Anda di halaman 1dari 28

Menurut Usman (2013: 84-107) ada beberapa keterampilan dasar mengajar yang

harus dikuasai oleh guru, adalah sebagai berikut:

a. Keterampilan Mengadakan Variasi

1) Pengertian keterampilan mengadakan variasi

Keterampilan mengadakan variasi merupakan salah satu keterampilan

yang wajib dikuasai oleh seorang guru. Menurut Usman (2013: 84) menjelaskan

bahwa mengadakan variasi adalah suatu kegiatan guru dalam konteks proses

interaksi belajar mengajar yang ditujukan untuk mengatasi kebosanan peserta

didik sehingga dalam situasi belajar mengajar, peserta didik senantiasa

menunjukkan ketekunan, antusiasme, serta penuh berpartisipasi. Untuk itu,

sebagai calon guru perlu melatih diri agar menguasai keterampilan tersebut.

Menurut Djamarah (2000 : 124) mengemukakan pada dasarnya semua orang tidak

menghendaki kebosanan dalam hidupnya. Sesuatu yang membosankan adalah

sesuatu yang tidak menyenangkan. Demikian juga dalam proses belajar mengajar,

apabila guru dalam proses belajar mengajar tidak menggunakan variasi, maka

akan membosankan peserta didik, perhatian peserta didik berkurang, mengantuk,

akibatnya tujuan belajar tidak tercapai. Dalam hal ini guru memerlukan variasi

dalam mengajar peserta didik.

Berdasarkan pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa keterampilan

mengadakan variasi adalah suatu proses belajar mengajar untuk mengatasi

kebosanan peserta didik agar peserta didik antusias dalam mengikuti

pembelajaran sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai dengan baik.

2) Tujuan dan Manfaat Mengadakan Variasi


a) Untuk menimbulkan dan meningkatkan perhatian peserta didik kepada aspek-

aspek belajar mengajar yang relevan.

b) Untuk memberikan kesempatan bagi berkembangnya bakat ingin mengetahui

dan menyelidiki pada peserta didik tentang hal-hal yang baru.

c) Untuk memupuk tingkah laku yang positif terhadap guru dan sekolah dengan

berbagai cara mengajar yang lebih hidup dan lingkungan belajar yang lebih

baik.

d) Guna memberi kesempatan kepada peserta didik untuk memperoleh cara

menerima pelajaran yang disenanginya.

3) Prinsip Penggunaan

a) Variasi hendaknya digunakan dengan suatu maksud tertentu yang relevan

dengan tujuan yang hendak dicapai.

b) Variasi harus digunakan secara lancar dan berkesinambungan sehingga tidak

akan merusak perhatian siswa dan tidak menganggu pelajaran.

c) Direncanakan secara baik, dan secara eksplisit dicantumkan dalam rencana

pelajaran atau satuan pelajaran.

4) Komponen-komponen Keterampilan Mengadakan Variasi

a) Variasi dalam cara mengajar guru

(1) Penggunaan variasi suara (teacher voice); Variasi suara adalah perubahan

suara dari keras menjadi lembut, dan gembira menjadi sedih, atau pada

suatu saat memberikan tekanan pada kata-kata tertentu.

(2) Pemusatan perhatian peserta didik (focusing); Memusatkan perhatian

peserta didik pada hal-hal yang dianggap penting dapat dilakukan oleh
guru. Misalnya dengan perkataan “Perhatikan ini baik-baik”, atau “Nah,

ini penting sekali,” atau “Perhatikan dengan baik, ini agak sukar

dimengerti.”

(3) Kesenyapan atau kebisuan guru (teacher silence); Adanya kesenyapan,

kebisuan, atau “selingan diam” yang tiba-tiba dan disengaja selagi guru

menerangkan sesuatu merupakan alat yang baik untuk menarik perhatian

peserta didik. Perubahan stimulus dari adanya suara kepada keadaan

senang atau senyap, atau dari adanya kesibukan atau kegiatan lalu

dihentikan akan dapat menarik perhatian karena peserta didik ingin tahu

apa yang terjadi.

(4) Mengadakan kontak pandang dan gerak (eye contact and movement); Bila

guru sedang berbicara atau berinteraksi dengan peserta didiknya,

sebaiknya pandangan menjelajahi seluruh kelas dan melihat ke mata

murid-murid untuk menunjukkan adanya hubungan yang intim dengan

mereka. Kontak pandang dapat digunakan untuk menyampaikan informasi

dan untuk mengetahui perhatian atau pemahaman peserta didik.

(5) Gerakan badan mimik; Variasi dalam ekspresi wajah guru, gerakan

kepala, dan gerakan badan adalah aspek yang sangat penting dalam

berkomunikasi. Gunanya untuk menarik perhatian dan untuk

menyampaikan arti dari pesan lisan yang dimaksudkan. Ekspresi wajah

misalnya tersenyum, mengerutkan dahi, cemberut, menaikkan alis mata,

untuk menunjukkan kagum, tercengang, atau heran. Gerakan kepala dapat

dilakukan dengan bermacam-macam, misalnya menganggukkan,


menggeleng, mengangkat atau merendahkan kepala untuk menunjukkan

setuju atau sebaliknya. Jari dapat digunakan untuk menunjukkan ukuran,

jarak arah ataupun menjentik untuk menarik perhatian. Menggoyangkan

tangan dapat berarti “tidak”, mengangkat tangan keduanya dapat berarti

“apa lagi ?”

(6) Pergantian posisi guru di dalam kelas dan gerak guru (teacher movement);

Pergantian posisi guru di dalam kelas dapat digunakan untuk

mempertahankan perhatian peserta didik. Terutama sekali bagi calon guru

dalam menyajikan pelajaran di dalam kelas, biasakan bergerak bebas,

tidak kikuk atau kaku, dan hindari tingkah laku negatif. Berikut ini ada

beberapa hal yang perlu diperhatikan.

(a) Biasakan bergerak bebas di dalam kelas. Gunanya untuk menanamkan

rasa dekat kepada murid sambil mengontrol tingkah laku murid.

(b) Jangan membiasakan menerangkan sambil menulis menghadap ke

papan tulis.

(c) Jangan membiasakan menerangkan dengan arah pandangan ke langit-

langit, ke arah lantai, atau ke luar, tetapi arahkan pandangan

menjelajahi seluruh kelas.

(d) Bila diinginkan untuk mengobservasi seluruh kelas, bergeraklah

perlahan-lahan dari belakang ke arah depan untuk mengetahui tingkah

laku murid.

b) Variasi dalam penggunaan media dan alat pengajaran


Media dan alat pengajaran, bila ditinjau dari indera yang digunakan,

dapat digolongkan ke dalam tiga bagian, yakni dapat didengar, dilihat, dan

diraba. Pergantian penggunaan jenis media yang satu kepada jenis yang lain

mengharuskan anak menyesuaikan alat inderanya sehingga dapat

mempertinggi perhatiannya karena setiap anak mempunyai perbedaan

kemampuan dalam menggunakan alat inderanya. Ada yang termasuk tipe

visual, auditif, dan motoric. Penggunaan alat yang multimedia dan relevan

dengan tujuan pengajaran dapat meningkatkan hasil belajar sehingga lebih

bermakna dan tahan lama.

Adapun variasi penggunaan alat antara lain adalah sebagai berikut:

(1) Variasi alat atau bahan yang dapat dilihat (visual aids); Alat atau media

yang termasuk ke dalam jenis ini ialah yang dapat dilihat, antara lain

grafik, bagan, poster, diorama, specimen, gambar, film, dan slide.

(2) Variasi alat atau bahan yang dapat didengar (auditif aids); Suara guru

termasuk ke dalam media komunikasi yang utama di dalam kelas.

Rekaman suara, suara radio, musik, deklamasi puisi, sosiodrama, telepon

dapat dipakai sebagai penggunaan indera dengar yang divariasikan dengan

indera lainnya.

(3) Variasi alat atau bahan yang dapat diraba, dimanipulasi, dan digerakkan

(motorik); Penggunaan alat yang termasuk ke dalam jenis ini akan dapat

menarik perhatian peserta didik dan dapat melibatkan peserta didik dalam

membentuk dan memperagakan kegiatannya, baik secara perseorangan

maupun secara kelompok. Yang termasuk ke dalam hal ini, misalnya


peragaan yang dilakukan oleh guru atau peserta didik, model, specimen,

patung, topeng, dan boneka, dapat digunakan oleh anak untuk diraba,

diperagakan, atau dimanipulasikan.

(4) Variasi alat atau bahan yang dapat didengar, dilihat, dan diraba (audio

visual aids); Penggunaan alat jenis ini merupakan tingkat yang paling

tinggi karena melibatkan semua indera yang kita miliki. Hal ini sangat

dianjurkan dalam proses belajar mengajar. Media yang termasuk audio

visual aids ini, misalnya film, televise, radio, slide projector yang diiringi

penjelasan guru, tentu saja penggunaannya disesuaikan dengan tujuan

pengajaran yang hendak dicapai.

c) Variasi pola interaksi dan kegiatan peserta didik

Pola interaksi guru dengan murid dalam kegiatan belajar mengajar

sangat beraneka ragam coraknya, mulai dari kegiatan yang didominasi oleh

guru sampai kegiatan sendiri yang dilakukan anak. Hal ini bergantung pada

keterampilan guru dalam mengelola kegiatan belajar mengajar. Penggunaan

variasi pola interaksi ini dimaksudkan agar tidak menimbulkan kebosanan,

kejemuan, serta untuk menghidupkan suasana kelas demi keberhasilan murid

dalam mencapai tujuan.

Adapun jenis pola interaksi (gaya interaksi) dapat digambarkan

sebagai berikut.
(1) Pola guru-murid
G Komunikasi sebagai aksi (satu arah)

M M M

(2) Pola guru-murid-guru:


G Ada balikan (feedback) bagi guru, tidak ada

interaksi antarsiswa (komunikasi sebagai

interaksi)

M M M
(3) Pola guru-murid-murid:
G Ada balikan bagi guru, peserta didik saling belajar

satu sama lain.

M M M
(4) Pola guru-murid, murid-guru, murid-murid
G

M M

M M

Interaksi optimal antara guru dengan murid dan antara murid dengan

murid (komunikasi sebagai transaksi, multiarah)

(5) Pola melingkar


G

M M

M M M

Setiap peserta didik mendapat giliran untuk mengemukakan sambutan atau

jawaban, tidak diperkenankan berbicara dua kali apabila setiap peserta

didik belum mendapat giliran.

b. Keterampilan Menjelaskan

Keterampilan menjelaskan adalah penyajian informasi secara lisan yang

diorganisasi secara sistematik untuk menunjukkan adanya hubungan yang satu

dengan yang lainnya, misalnya antara sebab dan akibat, definisi dengan contoh atau

dengan sesuatu yang belum diketahui. Penyampaian informasi yang terencana dengan

baik dan disajikan dengan urutan yang cocok merupakan ciri utama kegiatan

menjelaskan. Pemberian penjelasan merupakan salah satu aspek yang sangat penting

dari kegiatan guru dalam interaksinya dengan peserta didik di dalam kelas, dan

biasanya guru cenderung lebih mendominasi pembicaraan dan mempunyai pengaruh

langsung, misalnya dalam memberikan fakta, ide, ataupun pendapat. Oleh sebab itu,

hal ini barulah dibenahi untuk ditingkatkan keefektifannya agar tercapai hasil yang

optimal dari penjelasan dan pembicaraan guru tersebut sehingga bermakna bagi

murid.

1) Tujuan Memberikan Penjelasan


a) Membimbing murid untuk mendapat dan memahami hukum, dalil, fakta,

definisi, dan prinsip secara objektif dan bernalar.

b) Melibatkan murid untuk berpikir dengan memecahkan masalah-masalah atau

pertanyaan.

c) Untuk mendapat balikan dari murid mengenai tingkat pemahamannya dan

untuk mengatasi kesalahpahaman mereka.

d) Membimbing murid untuk menghayati dan mendapat proses penalaran dan

menggunakan bukti-bukti dalam pemecahan masalah.

2) Alasan Perlunya Keterampilan Menjelaskan Dikuasai Oleh Guru

a) Meningkatkan keefektifan pembicaraan agar benar-benar merupakan

penjelasan yang bermakna bagi peserta didik karena pada umumnya

pembicaraan lebih didominasi oleh guru daripada oleh peserta didik.

b) Penjelasan yang diberikan oleh guru kadang-kadang tidak jelas bagi

muridnya, tetapi hanya jelas bagi guru sendiri. Hal ini tercermin dalam ucapan

guru: “Sudah jelas, bukan?” atau “Dapat dipahami, bukan?” Oleh karena itu,

kemampuan mengelola tingkat pemahaman murid sangat penting dalam

memberikan penjelasan.

c) Tidak semua murid dapat menggali sendiri pengetahuan dari buku atau dari

sumber lainnya. Oleh karena itu, guru perlu membantu menjelaskan hal-hal

tertentu.

d) Kurangnya sumber yang tersedia yang dapat dimanfaatkan oleh murid dalam

belajar. Guru perlu membantu murid dengan cara memberikan informasi lisan

berupa penjelasan yang cocok dengan materi yang diperlukan.


3) Komponen-komponen Keterampilan Menjelaskan

a) Merencanakan

Penjelasan yang diberikan oleh guru perlu direncanakan dengan baik

terutama yang berkenaan dengan isi pesan dan penerimaan pesan, yang

berkenaan dengan isi pesan (materi) meliputi penganalisaan masalah secara

keseluruhan, penentuan jenis hubungan yang ada di antara unsur-unsur yang

dikaitkan dan penggunaan hukum, rumus, atau generalisasi yang sesuai

dengan hubungan yang telah ditentukan. Mengenai yang berhubungan dengan

penerimaan pesan (peserta didik) hendaknya diperhatikan hal-hal atau

perbedaan-perbedaan pada setiap anak yang akan menerima pesan seperti

usia, jenis kelamin, kemampuan, latar belakang sosial, bakat, minat serta

lingkungan belajar anak.

b) Penyajian suatu penjelasan

Penyajian suatu penjelasan dapat ditingkatkan hasilnya dengan

memperhatikan hal-hal sebagai berikut:

(1) Kejelasan; Penjelasan hendaknya diberikan dengan menggunakan bahasa

yang mudah dimengerti oleh peserta didik, menghindari penggunaan

ucapan-ucapan seperti “e”, “aa”, “mm”, “kira-kira”, “umumnya”,

“biasanya”, “seringkali” dan istilah-istilah yang tidak dapat dimengerti

oleh anak.

(2) Penggunaan contoh dan ilustrasi; Dalam memberikan penjelasan

sebaiknya digunakan contoh-contoh yang ada hubungannya dengan


sesuatu yang dapat ditemui oleh peserta didik dalam kehidupan sehari-

hari.

(3) Pemberian tekanan; Dalam memberikan penjelasan, guru harus

memusatkan perhatian peserta didik kepada masalah pokok dan

mengurangi informasi yang tidak begitu penting. Dalam hal ini guru dapat

menggunakan tanda atau isyarat lisan seperti “Yang terpenting adalah,”

“Perhatikan baik-baik konsep ini,” atau “Perhatikan, yang ini agak sukar”.

(4) Penggunaan balikan; Guru hendaknya memberi kesempatan kepada

peserta didik untuk menunjukkan pemahaman, keraguan, atau ketidak

mengertiannya ketika penjelasan itu diberikan. Hal ini dapat dilakukan

dengan mengajukan pertanyaan seperti “Apakah kalian mengerti dengan

penjelasan tadi?” Juga perlu ditanyakan, “Apakah penjelasan tadi

bermakna bagi kalian? dan sebagainya.

c. Keterampilan Membuka dan Menutup Pelajaran

1) Membuka Pelajaran

Set induction adalah usaha atau kegiatan yang dilakukan oleh guru dalam

kegiatan belajar mengajar untuk menciptakan prokondisi bagi murid agar mental

maupun perhatian terpusat pada apa yang akan dipelajarinya sehingga usaha

tersebut akan memberikan efek yang positif terhadap kegiatan belajar. Dengan

kata lain, kegiatan yang dilakukan oleh guru untuk menciptakan suasana siap

mental dan menimbulkan perhatian peserta didik agar terpusat pada hal-hal yang

akan dipelajarinya.
Kegiatan membuka pelajaran tidak hanya dilakukan oleh guru pada awal

jam pelajaran, tetapi juga pada awal setiap penggal kegiatan inti pelajaran yang

diberikan selama jam pelajaran itu. Hal tersebut dapat dilakukan dengan cara

mengemukakan tujuan yang akan dicapai, menarik perhatian peserta didik,

memberi acuan, dan membuat kaitan antara materi pelajaran yang telah dikuasai

oleh peserta didik dengan bahan yang akan dipelajarinya.

a) Tujuan pokok membuka pelajaran

(1) Menyiapkan mental peserta didik agar siap memasuki persoalan yang akan

dipelajari atau dibicarakan.

(2) Menimbulkan minat serta pemusatan perhatian peserta didik terhadap apa

yang akan dibicarakan dalam kegiatan belajar mengajar.

Contoh: Nah, anak-anak! Pada pertemuan kali ini kita akan mempelajari

suatu pokok bahasan baru tentang “bangun datar”. Tetapi, sebelum kita

pelajari lebih lanjut topik itu, sebaiknya cobalah perhatikan dahulu ke

depan. Gambar apakah yang ibu pegang ini? Ya, kamu beni!” dan

seterusnya.

b) Komponen-komponen keterampilan membuka pelajaran

Komponen keterampilan membuka pelajaran meliputi:

(1) Menarik perhatian peserta didik: Banyak cara yang dapat digunakan guru

untuk menarik perhatian peserta didik, antara lain dengan:

(a) Gaya mengajar guru

(b) Penggunaan alat bantu pelajaran

(c) Pola interaksi yang bervariasi


(2) Menimbulkan motivasi dengan cara:

(a) Disertai kehangatan dan keantusiasan

(b) Menimbulkan rasa ingin tahu

(c) Mengemukakan ide yang bertentangan

(d) Memperhatikan minat peserta didik

(3) Memberi acuan melalui berbagai usaha seperti:

(a) Mengemukakan tujuan dan batas-batas tugas

(b) Menyarankan langkah-langkah yang akan dilakukan

(c) Mengingatkan masalah pokok yang akan dibahas

(d) Mengajukan pertanyaan-pertanyaan

(4) Membuat kaitan atau hubungan di antara materi-materi yang akan

dipelajari dengan pengalaman dan pengetahuan yang telah dikuasai

peserta didik.

2) Menutup pelajaran

Menutup pelajaran (closure) adalah kegiatan yang dilakukan oleh guru

untuk mengakhiri pelajaran atau kegiatan belajar mengajar. Usaha menutup

pelajaran itu dimaksudkan untuk memberi gambaran menyeluruh tentang apa

yang telah dipelajari oleh peserta didik, mengetahui tingkat pencapaian peserta

didik dan tingkat keberhasilan guru dalam proses belajar mengajar.

Bentuk usaha guru dalam mengakhiri kegiatan belajar mengajar adalah

sebagai berikut:
(a) Merangkum atau membuat garis-garis besar persoalan yang baru dibahas atau

dipelajari sehingga peserta didik memperoleh gambaran yang jelas tentang

makna serta inti pokok persoalan yang baru saja diperbincangkan atau

dipelajari.

(b) Mengonsolidasikan perhatian peserta didik terhadap hal-hal yang pokok

dalam pelajaran yang bersangkutan agar informasi yang telah diterimanya

dapat membangkitkan minat dan kemampuannya terhadap pelajaran

selanjutnya.

(c) Mengorganisasi semua kegiatan atau pelajaran yang dipelajari sehingga

memerlukan suatu kebulatan yang berarti dalam memahami materi yang baru

dipelajari.

(d) Memberikan tindak lanjut (follow up) berupa saran-saran serta ajakan agar

materi yang baru dipelajari jangan dilupakan serta agar dipelajari kembali

dirumah.

a) Komponen-komponen keterampilan menutup pelajaran

Cara yang dapat dilakukan oleh guru dalam menutup pelajaran adalah:

(1) Meninjau kembali penguasaan inti pelajaran dengan merangkum inti pelajaran

dan membuat ringkasan.

(2) Mengevaluasi. Bentuk evaluasi yang dapat dilakukan guru antara lain adalah:

(a) Mendemonstrasikan keterampilan

(b) Mengaplikasikan ide baru pada situasi lain

(c) Mengeksplorasi pendapat peserta didik sendiri

(d) Memberikan soal-soal tertulis.


d. Keterampilan Membimbing Diskusi Kelompok Kecill

Diskusi kelompok adalah suatu proses yang teratur yang melibatkan

sekelompok orang dalam interaksi tatap muka yang informal dengan berbagai

pengalaman atau informasi, pengambilan keputusan, atau pemecahan masalah.

Pengertian diskusi kelompok dalam kegiatan belajar mengajar tidak jauh

berbeda dengan pengertian di atas. Peserta didik berdiskusi dalam kelompok-

kelompok kecil di bawah pimpinan guru atau temannya untuk berbagai informasi,

pemecahan masalah, atau pengambilan keputusan. Diskusi tersebut berlangsung

dalam suasana terbuka. Setiap peserta didik bebas mengemukakan ide-idenya tanpa

merasa ada tekanan dari teman atau gurunya, dan setiap peserta didik harus menaati

peraturan yang diterapkan sebelumnya.

Diskusi kelompok merupakan suatu kegiatan yang harus ada dalam proses

belajar mengajar. Akan tetapi, tidak setiap guru dan calon guru mampu membimbing

para peserta didiknya untuk berdiskusi tanpa mengalami latihan. Oleh karena itu,

keterampilan ini perlu diperhatikan agar para guru dan calon guru mampu

melaksanakan tugas ini dengan baik.

1) Komponen Keterampilan Membimbing Diskusi

a) Memusatkan perhatian peserta didik pada tujuan dan topik diskusi

Caranya adalah sebagai berikut:

(1) Rumuskan tujuan dan topik yang akan dibahas pada awal diskusi

(2) Kemukakan masalah-masalah khusus

(3) Catat perubahan atau penyimpangan diskusi dari tujuan


(4) Rangkum hasil pembicaraan dalam diskusi

b) Memperluas masalah atau urunan pendapat

Selama diskusi berlangsung sering terjadi penyampaian ide yang

kurang jelas sehingga sukar ditangkap oleh anggota kelompok, yang akhirnya

menimbulkan kesalahpahaman sehingga keadaan dapat menjadi tegang.

Dalam hal demikian tugas guru dalam memimpin diskusi untuk memperjelas,

yakni dengan cara:

(1) Menguraikan kembali atau merangkum urunan tersebut sehingga menjadi

jelas

(2) Meminta komentar peserta didik dengan mengajukan pertanyaan-

pertanyaan yang membantu mereka memperjelas atau mengembangkan

ide tersebut.

(3) Menguraikan gagasan peserta didik dengan memberikan informasi

tambahan atau contoh-contoh yang sesuai sehingga kelompok

memperoleh pengertian yang lebih jelas.

c) Menganalisis pandangan peserta didik

Di dalam diskusi sering terjadi perbedaan di antara anggota kelompok.

Dengan demikian guru hendaklah mampu menganalisis alasan perbedaan

tersebut dengan cara sebagai berikut:

(1) Meneliti apakah alasan tersebut memang mempunyai dasar yang kuat

(2) Memperjelas hal-hal yang disepakati dan yang tidak disepakati

d) Meningkatkan urunan peserta didik

Beberapa cara untuk meningkatkan urunan pikir peserta didik adalah:


(1) Mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang menantang peserta didik untuk

berpikir

(2) Memberikan contoh-contoh verbal atau nonverbal yang sesuai dan tepat

(3) Memberikan waktu untuk berpikir

(4) Memberikan dukungan terhadap pendapat peserta didik dengan penuh

perhatian

e) Menyebarkan kesempatan berpartisipasi

Penyebaran kesempatan berpartisipasi dapat dilakukan dengan cara:

(1) Mencoba memancing urunan peserta didik yang enggan berpartisipasi

dengan mengarahkan pertanyaan langsung secara bijaksana. Misalnya,

“Bapak atau ibu yakin bahwa Nita dapat menjawab. Coba, Nita!”

(2) Mencegah terjadinya pembicaraan serentak dengan memberi giliran

kepada peserta didik yang pendiam terlebih dahulu

(3) Mencegah secara bijaksana peserta didik yang suka memopoli

pembicaraan

(4) Mendorong peserta didik untuk mengomentari urunan temannya sehingga

interaksi antar peserta didik dapat ditingkatkan.

f) Menutup diskusi

Keterampilan akhir yang harus dikuasai oleh guru adalah menutup

diskusi. Hal ini dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut:

(1) Membuat rangkuman hasil diskusi dengan bantuan para peserta didik. ini

lebih efektif daripada bila rangkuman hanya dibuat sendiri oleh guru
(2) Memberi gambaran tentang tindak lanjut hasil diskusi ataupun tentang

topik diskusi yang akan datang

(3) Mengajak peserta didik untuk menilai proses maupun hasil diskusi yang

telah dicapai.

g) Hal-hal yang harus diperhatikan

(1) Mendominasi diskusi sehingga peserta didik tidak diberi kesempatan

(2) Membiarkan peserta didik tertentu memonopoli diskusi

(3) Membiarkan terjadinya penyimpangan dari tujuan diskusi dengan

pembicaraan yang tidak relevan

(4) Membiarkan peserta didik yang enggan berpartisipasi

(5) Tidak memperjelas atau mendukung urunan pikir peserta didik

(6) Gagal mengakhiri diskusi secara efektif

e. Keterampilan Mengelola Kelas

Pengelolaan kelas adalah keterampilan guru untuk menciptakan dan

memelihara kondisi belajar yang optimal dan mengembalikannya bila terjadi

gangguan dalam proses belajar mengajar. Dengan kata lain kegiatan-kegiatan untuk

menciptakan dan mempertahankan kondisi yang optimal bagi terjadinya proses

belajar mengajar. Misalnya adalah penghentian tingkah laku peserta didik yang

menyelewengkan perhatian kelas, pemberian ganjaran bagi ketepatan waktu

penyelesaian tugas oleh peserta didik, atau penetapan norma kelompok yang

produktif.
Suatu kondisi belajar yang optimal dapat tercapai jika guru mampu mengatur

peserta didik dan sarana pengajaran serta mengendalikannya dalam suasana yang

menyenangkan untuk mencapai tujuan pengajaran. Juga hubungan interpersonal yang

baik antara guru dan peserta didik, peserta didik dengan peserta didik merupakan

syarat keberhasilan pengelolaan kelas. Pengelolaan kelas yang efektif merupakan

prasyarat mutlak bagi terjadinya proses belajar mengajar yang efektif.

1) Prinsip Penggunaan

a) Kehangatan dan keantusiasan

Kehangatan dan keantusiasan guru dapat memudahkan terciptanya iklim kelas

yang menyenangkan yang merupakan salah satu syarat bagi kegiatan belajar

mengajar yang optimal.

b) Tantangan

Penggunaan kata-kata, tindakan, atau bahan yang menantang akan

meningkatkan gairah peserta didik untuk belajar sehingga mengurangi

kemungkinan munculnya tingkah laku yang menyimpang.

c) Bervariasi

Penggunaan alat atau media, gaya dan interaksi belajar mengajar yang

bervariasi merupakan kunci tercapainya pengelolaan kelas yang efektif dan

menghindari kejenuhan.

d) Keluwesan

Keluwesan tingkah laku guru untuk mengubah strategi mengajarnya dapat

mencegah kemungkinan munculnya gangguan peserta didik serta menciptakan

iklim belajar mengajar yang efektif.


e) Penekanan pada hal-hal yang positif

Pada dasarnya, di dalam mengajar dan mendidik, guru harus menekankan hal-

hal yang positif dan menghindari pemusatan perhatian peserta didik pada hal-

hal yang negatif.

f) Penanaman disiplin diri

Pengembangan disiplin diri sendiri oleh peserta didik merupakan tujuan akhir

dari pengelolaan kelas. Untuk itu guru harus selalu mendorong peserta didik

untuk melaksanakan disiplin diri sendiri, dan guru sendiri hendaknya menjadi

contoh atau teladan tentang pengendalian diri dan pelaksanaan tanggung

jawab.

2) Komponen Keterampilan Mengelola Kelas

a) Keterampilan yang berhubungan dengan penciptaan dan pemeliharaan kondisi

belajar yang optimal (bersifat preventif)

Keterampilan ini berkaitan dengan kemampuan guru dalam

mengambil inisiatif dan mengendalikan pelajaran serta kegiatan-kegiatan yang

berhubungan dengan hal-hal tersebut yang meliputi keterampilan sebagai

berikut:

(1) Menunjukkan sikap tanggap: Tanggap terhadap perhatian, keterlibatan,

ketidakacuhan, dan ketidakterlibatan peserta didik dalam tugas-tugas di

kelas. Peserta didik merasa bahwa hadir bersama mereka dan tahu apa

yang mereka perbuat. Kesan ketanggapan ini dapat ditunjukkan dengan

berbagai cara seperti berikut:


(a) Memandang secara seksama: Memandang secara seksama dapat

mengundang dan melibatkan peserta didik dalam kontak pandangan

serta interaksi antarpribadi yang dapat ditampakkan dalam pendekatan

guru untuk bercakap-cakap, bekerja sama, dan menunjukkan rasa

persahabatan.

(b) Gerak mendekati: Gerak guru dalam posisi mendekati kelompok kecil

atau individu menandakan kesiagaan, minat dan perhatian guru yang

diberikan terhadap tugas serta aktivitas peserta didik. Gerak mendekati

hendaklah dilakukan secara wajar, bukan untuk menakut-nakuti,

mengancam, atau memberi kritikan dan hubungan.

(c) Memberikan pernyataan: Pernyataan guru terhadap sesuatu yang

dikemukakan peserta didik sangan diperlukan, baik berupa tanggapan,

komentar, ataupun yang lain. Akan tetapi, haruslah dihindari hal-hal

yang menunjukkan dominasi guru, misalnya dengan komentar atau

pernyataan yang mengandung ancaman seperti: “Saya tunggu sampai

kalian diam!”, “Saya atau kalian yang keluar?” atau “Siapa yang tidak

senang dengan pelajaran saya, silakan keluar!”

(d) Memberi reaksi terhadap gangguan dan ketidakacuhan peserta didik.

Apabila ada peserta didik yang menimbulkan gangguan atau

menunjukkan ketidakacuhan, guru dapat memberikan reaksi dalam

bentuk teguran. Teguran guru merupakan tanda “ada bersamanya

guru”. Teguran haruslah diberikan pada saat yang tepat dan sasaran
yang tepat pula sehingga dapat mencegah meluasnya penyimpangan

tingkah laku.

(2) Memberi perhatian: Pengelolaan kelas yang efektif terjadi bila guru

mampu memberi perhatian kepada beberapa kegiatan yang berlangsung

dalam waktu yang sama. Membagi perhatian dapat dilakukan dengan dua

cara visual dan verbal.

(a) Visual: mengalihkan pandangan dari satu kegiatan kepada kegiatan

yang lain dengan kontak pandang terhadap kelompok peserta didik

atau seorang peserta didik secara individual.

(b) Verbal: guru dapat memberikan komentar, penjelasan, pertanyaan, dan

sebagainya terhadap aktivitas seorang peserta didik sementara ia

memimpin kegiatan peserta didik yang lain.

(3) Memusatkan perhatian kelompok: Kegiatan peserta didik dalam belajar

dapat dipertahankan apabila dari waktu ke waktu guru mampu

memusatkan perhatian kelompok terhadap tugas-tugas yang dilakukan.

Hal ini dapat dilaksanakan dengan cara berikut:

(a) Menyiagakan peserta didik. Maksudnya ialah memusatkan perhatian

peserta didik kepada suatu hal sebelum guru menyampaikan perhatian

peserta didik.

(b) Menuntut tanggung jawab peserta didik. Hal ini berhubungan dengan

cara guru memegang teguh kewajiban dan tanggung jawab yang

dilakukan oleh peserta didik serta keterlibatan peserta didik dalam


tugas-tugas. Misalnya dengan meminta kepada peserta didik untuk

memperagakan, melaporkan, dan memberikan respons.

(4) Memberikan petunjuk-petunjuk yang jelas. Hal ini berhubungan dengan

cara guru dalam memberikan petunjuk agar jelas dan singkat dalam

pelajaran sehingga tidak terjadi kebingungan pada diri peserta didik.

(5) Menegur. Apabila terjadi tingkah laku peserta didik yang menggangu

kelas atau kelompok dalam kelas, hendaklah guru menegurnya secara

verbal. Teguran verbal yang efektif ialah yang memenuhi syarat-syarat

sebagai berikut:

(a) Tegas dan jelas tertuju kepada peserta didik yang menggangu serta

kepada tingkah lakunya yang menyimpang

(b) Menghindari peringatan yang kasar dan menyakitkan atau yang

mengandung penghinaan

(c) Menghindari ocehan atau ejekan, lebih-lebih yang berkepanjangan.

(6) Memberi penguatan. Dalam hal ini guru dapat menggunakan dua macam

cara sebagai berikut:

(a) Guru dapat memberikan penguatan kepada peserta didik yang

menggangu, yaitu dengan jalan “menangkap” peserta didik tersebut

ketika ia sedang melakukan tingkah laku yang tidak wajar, kemudian

menegurnya.

(b) Guru dapat memberikan penguatan kepada peserta didik yang

bertingkah laku wajar dan dengan demikian menjadi contoh atau


teladan tentang tingkah laku positif bagi peserta didik yang suka

menggangu.

b) Keterampilan yang berhubungan dengan pengembalian kondisi belajar yang

optimal

Keterampilan ini berkaitan dengan respons guru terhadap gangguan

peserta didik yang berkelanjutan dengan maksud agar guru dapat mengadakan

tindakan remedial untuk mengembalikan kondisi belajar yang optimal.

Apabila terdapat peserta didik yang menimbulkan gangguan yang berulang-

ulang walaupun guru telah menggunakan tingkah laku dan respons yang

sesuai, guru dapat meminta bantuan kepada kepala sekolah, konselor sekolah,

atau orang tua peserta didik.

Bukanlah kesalahan professional guru apabila ia tidak dapat

menangani setiap problema peserta didik di dalam kelas. Namun, pada tingkat

tertentu guru dapat menggunakan seperangkat strategi untuk tindakan

perbaikan terhadap tingkah laku peserta didik yang terus-menerus

menimbulkan gangguan dan yang tidak mau terlibat dalam tugas di kelas.

Strategi tersebut adalah:

(1) Modifikasi tingkah laku. Guru hendaknya menganalisis tingkah laku

peserta didik yang mengalami masalah atau kesulitan dan berusaha

memodifikasi tingkah laku tersebut dengan mengaplikasikan pemberian

penguatan secara sistematis.


(2) Guru dapat menggunakan pendekatan pemecahan masalah kelompok

dengan cara:

(a) Memperlancar tugas-tugas: Mengusahakan terjadinya kerja sama yang

baik dalam pelaksanaan tugas

(b) Memelihara kegiatan-kegiatan kelompok: Memeliha dan memulihkan

semangat peserta didik dan menangani konflik yang timbul.

(3) Menemukan dan memecahkan tingkah laku yang menimbulkan masalah.

Guru dapat menggunakan seperangkat cara untuk mengendalikan tingkah

laku keliru yang muncul, dan ia dapat mengetahui sebab-sebab dasar yang

mengakibatkan ketidakpatutan tingkah laku tersebut serta berusaha untuk

menemukan pemecahannya.

3) Hal-hal yang harus dihindari

Dalam usaha mengelola kelas secara efektif ada sejumlah kekeliruan yang

harus dihindari oleh guru, yaitu sebagai berikut:

(a) Campur tangan yang berlebihan (teacher instruction)

Apabila guru menyela kegiatan yang sedang asyik berlangsung dengan

komentar, pertanyaan, atau petunjuk yang mendadak, kegiatan itu akan

terganggu atau terputus. Hal ini akan memberi kesan kepada peserta didik

bahwa guru tidak memperhatikan keterlibatan dan kebutuhan anak. ia hanya

ingin memuaskan kehendak sendiri.

(b) Kelenyapan (fade away)

Hal ini terjadi jika guru gagal secara tepat melengkapi suatu instruksi,

penjelasan, petunjuk, atau komentar, dan kemudian menghentikan penjelasan


atau sajian tanpa alasan yang jelas. Juga dapat terjadi dalam bentuk waktu

diam yang terlalu lama, kehilangan akal, atau melupakan langkah-langkah

dalam pelajaran. Akibatnya telah membiarkan pikiran peserta didik

mengawang-awang, melantur, dan mengganggu keefektifan serta kelancaran

pelajaran.

(c) Ketidaktepatan memulai dan mengakhiri kegiatan (stops and starts)

Hal ini dapat terjadi bila guru memulai suatu aktivitas tanpa mengakhiri

aktivitas sebelumnya menghentikan kegiatan pertama, memulai yang kedua,

kemudian kembali kepada kegiatan yang pertama lagi. dengan demikian guru

tidak dapat mengendalikan situasi kelas dan akhirnya mengganggu kelancaran

kegiatan belajar peserta didik.

(d) Penyimpangan (digression)

Akibat guru terlalu asyik dalam suatu kegiatan atau bahan tertentu

memungkinkan ia dapat menyimpang. Penyimpangan tersebut dapat

mengganggu kelancaran kegiatan kelancaran kegiatan belajar peserta didik.

(e) Bertele-tele (overdwelling)

Kesalahan ini terjadi bila pembicaraan guru bersifat mengulang-ulang hal-hal

tertentu, memperpanjang keterangan atau penjelasan, mengubah teguran yang

sederhana menjadi ocehan atau kupasan yang panjang.

Anda mungkin juga menyukai