PENDAHULUAN
Epistaksis atau perdarahan dari hidung atau mimisan adalah keluhan yang umum,
Sebagian besar epistaksis bersifat jinak, sembuh sendiri dan spontan, tetapi beberapa
dapat muncul kembali dan berulang. Epistaksis dapat dibagi menjadi 2 kategori,
Epistaksis jarang terjadi pada neonatus dan anak kurang dari 2 tahun.
Umumnya terjadi pada masa kanak-kanak dan kejadiannya menurun saat beranjak
dewasa. Epistaksis paling sering terjadi pada usia 2 hingga 10 tahun dan orang tua
mulai usia 50 hingga 80 tahun. Kejadian epistaksis lebih dominan dialami pria (55%)
dan wanita (45%). Sekitar 60% orang pernah mengalami mimisan selama hidup, dan
medis.2,3
Epistaksis dapat diakibatkan oleh faktor sistemik dan lokal. Penyebab lokal
meliputi inflamasi, infeksi, trauma, deviasi septum hidung, ataupun benda asing.
Adapun kejadian yang sering ditemukan penyebabnya idiopatik atau tidak diketahui
1
Berikut ini akan dilaporkan sebuah kasus dengan diagnosis Epistaksis
anterior yang ditemukan pada seorang bapak yang di rawat RSUD Datoe Binangkang
di Lolak.
2
BAB II
LAPORAN KASUS
A. Identitas Penderita
Nama : Tn. BP
Umur : 65 tahun
Alamat : Wineru
Pekerjaan : Petani
Suku/Bangsa : Indonesia
Agama : Katolik
Status : Menikah
No. RM : 40.63.62
B. Anamnesis
Keluhan utama
Perdarahan hidung
3
Riwayat penyakit sekarang
Pasien laki-laki 65 tahun datang dengan keluhan utama perdarahan dari hidung.
Perdarahan dari hidung diakui sudah berlangsung selama 3 hari sebelum masuk
rumah sakit/SMRS. Awalnya perdarahan keluar dari hidung sebelah kiri, ketika
pasien menyumpalnya, darah keluar dari mulut kurang lebih ¼ gelas aqua yang
bercampur dengan ludah. Darah yang keluar tidak menentu waktunya, terkadang saat
pasien lelah bekerja ataupun ketika pasien duduk, dan akan berhenti dalam waktu 5
menit. Pasien tidak pernah mengorek hidungnya, pilek (-), batuk (-), demam (-), sesak
(-), pusing (-). BAB +, BAK + normal. Pasien tidak sedang mengkonsumsi obat-
C. Pemeriksaan Fisik
Status General
4
Respirasi : 20 x/menit
Suhu : 36,8 C
1. Kepala
Mata : Konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-), pupil bulat isokor
2. Thorax
Paru
Jantung
interkostal V
Auskultasi : bunyi jantung I dan II reguler, tidak ada murmur dan gallop
5
Abdomen
Perkusi : timpani
Tidak dievaluasi
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan laboratorium
D. Resume Masuk
11.25 WITA di RSUD Datoe Binangkang diantar oleh kedua anaknya. Pasien datang
dengan keluhan utama perdarahan dari hidung. Perdarahan dari hidung diakui sudah
keluar dari hidung sebelah kiri, ketika pasien menyumpalnya, darah keluar dari mulut
kurang lebih ¼ gelas aqua yang bercampur dengan ludah. Darah yang keluar tidak
menentu waktunya, terkadang saat pasien lelah bekerja ataupun ketika pasien duduk,
7
dan akan berhenti dalam waktu 5 menit. Pasien tidak pernah mengorek hidungnya,
pilek (-), batuk (-), demam (-), sesak (-), pusing (-). BAB +, BAK + normal. Pasien
kesadaran compos mentis. Gizi normal. Tekanan darah 166/110 mmHg, nadi 99
kali/menit, respirasi 20 kali/menit, suhu badan 36,8oC dan saturasi oksigen 99%. Pada
pemeriksaan fisik pada hidung kiri tampak stosel. Pada pemeriksaan thorax dan
E. Diagnosis
F. Tindakan/Pengobatan
- IVFD RL 20tpm
G. Prognosis
8
Quo ad functionam : bonam
H. Follow Up
Tanggal S O A P
21/03-2021 S : perdarahan dari hidung -, pusing -, bekuan darah di hidung
kiri +
O:
KU: Tampak sakit sedang
Kesadaran: Compos mentis
TTV:
TD: 100/60 mmHg R: 20x/m
N: 83x/m S: 360C
Kepala : normocephal
Mata : konjungtiva anemis (+/+)
Hidung : stosel hidung kiri (+)
Thoraks : suara napas vesikuler, Rh -/-, Wh -/-, bunyi jantung I-
II reguler, gallop -, murmur –
Abdomen : datar, BU + normal, nyeri tekan –
Ekstremitas : akral hangat, CRT < 2 detik
A : Epistaksis anterior, hipertensi
P:
- IVFD RL 20tpm
- Asam tranexamat injeksi 500 mg tiap 8 jam intravena
- Ranitidine injeksi 50 mg tiap 12 jam intravena
- Amlodipin tablet 10 mg (1-0-0)
- Candesartan tablet 16 mg (0-0-1)
- SF tablet 1x1
- Observasi tekanan darah dan perdarahan
9
22/03-2021 S : perdarahan dari hidung kiri + minimal
O:
KU: Baik
Kesadaran: Compos mentis
TTV:
TD: 100/70 mmHg R: 20x/m
N: 80x/m S: 36,50C
Kepala : normocephal
Mata : konjungtiva anemis (+/+)
Hidung : stosel dikeluarkan, ukuran stosel 3cm, perdarahan
hidung kiri + minimal
Thoraks : suara napas vesikuler, Rh -/-, Wh -/-, bunyi jantung I-
II reguler, gallop -, murmur –
Abdomen : datar, BU + normal, nyeri tekan –
Ekstremitas : akral hangat, CRT < 2 detik
A : Epistaksis anterior, hipertensi
P:
- IVFD RL 20tpm
- Asam tranexamat injeksi 500 mg tiap 8 jam intravena
- Ranitidine injeksi 50 mg tiap 12 jam intravena
- Amlodipin tablet 10 mg (1-0-0)
- Candesartan tablet 16 mg (0-0-1)
- SF tablet 1x1
- Observasi tekanan darah dan perdarahan
23/03-2021 S : perdarahan dari hidung -, nyeri kepala -, hidung tersumbat -
O:
KU: Baik
Kesadaran: Compos mentis
TTV:
TD: 120/80 mmHg R: 20x/m
N: 71x/m S: 36,70C
Kepala : normocephal
Mata : konjungtiva anemis (-/-)
Hidung : stosel -, perdarahan -
Thoraks : suara napas vesikuler, Rh -/-, Wh -/-, bunyi jantung I-
II reguler, gallop -, murmur –
Abdomen : datar, BU + normal, nyeri tekan –
Ekstremitas : akral hangat, CRT < 2 detik
10
A : Epistaksis anterior, hipertensi
P:
- IVFD RL 20tpm
- Asam tranexamat tablet 500 mg tiap 8 jam per oral
- Ranitidine tablet 150 mg tiap 12 jam per oral
- Amlodipin tablet 10 mg (1-0-0)
- Candesartan tablet 16 mg (0-0-1)
BAB III
PEMBAHASAN
Kasus diatas menjelaskan pasien laki-laki berusia 65 tahun dengan keluhan utama
perdarahan dari hidung kiri selama 3 hari, dan pasien juga memiliki riwayat
hipertensi yang tidak terkontrol dengan obat. Dari keluhan tersebut, arah diagnosis
terbagi menjadi 2 yakni epistaksis anterior dan posterior. Lebih dari 90% episode
epistaksis terjadi di sepanjang septum hidung anterior yang disebut area Kiesselbach
11
atau Little’s area. Suplai vaskulernya bergerak dari arteri karotis eksterna melalui
cabang labial superior dari arteri fasialis dan cabang terminal dari arteri
sphenopalatina dan dari arteri karotis interna melalui arteri ethmoidal anterior dan
posterior. Karena ciri vaskularnya dan daerah tersebut merupakan tempat trauma
fisik dan lingkungan berulang, maka daerah ini merupakan lokasi terjadinya
hidung atau dinding lateral hidung. Hal ini biasanya diduga karena perdarahan dari
pleksus Woodruff, yang merupakan cabang terminal posterior dan superior dari arteri
dikendalikan dan berhubungan dengan pendarahan dari kedua lubang hidung dan
masuk ke nasofaring, dimana darah tertelan atau dibatukkan yang muncul sebagai
hemoptisis. Akibatnya, aliran darah yang besar akan menuju ke faring posterior, dan
menyebabkan risiko tinggi terjadinya gangguan jalan napas atau aspirasi karena
12
Gambar 3.1 Anastomosis Hidung8
Ada beberapa penyebab epistaksis yang dapat dibagi menjadi lokal dan
sistemik. Penyebab lokal bisa dikarenakan trauma hidung, deviasi septum, perforasi
penggunaan nasal kanul jangka panjang, lingkungan (iklim kering ataupun cuaca
OAINS).1,2,5
Pasien pada kasus ini datang dengan tekanan darah 166/110mmHg termasuk
dalam hipertensi grade 2, dan pasien juga tidak minum obat hipertensi. Pasien
perdarahan pada hidung. Sekitar 10% pasien dengan epistaksis tidak memiliki
hipertensi pada epistaksis pun tidak pasti. Terdapat kemungkinan bahwa hipertensi
Pada kasus ini dilakukan pemeriksaan hidung kiri, dan tampak stosel pada
13
stosel kurang lebih 3cm saat dikeluarkan, kemudian perdarahan kembali terjadi
inspeksi pada area Little (plexus Kiesselbach) dan sumber perdarahan terlihat.
spekulum hidung. Semprotan topikal dengan anestesi dan epinefrin dapat membantu
mencakup perdarahan aktif ke dalam faring posterior tanpa adanya sumber anterior
keluar dari kedua lubang hidung. Laboratorium dapat diperoleh jika perlu, termasuk
hitung sel darah lengkap (CBC), cross match, dan faktor koagulasi, namun tidak
boleh menunda pengobatan perdarahan aktif. Pencitraan seperti x-ray atau computed
tomography (CT) tidak memiliki peran dalam penanganan epistaksis aktif yang
perdarahan.11
14
Pasien dengan epistaksis
Ya Tidak
Buka dengan spekulum hidung Anestesi lokal mukosa hidung dengan kassa :
dan bersihkan dari kotoran / - 2ml pantocain 2%/lidocain 2% dikombinasi
bekuan darah dengan 0,2ml adrenalin 1/1000
- Diamkan selama 15 menit
15
Rujuk bila :
- Membutuhkan nasoendoskopi atau terapi lanjut
- Suspek tumor rongga hidung/nasofaring
- Epistaksis masif/berulang/persisten
- Terdapat komplikasi
DAFTAR PUSTAKA
https://emedicine.medscape.com/article/863220-overview#showall
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK435997/
https://www.bibliomed.org/mnsfulltext/51/51-1546952315.pdf?1617104287
Cause and Effect or Coincidence? : Journal of the Saudi Heart Association. 2015;
https://www.sciencedirect.com/science/article/pii/S1016731514000931?via%3Dihub
16
Otolaryngology. 2015. Available from URL :
https://www.hindawi.com/journals/ijoto/2015/283854/
%20Nosebleed%20(Epistaxis).pdf
https://yayanakhyar.wordpress.com/2017/12/06/pleksus-kiesselbach-littles-area/
http://www.scielo.br/scielo.php?script=sci_arttext&pid=S1808-86942017000100045
https://www.medschool.lsuhsc.edu/emergency_medicine/docs/Serious
%20epistaxis.pdf
17