Anda di halaman 1dari 7

Nama : Muhamad Daffa’ Ajira Anjayna

Kelas : Psikologi C
NIM : 200401110108

Kerangka Tugas Artikel

Topik Al-Quran Sebagai Obat Penenang


Bentuk Artikel Konseptual
Tujuan 1. Menganalisis manfaat al-Quran bagi mental manusia
2. Meringankan masalah orang lain
3. Mengenalkan keajaiban al-Quran
Pendahuluan Manusia adalah makhluk ciptaan Tuhan yang paling sempurna dan
paling spesial dibandingkan dengan makhluk-mahkluk lainya. Manusia adalah
mahkluk pilihan yang dimuliakan oleh tuhan dari mahkluk ciptaan-Nya yang
lain, dengan segala keistimewaan yang ada pada manusia. Allah SWT
menjelaskan bahwa Ia telah menciptakan manusia dengan bentuk yang
sebaik-baiknya. Al-Quran surat (95) At-Tiin : 4.
‫ت َۡق ِو ۡي ٍم اَ ۡح َس ِن فِ ۡۤى ااۡل ِ ۡن َسانَ خَ لَ ۡقنَا لَقَ ۡد‬
“sesungguhnya kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang
sebaik-baiknya”
Namun yang menarik adalah, sekalipun manusia merupakan makhluk
yang di ciptakan dengan jiwa dan wujud terbaik hal ini tidak menjadikan
manusia terlepas dari masalah. Kelebihan manusia di karuniakanya akal dan
pikiran ternyata dapat menjadikan manusia terjebak dalam berbagai masalah.
Kemampuanya untuk berpikir mewajibkanya untuk menghadapi dan
menyelesaikan masalah yang ada. Perkara inilah yang dapat menjadikan
manusia khawatir dan tidak tenang.
Ketenangan diciptakan agar seseorang dapat merasakan kedamaian
dalam dirinya. Oleh karena itu mengapa manusia selalu mendambakan
ketenangan dalam hidupnya. Manusia yang sehat adalah manusia yang
memiliki ketenangan jiwa. Karena orang yang jiwanya tenang dan tenteram
berarti berarti orang tersebut mengalami keseimbangan dalam dirinya
sehingga dapat berpikir positif, bijak dalam menyikapi masalah, mampu
menyesuaikan diri dengan situasi, hingga pada akhirnya memperoleh
kebahagiaan hidup.

AL QURAN SEBAGAI OBAT PENENANG


Oleh: M. Daffa’ Ajira Anjayna

Abstrak

Dalam mewujudkan ketenangan dalam kehidupan manusia, peran agama sudah tidak dapat
di pisahkan lagi. Kehadiran agama merupakan anugerah, karena dengan dasar agama yang benar
semua tuntutan manusia telah terakomodasi dengan baik. Seperti dalam islam, Allah telah
merahmati umat manusia dengan diciptakan dan disempurakannya Al-Quran.

Kehadiran Al-Quran telah memberikan jawaban atas permasalahan manusia baik dari segi
kandungananya hingga perasaan rohaniyah (psiko-religus) saat membacanya. Psiko religious ini
dapat hadir akibat timbal balik yang di berikan oleh Allah.

Manusia adalah makhluk ciptaan Allah yang paling sempurna dibandingkan dengan
makhluk-mahkluk lainya. Manusia merupakan mahkluk pilihan yang dimuliakan oleh Allah dari
mahkluk ciptaan-Nya yang lain, dengan segala keistimewaan yang ada pada manusia. Namun yang
menarik dari manusia adalah, sekalipun manusia merupakan makhluk yang di ciptakan dengan jiwa
dan wujud terbaik hal ini tidak menjadikan manusia terlepas dari masalah. Kelebihan manusia.

Kata kunci:
Manusia, ketenangan, dan Al-Quran

Pendahuluan

Manusia adalah makhluk ciptaan Allah yang paling sempurna dibandingkan dengan makhluk-
mahkluk lainya. Manusia merupakan mahkluk pilihan yang dimuliakan oleh Allah dari mahkluk
ciptaan-Nya yang lain, dengan segala keistimewaan yang ada pada manusia. Allah menjelaskan
bahwa Ia telah menciptakan manusia dengan bentuk yang sebaik-baiknya. Al-Quran surat (95) At-
Tiin : 4.

َ ‫َت ۡق ِو ۡي ٍم اَ ۡح َس ِن ف ِۡۤى ااۡل ِ ۡن َس‬


‫ان َخ َل ۡق َنا َل َق ۡد‬
“sesungguhnya kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya”

Menurut seorang filosof ternama dari Yunani bernama Aristoteles, makhluk ciptaan tuhan
hidup berdasarkan kemampuan jiwa yang dimilikinya. Kemampuan jiwa tersebut dibagi menjadi tiga
jenis yaitu:

Pertama adalah jiwa vegetatif, jiwa ini adalah jenis jiwa yang memiliki kemampuan
menerima, mencerna makanan, dan berkembang biak. Jiwa vegetatif ini adalah jenis jiwa pasif
termasuk di dalamnya adalah tumbuhan-tumbuhan.

Kedua adalah jiwa sensitif, jiwa ini adalah jenis jiwa yang memiliki kemampuan seperti pada
jiwa vegetatif namun juga memiliki kemampuan bergerak bahkan mampu melakukan pengertian
termasuk dalam jenis ini misalnya jiwa hewan atau binatang.

Ketiga adalah jiwa intelektif, jiwa ini adalah jenis jiwa yang memiliki kemampuan mencakup
semua kemampuan jiwa lain seperti vegetatif dan sensitif, disamping itu jiwa itu juga memiliki
kemampuan intelektual. Jiwa dengan karakeristik ini digolongkan ke dalam jiwa yang aktif dan hanya
dimiliki oleh manusia (Zubaidah, 2009).

Kelebihan lain dari manusia adalah diberikanya akal untuk berpikir. Plato seorang tokoh
filosof yunani menyatakan bahwa manusia dilebihkan dibanding organisme yang lain. Berbeda
dengan hewan dan tumbuhan, manusia memiliki kesadaran, interioritas, pemikiran, dan kebebasan.
Hal ini menjadikan manusia dapat membedakan antara yang benar dan salah, termasuk juga
memilih antar keduanya (hikmah, 2009).

Namun yang menarik dari manusia adalah, sekalipun manusia merupakan makhluk yang di
ciptakan dengan jiwa dan wujud terbaik hal ini tidak menjadikan manusia terlepas dari masalah.
Kelebihan manusia di karuniainya akal dan pikiran ternyata dapat menjadikan manusia malah
terjebak dalam berbagai masalah. Kemampuanya untuk berpikir mewajibkanya untuk menghadapi
dan menyelesaikan masalah yang ada. Perkara inilah yang dapat menjadikan manusia merasa
khawatir dan tidak tenang.

Masalah yang muncul dalam kehidupan manusia umunya tidak menyenangkan. Permasalah
juga dapat muncul dalam berbagai macam, mulai dari yang berat hingga yang ringan, yang penting
dan yang kurang penting, hingga masalah yang memiliki rentan waktu yang lama.

Jailani (2012) menjelaskan, pada dasarnya tidak ada seorang manusia pun yang dalam
hidupnya tidak tertimpa masalah. Namun dalam keyakinan agama islam, masalah bukanlah sebuah
beban yang akan menyusahkan bahkan menjatuhkan diri seorang hamba, melainkan sebagai sebuah
tangga untuk meningkatkan keimanan pada Allah.

Sebagai manusia kita juga harus mampu membuat hati tetap tenang dalam menghadapi
masalah agar tidak timbul masalah lainnya. Sebenarnya tidak selamanya masalah yang ada buruk
untuk manusia. Terkadang dari masalah tersebut manusia dapat belajar tentang keteguhan,
kesetiaan, proses pendewasaan, serta segudang manfaat lainnya selama manusia itu dapat tenang
menyikapi masalah.

Ketenangan diciptakan oleh Allah agar seseorang dapat merasakan kedamaian dalam diri-
nya. Oleh karena itu mengapa manusia selalu mendambakan ketenangan dalam hidupnya. Manusia
yang sehat adalah manusia yang memiliki ketenangan jiwa. Karena orang yang jiwanya tenang dan
tenteram berarti orang tersebut mengalami keseimbangan dalam dirinya sehingga dapat berpikir
positif, bijak dalam menyikapi masalah, mampu menyesuaikan diri dengan situasi, hingga pada
akhirnya memperoleh kebahagiaan hidup (Azhari, 2019).

Sesuai dengan pernyataan Sari (seperti dikutip dalam Daradjat, 1987), bahwa kesehatan
mental adalah terwujudnya keharmonisan yang sungguh-sungguh antara faktor jiwa serta
mempunyai kesanggupan untuk menghadapi berbagai problem, hingga merasakan kebahagiaan.

Diciptakannya masalah maka Allah juga menciptakan solusinya, dimana hingga saat ini
terbukti bahwa kitab suci Al-Quran sebagai pesan ilahi telah lengkap menjelaskan basis kehidupan
individual hingga sosial umat manusia dari berbagai aspek. Itulah mengapa Al-Quran selalu menjadi
patokan umat muslim dalam pengamalan keagamaannya.
Isi kandungan dari Al-Quran bukan hanya di peruntukan untuk umat muslim saja. Sebagian
isi dari kandungan Al-Quran membahas tentang persoalan akhlak, nilai, moral, dan berbagai
persoalan yang dapat mengantarkan manusia memperoleh kebahagiaan di dunia maupun di akhirat.
Dari sinilah mengapa Al-Quran dirasa dapat meringankan bahkan mengatasi masalah dari
kompleksnya kehidupan manusia.

Fitrah manusia kepada Allah

Secara mendasar Allah telah menciptakan manusia dengan jiwa yang tidak dapat menjauh
dari tuhannya (Hawwa, 2005). Pernyataan ini di jelaskan sendiri oleh Allah di dalam Al-Quran surat
(30) Ar-Ruum:30 dimana manusia di ciptakan oleh Allah sesuai fitrahnya yaitu membutuhkan Allah.

‫هّٰللا‬ ‫َفاَقِمۡ و ۡجهك لِل ِّد ۡين حن ِۡي ًفا‌ؕ ف ِۡطر َ هّٰللا‬
َ ِ‫اس َع َل ۡي َها‌ؕ اَل َت ۡبد ِۡي َل ل َِخ ۡـل ِق ِ‌ؕ ٰذ ل‬
ُ‫ك ال ِّد ۡين‬ َ ‫ت ِ الَّت ِۡى َف َط َر ال َّن‬ َ َ ِ َ َ َ
ٰ ۡ
ِ ‫ال َق ِّي ُم ۙ َولـكِنَّ اَ ۡك َث َر ال َّن‬
‫اس اَل َي ۡع َلم ُۡو َن‬
“Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama (Islam); (sesuai) fitrah Allah
disebabkan Dia telah menciptakan manusia menurut (fitrah) itu. Tidak ada perubahan pada ciptaan
Allah. (Itulah) agama yang lurus, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui”

Uraian diatas merupakan bukti bahwa manusia sejatinya akan selalu membutuhkan
tuhannya. Hal inilah yang menjadikan manusia merasa nyaman bila hubunganya dengan tuhannya
tidak mengalami masalah. Manusia yang sadar maupun yang tidak sadar mereka akan lebih nyaman
dan tenang bila segala permasalahanya di sandarkan kepada tuhan sang pemilik hati.

Dalam islam aspek ketenangan sangat kental dengan peran tuhan. Ketenangan akan tuhan
berikan kepada hambanya yang mau mendekat dan berdoa kepada-Nya. Dalam hadist Qudsi Allah
menjelaskan tentang keperluan seorang manusia untuk mendekatkan diri kepada tuhanya. Allah
berfirman:

“Aku sesuai prasangka hamba-Ku. Aku bersamanya ketika ia mengingat-Ku. Jika ia


mengingat-Ku saat bersendirian, Aku akan mengingatnya dalam diri-Ku. Jika ia mengingat Ku di
suatu kumpulan, Aku akan mengingatnya di kumpulan yang lebih baik daripada itu. Jika ia mendekat
kepada-Ku sejengkal, aku akan mendekat kepadanya sehasta. Jika ia mendekat kepada-Ku sehasta,
aku akan mendekat kepadanya sedepa. Jika ia datang kepada-Ku berjalan, maka aku
mendatanginya dengan lari.”

Hadist ini juga sejalan dengan Al-Quran Surat (2) ayat : 152.

۟
ِ ‫فَ ْٱذ ُكرُونِ ٓى أَ ْذ ُكرْ ُك ْم َوٱ ْش ُكرُوا لِى َواَل تَ ْكفُر‬
‫ُون‬
“Karena itu, ingatlah kamu kepada-Ku niscaya Aku ingat (pula) kepadamu, dan bersyukurlah
kepada-Ku, dan janganlah kamu mengingkari (nikmat)-Ku”

(Azhari, 2019 seperti dikutip dalam Daradjat, 1987) menjelaskan bahwa ada beberapa faktor
untuk mempengaruhi ketenangan jiwa manusia. Diantara faktor-faktor tersebut salah satunya
adalah faktor agama. Menurutnya di saat manusia mendekatkan diri kepada tuhannya disanalah
terdapat kekuatan psiko-religius (kekuatan rohaniyah) yang dapat membangkitkan rasa percaya diri,
optimisme, termasuk juga ketenangan.

Ketenangan sangatlah erat kaitananya dengan hubungan dan kedekatan dengan Allah.
Menurut imam Al-Ghazali, jiwa yang tenang menurutnya adalah jiwa yang diliputi dengan rasa
keselamatan dan kebahagiaan. Diantaranya adalah sifat-sifat syukur, sabar, takut akan siksa tuhan,
cinta terhadap tuhan, rela akan hukuman yang di berikan tuhan, dan lain-lain. Hal-hal inilah yang
menjadikan manusia terus berusaha mendekat kepada tuhannya demi memperoleh ketenangan.

Perihal kedekatan antara manusia dengan tuhannya, inilah yang menjadikan segala
permasalahan dapat dianulir. Manusia akan menggantugkan semua masalahnya kepada apa yang ia
yakini dapat menolong, dan dalam kontesk ini adalah tuhan. Sehingga tidak dapat di pungkiri
kehadiran tuhan sebagai faktor ketenangan seseorang dalam menghadapi masalah sangatlah
penting.

Peran Al-Quran sebagai penenang

Dalam mewujudkan ketenangan, peran agama sudah tidak dapat di pisahkan lagi. Kehadiran
agama merupakan anugerah, karena dengan dasar agama yang benar semua tuntutan manusia telah
terakomodasi dengan baik. Seperti dalam islam, Allah telah merahmati umat manusia dengan
diciptakan dan disempurakannya Al-Quran.

Kehadiran Al-Quran telah memberikan jawaban atas permasalahan manusia baik dari segi
kandungananya hingga perasaan rohaniyah (psiko-religus) saat membacanya. Psiko religious ini
dapat hadir akibat timbal balik yang di berikan oleh Allah.

Al-Quran telah menjelaskan hal ini di dalam surat Ar-Ra’d (13) ayat : 28.

ُ‫وا َو َت ْط َمئِنُّ قُلُو ُب ُهمـ ِب ِذ ْك ِر ٱهَّلل ِ ۗ أَاَل ِبذ ِْك ِر ٱهَّلل ِ َت ْط َمئِنُّ ْٱلقُلُوب‬
۟ ‫ِين َءا َم ُن‬
َ ‫ٱلَّذ‬
“(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka manjadi tenteram dengan mengingat
Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah-lah hati menjadi tenteram.”

Dalam mengingat Allah banyak metode yang dapat digunakan, mulai dari berdzikir, shalat,
dan lain-lain. Namun cara yang sangat efektif untuk memberikan ketenangan adalah dengan
membaca atau mendengarkan Al-Quran. Menurut Abdul Raziiq, banyak hal misterius yang
terkandung di dalam Al-Quran, termasuk keajaibanya dalam memberikan ketenangan yang lebih
dibandingkan segala bacaan manapun.

Shihab (2007) menjelaskan bahwa apabila seseorang membaca Al-Quran maka ia akan
menemukan sebuah makna yang jelas, namun bila ia membacanya sekali lagi maka ia akan
menemukan makna-makna yang lain. Hal ini menunjukan bahwa Al-Quran memiliki makna yang luas
dan bermanfaat bagi manusia.

Pada tahun 2014, Dr. Al-Qadhi membuktikan dalam penelitianya bahwa, orang yang
mendengarkan Al-Quran, baik mereka berbahasa arab maupun tidak, dapat memberikan dampak
fisologis dan psikologis yang luar biasa. Setelah diperdengarkan Al-Quran, para objek penelitian
mengalami penurunan depresi, kesedihan, juga meningkatnya ketenangan jiwa. Hingga dinyatakan
Al-Quran memiliki pengaruh besar terhadap ketenangan jiwa hingga 97 persen.

Berbeda dengan bahasa Al-Quran, ternyata bahasa arab tidak dapat memberikan
ketenangan yang sama. Bahasa yang digunakan Al-Quran adalah bahasa arab, namun terdapat
sentuhan religius yang membedakan efek dari mendengarkan bacaan Al-Quran dengan hanya
mendengarkan bahasa arab.

Al-Quran yang dilantunkan secara indah pada dasarnya memiliki karaketeristk yang sama
dengan music klasik yang selama ini di kenal dapat memberikan efek ketenangan batin. Namun riset
yang dilakukan oleh Dr. Muhammad Salim di Boston menjelaskan bahwa, jika mendengarkan Musik
klasik dapat mempengaruhi kecerdasan intelektual (IQ) dan kecerdasan emosi (EQ) seseorang, maka
dengan mendengarkan Al-Quran, dapat memberikan tambahan selain dari dua kecerdasan itu, yaitu
kecerdasan spiritual (SQ) (Julianto, dkk, 2014).

Berbagai kelebihan yang dimiliki Al-Quran mulai dari yang dhahir hingga yang batin ialah
yang menjadikan Al-Quran memiliki dampak positif yang luar biasa bagi ketenangan manusia. Al-
Quran dapat di jadikan obat penawar bagi penyakit hati yang memerlukan ketenangan, jiwa yang
membutuhkan kedamaian, dan rohani yang memerlukan sandaran.

Semua hal di atas ternyata sesuai dengan apa yang disampaikan oleh Allah dalam surat Al-
Isra’ (17) ayat : 82.

ً‫ِين إِاَّل َخ َسار‬ َّ ٰ ‫ِين ۙ َواَل َي ِزي ُد‬


َ ‫ٱلظلِم‬ َ ‫ان َما ه َُو شِ َفٓا ٌء َو َرحْ َم ٌة لِّ ْلم ُْؤ ِمن‬
ِ ‫َو ُن َن ِّز ُل م َِن ْٱلقُرْ َء‬
“Dan Kami turunkan dari Al Quran suatu yang menjadi penawar dan rahmat bagi orang-
orang yang beriman dan Al-Quran itu tidaklah menambah kepada orang-orang yang zalim selain
kerugian.”

Ibnu Qayyim (2009) mengungkapkan sebagai berikut.

“Al-Quran seluruhnya merupakan rahmat sekaligus obat penawar, sebagaimana di jelaskan


pada surat Isra’ (17) ayat : 82. Ia adalah obat penawar bagi hati dari penyakit kebodohan,
keraguan,dan kebimbangan. Allah sama sekali belum pernah menurunkan suatu obat
penawar pun dari langit yang lebih bermanfaaat, lebih komprehensif, dan lebih mujarab
dalam menghilangkan penyakit daripada Al-Quran”.

Simpulan

Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan di atas, untuk mempertegas beberapa hal yang
di anggap penting, dapat di jelaskan beberapa simpulkan sebagai berikut:

1. Berbagai permasalahan yang menjadikan manuisa tidak tenang salah satunya disebabkan
oleh faktor internal, yaitu batin.
2. Manusia Baru akan merasa tenang bila individu itu mendekat dan menyandarkan
masalahanya kepada sang pemilik hati, yaitu tuhan.
3. Metode pendekatan kepada Tuhan yang paling efektif untuk menenangkan jiwa adalah
dengan membaca Al-Qura, karena di samping ada peran tuhan disana, Al-Quran juga
memberikan perubahan secara fisiologis dan psikologis sehingga tubuh menjadi tenang.

Sehingga untuk menangani jiwa yang risau di liputi masalah, aspek rohaniyah sangatlah di
butuhkan manusia. Metode yang terhitung mudah, cepat, dan memiliki hasil yang luar biasa dalam
menjadikan jiwa manusia menjadi tenang adalah dengan membaca atau mendengarkan Al-Quran.

Daftar Referensi

Afriadi, N. (2018). Konsep Al-Quran Tentang Penyelesaian Masalah yang Dihadapi Manusia dan
Implikasinya Bagi Konseling Islam (Tesis). Fakultas Ushuludin Univeritas Islam Negeri Sunan
Kalijaga Yogyakarta. http://digilib.uin-suka.ac.id/33089/

Al-Jauziyyah, I. Q. (2017). Ad-Daa’ wa Ad-Dawaa’ (8). Jakarta: Pustaka Imam Asy-Syafi’i.

Azhari, N. J. (2019). Ketenangan Hati dalam Al-Quran (Telaah Pemikiran Syaikh Najmuddin Al-Kubro)
(Skripsi). Fakultas Ushuludin dan Filsafat Univeritas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya.
http://digilib.uinsby.ac.id/36679/

Diana, R. R. (2018). Pengendalian Emosi Menurut Psikologi Islam. Unisia, 37(82), 41-47.
https://scholar.google.com/

Hawwa, S. (2008). Tazkiyatun Nafs (6). Jakarta: Darus Salam.

Hikmah, A. (2009). Konsep yang Tenang dalam Al-Quran (Skripsi). Fakultas Ushuludin Univeritas
Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta. http://digilib.uin-suka.ac.id/3894/

Julianto, V., Dzulqaidah, R P., Salsabila, S. N. (2014). Pengaruh Mendengar Muratal Al-Quran
Terhadap Peningkatan Kemampuan Konsentrasi. Psympathic: Jurnal Ilmiah Psikologi, 1(2),
120-129. https://scholar.google.com/

Riyadi, A. (2015). Zikir dalam Al-Quran Sebagai Terapi Psikoneurotik (Analisis Terhadap Fungsi
Bimbingan dan Konseling. Konseling Religi, 4(1), 33-52. https://scholar.google.com/

Sari, A. E. (2015). Pengaruh Pengamalan Dzikir Terhadap Ketenangan Jiwa di Majlisul Dzakirin
Kamulan Durenan Trenggalek (Skripsi). Fakultas Ushuludin Adab dan Dakwah Institut Agama
Islam Tulungangung. https://scholar.google.com/scholar?cluster

Shihab, M. Q. (2007). “Membumikan” Al-Quran: fungsi dan peran wahyu dalam kehidupan
masyarakat. Bandung: Mizan Pustaka. https://scholar.google.com/

Tafsirweb, (2020). Tafsirweb, Retrieved from https://tafsirweb.com/

Anda mungkin juga menyukai