Anda di halaman 1dari 9

Laporan Praktikum Kimia

Kenaikan Titik Didih

Disusun oleh:

Michelle Valentina XII-IPA3/27

Gilbert Januar XII-IPA3/15

Ivonne Tiara H XII-IPA3/18

Johan Stefanus XII-IPA3/20

SMA Katolik Santa Agnes Surabaya

2018-2019
Kata Pengantar

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang, Kami
panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah,
dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ilmiah tentang
limbah dan manfaatnya untuk masyarakat.

Makalah ilmiah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari
berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami
menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam
pembuatan makalah ini.

Terlepas dari semua itu, Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik
dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka kami
menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah ilmiah ini.

Akhir kata kami berharap semoga makalah ilmiah tentang limbah dan manfaatnya untuk
masyarakat ini dapat memberikan manfaat maupun inpirasi terhadap pembaca.

Jakarta, 16 September 2018

                                                                                              Penyusun
Latar Belakang

Di alam bebas, saat ditemukan suatu zat yang murni, kebanyakan zat tersebut telah
tercampur dengan zat yang lain, baik dalam bentuk homogen atau heterogen. Salah satunya yaitu
dalam bentuk larutan. Larutan merupakan campuran dua zat atau lebih yang menyatu menjadi
homogen. Ada banyak hal yang menyebabkan larutan mempunyai sifat yang  berbeda dengan
pelarutnya. Salah satu sifat terpenting dari larutan adalah sifat koligatif larutan. Sifat koligatif
larutan didefinisikan sebagai sifat fisik larutan yang hanya ditentukan oleh jumlah partikel dalam
larutan dan tidak tergantung pada jenis partikelnya.  Adanya zat pelarut di dalam pelarut
menyebabkan perubahan sifat fisik pelarut dan larutan tersebut. Sifat fisik yang mengalami
perubahan misalnya,  penurunan tekanan uap, penurunan titik beku, kenaikan titikdidih, dan
tekanan osmosis. Keempat sifat tersebut merupakan bagian dari sifat koligatif larutan. Dari sini
kita akan melakukan percobaan tentang kenaikan titik didih yang merupakan bagian dari sifat
koligatif larutan.
Laporan Praktikum Kimia

Membandingkan Kenaikan Titik Didih Larutan

Nonelektrolit, Elektrolit kuat, dan Elektrolit Lemah

A. Tanggal Percobaan
 Praktikum 1 : Sabtu, 18 Agustus 2018
 Praktikum 2 : Sabtu, 25 Agustus 2018
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana perbandingan kenaikan titik didih larutan nonelektrolit, elektrolit kuat,
dan elektrolit lemah?
2. Apa yang mempengaruhi kenaikan titik didih larutan nonelektrolit, elektrolit kuat,
dan elektrolit lemah?
C. Tujuan
1. Mengetahui perbandingan kenaikan titik didih larutan nonelektrolit, elektrolit kuat,
dan elektrolit lemah.
2. Mengetahui factor yang mempengaruhi kenaikan titik didih larutan nonelektrolit,
elektrolit kuat, dan elektrolit lemah.
D. Dasar Teori
Suhu dimana cairan mendidih dinamakan titik didih. Jadi, titik didih adalah
temperatur dimana tekanan uap sama dengan tekanan atmosfer. Selama gelembung
terbentuk dalam cairan, berarti selama cairan mendidih, tekanan uap sama dengan
tekanan atmosfer, karena tekanan uap adalah konstan maka suhu dan cairan yang
mendidih akan tetap sama. Penambahan kecepatan panas yang diberikan pada cairan
yang mendidih hanya menyebabkan terbentuknya gelembung uap air lebih cepat. Cairan
akan lebih cepat mendidih, tapi suhu didih tidak naik. Jelas bahwa titik didih cairan
tergantung dari besarnya tekanan atmosfer.
Titik didih merupakan satu sifat lagi yang dapat digunakan untuk memperkirakan
secara tak langsung berapa kuatnya gaya tarik antara molekul dalam cairan. Cairan yang
gaya tarik antar molekulnya kuat, titik didihnya tinggi dan sebaliknya bila gaya tarik
lemah, titik didihnya rendah.
Bila dalam larutan biner, komponen suatu mudah menguap (volatile) dan
komponen lain sukar menguap (non volatile), makin rendah. Dengan adanya zat terlarut
tekanan uap pelarut akan berkurang dan ini mengakibatkan kenaikan titik didih,
penurunan titik beku dan tekanan uap osmose. Keempat sifat ini hanya ditentukan oleh
banyaknya zat terlarut dan tidak ditentukan oleh jenis zat terlarut. Seperti telah
disebutkan, sifat-sifat ini disebut sifat koligatif larutan. Adanya zat terlarut (solute) yang
sukar menguap (non volatile), tekanan uap dari larutan turun dan ini akan menyebabkan
titik didih larutan lebih tinggi dari pada titik didih pelarutnya. Ini disebabkan karena
untuk mendidih, tekanan uap larutan sama dengan tekanan udara dan untuk temperatur
harus lebih tinggi.
Larutan adalah campuran yang bersifat homogen antara molekul, atom atau pun ion dari dua zat
atau lebih. Disebut campuran karena susunannya atau komposisinya dapat berubah. Disebut homogen
karena susunanya begitu seragam sehingga tidak dapat diamati adanya bagian-bagian yang berlainan,
bahkan dengan mikroskop optis sekalipun. Fase larutan dapat berwujud gas, padat atau pun cair. Larutan
gas misalnya udara. Larutan padat misalnya perunggu, amalgam dan paduan logam yang lain. Larutan
cair misalnya air laut, larutan gula dalam air, dan lain-lain. Komponen larutan terdiri dari pelarut (solvent)
dan zat terlarut (solute). Pada bagian ini dibahas larutan cair. Pelarut cair umumnya adalah air. Pelarut cair
yang lain misalnya bensena, kloroform, eter, dan alkohol. Jika pelarutnya bukan air, maka nama
pelarutnya disebutkan. Misalnya larutan garam dalam alkohol disebut larutan garam dalam alkohol
(alkohol disebutkan), tetapi larutan garam dalam air disebut larutan garam (air tidak disebutkan). Zat
terlarut dapat berupa zat padat, gas atau cair. Zat padat terlarut dalam air misalnya gula dan garam. Gas
terlarut dalam air misalnya amonia, karbon dioksida, dan oksigen. Zat cair terlarut dalam air misalnya
alkohol dan cuka. Umumnya komponen larutan yang jumlahnya lebih banyak disebut sebagai
pelarut. Larutan 40 % alcohol dengan 60 % air disebut larutan alkohol. Larutan 60 % alkohol
dengan 40% air disebut larutan air dalam alkohol. Larutan 60 % gula dengan 40 % air disebut larutan
gula karena dalam larutan itu air terlihat tidak berubah sedangkan gula berubah dari padatan (kristal)
menjadi terlarut (menyerupai air).
Hukum Raoult merupakan dasar dari empat macam sifat larutan encer yang
disebut sifat koligatif. Kata koligatif berasal dari kara Latin colligare yang berarti
berkumpul bersama, karena sifat ini bergantung pada pengaruh kebersamaan (kolektif)
semua partikel dan tidak pada sifat dan keadaan partikel. Sifat koligatif larutan ada empat
macam yaitu penurunan tekanan uap (ΔP), kenaikan titik didih (ΔTb), penurunan titik
beku (ΔTf) dan tekanan osmosis (π). Sifat kologatif dapat digunakan untuk menentukan
massa molekul relatif suatu zat. (Hiskia Achmad, 1996 : 35-36)
Suatu zat cair akan mendidih jika tekanan uap jenuh zat cair itu sama dengan
tekanan udara disekitarnya. Apabila air murni dipanaskan pada tekanan 1 atm (760
mmHg) maka air akan mendidih pada temperatur 100 oC, karena pada tekanan uap jenuh
zat cair yang sama dengan 1 atm disebut titik didih normal zat cair itu. Jadi yang
dimaksud dengan titik didih adalah temperatur pada saat tekanan uap jenuh larutan sama
dengan tekanan udara luar (tekanan pada permukaan larutan).
Jika pada suhu tertentu, suatu pelarut murni (air) ditambahkan zat terlarut
misalnya gula pasir, maka tekanan uap air akan turun. Jika semakin banyak zat terlarut
yang dilarutkan, maka makin banyak penurunan tekanan uapnya. Hal ini mengakibatkan
larutan gula belum mendidih pada suhu 100 °C. Agar larutan gula cepat mendidih,
diperlukan suhu yang cukup tinggi, sehingga tekanan uap jenuhnya sama dengan tekanan
uap di sekitarnya. Adanya penambahan zat terlarut ini dapat menghalangi penguapan
partikel pelarut. Sehingga, penguapan partikel-partikel pelarut membutuhkan energi yang
besar. Selisih antara titik didih larutan dengan titik didih pelarut murni disebut kenaikan
titik didih (ΔTb).
ΔTb = Tb larutan – Tb pelarut
ΔTb = Tb - Tb°

Gambar 1. Grafik tekanan uap larutan

Berdasarkan grafik di atas dapat diketahui bahwa pada setiap saat tekanan uap larutan (P)
selalu lebih kecil dari tekanan uap pelarut murni (P°). Sehingga grafik tekanan uap
larutan selalu ada di bawah pelarut dan titik didih larutan akan lebih tinggi dari pelarut
murninya.
Kenaikan titik didih yang disebabkan oleh 1 mol zat yang dilarutkan dalam 1000
gram zat pelarut mempunyai harga yang tetap disebut tetapan kenaikan titik didih (Kb).
Perhatikan grafik berikut ini :

Gambar 2. Grafik kenaikan titik didih


Menurut hukum Roult, kenaikan titik didih (ΔTb = boiling point elevation)
sebanding dengan hasil kali kemolalan larutan (m) dengan kenaikan titik didih molal
(Kb). Kenaikan titik didih dapat dirumuskan sebagai berikut :
ΔTb = m x Kb
Berikut ini adalah nilai harga Kb dari beberapa pelarut :
Pelarut Titik Didih (°C) Kb (Cmolal-1)
Air 100 0,52
Aseton 56,5 1,75
Etanol 78,4 1,20
Benzena 80,1 2,52
Etil Eter 34,6 2,11
Asam asetat 118,3 3,07
Kloroform 61,2 3,63

Sifat koligatif larutan ditentukan oleh jumlah partikel (ion, molekul) dalam
larutan. Oleh karena itu, untuk konsentrasi yang sama, sifat koligatif larutan elektrolit
akan berbeda dengan sifat koligatif larutan non-elektrolit. Hal ini dikarenakan jumlah
partikel dalam larutan elektrolit akan lebih banyak karena adanya proses ionisasi zat
terlarut.
Zat elektrolit jika dilarutkan akan terionisasi menjadi ion-ion yang merupakan
partikel-partikel di dalam larutan. Hal ini menyebabkan jumlah partikel pada satu mol
larutan elektrolit lebih banyak daripada larutan nonelektrolit. Misalnya, larutan
nonelektrolit C6H12O6, jika dimasukkan ke dalam air menghasilkan 1 mol partikel,
sehingga larutan C6H12O6 1 M akan membeku pada suhu 1,86 °C di bawah titik beku air
murni.
Sedangkan 1 mol larutan elektrolit NaCl mengandung 2 mol partikel, yaitu 1 mol
Na+ dan 1 mol Cl–. Larutan NaCl 1 M sebenarnya mengandung 1 mol partikel per 1.000
gram air, jadi secara teoretis akan menurunkan titik beku 2 × 1,86 °C = 3,72 °C.
Banyaknya ion yang dihasilkan dari zat elektrolit tergantung pada derajat
ionisasinya (α). Larutan elektrolit kuat mempunyai derajat ionisasi lebih besar daripada
larutan elektrolit lemah, yaitu mendekati satu untuk larutan elektrolit kuat dan mendekati
nol untuk larutan elektrolit lemah.
Secara umum dapat disimpulkan bahwa: “untuk konsentrasi yang sama, larutan
elektrolit memiliki sifat koligatif larutan yang lebih besar dibandingkan larutan non
elektrolit”.
Untuk menghitung nilai sifat-sifat koligatif larutan elektrolit, persamaan-
persamaan yang diberikan sebelumnya untuk larutan non-elektrolit dapat digunakan
dengan menambahkan faktor i, seperti diusulkan van’t Hoff (1880). Nilai faktor van’t
Hoff merupakan perbandingan antara efek koligatif larutan elektrolit dengan larutan non-
elektrolit pada konsentrasi yang sama. Derajat ionisasi dirumuskan sebagai berikut :
i = 1+ (n-1) α
dimana, i = jumlah partikel yang diukur / jumlah partikel yang diperkirakan
α = jumlah molekul zat yang terurai / jumlah molekul mula-mula yang sama.
Untuk menentukan kenaikan titik didihnya dapat dinyatakan sebagai berikut :
ΔTb = m x Kb x i

E. Hipotesis
1. Jika zat terlarut bersifat elektrolit maka kenaikan titik didih lebih tinggi daripada zat
terlarut yang bersifat non elektrolit.
2. Suhu paling rendah adalah aquades.
3. Suhu paling tinggi adalah larutan elektrolit kuat.
4. Factor yang mempengaruhi titik leleh dan titik didih adalah suhu ruangan.
F. Alat dan Bahan
 Alat
1. Gelas kimia 4 buah
2. Pembakaran spiritus 1 buah
3. Pipet 3 buah
4. Termometer 1 buah
5. Gelas ukur 1 buah
6. Korek api 1 buah
 Bahan
1. Aquades 30 ml
2. NaCl 3M 30 ml
3. CH3COOH 3M 30 ml
4. C6H12O6 3M 30 ml
G. Prosedur Kerja
H. Data Pengamatan

No Nama Larutan Suhu (oc)


1. Aquades 90
2. NaCl 3M 98
3. CH3COOH 3M 96
4. C6H12O6 3M 94

I. Analisi Data

Anda mungkin juga menyukai