibat trauma tusuk, di mana luka tembak dengan velositas yang
tinggi merupakan penyebab yang paling sering terjadi (64%), diikuti dengan luka
tusuk (31%), dan diikuti dengan luka tembak dengan velositas rendah (5%).
Gejala yang ditimbulkan oleh trauma ini sangat bervariasi, tergantung dari senjata
maupun objek, jarak dari tempat trauma berasal, organ mana yang terkena, lokasi
trauma, dan jumlah luka pada abdomen. Trauma dari jarak dekat akan
mendistribusikan energi kinetik yang lebih besar dibandingkan dengan trauma
dari jarak jauh. Pada trauma tajam yang diakibatkan oleh luka tembak biasanya
disertai dengan energi kinetik yang cukup besar sehingga dapat menimbulkan pola
trauma yang bervariasi, berbeda dengan trauma yang diakibatkan oleh trauma
tusuk biasanya dengan pola yang dapat lebih mudah diprediksi. (Legome, 2016)
Trauma tajam pada abdomen dengan kecurigaan adanya cedera pada
organ-organ intraabdomen telah banyak dilaporkan pada banyak kasus, di mana
kematian akibat syok hemoragik pada 24 jam pertama menjadi penyebab
kematian yang terbanyak. Evaluasi dari pasien dengan trauma tajam, maka regio
abdomen dapat dibagi menjadi bagian anterior yang dimulai dari batas anterior
costae sampai pada lipatan inguinalis di antara garis axilaris anterior, intrathoracic
yang dimulai dari intercostalis 4 anterior ( pada papilla mammae) dan 7 posterior (
ujung skapula ) sampai ke batas inferior dari kosta, flank dimulai dari ujung
skapula ke lipatan iliaka di antara anterior dan posterior garis axilla, punggung

*Penyebab trauma penetrasi


*Penyebab Trauma non penetrasi

Definisi
Penyebab trauma penetrasi adalah luka akibat terkena tembakan, luka akibat terkena
benda tajam, luka akibat tusukan. Sedangkan penyebab trauma non penetrasi adalah
tekanan kompresi atau tekanan dari luar tubuh, hancur (tertabrak mobil),terjepit
sabuk pengaman, dan cidera akselerasi
Etiologi
1. Penyebab trauma penetrasi
2. Penyebab trauma non penetrasi

Patoisiologi
Jika terjadi trauma penetrasi atu non penetrasi
kemungkinan terjadi perdarahan intra abdomen
yang serius, pasien akan memperlihatkan tandatanda iritasi yang di sertai
penurunan hitung sel
darah merah yyang akhirnya gambaran klasik syok
hemoragik. Bila suatu organ visceral mengalami
perforasi, maka tanda-tanda perforasi, tanda-tanda
iritasi peritoneum cepat tampak. Tanda-tanda dalam
trauma abdomen tersebut meliputi nyeri tekan, nyeri
spontan, nyeri lepas dan distensi abdomen tanpa
bising usus bila telah terjadi peritonitis umum. Bila
syok telah lanjut pasien akan mengalami takikardi
dan peningkatan suhu tubuh, juga terdapat
leukositosis. Biasanya tanda- tanda peritonitis
mungkin belum tampak. Pada fase awal perforasi
kecil hanya tanda- tanda tidak khas yang muncul.
Bila terdapat kecurigaan bahwa masuk rongga
abdomen, maka operasi harus di
lakukan(sjamsuhidayat, 2010).

Manifestasi klinis
Klinis kasus trauma abdomen ini bias
menimbulkan manifestasi klinis
menurut(sjamsuhidayat, 2010), melliputi : nyeri
tekan diatas daerah abdomen, demam, anorexia,
mual dan muntah, takikardi, peningkatan suhu
tubuh, nyeri spontan. Pada trauma non penetrasi
(tumpul) pada trauma non penetrasi biasanya
terdapat adanya jejas atau ruptur di bagian dalam
abdomen: terjadi perdarahan intra abdominal.
Apabila trauma terkena usus, mortilisasi usus
terganggu sehingga fungsi usus tidak normal dan
biasanya akan mengakibatkan peritonitis dengan
gejala mual, muntah, dan BAB hitam (melena).
Kemungkinan bukti klinis tidak tampak sampai
beberapa jam setelah trauma. Cedera serius dapat
terjadi walaupun tidak terlihat tanda kontusio pada
dinding abdomen. Pada trauma penetrasi biasanya
terdapat : terdapat luka robekan pada abdomen,
luka tusuk sampai menembus abdomen, biasanya
organ yang terkene penetrasi bias perdarahan/
memperparah keadaan keluar dari dalam abdomen.

Komplikasi
Menurut smeltzer(2001) komplikasi yang di
sebabkan karena adanya trauma pada abdomen
adalah dalam waktu segera dapat terjadi syok
hemoragik dan cidera, pada fase lanjut dapat terjadi
infeksi, thrombosis vena,emboli pulmonar, stress
4 ulserasi dan perdarahan, pneumonia, tekanan

*Otak traumatik
Definisi
Otak traumatik adalah kondisi yang sering terjadi karena berbagai macam hal
termasuk perdarahan dan syok hebat pada otak.

Etiologi
Etiologi tidak diketahui dengan jelas tetapi ada beberapa faktor predisposisi, diantaranya
:
• Terjatuh
• Kecelakaan kendaraan bermotor atau kecelakaan lalu lintas
• Olahraga
• Tusukan ,luka tembak dan ledakan pada saat peperangan

Tanda dan gejala


- Sakit kepala
- Pusing
- Gangguan perilaku
- Susah tidur
- Emosional

Patofisologi
Cedera otak traumatik adalah cedera intrakranial akibat rudapaksa eksternal
terhadap kepala yang melebihi kapasitas protektif otak

Kompliksi
- Kejang berulang atau epilepsi setelah trauma
- Kerusakan saraf dan pembuluh darah stroke

Penatalaksanaan
Penatalaksanaan cedera otak traumatik pada unit gawat darurat advance
trauma life support (ATLS) pasien penurunan kesadaran harus selalu
dilakukan manajemen jalan napas pasien dengan perdarahan (subdural
epidural) langsung dipersiapkan untuk tindakan bedah
Ruptur ginjal

Definisi
Adalah robek atau koyaknya jaringan ginjal secara paksa. Goncangan ginjal didalam
rongga retroperitoneum menyebabkan regangan pedikal ginjal sehingga menimbulkan
robekan tunika arterirenalis

Etiologi

- Trauma tumpul
- Trauma tembus

Manifestasi klinis
- Nyeri di daerah pinggang
- Punggung
- Dada sebelah bawa
- Bgian perut

Tanda dan gejala


- Adanya nyeri tekan di area perut smpa ke pinggang
- Memar atau perubahan warna pada area perut sampai ke pinggang
- Buang air kecil berkurang atau tidak sama sekali
- Tanda perdarahan organ dalam,seperti pusing,lemah,pandangan
kabur,mual,muntah,anemia,tekanan darah menurun dan penurunan
kesadaran

Komplikasi
- Perdarahan
- Hidronefrosis
- Pielonefritis kronis
Ansietas

Definisi
Adalah perasaan was-was khawatir atau tidak nyaman seakan-akan terjadi
sesuatu yang dirasakan sebagai ancaman ansietas berbeda dengan rasa takut.
Takut merupakan penilaian intelektual terhadap suatu yang berbahaya

Etiologi
- Peristiwa traumatik, yang dapat memicu terjadinya kecemasan berkaitan
dengan krisis yang dialami individu baik krisis perkembangan atau
situasional
- Konflikemosional yang dialami individu dan tidak terselesaikan dengan
baik,konflik antara id dan superego atau antara keinginan dan kenyataan yag
menimbulkan kecemasaan
- Frutasi akan menimbulkan rasa ketidak berdayaan untuk mengambil
keputusan yang berdampak terhadap ego

Tanda dan gejala


- Palpitasi ,jantung berdebar, atau akselerasi frekuensi jantung
- Berkeringat
- Gemetar atau menggingil
- Perasaan tersedak
- Nyeri atau ketidak nyamanan dada
- Mual atau distres abdomen
- Merasa pusing,limbung,vertigo atau pingsan

Komplikasi
- Depresi
- Kecanduan alkohol
- Penyalahgunaan NAPZA

Trauma torak

Definisi
Adalah trauma yang disebabkan oleh benturan benda tumpul pada perut,
trauma ini bisa disebabkan oleh kecelakaan lalu lintas,pukulan pada perut
atau jatuh dari ketinggian
Etiologi
Sering kecelakaan kendaraan bermotor akibat kecelakaan, ada lima jenis
benturan yaitu:
- Depan
- Samping
- Belakang
- Berputar
- Terguling

Manifestasi klinis
- Terjadi pada tekanan yang berlebihan pada paru” yang menyebabkan
pneumotoraks
- Rongga pleura saluran nafas intratoraks
- Parenkim paru

Gejala
- Nyeri ekstrem di dada
- Kesulitan bernapas
- Memar
- Bengkak
- Perdarahan pada rudapaksa

Komplikasi
- Pneumonia 20%
- Pneumotoraks 5%
- Hematotoraks 2%
- Empyema 2%
- Kontusio pulmonum 20%
Asuhan Keperawatan Pada Klien Trauma Abdomen
1. Pengkajian
a. Identitas pasien.
b. Keluhan Utama.
Nyeri abdomen, lemah,perut kayak di tusuk”,luka bakar, jatuh, mati rasa
c. Riwayat kesehatan saat ini
d. Riwayat penyakit sekarang
e.
1. Kapan keluhan dirasakan, apakah sesudah beraktivitas kerja atau setelah
berolah raga.
2. Daerah mana yang mengalami trauma.
3. Bagaimana karakteristik nyeri yang dirasakan.
f. Riwayat Penyakit Dahulu.
Apakah klien sebelumnya pernah mengalami sakit seperti ini atau mengalami
trauma pada sistem trauma abdomen lainnya
g. Riwayat penyakit keluarga
Apakah ada anggota keluarga yang menderita penyakit seperti ini.
h. Pemeriksaan Fisik.
• Inspeksi : nyeri abdomen,lemah,luka bakar,jatuh,perut kayak di
tusuk
• Palpasi : tertusuk-tusuk
• Aukultasi:
• Perkusi
i. Pemeriksaan penunjang
Pasien dengan trauma abdomen yang berat, hanya dengan pemeriksanaan
didapatkan nyeri

2. Diagnosa Keperawatan
a. Nyeri abdomen berhubungan dengan nyeri perut yang mengakibatkan
penyakit yang luar biasa seperti sembelit,gas,makan berlebihan,stres,atau otot
tegang
b. Ansietas berhubungan dengan perasaan tidak pasti atau dalam keadaan emosi
dan stres
3. Rencana intervensi

NO DX SDKI SLKI SIKI

D.007D.0077 Nyeri akut Setelah dilakukan Observasi


Definisi: intervensi 1. identifikasi lokasi,
pengalaman sensorik atau keperawatan selama 8 karakteristik, durasi,
emosional yang berkaitan dengan jam maka tingkat frekuensi, kualitas,
kerusakan jaringan aktual atau nyeri menurun intensitas nyeri
fungsional, dengan onset dengan kriteria hasil: 2. identifikasi skala
mendadak atau lambat dan 1. keluhan nyeri nyeri
berintensitas ringan hingga berat menurun 3. identifikasi
yang berlangsung kurang dari 3 2. meringis menurun respons nyeri non
bulan. 3. sikap protektif verbal
Penyebab: menurun
1. agen pencedera fisiologis 4. gelisah menurun
(misalnya inflamasi, iskemia, 5. kesulitan tidur 4. identifikasi faktor
neoplasma) menurun yang memeperberat
2. agen pencendera kimiawia 6. Frekuensi nadi dan memperingan
(mis. Terbakar, bahan kimia membaik nyeri
iritan) Teraupetik
3. Agen pencendera fisik (mis. 1. berikan teknik
Abses, amputasi, terbakar, nonfarmakologis
terpotong, mengangkat berat, untuk mengeurangi
prosedur operasi, trauma, latihan rasa nyeri (Mis.
fisik berlebihan) TENS, hipnosis,
Tanda Mayor akupresur, terapi
DS: mengeluh nyeri musik, biofeedback,
Do: terapi pijat,
1. tampak meringis aromaterapi, teknik
2. bersikap protektif (mis, imajinasi
waspada, posisi menghindari terbimbing, kompres
nyeri) hangat/dingin, terapi
3. gelisah bermain)
4. frekuaensi nadi meningkat 2. fasilitas istirahat
5. sulit tidur dan tidur
Tanda minor 3. pertimbangkan
DS: - jenis dan sumber
Do: nyeri dalam
1. tekanan darah meningkat pemilihan strategi
2. pola nafas berubah meradakan nyeri
3. nafsu makan berubah Edukasi
4. proses berfikir terganggu 1. jelaskan
5. Menarik diri penyebab, periode,
6. berfokus pada diri sendiri dan pemicu nyeri
7. diaforesis 2. jelaskan strategi
meredakan nyeri
3. anjurkan
memonitor nyeri
secara mandiri
Kolaborasi
1. kolaborasi
pemberian
analgetik, jika pe
D0080
Setelah dilakukan observasi
intervensi - indentifikasi
Ansietas keperawatan selama 8 lokasi,
Defisini jam maka tingkat karakteristik,durasi
Adalah perasaan was-was emosi menurun ,frekuensi,kualitas,
khawatir atau tidak nyaman
dengan kriteria hasil: intestas
seakan-akan terjadi sesuatu yang
dirasakan sebagai ancaman 1. Perilaku - identifikasi skala
ansietas berbeda dengan rasa
tegang cukup nyeri
takut. Takut merupakan penilaian
intelektual terhadap suatu yang meningkat - identifikasi
berbahaya
2. Pusing cukup respons nyeri non
Penyebab
meningkat verbal
- Krisis situasional 3. Pucat cukup - identifikasi faktor
- Kebutuhan tidak
meningkat memperberat dan
terpenuhi
- Krisis maturasional 4. Pola tidur memperingan
- Ancaman terhadap
cukup nyeri
konsep diri
- Ancaman terhadap menurun - identifikasi
kematian
pengetahuan dan
- Kekhwatiran
mengalami keyakinan tentang
kegagalan
nyeri
- Disfungsi sistem
keluarga - identiikasi
pengaruh budayah
DS
- Merasa binggung terhadap nyeri
- Merasa khawatir
- identifikasi
dengan akibat dari
kondisi yang pengaruh nyeri
dihadapi
pada kualitas
- Sulit berkonsentrasi
hidup
DO
- Frekuensi napas
meningkat
- Frekuensi nadi
terapeutik
meningkat
- Tekanan darah - berikan teknik
meningkat
nonfamakologis
- Tremor
- Muka tampak pucat untuk mengurangi
- Suara bergetar
rasa nyeri
- Kontak mata buruk
(mis,TENS,hipnosis
,akupresur,terapi
musik
- fasilitas istirahat
dan tidur
D.0080

Anda mungkin juga menyukai