Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Teriknya matahari membuat hatiku semakin resah dan gelisah, namun dari kejauhan
“ Tasya….”
Suara itu aku tahu pasti, suara itu tak lain adalah suara mama, ternyata mama sudah
mendengarnya, tapi untuk panggilan yang ke tiga kalinya , aku menyauti panggilan
saat itu aku merasa kurang enak badan, dan kepalaku sangat sakit sekali. Aku berjalan
tempat mama bekerja. Karena teriknya cahaya matahari aku duduk dibawah pohon
mangga yang sedang berbuah. Mendengar suara mesin bajak yang sedang
didalam pikiranku, mulai dari tugas sekolah sampai kepada keadaaan dirumah yang
lagi kacau. Masih teringat di telingaku ketika Papa marah-marah kepada Mama, entah
karena apa sebabnya. Perlahan, air mata mulai membasahi sudut mataku. Rasanya
aku mau teriak sekeras-kerasnya agar masalah ini dapat aku lupakan untuk sejenak.
Karena sedari tadi aku melamun, aku terkejut saat Mama memanggilku. Ternyata
Mama sudah selesai dengan pekerjaannya. Saat berjalan di pematang, aku hampir saja
terjatuh. Karena sepanjang jalan aku terus melamun. Aku mengambil motor yang aku
teduhkan dibawah pohon durian. Aku mulai menghidupkan motorku yang berwarna
hijau itu, yang dulunya motor itu adalah motor abangku, karena sekarang sekolahku
cukup jauh dari rumah dan akhirnya motor itu aku yang memakainya. Aku
membelokkan arah motor dan mama naik ke atas motor yang aku boncengi. Aku
mama.
“Ma.. menurut mama, kalau Tasya udah naik kelas besok, Tasya harus ngambil
“Ma, menurut mama gimana sih…?” Tasya menyeru lagi dengan nada sedikit keras.
“Ehhh.. hhhmmmm… kenapa tasya? ooh itu ya. Kalau menurut mama sih itu
tergantung keinginan dan nilai Tasya yang mendukung aja. Kalau nilai Tasya tinggi
Aku hanya terdiam sambil memikirkan jurusan apa yang akan aku pilih. Karena
sudah terlalu asik bicara tanpa aku sadari ternyata kami sudah sampai di rumah. Aku
menghentikan motor di halaman rumah. Aku langsung saja membuka pintu rumah
dan menuju ke kamarku yang sederhana yang di dalamnya terdapat rak yang penuh
dengan kumpulan aksesorisku. Karena badanku yang kurang sehat, aku merebahkan
badan ke tempat tidur yang empuk. Aku menghela nafas yang panjang sambil
memejamkan mata dengan fikiran yang berkecamuk. Tapi, tak lama dari itu aku
“Tasya… kamu nggak mandi, nanti badannya gatal lho…!” seru mama memanggil
dari luar.
mama
“Iya-iya Ma,,, ini udah mau mandi kok”Tasya segera beranjak meninggalkan tempat
tidurnya
karena sudah tidak ada lagi kegiatanku. Cukup lama rasanya aku bermalas-malasan
sampai kudengar kembali mama memanggil-manggil namaku. Entah apa lagi yang
akan diperintahkan mama kepadaku, rasanya aku sudah sangat lelah sekarang
sehingga aku malas sekali untuk menemui mama. Tapi karena mama terus
memanggil-manggilku, aku pun keluar dengan wajah muram. Ketika aku keluar
kulihat di samping mama sudah ada si Naira yang ternyata sudah menungguku sedari
tadi.
“Eehhh… Naira..!!! ada apa gerangan yang membawa kamu kesini?” Seru Tasya
“Hehehehe… aku cuma kangen aja sama kamu, habisnya kita udah seharian nggak
ketemu…hahaha”Naira tersenyum
“Dari tadi ngapa,,,udah pegal tau berdiri dari tadi di sini nungguin kamu keluar.
Ma,,,Naira ke dalam dulu ya” Naira memohon izin kepada Mamanya Tasya
“Yeeeeee apaan sih kamu,,,jangan panggil aku nak. Tapi panggil aku
nyonya,hahahaha….”Naira tertawa
“Apa….? Nyonya…? Nggak salah? Bukannya aku yang nyonya di rumah ini? Kamu
Lama tertawa bersama Naira, tiba-tiba Naira keingat sama Ridho, terus Naira
memusingkan kepalaku.
“Tasya…Tasya… gimana kalau kita ngajakin Ridho ngumpul bareng? Kan seru bisa
“Iyaaaa ngumpul bareng,emang salah ya aku pengen ngajakin dia ngumpul bareng?
Naira
“Hahahahah…nggak usah naik darah gitu lah… yaudah kalau gitu kamu BBM aja dia
suruh datang kemari, sekalian suruh ngajak Dipa sama yang lainnya. Kan lebih seru
bisa tertawa rame-rame. Lagian si Dipa bisa ngehibur kita sama alunan gitarnya.
kepalanya
“Udah kok, barusan dia bilang. Dia mau mandi dulu…. Biar wangilah gitu…” Seru si
Naira
Ngomong-ngomong soal Ridho, dia itu sepupu aku. Dulunya sih… waktu kecil dia
tinggal di kota. Ntah kenapa saat kelas 4 SD pindah ke sini. Karena asyik nya
bercanda gurau, mendengar lagu favorit dengan sahabatku yang satu ini, si Naira.
Serentak kami terdiam sejenak. Karena samar-samar terdengar ada suara orang yang
memanggil namaku dari luar, dan suara itu tak asing lagi untukku dengar.
“Tasyaaa…. Tasyaaa….”
Dan aku pun beranjak dari tempat tidurku untuk memastikan suara itu. Aku membuka
pintu dan menoleh keluar, ternyata Ridho dan Dipa sudah berada dari tadi di depan
manggil kamu dari tadi. Udah kering nih kerongkongan…” Tanya Ridho dengan nada
sedikit kesal
merayu
“Iiihhhhhhh…. Apaan sih Tasya, siapa yang ngambek… nggak ada tau..” jawab
“Eeheem eeheem,, nih kita berdiri aja disini sampai kaki kita kram” Tanya Dipa kesal
“Oooohhh iyaa,, sampai lupa,, ayoo masuk masuk, jangan sungkan-sungkan anggap
“Jus ada…? Kopi susu? Teh rasa durian..?” tanya Ridho dengan canda
“Haaah? Gimana tuh, teh rasa durian? Nano nano dong rasanya?” Dipa penasaran
“Dipaaa………. Jangan ngaco aahh… serius aja, kalian mau minum apa nih” Tasya
kembali bertanya
“Aiiihhh, bukannya barusan Tasya menawarkan sama kita, mau minum apa. Makanya
“Naaahh gitu dong,, kan baru jelas..” Jawab Tasya sedikit kesal
Beginilah kami, kalau udah ngumpul pasti ada hal yang harus diperdebatkan,
walaupun itu hanya hal kecil. Dan aku pun langsung pergi ke dapur untuk mengambil
air minum.
“Dasar si Ridho, malas banget sih kamu. Kita ini udah mau ujian naik kelas
looohh…”seru Dipa
Tak lama aku pun datang dengan membawa minuman dan beberapa makanan.
“Yeeee cuman nanya gitu doang. Aahhh sudahlah” Tasya mencibir Naira
“BTW, Dip. Mainin tuh gitar, kita juga mau dengar nih alunan petikan gitar kamu”
Tasya merayu
Naira menerangkan
“Iya Dip, nggak usahlah kamu itu malu-malu. Lagian di sinikan cuman kita-kita… ya
“Iya-iya deehhh… buat kalian-kalian ini apa sih yang nggak” Dipa merayu
“Ahahaha…bilang aja kamu mau mainin gitarnya karena ada aku”Naira merayu
Dipa hanya terdiam sambil nyengir dan Dipa langsung memainkan gitarnya. Kami
pun bernyanyi bersama melagukan lagu yang nggak jelas.tapi meskipun lagunya
nggak jelas, kami cukup terhibur kok dengannya. Karena menurutku, tertawa bersama
teman-teman sudah sangat cukup untukku. Ketika lagi asyik bernyanyi Ridho
langsung bertanya
“Kalian lapar nggak? Aku lapar niiihh.. cacing aku dah ikutan nyanyi dari tadi” kata
Ridho nyengir
“Iya…. cacing aku udah berisik dari tadi. Gimana kita membuat mie aja?” Tasya
menyarankan
“Iya ya.. enak tuh. Mie goreng aja. Pake telur + cabe rawit. Hehehehe…” seru Naira
“Hah…cocok,,,aku setuju sama ide kamu Nai…tapi siapa yang mau pergi membeli
“Kamu aja yang pergi Dip,,,nanti aku sama Tasya yang masaknya. Gimana?”Tanya
Naira
“Aduh,,,mana cukup, kita aja rame. Emang cukup mie 3 bungkus buat kita berempat?
Terus apa nggak segan sama Mamanya Tasya, masak iya kita makan Mama Tasya
nggak kita tawarin. Ntar dikira sombong gimana hah? Terus gimana kalau setelah ini
mamanya nggak ngizinin ngumpul disini lagi gimana hah? Kamu mau momen ini
“Ada apa Tasya, kenapa rebut-ribut. Lagi ngeributin apaan”Tanya mama membuat
“Ini loooh Ma, kita mau bikin mie goring…tapi si Naira bingung mau beli mie
“Mama mah aman-aman aja,,,kalau dikasih mama terima kalau nggak yam au gimana
lagi”canda Mama
salah satu hal yang membuatku sangat bahagia. Karena,baru kali ini aku bisa tertawa
selepas ini dan juga baru kali ini rumah ku serame dan seheboh ini. Ini adalah
mukjizat, sebab kalau Naira nggak main ke sini tadi, mungkin Ridho sama Dipa
nggak bakalan datang ke sini. Hahahaha, makasih Naira… kamu memang sahabat
membathin
Naira
seharusnya kau berterima kasih sama dia karena dia udah mau pergi ngebeliin kita
“Udah-udah hoiii,,, nggak usah kayak anak-anak gitu deh. Nggak apa, udah pada
tua,hahahaha”tawa Tasya
“Melihat Naira dan Dipa bertengkar, kami semua keheranan. Karena sedari tadi
mereka berdua yang selalu heboh. Perdebatan mereka di mulai sejak kami mulai
bernyanyi, yang mereka perdebatkan mulai dari lagu apa yang akan di nyanyikan,
sampai kepada melodi yang dimainkan. Naira mengatakan bahwa melodinya nggak
sesuai untuk lagu itu, sementara Dipa bilang melodinya udah sesuai. Akhirnya, Dipa
ngambek dan menghentikan permainan gitarnya, melihat Dipa yang lagi ngambek,
aku lihat wajah Naira murung . mungkin Naira merasa bersalah karena Dipa ngambek
dan pastinya Naira merasa nggak enak sama aku dan Ridho”Tasya membathin
“Aku pun mempunyai niat untuk membuat kedua sahabatku ini untuk kembali aku, eh
Nai,, liat tuh,,,gara-gara kamu sekarang Dipa ngambek dan nggak mau lagi
“ Loooh, kenapa aku,,, aku kan cuma bilang yang sebenarnya, nggak ada yang salah
lanjut Dipa
“loooh,nggak bisa gitu dong Dip,,, si Naira harus minta maaf dong sama kamu.”sela
Tasya
“ Tuh dengar tuh…si Dipa udah maafin aku tau…kamu aja yang sewot” Naira
“ Walaupun dia udah maafin kamu, tapi kamu harus minta maaf juga dong sama dia.
Masak iya kamu nerima permintaan maaf gitu aja. Nggak malu kamu” Tanya Tasya
“ Yaudah yaudah aku minta maaf. Dipa,,, kamu mau nggak maafin aku? Aku tuh
cuma membetulkan yang salah doang. Jangan masukin dalam hati ya” Naira
memohon
“ Iya,,,nggak papa Naira… Kita kan teman, jadi sebagai teman kita harus saling
“ Tasya,,, kamu udah dengar kan jawaban Dipa gimana. Jadi,,, nggak usah marah-
Karena aku sibuk mengurusi Naira dan Dipa, aku sampai lupa kalau sedari tadi aku
nggak ada ngajak Ridho ngomong. Sampai-sampai Ridho cuma diam dan sibuk
memainkan handphone nya. Karena merasa bersalah, aku memutuskan bersama Naira
untuk membuat Ridho lupa handphone nya supaya dia bisa tersenyum seperti kami.
“ Eh Nai,,, liat noh, si Ridho sibuk sendiri sama hp nya, kita kerjain yukkk…” seru
“ Jadi gini, kamu sama aku pura-pura berantem aja. Nanti kita suruh Dipa yang
“ Ahhhh, nggak seru… mending sekarang kita usilin aja dia” ajak Naira
“ Hoiii,,, asyik sendiri kamu ya… kamu niatnya kesini mau ngumpul bareng atau mau
main hp doang kesini. Ah, jadi malas deh sama kamu. Yaudah kalau gitu ini adalah
“ Ehhhh… jangan ngambek gitu dong Naiii,,, aku main hp kan gara-gara di cuekin
“Aku yang mempunyai niat untuk mengerjai Ridho, malah diam saja. Aku biarkan
saja Naira dan Ridho saling celoteh. Hahaha, curang ya aku” Tasya tersenyum sendiri
TAWA YANG TAK TERLUPAKAN
Oleh
Nama : Intan Febriani
NIS : 0002118866
Kelas : X.5 (Sepuluh,lima)
WEB : www.smansalarehsagohalaban.sch.id
2016