Anda di halaman 1dari 9

PEMERIKSAAN FISIK

Pemeriksaan Kepala dan Leher


Pemeriksaan kepala dan leher dilakukan dengan pasien duduk menghadap pada
pemeriksa. Pemeriksaan terdiri atas inspeksi dan palpasi.
Pada inspeksi, amati posisi kepala. Apakah kepala dapat ditegakkan? Apakah ada bagian
muka yang asimetris? Apakah besar kepala proporsional terhadap bagian tubuh yang lain?
Periksa juga kulit kepala terhadap adanya lesi. Perikan rambutnya. Amati mata terhadap
kemungkinan proptosis. Proptosis dapat disebabkan oleh disfungsi tiroid atau oleh massa dalam
orbita. Periksa leher terhadap kemungkinan asimetri. Minta pasien menjulurkan lehernya. Cari
adanya luka parut, asimetri atau massa. Persilakan pasien untuk menelan, sambil mengamati
gerak naik tiroid.
Palpasi memastikan keterangan yang telah diperoleh dari inspeksi. Kepala dalam sikap
sedikit fleksi dan “terbuai” dalam tangan si pemeriksa. Semua bagian tengkorak harus dipalpasi
terhadap adanya bagian yang nyeri atau massa. Bantalan jari-jari pemeriksa harus meraba kulit di
atas cranium secara melingkar-lingkar untuk menilai konturnya dan mencari adanya kelenjar
limfe atau massa.

Pemeriksaan Mata
Pemeriksaan fisik pada mata meliputi tajam penglihatan, lapangan pandangan, gerakan
mata, struktur mata interna dan eksterna, pemeriksaan oftalmoskopi.
Tajam penglihatan diungkapkan dalam suatu rasio, seperti 20/20. Angka pertama adalah
jarak baca pasien terhadap peraga. Angka kedua adalah jarak terbacanya peraga oleh mata
normal. Istilah OD berarti mata kanan, OS mata kiri. OU berarti kedua mata.
Uji lapangan pandangan berguna untuk menetapkan lesi pada jalur penglihatan untuk ini.
Terdapat banyak teknik. Adalah penting agar si pemeriksa mempelajari teknik yang dikenal
sebagai “uji lapangan pandangan konfrontasi”. Pada teknik ini pemeriksa membandingkan
penglihatan perifernya dengan penglihatan perifer pasien.
Gerak mata dipengaruhi oleh kontraksi dan relaksasi otot-otot ekstra ocular. Hal ini
berakibat bergeraknya mata ke atas atau ke bawah, atau dari sisi ke sisi dan juga konvergensi.
Pemeriksaan gerak mata meliputi pemeriksaan kesesuaian mata, melakukan uji tutup, menilai
posisi utama pandangan mata, menilai refleks cahaya pupil, dan menilai refleks dekat.
Pemeriksaan Eksternal dan Internal mata meliputi kelopak mata, konjungtiva, sclera,
kornea, pupil, iris, kamera okuli anterior, dan apparatus lakrimal.
Pemeriksaan kelopak mata terhadap kemungkinan kelemahan, infeksi, tumor, atau
kelainan. Tidak boleh ada edema atau minta pasien membuka dan menutup matanya. Gerakan itu
harus lancer dan simetris. Konjungtiva hendaknya diamati terhadap adanya radang, pigmentasi
tidak biasa, nodi, pembengkakan, atau perdarahan. Kedua konjungtiva harus diperiksa.
Konjungtiva normal seharusnya berwarna merah muda. Perhatikan jumlah pembuluh darah.
Normalnya hanya terlihat sedikit pembuluh darah. Mintalah pasien untuk melihat ke atas, dan
tariklah kelopak mata ke bawah. Bandingkan vaskularitasnya. Sklera diperiksa untuk melihat
apakah ada nodul, hyperemia, dan perubahan warna. Sklera normal seharusnya berwarna putih.
Pada individu berkulit gelap. Sclera mungkin berwarna sedikit agak “seperti lumpur”. Kornea
harus jernih dan tanpa kekeruhan atau kabut. Cincin keputih-putihan pada perimeter kornea,
mungkin adalah arkus senilis. Pada pasien yang berusia di atas 40 tahun, penemuan ini biasanya
merupakan fenomena penuaan yang normal. Kedua pupil ukurannya harus sama dan bereaksi
terhadap cahaya dan akomodasi. Iris diperiksa untuk warnanya, apakah ada nodul, dan
vaskularitas. Normalnya, pembuluh darah iris tidak terlihat dengan mata telanjang. Dengan
memberikan sinar secara oblik menembus mata, perkiraan kasar kedalaman kamera okuli
anterior dapat dibuat. Jika terlihat bayangan berbentuk bulan sabit pada bagian iris yang jauh,
kamera okuli interior mungkin dangkal. Pendangkalan kamera okuli anterior mungkin akibat
menyempitnya ruangan antara iris dan kornea. Palpasi bola mata untuk mengetahui tekanan
intraocular merupakan teknik yang mempunyai sensitivitas sangat rendah. Jika palpasi dilakukan
dengan cara yang salah, juga akan menimbulkan kerusakan, karena dapat terjadi ablasi retina.
Oleh karena itu, palpasi bola mata tidak boleh dilakukan. Lalu inspeksi apparatus lakrimalis pada
umumnya, hanya sedikit yang dapat terlihat pada apparatus lakrimalis, dengan perkecualian
pungtum. Jika ada epifora, mungkin ada obstruksi aliran keluar melalui pungtum. Jika terdapat
kelembaban yag berlebihan, periksalah apakah ada sumbatan duktus nasolakrimalis secara
lembut, berlawanan dengan cincin orbita interna. Jika ada sumbatan, dapat dikeluarkan materi-
materi melalui pungtum.
Pemeriksaan Telinga
Pemeriksaan fisik telinga mencakup pemeriksaan luar, ketajaman pendengaran,
pemeriksaan otoskopik.
Pemeriksaan luar dilakukan dengan inspeksi dan palpasi pada struktur telinga luar.
Inspeksi pina untuk melihat ukuran, posisi, dan bentuknya. Pina harus terletak di bagian tengah
dan harus sesuai dengan besarnya wajah dan kepala. Telinga luar diperiksa untuk melihat adanya
deformitas, nodul, peradangan atau lesi. Inspeksilah untuk melihat adanya pengeluaran cairan.
Jika ada pengeluaran cairan, catatlah sifat-sifatnya seperti warna, konsistensi, dan kejernihannya.
Pina dipalpasi untuk mencari adanya nyeri tekan, pembengkakan, atau nodulus.
Pemeriksaan ketajaman pendengaran merupakan bagian selanjutnya dari pemeriksaan
fisik. Cara termudah untuk memeriksa kehilangan daya pendengaran yang berat adalah dengan
menutup satu kanalis eksternus dengan gerakan menekan ke dalam pada tragus dan berbisik ke
dalam telinga lainnya. Pemeriksa harus menyembunyikan mulutnya untuk menghindari
pembacaan gerakan bibir oleh pasien.
Pemeriksaan telinga lainnya dilakukan dengan memakai otoskop. Pilihlah ukuran
speculum yang tepat : cukup keil untuk menghindari timbulnya rasa tidak enak pada diri pasien,
cukup besar untuk memberikan arus cahaya yang memadai.

Pemeriksaan Mulut
Pasien harus di minta membuka mulutnya lebar-lebar. Mulut harus disinari dengan
sumber cahaya. Periksalah mukosa pipi untuk melihat lesi atau perubahan warna, dan rongga
pipi diperiksa unutk melihat tanda-tanda asimetri. Mukosa pipi, gigi dan gusimudah diperiksa
dengan memakaispatula lidah untuk mendorongpipi menjauhi gusi. Inspeksi untuk melihat
adanya perubahan warna, tanda-tanda trauma, dan keadaan orifisium duktus parotis. Dasar mulut
harus diperiksa dengan palpasi bimanual. Ini dilakukan dengan meletakkan satu jaridibawah
lidah dan jari lain dibawah dagu untuk memeriksa adanya penebalan atau massa.

Pemeriksaan Hidung
Pemeriksaan hidung terdiri dari pemeriksaan luar dan pemeriksaan dalam. Pemeriksaan
luar dilakukan dengan inspeksi hidung dan palpasi sinus. Inspeksi hidung dilakukan untuk
melihat adanya pembengkakan, trauma atau anomaly congenital. Tiap pembengkakan atau
deformitas harus dipalpasi untuk mencari nyeri tekan dan konsistensinya. Palpasi di daerah sinus
frontalis dan maksilaris dapat memperlihatkan adanya nyeri tekan yang menunjukkan sinusitis.
Pemeriksaan dalam akan berhasil jika posisi kepala dalam keadaan yang tepat. Mintalah
pasien untuk menengadahkan kepalanya. Letakkan tangan kiri Anda dengan kuat pada puncak
kepala pasien, dan pakailah ibu jari kiri Anda untuk mengangkat ujung hidung pasien. Dengan
cara ini Anda dapat mengubah posisi kepala pasien untuk melihat struktur-struktur intranasal.
Pakailah sumber cahaya untuk menerangi struktur-struktur internal.
Periksalah posisi septum terhadap tulang rawan lateral pada tiap sisi. Periksalah
vestibulum untuk melihat adanya peradangan dan septum anterior untuk melihat adanya deviasi
atau perforasi. Warna membrane harus diperiksa. Periksalah kemungkinan adanya eksudat,
pembengkakan, perdarahan atau trauma. Jika terdapat epistaksis, harus dilakukan pemeriksaan
area Little dengan seksama, untuk melihat adanya pelebaran pembuluh darah atau pembentukan
krusta. Dengan lebih menengadahkan kepala ke belakang, periksalah septum posterior untuk
melihat adanya deviasi atau perforasi. Ukuran dan warna konka inferior harus dicatat. Kedua
konka inferior jarang simetris. Periksa juga ukuran, warna, dan keadaan mukosa konka media.

Pemeriksaan Paru
Pada pemeriksaan paru, digunakan inspeksi, palpasi, dan perkusi. Dalam inspeksi, hal-hal
yang perlu diperhatikan adalah bentuk dada/thorax dalam keadaan statis, dada dalam keadaan
bergerak, memperhatikan adakah kelainan pada ektremitas yang berhubungan dengan penyakit
paru dan kelainan pada daerah kepala yang menunjukkan gangguan paru.
Dalam palpasi, hal-hal yang perlu diperhatikan adalah : palpasi pada keadaan statis
(kelenjar getah bening, trakea, letak apeks jantung, kelainan dinding dada) dan palpasi dalam
keadaan dinamis (pemeriksaan tactile/vocal fremitus).
Selanjutnya adalah perkusi. Tujuan perkusi dinding dada adalah untuk menentukan batas-
batas paru, menentukan perbandingan paru kiri dan kanan, menentukan batas-batas jantung, dan
menentukan apakah ada proses di dalam paru-paru.

Pemeriksaan Jantung
Pemeriksaan fisik jantung meliputi inspeksi pasien, pengukuran tekanan darah,
pemeriksaan denyut arteri, pemeriksaan denyut vena jugularis, perkusi jantung, palpasi jantung,
auskultasi jantung, dan pemeriksaan edema dependen.
Inspeksi umum pasien sering memberikan petunjuk berharga untuk diagnosis penyakit
jantung. Apakah pasien berada dalam distress akut? Seperti apa pernapasan pasien? Apakah ia
bernapas dengan susah payah? Apakah memakai otot pernapasan tambahan?
Pengukuran tekanan darah dapat dilakukan dengan palpasi maupun auskultasi.
Pengukuran tekanan darah dilakukan dengan pasien berbaring dalam posisi supinasi dengan
nyaman. Kantong manset diletakkan di atas arteri brachialis kanan. Jika lengannya terlalu
gemuk, pakailah manset paha. Lengan sedikit direfleksikan, dan disokong kira-kira setinggi
jantung. Untuk menentukan tekanan darah sistolik secara memadai dan untuk menyingkirkan
kesalahan karena celah auskultasi, tekanan darah mula-mula diperiksa dengan palpasi. Menurut
prosedur ini, arteri brachialis atau radialis kanan dipalpasi sementara manset dipompa di atas
tekanan yang diperlukan untuk menghilangkan denyut nadi. Sekrup yang dapat diputar dibuka
perlahan-lahan untuk mengurangi tekanan di dalam kantong karet secara lambat. Tekanan
sistolik diketahui dengan timbulnya kembali denyut brachial. Segera setelah denyut teraba,
sekrup itu dibuka untuk mengurangi tekanan kantong karet dengan cepat. Ini adalah tekanan
darah sistolik.
Tekanan darah diukur secara auskultasi di lengan kanan dengan memompa manset kira-
kira 20 mmHg di atas tekanan sistolik yang ditentukan dengan palpasi. Diafragma stetoskop
harus diletakkan diatas arteri sedekat mungkin dengan tepi manset, sebaiknya tepat di tepi bawah
manset itu. Mansetnya dikempiskan secara perlahan-lahan, sementara Anda mengevaluasi bunyi
Korotkoff. Tekanan darah sistolik, titik meredup, dan tidak menghilangnya bunyi korotkoff
ditentukan. Tekanan darah sistolik adalah titik dimana terdengar bunyi mengetuk pertama. Jika
tekanan darahnya tinggi, sebaiknya diperiksa kembali pada akhir pemeriksaan fisik, ketika
pasien mungkin lebih tenang.
Pemeriksaan dengan palpasi denyut arteri dilakakukan untuk memperoleh informasi
kecepatan dan irama jantung, kontut denyut itu, amplitudo denyut.
Perkusi jantung dilakukan untuk menentukan batas-batas jantung, dan yang terakhir yaitu
auskultasi jantung, dimana auskultasi dilakukan dengan memperhatikan bunyi jantung, bising
jantung, dan gesekan pericard.
Pemeriksaan Abdomen
Pemeriksaan fisik abdomen meliputi hal-hal berikut, inspeksi, auskultasi, perkusi, dan
palpasi.
Kontur abdomen harus diperiksa. Abdomen yang skafoid, atau konkaf, mungkin
berkaitan dengan kakeksia; abdomen protuberan mungkin disebabkan oleh distensi usus oleh
gas, asites, organomegali, atau obesitas. Kalau seorang pasien dengan asites berdiri, cairannya
masuk ke dalam perut bawah; kalau ia berbaring terlentang, cairannya menonjol di pinggul. Jika
pasien dengan asites berbaring pada sisi tubuhnya, cairannya mengalir ke sisi yang lebih rendah.
Pemeriksa harus memusatkan perhatiannya kepada abdomen untuk melukiskan secara memadai
adanya ketidaksemetrisan, distensi, massa, atau gelombang peristaltik yang dapat dilihat.
Kemudian pemeriksa harus mengamati abdomen dari atas, untuk mencari tanda-tanda yang
sama. Inspeksi abdomen untuk mencari adanya stria dan parut dapat memberikan data yang
berharga.
Auskultasi bunyi usus dapat memberikan informasi mengenai gerakan udara dan cairan
di dalam saluran cerna. Banyak pemeriksa melakukan auskultasi abdomen sebelum perkusi atau
palpasi, berbeda dengan urutan biasa. Mereka merasa bahwa perkusi atau palpasi dapat
mengubah motilitas usus; oleh karena itu mereka yakin bahwa auskultasi harus dilakukan dalam
urutan pertama untuk dapat memperoleh hasil pemeriksaan bunyi usus yang lebih tepat.
Perkusi dipakai untuk melihat adanya distensi gas, cairan, atau massa padat. Pada
pemeriksaan normal, biasanya hanya ukuran dan lokasi hati dan limpa yang dapat ditentukan.
Sebagian pemeriksa lebih suka melakukan palpasi sebelum perkusi, terutama jika pasien
mengeluh nyeri perut; kedua-duanya benar. Perkusi abdomen diawali dengan pasien berbaring
terlentang. Keempat kuadran abdomen diperiksa dengan perkusi. Timpani merupakan bunyi
perkusi yang paling sering ditemukan pada abdomen. Ini disebabkan oleh adanya gas di dalam
lambung, usus kecil dan kolon. Daerah suprapubis mungkin redup pada perkusi jika kandung
kemih distensi atau pada wanita, jika uterusnya membesar.
Palpasi abdomen biasanya dibagi menjadi palpasi ringan dan palpasi dalam. Palpasi
ringan dipakai untuk menemukan nyeri tekan dan daerah spasme otot atau rigiditas. Seluruh
abdomen dipalpasi secara sistematis dengan menggunakan bagian rata tangan kanan atau
bantalan jari tangan, bukan ujung jari. Jari-jari tangan harus disatukan, dan hindarilah gerakan
menusuk secara tiba-tiba. Tangan harus diangkat dari satu daerah ke daerah lain, bukannya
digeserkan diatas dinding perut. Palpasi dalam dipakai untuk menentukan ukuran organ dan juga
adanya massa abdomen abnormal. Pada palpasi dalam, bagian datar tangan kanan diletakkan
diatas abdomen dan tangan kiri diletakkan diatas tangan kanan. Ujung jari tangan kiri
memberikan tekanan, sedangkan tangan kanan mengindera setiap rangsangan taktil. Tekanan
kepada abdomen harus diberikan dengan ringan tetapi terus menerus. Selama palpasi dalam,
pasien harus disuruh untuk bernapas perlahan-lahan melalui mulutnya dan meletakkan kedua
lengannya pada sisi tubuhnya.

Pemeriksaan Anus dan Rektum


Pemeriksaan rectum dilakukan dengan jari. Karena rectum anterior mempunyai
permukaan peritoneum, pemeriksaan rectum dapat mengungkapkan nyeri tekan jika ada
peradangan peritoneum. Pemeriksaan rectum dapat dilakukan dengan pasien berbaring
terlentang; berbaring pada sisi kiri tubuh; atau berdiri, membungkuk pada meja pemeriksaan.
Posisi berdiri merupakan posisi yang paling banyak dipakai dan dengan posisi ini dapat
dilakukan inspeksi menyeluruh pada anus dan palpasi rectum. Tangan kanan pemeriksa dengan
memakai sarung tangan memeriksa anus dan jaringan di sekitarnya sementara tangan kiri dengan
hati-hati merentangkan bokong. Jika mencurigai adanya infeksi, kedua tangan pemeriksa harus
memakai sarung tangan. Kulit anus diperiksa untuk tanda-tanda peradangan, ekskoriasi, fisura,
nodulus, fistula, parut, tumor, atau hemoroid. Setiap daerah abnormal harus dipalpasi. Pasien
diminta mengedan sementara pemeriksa menginspeksi anus untuk melihat adanya hemoroid atau
fisura.

Pemeriksaan Anggota Gerak


Meliputi pemeriksaan secara inspeksi dan palpasi. Terdiri dari anggota gerak atas dan
bawah

Gerak atas:

Bentuk dan ukuran :

1. Bentuk dan ukuran tangan yang besar didapatkan pada penderita acromegaly
2. Tangan yang kecil dan memanjang didapatkan pada insufisiensi kel. Hipofisis
3. Odema tangan, disebabkan oleh :
A. Glomerulonephritis
B. Local phlebitis
C. Bendungan pembuluh darah limfe atau darah
D. Payah jantung yang berbaring miring
E. Sesudah amputasi mamae
F. Tumor-tumor pada daerah mediastinum

Warna Kulit :

 Perhatikan warna kulit pucat atau normal


 Lakukan palpasi,apakah suhu tangan sesuai dengan suhu tubuh penderita
 Pada cirrhosis hepatis : didapatkan eritema Palmaris, yakni warna kemerahan
pada telapak tangan
 Pada pellagra : terlihat punggung tangan kemerahan,kemudian menjadi gelap dan
mengalami gelap dan mengalami skuamasi dan terbentuk bullae,vesikel

Gerakan tangan :

 Perhatikan adanya tremor,tetani,Wrist drop

Deformitas :

 Claw hand pada morbus Hansen


 Atrofi otot interossei dan hyperextensi jari tangan,pada Rheumatoid arthritis
 Koilonichia,bentuk kuku seperti sendok,pada lues,def.Fe,demam rematik
 Tampak garis-garis dibawah kuku jari : pada SBE

Pergelangan tangan :

 Apakah ada tumor


 Ganglion
 Ada pembengkakan,dll

Pemeriksaan anggota gerak bawah :

 Perhatikan ukuran,posisi,dan bentuk kedua tungkai


 Ukuran kaki yang relative lebih kecil dibandingkan ukuran perut,pada Sindroma
Cushing
 Genu varum, bentuk kaki O
 Genu valgum, bentuk kaki X
 Perubahan warna kulit,petechie,varicose,erythema nodosum,dll

Odema :
Bila oedema bilateral, disebabkan :

1. Payah jantung
2. Nefritis kronis
3. Tumor dalam rongga perut yang menekan vena
4. Pembesaran organ dalam perut

Bila oedema unilateral, disebabkan :

1. Thrombosis vena femoralis


2. Elephantiasis
3. Phlegmasia alba dolens
4. Metastase karsinoma prostat

Anda mungkin juga menyukai