Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

KEPERAWATAN MATERNITAS II
ASUHAN KEPEERAWATAN PADA IBU POST PARTUM
Diajukan sebagai syarat memenuhi penugasan semester 5

Dosen pembimbing : Aria Aulia Nastiti, S.Kep., Ns., M.Kep

Disusun oleh
KELOMPOK 3 :
Putri Alifian Sumarjo 131811133018
Syafira Dhea Fitra Ningtyas 131811133019
Fauziah Dinda Pratama 131811133022
Hairunnisak 131811133029
Nia Meilansari 131811133031
Indah Choirun Nisa 131811133032
Mellisa Dwi Mustika 131811133070
Siti Aisyah Noor Afifah 131811133078
Dea Khoirunnisa 131811133121

KELAS A2 – A18

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS AIRLANGGA
2020
Kasus 2

Ny Chacha sedang menunggu bayinya yang berusia 10 hari yang dilahirkan


secara SC dirawat di ruang bayi RS Haji untuk fototerapi hari pertama, selama
menunggu bayinya Ny. Chacha sering memompa ASI untuk diberikan kepada
bayinya. Selama menunggu Ny. Chacha sering menangis, saat ditanya oleh Ners Loli
mengatakan bahwa dirinya kasian dan sedih melihat bayinya, dan takut tidak bisa
memberikan ASI eksklusif pada bayinya. Ny. Chacha merasa gagal memberikan ASI
yang cukup sehingga bayinya kuning. Selama di rumah dia bercerita sering merasa
pusing dan lelah sepanjang hari. Ny Chaha merawat sendiri bayinya di rumah dan
mengerjakan sendiri semua pekerjaan rumah serta keperluan suaminya. Saat malam
hari tidur sangat sedikit dikarenakan harus mengganti popok bayi dan menyusui.
Suami Ny Chacha tidak terlihat menemani dikarenakan sibuk bekerja. Nyonya chaha
merasa sangat letih dan masih merasakan nyeri bekas persalinannya.

A. Konsep Teori Asi Ekslusif


Air Susu Ibu (ASI) adalah suatu emulsi lemak dalam larutan protein, laktosa
dan garam-garam organik yang disekresi oleh kedua kelenjar payudara ibu, yang
berguna sebagai makan utama bayi. ASI Ekslusif merupakan pemberian ASI tanpa
tambahan makanan dan cairan apapun yang diberikan ibu pada bayinya yang berumur
0-6 bulan.

Asi sendiri dibedakan menjadi tiga bagian diantaranya :

1. Kolostrum, merupakan cairan piscous dengan warna kekuning-kuningan yang


mengandung protein tinggi dan rendah lemak, dimana fungsi dari kolostrum yaitu
untuk melapisi usus bayi dan melindunginya dari bakteri.
2. Air Susu Ibu masa peralihan, merupakan asi yang keluar setelah kolostrum sampai
sebelum menjadi ASI yang matang/ mature.
3. ASI mature, merupakan asi yang berwarna putih kekuningan dimana didalamnya
sudah mengandung semua nutrisi untuk bayi.

ASI memiliki banyak kandungan didalamnya diantarnaya sel darah putih, zat
kekebalan, enzim pencernaan, protein, lemak, mineral dan vitamin. Memberikan ASI
secara ekslusif akan memberikan banyak manfaat pada bayi dan ibu, dimana manfaat
pemberiaan ASI pada bayi diantarnya membuat bayi sehat, memperkuat batin antara
ibu dan anak, dan menghindari bayi dari penyakit infeksi. Sedangkan manfaat
memberikan ASI ekslusif bagi ibu antaranya menurunkan ibu dari resiko terkena
kanker payudara, mengurangi resiko terjadinya tulang kropos/ osteoporosis,
mengurangi resiko perdarahan saat setelah melahirkan dan juga bermanfaat
mengurangi stress dan kegelisahan.

B. Manajemen Laktasi
Kita perlu edukasi terhadap Ny. Chaca bahwa perilaku yang didasari oleh
pengetahuan akan lebih efektif dalam manajemen diri dari pada perilaku yang tidak
didasari pengetahuan jadi pengetahuan ibu tentang manajemen laktasi pasca
melahirkan dapat mempengaruhi ibu dalam memberikan ASI eksklusif. Semakin baik
pengetahuan ibu tentang manfaat manajemen laktasi pasca melahirkan yang meliputi
ASI Eksklusif, teknik menyusui, memeras ASI, memberikan ASI Peras, menyimpan
ASI Peras, dan pemenuhan gizi selama periode menyusui. Manajemen diri yang
positif berhubungan dengan sikap dan emosi yang positif. Keadaan positif merupakan
elemen esensial untuk fungsi optimal karena memperluas atensi dan berpikir,
meniadakan bangkitan emosi negatif, membakar semangat, membangun sumber-
sumber personal, serta merupakan bibit pengembangan diri menuju kesejahteraan
yang optimal
Pengetahuan yang harus di ketahui dan perlukan :
- Asi eksklusif merupakan air susu ibu yang tidak di campur bahan apa pun seperti
air, teh dan lain-lain dengan pemberian pada bayi minimal 6 bulan.
- Manfaat atau kelebihan asi yaitu :
1. Nutrisi lengkap pada bayi
2. Meningkatkan daya tahan tubuh pada bayi
3. Mempererat ikatan ibu dan anak
4. Meningkatkan kecerdasan pada bayi
5. Memperkuat sistem kekebalan pada bayi sehingga tidak mudah sakit
6. Hemat dan ekonomis untuk ibu
- Menjelaskan perubahan warna pada asi awal adalah bening dan cair sedangkan
asi akhir lebih keruh merupakan hal yang wajar dan mempunyai manfaat
tersendiri.
- Mejelaskan bahwa air susu (asi) lebih baik daripada susu formula
- Langkah- langkah yang benar dalam menyusui:
1. Cuci tangan dengan sabun menggunakan air bersih yang mengalir
2. Keluarkan sedikit ASI dan oleskan pada puting dan areola sekitarnya.
3. Letakkan bayi menghadap perut ibu atau payudara, mulailah menyusui dari
payudara yang terakhir belum dikosongkan
4. Jika payudara besar, pegang payudara dengan ibu jari dan jari lainnya
menopang bagian payudara.
5. Rangsang bayi menggunakan jari yang didekatkan ke sisi mulut bayi (bisa
menggunakan kelingking).
6. Dekatkan dengan cepat kepala bayi ke payudara ibu, kemudian masukkan
puting dan areola ke mulut bayi.
7. Setelah payudara yang dihisap terasa kosong, lepaskan isapan bayi dengan
menekan dagu ke bawah atau jari kelingking ibu ditempelkan ke mulut bayi.
Susui berikutnya mulai dari payudara yang belum terkosongkan.
8. Keluarkan sedikit ASI dan oleskan pada puting dan areola sekitarnya,
kemudian biarkan kering dengan sendirinya (jangan dilap).
9. Sendawakan bayi.
10. Selalu minum air putih minimal 1 gelas setelah menyusui.
- Edukasi berbagai posisi dalam menyusi
- Edukasi bagaimana memerah asi menggunakan tangan dan alat
- Edukasi cara memberikan asi hasil perahan ibu
- Edukasi cara menyimpan asi perahan dengan baik
- Edukasi cara membersikan botol susu dengan benar
- Edukasi cara meningkatkan produksi asi
- Edukasi masalah yang bisa timbul untuk ibu maupun bayi dan memberikan cara
pencegahan atau solusi
- Edukasi nutrisi yang baik untuk ibu menyusui
- Langkah –langkah yang bisa dilakukan perawat yaitu
1. Penyuluhan untuk meningkatkan pengetahuan dan sikap ibu menyusui.
2. Penyuluhan dapat dilakukan di KP-ibu dan KP-ASI di posyandu, PKK,
maupun di rumah saikit.
3. Pendampingan untuk menyelasaikan masalah yang dihadapi ibu dalam
menyusui pertama dan yang memiliki masalah.
4. Kunjungan rumah ibu menyusui dalam memberikan dukungan kepada ibu
atau kamar inap ibu.
5. Membina dan meningkatkan kesehatan ibu dan anak dalam upaya promosi
dan pencegahan.
6. Menampung hambatan dan permasalahan.
7. Menghubungkan dan memfasilitasi terkait dengan kebutuhan ibu menyusui
untuk ASI eksklusif

C. Bayi Kuning
Ikterus neonatorum merupakan suatu keadaan klinis pada bayi baru lahir yang
terjadi akibat adanya hiperbilirubinemia/ peningkatan kadar bilirubin dalam
darah/jaringan tubuh sehingga berpengaruh pada kulit, mukosa dan sclera bayi
berubah menjadi warna kuning. Warna normal bayi yang baru lahir yaitu pink, namun
dapat menjadi kuning akibat akumulasi bilirubin tak terkonjugasi yang berlebih.
Kejadian ikterus pada bayi baru lahir apabila kadar bilirubin darah 5 – 7 mg/dL, bayi
kuning merupakan gejala klinis bukan penyakit. Meskipun demikian harus ditangani
dengan baik agar tidak terjadi bilirubin enselopasti/lernikikterus. Sebab kernikikterus
dapat menyebabkan kerusakan neurologis yang ringan hingga berat bahkan dapat
menyebabkan kematian. Perlu diketahui keadian bayi kuning tidak hanya terjadi pada
bayi yang lahir normal saja namun bisa juga pada bayi premature akibat penumpukan
bilirubin dalam darah yang disebabkan fungsi hati yang belum bekerja secara
efisien/baik. Tidak hanya itu pada BBLR juga berisiko mengalami kuning, akibat
organ tubuh bayi belum berfungsi sepertihalnya dengan bayi matur, salah satu
kelainan yang dialami yaitu immature hati yang dapat memudahkan terjadinya
ikterus/kuning. Hal itu dapat terjadi kaibat belum sempurnanya fungsi hati yang
menyebabkan bikirubin indirek menjadi bilirubin direk terganggu dan kadar albumin
dalam darah yang memiliki peran dalam transportasi bilirubin dari jaringan ke sel hati
berkurang.

Faktor yang dapat mempengaruhi kejadian bayi kuning antaralain :


1. Faktor mental : RAS, ASI dan komplikais kehamilan.
2. Faktor neonates : Genetik, nutrisi, prematuritas dan BBLR.
3. Peningkatan jumlah sel darah merah.

Gejala klinis yang sering ditemukan pada bayi dengan hiperbilirubinemia antaralain

1. Kurusakan otak
2. Rasa kantuk
3. Tidak kuat menghisap ASI/susu formula
4. Muntah
5. Kejang
6. Mata terputar – putar keatas dan bisa menyebabkan kematian.
7. Efek jangka panjang : retardasi mental, kelumpuhan serebral, tuli, mata tidak
dapat bergerak keatas

Kejadia kasus pada nyonya Chaca yang bayinya mengalami kuning diakibatkan
kurangnya asupa ASI yang diberikan pada bayinya. Bayi yang kurang/tidak
mendapatkan ASI yang cuku saat menyusui dapat bermasalah karena tidak cukupnya
ASI yang masuk ke usus untuk memroses pembuangan bilirubin dari dalam tubuh, hal
ini yang menyebabkan terjadinya pada bayi premature yang ibunya tidak
memproduksi cukup ASI sehingga berdampak pada kejadian bayi kuning/ikterus.

D. Peran Perawat dalam Manajemen Stress


Stress sendiri merupakan suatu keadaan atau pengalaman emosional dimana
individu merasa tertekan atas perubahan atau peristiwa yang dialami dan berdampak
baik itu pada fisiologis yang ditandai dengan berkeringat, detak jantung meningkat,
gelisah, mudah letih), ada emosional yang ditandai dengan (cemas, takut, mudah
marah, suka murung), maupun kognitif yang ditandai dengan (tidak mampu
berkonsentrasi, khawatir, emosi tidak stabil) serta perilaku yang ditandai dengan tidak
nafsu makan, enggan bersosialisasi, tidak mampu relaks, menangis tanpa sebab dan
lain sebagainya. Maka dari itu diperlukan adanya manajemen stress yang mana hal ini
merupakan suatu bentuk upaya dalam mengatasi maupun menggelola stress sehingga
tingkat stress dan dampak negatif dari emosi yang dirasakan dapat berkurang. Secara
umum ada beberapa teknik yang bertujuan untuk mengelola stres, antara lain
psikoedukasi, pelatihan relaksasi, restrukturisasi kognitif, dan pelatihan pemecahan
masalah.
Tahapan dari manajemen sendiri ada tiga tahap yang pertama yaitu memahami
apa itu stress serta belajar dalam mengidentifikasi penyebab maupun sumber dari
stress itu sendiri, tahap yang kedua yaitu menemukan inti masalah serta mencari cara
alternatif untuk mengatasi (koping) stress dan tahap yang ketiga yaitu
mengimplementasikan cara yang telah dipelajari dalam mengatasi stress sehingga
individu tersebut dapat mengatasi permasalahan jika terjadi hal yang samaa. Dalam
melakukan manajemen stress tentunya diperlukan cara atau strategi dalam mengelola
stress yaitu yang pertama strategi fisik dengan mengatur gaya hidup yang sehat seperti
menjaga pola makan dan istirahat yang cukup, menenangkan diri dan melakukan
teknik relaksasi yang bermanfaat dalam mengatasi perasaan khawatir, kecemasan dan
depresi. Strategi yang kedua yaitu kognitif dan perilaku yaitu dengan cara selalu
berpikir positif, mengubah kebiasaan buruk, problem solving skill atau melatih
keterampilan dalam memecahkan masalah dengan tahapan meliputi: mengidentifikasi
permasalahan, merencanakan sebuah solusi, merealisasikan rencana, mengevaluasi
rencana serta solusi dan yang terakhir yaitu strategi sosial, hal ini juga berperan
penting karena dalam menurunkan stress individu memerlukan kelompok dukungan
baik itu keluarga, sahabat, saudara maupun orang-orang terdekat lainnya. Adapun
teknik-teknik dalam mengelola stres yang digunakan yaitu dengan menggunakan
teknik relaksasi dan teknik affirmasi positif, yang mana teknik relaksasi bertujuan
untuk mengurangi ketegangan fisik yang berpengaruh terhadap perilaku dan teknik
affirmasi positif yang bertujuan untuk menetralkan pikiran dan emosi yang negatif
menjadi emosi yang positif
Stress post partum sering terjadi pada ibu yang baru melahirkan dan tidak
mendapatkan bantuan untuk mengurus sang bayi dari lingkungan sekitar. Peran
perawat untuk mengurangi stress ibu primipara postpartum dengan menyiapkan
manajemen stress ibu primipara yaitu membantu dalam beradaptasi terhadap peran
baru yang dimilikinya untuk menjadi ibu.
Beberapa intervensi yang dapat dilakukan perawat untuk mengurangi kondisi
depresi postpostpartum, antara lain terapi pendidikan terstruktur, terapi thought
stopping, terapi managing our mood (MOM), terapi relaksasi, musik, dan intervensi
pemberian suplemen zat besi.
1. Terapi pendidikan terstruktur
Terapi pendidikan terstruktur bisa dilakukan dengan cara memberikan materi
secara personal dengan kunjungan ke rumah klien masing-masing. Terapi ini
efektif untuk memandirikan sang ibu karena ada tindak lanjut dari
pembelajaran yang ada di rumah sakit yang dapat direalisasikan lebih lanjut
secara personal oleh ibu primipara dirumah masing-masing. Terapi ini
ditujukan untuk ibu serta keluarganya agar dapat lebih memahami terkait
perawatan ibu sekaligus bayi yang dilahirkan.
2. Terapi thought stopping
Terapi thought stopping merupakan terapi kognitif yang menontrol pikiran
negatif ibu yang dapat memperberat keadaan stress yang dialami ibu primipara
sehingga menimbulkan emosi negatif. Terapi ini sangat berguna untuk
menurunkan kecemasan yang dialami oleh ibu primipara terkait peran barunya
sebagai ibu.
3. Terapi managing our mood (MOM)
Terapi managing our mood berperan mengenai kepuasan ibu sehingga
meredakan tingkat kecemasan yang sedang dirasakan ibu. Metode ini
dilakukan dengan cara diadakan beberapa sesi. Terdapat saat dimana ibu
dikirimi paket berisi bukungan dan video. Ibu diminta untuk mengikuti setiap
serangkaian pelatihan dari buku dan juga menonton video yang berisika
pengalaman para ibu yang juga mengalami depresi postpartum. Setiap minggu
ibu juga dapat bertanya/melaporkan terkait apa yang dia rasakan kepada para
perawat/pelatih yang sudah ada.
4. Terapi relaksasi musik
Terapi relaksasi musik ini selain diberikan dengan adanya audio, dapat juga
dikolaborasikan dengan yoga. Hal tersebut dapat membuat ibu rileks sehingga
terjadi penurunan tingkat kecemasan.
5. Terapi pemberian suplemen zat besi
Pemberian supplement besi terbukti dalam menurunkan tingkat depresi pada
ibu. Suplementasi zat besi dini secara signifikan meningkatkan simpanan zat
besi dan menurunkan tingkat defisiensi besi pada ibu. Khususnya,
suplementasi zat besi pada ibu dengan depresi postpartum dikaitkan dengan
penurunan skor epds yang signifikan dan tingkat peningkatan 42,8% untuk
depresi postpartum. selain itu, ada hubungan yang signifikan antara depresi
postpartum lanjutan dan kadar feritin yang lebih rendah pada 7 minggu
pascapersalinan.

E. Edukiasi Untuk Keluarga dan Suami


Mengenai edukasi kepada suami dan keluarga dari Ny. Caca, permasalahnnya
yaitu Ny. Caca kurang tidur karena mengurus bayi sendiri dikarenakan suami sibuk
bekerja sehingga Ny. Caca tidak pernah ditemani dan dibantu mengurus bayi. Edukasi
yang harus dilakukan yaitu dengan memberikan penjelasan kepada suami dan
keluarga bahwa perlunya dukungan dari suami dan keluarga terhadap ibu pasca
melahirkan, karena pasca melahirkan merupakan masa pemulihan yang terjadi setelah
persalinan yang dimulai pada saat persalinan hingga organ rahim kembali seperti
sebelum masa kehamilan. Pada masa ini ibu mengalami transisi sehingga beresiko
untuk mengalami krisis kehidupan, dimana ibu mengalami perubahan baik fisik
maupun psikologi sehingga dukungan suami dan keluarga sangat penting untuk
membantu ibu dalam beradaptasi.
Selain itu juga perlunya edukasi pada suami untuk dapat membagi waktu
antara pekerjaan dengan medampingi dan membantu istri untuk mengurus bayi,
karena menurut penelitian yang saya baca peran suami sangat penting pada ibu pasca
melahirkan karena dapat mengurangi resiko stress dan Baby Blues pada ibu pasca
melahirkan.
Apa saja peran suami yang harus dilakukan pada ibu pasca melahirkan
diantaranya yaitu dengan memberikan makanan bergizi untuk istri, mengajak istri
untuk melakukan olahraga ringan, membantu mengerjakan tugas sehari-hari,
membantu mengurus bayi, mengingatkan istri untuk memberikan ASI ekslusif,
memenuhi kebutuhan ibu dan bayi. Tujuan dari peran suami itu sendiri yaitu untuk
mengurangi tingkat stress yang dialami pada ibu pasca persalinan karena pada jurnal
yang saya baca ibu pasca persalinan mudah terkena gangguan psikologi pada masa
transisi atau peralihan ini, oleh karena itu ibu perlu dijaga dan diperhatikan oleh suami
agar tidak mudah stress, dan tidak boleh terlalu banyak mikir, tidak boleh terlalu
capek serta cukup istirahat agar dapat memperlancar ASI ekslusif pada ibu.

F. Konsep Teori Postpartum


Post partum merupakan suatu masa atau periode yang membutuhkan waktu
sekitar 6 Minggu dimana seorang ibu yang telah melahirkan mengalami perubahan
baik secara fisiologis maupun biologisnya. Pada perubahan fisiologis seorang ibu
akan mengalami perubahan - perubahan pada sistem reproduksinya mulai dari
involusio uteri yg artinya suatu proses dimana uterus kembali ke kondisi sebelum
hamil dengan berat sekitar 60 gram. Proses ini dimulai segera setelah plasenta lahir
akibat kontraksi otot-otot polos uterus. Perubahan kedua pada sistem reproduksinya
yaitu laktasi yang artinya keseluruhan proses menyusui mulai dari ASI (Air Susu Ibu)
diprosuksi sampai proses bayi menghisap dan menelan ASI. Perubahan ketiga pada
sistem reproduksi yaitu perubahan hormonal yang artinya bahwa pada saat ibu hamil
maka hormon progesteron akan meningkat sedangkan saat sudah melahirkan maka
hormon tersebut akan turun.
Pada perubahan biologis selama masa post partum ibu akan mengalami perubahan
yang mendadak pada emosionalnya terutama berupa kekecewaan, rasa sakit pada
masa nifas awal, kelelahan karena kurang tidur selama persalinan dan kecemasan
pada kemampuannya untuk merawat bayinya.Periode post partum menurut rubin,
1971 (Bobak, 2005) dalam Kirana, 2015 dibagi menjadi tiga fase penyesuaian ibu
terhadap perannya sebagai orang tua, yaitu
1. Taking In Phase : pada tahap ini seorang ibu akan menggantungkan penuh
hidupnya pada orang lain.
2. Taking Hold Phase
3. Letting Go Phase

G. Gangguan Pada Post Partum pada Ny. Chacha


Berdasarkan jurnal yang saya baca, Ny. Chacha mengalami Postpartum Blues
atau yang sering disebut dengan istilah Baby Blues. Baby blues adalah gangguan
perasaan karena adanya proses adaptasi terhadap kelahiran bayi. Gangguan ini
muncul pada hari pertama melahirkan sampai 2 minggu setelah melahirkan. Gejala
ringan yang muncul seperti mudah menangis, perasaan kehilangan dan merasa
memiliki penuh tanggung jawab. Kemudian, ibu juga sering merasa lelah, sulit
berkonsentrasi, mudah tersinggung dan dapat mengalami gangguan tidur dan pola
makan (Perry et al, 2010 dalam Fatmawati, 2015). Meskipun Ny. Chacha masih
mengalami Postpartum blues dengan gejala yang ringan dan dianggap sebagai hal
yang normal, gejala ini dapat semakin parah menjadi gejala depresi mayor. Menurut
Reck et al. (2009) ibu yang mengalami postpartum blues sebanyak lebih dari 20%
akan memiliki gejala depresi mayor selama satu tahun setelah persalinan. Sehingga
gejala yang dialami Ny. Chacha harus segera ditangani agar tidak berkembang
menjadi depresi mayor bahkan dalam kondisi yang paling parah, keadaan ini dapat
berkembang menjadi postpartum psikosis. Menurut penelitian yang dilakukan
Fatmawati (2015), terdapat faktor risiko yang paling berpengaruh untuk terjadinya
kejadian postpartum blues, yaitu ibu yang berusia dibawah atau sama dengan 20
tahun.
DAFTAR PUSTAKA

Cindritsya, Grace, Minar. (2019). Dukungan Suami dengan Kejadian Depresi Pasca
Melahirkan. E-journal Keperawatan. Vol 7(2):1-9.
Mathindas, S., Wilar, R., & Wahani, A. (2013). Hiperbilirubinemia Pada Neonatus. Jurnal
Biomedik (Jbm), 5(1). https://doi.org/10.35790/jbm.5.1.2013.2599
Mauliku, N. E. (2009). Faktor-Faktor pada Ibu Bersalin yang Berhubungan dengan Kejadian
Hiperbilirubinemia pada Bayi Baru Lahir di Rumah Sakit Dustira Cimahi Tahun
2009. Jurnal Kesehatan Prima, 16–25.
Rafie, R., & Ambar, N. (2017). Pengaruh berat badan lahir rendah terhadap ikterus
neonatorum pada neonatus di ruang perinatologi RSUD karawang provinsi Jawa
Barat tahun 2016. Jurnal Ilmu Kedokteran Dan Kesehatan, 4, 12–17.
Kirana, Yuke. 2015. Hubungan Tingkat Kecemasan Post Partum dengan Kejadian Post
Partum Blues di Rumah Sakit Dustira Cimahi. Jurnal Ilmu Keperawatan, III(1).
Mufdillah, Subijanto, Endang & Sutisna, and Muhammad Akhyar. 2017. Peduli ASI Ekslusif
Buku Pedoman Pemberdayaan Ibu Menyusui Pada Program ASI Ekslusif.
yogyakarta.
Wattimena, Inge, and Yesiana Dwi W. Werdani. 2015. “Manajemen Laktasi Dan
Kesejahteraan Ibu Menyusui.” Jurnal Psikologi 42(3): 231.
Riza Umami, Nunik Puspitasari. (2007). Peran Suami Selama Proses Kehamilan Sampai
Nifas Istri. The Indonesian Journal of Public Health. Vol 3(3):101-107.
Effi M Hafis. (2007). Hubungan Peran Suami Dan Orangtua Dengan Perilaku Ibu Hamil
Dalam Pelayanan Antenatal Dan Persalinan Di Wilayah Puskesmas Kecamatan
Sedan Kabupaten Rembang. Jurnal Promosi Kesehatan Indonesia. Vol 2(02): 87-
97.
Andromeda. Stress Management Training: Strategi Pengelolaan Stres Pengasuhan Untuk
Orang Tua Yang Memiliki Anak Difabel. Jurnal Psikologi Ilmiah, 10 (3) (2018).
Hanum Lathifa, dkk. Penerapan Manajemen Stres Berkelompok dalam Menurunkan Stres
pada Lanjut Usia Berpenyakit Kronis. Jurnal Psikologi Volume 43, Nomor 1,
2016: 42 – 51
Segarahayu Rizky D. Pengaruh Manajemen Stres Terhadap Penurunan Tingkat Stres Pada
Narapidana Di LPW Malang. Jurnal Psikologi, 2013, hal: 3-6
Fatmawati, Diah Ayu. 2015. Faktor Risiko yang Berpengaruh terhadap Kejadian Postpartum
Blues. Jurnal Edu Health: Vol. 5 No. 2, September 2015
Yusrina, A., & Devy, S. R. (2017). Faktor Yang Mempengaruhi Niat Ibu Memberikan Asi
Eksklusif Di Kelurahan Magersari, Sidoarjo. Jurnal PROMKES, 4(1), 11.
https://doi.org/10.20473/jpk.v4.i1.2016.11-21

Anda mungkin juga menyukai