LO 6 – Diagnosis
Tujuan diagnosis pada penderita hipertensi esensial adalah :
1. Menilai pola hidup dan identifikasi faktor-faktor risiko kardiovaskular lainnya
2. Menilai adanya penyakit penyerta yang mempengaruhi prognosis
3. Menentukan pengobatan
4. Mencari penyebab kenaikan tekanan darah
5. Menentukan ada tidaknya kerusakan target organ dan penyakit kardiovaskular
Diagnosis pada pasien hipertensi esensial adalah dengan melakukan :
1. Anamnesis tentang keluhan pasien, riwayat penyakit dahulu, dan penyakit
keluarga
2. Pemeriksaan Fisik
3. Pemeriksaan Penunjang
Anamnesis meliputi :
1. Lama menderita hipertensi dan derajat tekanan darah
2. Indikasi adanya hipertensi sekunder
Keluarga dengan riwayat penyakit ginjal (ginjal polikistik)
Adanya penyakit ginjal, infeksi saluran kemih, hematuria, pemakaian obat-
obat analgesic, dan obat lain
Episode berkeringat, sakit kepala, kecemasan, palpitasi
Episode lemah otot dan tetani
3. Faktor-faktor risiko
Riwayat hipertensi atau kardiovaskular pada pasien atau keluarga pasien
Riwayat hyperlipidemia pada pasien atau keluarganya
Riwayat diabetes melitus pada pasien atau keluarganya
Kebiasaan merokok
Pola makan
Kegemukan, intensitas olahraga
Kepribadian
4. Gejala kerusakan organ
Otak dan mata : sakit kepala, vertigo, gangguan penglihatan
Jantung : palpitasi, nyeri dada, sesak, bengkak kaki
Ginjal : haus, poliuria, nocturia, hematuria
Arteri perifer : ekstremitas dingin, klaudikasio intermiten
5. Pengobatan antihipertensi sebelumnya
6. Faktor-faktor pribadi, keluarga, dan lingkungan
Pemeriksaan Fisik
1. Pengukuran tekanan darah :
- Pengukuran rutin di kamar periksa dokter/ rumah sakit (White coat
hypertension)
Pada kurang lebih 25% pasien hipertensi, didapatkan hasil yang lebih tinggi
pada pemeriksaan di kamar periksa dokter/ rumah sakit bila dibandingkan
pengukuran di rumah. Konsekuensi dari diagnosis ini adalah meningkatnya
risiko kejadian dan mortalitas kardiovaskuler
- Pengukuran 24 jam (Ambulatory Blood Pressure Monitoring – ABPM)
Penggunaan ABPM berperan dalam :
a. Hipertensi yang borderline atau yang bersifat episodic
b. Mengevaluasi hipertensi white coat tanpa kerusakan organ target
c. Pemantauan pemberian obat anti hipertensi pada usia lanjut
Seseorang dikatakan menderita hipertensi bila pemeriksaan ABPM dengan
mean >135/85 mmHg sepanjang hari atau. >125/75 mmHg saat tidur
- Pengukuran sendiri oleh penderita di rumah (Home Blood Pressure
Measurements)
Pengukuran tekanan darah di rumah lebih rendah dan mempunyai korelasi
yang lebih baik bila dibandingkan dengan pengukuran di ruang praktek
dokter
- Hal-hal yang perlu diperhatikan sebelum mengukur tekanan darah :
a. Penderita harus bebas dari minuman yang mengandung alcohol dan
kafein
b. Penderita tidak merokok paling tidak 30 menit sebelum pemeriksaan
tekanan darah
c. Pengukuran di kamar periksa dilakukan pada posisi duduk di kursi setelah
penderita istirahat selama 5 menit, kaki di lantai, dan lengan pada posisi
setinggi jantung
d. Pengukuran dilakukan dua kali dengan sela antara 1-5 menit
e. Pengukuran dilakukan pada kedua lengan dan bila ada perbedaan antara
10/5 mmHg, maka dilakukan pemeriksaan tambahan pada lengan dengan
tekanan darah yang lebih tinggi
LO 4 – Manifestasi Klinis
A. Penyakit Arteri Perifer Ekstremitas Bawah/ Lower Extremity Artery Disease (LEAD)
- Sebagian besar pasien tidak mengalami gejala karena penyempitan
terbentuk perlahan-lahan dan sudah terbentuk kolateral
- Gambaran klinis berdasarkan kriteria Fontaine dan Rutherford
LO 8 – Tatalaksana
- Penatalaksanaan awal pada pasien dengan aneurisma aorta adalah dengan
cara mengontrol penyakit yang dapat memperburuk AA/ Pengendalian
faktor risiko, yaitu
a. Mengontrol tekanan darah
b. Optimalisasi profil lemak
c. Berhenti merokok
d. Mereduksi hal lain yang dapat menyebabkan aterosklerosis
- Kontrol tekanan darah hingga <110 mmHg, Nadi <60x/menit
- Pada pasien dengan hipertensi sebaiknya taget tekanan darah di bawah
140/90 mmHg pada pasien tanpa diabetes
- Sedangkan pada pasien dengan diabetes yaitu di bawah 130/80 mmHg
- Obat hipertensi yang jadi pilihan adalah angiotensin-converting enzyme
inhibitor, angiotensin reseptor blockers, dan beta adrenergic-blocker
- Penatalaksaan dengan statin untuk mencapai target LDL kolesterol kurang
dari 70 mg/dl untuk pasien dengan risiko yang setara dengan penyakit
jantung coroner seperti penyakiy aterosklerotik nonkoroner, AA
aterosklerotik, dan pada risiko tinggi timbulnya penyakit jantung coroner
akibat kejadian iskemik koroner
- The National Cholesterol Education Program ATP III merekomendasikan
pasien aterosklerosis nonkoroner diobati seperti pasien dengan penyakit
jantung coroner, target terapi adalah LDL kurang dari 100 mg/dL.
- Terapi awal sebaiknya diberikan statin
- Penatalaksanaan AA selanjutnya dengan tindakan invasive yaitu berupa
Endovascular dan Open Surgical
- Endovascular aneurism repair (EVAR) yaitu berupa tindakan invasive insersi
pada transfemoral dari stent endovaskuler ke daerah aneurisma
- Keunggulan dari endovascular grafting dibandingkan open surgical ialah tidak
adanya insisi torak dan kebutuhan akan sokongan sirkulasi ekstrakorporeal
parsial atau total, clamping aorta, angka morbiditas rendah dan rawat inap
yang lebih singkat
- Bedah koreksi terbuka/ Open surgical repair memiliki risiko kehilangan
darah lebih banyak sehingga diperlukan transfuse darah, durasi tindakan
lebih lama, durasi rawat inap yang lebih lama, dan risiko komplikasi sistemik
yang lebih tinggi