Dosen Pengampu :
SUSI YULIANTI, MH
Disusun Oleh :
Kelompok 1
TBI.C
i
KATA PENGANTAR
Alahamdulillah puji syukur kehadirat Allah SWT yang Maha Esa atas segala
limpahan rahmatnya, sehuingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah Pancasila.
Sholawat serta salam semoga tetap tercurahkan pada Nabi Muhammad SAW. Yang mana
telah membawa kita ke zaman yang terang benderang yakni addinal islam.
Dengan sangat kerendahan hati kami Tim Penulis, kami memohon kritik dan saran
yang membangun untuk penyempurnaan serta perbaikan makalah ini. Tim Penulis berharap
pembaca dapat mengambil manfaat dari makalah ini.
Tim Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...............................................................................................................i
DAFTAR ISI.............................................................................................................................ii
BAB 1 PENDAHULUAN........................................................................................................1
A. Latar Belakang...........................................................................................................................1
B. Rumusan Masalah......................................................................................................................1
C. Tujuan........................................................................................................................................1
BAB II HUBUNGAN ANTARA LEMBAGA-LEMBAGA NEGARA BERDASARKAN
UUD 1945..................................................................................................................................2
A. Hubungan antara MPR dengan DPR..........................................................................................2
B. Hubungan antara MPR dengan Presiden....................................................................................3
C. Hubungan DPR-Presiden...........................................................................................................4
D. Hubungan antara DPR dengan Menteri-Menteri lainnya...........................................................5
E. Hubungan Presiden dengan Menteri-Menteri lainnya................................................................5
a. Hubungan Presiden dengan MK............................................................................................5
b. Hubungan Presiden dengan MA............................................................................................6
c. Hubungan DPR dengan Presiden...........................................................................................7
d. Hubungan antara MPR dengan Presiden................................................................................7
e. Hubungan DPD dengan Presiden...........................................................................................8
F. Hubungan antara MA - Lembaga Negara lainnya.........................................................................9
a. Hubungan DPR dengan MA................................................................................................10
b. Hubungan antar BPK dan MA.............................................................................................10
BAB III PERUMUSAN DAN PEMANTAPAN PANCASILA..........................................11
A. Perumusan Pancasila sebagai Dasar Negara............................................................................11
1. Pembentukan BPUPKI........................................................................................................11
2. Perumusan Dasar Negara.....................................................................................................11
B. Penetapan Pancasila sebagai Dasar Negara..............................................................................13
C. Semangat Pendiri Negara dalam Merumuskan dan Menetapkan Pancasila sebagai Dasar
Negara.............................................................................................................................................14
1. Nilai Semangat Pendiri Negara............................................................................................14
2. Komitmen para Pendiri Negara dalam Perumusan Pancasila sebagai Dasar Negara............14
A. Kesimpulan..............................................................................................................................15
ii
B. Saran........................................................................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................16
iii
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Salah satu tuntutan Reformasi adalah perubahan terhadap UUD 1945. Tuntutan
terhadap pelaksanaan UUD 1945 adalah tuntutan yang mempunyai dasar pemikiran teoritis
konseptual dan berdasarkan pertimbangan empiris yaitu pratek ketatanegaraan Indonesia
selama setengah abad.
Nilai-nilaiyang terkandung dalam Pancasila yaitu: (1) Ketuhanan Yang Maha Esa; (2)
Kemanusiaan Yang Adil Dan Beradap; (3) Persatuan Indonesia; (4) Kerakyatan Yang
Dipimpin Oleh Hikmat Kebijaksaan Dalam Permusyawaratan dan Perwakilan; (5) Keadilan
Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia. Kelima asas negara ini merupakan pondasi yang
kokoh untuk bangsa indonesia karena dapat mewujudkan cita-cita sebuah bangsa yang adil
dan makmur. Dalam Pancasila juga terdapat semboyan yaitu Bhinneka Tunggal Ika yang
berarti berbeda-beda suku, ras, agama, budaya serta yang lainnya kita tetap satu Indonesia
Raya.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana hubungan antara Lembaga-Lembaga Negara menurut UUD 1945 ?
2. Bagaimana terbentuknya dasar Negara Republik Indonesia ?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui bagaimana hubungan lembaga-lembaga negara tinggi di
Indonesis menurut UUD 1945.
2. Untuk mengetahui bagaimana terbentuknya dasar Negara Republik Kesatuan
Republik Indonesia.
1
BAB II
HUBUNGAN ANTARA LEMBAGA-LEMBAGA NEGARA BERDASARKAN UUD
1945
2. UUD 1945 pasal 7A yang berbunyi, “Presiden dan/atau Wakil Presiden dapat
diberhentikan dalam masa jabatannya oleh Majelis Permusyawaratan Rakyat atas
usul Dewan Perwakilan Rakyat, baik apabila terbukti telah melakukan
pelanggaran hukum berupa pengkhianatan terhadap negara, korupsi, penyuapan,
tindak pidana berat lainnya, atau perbuatan tercela maupun apabila terbukti tidak
lagi memenuhi syarat sebagai Presiden dan/atau Wakil Presiden. “
2
B. Hubungan antara MPR dengan Presiden
Adapun hubungan antara MPR dengan Presiden diatur dalam UUD 1945 sebagai berikut:
3. UUD 1945 pasal 7A yang berbunyi, “Presiden dan/atau Wakil Presiden dapat
diberhentikan dalam masa jabatannya oleh Majelis Permusyawaratan Rakyat atas
usul Dewan Perwakilan Rakyat, baik apabila terbukti telah melakukan
pelanggaran hukum berupa pengkhianatan terhadap negara, korupsi, penyuapan,
tindak pidana berat lainnya, atau perbuatan tercela maupun apabila terbukti tidak
lagi memenuhi syarat sebagai Presiden dan/atau Wakil Presiden. “
6. UUD 1945 pasal 8 ayat 2 yang berbunyi, “Dalam hal terjadi kekosongan Wakil
Presiden, selambat-lambatnya dalam waktu enam puluh hari, Majelis
Permusyawaratan Rakyat menyelenggarakan sidang untuk memilih Wakil
Presiden dari dua calon yang diusulkan oleh Presiden.
7. UUD 1945 pasal 8 ayat 3 yang berbunyi, “Jika Presiden dan Wakil Presiden
mangkat, berhenti, diberhentikan, atau tidak dapat melakukan kewajibannya
3
dalam masa jabatannya secara bersamaan, pelaksana tugas kepresidenan adalah
Menteri Luar Negeri, Menteri Dalam Negeri dan Menteri Pertahanan secara
bersama-sama. Selambat-lambatnya tiga puluh hari setelah itu, Majelis
Permusyawaratan Rakyat menyelenggarakan siding untuk memilih Presiden dan
Wakil Presiden dari dua pasangan calon Presiden dan Wakil Presiden yang
diusulkan oleh partai politik atau gabungan partai politik yang pasangan calon
Presiden dan Wakil Presidennya meraih suara terbanyak pertama dan kedua
dalam pemilihan umum sebelumnya, samapi berakhir masa jabatannya.
C. Hubungan DPR-Presiden
Hubungan Kelembagaan antara DPR dan Presiden adalah hubungan
“nebengeordnet” atau hubungan horizontal atau hubungan satu level. Hubungan kedua
lembaga tersebut sudah diatur dalam UUD 1945 dan dirumuskan dalam bentuk kerjasama
kelembagaan dalam menyenggarakan fungsional masing-masing lembaga negara. Tugas yang
berkaitan dengan hubungan fungsional kelembagaan dengan DPR, yaitu:
Kekuasaan tersebut ialah kekuasaan presiden sebagai kepala negara yang diberikan
oleh UUD 1945 setelah diamandenkan, yaitu terdapat dalam pasal 11 sampai dengan pasal
15. Adapun kekuasaan presiden dan kewenangan DPR berdasarkan UUD 1945 dalam
ketentuan hubungan kelembagaan dengan presiden (untuk melaksanakan hubungan
fungsional), terdapat 3 hal pokok tugas DPR yaitu:
Dengan begitu, kekuasaan DPR disatu sisi, dan presiden di sisi lain (dalam hubungan
menjalankan fungsi), hal tersebut merupakan suatu tindakan untuk membuat peraturan yang
bersifat umum.
4
Secara konseptual dapat dilihat bahwa dalam perubahan pertama UUD 1945,
ketentuan pasal 5 ayat (1) disebutkan, presiden berhak mengajukan RUU kepada DPR. Hal
ini berarti pembentuk konstitusi tidak lagi memberikan kewenagan kepada presiden sebagai
pemegang kekuasaan membentuk UU seperti ketentuan sebelumnya. Melainkan presiden
hanya diberikan hak untuk mengajukan RUU saja kepada DPR. Dengan ketentuan yang
seperti itu maka dapat dikatakan bahwa UU detetapkan oleh DPR, sedangkan kekuasaan yang
mengesahkan UU tetap berada ditangan presiden.
Adapun kewenangan DPR ( atas hubungan fungsional dengan presiden sebagai kepala
negara) berdasarkan UUD 1945 yaitu:
1) UUD 1945 pasal 24C ayat 2 yang berbunyi, “Mahkamah Konstitusi wajib
memberikan putusan atas pendapat Dewan Perwakilan Rakyat mengenai dugaan
pelanggaran oleh Presiden dan/atau Wakil Presiden menurut Undang-Undang
Dasar.
5
2) UUD 1945 pasal 24C ayat 3 yang berbunyi, “Mahkamah Konstitusi mempunyai
sembilan orang anggota hakim konstitusi yang ditetapkan oleh Presiden, yang
diajukan masing-masing tiga orang oleh Mahkamah Agung, tiga orang oleh
Dewan Perwakilan Rakyat, dan tiga orang oleh Presiden.”
Berdasarkan ketentuan Pasal 24C UUD 1945 dan UU No.24 Tahun 2003 tentang Mahkamah
Konstitusi (MK), MK mempunyai lima kewenangan. Yakni:
6
Presiden selaku Kepala Negara dalam rangka pemberian atau penolakan grasi (Pasal 35
Undang-undang Mahkamah Agung No.14 Tahun 1985). Selanjutnya Perubahan Pertama
Undang-undang Dasar Negara RI Tahun 1945 Pasal 14 Ayat (1), Mahkamah Agung
diberikan kewenangan untuk memberikan pertimbangan kepada Presiden selaku Kepala
Negara selain grasi juga rehabilitasi. Namun demikian, dalam memberikan pertimbangan
hukum mengenai rehabilitasi sampai saat ini belum ada peraturan perundang-undangan yang
mengatur pelaksanaannya.
Hubungan antara DPR dam Presiden terletak pada hubungan kerja. Hubungan kerja
tersebut antara lain adalah mengenai proses pembuatan undang-undang antara presiden dan
DPR yang diatur dalam pasal 20 ayat 2, 3, 4, dan 5. Yaitu setiap rancangan undang-undang
harus dibahas oleh presiden dan DPR untuk mendapat persetujuan bersama (ayat 2). Jika
rancangan undang-undang itu tidak mendapat persetujuan bersama, maka maka rancangan
undang-undang itu tidak dapat diajukan lagi pada masa persidangan itu (ayat 3). Presiden
mengesahkan rancangan undang-undang yang telah disetujui bersama, (ayat 4) dan apabila
presiden dalam waktu 30 hari setelah rancangan undang-undang itu disetujui bersama,
undang-undang itu sah menjadi undang-undang dan wajib diundangkan (ayat 5). Untuk
terbentuknya undang-undang, maka harus disetujui bersama antara presiden dengan DPR.
Walaupun seluruh anggota DPR setuju tapi presiden tidak, atau sebaliknya, maka rancangan
undang-undang itu tidak dapat diundangkan.
Selanjutnya mengenai fungsi pengawasan yang dimiliki oleh DPR. Yaitu mengawasi
presiden dan wakil presiden dalam pelaksanaan kekuasaan eksekutif. Dan DPR dapat
mengusulkan pemberhentian Presisiden sebagai tindak lanjut pengawasan (pasal 7A). Dalam
bidang keuangan, RUU APBN diajukan oleh presiden untuk dibahas bersama DPR dengan
memperhatikan pertimbangan DPD (pasal 23 ayat 2). Apabila DPR tidak menyetujui RAPBN
yang diusulkan presiden, pemerintah menjalankan APBN tahun lalu(pasal 23 ayat 3).
Hubungan kerja lain antara DPR dengan Presiden antara lain: melantik presiden dan
atau wakil presiden dalam hal MPR tidak dapat melaksanakan sidang itu (pasal 9),
memberikan pertimbangan atas pengangkatan duta dan dalam hal menerima duta negara lain
(pasal 13), memberikan pertimbangan kepada presiden atas pemberian Amnesti dan Abolisi
(pasal 14 ayat 2), memberikan persetujuan atas pernyataan perang, membuat perdamaian dan
perjanjian dengan negara lain (pasal 11), memberikan persetujuan atas pengangkatan komisi
yudisial (pasal 24B ayat 3), memberikan persetujuan atas pengangkatan hakim agung (pasal
24A ayat 3).
7
1) UUD 1945 pasal 3 ayat 2 yang berbunyi, ”Majelis Permusyawaratan Rakyat melantik
Presiden dan/atau Wakil Presiden”
2) UUD 1945 pasal 3 ayat 3 yang berbunyi, “Majelis Permusyawaratan Rakyat hanya
dapat memberhentikan Presiden dan/atau Wakil Presiden dalam masa jabatannya
menurut Undang-Undang Dasar.”
3) UUD 1945 pasal 7A yang berbunyi, “Presiden dan/atau Wakil Presiden dapat
diberhentikan dalam masa jabatannya oleh Majelis Permusyawaratan Rakyat atas usul
Dewan Perwakilan Rakyat, baik apabila terbukti telah melakukan pelanggaran hukum
berupa pengkhianatan terhadap negara, korupsi, penyuapan, tindak pidana berat
lainnya, atau perbuatan tercela maupun apabila terbukti tidak lagi memenuhi syarat
sebagai Presiden dan/atau Wakil Presiden. “
4) UUD 1945 pasal 7B ayat 1 yang berbunyi, “Usul pemberhentian Presiden dan/atau
Wakil Presiden dapat diajukan oleh Dewan Perwakilan Rakyat kepada Majelis
Permusyawaratan Rakyat hanya dengan terlebih dahulu mengajukan permintaan
kepada Mahkamah Konstitusi untuk memeriksa, mengadili, dan memutus pendapat
Dewan Perwakilan Rakyat bahwa Presiden dan/atau Wakil Presiden telah melakukan
pelanggaran hukum berupa pengkhianatan terhadap negara, korupsi, penyuapan,
tindak pidana berat lainnya, atau perbuatan tercela; dan/atau pendapat bahwa Presiden
dan/atau Wakil Presiden tidak lagi memenuhi syarat sebagai Presiden dan/atau Wakil
Presiden.”
6) UUD 1945 pasal 8 ayat 2 yang berbunyi, “Dalam hal terjadi kekosongan Wakil
Presiden, selambat-lambatnya dalam waktu enam puluh hari, Majelis
Permusyawaratan Rakyat menyelenggarakan sidang untuk memilih Wakil Presiden
dari dua calon yang diusulkan oleh Presiden.
7) UUD 1945 pasal 8 ayat 3 yang berbunyi, “Jika Presiden dan Wakil Presiden mangkat,
berhenti, diberhentikan, atau tidak dapat melakukan kewajibannya dalam masa
jabatannya secara bersamaan, pelaksana tugas kepresidenan adalah Menteri Luar
Negeri, Menteri Dalam Negeri dan Menteri Pertahanan secara bersama-sama.
Selambat-lambatnya tiga puluh hari setelah itu, Majelis Permusyawaratan Rakyat
menyelenggarakan siding untuk memilih Presiden dan Wakil Presiden dari dua
pasangan calon Presiden dan Wakil Presiden yang diusulkan oleh partai politik atau
gabungan partai politik yang pasangan calon Presiden dan Wakil Presidennya meraih
suara terbanyak pertama dan kedua dalam pemilihan umum sebelumnya, samapi
berakhir masa jabatannya.
8) UUD 1945 pasal 9 ayat 1 yang berbunyi, “Sebelum memangku jabatannya, Presiden
dan Wakil Presiden bersumpah menurut agama, atau berjanji dengan sungguh-
8
sungguh di hadapan Majelis Permusyawaratan Rakyat atau Dewan Perwakilan
Rakyat”.
2) UUD 1945 pasal 23 ayat 3 yang berbunyi, “Apabila Dewan Perwakilan Rakyat tidak
menyetujui rancangan anggaran pendapatan dan belanja negara yang diusulkan oleh
Presiden, Pemerintah menjalankan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara tahun
yang lalu.”
3) UUD 1945 pasal 23F ayat 1 yang berbunyi, “Anggota Badan Pemeriksa Keuangan
dipilih oleh Dewan Perwakilan Rakyat dengan memperhatikan pertimbangan Dewan
Perwakilan Daerah dan diresmikan oleh Presiden.”
4) UU no 27 tahun 2009 pasal 227 ayat 3 yang berbunyi, “Keanggotaan DPD diresmikan
dengan keputusan Presiden.”
5) UU no 27 tahun 2009 pasal 240 ayat 2 yang berbunyi, “Tugas panitia kerja dalam
pembahasan rancangan undang-undang yang berasal dari DPR atau Presiden adalah
melakukan pembahasan serta menyusun pandangan dan pendapat DPD.”
Memang dulunya MPR adalah lembaga Tertinggi Negara (UUD 1945 sebelum
amandemen), namun setelah UUD 1945 diamandemen sejak tahun 1999-2002 maka MPR
tidak lagi sebagai LEMBAGA Tertinggi Negara.....melainkan lembaga tinggi negara...,
Alasan MPR tidak lagi menjadi lembaga tertinggi terdapat pada UUD 1945 Secara
ekplisit kekuasaan MPR sebelum amandemen UUD 1945 adalah:
Akan tetapi jika diteliti, secara implisit Pasal 1 (2) UUD 1945 yang berbunyi:
“Kedaulatan adalah ditangan rakyat dan dilakukan sepenuhnya oleh Majelis
Permusyawaratan Rakyat” ; maka sesungguhnya kekuasaan MPR tidak hanya terbatas pada
empat macam kekuasaan tersebut diatas. Pasal 1 (2) UUD 1945 itu merupakan sumber dari
kekuasaan MPR yang lainnya, sebagai lembaga yang menjalankan sepenuhnya kedaulatan
yang dipunyai oleh rakyat. Setelah diamandemen kekuasaan MPR menjadi sebagai berikut:
1) UUD 1945 pasal 24A tentang Susunan, kedudukan, keanggotaan, dan hukum
acara Mahkamah Agung.
Hubungan antara BPK dan MA diatur dalam Undang 1945 sebagai berikut:
10
1) UU no 15 tahun 2006 pasal 16 ayat 1 yang berbunyi, “Anggota BPK sebelum
memangku jabatannya wajib mengucapkan sumpah atau janji menurut agamanya
yang dipandu oleh Ketua Mahkamah Agung.
2) UU no 15 tahun 2006 pasal 16 ayat 2 yang berbunyi, “Ketua dan Wakil Ketua
BPK terpilih wajib mengucapkan sumpah atau janji menurut agamanya yang
dipandu oleh Ketua Mahkamah Agung.”
BAB III
PERUMUSAN DAN PEMANTAPAN PANCASILA
1. Pembentukan BPUPKI
Bangsa Indonesia mengalami sejarah yang panjang dalam melawan penjajah.
Kita pernah mengalami penderitaan saat dijajah oleh Belanda. Sejarah juga mencatat,
kekalahan Belanda oleh Jepang dalam perang Asia Timur Raya menyebabkan bangsa
Indonesia dijajah oleh Jepang. Jepang mulai menguasai wilayah Indonesia setelah
Belanda menyerah di Kalijati, Subang, Jawa Barat pada tanggal 8 Maret 1942.
Kedatangan Jepang semula disangka baik oleh bangsa Indonesia. Banyak semboyan
dikumandangkan oleh seperti ”Jepang Pelindung Asia, Jepang Pemimpin Asia, dan
Jepang Cahaya Asia” untuk menarik simpati bangsa kita. Kenyataan sejarah
menunjukkan bahwa Jepang tidak berbeda dengan Belanda, yaitu penjajahan atas
bangsa Indonesia.
11
Pada tahun 1945, tentara Jepang mulai mengalami kekalahan di berbagai
medan pertempuran. Seperti pada perang Pasifik, pasukan Jepang dikalahkan oleh
Amerika. Kekalahan tersebut mengancam kekuasaan Jepang di negara-negara
jajahannya, termasuk di Indonesia. Perlawanan rakyat Indonesia dan usaha Belanda
peringkat Jepang kian lemah. Akhirnya, Jepang menyatakan kemerdekaan kepada
rakyat Indonesia. Janji tersebut untuk meredam gejolak dan perlawanan rakyat
Indonesia. Janji Jepang membentuk BPUPKI ( Dokuritsu Zyunbi Tyoosakai)
Direalisasikan, pada tanggal 29 April 1945 bersamaan dengan hari ulang tahun
Kaisar Hirohito. Secara resmi BPUPKI dilantik oleh Jepang, dengan anggota yang
memiliki enam puluh dua (62) orang yang terdiri atas tokoh-tokoh bangsa Indonesia
dan tujuh (7) orang anggota perwakilan dari Jepang. Ketua BPUPKI adalah dr. KRT
Radjiman Wedyodiningrat, dengan dua wakil ketua, yaitu Ichibangase Yosio (Jepang)
dan RP Soeroso. BPUPKI mengadakan sidang resmi sebanyak dua kali, yaitu sidang I
dan II. Sidang I Sidang I BPUPKI dilaksanakan pada tanggal 29 Mei – 1 Juni 1945.
Pada sidang I dibahas tentang dasar negara. Sidang II Sidang II BPUPKI dilaksanakan
pada tanggal 10 – 17 Juli 1945. Pada sidang II ini dibuat tentang rancangan Undang-
Undang Dasar.
12
5) Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
1) Persatuan
2) Kekeluargaan
3) Keseimbangan lahir dan batin
4) Musyawarah
5) Keadilan rakyat
Oleh Ir. Soekarno, pembukaan hukum dasar ini diberikan nama “Mukadimah”,
oleh Mr. Muhammad Yamin dinamakan “Piagam Jakarta”, dan oleh Sukiman
Wirjosandjojo disebut “Gentlemen’s Agreement”. Naskah ”Mukadimah” yang
ditandatangani oleh sembilan orang anggota Panitia Sembilan, dikenal dengan nama
”Piagam Jakarta” atau ”Piagam Jakarta”.
Dalam alinea keempat naskah Piagam Jakarta tersebut, terdapat rumusan dasar
negara sebagai berikut. (1). Ketuhanan, dengan kewajiban menjalankan syari’at Islam
bagi pemeluk- pemeluknya (2). Kemanusiaan yang adil dan beradab (3). Persatuan
Indonesia (4). Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat di dalam permu- syawaratan
perwakilan (5). Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Karena mengetahui dan
untuk menghindari perpecahan, para tokoh bersepakat untuk mengubah kalimat
”Ketuhanan, dengan kewajiban menjalankan syari’at Islam bagi pemeluk-
pemeluknya” menjadi “Ketuhanan yang Maha Esa.
13
B. Penetapan Pancasila sebagai Dasar Negara
a. Pro Patria dan Primus Patrialis, artinya mencintai tanah air dan men-
dahulukan kepentingan tanah air.
b. Jiwa solidaritas dan kesetiakawanan dari semua lapisan masyarakat
terhadap perjuangan kemerdekaan.
c. Jiwa toleransi atau tenggang rasa antaragama, antarsuku,
antargolongan dan antarbangsa.
d. Jiwa tanpa pamrih dan bertanggung jawab.
e. Jiwa ksatria dan kebesaran jiwa yang tidak mengandung balas
dendam.
14
2. Komitmen para Pendiri Negara dalam Perumusan Pancasila sebagai Dasar
Negara
Komitmen adalah sikap dan perilaku yang mengalahkan oleh rasa memiliki,
memberikan perhatian, serta melakukan usaha untuk mewujudkan harapan dan cita-
cita dengan sungguh-sungguh. Seseorang yang memiliki komitmen terhadap bangsa
adalah orang yang akan mendahulukan kepentingan bangsa dan negara di atas
kepentingannya.
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
`Berdasarkan Undang-Undang Dasar 1945 dijelaskan, bahwa struktur pemerintahan
Indonesia, melalui UUD 1945 terlihat bahwa semua lembaga tinggi negara memiliki
hubungan yang sangat jelas antara satu dengan yang lain. Setiap lembaga memiliki tugas dan
wewenangnya masing-masing. Tujuan hubungan antar lembaga adalah untuk memperikat
kerjasama ysng lebih baik untuk menciptakan Indonesia yang lebih baik dalam hal
kesejahteraan, keadilan, dan kemajuan Indonesia untuk menjadi Negara yang terbaik di Asia
maupun Internasional dalam hal apa pun.
Pancasila sebagai dasar Negara Indonesia merupakan rumusan atau usulan dari
beberapa tokoh Indonesia yaitu Mohammad Yamin, Ir. Soekarno dan soepomo. Secara
tertulis Mohammad Yamin mengusulkan 5 dasar negara Indonesia yang sampai saat ini kita
kenal dengan Pancasila, dimana isi Pancasila tersebut berpegang teguh pada ideologi bangsa
Indonesia. Mereka adalah orang-orang yang berjuang untuk mendirikan bangsa dan negara
Indonesia. Jasa-jasanya sudah seharusnya selalu kita kenang atau ingat. Seperti yang
diucapkan oleh Proklamator Kemerdekaan Indonesia Ir. Soekarno, ”Jangan sekali-kali
melupakan sejarah”. Pernyataan tersebut lebih dikenal dengan singkatan ”Jasmerah”. Tidak
melupakan sejarah perjuangan bangsa, merupakan kewajiban seluruh warga negara sebagai
bangsa Indonesia. Melupakan sejarah perjuangan bangsa sama artinya dengan menghilangkan
identitas bangsa Indonesia.
15
B. Saran
Berdasarkan kesimpulan diatas kami selaku Tim Penulis menyarankan bagi pembaca
untuk memperluas pemahaman tentang Hubungan antara lembaga-lembaga dengan lainnya
dan terutama Pancasila dimana sebagai ideologi bangsa Indonesia guna terwujudnya proses
pembelajaran yang baik serta pemahaman landasan hidup bangsa Indonesia dan tatanan
hubungan antar lembaga-lembaga yang satu dengan yang lain. Berikut saran yang bisa kami
sampaikan.
1. Setiap lembaga dan seluruh lembaga tinggi lainnya agar selalu bekerjasama untuk
kesejahteraan dan kemajuan Indoneisa. Pemerintah Indonesia juga tidak fokus terus
diatas dan memperkaya diri namun lihat juga dibawah khususnya bagi wakil rakyat
yang dimana dari rakyat untuk rakyat bukan dari rakyat untuk wakil rakyat.
2. Pancasila sebagai dasar negara merupakan hasil perjuangan para pendiri negara.
Untuk itu kita sebagai bangsa yang besar harus memiliki jiwa semangat, nasionalisme
dan patriotisme yang tinggi. Hal itu bertujaun untuk tercapainya cita-cita bangsa
Indonesia yang merdeka, bersatu, berdaulat, adil, dan makmur.
Tim Penulis menyadari makalah ini masih banyak sekali kekurangan, oleh sebab itu
Tim Penulis menyarankan untuk pembaca mencari sumber-sumber lain yang dapat
menunjang pembahasan yang ada dimakalah ini, agar untuk perbaikan yang akan datang.
DAFTAR PUSTAKA
16
17