Anda di halaman 1dari 27

TUGAS ANALISIS KEUANGAN DAERAH

UJIAN AKHIR SEMESTER

Disusun Oleh:
Hillary Netty Habsari F0116049

Pembimbing:
Sumardi, S.E. , M.Si

PROGRAM STUDI EKONOMI PEMBANGUNAN


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2020
2

1. Berikut adalah data anggaran dan realisasi Belanja Daerah Kabupaten Morina Raya
Tahun Anggaran 2017 dan 2018.

URAIAN A_2017 R_2017 A_2018 R_2018


1.536.261.849.57 1.426.590.994.80 1.495.020.955.57 1.372.756.745.59
Belanja Tidak Langsung
5 7 6 0
1.213.560.275.39 1.110.360.097.60 1.125.360.033.79 1.005.408.810.41
Belanja Pegawai
6 7 7 0
Belanja Subsidi 411.804.000 42.480.000 411.804.000 24.880.000
Belanja Hibah 16.994.260.000 12.447.000.000 16.844.600.000 15.170.200.000
Belanja Bantuan Sosial 4.140.640.000 3.717.276.000 6.910.000.000 6.683.350.000
Belanja Bagi Hasil 4.759.706.000 4.759.706.000 4.858.491.000 4.858.491.000
Belanja Bantuan Keuangan 295.395.164.179 295.254.455.200 338.636.026.779 338.636.026.200
Belanja Tidak Terduga 1.000.000.000 9.980.000 2.000.000.000 1.974.987.980
1.023.844.572.18
Belanja Langsung 848.474.137.628 719.872.800.833 940.434.322.597
8
Belanja Pegawai 102.418.788.978 85.523.038.641 123.561.458.328 117.010.825.683
Belanja Barang dan Jasa 271.999.223.387 205.298.222.872 363.788.749.555 320.208.218.413
Belanja Modal 474.056.125.263 429.051.539.320 536.494.364.305 503.215.278.501
2.384.735.987.20 2.146.463.795.64 2.518.865.527.76 2.313.191.068.18
BD
3 0 4 7
Tugas :

Berdasarkan data di atas, buatlah analisis belanja tidak langsung, analisis belanja
langsung dan analisis belanja daerah Kabupaten Morina Raya !!.

Berikut merupakan tahapan-tahapan dalam analisis belanja agar daerah


menggunakan APBD secara ekonomis, efisien, dan efektif.
a) Analisis Varians Belanja
Analisis Varians merupakan perbedaan atau selisih antara realisasi belanja
dengan anggaran belanja. Rumus Analisis Varians Belanja :
Varians Belanja = Realisasi Belanja – Anggaran Belanja
Adapun criteria penilaian varians belanja, perbandingan diukur dengan kriteria
pengukuran kinerja keuangan dengan:

Kriteria Varians Belanja Ukuran


Baik Realisasi Belanja < Anggaran Belanja
Kurang Baik Realisasi Belanja > Anggaran Belanja

Berdasarkan pada data tersebut maka diketahui :

Uraian Anggaran 2017 Realisasi 2017 Varians Belanja Keterangan


Belanja Tidak Langsung Rp 1,536,261,849,575 Rp 1,426,590,994,807 Rp (109,670,854,768) Baik
Belanja Pegawai Rp 1,213,560,275,396 Rp 1,110,360,097,607 Rp (103,200,177,789) Baik
3

Belanja Subsidi Rp 411,804,000 Rp 42,480,000 Rp (369,324,000) Baik


Belanja Hibah Rp 16,994,260,000 Rp 12,447,000,000 Rp (4,547,260,000) Baik
Belanja Bantuan Sosial Rp 4,140,640,000 Rp 3,717,276,000 Rp (423,364,000) Baik
Belanja Bagi Hasil Rp 4,759,706,000 Rp 4,759,706,000 - Baik
Belanja Bantuan Keuangan Rp 295,395,164,179 Rp 295,254,455,200 Rp (140,708,979) Baik
Belanja Tidak Terduga Rp 1,000,000,000 Rp 9,980,000 Rp (990,020,000) Baik
Belanja Langsung Rp 848,474,137,628 Rp 719,872,800,833 Rp(128,601,336,795) Baik
Belanja Pegawai Rp 102,418,788,978 Rp 85,523,038,641 Rp (16,895,750,337) Baik
Belanja Barang dan Jasa Rp 271,999,223,387 Rp 205,298,222,872 Rp (66,701,000,515) Baik
Belanja Modal Rp 474,056,125,263 Rp 429,051,539,320 Rp (45,004,585,943) Baik
BD Rp 2,384,735,987,203 Rp 2,146,463,795,640 Rp (238,272,191,563) Baik

Pada tahun 2017, belanja daerah yakni belanja tidak langsung dan belanja
langsung (termasuk komponennya) memiliki kinerja keuangan pada Kabupaten
Morina Raya dikatakan baik, dikarenakan realisasi lebih kecil dibandingkan
anggarannya. Anggaran Belanja Tidak Langsung memiliki Anggaran sebesar Rp
1,536,261,849,575 dan realisasi sebesar Rp 1.426.590.994.807, dengan selisih sebesar
–(Rp 109.670.854.768). Anggaran belanja pegawai adalah Rp.1.213.560.275.396, dan
realisasinya yakni Rp.1.110.360.097.607, dan selisih sebesar –(Rp 103.200.177.789)
dari anggaran. Anggaran belanja subsidi adalah Rp.411.804.000 dan realisasinya
yakni Rp.42.480.000 dan selisih sebesar –(Rp 369.324.000) dari anggaran. Anggaran
belanja hibah adalah Rp. 16.994.260.000 dan realisasinya yakni Rp. 12.447.000.000
dengan selisih sebesar –(Rp 4.547.260.000) dari anggaran. Anggaran belanja bantuan
sosial adalah Rp. 4.140.640.000 dan realisasinya yakni Rp. 3.717.276.000 dengan
selisih sebesar –(Rp 423.364.000) dari anggaran. Anggaran belanja bagi hasil adalah
Rp. 4.759.706.000 dan realisasinya yakni Rp. 4.759.706.000 dengan selisih sebesar
Rp 0. Anggaran belanja bantuan keuangan adalah Rp. 295.395.164.179 dan
realisasinya yakni Rp. 295.254.455.200 dengan selisih sebesar –(Rp 140.708.979)
dari anggaran. Anggaran belanja tidak terduga adalah Rp 1.000.000.000 dan
realisasinya yakni Rp. 9.980.000 dengan selisih sebesar –(Rp 990.020.000) dari
anggaran. Selanjutnya untuk Belanja langsung memiliki anggaran sebesar Rp
848.474.137.628, realisasi sebesar Rp 719.872.800.833, dan selisih yakni –(Rp
128.601.336.795). Anggaran belanja pegawai sebesar 102.418.788.978, realisasinya
sebesar Rp 85.523.038.641, dan selisih sebesar –(Rp 16.895.750.337). anggaran
Belanja barang dan jasa yaitu Rp 271.999.223.387, realisasi sebesar Rp
205.298.222.872, dan selisih sebesar - Rp(66,701,000,515). Anggaran belanja modal
4

yaitu Rp 474.056.125.263, realisasinya yakni Rp 429.051.539.320, dan selisih sebesar


- Rp(45,004,585,943).
Anggaran belanja daerah secara keseluruhan yakni Rp 2.384.735.987.203,
realisasi anggaran yakni Rp 2.146.463.795.640, dan selisihnya yaitu - Rp
(238,272,191,563). Berdasarkan analisis varians belanja , maka dapat disimpulkan
bahwa pada tahun 2017 varians belanja untuk menilai kinerja keuangan daerah dapat
dikatakan baik dikarenakan nilai realisasi belanja tahun 2017 lebih kecil daripada
anggaran belanja tahun 2017.

Uraian Anggaran 2018 Realisasi 2018 Varians Belanja Keterangan


Belanja Tidak Langsung Rp 1,495,020,955,576 Rp 1,372,756,745,590 Rp (122,264,209,986) Baik
Belanja Pegawai Rp 1,125,360,033,797 Rp 1,005,408,810,410 Rp (119,951,223,387) Baik
Belanja Subsidi Rp 411,804,000 Rp 24,880,000 Rp (386,924,000) Baik
Belanja Hibah Rp 16,844,600,000 Rp 15,170,200,000 Rp (1,674,400,000) Baik
Belanja Bantuan Sosial Rp 6,910,000,000 Rp 6,683,350,000 Rp (226,650,000) Baik
Belanja Bagi Hasil Rp 4,858,491,000 Rp 4,858,491,000 Rp - Baik

Belanja Bantuan Keuangan Rp 338,636,026,779 Rp 338,636,026,200 Rp (579) Baik


Belanja Tidak Terduga Rp 2,000,000,000 Rp 1,974,987,980 Rp (25,012,020) Baik
Belanja Langsung Rp 1,023,844,572,188 Rp 940,434,322,597 Rp (83,410,249,591) Baik
Belanja Pegawai Rp 123,561,458,328 Rp 117,010,825,683 Rp (6,550,632,645) Baik
Belanja Barang dan Jasa Rp 363,788,749,555 Rp 320,208,218,413 Rp (43,580,531,142) Baik
Belanja Modal Rp 536,494,364,305 Rp 503,215,278,501 Rp (33,279,085,804) Baik
BD Rp 2,518,865,527,764 Rp 2,313,191,068,187 Rp (205,674,459,577) Baik

Pada tahun 2018, belanja daerah yakni belanja tidak langsung dan belanja
langsung (termasuk komponennya) memiliki kinerja keuangan pada Kabupaten
Morina Raya dikatakan baik, dikarenakan realisasi lebih kecil dibandingkan
anggarannya. Anggaran Belanja Tidak Langsung memiliki Anggaran sebesar Rp
1.495.020.955.576 dan realisasi sebesar Rp 1.372.756.745.590, dengan selisih sebesar
- Rp(122,264,209,986). Anggaran belanja pegawai adalah Rp. 1.125.360.033.797, dan
realisasinya yakni Rp. 1.005.408.810.410. dengan selisih sebesar –(Rp
119.951.223.387). Anggaran belanja subsidi adalah Rp. 411.804.000 dan realisasinya
yakni Rp. 24.880.000, dengan selisih sebesar –(Rp 386.924.000). Anggaran belanja
hibah adalah Rp. 16.844.600.000 dan realisasinya yakni Rp. 15.170.200.000, dengan
selisih sebesar –Rp.1.674.400.000. Anggaran belanja bantuan sosial adalah Rp.
6.910.000.000 dan realisasinya yakni Rp. 6.683.350.000 dengan selisih sebesar –Rp
226.650.000. Anggaran belanja bagi hasil adalah Rp. 4.858.491.000 dan realisasinya
yakni Rp. 4.858.491.000 dengan selisih sebesar Rp 0. Anggaran belanja bantuan
5

keuangan adalah Rp. 338.636.026.779 dan realisasinya yakni Rp. 338.636.026.200,


dengan selisih sebesar –Rp.579. Anggaran belanja tidak terduga adalah Rp
2.000.000.000 dan realisasinya yakni Rp. 1.974.987.980, dengan selisih sebesar –Rp.
25.012.020. Selanjutnya untuk Belanja langsung memiliki anggaran sebesar Rp
1.023.844.572.188, realisasi sebesar Rp 940.434.322.597, dan selisih yakni –(Rp
83.410.249.591). Anggaran belanja pegawai sebesar Rp 123.561.458.328, realisasinya
sebesar Rp 117.010.825.683, dan selisih sebesar –(Rp 6.550.632.645). Anggaran
Belanja barang dan jasa yaitu Rp 363.788.749.555, realisasi sebesar Rp
2320.208.218.413, dan selisih sebesar - Rp(43.580.531.142). Anggaran belanja modal
yaitu Rp 536.494.364.305, realisasinya yakni Rp 503.215.278.501, dan selisih sebesar
- Rp(33.279.085.804).
Anggaran belanja daerah secara keseluruhan yakni Rp 2.518.865.527.764,
realisasi anggaran yakni Rp 2.313.191.068.187, dan selisihnya yaitu - Rp
(205.674.459.577). Berdasarkan analisis varians belanja , maka dapat disimpulkan
bahwa pada tahun 2018 varians belanja untuk menilai kinerja keuangan daerah dapat
dikatakan baik dikarenakan nilai realisasi belanja tahun 2018 lebih kecil daripada
anggaran belanja tahun 2018.

b) Analisis Pertumbuhan Belanja


Analisis Pertumbuhan Belanja mengukur seberapa besar kemampuan
pemerintah daerah dalam mempertahankan dan meningkatkan keberhasilan yang
dicapai dari periode berikutnya. Pertumbuhan belanja daerah dapat dihitung dengan
rumus berikut :
Realisasi Belanja Thnt ― Realisasi Belanja THnt ― 1
Pertumbuhan Belanja Thn t =
Realisasi Belanjat ― 1

Adapun kriteria penilaian pertumbuhan belanja, perbandingan diukur dengan


criteria pengukuran kinerja keuangan yakni :

Kriteria Penilaian Pertumbuhan Belanja Ukuran Pertumbuhan Belanja


Naik Positif
Turun Negatif
6

Analisis pertumbuhan belanja Kabupaten Morina Raya tahun Anggaran 2017


dan 2018 :

Keterangan
Uraian Realisasi 2017 Realisasi 2018 Pertumbuhan
Negatif
Belanja Tidak Langsung Rp 1,426,590,994,807 Rp 1,372,756,745,590 -3.77363 %
Negatif
Belanja Pegawai Rp 1,110,360,097,607 Rp 1,005,408,810,410 -9.452 %
Negatif
Belanja Subsidi Rp 42,480,000 Rp 24,880,000 -41.4313 %
Positif
Belanja Hibah Rp 12,447,000,000 Rp 15,170,200,000 21.87836 %
Positif
Belanja Bantuan Sosial Rp 3,717,276,000 Rp 6,683,350,000 79.7916 %
Positif
Belanja Bagi Hasil Rp 4,759,706,000 Rp 4,858,491,000 2.075443 %
Positif
Belanja Bantuan Keuangan Rp 295,254,455,200 Rp 338,636,026,200 14.69294 %
Positif
Belanja Tidak Terduga Rp 9,980,000 Rp 1,974,987,980 19689.46 %
Positif
Belanja Langsung Rp 719,872,800,833 Rp 940,434,322,597 30.63896 %
Positif
Belanja Pegawai Rp 85,523,038,641 Rp 117,010,825,683 36.8179 %
Positif
Belanja Barang dan Jasa Rp 205,298,222,872 Rp 320,208,218,413 55.97223 %
Positif
Belanja Modal Rp 429,051,539,320 Rp 503,215,278,501 17.28551 %
Positif
BD Rp 2,146,463,795,640 Rp 2,313,191,068,187 7.767532 %

Berdasarkan pada tabel di atas pertumbuhan pada tahun 2018, pertumbuhan


belanja tidak langsung yaitu -3.77363% . Pertumbuhan belanja pegawai yakni sebesar
-9.452 %. Pertumbuhan belanja subsidi yakni sebesar -41,4313%. Pertumbuhan
belanja hibah yakni sebesar -21.87836 %. Pertumbuhan belanja bantuan sosial yakni
sebesar 79.7916 %. Pertumbuhan belanja bagi hasil yakni sebesar 2.075443 %.
Pertumbuhan belanja bagi bantuan keuangan yakni sebesar 14.69294 %. Pertumbuhan
belanja tidak terduga yakni sebesar 19689.46%. Pertumbuhan belanja Langsung yakni
sebesar 30.63896 %. Pertumbuhan belanja pegawai yakni sebesar 36.8179 %.
Pertumbuhan belanja barang dan jasa yakni sebesar 55.97223 %. Pertumbuhan
belanja modal yakni sebesar 17.28551 %. Selanjutnya secara keseluruhan
pertumbuhan belanja daerah kabupaten Morina Raya tahun 2018 yakni 7.767532%
sehingga memiliki ukuran pertumbuhan belanja positif.

c) Analisis Keserasian Belanja Daerah


Analisis keserasian belanja daerah merupakan analisis yang di mana titik focus
analisis berada pada tiga fungsi utama anggaran, yaitu sebagai alat distribusi, alokasi,
7

dan stabilisasi. Keserasian Belanja adalah keseimbangan antar belanja. Keserasian


belanja bagi pemerintah daerah bermanfaat dalam mengalokasikan keseluruhan
belanja sesuai dengan kebutuhan rencana kerja anggaran.Analisis keserasian belanja
daerah meliputi :
1. Analisis Belanja Operasi Terhadap Total Belanja
Analisis Belanja Operasi Total Belanja merupakan perbandingan antara total
belanja operasi dengan total belanja daerah. Rasio ini menginformasikan kepada
pembaca laporan mengenai porsi belanja daerah yang dialokasikan untuk belanja
operasi.
Realisasi Belanja Operasi
Rasio Belanja Operasi thd Total Belanja =
Total Belanja Daerah
Berikut adalah perhitungan dari Belanja Operasi dari Kabupaten Morina Raya
tahun 2017 dan 2018

Uraian 2017 2018


Belanja Pegawai Rp 1,195,883,136,248 Rp 1,122,419,636,093
Belanja Subsidi Rp 42,480,000 Rp 24,880,000
Belanja Barang dan Jasa Rp 205,298,222,872 Rp 320,208,218,413
Belanja Hibah Rp 12,447,000,000 Rp 15,170,200,000
Belanja Bantuan Sosial Rp 3,717,276,000 Rp 6,683,350,000

Total Belanja Operasi Rp 1,417,388,115,120 Rp 1,464,506,284,506

Rasio Belanja Operasi tahun 2017 dan 2015

Tahun Total Belanja Operasi Total Belanja Rasio Belanja Operasi


2017 Rp 1,433,552,391,120 Rp 2,146,463,795,640 66.79%
2018 Rp 1,464,506,284,506 Rp 2,313,191,068,187 63.31%

65.05%
Rata - Rata
Berdasarkan analisis belanja operasi yang telah dilakukan mengenai Kinerja
Keuangan Kabupaten Morina Raya, dapat disimpulkan bahwa pada tahun 2017
rasio belanja operasi yakni sebesar 66,79% dari total belanja daerah. Kemudian
pada tahun 2018, hasil perhitungan rasio belanja operasi Kabupaten Monari Raya
yakni mengalami penurunan menjadi 63,31%. Penurunan ini terjadi karena
realisasi belanja operasi Kabupaten Monari Raya pada tahun 2018 banyak yang
berada dibawah target. Nilai rata – rata rasio belanja operasi sebesar 65,05%
dikatakan serasi karena kurang dari 100% maka penghematan anggaran berjalan
8

dengan baik. Hal ini menunjukkan bahwa semakin tinggi pendapatan pemerintah
Kabupaten Monari Raya maka akan meningkatnya total belanja operasi.
2. Analisis Belanja Modal terhadap Total Belanja
Analisis Belanja Modal terhadap Total Belanja merupakan perbandingan
antara total realisasi belanja modal dengan total belanja daerah. Rasio Belanja
modal ini dirumuskan sebagai berikut :
Realisasi Belanja Modal
Rasio Belanja Modal thd Total Belanja =
Total Belanja Daerah
Rasio Belanja Modal tahun 2017 dan 2018

Tahun Total Belanja Operasi Total Belanja Rasio Belanja Operasi


2017 Rp 429,051,539,320 Rp 2,146,463,795,640 19.99%
2018 Rp 503,215,278,501 Rp 2,313,191,068,187 21.75%
  Rata-Rata 20.87%
Berdasarkan perhitungan rasio belanja modal, pada tahun 2017 realisasi
belanja modal Kabupaten Monari Raya meiliki pengaruh sebesar 19,99% terhadap
total belanja daerah, sedangkan pada tahun 2018 mengalami peningkatan sehingga
menjadi 21,75%. Nilai rata-rata rasio belanja modal sebesar 20,87% sehingga
dapat dikatakan seimbang karena berada pada kriteria 5-20% dari total belanja.
Hal ini menunjukkan sebagian besar dana yang dimiliki Pemerintah Kabupaten
Monari Raya masih diprioritaskan untuk belanja operasi sehingga belanja modal
relatif kecil. Hal ini dapat dilihat dari rata – rata rasio operasi yang masih besar
dibandingkan dengan rata – rata rasio belanja modal. Besarnya alokasi dana untuk
belanja operasi terutama dikarenakan besarnya belanja pegawai untuk belanja gaji,
tunjangan PNS Daerah, Tambahan penghasilan, Tunjangan Operasional
KDH/WKDH dan penerimaan Pimpinan dan Anggota DPRD, Biaya pemungutan
Pajak Daerah, Honorarium PNS/Non PNS dan uang Lembur. Hal ini
menunjukkan bahwa Pemerintah Kabupaten Monari Raya lebih pada pengeluaran
– pengeluaran rutin untuk pemenuhan aktivitas.
3. Analisis Belanja Langsung dan Tidak Langsung
Analisis Belanja Langsung dan Belanja Tidak Langsung bermanfaat untuk
kepentingan manajemen internal pemerintah daerah, yaitu untuk pengendalian
biaya dan pengendalian pengendalian anggaran. Rasio Belanja Langsung
dirumuskan sebagai berikut :
9

Total Belanja Langsung


Rasio Belanja Langsung thd Total Belanja =
Total Belanja Daerah

Sedangkan rasio belanja tidak langsung dirumuskan sebagai berikut :

Total BelanjaTidak Langsung


Rasio Belanja Tidak Langsung thd Total Belanja =
Total Belanja Daerah

Berikut adalah Rasio Belanja Langsung tahun 2017 dan 2018

Tahun Total Belanja Langsung Total Belanja Rasio Belanja Langsung


2017 Rp 719,872,800,833 Rp 2,146,463,795,640 33.54%
2018 Rp 940,434,322,597 Rp 2,313,191,068,187 40.66%
  Rata - Rata 37.10%
Pada tahun 2017 total belanja langsung adalah Rp 719,872,800,833 dan total
belanja yakni Rp 2,146,463,795,640, sedangkan rasio belanja langsung yaitu
33,54%. Pada tahun 2018 total belanja langsung adalah Rp 940,434,322,597 dan
total belanja yakni Rp 2,313,191,068,187, sedangkan rasio belanja langsung yaitu
40.66%. Nilai rata-rata belanja langsung Kabupaten Monari Raya tahun 2017 dan
2018 yakni sebesar 37,10%.

Berikut adalah Rasio Belanja Tidak Langsung tahun 2017 dan 2018

Tahun Total Belanja Tidak Langsung Total Belanja Rasio BelanjaTidak Langsung
2017 Rp 1,426,590,994,807 Rp 2,146,463,795,640 66.46%
2018 Rp 1,372,756,745,590 Rp 2,313,191,068,187 59.34%
  Rata - Rata 62.90%

Pada tahun 2017 total belanja tidak langsung adalah Rp 1,426,590,994,807 dan
total belanja yakni Rp 2,146,463,795,640, sedangkan rasio belanja tidak langsung
yaitu 66.46%. Pada tahun 2018 total belanja tidak langsung adalah Rp
1,372,756,745,590 dan total belanja yakni Rp 2,313,191,068,187, sedangkan rasio
belanja tidak langsung yaitu 59,34%. Nilai rata-rata belanja tidak langsung
Kabupaten Monari Raya tahun 2017 dan 2018 yakni sebesar 62,90%.

d) Rasio Efisiensi Belanja


Rasio efisiensi belanja merupakan perbandingan antara realisasi belanja dengan
anggaran belanja. Rasio efisiensi belanja ini digunakan untuk mengukur tingkat
10

penghematan anggaran yang dilakukan pemerintah. Rasio efisiensi belanja


dirumuskan sebagai berikut :
Realisasi Belanja
Rasio Efisiensi Belanja = × 100 %
Anggaran Belanja
Kriteria penilaian efisiensi belanja

Kriteria penilaian efisiensi belanja Keterangan


Kurang dari 100% Efisien
Lebih dari 100% Tidak Efisien

Rasio efisiensi belanja Kabupaten Monari Raya tahun 2017 dan 2018

Tahun Realisasi Belanja Anggaran Belanja Persentase Efisiensi Belanja Keterangan


2017 Rp 2,146,463,795,640 Rp 2,384,735,987,203 90.01 Efisien
2018 Rp 2,313,191,068,187 Rp 2,518,865,527,764 91.83 Efisien
Berdasarkan perhitungan efisiensi belanja Kabupaten Monari Raya tahun 2017
dan 2018 telah efisien. Persentase tahun 2017 dan 2018 masih berada di bawah 100%
yakni tahun 2017 adalah 90,01% dan tahun 2018 sebesar 91,83%. Pemerintah
Kabupaten Monari Raya berada pada predikat kurang dari 100%. Maka dikatakan
kategori efisien dalam penggunaan anggaran belanja daerah yang dimiliki sehingga
tercapai penghematan anggaran. Hal ini menunjukkan bahwa adanya peningkatan
pengelolaan anggaran belanja Pemerintah Kabupaten Monari Raya. Tahun 2017 dan
2018, rata rata rasio efisiensi belanja daerah Pemerintah Kabupaten Monari Raya
sudah mampu meminimalkan penggunaan sumber daya (anggaran belanja daerah)
yang ada tetapi belum maksimal dalam penggunaan sumber anggaran yang dimiliki.

2. Berikut adalah data Anggaran dan Realisasi Keseimbangan APBD pada tahun 2018 :

Kota Palang Bambu Kota Palang Batu


Uraian
Anggran Realisasi Anggaran Realisasi
Pendapatan 1.707.649.928 1.712.184.966 877.849.094.0 880.950.699
Daerah .715 .496 00 .052
1.871.886.728 1.652.579.864 1.136.298.935 849.474.262
Belanja Daerah
.650 .394 .000 .275
- B. Tidak 1.300.816.697 1.159.533.183 922.433.335.0 859.815.207
Langsung .106 .849 00 .950
571.070.031.5 493.046.680.5 213.865.600.0 314.049.471
- B. Langsung
44 45 00 .548
- -
59.605.102.10 31.476.436.
Surplus/(Defisit) 164.236.799.9 258.449.841.0
2 777
35 00
Penerimaan 179.501.799.9 179.606.948.8 265.449.841.0 265.528.816
11

Pembiayaan 35 02 00 .825
Pengeluaran 15.265.000.00 14.256.075.00 7.000.000.0
7.000.000.000
Pembiayaan 0 0 00
Pembiayaan 164.236.799.9 165.350.873.8 258.449.841.0 258.528.816
Netto 35 02 00 .825
224.955.975.9 290.005.253
SiLPA - -
04 .602

Tugas :
Hitung dan jelaskan perbandingan : (i) Efektivitas Pendapatan Daerah dan Belanja
Daerah; (ii) Analisis Surplus Defisit Keseimbangan APBD; dan (iii) Analisis Rincian
SiLPA dari kedua kota tersebut diatas.
i. Efektivitas Pendapatan Daerah dan Belanja Daerah

Setiap pelaksanaan anggaran program dan kegiatan dapat diukur sejauhmana


tingkat efektivitasnya dengan cara membandingkan realisasi anggaran dengan target
anggaran belanja yang ditetapkan sebelumnya. Formulasi efektivitas dapat dirumuskan :

Realisasi
Efektivitas = x 100%
Target
Tingkat efektivitas pelaksanaan anggaran program dan kegiatan tersebut dapat
dinilai dalam beberapa kategori yaitu sebagai berikut :
- Jika hasil perbandingan > 100% : sangat efektif
- Jika hasil perbandingan 90% - 100% : efektif
- Jika hasil perbandingan 80% - 90% : cukup efektif
- Jika hasil perbandingan 60% - 80% : kurang efektif
- Jika hasil perbandingan < 60% : tidak efektif
Berikut adalah perhitungan efektivitas Pendapatan Daerah dan Belanja Daerah
Kota Palang Bambu dan Kota Palang Batu tahun 2018

Pendapatan Daerah
Kota Anggaran Realisasi Efektivitas Keterangan
Palang Bambu Rp 1,707,649,928,715 Rp 1,712,184,966,496 100.27% Sangat Efektif
Palang Batu Rp 887,849,094,000 Rp 880,950,699,052 99.22% Efektif

Kota Belanja Daerah Efektivitas Keterangan


12

Anggaran Realisasi
Palang Bambu Rp 1,871,886,728,650 Rp 1,652,579,864,394 88.28% Cukup Efektif
Palang Batu Rp 1,136,298,935,000 Rp 849,474,262,275 74.76% Kurang Efektif

Berdasarkan perhitungan diatas diketahui, Kota Palang Bambu pada tahun 2018
memiliki target pendapatan daerah Rp 1,707,649,928,715 dan direalisasikan sebesar Rp
1,712,184,966,496 sehingga tingkat efektivitasnya sebesar 100,27% dan dikatakan
sangat efektif . Sedangkan belanja daerah memiliki target sebesar Rp 1,871,886,728,650
dan direalisasikan sebesar Rp 1,652,579,864,394, maka tingkat efektivitasnya yaitu
88.28%, hal ini dapat dikatakan cukup efektif. Belanja daerah dikatakan cukup efektif
karena realisasi dari belanja daerah masih kurang daripada besar yang telah ditargetkan.
Target pendapatan Kota Palang Batu pada tahun 2018 adalah sebesar Rp
887,849,094,000 dan direalisasikan sebesar Rp 880,950,699,052 dengan tingkat
efektivitas sebesar 99,22% artinya realisasi dari pendapatan daerah sudah efektif.
Sedangkan pada belanja daerah, target tahun 2018 yaitu Rp 1,136,298,935,000 dan
direalisasikan sebesar Rp 849,474,262,275, dengan tingkat efektivitas sebesar 74.76%
artinya kurang efektif. Keadaan ini terjadi karena tingkat realisasi belanja daerah masih
jauh dibawah target.

ii. Analisis Surplus Defisit Keseimbangan APBD


Surplus anggaran terjadi bila anggaran pendapatan daerah diperkirakan lebih besar
dari anggaran belanja daerah. Sedangkan deficit anggaran terjadi apabila anggaran
pendapatan daerah diperkirakan lebih kecil dari anggaran belanja daerah. Pada Kota
Palang Bambu pada tahun 2018, anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah memiliki
target deficit sebesar – Rp 164.236.799.935, sedangkan realisasainya kota Palang Bambu
memiliki surplus sebsar Rp 59.605.102.102. Kota Palang Batu juga memiliki deficit
target sebesar Rp 258.449.841.000, dan terjadi surplus pada realisasi yakni sebesar Rp
31.476.436.777. Pada realisasinya, kedua kota tersebut yakni Kota Palang Bambu dan
Kota Palang Batu memiliki tingkat pendapatan daerah yang lebih tinggi dibandingkan
dengan belanja daerah oleh karena itu hal tersebut menyebabkan posisi surplus pada
APBD. Dengan begitu, surplus anggaran dari masing-masing kota tersebut dapat
digunakan sebagai pembayaran cicilan pokok utang yang jatuh tempo, pembelian
kembali obligasi daerah,penyertaan modal (investasi) daerah, pemberian pinjaman
daerah, dan transfer ke rekening dana cadangan.
13

iii. Analisis Rincian SiLPA


SilPA atau Sisa Lebih Perhitungan Anggaran Tahun Berjalan, yaitu selisih antara
surplus/deficit anggaran dengan pembiayaan netto. Dalam penyusunan APBD angka
SiLPA seharusnya sama dengan nol. Artinya bahwa penerimaan pembiayaan harus dapat
menutup defisit anggaran yang terjadi. Kota Palang Bambu pada tahun 2018 memiliki
surplus anggaran sebesar Rp 59.605.102.102 dengan pembiayaan Netto sebesar Rp
165.350.873.802, hal ini menyebabkan besarnya SiLPA positif sebesar Rp
224.955.975.904. Disisi lain, pada Kota Palang Batu tahun 2018 memiliki surplus positif
sebesar Rp 31.476.436.777 dan pembiayaan netto sebesar Rp 258.528.816.825, maka
menyebabkan SiLPA positif sebesar Rp 290.005.253.602. SiLPA positif tersebut dapat
digunakan untuk menunjang program-program pembangunan di daerah, menambah
program dan kegiatan prioritas yang dibutuhkan, volume program dan kegiatan yang
telah dianggarkan, dan pengeluaran pembiayaan. Semakin tinggi selisih yang dihasilkan
apabila realisasi pendapatn lebih tinggi dari anggaran pendapatan, maka sisa atau selisih
tersebut tidak dapat dibelanjakan secara langsung. Hal ini menyebabkan terjadi
penumpukan dana, dengan begitu semakin tinggi pula SiLPA yang dihasilkan.

3. Pemerintah Kabupaten “Baturaja” telah menetapkan Analisis Standar Belanja (ASB)


untuk Kegiatan Diklat/ Workshop/ Bimtek dengan model persamaan: Y = 7.525,50 +
550,25 X, dimana : Y = Anggaran Keg Diklat/ Workshop/ Bimtek dan X = orang hari.
(Standar Error = Se = 7.450,50 dan nilai tp = 2,750,20). Batasan rincian Belanja
Diklat/Workshop/Bimtek itu ditetapkan sebagai berikut:

Rata-rata Batas bawah Batas atas


No Objek Belanja
% % %
1 Honor PNS 7,58 6.15 9.01
2 Honor Non PNS 44,12 35,81 52,43
3 Foto copy 1,83 1,49 2,17
4 Bahan Habis Pakai 8,5 6,9 10,1
5 Makan dan Minum 11,56 9,38 13,74
6 Perjalanan Dinas 15,08 12,24 17,92
7 Sewa Ruangan 11.33 9,19 13,47

Ada 3 Organisasi Perangkat Daerah merencanakan anggaran kegiatan pelatihan dalam


RKA-nya sebagai berikut:

OPD
No Uraian OPD Dinsos OPD Disnaker
Dinkopum
14

Total Anggaran
A Rp.105.000,- Rp.115.000,- Rp.130.000,-
Diklat
Jml Peserta Diklat
B 80 OH 170 OH 350 OH
(OH)
Rincian Objek
C
Belanja
1. Honor PNS Rp. 7.500,- Rp.15.000,- Rp.22.000,-
2. Honor Non PNS Rp.28.000.- Rp.20.000,- Rp.20.000,-
3. Foto copy Rp. 2.000,- Rp. 8.000,- Rp.10.000,-
4. Bahan Habis Pakai Rp. 9.000,- Rp.12.000,- Rp.15.000,-
5. Makan dan
Rp.22.500,- Rp.25.000,- Rp.30.000,-
Minum
6. Perjalanan Dinas Rp.25.000,- Rp.20.000,- Rp.15.000,-
7. Sewa Ruangan Rp.11.000,- Rp.15.000,- Rp.18.000.-
Tugas:
Lakukan evaluasi apakah : (i) total anggaran, dan (ii) rincian anggaran kegiatan Diklat
ketiga OPD tersebut sudah direncanakan dengan wajar sesuai ASB yang ditetapkan.
Diketahui:

a. Evaluasi Total Anggaran

Y = 7525,50 + 550,25 X

Y = anggaran kegiatan diklat

X = orang hari

a. Satuan pengendalian belanja tetap = Rp 7525,50 per kegiatan


b. Satuan pengendali belanja variabel = Rp 550,25 per jumlah peserta
c. Total Anggaran
1) Rumus Perhitungan Belanja Total (OPD Dinsos)

= Belanja Tetap + Belanja Variabel

= Rp 7525,50 + (Rp 550,25 x 80)

= Rp 7525,50 + Rp 44020

= Rp 51545,5

2) Rumus Perhitungan Belanja Total (OPD Dinkopum)

= Belanja Tetap + Belanja Variabel

= Rp 7525,50 + (Rp 550,25 x 178)

= Rp 7525,50 + Rp 97944,5
15

= Rp 105470

3) Rumus Perhitungan Belanja Total (OPD Disnaker)

= Belanja Tetap + Belanja Variabel

= Rp 7525,50 + (Rp 550,25 x 350)

= Rp 7525,50 + Rp 192587,5

= Rp 200113

Dari perhitungan total anggaran di atas menunjukkan total anggaran


kegiatan Diklat ketiga OPD sesuai ASB yang ditetapkan dan total anggaran
yang dibuat sebelumnya belum sesuai dengan ASB yang ditetapkan,
khususnya pada OPD Dinsos menunjukkan total anggaran yang tidak wajar
karena selisih total anggaran yang besar.

b. Evaluasi rincian anggaran kegiatan Diklat


Batasan rincian Belanja Diklat/Workshop/Bimtek itu ditetapkan sebagai berikut:

Rata-rata Batas bawah Batas atas


No Objek Belanja
% % %
1 Honor PNS 7,58 6.15 9.01
2 Honor Non PNS 44,12 35,81 52,43
3 Foto copy 1,83 1,49 2,17
4 Bahan Habis Pakai 8,5 6,9 10,1
5 Makan dan Minum 11,56 9,38 13,74
6 Perjalanan Dinas 15,08 12,24 17,92
7 Sewa Ruangan 11.33 9,19 13,47

1) OPD Dinas Sosial


Berikut adalah porsentase rincian Anggaran Belanja dari OPD Dinsos

Objek Anggaran
No Belanja Anggaran Persentase anggaran Belanja Keterangan
1 Honor PNS Rp 7,500 7.14% Wajar
Underfinanc
2 Honor Non PNS Rp 28,000 26.67% e
3 Fotocopy Rp 2,000 1.90% Wajar
4 Bahan Habis Pakai Rp 9,000 8.57% Wajar
5 Makan dan Minum Rp 22,500 21.43% Overfinance
16

6 Perjalanan Dinas Rp 25,000 23.81% Overfinance


7 Sewa Ruangan Rp 11,000 10.48% Wajar

Berdasarkan pada tabel diatas maka diketahui bahwa anggaran dari OPD
Dinsos Kabupaten Baturaja pada Honor PNS adalah Rp 7500, dengan persentase
anggaran sebesar 7,14%. Anggaran Honor Non PNS adalah Rp 28.000, dengan
persentase anggaran sebesar 26,67%. Anggaran fotocopy adalah Rp 2000,
dengan persentase anggaran sebesar 1,90%. Anggaran Bahan habis pakai adalah
Rp 9000, dengan persentase anggaran sebesar 8,57%. Anggaran makan dan
minum adalah Rp 22.500, dengan persentase anggaran sebesar 21,43%.
Anggaran perjalanan dinas adalah Rp 25.000, dengan persentase anggaran
sebesar 23,81%. Dan anggaran sewa ruang adalah Rp 11.000, dengan persentase
anggaran sebesar 10,48%. Jika dibandingkan dengan rincian Belanja
Diklat/Workshop/Bimtek Kabupaten Baturaja, diketahui bahwa terdapat empat
objek anggaran belanja yang wajar yakni honor PNS, fotocopy, bahan habis
pakai, dan sewa ruangan. Hal ini terjadi ketika anggaran belanja berada diantara
batas maksimal belanja dan batas minimal belanja. Kemudian untuk objek
anggaran belanja honor non PNS masuk dalam kategori Underfinance, artinya
anggaran yang diberikan masih dibawah batas minimal belanja berdasarkan
Analisis Standar Belanja (ASB). Sedangkan pada anggaran belanja makan dan
minum serta perjalanan dinas masuk dalam kategori Overfinance, hal ini karena
anggaran belanja berada diatas batas maksimal belanja berdasarkan ASB yang
ditetapkan maka terjadi pemborosan anggaran.

2) OPD Dinkopum
Berikut adalah porsentase rincian Anggaran Belanja dari OPD Dinkopum

No Objek Anggaran Belanja Anggaran Persentase anggaran Belanja Keterangan


1 Honor PNS Rp 15,000 13.04% Overfinance
2 Honor Non PNS Rp 20,000 17.39% Underfinance
3 Fotocopy Rp 8,000 6.96% Overfinance
4 Bahan Habis Pakai Rp 12,000 10.43% Overfinance
5 Makan dan Minum Rp 25,000 21.74% Overfinance
6 Perjalanan Dinas Rp 20,000 17.39% Wajar
7 Sewa Ruangan Rp 15,000 13.04% Wajar
17

Berdasarkan pada tabel diatas maka diketahui bahwa anggaran dari OPD
Dinkopum Kabupaten Baturaja pada Honor PNS adalah Rp 15.000, dengan
persentase anggaran sebesar 13,04%. Anggaran Honor Non PNS adalah Rp
20.000, dengan persentase anggaran sebesar 17,39%. Anggaran fotocopy
adalah Rp 8000, dengan persentase anggaran sebesar 6,96%. Anggaran Bahan
habis pakai adalah Rp 12.000, dengan persentase anggaran sebesar 10.43%.
Anggaran makan dan minum adalah Rp 25.000, dengan persentase anggaran
sebesar 21,74%. Anggaran perjalanan dinas adalah Rp 20.000, dengan
persentase anggaran sebesar 17,39%. Dan anggaran sewa ruang adalah Rp
15.000, dengan persentase anggaran sebesar 13,04%. Jika dibandingkan
dengan rincian Belanja Diklat/Workshop/Bimtek Kabupaten Baturaja,
diketahui bahwa berdasarkan batas anggaran ASB, anggaran perjalanan dinas
dan sewa ruangan masuk dalam criteria wajar . Hal ini terjadi ketika anggaran
belanja berada diantara batas maksimal belanja dan batas minimal belanja.
Kemudian untuk objek anggaran belanja honor non PNS masuk dalam
kategori Underfinance, artinya anggaran yang diberikan masih dibawah batas
minimal belanja berdasarkan Analisis Standar Belanja (ASB). Sedangkan pada
anggaran belanja honor PNS, fotocopy, bahan habis pakai, dan makan minum
masuk dalam kategori Overfinance, hal ini karena anggaran belanja berada
diatas batas maksimal belanja berdasarkan ASB yang ditetapkan maka terjadi
pemborosan anggaran.

3) OPD Disnaker
Berikut adalah porsentase rincian Anggaran Belanja dari OPD Disnaker

No Objek Anggaran Belanja Anggaran Persentase anggaran Belanja Keterangan


1 Honor PNS Rp 22,000 16.92% Overfinance
2 Honor Non PNS Rp 20,000 15.38% Underfinance
3 Fotocopy Rp 10,000 7.69% Overfinance
4 Bahan Habis Pakai Rp 15,000 11.54% Overfinance
5 Makan dan Minum Rp 30,000 23.08% Overfinance
6 Perjalanan Dinas Rp 15,000 11.54% Underfinance
7 Sewa Ruangan Rp 18,000 13.85% Overfinance
Berdasarkan pada tabel diatas maka diketahui bahwa anggaran dari OPD
Disnaker Kabupaten Baturaja pada Honor PNS adalah Rp 22.000, dengan persentase
18

anggaran sebesar 16,92%. Anggaran Honor Non PNS adalah Rp 20.000, dengan
persentase anggaran sebesar 15,38%. Anggaran fotocopy adalah Rp 10.000, dengan
persentase anggaran sebesar 7,69%. Anggaran Bahan habis pakai adalah Rp 15.000,
dengan persentase anggaran sebesar 11,54%. Anggaran makan dan minum adalah
Rp 30.000, dengan persentase anggaran sebesar 23,08%. Anggaran perjalanan dinas
adalah Rp 15.000, dengan persentase anggaran sebesar 11,54%. Dan anggaran sewa
ruang adalah Rp 18.000, dengan persentase anggaran sebesar 13,04%. Jika
dibandingkan dengan rincian Belanja Diklat/Workshop/Bimtek Kabupaten Baturaja,
diketahui bahwa terdapat lima anggaran belanja yang masuk dalam kategori
Overfinance, yaitu honor PNS, fotocopy, bahan habis pakai, makan minum masuk,
dan sewa ruangan. Hal ini karena anggaran belanja berada diatas batas maksimal
belanja berdasarkan ASB yang ditetapkan maka terjadi pemborosan anggaran.
Sedangkan dua anggaran lain masuk dalam kategori Underfinance yaitu honor non
PNS dan perjalanan dinas. Hal ini terjadi karena anggaran yang diberikan masih
dibawah batas minimal belanja berdasarkan Analisis Standar Belanja (ASB).

4. Berikut adalah data anggaran dan realisasi Pendapatan Daerah Kabupaten Wora-Wari
tahun 2013 – 2017:
Uraian A_2013 A_2014 A_2015 A_2016 A_2017
101.229.939. 166.824.767. 193.510.000. 195.059.310. 300.922.361.
PAD
355 329 000 821 334
Dana 1.040.853.708. 1.092.187.310. 1.154.798.778. 1.497.522.810. 1.556.296.395.
Perimbangan 047 386 000 550 139
Lain2 PD yg 327.859.619. 448.637.851. 614.945.708. 396.822.871. 467.504.074.
Sah 630 000 301 685 787
1.469.943.267. 1.707.649.928. 1.963.254.486. 2.089.404.993. 2.324.722.831.
PD
032 715 301 056 260

Uraian R_2013 R_2014 R_2015 R_2016 R_2017


111.592.606. 182.149.063. 211.122.853. 215.701.894. 332.704.216.
PAD
315 108 427 996 468
Dana 1.039.362.677. 1.088.639.228. 1.146.100.682. 1.497.902.765. 1.520.105.622.
19

Perimbangan 425 342 063 833 888


Lain2 PD yg 338.352.267. 441.396.675. 604.895.255. 346.283.344. 464.032.598.
Sah 849 046 465 512 890
1.489.307.551. 1.712.184.966. 1.962.118.790. 2.059.888.005. 2.316.842.438.
PD
589 496 955 341 246

Buatlan analisis kinerja Pendapatan Daerah Kabupaten Wora-Wari tersebut!

Tabel Anggaran dan Realisasi Pendapatan Daerah Kabupaten Wora-Wari Tahun 2013
No.  Uraian 2013 2014 Persen
      Target Realisasi Capaian Tumbuh
1 PAD 111592606315 166824767329 182149063108 109.1858637 63.22682042
103936267742 109218731038
2 Dana Perimbngan 1088639228342 99.67513979 4.74103525
5 6
3 Lain-Lain PD yang Sah 338352267849 448637851000 441396675046 98.3859641 30.45477066
148930755158 170764992871
  PD 1712184966496 100.2655719 14.96517054
9 5
Sumber : Data Diolah

Tabel Anggaran dan Realisasi Pendapatan Daerah Kabupaten Wora-Wari Tahun 2014
No.  Uraian 2014 2015 Persen
      Target Realisasi Capaian Tumbuh
1 PAD 182149063108 193510000000 211122853427 109.1017795 15.90663703
2 Dana Perimbngan 1088639228342 1154798778000 1146100682063 99.24678688 5.278282486
3 Lain-Lain PD yang Sah 441396675046 614945708301 604895255465 98.36563575 37.04118986
  PD 1712184966496 1963254486301 1962118790955 99.94215241 14.59736123
Sumber : Data Diolah

Tabel Anggaran dan Realisasi Pendapatan Daerah Kabupaten Wora-Wari Tahun 2015
No.  Uraian 2015 2016 Persen
      Target Realisasi Capaian Tumbuh
1 PAD 211122853427 195059310821 215701894996 110.5827218 2.168899053
114610068206 149752281055 149790276583
2 Dana Perimbngan 100.0253723 30.69556534
3 0 3
3 Lain-Lain PD yang Sah 604895255465 396822871685 346283344512 87.26395811 -42.75317232
196211879095 208940499305 205988800534
  PD 98.58730175 4.982838696
5 6 1
Sumber : Data Diolah

Tabel Anggaran dan Realisasi Pendapatan Daerah Kabupaten Wora-Wari Tahun 2016
No.  Uraian 2016 2017 Persen
      Target Realisasi Capaian Tumbuh
1 PAD 215701894996 300922361334 332704216468 110.56148 54.24260249
2 Dana Perimbngan 1497902765833 1556296395139 1520105622888 97.67455786 1.482262905
3 Lain-Lain PD yang Sah 346283344512 467504074787 464032598890 99.25744478 34.00373025
  PD 2059888005341 2324722831260 2316842438246 99.66101795 12.47419434
20

Sumber : Data Diolah

ANALISIS KINERJA

a. Analisis Varians Pendapatan Daerah


Analisis Varians Pendapatan Daerah merupakan informasi selisih anggaran yang
didapat dari selisih antara realisasi pendapatan dengan dana yang dianggarkan. Rumus
Perhitungannya yaitu :
realisasi pendapatan tahunt
Analisis Varians = x 100%
anggaran pendapatan tahunt
Berikut Analisis Varians Pendapatan Daerah

Tahu
n Anggaran Pendapatan Realisasi Pendapatan Hasil Analisis (%)
2013 Rp 1,469,943,267,032 Rp 1,489,307,551,589 101.32%
2014 Rp 1,707,649,928,715 Rp 1,712,184,966,496 100.27%
2015 Rp 1,963,254,486,301 Rp 1,962,118,790,955 99.94%
2016 Rp 2,089,404,993,056 Rp 2,059,888,005,341 98.59%
2017 Rp 2,324,722,831,260 Rp 2,316,842,438,246 99.66%

Berdasarkan pada data tersebut, diketahui pada tahun 2013 Kabupaten Wora-
Wari memiliki anggaran sebesar Rp 1,469,943,267,032 dan direalisasikan sebesar Rp
1,489,307,551,589 dengan analisis varians sebesar 101,32% sehingga kinerja
keuangan pendapatan daerah baik karena realisasi tercapai melebihi target. Pada tahun
2014 Kabupaten Wora-Wari memiliki anggaran sebesar Rp 1,707,649,928,715 dan
direalisasikan sebesar Rp 1,712,184,966,496 dengan analisis varians sebesar 100,27%
sehingga kinerja keuangan pendapatan daerah baik karena realisasi tercapai melebihi
target. Pada tahun 2015 anggaran pendapatan yaitu Rp 1,963,254,486,301
direalisasikan sebesar Rp 1,962,118,790,955 dengan analisis varians sebesar 99,94%
maka kinerja keuangan pendapatn daerah masih kurang karena masih dibawah target.
Pada tahun 2016 anggaran pendapatan yaitu Rp 2,089,404,993,056 direalisasikan
sebesar Rp Rp 2,059,888,005,341 dengan analisis varians sebesar 98,59% maka
kinerja keuangan pendapatan daerah masih kurang karena masih dibawah target. Pada
tahun 2017 anggaran pendapatan yaitu Rp 2,324,722,831,260 direalisasikan sebesar
Rp 2,316,842,438,246 dengan analisis varians sebesar 99,66% maka kinerja keuangan
pendapatan daerah masih kurang karena masih dibawah target.
21

b. Analisis Pertumbuhan Pendapatan Daerah


Analisis Pertumbuhan Pendapatan Daerah bermanfaat dalam mengetahui kinerja
keuangan APBD pemerintah daerah mengalami peningkatan atau mengalami
penurunan dari periode anggaran sebelumnya.
1. Pertumbuhan (growth) dari Pendapatan Asli Daerah
PAD t −PADt −1
Growth = x 100%
PAD t−1

Tahun
Tahun PAD tahun t Pertumbuhan Pertumbuhan
2013 Rp 111,592,606,315
2014 Rp 182,149,063,108 2013-2014 63.23%
2015 Rp 211,122,853,427 2014-2015 15.91%
2016 Rp 215,701,894,996 2015-2016 2.17%
2017 Rp 332,704,216,468 2016-2017 54.24%

Analisis
a) Rasio Pertumbuhan PAD antara tahun anggaran 2013 dan 2014 pemerintah daerah
Kabupaten Wora-Wari yaitu sebesar 63,23%.
b) Rasio Pertumbuhan PAD antara tahun anggaran 2014 dan 2015 pemerintah daerah
Kabupaten Wora-Wari mengalami penurunan yang signifikan yaitu sebesar
15,91% dibandingkan dengan tahun 2014.
c) Rasio Pertumbuhan PAD antara tahun anggaran 2015 dan 2016 pemerintah daerah
Kabupaten Wora-Wari mengalami penurunan yang signifikan yaitu sebesar 2,17%
dibandingkan dengan tahun 2016.
d) Rasio Pertumbuhan PAD antara tahun anggaran 2016 dan 2017 pemerintah daerah
Kabupaten Wora-Wari mengalami peningkatan yang signifikan yaitu sebesar
54,24% dibandingkan dengan tahun 2016.
2. Pertumbuhan (growth) dari Total Pendapatan
PD t −PD t−1
Growth = x 100%
PD t −1

Tahun
Tahun PD tahun t Pertumbuhan Pertumbuhan
2013 Rp 1,489,307,551,589    
2014 Rp 1,712,184,966,496 2013-2014 14.97%
2015 Rp 1,962,118,790,955 2014-2015 14.60%
22

2016 Rp 2,059,888,005,341 2015-2016 4.98%


2017 Rp 2,316,842,438,246 2016-2017 12.47%
Analisis
a) Rasio Pertumbuhan Pendapatan Daerah antara tahun anggaran 2013 dan 2014
pemerintah daerah Kabupaten Wora-Wari yaitu sebesar 14,97%.
b) Rasio Pertumbuhan Pendapatan Daerah antara tahun anggaran 2014 dan 2015
pemerintah daerah Kabupaten Wora-Wari mengalami penurunan yang signifikan
yaitu sebesar 14,60% dibandingkan dengan tahun 2014.
c) Rasio Pertumbuhan Pendapatan Daerah antara tahun anggaran 2015 dan 2016
pemerintah daerah Kabupaten Wora-Wari mengalami penurunan yang signifikan
yaitu sebesar 4,98% dibandingkan dengan tahun 2016.
d) Rasio Pertumbuhan Pendapatan Daerah antara tahun anggaran 2016 dan 2017
pemerintah daerah Kabupaten Wora-Wari mengalami peningkatan yang signifikan
yaitu sebesar 12,47% dibandingkan dengan tahun 2016.

Analisis Rasio Keuangan

a. Rasio Ketergantungan Keuangan Daerah


Analisis rasio ketergantungan daerah menunjukkan kemandirian pemerintah daerah
dari pemerintah pusat yang dimana diukur dengan cara membandingkan jumlah
pendapatan transfer yang diterima oleh penerimaan daerah dengan total penerimaan
daerah. Kriteria Penilaian Tingkat Ketergantungan Keuangan Daerah

Persentase Pendapatan Transfer terhadap TPD Ketergantungan Keuangan Daerah


0 – 10% Sangat Rendah
10,01 % - 20% Rendah
20,01% - 30% Sedang
30,01% - 40,00% Cukup
40,01 % - 50% Tinggi
>50% Sangat Tinggi

Pendapatan Transfer
Rasio Ketergantungan Daerah = x 100%
Total Pendapatan

Rasio Ketergantungan Daerah


Tahun Pendapatan Transfer TPD Ketergantunga Kriteria
23

n
2013 Rp 1,039,362,677,425 Rp 1,489,307,551,589 69.79% Sangat Tinggi
2014 Rp 1,088,639,228,342 Rp 1,712,184,966,496 63.58% Sangat Tinggi
2015 Rp 1,146,100,682,063 Rp 1,962,118,790,955 58.41% Sangat Tinggi
2016 Rp 1,497,902,765,833 Rp 2,059,888,005,341 72.72% Sangat Tinggi
2017 Rp 1,520,105,622,888 Rp 2,316,842,438,246 65.61% Sangat Tinggi
Analisis

a) Ketergantungan Keuangan Daerah Pemerintah Daerah Kabupaten Wora - Wari


pada tahun 2013 yaitu sebesar 69.79% sehingga masuk ke dalam kriteria sangat
tinggi.
b) Ketergantungan Keuangan Daerah Pemerintah Daerah Kabupaten Wora - Wari
pada tahun 2014 yaitu sebesar 63,58% hal ini lebih rendah dari tahun 2013
sehingga berdasarkan rasio tersebut maka masuk ke dalam criteria sangat tinggi.
c) Ketergantungan Keuangan Daerah Pemerintah Daerah Kabupaten Wora - Wari
pada tahun 2015 yaitu sebesar 58,41% hal ini lebih rendah dari tahun 2014
sehingga berdasarkan rasio tersebut maka masuk ke dalam kriteria sangat tinggi.
d) Ketergantungan Keuangan Daerah Pemerintah Daerah Kabupaten Wora - Wari
pada tahun 2016 yaitu sebesar 72,72% hal ini lebih tinggi dari tahun 2015 sehingga
berdasarkan rasio tersebut maka masuk ke dalam kriteria sangat tinggi.
e) Ketergantungan Keuangan Daerah Pemerintah Daerah Kabupaten Wora - Wari
pada tahun 2017 yaitu sebesar 65,61% hal ini lebih rendah dari tahun 2016
sehingga berdasarkan rasio tersebut maka masuk ke dalam kriteria kurang.

b. Rasio Derajat Desentralisasi


Rasio ini merupakan tolak ukur kewenangan dan tanggung jawab yang diberikan
pemerintah pusat kepada pemerintah daerah untuk mengelola dan mengoptimalkan
pendapatan. Kriteria Penilaian Tingkat Desentralisasi Fiskal

Persentase PAD terhadap TPD Tingkat Desentralisasi Fiskal


0 – 10% Sangat Kurang
10,01 % - 20% Kurang
20,01% - 30% Sedang
30,01% - 40,00% Cukup
40,01 % - 50% Baik
>50% Sangat Baik

Pendapatan Asli Daera( PAD)


Derajat Desentralisasi = x 100%
Total Pendapatan
24

Derajat Desentralisasi

Tahun PADt TPD DDF Kriteria


2013 Rp 111,592,606,315 Rp 1,489,307,551,589 7.49% Sangat Kurang
2014 Rp 182,149,063,108 Rp 1,712,184,966,496 10.64% Kurang
2015 Rp 211,122,853,427 Rp 1,962,118,790,955 10.76% Kurang
2016 Rp 215,701,894,996 Rp 2,059,888,005,341 10.47% Kurang
2017 Rp 332,704,216,468 Rp 2,316,842,438,246 14.36% Kurang

Analisis
a) Derajat Desentralisasi Fiskal Pemerintah Daerah Kabupaten Wora - Wari pada
tahun 2013 yaitu sebesar 7,49% sehingga masuk ke dalam kriteria sangat
kurang.
b) Derajat Desentralisasi Fiskal Pemerintah Daerah Kabupaten Wora - Wari pada
tahun 2014 yaitu sebesar 10,64% hal ini lebih besar dari tahun 2013 sehingga
berdasarkan rasio tersebut maka masuk ke dalam kriteria kurang.
c) Derajat Desentralisasi Fiskal Pemerintah Daerah Kabupaten Wora - Wari pada
tahun 2015 yaitu sebesar 10,76% hal ini lebih besar dari tahun 2014 sehingga
berdasarkan rasio tersebut maka masuk ke dalam kriteria kurang.
d) Derajat Desentralisasi Fiskal Pemerintah Daerah Kabupaten Wora - Wari pada
tahun 2016 yaitu sebesar 10,47% hal ini lebih rendah dari tahun 2015 sehingga
berdasarkan rasio tersebut maka masuk ke dalam kriteria kurang.
e) Derajat Desentralisasi Fiskal Pemerintah Daerah Kabupaten Wora - Wari pada
tahun 2017 yaitu sebesar 14,36% hal ini lebih besar dari tahun 2016 sehingga
berdasarkan rasio tersebut maka masuk ke dalam kriteria kurang.

c. Rasio Kemandirian Keuangan Daerah


Rasio Kemandirian Keuangan Daerah menunjukkan tingkat kemampuan suatu daerah
dalam membiayai sendiri kegiatan pemerintah, pembangunan dan pelayanan kepada
masyarakat yang telah membayar pajak dan retribusi sebagai sumber pendapatan yang
diperlukan daerah. Kriteria Penilaian Tingkat Kemandirian Keuangan Daerah

Persentase Kemandirian Keuda Kemandirian Pola Hubungan


0 – 25 Sangat Rendah Instruktif
26-50 Rendah Konsultatif
51-75 Sedang Partisipatif
76-100 Tinggi Delegatif
25

Pendapatan Asli Daera( PAD)


Rasio Kemandirian Daerah = x 100%
Transfer Pusat

Rasio Kemandirian Daerah


Tahun PAD Transfer Pusat Kemandirian Kriteria Pola Hubungan
2013 Rp 111,592,606,315 Rp 1,377,714,945,274 8.10% Sangat Rendah Instruktif
2014 Rp 182,149,063,108 Rp 1,530,035,903,388 11.90% Sangat Rendah Instruktif
2015 Rp 211,122,853,427 Rp 1,750,995,937,528 12.06% Sangat Rendah Instruktif
2016 Rp 215,701,894,996 Rp 1,844,186,110,345 11.70% Sangat Rendah Instruktif
2017 Rp 332,704,216,468 Rp 1,984,138,221,778 16.77% Sangat Rendah Instruktif

Analisis
Rasio kemandirian daerah Pemerintah Daerah Kabupaten Wora - Wari pada
tahun 2013 yaitu sebesar 8,10% sehingga masuk ke dalam kriteria sangat rendah.
Rasio kemandirian daerah Pemerintah Daerah Kabupaten Wora - Wari pada tahun
2014 yaitu sebesar 11,90% hal ini lebih tinggi dari tahun 2013 sehingga berdasarkan
rasio tersebut maka masuk ke dalam kriteria sangat rendah. Rasio kemandirian daerah
Pemerintah Daerah Kabupaten Wora - Wari pada tahun 2015 yaitu sebesar 12,06%
hal ini lebih tinggi dari tahun 2014 sehingga berdasarkan rasio tersebut maka masuk
ke dalam kriteria sangat rendah. Rasio kemandirian daerah Pemerintah Daerah
Kabupaten Wora - Wari pada tahun 2016 yaitu sebesar 11,70% hal ini lebih rendah
dari tahun 2015 sehingga berdasarkan rasio tersebut maka masuk ke dalam kriteria
sangat rendah. Rasio kemandirian daerah Pemerintah Daerah Kabupaten Wora - Wari
pada tahun 2017 yaitu sebesar 16,77% hal ini lebih tinggi dari tahun 2016 sehingga
berdasarkan rasio tersebut maka masuk ke dalam kriteria sangat rendah. Karena pada
tiap tahunnya kemandirian Kabupaten Wora-Wari tahun 2013 sampai dengan 2017
masih dalam criteria sangat rendah. Maka pola hubungannya yaitu instruktif dimana
pemerintah daerah lebih banyak mendapatkan pengarahan dan petunjuk dari
pemerintah pusat. Sehingga tingkat kemandirian sangat rendah, maka daerah dianggap
tidak mampu menyelenggarakan urusan otonomi daerah.

d. Rumus Kontribusi / Sumbangan (share) dari Pendapatan Asli Daerah


PAD
Share = x 100%
TPD
Sumbangan Pendapatan Asli Daerah

Tahun PADt TPD Share


26

2013 Rp 111,592,606,315 Rp 1,489,307,551,589 7.49%


2014 Rp 182,149,063,108 Rp 1,712,184,966,496 10.64%
2015 Rp 211,122,853,427 Rp 1,962,118,790,955 10.76%
2016 Rp 215,701,894,996 Rp 2,059,888,005,341 10.47%
2017 Rp 332,704,216,468 Rp 2,316,842,438,246 14.36%

Analisis
a) Realisasi 2013 kontribusi dari Pendapatan Asli Daerah yaitu sebesar sebesar
7,49%.
b) Realisasi 2013-2014 kontribusi dari Pendapatan Asli Daerah meningkat dari 7,49%
menjadi 10,64%.
c) Realisasi 2014-2015 kontribusi dari Pendapatan Asli Daerah meningkat dari
10,64% menjadi 10,76%.
d) Realisasi 2015-2016 kontribusi dari Pendapatan Asli Daerah menurun dari 10,76%
menjadi 10,47%.
e) Realisasi 2016-2017 kontribusi dari Pendapatan Asli Daerah meningkat dari
10,47% menjadi 14,40%.

e. Rasio Efektifitas Pendapatan Asli Daerah


Rasio efektivitas menggambarkan kemampuan daerah dalam merealisasikan
pendapatan asli daerah yang direncanakan dibandingkan dengan target yang
ditetapkan berdasarkan potensi riil daerah.
RealisasiPAD
Rasio Efektivitas = x 100%
TargetPAD

Kriteria pengukuran rasio efektivitas

Persentase Kinerja Keuangan Kriteria


Diatas 100% Sangat Efektif
90%-100% Efektif
80%-90% Cukup Efektif
60%-80% Kurang Efektif
Kurang dari 60% Tidak Efektif

Rasio Efektivitas Keuangan Daerah


27

Tahun Realisasi PAD Target PAD Rasio Kriteria


2013 Rp 111,592,606,315 Rp 101,229,939,355 110.24% Efektif
2014 Rp 182,149,063,108 Rp 166,824,767,329 109.19% Efektif
2015 Rp 211,122,853,427 Rp 193,510,000,000 109.10% Efektif
2016 Rp 215,701,894,996 Rp 195,059,310,821 110.58% Efektif
2017 Rp 332,704,216,468 Rp 300,922,361,334 110.56% Efektif
Analisis
a) Rasio efektivitas pemerintah daerah Kabupaten Wora-Wari pada tahun 2013
dinilai efektif hal ini karena rasio pengumpulan (collection ratio) lebih besar dari
100% yakni yaitu 110,24%.
b) Rasio efektivitas pemerintah daerah Kabupaten Wora-Wari pada tahun 2014
dinilai efektif hal ini karena rasio pengumpulan (collection ratio) lebih besar dari
100% yakni yaitu 109,19%.
c) Rasio efektivitas pemerintah daerah Kabupaten Wora-Wari pada tahun 2015
dinilai efektif hal ini karena rasio pengumpulan (collection ratio) lebih besar dari
100% yakni yaitu 109,10%.
d) Rasio efektivitas pemerintah daerah di Kabupaten Wora-Wari pada tahun 2016
dinilai efektif hal ini karena rasio pengumpulan (collection ratio) kurang dari 100%
yakni yaitu 110,58%.
e) Rasio efektivitas pemerintah daerah Kabupaten Wora-Wari pada tahun 2017
dinilai efektif hal ini karena rasio pengumpulan (collection ratio) lebih besar dari
100% yakni yaitu 110,56

Anda mungkin juga menyukai