Anda di halaman 1dari 4

Materi Kelompok 4

Istishna’

Secara bahasa, istishna berasal dari kata shana’a yang artinya membuat. Karena ada


penambahan huruf alif, sin dan ta  maka makna yang terbentuk adalah meminta atau
memohon untuk dibuatkan.

"Jual beli barang dalam bentuk pemesanan pembuatan barang dengan kriteria dan persyaratan
tertentu yang disepakati dengan pembayaran sesuai dengan kesepakatan."
Otoritas Jasa Keuangan

Apa itu Istishna’?

Dalam lembaga keuangan syariah, istilah Istishna acap kali digunakan. Lalu apakah yang
dimaksud dengan istishna? Istishna adalah akad pemesanan suatu barang dari pihak 1
(pemesan) ke pihak 2 (produsen). Adapun dalam Istishna, pemesan memiliki kriteria sendiri
untuk dibuatkan barang tersebut oleh produsen. Singkat kata, produsen harus membuatkan
barang pesanan sesuai dengan keinginan pemesan.

Akad istishna sudah dikenal sejak dahulu kala di zaman Rasulullah, Nabi Muhammad SAW.
Di salah satu riwayatnya, Rasulullah diceritakan memesan cincin dari perak. Bentuk
pemesanan barang tersebut masuk ke dalam akad istishna. Lalu, akad ini pun di zaman-
zaman selanjutnya disepakati oleh ulama sebagai salah satu akad perdagangan yang sesuai
dengan syariat islam.

Contoh Transaksi dengan Akad Istishna

Pada dasarnya akad istishna adalah kegiatan pemesanan suatu produk kepada produsen
produk tersebut. Kalau didengar sekilas, mungkin Anda akan membayangkan istishna berlaku
untuk barang kerajinan saja, namun sebenarnya banyak juga transaksi akad istishna yang ada
tanpa disadari.

 Rumah. Rumah apabila dipesan sesuai dengan keinginan Anda, termasuk dalam akad
istishna. Misalnya, ingin rumah dengan 3 kamar, desainnya minimalis, dan ada kolam
renangnya. Untuk memenuhi keinginan ini, Anda bisa memesan rumah KPR di perbankan
syariah yang menyediakan fasilitas tersebut.
 Pakaian. Apabila Anda ingin pakaian kustom sesuai dengan selara, juga termasuk
dalam istishna. Misalnya, Anda ingin memesan jersey sepak bola dengan desain sendiri untuk
40 orang. 
 Sepatu. Apabila ukuran sepatu Anda jarang ada di pasaran, Anda pastinya akan
memesan ukuran tersebut ke tukang sepatu. Apabila melakukan transaksi tersebut
berdasarkan syariat islam, hal tersebut termasuk akad istishna.

Syarat-syarat Akad Istishna

 
 Kesepakatan kriteria barang disebutkan di awal

Hal ini dilakukan agar tidak terjadi perselisihan nantinya saat barang atau produk pesanan
sudah jadi. Oleh sebab itu, kriteria barang harus jelas dideskripsikan oleh pemesan kepada
produsen sejak awal.

 Waktu penyerahan barang tidak ditentukan 

Dalam akad istishna disebutkan bahwa barang penyerahan barang yang sudah selesai dipesan
tidak ditentukan. Apabila ditentukan, akadnya akan berubah menjadi akad salam. Akan
tetapi, hal tersebut diperdebatkan oleh ulama. Menurut tradisi, sebenarnya penentuan
penyerahan barang boleh dilakukan.

 Barang yang dipesan sudah biasa menggunakan akad istishna

Ada pendapat yang menyatakan bahwa barang yang bisa ditransaksikan dengan akad istishna
adalah barang yang sejak dulu sudah ditransaksikan dengan akad tersebut. Namun pendapat
ini tidaklah kuat, menurut dalil-dalil tentang akad istishna dalam Alquran dan As Sunnah,
tidak ada batasan barang yang bisa menggunakan akad istishna.

Pendapat para ulama tersebut tentunya tidak terlepas dari sumber utama yaitu Al-Qur’an dan
As-sunnah.

Ayat yang menjadi landasan hukum istishna adalah QS. Al-Baqarah:275 yang artinya, “dan
Allah telah menghalalkan Jual Beli dan Mengharamkan Riba”

Kemudian pada hadist Nabi SAW, Diriwayatkan dari sahabat Anas radhiallahu ‘anhu, pada
suatu hari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam hendak menuliskan surat kepada seorang raja
non arab, lalu dikabarkan kepada beliau: Sesungguhnya raja-raja non arab tidak sudi
menerima surat yang tidak distempel, maka beliaupun memesan agar ia dibautkan cincin
stempel dari bahan perak. Anas menisahkan: Seakan-akan sekarang ini aku dapat
menyaksikan kemilau putih di tangan beliau.” (Riwayat Muslim)

Merujuk pada hadist ini maka dapat disimpulkan bahwa akad istishna diperbolehkan.


Kemudian Sebagian ulama’ menyatakan melalui ijmanya bahwa akad istishna’ adalah akad
yang dibenarkan dan juga telah dijalankan sejak dahulu kala tanpa ada seorang sahabat atau
ulama pun yang mengingkarinya. Dengan demikian, tidak ada alasan untuk melarangnya.

Di Indonesia, Dewan Syariah Nasional MUI sebagai lembaga yang berwenang


mengakomodir legalisasi sebuah produk telah melegalkan akad istishna dengan
dikeluarkannya fatwa DSN MUI 06/DSN-MUI/VI/2000 tentang Istishna.

Dalam fatwa ini mencakup beberapa hal yaitu ketentuan tentang pembayaran dan ketentuan
tentang barangnya

Skema Akad Istishna (Studi Kasus Menggunakan Bank Syariah)

Skema Akad
Istishna

Gambar di atas adalah skema akad istishna dimana bank syariah diposisikan sebagai penjual.
Dalam hal ini nasabah memesan barang yang sesuai spesifikasi kepada bank. Ketika sepakat,
bank memesan barang tersebut kepada produsen pembuat. Sembari barang tersebut dibuat,
Nasabah membayar uang kepada bank bisa dengan cara bayar diawal, dicicil ataupun diakhir.
Ketika barang tersebut jadi maka barang dikirimkan langsung kepada nasabah pemesan.
https://kamus.tokopedia.com/i/istishna/
https://qazwa.id/blog/akad-istishna/

Anda mungkin juga menyukai