Anda di halaman 1dari 14

Accelerat ing t he world's research.

TEORI EVOLUSI MANUSIA


Pemuda Hijrah

Coy Pitra Wira

Cite this paper Downloaded from Academia.edu 

Get the citation in MLA, APA, or Chicago styles

Related papers Download a PDF Pack of t he best relat ed papers 

Menyibak Tabir Evolusi - Harun Yahya


Asfar Syafar

Teori-t eori Asal Usul Kehidupan dan Pembukt iannya


siska bolen

Kerunt uhan Teori Revolusi - Harun Yahya


Asfar Syafar
TEORI EVOLUSI MANUSIA

Coy Pitra Wira

Program Studi Tadris Biologi, Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Institut
Agama Islam Negeri Kerinci
Coy.pitrawira@gmail.com

ABSTRAK
Evolusi adalah salah satu cabang ilmu biologi yang mengkaji tentang
perubahan struktur dari makhluk hidup. Evolusi dipopulerkan pertama kali oleh
ilmuwan Inggris, Charles Darwin. Ada beberapa kontroversi dalam beberapa teori
evolusi ini, salah satunya adalah teori asal-usul manusia.(Ferry,2019).Penelitian
ini bertujuan untuk mengetahui dan menjelaskan tentang teori evolusi
manusia.Penelitian ini menggunakan metode riset perpustakaan (library
research). Penelitian pustaka merupakan penelitian yang menelusuri dan
menelaah literatur- literatur dan penelitian yang memfokuskan pada bahan-bahan
pustaka.Metode pengumpulan data yang digunakan adalah metode dokumentasi
yaitu pengumpulan data dengan melihat dan menyeleksi dokumen-dokumen yang
dibuat oleh subjek penelitian atau orang lain. Hasil penelitian menunjukan bahwa
1)menurut darwin asal usul makhluk hidup berasal dari nenek moyang yang sama
dengan kera.2) pohon kekerabatan manusia dengan sejenis kera yang bernama
Australopithecus,Homo sapiens,

Kata Kunci: Teori evolusi darwin,evolusi manusia.

PENDAHULUAN
Evolusi biologi adalah perubahan dari waktu ke waktu pada satu atau lebih
sifat terwariskan yang dijumpai pada populasi organism.Evolusi hanya bisa terjadi
bila ada variasi sifat yang diwariskan dalam populasi. Sumber utama variasi
adalah mutasi, rekombinasi genetik, dan aliran gen (gene flow). Evolusi telah

1
membentuk keanekaragaman makhluk hidup dari nenek moyang yang sama.
Kita dapat mendefinisikan evolusi sebagai keturunan dengan modifikasi,
istilah yang digunakan Darwin dalam menjelaskan bahwa dari kejadian yang
terjadi dibumi ini, banyak spesies keturunan dari spesies leluhur yang dulu
berbeda dari spesies masa kini. Evolusi juga bisa didefinisikan sebagai perubahan
komposisi genetik suatu populasi turun-temurun (Campbell, 2017). Pikiran
tentang evolusi sudah ada ratusan tahun sebelum masehi yang muncul dari
pemikiran ahli-ahli filsafat Yunani kuno dan belum didasarkan pada fakta yang
akurat serta belum dikaitkan dengan lingkungannya. Pemikiran tentang evolusi
kembali berkembang melalui tokoh evolusi organik zaman Renaisans pada abad
17 yang lebih banyak mendasari teori Darwin.
Teori evolusi yang dicetus oleh Darwin menibulkan kegemaran yang luar
biasa di dunia Barat seabad yang lalu karena teori tersebut bertentangan sama
sekali dengan kisah penciptaan manusia dan alam semesta yang dianut oleh
masyarakat pada saat itu. Teori evolusi Kontroversial itu diuraikan oleh Darwin
dalam On the Origin of Spesies by Means of Natural Selection pada tahun 1859,
disusul kemudian dengan The Descent of Man and Selection in Relation Sex yang
terdiri dari dua jilid pada tahun 1871. Jangka waktu dua belas tahun sejak
terbitnya The Origin of Spesies, para ilmuwan hampir semua telah sepakat
mendukung teori evolusi, sedangkan para agamawan dengan keras tetap
menentangnya (Junaidi, 2017). Darwin berpendapat bahwa manusia berasal dari
makhluk-makhluk yang lebih rendah derajatnya manusia, lalu berevolusi sampai
bentuknya seperti sekarang, sedang para agamawan berkeyakinan bahwa Nabi
Adam adalah manusia pertama yang langsung dicipta Tuhan dalam bentuk seperti
sekarang tanpa melalui evolusi(Ferry,2019).
Namun seiring dengan perjalanan waktu teori evolusi mengalami
penyempurnaan atau modifikasi hingga sampai saat ini. Seperti halnya teori
evolusi Darwin menjadi teori evolusi sintesis modern. Teori tersebut hingga
sampai saat ini menjadi populer dikalangan masyarakat umum. Didalam gagasan
teori evolusinya yang Darwin jelaskan dalam bukunya The On the Origin of
Species terdapat dua pokok gagasan yang Darwin jelaskan dalam bukunya

2
tersebut. Pertama adalah spesies-spesies yang ada sekarang ini merupakan
keturunan dari spesies moyangnya. Diedisi pertama bukunya, Darwin tidak
menggunakan kata evolusi. Darwin menyebutnya modifikasi keturunan (descent
with modifcation). Gagasan utama yang kedua adalah seleksi alam sebagai
mekanisme modifikasi keturunan (Luthfi dan Khusnuryani, 2005: 6).
Orang pertama yang mempelajari masalah evolusi secara mendalam sebagai
sebuah gagasan yang berasal dari bangsa Yunani Kuno adalah biologiawan
Prancis, Jean Baptist Lamarck. Teori Lamarck (Yahya, 2003:10),menyebutkan
bahwa:“Makhluk hidup mewariskan sifat-sifat yang mereka peroleh selama hidup
kegenerasiberikutnya”.Misalnya dalam pandangan Lamarck(Petri,
1965:16):“Jerapah telah berevolusi dari binatang sejenis kijang yang
memanjangkan leher terus-menerus saat berusaha mendapatkan makanan di dahan
pohon yang lebih tinggi”. Namun, kemunculan ilmu genetika telah menguburkan
teori Lamarck sekali dan untuk selamanya.
Orang kedua setelah Lamarck yang mempertahankan teori ini adalah
seorang naturalis amatir, Charles Darwin. Dalam bukunya The Origin of Species,
yang terbit pada tahun 1859. Darwin(Yahya, 2003:10), mengatakan:“Semua
spesies berasal dari satu nenek moyang yang sama melaluiproses yang terjadi
secara kebetulan..Sebagai contoh, menurut Darwin;ikan paus berevolusi dari
beruangyang mencoba berburu di laut”.Sementaradalam buku The Descent
ofManterbit tahun 1971, Darwin menyatakan bahwa: “Manusia dan kera berasal
dari satu nenek moyang yang sama, sedangkan kerabat terdekat manusia yang
belum punah, yakni goriladan simpanse(Howard, 1990:9495).Sejak itu, para
pengikut Darwin telahberusaha untuk mempertahankan kebenaran pernyataan
tersebut.
Tetapi, walaupun telah melakukan penelitian,pernyataan“evolusimanusia”
belum pernah dilandasi olehpenemuan ilmiah yang nyata,khususnya di bidang
fosil. Darwin tidak pernah mengenyam pendidikan formal di bidangbiologi.
Iaseorang naturalis yang tertarik pada alam dan makhluk hidup. Minat tersebut
mendorongnya bergabung secara sukarela dalamekspedisipelayaran dengan kapal

3
bernama“H.M.S. Beagle”yangberangkat dari Inggris tahun 1831hingga 1836 yang
merupakan perjalanan panjang berharga dalam sejarah ilmu pengetahuanEropa.
Darwin sangat takjub melihat beragam species makhluk hidup,terutama
jenis-jenis burung finchtertentu di kepulauan Galapagos lepas pantai Ekuador. Ia
mengira bahwa variasi pada paruh burung-burung tersebut disebabkan oleh
adaptasi mereka terhadap habitat.Dengan pemikiran ini, ia menduga bahwa asal
usul kehidupan danSpesies berdasar pada konsep “adaptasi terhadap lingkungan”
(Howard, 1990:3-4).
Menurut Darwin(Hart, 1987:113):“Aneka spesies makhlukhidup tidak
diciptakan secara terpisah oleh Tuhan, tetapi berasal darinenek moyang yang sama
dan menjadi berbeda satu sama lain akibatkondisi alam”.Darwin menamakan
proses ini“evolusi melalui seleksi alam”.Seleksi alam membahas seputar gagasan
bahwa makhluk hidup paling kuat menyesuaiakan diri dengan kondisi alam
habitatnya akan mendominasi dengan cara memiliki keturunan yang mampu
bertahan hidup, sebaliknya yang tidak mampu akan punah(Yahya, 2001:22).
Misalnya, dalam sekelompok rusa yang dimangsa oleh binatang buas, rusa
yang mampu lari lebih cepat akan bertahan hidup. Tetapi, tentu saja mekanisme
seperti ini tidak akan menyebabkan rusa berevolusi,hal ini rusa tidak akan
merubah mereka menjadi spesies lain. Rusa akan tetap menjadi rusa.
Namun contoh-contoh seleksi alam yangdikemukakan evolusionistersebut tidak
lain hanyalah usaha untukmengelabui masyarakat.
Seleksi alam sama sekali tidak memberikankontribusi kepada teori evolusi,
sebab mekanisme ini tidak pernahmampu menambah atau memperbaiki informasi
genetis suatu spesies.Seleksi alam juga tidak dapat mengubah satu spesies menjadi
spesieslain.Darwin sadar bahwa teorinya menghadapi banyak masalah.
Iamengakui ini dalam bukunyapada bab “Difficulties of the Theory”.Kesulitan-
kesulitan ini terutama pada tumpukan fosil dan organ-organrumit makhluk hidup
yang tidak mungkin dijelaskan dengan konsep kebetulan. Darwin berharap
kesulitan-kesulitan ini akan teratasi dimasa mendatangseiring dengan kemajuan
ilmu pengetahuan danmembuat sejumlah perkiraan.Kendatipun telah berusaha
keras, para evolusionis belum mampu menemukan satu pun bentuk peralihan

4
dalam kurung waktu 140 tahun sejak masa Darwin.Derek A.Ager(Yahya,
2003:30),seorang evolusionis terkenal mengakui fakta ini, mengatakan:“Jika kita
mengamati catatan fosildengan teliti, apakah pada tingkat ordo atau spesies, maka
yang selalukita dapatkan bukanlah evolusibertahap, tetapi ledakan tiba-tiba satu
kelompok makhluk hidup disertai kepunahan kelompok yang lain”. Kemunculan
tiba-tiba makhluk hidup di bumi adalah bukti bahwamakhluk hidup diciptakan
oleh Tuhan.Sadar bahwa seleksi alam tidak berfungsi mendorong terjadinya
evolusi, evolusionis lalu memunculkan konsep “mutasi”dalam teori mereka di
abad ke-20. Mutasi adalah perubahan yangterjadi pada gen makhluk hidup karena
pengaruh luar seperti radiasiatau reaksi kimiawi.
Evolusionis menyatakan perubahan inidisebabkan organisme berevolusi.
Akan tetapi, berbagai penemuan ilmiah menolak pernyataan ini, sebab semua
mutasi yang pernah diketahui, hanya menyebabkan kerugian pada makhluk hidup.
Semua mutasi yang terjadi pada manusia mengakibatkan kelainan mental.
Oleh sebab itu, penelitian mengenai teori evolusi manusia ini berusaha
memberikan sebuah referensi bagi masyarakat umum maupun masyarakat akademis.
Semoga dengan hadirnya penelitian ini ditengah mereka dapat dijadikan sebagai pedoman
dan rujukan untuk mengkaji teori evolusi manusia.

METODE PENELITIAN
Penelitian ini sepenuhnya adalah riset perpustakaan (library
research)(Surahmad, 1994: 251). Penelitian pustaka merupakan penelitian yang
menelusuri dan menelaah literatur- literatur dan penelitian yang memfokuskan
pada bahan-bahan pustaka.
Metode pengumpulan data yang digunakan adalah metode dokumentasi
yaitu pengumpulan data dengan melihat dan menyeleksi dokumen-dokumen yang
dibuat oleh subjek penelitian atau orang lain (Herdiansyah, 2010: 143). Dokumen-
dokumen tersebut terbagi dalam dua macam sumber data, yaitu sumber data
primer dan sumber data sekunder sumber data primer adalah sumber yang
paling dasar (Nazir, 1985: 58), yang bisa meliputi karya-karya secara langsung
dari Charles Darwin. Diantara karya-karya pokok yang digunakan adalah The

5
Origin of Spesies dan The Descent of Man.Sumber data sekunder yaitu literatur-
literatur yang secara tidak langsung membahas pokok permasalahan dalam
pembahasan ini, tulisan yang memuat sosok Charles Darwin, baik itu
kepribadian atau pola pemikirannya.
Proses analisis data dimulai dengan menelaah dan mempelajari
seluruh data yang tersedia dari berbagai sumber, yaitu dari dokumen-
dokumen atau buku-buku terkait tema penelitian. Langkah berikutnya adalah
mereduksi data dengan melakukan abstraksi yang konsisten (Sudarto, 2002: 74).
Setelah itu analisis data menggunakan metode-metode sebagai berikut. a.
Interpretasi, yaitu memahami pemikiran tokoh yang diteliti untuk mengungkap
maksud dari tokoh, kemudian diketengahkan dengan pendapat tokoh lain yang
sama sesuai dengan tema yang sama sebagai sebuah perbandingan. Interpretasi
dalam penelitian ini, berupa pengamatan data yang dipilih dan dipilah bagian-
bagian pokok yang menyangkut pandangan tokoh atas tema dikemukakan
(Bakker dan Zubair, 1990: 42). b. Koherensi Intern, agar dapat memberikan
interpretasi dari pemikiran tokoh tersebut, konsep-konsep dan aspek-aspek
pemikirannya dilihat menurut keselarasan satu sama lain. Keselarasan ini
disandarkan pendapat tokoh lain, terhadap tema dan pemikiran yang dikemukakan
tokoh (Bakker dan Zubair, 1990: 45). c. Deskripsi, yaitu dengan mengurai secara
teratur uraian konsep tokoh (Sudarto, 2002: 100). Pengolahan data secara
deskriptif dalam penelitian ini mengarah kepada penjabaran tekstual dan
kontekstual dari pandangan awal yang terbangun dari pemikiran tokoh.
Analisis tekstual berpijak pada tulisan-tulisan karya tokoh, sedangkan
kontekstualisasi, berjalan seiring dinamika reflektif kolaboratif dengan perjalanan
realitas kehidupan tokoh (Bakker dan Zubair, 1990: 55).

HASIL PENEILITIAN DAN PEMBAHASAN


A. Teori Darwin Tentang Asal Usul Makhluk Hidup
Darwin (2007: 151) menyatakan bahwa spesies-spesies yang serumpun
ini adalah keturunan dari satu induk yang sama; dan selama proses
modifikasi, masing-masing telah menyesuaikan kondisi dengan kondisi-

6
kondisi kehidupan dimana Darwin hidup, dan telah mengantikan atau
mempunahkan bentuk induknya yang asli berikut semua varietas transisi
antara keadaan dulu dan sekarang.
Pendapatnya tentang asal usul makhluk hidup berasal dari produk
makhluk hidup sebelumnya, merupakan hasil penyimpulan dari penelitian
selama lima tahun saat melakukan pelayaran ke penjuru Amerika Selatan.
Darwin menyoroti tentang keanekaragaman yang terjadi didalam
perjalannanya tersebut. Perbedaan-perbedaan individual atau varibialitas
spesies ini biasanya oleh peneliti dinggap sebagai bagian yang kurang
penting. Namun Darwin mempunyai pandangan dan keyakinan yang berbeda
dengan peneliti lainnya. Hal tersebut dinisbahkan dalam bukunya “saya dapat
menunjukkan suatu daftar fakta yang panjang bahwa bagian-bagian pun harus
dianggap penting, ataukah ditinjau dari sudut pandang fisologis ataupun
dari sudut pandang klasifikasi, kadang-kadang berubah dalam individu-
individu spesies yang sama” (Darwin, 2007: 35)
Pernyataan Darwin tersebut didasarkan pada beberapa penemuan-
penemuannya. Salah satu penemuan yang melandasi pernyataannya tersebut
ialah tentang perbedaan paruh pada burung Finch dikepulauan Galapagos
maupun keanekaragaman jenis burung merpati piaraan. Selain atas
penemuan-penemuan yang Darwin dapatkan, pendapatnya tersebut juga
Darwin dasarkan pada penelitian Wallace lakukan di kepulauan melayu.
Wallace mengamati perubahan yang terjadi pada kupu-kupu betina dipulau-
pulau tersebut. Uraian observasi yang disampaikan oleh Firtz Muller tentang
perubahan bentuk pejantan Crustacea di Brasil yang bertahap dua bentuk
yang berbeda (Darwin, 2007: 36).
B. Evolusi Manusia
Darwin mengemukakan pernyataannya bahwa manusia dan kera
berasal dari satu nenek moyang yang sama dalam bukunya The Descent of
Man yang terbit tahun 1971. Sejak saat itu, para pengikut Darwin telah
berusaha untuk memperkuat kebenaran pernyataan tersebut. Tetapi,
walaupun telah melakukan berbagai penelitian, pernyataan “evolusi

7
manusia” belum pernah dilandasi oleh penemuan ilmiah yang nyata,
khususnya di bidang fosil. Kalangan masyarakat awam adalah yang
umumnya tidak mengetahui kenyataan ini, dan menganggap pernyataan
evolusi manusia didukung oleh berbagai bukti kuat. Anggapan yang salah
tersebut terjadi karena masalah ini seringkali dibahas di media masa dan
disampaikan sebagai fakta yang telah terbukti. Tetapi mereka yang benar-
benar ahli di bidang ini mengetahui bahwa kisah “evolusi manusia” tidak
memiliki dasar ilmiah. David Pilbeam, salah satu ahli paleontologi dari
Harvard University, menyatakan berikut ini: Bila anda mendatangkan
seorang ilmuwan cerdas dari bidang ilmu lain dan memperlihatkan padanya
sedikit bukti yang kita miliki, ia pasti akan berkata, ‘lupakanlah: tidak
terdapat cukup bukti untuk meneruskannya.
William Fix, penulis sebuah buku penting dalam bidang palaeoan-
thropologi, berkomentar:Terdapat banyak ilmuwan dan penyebar berita masa
kini yang memiliki keberanian untuk berkata kepada kita bahwa ‘tidak ada
keraguan’ tentang bagaimana manusia berawal. Andai saja merekamemiliki
bukti.
Pernyataan tentang evolusi ini, yang “tanpa disertai bukti”, memulai
pohon kekerabatan manusia dengan sejenis kera yang bernama
Australopithecus. Menurut pernyataan tersebut, sejalan dengan waktu
Australopithecus mulai berjalan tegak, otaknya tumbuh berkembang, dan
melalui serangkaian tahapan untuk menjadi manusia yang kita dapati
sekarang (Homo sapiens). Tetapi catatan fosil tidak mendukung skenario ini.
Kendatipun pernyataan tentang keberadaan semua jenis bentuk peralihan,
terdapat pembatas yang tidak dapat dilalui yang memisahkan fosil-fosil
manusia dan kera. Bahkan, telah terungkap bahwa spesies-spesies yang
dinyatakan sebagai nenek moyang bagi yang lain, ternyata merupakan jenis-
jenis yang hidup sezaman pada periode yang sama. Ernst Mayr, salah satu
pendukung terpenting teori evolusi di abad ke-20 mengakui kenyataan ini:
“Rantai yang menghubungkan hingga Homo sapiens sebenarnya telah
hilang”.

8
1) Australopithecus
Australopithecus berarti “kera daerah selatan”. Seluruh spesies
Australo-pithecus, yang dimasukkan ke dalam pengelompokan yang
berbeda, sebenarnya hanyalah jenis kera punah yang menyerupai kera
zaman sekarang. Ukuran tengkorak mereka adalah sama, atau lebih kecil
dari simpanse yang kita temui sekarang. Terdapat bagian-bagian menonjol
di bagian tangan dan kaki yang mereka gunakan untuk memanjat pohon,
persis seperti simpanse masa kini, dan kaki mereka memiliki kemampuan
untuk berpegangan pada dahan pohon. Banyak ciri lain seperti dekatnya
jarak kedua mata, gigi geraham yang tajam, struktur rahang bawah, lengan
yang panjang, kaki yang pendek, yang membuktikan makhluk ini tidaklah
berbeda dari kera masa kini.
Evolusionis menyatakan, walaupun jenis Australopithecus memiliki
anatomi kera, mereka berjalan tegak seperti manusia.Dua ahli anatomi
terkenal tingkat dunia asal Inggris dan USA, Lord Solly Zuckerman dan
Prof. Charles Oxnard, telah melakukan penelitian mendalam tentang
berbagai spesimen Australopithecus. Penelitian mereka mengungkapkan
makhluk ini bukanlah bipedal atau berjalan dengan dua kaki, dan memiliki
cara berjalan yang serupa dengan kera zaman sekarang. Setelah meneliti
tulang-tulang dari fosil tersebut selama 15 tahun, dengan bantuan dana dari
pemerintah Inggris, Lord Zuckerman dan timnya yang beranggotakan 5
orang spesialis sampai pada kesimpulan – walaupun Zuckerman sendiri
adalah evolusionis – bahwa Australopithecines hanyalah jenis kera biasa
dan sama sekali bukan bipedal(berjalan diatas dua kaki). Di samping
itu, Oxnard, yang juga seorang evolusionis, juga menyerupakan
struktur rangka Australopithecus dengan orang utan modern.
Analisis mendalam yang dilakukan oleh antropolog Amerika Holly
Smith pada tahun 1994 tentang gigi-gigi Australopithecus menunjukkan
bahwa Australopithecus adalah sejenis kera. Pada tahun yang sama, Fred
Spoor, Bernard Wood dan Frans Zonneveld, seluruhnya ahli anatomi,
mencapai kesimpulan yang sama melalui metoda yang sama sekali

9
berbeda. Metoda ini berdasarkan pada analisis perbanding-an rongga semi-
sirkular pada telinga bagian dalam manusia dan kera yang berfungsi
menjaga keseimbangan. Rongga telinga bagian dalam dari semua
spesimen Australopithecus yang diteliti oleh Spoor, Wood dan Zonneveld
ternyata sama seperti yang terdapat pada kera modern.
Penemuan ini sekali lagi menunjukkan jenis Australopithecus adalah
spesies yang menyerupai kera modern.

2) Homo erectus
Dalam skema “evolusi manusia” yang dirancang oleh para
evolusionis, fosil-fosil yang digolongkan sebagai Homo erectus ditempatkan
setelah Australopithecus. (Pada beberapa tahun terakhir, kelompok “Homo
habilis” yang diusulkan oleh beberapa evolusionis tertentu, telah
dimasukkan ke dalam jenis Australopithecus)
Sebagaimana makna yang terkandung dalam kata “erect”, “Homo
erectus” berarti “manusia yang berjalan tegak”. Evolusionis harus
memisahkan mereka dari kelompok sebelumnya dengan menambahkan
tingkat “ketegakan”, karena semua fosil Homo erectus yang ada memiliki
tingkat ketegakan yang tidak dijumpai pada spesimen Australopithecus
atau Homo habilis. Tidak terdapat perbedaan antara rangka manusia
modern dengan Homo erectus.
Bukti penting mengenai hal ini adalah fosil “Anak lelaki Turkana”
yang dimasukkan ke dalam kelas Homo erectus. Telah terbukti bahwa fosil
ini merupakan kerangka dari anak lelaki berumur 12 tahun, yang ketika
dewasa dapat mencapai 1,83 meter. Struktur rangka fosil yang tegak ini
tidaklah berbeda dari manusia modern. Tentang hal ini, seorang ahli
paleoantropologi Amerika, Alan Walker, mengatakan ia meragukan jika
“ahli patologi pada umumnya dapat mengetahui perbedaan antara rangka
fosil ini dan rangka manusia modern.”
Alasan utama bagi para evolusionis untuk mengatakan Homo erectus
sebagai “primitif” adalah ukuran rongga otak pada tengkoraknya (900-
1100 cc), yang berukuran lebih kecil dari milik manusia modern, dan

10
tonjolan alis matanya yang tebal. Namun, terdapat banyak orang di zaman
sekarang yang masih hidup di dunia ini yang memiliki volume otak
sebesar Homo erectus (misalnya bangsa pigmi) dan terdapat pula sejumlah
bangsa yang memiliki alis mata yang menonjol (misalnya bangsa Aborigin
dari Australia).
Adalah fakta yang sudah dimaklumi bahwa perbedaan volume otak
tidaklah selalu menunjukkan perbedaan tingkat kecerdasan atau
keterampilan. Kecerdasan lebih bergantung pada pengaturan internal otak
dan bukan volumenya.
Bahkan seorang evolusionis, Richard Leakey, menyatakan perbedaan
antara Homo erectus dan manusia modern tidaklah lebih dari perbedaan
ras:“Seseorang juga akan melihat adanya perbedaan-perbedaan pada
bentuk tengkorak, besarnya tonjolan di bagian muka, ketebalan alis mata
dan seterusnya. Perbedaan-perbedaan ini mungkin tak lebih dari
perbedaan di antara ras-ras manusia modern yang terpisahkan secara
geografis, sebagaimana yang kita saksikan sekarang.”
Pendek kata, manusia yang dikelompokkan oleh para evolusionis
ke dalam Homo erectus, ternyata merupakan ras manusia yang telah
hilang dan memiliki tingkat kecerdasan yang tidak berbeda dengan kita.
Sebaliknya, terdapat perbedaan sangat besar antara Homo erectus, ras
manusia dan kerayang berada di awal skenario “evolusi manusia”
(Australopithecus, atau Homo habilis). Ini berarti manusia pertama
muncul dalam catatan fosil secara tiba-tiba dan secara langsung tanpa
sejarah evolusi apa pun. Hal ini merupakan petunjuk paling jelas bahwa
makhluk-makhluk ini telah diciptakan.
3) Neanderthal, Ras manusia yang hilang
Neanderthal adalah manusia yang muncul secara tiba-tiba 100.000
tahun yang lalu di Eropa dan kemudian menghilang - atau berasimilasi
karena melakukan perkawinan dengan ras lain- secara diam-diam dan
tiba-tiba 35.000 tahun yang lalu. Satu-satunya perbedaan mereka
dengan manusia modern adalah rangka tubuh mereka yang lebih tegap

11
dan volume otaknya yang sedikit lebih besar.

Neanderthal adalah suatu ras manusia dan fakta ini diakui oleh
hampir semua orang saat ini. Evolusionis telah berusaha dengan keras
untuk menampilkan mereka sebagai “spesies primitif”, tetapi semua
penemuan menunjukkan bahwa mereka tidaklah berbeda dari seorang
lelaki “tegap” zaman sekarang yang sedang berjalan di jalanan. Tokoh
terkemuka di bidang ini, Erik Trinkaus, ahli antropologi asal New
Mexico University menuliskan:”Pembandingan secara rinci sisa-sisa
rangka Neanderthal dengan rangka manusia modern telah menunjukkan
tidak dijumpainya pada Neanderthal ciri-ciri anatomi yang secara
meyakinkan menunjukkan kemampuan gerak, manipulasi, kecerdasan
atau berbahasa yang lebih rendah darimanusia modern.”

Para peneliti masa kini memasukkan manusia Neanderthal ke


dalam sub-spesies manusia modern dan memberinya nama “Homo
sapiens neandertalensis”. Beragam penemuan mengungkap bahwa
bangsa Neanderthal mengubur rekan mereka yang mati, membuat alat-
alat musik, dan juga memiliki kesamaan budaya dengan Homo sapiens
yang hidup di zaman yang sama. Tepatnya, Neanderthal adalah ras
manusia “tegap” yang hilang seiring berjalannya waktu.

KESIMPULAN
Berdasarkan hasil dan pembahasan dalam penelitian ini, maka dapat
diperoleh kesimpulan:
1. Asal usul makhluk hidup menurut konsep Darwin bahwa makhluk
hidup (spesies) pada saat ini berasal dari hasil keturunan nenek
moyangnya.
2. Pohon kekerabatan manusia dengan sejenis kera yang bernama
Australopithecus.

12
DAFTAR PUSTAKA

Campbell, N.A., Reece, J. B., Urry, L.A. 2017. Biology (Eleventh Edition). New
York: Pearson
Darwin, Charles. 2007. The Origin of Spesies, (terj): Tim Pusat Penerjemah
Universitas Nasional, Jakarta: Yayasan Obor IndonesDarwin.
Dahler, Franz. 2011. Teori Evolusi: Asal dan Tujuan Manusia. Yogyakarta:
Penerbit Kanisius.
Ferry, Dharma. 2019. “Pengetahuan Mahasiswa IAIN Kerinci Tentang Teori
Asal usul manusia” dalam jurnal Bioeduca: Jurnal Pendidikan Biologi Volume
1, Nomor 1, Tahun 2019
Henuhili, Victoria, Siti Mariyam, Sudjoko, Tutiek Rahayu. 2012. Evolusi. Diktat
Kuliah. Yogyakarta. Jurusan Pendidikan Biologi Fakultas Pendidikan
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Yogyakarta.
Herdiansyah, Haris. 2010. Metodologi Penelitian Kualitatif. Jakarta: Salemba.
Humanika. Nazir, Moh. 1985. Metode Penelitian, Jakarta: Ghalian Indonesia.
Guessoum, Nidhal. 2011. Islam dan Sains Modern: Bagaimana Mempertautkan
Islam dan Sains Modern. Bandung: Mizan.
Khadafi, Mohammad. 2008. Kritik dan Pandangan Harun Yahya Terhadap Teori
Evolusi Manusia (Evolusionisme). Yogyakarta: Fakultas Ushuluddin UIN
Sunan Kalijaga.
Luthfi, M. J. dan A. Khusnuryani. 2005. “Agama dan Evolusi: Konflik atau
Kompromi” dalam jurnal Kaunia Vol. 1 No. 1 2005.
Sudarto. 2002. Metodologi Penelitian Filsafat. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada
Surahman, Winarno. 1994. Pengantar Penelitian Ilmiah. Bandung.

13

Anda mungkin juga menyukai