Anda di halaman 1dari 13

TAWA YANG TAK TERLUPAKAN

Teriknya matahari membuat hatiku semakin resah dan gelisah, namun dari kejauhan

samar terdengar suara memanggil nama ku.

“ Tasya….”

Suara itu aku tahu pasti, suara itu tak lain adalah suara mama, ternyata mama sudah

memanggilku sedari tadi. Karena keasyikan melamun, aku sampai tidak

mendengarnya, tapi untuk panggilan yang ke tiga kalinya , aku menyauti panggilan

mama, mama menyuruhku mengantarkan minuman ke sawah. Entah kanapa, pada

saat itu aku merasa kurang enak badan, dan kepalaku sangat sakit sekali. Aku berjalan

dengan perlahan dipematang sawah untuk mengantarkan minuman itu ke sawah

tempat mama bekerja. Karena teriknya cahaya matahari aku duduk dibawah pohon

mangga yang sedang berbuah. Mendengar suara mesin bajak yang sedang

mengelilingi sawah. Pikiranku melayang jauh entah kemana . Semuanya berkecamuk

didalam pikiranku, mulai dari tugas sekolah sampai kepada keadaaan dirumah yang

lagi kacau. Masih teringat di telingaku ketika Papa marah-marah kepada Mama, entah

karena apa sebabnya. Perlahan, air mata mulai membasahi sudut mataku. Rasanya

aku mau teriak sekeras-kerasnya agar masalah ini dapat aku lupakan untuk sejenak.

Tiba-tiba ada yang menepuk pundakku, sambil berbisik kepadaku.

” Sayang, ayo kita pulang , Mama udah selesai” Seru Mama.

“Iiiya Ma, “ Tasyah sendu.

Karena sedari tadi aku melamun, aku terkejut saat Mama memanggilku. Ternyata

Mama sudah selesai dengan pekerjaannya. Saat berjalan di pematang, aku hampir saja
terjatuh. Karena sepanjang jalan aku terus melamun. Aku mengambil motor yang aku

teduhkan dibawah pohon durian. Aku mulai menghidupkan motorku yang berwarna

hijau itu, yang dulunya motor itu adalah motor abangku, karena sekarang sekolahku

cukup jauh dari rumah dan akhirnya motor itu aku yang memakainya. Aku

membelokkan arah motor dan mama naik ke atas motor yang aku boncengi. Aku

menjalankan motornya, di perjalanan pulang aku membuka pembicaraan dengan

mama.

“Ma.. menurut mama, kalau Tasya udah naik kelas besok, Tasya harus ngambil

jurusan apa ya ma?” Seru Tasya.

Mama hanya terdiam dan bingung. Lalu aku bertanya lagi.

“Ma, menurut mama gimana sih…?” Tasya menyeru lagi dengan nada sedikit keras.

“Ehhh.. hhhmmmm… kenapa tasya? ooh itu ya. Kalau menurut mama sih itu

tergantung keinginan dan nilai Tasya yang mendukung aja. Kalau nilai Tasya tinggi

di IPA, ambil aja IPA ataupun sebaliknya.”

“Emangnya Tasya mau ngambil jurusan apa?” mama balik bertanya.

Aku hanya terdiam sambil memikirkan jurusan apa yang akan aku pilih. Karena

sudah terlalu asik bicara tanpa aku sadari ternyata kami sudah sampai di rumah. Aku

menghentikan motor di halaman rumah. Aku langsung saja membuka pintu rumah

dan menuju ke kamarku yang sederhana yang di dalamnya terdapat rak yang penuh

dengan kumpulan aksesorisku. Karena badanku yang kurang sehat, aku merebahkan

badan ke tempat tidur yang empuk. Aku menghela nafas yang panjang sambil
memejamkan mata dengan fikiran yang berkecamuk. Tapi, tak lama dari itu aku

mendengar suara mama memanggil.

“Tasya… kamu nggak mandi, nanti badannya gatal lho…!” seru mama memanggil

dari luar.

“Iya ma.. bentar lagi..”Seru Tasya

“Dasar pemalas,,,mandi dulu sana…setelah mandi, baru nyantai-nyantai”celoteh

mama

“Iya-iya Ma,,, ini udah mau mandi kok”Tasya segera beranjak meninggalkan tempat

tidurnya

Setelah mandi, aku seperti biasa melanjutkan kembali kegiatan bermalas-malasanku,

karena sudah tidak ada lagi kegiatanku. Cukup lama rasanya aku bermalas-malasan

sampai kudengar kembali mama memanggil-manggil namaku. Entah apa lagi yang

akan diperintahkan mama kepadaku, rasanya aku sudah sangat lelah sekarang

sehingga aku malas sekali untuk menemui mama. Tapi karena mama terus

memanggil-manggilku, aku pun keluar dengan wajah muram. Ketika aku keluar

kulihat di samping mama sudah ada si Naira yang ternyata sudah menungguku sedari

tadi.

“Eehhh… Naira..!!! ada apa gerangan yang membawa kamu kesini?” Seru Tasya

bertanya kepada Naira.

“Hehehehe… aku cuma kangen aja sama kamu, habisnya kita udah seharian nggak

ketemu…hahaha”Naira tersenyum

“Alaaaah,,,sok-sok kangen segala kamu…”Tasya mencibir kepada Naira


“Yaudah,,,kita kedalam aja yukkk… biar ceritanya lebih enak”ajak Tasya

mempersilahkan Naira masuk

“Dari tadi ngapa,,,udah pegal tau berdiri dari tadi di sini nungguin kamu keluar.

Ma,,,Naira ke dalam dulu ya” Naira memohon izin kepada Mamanya Tasya

“Iya nak, silahkan masuk” Mama mempersilahkan Naira masuk

“Yaudah nak, ayoo kita masuk…hahahaha”Canda Tasya

“Yeeeeee apaan sih kamu,,,jangan panggil aku nak. Tapi panggil aku

nyonya,hahahaha….”Naira tertawa

“Apa….? Nyonya…? Nggak salah? Bukannya aku yang nyonya di rumah ini? Kamu

Cuma tamu, jadi nggak usah macam-macam”Tasya mengancam Naira

“Hahahaha…iya nyonya, maafin hamba ya…hahaha”Naira menimpali ucapan Tasya

Lama tertawa bersama Naira, tiba-tiba Naira keingat sama Ridho, terus Naira

mengusulkan untuk mengundang Ridho kerumahku untuk sekedar ngumpul-ngumpul

untuk menghilangkan beban sekolah yang beberapa hari kebelakang sangat

memusingkan kepalaku.

“Tasya…Tasya… gimana kalau kita ngajakin Ridho ngumpul bareng? Kan seru bisa

ngumpul-ngumpul bareng”Naira mengusulkan

“Hmmmm…ngumpul bareng….? Nggak salah”Tasya mulai menggoda Naira

“Iyaaaa ngumpul bareng,emang salah ya aku pengen ngajakin dia ngumpul bareng?

Nggak kan”Naira meninggikan nada suaranya

“Alaaaaaaaah, palingan kamu punya niat lain…hahahaha”Tasya terkikik


“Niat lain apaaan sih maksud kamu,,,aku nggak ngerti,,kamu jangan ngacok deh”Seru

Naira

“Hahahahah…nggak usah naik darah gitu lah… yaudah kalau gitu kamu BBM aja dia

suruh datang kemari, sekalian suruh ngajak Dipa sama yang lainnya. Kan lebih seru

bisa tertawa rame-rame. Lagian si Dipa bisa ngehibur kita sama alunan gitarnya.

Walaupun suaranya sedikit ehem ehem gitu…..”Tasya terkikik

“Haahahah…. Kamu ini, kalau ngeledek orang…”Seru Naira sambil menggelengkan

kepalanya

“Ahahahaha… nggak-nggak,aku becanda doang tau….”Tasya tersenyum

“Eeehhh,, tu si Ridho gimana? Tanya Tasya kepada Naira

“Udah kok, barusan dia bilang. Dia mau mandi dulu…. Biar wangilah gitu…” Seru si

Naira

Ngomong-ngomong soal Ridho, dia itu sepupu aku. Dulunya sih… waktu kecil dia

tinggal di kota. Ntah kenapa saat kelas 4 SD pindah ke sini. Karena asyik nya

bercanda gurau, mendengar lagu favorit dengan sahabatku yang satu ini, si Naira.

Serentak kami terdiam sejenak. Karena samar-samar terdengar ada suara orang yang

memanggil namaku dari luar, dan suara itu tak asing lagi untukku dengar.

“Tasyaaa…. Tasyaaa….”

Dan aku pun beranjak dari tempat tidurku untuk memastikan suara itu. Aku membuka

pintu dan menoleh keluar, ternyata Ridho dan Dipa sudah berada dari tadi di depan

rumah dan sudah memanggil namaku sedari tadi.


“Seru banget sih kalian berdua,,, ngapain sih? Sampai-sampai nggak kedengaran aku

manggil kamu dari tadi. Udah kering nih kerongkongan…” Tanya Ridho dengan nada

sedikit kesal

“Cciiiee ngambekan niiiieeeeee….. aalllaaaaaahh masa segitu doang marah..

cupcupcupcup….!!! Jangan nangis lagi ya dedek manis….. hahahahaha” Tasya mulai

merayu

“Iiihhhhhhh…. Apaan sih Tasya, siapa yang ngambek… nggak ada tau..” jawab

Ridho dengan wajah datar

Naira hanya terkikik di sampingku

“Eeheem eeheem,, nih kita berdiri aja disini sampai kaki kita kram” Tanya Dipa kesal

“Oooohhh iyaa,, sampai lupa,, ayoo masuk masuk, jangan sungkan-sungkan anggap

aja rumah sendiri” seru Tasya

“Laaahh..!! emang rumah sendirikan?” Tanya Ridho sok yakin

“Iyyaaaaa sepupu bawel, mau minum apa nih?” Naira menawarkan

“Jus ada…? Kopi susu? Teh rasa durian..?” tanya Ridho dengan canda

“Haaah? Gimana tuh, teh rasa durian? Nano nano dong rasanya?” Dipa penasaran

“Hahahahahahah” semuanya tertawa

“Kalau aku teh es panas aja” Dipa mulai ngaco

“Dipaaa………. Jangan ngaco aahh… serius aja, kalian mau minum apa nih” Tasya

kembali bertanya

“Aiiihhh, bukannya barusan Tasya menawarkan sama kita, mau minum apa. Makanya

kami nanya Naira” Jawab Ridho nyengir


“Iya,,, kalian ini….. ckckckckck…..” Naira menggelengkan kepala

“Yaudah, air putih aja. Hehehheh..” seru Ridho

“Naaahh gitu dong,, kan baru jelas..” Jawab Tasya sedikit kesal

Beginilah kami, kalau udah ngumpul pasti ada hal yang harus diperdebatkan,

walaupun itu hanya hal kecil. Dan aku pun langsung pergi ke dapur untuk mengambil

air minum.

“Oh iya Ridho. Ginama di sekolahnya?” Naira memulai membuka pembicaraan

“Yaaaa…. Gitu deh….” Jawab Ridho dengan nada halus

“Gitu gimana Ridho…” Naira penasaran

“Yaaa…. Gituu… tugas sekarang semuanya numpuk, aahh udahlah pusing

mikirinnya” jawab Ridho dengan nada malas

“Dasar si Ridho, malas banget sih kamu. Kita ini udah mau ujian naik kelas

looohh…”seru Dipa

Tak lama aku pun datang dengan membawa minuman dan beberapa makanan.

“Niih minumannya. Ayoo silahkan di minum” Tasya menawarkan

“Iyaaa makasih Tasya….” Seru mereka bersamaan

“Oh iyaa… lagi ngomongin apaan sih?” Tasya penasaran

“Ciiiieeeee kamu kepooo…” Naira menggoda

“Yeeee cuman nanya gitu doang. Aahhh sudahlah” Tasya mencibir Naira

“BTW, Dip. Mainin tuh gitar, kita juga mau dengar nih alunan petikan gitar kamu”

Tasya merayu

“Hhmmmm… aku kurang jago mainin gitarnya” jawab Dipa ragu-ragu


“Nggak apa-apa Dipa, mainkan aja mana yang kamu dapat. Biar kami yang nyanyi”

Naira menerangkan

“Iya Dip, nggak usahlah kamu itu malu-malu. Lagian di sinikan cuman kita-kita… ya

nggak geng?” seru Ridho sambil menepuk pundak Dipa

“Iya-iya deehhh… buat kalian-kalian ini apa sih yang nggak” Dipa merayu

“Ahahaha…bilang aja kamu mau mainin gitarnya karena ada aku”Naira merayu

Dipa hanya terdiam sambil nyengir dan Dipa langsung memainkan gitarnya. Kami

pun bernyanyi bersama melagukan lagu yang nggak jelas.tapi meskipun lagunya

nggak jelas, kami cukup terhibur kok dengannya. Karena menurutku, tertawa bersama

teman-teman sudah sangat cukup untukku. Ketika lagi asyik bernyanyi Ridho

langsung bertanya

“Kalian lapar nggak? Aku lapar niiihh.. cacing aku dah ikutan nyanyi dari tadi” kata

Ridho nyengir

Kami pun langsung berhenti dan tertawa mendengar Ridho bertanya

“Iya…. cacing aku udah berisik dari tadi. Gimana kita membuat mie aja?” Tasya

menyarankan

“Iya ya.. enak tuh. Mie goreng aja. Pake telur + cabe rawit. Hehehehe…” seru Naira

“Hah…cocok,,,aku setuju sama ide kamu Nai…tapi siapa yang mau pergi membeli

mie nya”Dipa semangat

“Kamu aja yang pergi Dip,,,nanti aku sama Tasya yang masaknya. Gimana?”Tanya

Naira

“Boleh,,,tapi duitnya mana…”Tanya Dipa


“Ridho,kamu punya duit nggak, duit aku cuma 2000 aja lagi hah…”seru Naira

“Ada,,,tapi cuma 5000…”jawab Ridho

“Aduh,,,mana cukup, kita aja rame. Emang cukup mie 3 bungkus buat kita berempat?

Terus apa nggak segan sama Mamanya Tasya, masak iya kita makan Mama Tasya

nggak kita tawarin. Ntar dikira sombong gimana hah? Terus gimana kalau setelah ini

mamanya nggak ngizinin ngumpul disini lagi gimana hah? Kamu mau momen ini

nggak bakal pernah terulang lagi?”celoteh Naira

“Ya ampunnn,,,nih anak ribet banget ya…”seru Tasya

“Ada apa Tasya, kenapa rebut-ribut. Lagi ngeributin apaan”Tanya mama membuat

kami semua terkejut

“Ini loooh Ma, kita mau bikin mie goring…tapi si Naira bingung mau beli mie

berapa,,,Mama mau mie apa nggak?”Tanya Tasya kepada mama

“Mama mah aman-aman aja,,,kalau dikasih mama terima kalau nggak yam au gimana

lagi”canda Mama

“Hahahaha, kami semua tertawa terbahak-bahak mendengar candaan mama. Inilah

salah satu hal yang membuatku sangat bahagia. Karena,baru kali ini aku bisa tertawa

selepas ini dan juga baru kali ini rumah ku serame dan seheboh ini. Ini adalah

mukjizat, sebab kalau Naira nggak main ke sini tadi, mungkin Ridho sama Dipa

nggak bakalan datang ke sini. Hahahaha, makasih Naira… kamu memang sahabat

pembawa keceriaan, walaupun sebenarnya pernah ngasih kekecewaan sih…”Tasya

membathin

“niih mie nya,,,yang ngerasa mbak-mbak silahkan ke dapur”canda Dipa


“Mbak-mbak…awas kamu ya,,,nggak aku kasih mie nya nanti, awas aja kamu”ancam

Naira

“Hahahaha,,,udahlah mbak…nggak usah marah, nggak usah dengerin si Dipa,

seharusnya kau berterima kasih sama dia karena dia udah mau pergi ngebeliin kita

mie”bujuk Tasya kepada Naira

“Awas kamu…””Naira mencibir kepada Dipa

“Ahahahaha…gitu aja ngambek”Dipa balik mencibirkan Naira

“Udah-udah hoiii,,, nggak usah kayak anak-anak gitu deh. Nggak apa, udah pada

tua,hahahaha”tawa Tasya

“Melihat Naira dan Dipa bertengkar, kami semua keheranan. Karena sedari tadi

mereka berdua yang selalu heboh. Perdebatan mereka di mulai sejak kami mulai

bernyanyi, yang mereka perdebatkan mulai dari lagu apa yang akan di nyanyikan,

sampai kepada melodi yang dimainkan. Naira mengatakan bahwa melodinya nggak

sesuai untuk lagu itu, sementara Dipa bilang melodinya udah sesuai. Akhirnya, Dipa

ngambek dan menghentikan permainan gitarnya, melihat Dipa yang lagi ngambek,

aku lihat wajah Naira murung . mungkin Naira merasa bersalah karena Dipa ngambek

dan pastinya Naira merasa nggak enak sama aku dan Ridho”Tasya membathin

“Aku pun mempunyai niat untuk membuat kedua sahabatku ini untuk kembali aku, eh

Nai,, liat tuh,,,gara-gara kamu sekarang Dipa ngambek dan nggak mau lagi

memainkan musiknya buat kita…tanggung jawab dong kamu” Sergah Tasya

“ Loooh, kenapa aku,,, aku kan cuma bilang yang sebenarnya, nggak ada yang salah

kok” Naira kesal


“ Udahlah Tasya,,, biarin ajalah lagi. Ngapain masih dibahas, nggak penting tau”

lanjut Dipa

“loooh,nggak bisa gitu dong Dip,,, si Naira harus minta maaf dong sama kamu.”sela

Tasya

“ Aku udah maafin Naira kok” jawab Dipa santai

“ Tuh dengar tuh…si Dipa udah maafin aku tau…kamu aja yang sewot” Naira

mencibir kepada Tasya

“ Walaupun dia udah maafin kamu, tapi kamu harus minta maaf juga dong sama dia.

Masak iya kamu nerima permintaan maaf gitu aja. Nggak malu kamu” Tanya Tasya

“ Yaudah yaudah aku minta maaf. Dipa,,, kamu mau nggak maafin aku? Aku tuh

cuma membetulkan yang salah doang. Jangan masukin dalam hati ya” Naira

memohon

“ Iya,,,nggak papa Naira… Kita kan teman, jadi sebagai teman kita harus saling

memaafkan. Kan nggak baik kalau kita musuhan” Dipa tersenyum

“ Tasya,,, kamu udah dengar kan jawaban Dipa gimana. Jadi,,, nggak usah marah-

marah lagi sama aku” Naira kesal

“ Iya-iya aku dengar,,, aku belum budek tau” Tasya cemberut

Karena aku sibuk mengurusi Naira dan Dipa, aku sampai lupa kalau sedari tadi aku

nggak ada ngajak Ridho ngomong. Sampai-sampai Ridho cuma diam dan sibuk

memainkan handphone nya. Karena merasa bersalah, aku memutuskan bersama Naira

untuk membuat Ridho lupa handphone nya supaya dia bisa tersenyum seperti kami.
“ Eh Nai,,, liat noh, si Ridho sibuk sendiri sama hp nya, kita kerjain yukkk…” seru

Tasya kepada Naira

“ Boleh, tapi gimana caranya” Naira heran

“ Caranya cuma satu….” Tasya tersenyum

“ Gimana….jelas-jelas lah hah…” Naira semakin penasaran

“ Jadi gini, kamu sama aku pura-pura berantem aja. Nanti kita suruh Dipa yang

nengahin perkelahian kita, gimana menurut kamu Nai?” usul Tasya

“ Ahhhh, nggak seru… mending sekarang kita usilin aja dia” ajak Naira

“ ahahaha…. Boleh juga tuh ide kamu…ayuuuukkkkk….” Seru Tasya

“ Hoiii,,, asyik sendiri kamu ya… kamu niatnya kesini mau ngumpul bareng atau mau

main hp doang kesini. Ah, jadi malas deh sama kamu. Yaudah kalau gitu ini adalah

kumpul kita yang terakhir” Naira pura-pura mengancam

“ Ehhhh… jangan ngambek gitu dong Naiii,,, aku main hp kan gara-gara di cuekin

dan gara-gara kalian pada asyik sendiri” tukas Ridho

“Aku yang mempunyai niat untuk mengerjai Ridho, malah diam saja. Aku biarkan

saja Naira dan Ridho saling celoteh. Hahaha, curang ya aku” Tasya tersenyum sendiri
TAWA YANG TAK TERLUPAKAN

Diajukan untuk Melengkapi Tugas Mata Pelajaran


Bahasa Indonesia Semester 2
Tahun Pelajaran 2015/2016

Oleh
Nama : Intan Febriani
NIS : 0002118866
Kelas : X.5 (Sepuluh,lima)

PEMERINTAH KABUPATEN LIMA PULUH KOTA


DINAS PENDIDIKAN
SEKOLAH MENENGAH ATAS NEGERI 1
KECAMATAN LAREH SAGO HALABAN

WEB : www.smansalarehsagohalaban.sch.id

2016

Anda mungkin juga menyukai