Anda di halaman 1dari 11

Kuliah minggu ke 6 – 8

POKOK BAHASAN : STRUKTUR DAN FUNGSI TUBUH TERNAK


SUB POKOK AHASAN : PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN TERNAK
POTONG
Tujuan Instruksional Umum
Memberikan pemahaman dan pengetahuan tentang pertumbuhan dan perkembangan serta
kaitannya dengan kinerja produksi pada ternak potong.
Tujuan Instrusional Khusus

 Memberikan pengetahuan dan pemahaman tentang difinisi dan pengertian pertumbuhan.

 Memberikan pemahaman tentang proses pertumbuhan pada ternak potong, dan cara
memanipulasi untuk mendapatkan produktivitas yang optimal.

 Memberikan pengetahuan tentang fator-faktor yang berpengaruh terhadap proses


pertumbuhan.

 Memberikan pengetahuan tentang cara pengukuran pertumbuhan pada ternak potong.


Diskripsi Singkat Sub Pokok Bahasan
Pokok bahasan ini menguraikan beberapa definisi, proses, pase dan macam pertumbuhan pada
ternak dan penjelasan tehnis evaluasi pertumbuhan pada ternak serta uraian faktor-faktor yang
mempengaruhi pertumbuhan ternak potong.

URAIAN MATERI
Pendahuluan
Peningkatan produksi daging selain dapat dilakukan dengan meningkatkan jumlah
pemotongan ternak dapat juga dilakukan dengan meningkatkan produktivitas per ekor ternak.
Peningkatan kapasitas tumbuh ternak dilakukan dengan merangsang pertumbuhan daging
ternak. Penyusun utama daging dalah jaringan otot dengan demikian dapatlah dikatakan
bahwa daging merupakan hasil dari pertumbuhan jaringan otot. Makin baik pertumbuhan otot
akan semakin baik pula produksi daging.
Pertumbuhan dipengaruhi oleh beberapa faktor yang secara garis besar dapat digolongkan
dalam faktor genetik dan faktor lingkungan. Ternak dengan genetis unggul tanpa didukung
dengan lingkungan yang sesuai tidak akan mampu tumbuh sesuai dengan potensi genetikya.

35
Demikian pula walaupun lingkungannya sangat ideal apabla sifat genetis ternak rendah
pertumbuhannyapun tidak akan seperti yang diharapkan.
Dari hal di atas, dapatlah dikatakan bahwa produksi daging seekor ternak dipengaruhi oleh
macam pertumbuhannya. Dengan pengetahuan mengenai proses pertumbuhan serta faktor-
faktor yang mempengaruhinya, pertumbuhan seekor ternak dapat diatur. Dengan demikian,
peningkatan produksi daging dapat dilakukan dengan meningkatkan produktivitas per ekor
ternak dengan mengatur pertumbuhannya, sehingga usaha untuk memenuhi kebutuhan daging
dapat dilaksanakan dengan tetap mempertahankan, atau bahkan meningkatkan populasi
ternak.
Evaluasi pertumbuhan yang dicapai seekor ternak dapat dilakukan dengan menimbang ternak
secara berkala sesuai dengan waktu yang diniginkan. Angka pertumbuhan bisa dalam bentuk
bobot badan dan atau pesentase. Banyak keuntungan yang diperoleh dengan tercapainya
pertumbuhan yang cepat pada ternak antara lain semakin tinggi kecepatan pertumbuhan
seekor ternak akan semakin cepat mencapai berat potong sehingga akan semakin kecil jumlah
pakan yang dibutuhkan untuk mencapai bobot potong dan lebih cepat mencapai bobot
dewasa, sehingga kecepatan perkembangbiakannyapun tinggi.
Konsep pertumbuhan perkembangan.
Dalam pengertian yang sederhana, pertumbuhan perkembangan merupakan fenomena
peningkatan masa dan perubahan bentuk dalam kurun waktu tertentu. Oleh Widdoson (1980),
pertumbuhan diartikan sebagi pertambahan besar. Namun harus diingat bahwa pertambahan
besar mengandung pengertian yang luas. Sesuatu yang bertambah besar biasanya diikuti
dengan perubahan-perubahan yang lain, misalnya perubahan bentuk dan ukuran.
Fuller (1969) mengartikan pertumbuhan sebagai fenomena perubahan besar, bobot, bentuk,
susunan dan struktur tubuh seekor hewan. Pertumbuhan terjadi sejak dibuahinya sel telur oleh
sel kelamin jantan di dalam saluran kelamin hewan betina. Berawal dari satu sel telur yang
telah dibuahi, melalui proses yang sangat komplek, akan terjadi individu baru yang sempurna
seperti tetuanya. Dengan demikian di dalam pertumbuhan ada dua aspek yaitu aspek
perubahan massa dan aspek pertumbuhan diferensial organ atau komponen tubuh.
Ensminger (1960) mengatakan bahwa pertumbuhan adalah proses kimia-biologi dalam tubuh
seekor hewan yang mengakibatkan membesarnya urat daging, tulang, organ dalam serta
bagian tubuh yang lain. Oleh Olson (1947) dikatakan bahwa pertumbuhan adalah
pertambahan besar rangka dan bobot badan dari seekor hewan.selanjutnya dinyatakan pula
bahwa bertambahnya besar dan berat tersebut disebabkan oleh bertambahnya jumlah dan
besar sel serta akumulasi substansi antar sel dalam tubuh hewan.
Dalam pengertian pertumbuhan yang diuraikan di atas ada dua aspek yang menjadi pusat
perhatian, sekalipun sesungguhnya kedua aspek tersebut berkaitan erat sekali. Pertama ialah
pertambahan masa tubuh persatuan waktu dan inilah yang disebut “tumbuh’, sedang yang
kedua adalah perubahan bentuk dan komposisi tubuh hewan sebagai akibat adanya kecepatan
pertumbuhan relatif yang berbeda-beda antara berbagai komponen pertumbuhan dan inilah
yang dimaksud dengan ‘tumbuh kembang’. Bergantung pada tingkat proses anabolisme yang
dicapai, maka pertumbuhan seekor ternak dapat positif, negatif ataupun nol. Dalam

36
pertumbuhan pasca lahir yang normal, pada tahap awal mula-mula terjadi peningkatan bobot
badan yang cepat yang kemudian menjadi semakin lambat sampai ternak tersebut mencapai
bobot dewasa. Pertumbuhan ini positif. Tetapi pada waktu tua, bobot badan menurun dan
terjadilah pertumbuhan negatif.
Pertumbuhan adalah proses yang sangat komplek. Berawal dari pembelahan sel, diikuti
dengan pertambahan besar sel, diferensiasi sel sebagai awal pembentukan bagian-bagian
tubuh, akhirnya terbentuklah individu sempurna yang mampu menjalankan fungsi fisiologis
seperti mencari dan menggunakan makanan, aklimatisasi dan berkembangbiak.
Pase pertumbuhan dan macam pertumbuhan
Pertumbuhan dibagi menjadi ‘pertumbuhan pra-lahir yaitu pertumbuhan yang terjadi didalam
tubuh induk sejak dibuahinya sel telur oleh sel kelamin jantan sampai terjadinya fetus, dan
‘pertumbuhan post-lahir’ yaitu pertumbuhan sejak anak dilahirkan sampai menjadi dewasa.
Pertumbuhan lepas lahir dapat dibagi lagi menjadi ‘pertumbuhan pra-sapih’ yaitu
pertumbuhan yang terjadi sejak anak dilahirkan sampai dengan disapih, dan ‘pertumbuhan
lepas-sapih’ yaitu pertumbuhan setelah penyapihan sampai mencapai dewasa tubuh dan
penuaan (mati). Perbedaan prinsip antara kedua pertumbuhan tersebut terletak pada faktor
eksternal yang mempengaruhi. Pada pertumbuhan pra-sapih didominasi oleh faktor nutrisi
yang berasal dari air susu induk, sedangkan pada periode lepas sapih didominasi oleh faktor
ekternal, terutama kuantitas dan kualitas pakan. Dengan demikian, pada saat embrio sampai
pra sapih, pertumbuhan individu sangat tergantung pada kondisi induk.
Pada periode lepas sapih, manipulasi faktor ekternal (terutama pakan) tidak selalu
memberikan respon pertumbuhan yang linier pada individu ternak yang mengalami
pertumbuhan. Karakteristik biologis yang dikendalikan oleh sifat dan potensi genetik, akan
membatasi perkembangan setiap jaringan, meskipun jumlah dan kualitas pakan yang
diberikan lebih dari cukup.
Menjelang usia pubertas, pertumbuhan ternak memasuki tahap yang cepat, sedangkan
menjelang dewasa tubuh, laju pertumbuhan ternak akan memasuki tahap pertumbuhan
lambat. Perubahan laju pertumbuhan (gain) yang tidak linear ini, perlu dipahami oleh
peternak, karena apabila dikaitkan dengan pakan, akan mengakibatkan penurunan efisiensi
pakan (konversi pakan lebih tinggi), bahkan sering kali terjadi peningkatan biaya pakan untuk
membentuk gain yang sama (feed cost/gain lebih mahal), atau bahkan gain lebih rendah.
Perubahan laju pertumbuhan, yang terjadi karena perkembangan umur ini, perlu di perhatikan
oleh peternak (terutama pada program penggemukan) terutama dalam menentukan saat kapan
peternak harus memotong atau menjual ternaknya.
Apabila ternak potong dipelihara untuk tujuan penggemukan, maka indikator untuk menilai
keberhasilan pogram penggemukan, tidak hanya gain, konversi pakan dan feed cost/gain,
tetapi juga dry-matter/karkas ratio serta nilai ekonomi dari produk pemotongan (temasuk
retail-cut dari karkas). Hal ini disebabkan karena setiap bagian dari adible portion (karkas,
non karkas, potongan bagian karkas) harganya tidak sama. Oleh karena itu, setiap peningkatan
bobot badan, harus menghasilkan peningkatan nilai ekonomi yang seimbang dengan biaya
produksi (terutama dari pakan). Atau dengan kata lain, perkembangan bobot badan ternak,
tidak selalu memberikan peningkatan keuntungan bagi peternak atau sebaliknya kemungkinan

37
merugi. Pada kondisi normal (terutama pemberian pakan yang cukup
berkualitas/kuantitasnya), kurva petumbuhan ternak mengikuti pola seperti huruf “S”
(sigmoid). Indikator untuk mengetahui potensi pertumuhan ternak juga dapat diukur dari
angka persentase growth rate. Umumnya angka persen growth rate akan menurun sesuai
dengan perkembangan umur dan berat badan. Hal ini disebabkan karena ”gain” yang
angkanya tidak stabil, diikuti pekembangan berat badan yang selalu meningkat.

Berat Hidup

Umur
Gambar 3 : Pertumbuhan normal pada beberapa jenis ternak
Pertumbuhan ternak yang menurun di padang rumput alam di daerah tropis, bersifat
intermiten (tidak tetap). Beratnya bertambah dengan pesat dimusim hujan, dan kehilangan
sebagian berat badan pada musim kemarau. Gambar berikut menunjukan gerafik perubahan
bobot hidup ternak dalam kondisi padang rumput tropis.

Bobot Badan
A
Musim Hujan

38
B
Musim Kemarau

Waktu
Gambar 4 : Pengaruh musim terhadap pertumbuhan sapi di daerah tropis di padang
rumput alam (Tulloh,1974)
Keterangan : A = Pertumbuhan yang normal
B = Pertumbuhan yang intermiten, dimana berat turun pada musim
kemarau dan naik pada musim hujan

Dalam manipulasi pertumbuhan sering dilakukan dengan cara pembatasan kuantitas pakan
yang diberikan pada ternak, ini sengaja dilakukan untuk tujuan efisiensi penggunaan pakan.
Ternak dalam waktu tertentu sengaja dibatasi pertumbuhannya melalui strik pakan sampai
batas tetentu. Pada periode berikutnya diberikan pakan sesuai dengan kebutuhan, maka akan
terjadi ‘Compensatory gain’ (pertambahan berat badan yang terjadi setelah ternak mengalami
pembatasan pertumbuhan akibat strik pakan). Hal ini dapat dilihat pada grafik dibawah ini

Bobot Badan

A
B C

Waktu
Gambar 5. Compensatory gain pada sapi
Keterangan A = Grafik pertumbuhan normal
B = Grafik Pertumbuhan yang disebabkan oleh pembatasan
pakan (kompensasi sempurna)
C = Grafik pertumbuhan kompensasi yang gagal

39
Pertambahan berat badan selama compensatory gain, sangat efisien dalam feed compersion.
Pelaksanaan pembatasan pemberian pakan harus diperhihitungkan dengan cermat dan matang,
jangan sampai jumlah pakan yang diberikan dibawah kebutuhan hidup pokok (maintenance),
kalau pembataan pemberian pakan terlau tinggi makan akan terjadi pertumbuhan kompensai
yang gagal.
Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap petumbuhan
Proses pertumbuhan normal, yang mengikuti kurve sigmoid (huruf “S”), terjadi apabila
ternak potong pada posisi pemeliharaan yang normal, terutama pemberian nutrisi/pakan yang
rasional.
Banyak faktor berpengaruh terhadap laju pertumbuhan ternak. Faktor-faktor terebut adalah:

1. Umur
Telah dibahas bahwa, kurve pertumbuhan normal tidak linear, tetapi sigmoid, sehingga
faktor umur sangat berpengaruh terhadap laju pertumbuhan ternak. Pada usia menjelang
dan sekitar pubertas, laju pertumbuhan umumnya optimal, dan mendekati dewasa tubuh,
laju pertumbuhan justru menurun sampai laju petumbuhan tidak terjadi.
2. Jenis kelamin
Umumnya ternak jantan, laju petumbuhan lebih tinggi dibanding ternak betina.
3. Latihan/ gerak mekanik
Pada ternak yang dikerjakan (melakukan gerak mekanik), kelebihan nutrisi (energi) tidak
terdeposit pada jaringan lemak, tetapi digunakan untuk mendukung gerakan mekanik.
Akibatnya, laju pertumbuhan ternak (yang dipekerjakan) menurun (lebih rendah).
4. Bangsa (breed)
Pada bangsa tipe potong, laju pertumbuhan lebih tinggi dibanding bukan tipe potong
(misalnya: sapi Herefod/ tipe potong laju pertumbuhan lebih tinggi dibanding sapi
peranakan Ongole/tipe keja).
5. Spesies
Laju pertumbuhan dipengaruhi oleh pebedaan spesies (misalnya ternak sapi berbeda
dengan kerbau dll).
6. Perlakuan (khusus)
Ternak yang mendapat perlakuan tertentu ( misalnya : pemberian hormon, kastrasi dll)
memiliki laju pertumbuhan yang berbeda, dibandingkan dengan yang tidak mendapat
perlakuan.

40
7. Kondisi awal penggemukan
Ternak yang kurus, tetapi sehat pada awal penggemukan, dengan usia yang relatif muda,
akan mengalami laju pertumbuhan yang melebihi normal apabila diberi pakan yang
cukup. Pertumbuhan yang melebihi normal tersebut, disebut dengan pertumbuhan
konpensasi, yang imflemetasinya sering dilaksanakan pada usaha penggemukan sapi
(feedlot).
8. Lingkungan fisiologis (iklim).
Kondisis lingkungan yang berbeda, akan bepengaruh terhadap laju pertumbuhan ternak
potong, meskipun diberi perlakuan yang sama.
Sebagai contoh ; pada suhu yang dingin (16 oC – 21oC) laju pertumbuhan ternak babi lebih
cepat dibandingkan pada suhu yang lebih panas (27 oC - 32oC ). Sapi yang berasal dari
daerah subtropis akan mengalami laju pertumbhan yang menurun apabila dipelihara di
daerah tropis.
9. Pakan.
Ternak yang diberi pakan dengan jumlah dan kualitas nutrisi yang sesuai dengan
kebutuhan, akan mengalami pertumbuhan yang lebih cepat dibandingkan ternak yang
diberi pakan tidak rasional (seadanya).
10. Kesehatan
Ternak yang menderita penyakit atau tiak sehat (terutama penyakit infektious) laju
pertumbuhan lebih rendah atau bahkan negatif, dibanding dengan ternak yang sehat.
Pengetahuan tentang faktor-faktor yang berpengaruh terhadap pertumbuhan, dapat
dipergunakan sebagai bahan pertimbangan dalam usaha untuk memanipulasi faktor
tersebut, sehingga pertubuhan dapat optimal.

Pengukuran pertumbuhan
Evaluasi keberhasilan usaha ternak potong khususnya peggemukan (feedloting) seringkali
diukur dari tingkat pertumbuhan ternak yang diusahakan. Tingkat pertumbhan yang tinggi
biasanya dibarengi dengan tingkat efisiensi penggunaan pakan yang tinggi pula. Pengukran
pertumbuhan dapat dilakukan dengan beberapa cara ;
1. Secara mutlak (Pertumbuhan mutlak) yakni pengukuran pertumbuhan ternak didasarkan
pada kenaikan bobot tubuh persatuan waktu tertentu, yang dinyatakan sebagai kenaikan rata-
rata bobot badan perhari/perminggu atau rata-rata kadar laju pertumbuhan. Ternak pada satu
saat ditimbang dan beberapa hari kemudian ternak ditimbang kembali. Selisih bobot badan
dibagi dengan jarak waktu yang digunakan.

41
B2 – B1
P=
W2 –W1
P = rata-rata pertambahan bobot badan
B1= bobot badan pada penimbangan pertama
B2 = bobot badan pada penimbangan ke dua
W1= saat penimbangan pertama
W2= saat penimbangan ke dua

Cara ini umum digunakan, tetapi apabila jarak waktu yang digunakan terlalu panjang maka
cara ini tidak dapat memperlihatkan adanya variasi laju pertumbuhan pada tahap-tahap
pertumbuhan tertentu.
2. Secara relatif (pertumbuhan relatif). Laju pertumbuhan relatif dapat ditentukan
berdasarkan berat pada waktu (umur) tertentu relatif terhadap berat awal pengamatan atau
pertumbuhan dan perkembangan merupakan kelipatan dari pertumbuhan awal. Umumnya laju
pertumbuhan relatif dinyatakan dalam persen.

W1 – W0
PB = X 100%
W0
PB = Pertambahan bobot badan
W1= Berat akhir
W0= Berat awal
Keunggulan cara pengukuran mutlak, jangka waktu tidak merupakan pembatas walaupun
sebenarnya untuk mendapatkan hasil yang akurat hendakya menggunakan interval waktu
yang pendek, sedangkan kelemahannya, tidak menunjukkan tingkat deposisi lemak atau
pertumbuhan dan perkembangan otot.
3. Secara kumulatif (pertumbuhan komulatif). Melihat bobot badan pada satuan waktu
tertentu.
W = A [1 – E –k (t1-t0)]
W = bobot badan waktu ditimbang
A = bobot dewasa (pada waktu t) atau A, indek
pertumbuhan pada waktu tertenti
E = Logaritma Alami (2,87)
t1-t0 = selisih waktu
-k = konstanta

Kelebihan cara ini, dapat memberi gambaran kapan ternak tumbuh cepat atau lambat tetapi
kelemahannya model ini memerlukan ukuran dewasa.
Tumbuh kembang dilihat dari aspek produksi
Parameter produksi yang paling penting untuk menilai produksi ternak potong yang terkait
erat dengan tumbuh kembang adalah ‘karkas,’ terutama komposisi fisiknya, atau lebih tegas
lagi bagian yang dapat dimakan (daging). Proporsi karkas terhadap terhadap bobot hidup
disebut persentase pemotongan (dressing persentage). Belum ada keseragaman mengenai

42
definisi karkas, sehingga apabila ingin membandingkan persentase karkas agar diperhatikan
prosedur serta efinisi yang digunakan.
Karkas merupakan bagian yang terpenting dari seekor ternak daging, sehingga harga sekor
ternak potong akan sangat ditentukan oleh nilai karkas yang bakal dihasilkannya. Sifat karkas
yang dituntut oleh konsumen masa sekarang adalah karkas yang memiliki proporsi lemak
optimal, proporsi daging maksimal dan proporsi tulang minimal. Dengan demikian, maka
segala usaha perbaikan dalam produksi ternak untuk produksi daging henaknya diarahkan
kepada pemenuhan akan tututan konsumen tersebut.
Permasalahan mengenai produksi daging tidak dapat lepas dari pengetahuan mengenai
pertumbuhan otot. Yang merupakan salah satu jaringan utama penyusun karkas, serta
proporsinya dalam karkas. Di samping itu otot merupakan komponen utama daging, dan
merupakan baian terbesar dari edible portion karkas. Kualitas karkas ditentukan oleh proporsi
otot, tulang dan lemak. Karkas kualitas tinggi adalah karkas dengan proporsi otot dengan
kombinasi lemak yang tinggi dan proporsi tulang rendah.
Proporsi otot/tulang dalam tubuh hewan tidaklah tetap. Pada kehidupan embrional tulang
tumbuh lebih awal dan lebih cepat dari otot, pada waktu lahir rasio otot/tulang adalah 2. pada
tingkat post-natal, walaupun tulang tetap tumbuh, otot tumbuh dengan laju yang ebih tinggi
sehingga ratio otot/tulang selalu meningkat sampai dicapai dewasa tubuh.
Anak hewan pada waktu lahir telah mempunyai otot yang berkembang pada kehidupan pra-
lahir. Agar dapat hidup di luar tubuh induk, anak sapi atau domba paling sedikit harus mampu
berjalan mengikuti induknya dan menyusu.untuk kebutuhan itu, pada waktu lahir otot pada
kaki, paha dan rahang telah tumbuh mendekati keadaan dewasa. Berlawanan dengan otot pada
kaki dan rahang, pada waktu lahir otot dinding perut masih sangat jauh dari keadaan
dewasanya.
Pertumbuhan tulang kearah memanjang kemudian membranius osipication (pembesaran
tulang) dan bone remodeling. Tulang merupakan bagian tubuh penting membentuk tubuh dan
tempat melekatnya daging. Tulang termasuk bagian karkas yang pertumbuhannya paling awal
(masak dini). Lemak merupakan jaringan masak lambat pertumbuhan lemak maksimal setelah
tercapainya dewasa tubuh.
Rangkuman singkat
Dalam pengertian pertumbuhan ada dua aspek yang menjadi pusat perhatian, sekalipun
sesungguhnya kedua aspek tersebut berkaitan erat sekali. Pertama ialah pertambahan masa
tubuh persatuan waktu dan inilah yang disebut “tumbuh’, sedang yang kedua adalah
perubahan bentuk dan komposisi tubuh hewan sebagai akibat adanya kecepatan pertumbuhan
relatif yang berbeda-beda antara berbagai komponen pertumbuhan dan inilah yang dimaksud
dengan ‘tumbuh kembang’.
Pada ternak potong, proses pertumuhan normal, mengikuti kurva pertumbuhan yang sigmuid
(huruf “S”). Berdasakan pola pertumbuhan tersebut, laju pertumuhan yang optimal dicapai
pada saat : menjelang dan sekitar pubertas dan secara gardual akan menurun sampai terhenti
(tidak meningkat) pada dewasa tubuh. Ditinjau dari perkembangan komponen jaringan,

43
jaringan musclus tumbuh cepat pada saat menjelang dan sekitar pubertas, dan paa akhir
petumbuhan didominasi oleh jaringan lemak.
Phenomena pertumbuhan tersebut, penting untuk dipahami, karena dalam strategi
pemeliharaan ternak (terutama untuk program penggemukan) nilai ekonomi dari investasi
operational (terutama dari pakan), akan cenderung menurun setelah usia pubertas terlampaui
karena “ADG” yang menurun dan proporsi jaringan lemak yang meningkat.
Laju pertumbuhan ternak potong dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain : pakan, umur
ternak, spesies, breed, kelamin,latihan, kondisi tubuh bakalan, iklim dan kesehatan.
Manipulasi terhadap semua faktor tersebut dimaksudkan agar ternak mengalai pertumbuhan
yang optimal. Beberapa cara pengukuran pertumbuhan yaitu secara mutlak, secara relatif dan
secara komulatif.
Karkas merupakan bagian yang terpenting dari seekor ternak daging, sehingga harga sekor
ternak potong akan sangat ditentukan oleh nilai karkas yang bakal dihasilkannya. Sifat karkas
yang dituntut oleh konsumen masa sekarang adalah karkas yang memiliki proporsi lemak
optimal, proporsi daging maksimal dan proporsi tulang minimal.
Latihan-latihan
1. Pertumbuhan merupakan proses yang sangat komplek ! benarkah demikian jelaskan.
2. Jelaskan mengapa sapi penggemukan yang dijual pada umur 2,5-3,0 tahun umumnya lebih
menguntungkan dibanding sapi berumur 5-6 tahun?
3. Pada posisi pertumbuhan di mana dari kurva pertumbuhan normal nilai feed cost/gain
paling efisien? Jelaskan alasannya!
4. Jelaskan mengapa fenomena pertumbuhan kompensasi sering diimplementasikan pada
usaha penggemukan sapi atau feedlot ?
5. Jelaskan mengapa kerbau yang sering digunakan untuk bekerja, laju pertumbuhan dan
kalitas dagingnya menurun?.
6. Sapi shorthorn yang mepunyai laju pertumbuhan tinggi bila dipelihara di Indonesia bagian
timur laju pertumbuhannya lebih rendah dari sapi bali. Mengapa demikian ?.
7. Sebutkan beberapa cara pengukuran pertumbhan serta uraikan keunggulan dan
kelemahan dari masing-masing cara yang saudara sebutkan.
8. Kenapa produksi karkas seekor hewan dapat dijadikan petunjuk tingkat pertumbuhan
ternak tersebut semasa hidupnya ?.

Bahan Bacaan

44
Ber, R.T., R.M. Butterfield, 1988. New Concepts Of cattle Growth. Sidney University Pres.
Denis, R.C.,G. J. Housmen and R. J. Martin., 1989. Animal Growth regulation. Planum
Publishing Comparation. Plenum Press. New York and london.
Hodgen, N. W., I. William., R. McAlister., P. Godwin., 1994. Animal Husbandry. The
University of Queensland. Gatton Collage. Lanves.
Lawrence, T. L. J., 1980. Groth in Animal. Butterworths, london-Boston, Durban Tronto.
Yousef, M. K., 1982. Animal Prodution in The Tropics. Praeger Publisher A Division Of
CBC. Inc.
Kata-kata sulit (glossary)
-Maintenance -Growth Rate -Sigmoid -Pertumbuhan
-Perkembangan -Intermitan -Compensatori Growth

45

Anda mungkin juga menyukai