Anda di halaman 1dari 208

LAPORAN TUGAS AKHIR

ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF PADA NY.”A” USIA 30 TAHUN


KEHAMILAN TRIMESTER III DENGAN JARAK TERLALU DEKAT
<2TAHUN SAMPAI DENGAN PENGGUNAAN ALAT
KONTRASEPSI DI PMB YULIDA TI’ANI
SINGOSARI

DISUSUN OLEH:
LELYANA MOELYANDA
NIM 18.20.63

PROGRAM STUDI D III KEBIDANAN


INSTITUT TEKNOLOGI,SAINS, DAN KESEHATAN RS dr. SOEPRAOEN
KESDAM V/BRW MALANG
TAHUN 2021

1
2

LAPORAN TUGAS AKHIR

ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF PADA NY.”A” USIA 30 TAHUN


KEHAMILAN TRIMESTER III DENGAN JARAK TERLALU DEKAT
<2TAHUN SAMPAI DENGAN PENGGUNAAN ALAT
KONTRASEPSI DI PMB YULIDA TI’ANI
SINGOSARI

Disusun sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan pendidikan Ahli Madya
Kebidanan pada Program Studi Diploma III Kebidanan Institut teknologi,Sains,
dan Kesehatan Rs dr. Soepraoen Kesdam V/BRW

DISUSUN OLEH:
LELYANA MOELYANDA
NIM 18.20.63

PROGRAM STUDI D III KEBIDANAN


INSTITUT TEKNOLOGI,SAINS, DAN KESEHATAN RS dr. SOEPRAOEN
KESDAM V/BRW MALANG
TAHUN 2021

2
LEMBAR PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT

Dengan ini saya sampaikan yang bertanda tangan dibawah ini:

Nama : Lelyana Moelyanda


Nim : 182063
Institusi : Program Studi DIII Kebidanan Institut Teknologi,Sains dan
Kesehatan RS dr. Soepraoen Malang
Judul : Asuhan Kebidanan Komprehensif Pada Ny.”A” Usia 30 Tahun
Kehamilan Trimester III Dengan Jarak Terlalu Dekat <2Tahun
Sampai Dengan Penggunaan Aalat Kontrasepsi DI PMB Yulida
Ti’ani Singosari
TA : 2021/2022

Menyatakan bahwa Laporan Tugas Akhir yang saya buat


merupakan hasil karya saya pribadi dan bukan dari hasil tindakan plagiat.
Jika ditemukan kemudian hari dalam kondisi yang bertolak belakang
dengan pernyataan saya buat hari ini, maka saya Bersedia menerima
sanksi mengulang kembali awal proses penelitian dan penyerahan judul
sampai dengan ujian ulang yang akan dilaksanakan bersamaan dengan
angkatan dibawah saya.
Demikin surat pernyataan ini dengan sebenar-benarnya dan tanpa
paksaan dari pihak manapun.

Malang, 2021

Mahasiswa

Lelyana Moelyanda 182063

i
LEMBAR PERSETUJUAN

Laporan Tugas Akhir ini oleh Lelyana Moelyanda 18.20.63 dengan judul
“ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF PADA NY.A KEHAMILAN
TRIMESTER III DENGAN JARAK TERLALU DEKAT <2TAHUN SAMPAI
DENGAN PENGGUNAAN ALAT KONTRASEPSI DI PMB YULIDA TI’ANI DI
SINGOSARI KABUPATEN MALANG” telah disetujui untuk dipertahankan
dihadapan tim penguji ujian Laporan Tugas Akhir Program Studi D-III Kebidanan
Institut Teknologi, Sains, dan Kesehatan RS dr. Soepraoen kesdam V/BRW
Malang pada:

Malang, 2021
Mahasiswa

LELYANA MOELYANDA
NIM.182063

Mengetahui,

Pembimbing

(Rosyidah Alfitri, SST., MPH)

i
LEMBAR PENGESAHAN

Laporan Tugas Akhir ini oleh Lelyana Moelyanda NIM. 18.20.63 dengan judul
“ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF PADA NY.”A” USIA 30 TAHUN
KEHAMILAN TRIMESTER III DENGAN JARAK TERLALU DEKAT <2TAHUN
SAMPAI DENGAN PENGGUNAAN ALAT KONTRASEPSI DI PMB YULIDA
TI’ANI SINGOSARI” telah diuji untuk dipertahankan dihadapan Tim Penguji ujian
sidang Laporan Tugas Akhir Program Studi D III Kebidanan Institut Teknologi,
Sains, dan Kesehatan RS dr. Soepraoen kesdam V/BRW Malang pada:

Hari :
Tanggal :
Dan disahkan oleh :

Rifzul Maulina, S.ST., M.Kes


Penguji I
(…………………………) (………………)
TandaTangan Tanggal

Anik Purwati, SST.,MM., M.Kes


Penguji II

(…………………………) (………………)
TandaTangan Tanggal

Rosyidah Alfitri, SST., MPH


Penguji III
(…………………………) (………………)
TandaTangan Tanggal
Mengetahui
Ketua Program Studi D-III Kebidanan
Institut Teknologi, Sains, dan Kesehatan RS dr. Soepraoen

i
Anik Purwati, S.ST., MM., M.Kes
RINGKASAN

ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF PADA NY.”A” USIA 30 TAHUN


KEHAMILAN TRIMESTER III DENGAN JARAK TERLALU DEKAT
<2TAHUN SAMPAI DENGAN PENGGUNAAN ALAT
KONTRASEPSI DI PMB YULIDA TI’ANI
SINGOSARI

Lelyana Moelyanda
Institut Teknologi Sains dan Kesehatan RS dr. Soepraoen Kesdam V/Brawijaya
Malang Program Studi Kebidanan

Jarak kehamilan adalah jarak interval waktu antara dua kehamilan yang
berurutan dari seorang wanita. Jarak kehamilan yang pendek secara langsung
akan memberikan efek terhadap kesehatan wanita maupun kesehatan janin yang
di kandungnya. Penyebab kematian tidak langsung pada ibu hamil meliputi 4
terlalu yaitu terlalu muda (<16 tahun), terlalu tua (> 35) tahun, terlalu dekat (jarak
anak <2 tahun) dan terlalu sering (jumlah anak lebih dari 3 ). Asuhan kebidanan
dilakukan pada Ny.A usia 30 tahun dari kehamilan trimester III sampai dengan
perencanaan penggunaan alat kontrasepsi. Asuhan kebidanan ini dilakukan
melalui pendekatan kepada pasien secara langsung pada pasien Ny.A usia 30
tahun. Tujuan dari studi kasus ini adalah untuk dapat memberikan asuhan
kebidanan secara continuity of care pada kasus jarak terlalu dekat mulai dari
kehamilan trimester III, persalinan, masa nifas, bayi,neonates, hingga
penggunaan alat kontrasepsi bai bio,psiko, dan social sehingga dapat mencegah
terjadinya komplikasi dan meningkatkan derajat kesehatan ibu dan bayinya
dengan menggunakan pendekatan manajemen kebidanan.
Kasus diambil di PMB Yulida Ti’ani Singosari, Kabupaten Malang,
Provinsi Jawa timur dari tanggal 25 November 2020 s.d 10 Januari 2021. Metode
asuhan dalam LTA ini adalah dengan wawancara, observasi, dan
penatalaksanaan asuhan. Subjek dalam asuhan ini adalah Ny. A usia 30 tahun
G3P2Ab0 yang mengalami dengan kehamilan jarak terlalu dekat usia kehamilann
36 minggu 3 hari di PMB Yulida Ti’ani Singosari.
Perencanaan asuhan dilakukan sesuai kebutuhan pasien dan telah
dilakukan kunjungan ANC 1 kali, pendampingan persalinan, kunjungan nifas

i
ii

yang dilakukan 4 kali dan mencangkup kunjungan neonatus serta kunjungan


keluarga berencana. Pada kunjungan kehamilan dilakukan pemeriksaan fisik,
pemeriksaan labolatorium serta memberi konseling. Pada saat persalinan
ditolong oleh bidan dan peneliti dilakukan observasi sampai dengan 2 jam post
partum ketika 2 jam post partum dilakukan rujukan karena HPP, perdarahan
±450cc akibat tertinggalnya selaput plasenta. Pada saat nifas juga dilakukan
pemeriksaan fisik dan evaluasi perdarahan dan diberi KIE masase uterus, dan
pada saat kunjungan neonatus dialkukan observasi pada perkembangan bayi
dan keadaan bayi. Saat kunjungan KB peneliti memberi KIE tentang KB dan
waktu penggunaan KB.
Hasil asuhan yang telah diberikan dari kehamilan trimester III, persalinan,
nifas, neonatus dan kotrasepsi sesuai dengan kebutuhan pasien. Diharapkan
pelayanan kesehatan terus mempertahankan asuhan yang diberikan secara
continuity of care sehingga meningkatkan kesehatan ibu dan anak.

Kata Kunci : Jarak Terlau Dekat, Asuhan Kebidanan, Komprehensif

ii
iii

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan karunia-Nya, sehingg
a penulis dapat menyelesaikan tugas laporan ini tanpa suatu halangan apapun. L
aporan yang berjudul Asuhan Kebidanan Komprehensif Pada NY.”A” Usia 30
Tahun Kehamilan Trimester III Dengan Jarak Terlalu Dekat <2Tahun Sampai
Dengan Penggunaan Alat Kontrasepsi Di PMB Yulida Ti’ani Singosari”
Laporan ini merupakan laporan studi kasus yang diajukan sebagai syarat
menyelesaikan Pendidikan Tinggi Program Studi D-III Kebidanan
Dalam menyelesaikan laporan studi kasus ini penulis banyak
mendapatkan bantuan bibmbingan dan dukungan dari berbagai pihak, untuk itu
pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terimakasih kepada yang
terhormat:
1. Arief Efendi, SMPh, SH, S.Kep., Ners, M.M, M.Kes selaku Rektor Institut
Teknologi, Sains, dan Kesehatan RS dr. Soepraoen kesdam V/BRW Malang
2. Anik Purwati, S.ST., M.M., M.Kes selaku Ketua Program Studi DIII Kebidanan
Kebidanan Institut Teknologi, Sains, dan Kesehatan RS dr. Soepraoen
kesdam V/BRW Malang dan selaku penguji II yang telah memberikan
bimbingan sehingga dapat terselesaikan
3. Rifzul Maulina, S.ST., M.Kes selaku penguji utama yang telah memberikan
bimbingan sehingga dapat terselesaikan
4. Rosyidah Alfitri, SST, MPH selaku pembimbing I yang telah memberikan
bimbingan sehingga dapat terselesaikan
5. PMB Yulida Ti’ani, SST., M.Kes yang telah memberikan kesempatan untuk
melakukan penyusunan Asuhan Kebidanan Komprehensif
6. Nyonya “A” selaku responden atas kerjasamanya yang baik.
7. Orangtua dan keluargaku atas cinta, dukungan dan doa yang selalu diberikan
sehingga Asuhan Kebidanan Komprehensif ini selesai pada waktunya.
8. Rekan seangkatan dan pihak-pihak yang terkait dan banyak membantu
dalam penyusunan proposal ini
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa proposal laporan tugas akhir ini
masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun
dari para pembaca sangat diharapkan penulis sebagai penyempurnaan laporan
tugas akhir ini. Semoga Tuhan Yang Maha Esa memberikan balasan pahala atau
segala amal yang telah diberikan dan dapat bermanfaat bagi para pembacanya.

iii
iv

Malang, Oktober 2020

Lelyana Moelyanda

iv
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL................................................................................................i

HALAMAN JUDUL DALAM...................................................................................

LEMBAR PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT........................................................i

LEMBAR PERSETUJUAN....................................................................................i

LEMBAR PENGESAHAN.....................................................................................i

RINGKASAN......................................................................................................... i

KATA PENGANTAR............................................................................................ii

DAFTAR ISI.........................................................................................................iv

DAFTAR GAMBAR.............................................................................................vi

DAFTAR LAMPIRAN.........................................................................................vii

DAFTAR SINGKATAN......................................................................................viii

BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1

1.1 Latar Belakang.......................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah..................................................................................3

1.3 Tujuan Penyusuan..................................................................................3

1.3.1Tujuan Umum.....................................................................................................3

1.3.2Tujuan Khusus...................................................................................................3

1.4 Ruang Lingkup.......................................................................................3

1.4.1 Sasaran..............................................................................................................3

1.4.2 Tempat...............................................................................................................3

1.4.3 Waktu.................................................................................................................4

1.5 Manfaat Asuhan Kebidanan Komprehensif.............................................4

1.5.1Manfaat Teoritis.................................................................................................4

1.5.2 Manfaat Praktis.................................................................................................4

BAB II TINJAUAN TEORI....................................................................................5

2.1 Konsep Dasar Kehamilan............................................................................5

i
ii

2.1.1 Definisi Kehamilan Dengan Jarak Terlalu Dekat..........................................5

2.1.2 Pengertian Kehamilan Trimester III...............................................................5

2.1.3 Faktor Yang Mempengaruhi Kehamilan Dengan Jarak Terlalu Dekat......5

2.1.4 Tanda Bahaya Trimester III.............................................................................7

2.1.5 Penyulit Kehamilan Trimester III.....................................................................8

2.1.6 Kunjungan ANC................................................................................................8

2.1.7 Standar Pemeriksaan Ibu Hamil.....................................................................9

2.1.8 Score Pudji Rohjati........................................................................................10

2.1.9 Pemeriksaan Laboratorium Ibu Hamil........................................................10

2.1.10 Resiko Kehamilan Dengan Jarak Terlalu Dekat......................................12

2.1.11 Penanganan Pada Ibu Hamil Dengan Jarak Terlalu Dekat....................13

2.1.12 Manajemen SOAP pada Kehamilan..........................................................14

2.2 Konsep Dasar Persalinan..........................................................................19

2.2.1 Pengertian Persalinan..................................................................................19

2.2.2 Sebab Mulainya Persalinan..........................................................................19

2.2.3 Tanda-Tanda Persalinan...............................................................................20

2.2.4 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Persalinan.........................................21

2.2.5 Tahap Persalian (Kala Persalinan)..............................................................22

2.2.6 Mekanisme Persalinan..................................................................................24

2.2.7 Resiko Kehamilan Dengan Jarak Terlalu Dekat Pada Persalinan...........25

2.2.8 Penanganan Kehamilan Jarak Terlalu Dekat Pada Persalinan.............25

2.2.9 Manajemen SOAP persalinan......................................................................27

2.3 Konsep Dasar Masa Nifas.........................................................................34

2.3.1 Pengertian masa nifas..................................................................................34

2.3.2 Tahapan Masa Nifas.....................................................................................34

2.3.3 Tanda-Tanda Bahaya Pada Masa Nifas....................................................35

2.3.4 Kunjungan Nifas............................................................................................36

ii
iii

2.3.5 Resiko Kehamilan Jarak Terlalu Dekat Pada Post Partum....................36

2.3.6 Penanganan Kehamilan Jarak Telalu Dekat Pada Ibu Post Partum.......37

2.3.7 Manajemen SOAP pada Nifas......................................................................38

2.4 Konsep Dasar Bayi Baru Lahir..................................................................42

2.4.1 Pengertian Bayi Baru Lahir Normal............................................................42

2.4.2 Tujuan Asuhan Bayi Baru Lahir....................................................................43

2.4.3 Lingkungan Adaptasi Bayi Baru Lahir..........................................................43

2.4.4 Tatalaksana Bayi Baru Lahir.........................................................................45

2.4.5 Mekanisme Kehilangan Panas.....................................................................46

2.4.5 Resiko Kehamilan Dengan Jarak Terlalu Dekat Pada Bayi Baru Lahir. .46

2.4.6 Penanganan kehamilan jarak terlalu dekat pada BBL..............................47

2.4.7 Manajemen SOAP BBL.................................................................................47

2.5 Konsep Keluarga Berencana.....................................................................50

2.5.1 Pengertian Keluarga Berencana.................................................................50

2.5.2 Tujuan Program KB........................................................................................50

2.5.3 Sasaran Program KB.....................................................................................50

2.5.4 Ruang Lingkup Program KB.........................................................................51

2.5.5 Macam-Macam Alat Kontrasepsi Yang Dapat Digunakan Kehamilan


Jarak Terlalu Dekat..................................................................................................51

2.5.6 Resiko Apabila Ibu Hamil Jarak Terlalu Dekat Tidak Menggunakan KB 53

2.5.7 Penanganan Ibu Hamil Jarak Terlalu Dekat Pada Penggunaan KB.......53

2.5.8 Manajemen SOAP KB...................................................................................53

2.6 Kerangka Konsep Teori...................................................................................55

BAB III TINJAUAN KASUS...............................................................................57

3.1 Asuhan Kebidanan Pada Ibu Hamil Trimester III Dengan Jarak Kehamilan
Terlalu Dekat......................................................................................................57

3.1.1 Kunjungan ANC I............................................................................................57

iii
iv

3.2 Asuhan Kebidanan Pada Persalinan...................................................................64

3.3 Pendokumentasian Asuhan Kebidanan Post Partum....................................76

3.3.1 Kunjungan Nifas I...................................................................................76

3.3.2 Pendokumentasian Asuhan Kebidanan Pada Post Partum II.................80

3.3.3 Pendokumntasian Asuhan Kebidanan Pada Post Partum III...................81

3.3.4 Pendokumentasian Asuhan Kebidanan Pada Post Partum IV................84

3.4 Pendokumentasian Asuhan Kebidanan Neonatus........................................85

3.4.1 Pendokumentasian Asuhan Kebidanan Neonatus I..................................85

3.4.2 Pendokumentasian Asuhan Kebidanan Neonatus II.................................89

3.4.3 Pendokumentasian Asuhan Kebidanan Neonatus III................................93

3.4.4 Pendokumentasian Asuhan Kebidanan Neonatus IV................................96

3.5 Asuhan Kebidanan Keluarga Berencana....................................................100

BAB IV PEMBAHASAN...................................................................................104

4.1 Asuhan Kehamilan..........................................................................................104

4.2 Asuhan Persalinan..........................................................................................106

4.3 Asuhan Bayi Baru Lahir..................................................................................109

4.4 Asuhan Pada Masa Nifas...............................................................................113

4.5 Asuhan Keluarga Berencana (KB)................................................................115

BAB V PENUTUP............................................................................................117

5.1 Kesimpulan.............................................................................................117

5.2 Saran.......................................................................................................118

5.2.1 Bagi Penulis..................................................................................................118

5.2.2 Bagi Klien.......................................................................................................118

5.2.3 Bagi Lahan Praktek......................................................................................118

5.2.4 Bagi Institusi..................................................................................................118

DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................119

iv
DAFTAR GAMBAR

No Daftar Gambar Halaman

Gambar 2.1 Kerangka konsep teori ..........................................................37

i
ii

DAFTAR LAMPIRAN

No Daftar Lampiran

Lampiran 1 Jadwal Penyusunan dan Pelaksanaan Laporan Tugas Akhir

Lampiran 2 Lembar Permohonan Menjadi Responden Penelitian

Lampiran 3 Informed consent

Lampiran 4 Skrining Score Poedji Rohjati

Lampiran 5 Penapisan Persalinan

Lampiran 6 Lembar Observasi persalinan

Lampiran 7 60 Langkah APN

Lampiran 8 Form patograf

Lampiran 9 Penilaian selintas BBL

Lampiran 10 Cap Kaki Bayi

Lampiran 11 Dokumentasi

Lampiran 12 SAP Post Partum

Lampiran 13 SAP KB Pasca Persalinan

Lampiran 14 SOP KB Pasca Persalinan

Lampiran 15 Materi SAP KB

Lampiran 16 Lembar Konsultasi

Lampiran 17 Curriculum Vittae

ii
iii

DAFTAR SINGKATAN

ASI : Air Susu Ibu


AKB : Angka Kematian Bayi
AKI : Angka Kematian Ibu
ANC : Atenatal Care
APN : Asuhan Persalinan Normal
BBL : Bayi Baru Lahir
BBLR : Berat Badan Lahir Rendah
Dinkes : Dinas Kesehatan
DJJ : Detak Jantung Janin
Dkk : Dan Kawan-Kawan
HB : Hemoglobin
HDK : Hipertensi Dalan Kehamilan
HPHT : Hari Pertama Haid Terakhir
HPL : Hari Perkiraan Lahir
HIV : Human Immunodeviciency Virus
HPP : Hemorrhagic Postpartum
IMD : Inisiasi Menyusui Dini
IMS : Infeksi Menular Seks
IU : Internasional Unit
IUD : Intra Uterin Device
IV : Intra Vena
KB : Keluarga Berencana
KBE : Kompresi Bimanual Eksterna
KBI : Kompresi Bimanual Internal
Kemenkes : Kementrian Kesehatan
LILA : Lingkar Lengan Atas
M.Keb : Megister Kebidanan
M.M : Megister Manajemen
MAL : Metode Amenorhea Laktasi
MgSO4 : Magnesium Sulfat
MOW : Metode Operatif Wanita
PONED : Pelayanan Obstetri Emergensi Dasar
PONEK : Pelayanan Obstetri Neonatsl Emergensi Komprehensif

iii
iv

HPP : Hemorrhagic Postpartum/Perdarahan Postpartum


RL : Ringer Laktat
RS : Rumah Sakit
S.ST : Sarjana Sains Terapan
SC : Sectio Caesarea
SDGs : Sustainable Development Goals
SDKI : Survey Demografi Kesehatan Indonesia
SH : Sarjana Hukum
TFU : Tinggi Fundus Uteri
TM : Trimester
WHO : World Healt Organization
KIE : Komunitas Informasi Edukasi

iv
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Kehamilan merupakan suatu proses alamiah dan fisiologis. Setiap


wanita yang memiliki organ reproduksi sehat, jika telah mengalami
menstruasi dan melakukan hubungan seksual dengan seorang pria yang
organ reproduksinya sehat, sangat besar kemungkinannya terjadi
kehamilan (Mandriwati,2017). Ada beberapa resiko pada kehamilan yaitu
“4T” salah satunya yaitu Terlalu dekat, terlalu dekat jarak kehamilan
adalah jarak kehamilan satu dengan berikutnya kurang dari 2 tahun (24
bulan). Kehamilan adalah suatu mata rantai yang berkesinambungan
yang terdiri dari ovulasi (pematangan sel) lalu pertemuan ovum (sel telur)
dan spermatozoa (sperma) terjadilah pembuahan dan pertumbuhan zigot
kemudian bernidasi (penanaman) pada uterus dan pembentukan plasenta
dan tahap akhir adalah tumbuh kembang hasil konsepsi sampai aterm
(Manuaba. 2012). Pada masa kehamilan, persalinan, masa nifas, bayi
baru lahir hingga penggunaan kontrasepsi, wanita akan mengalami
berbagai masalah kesehatan. Agar kehamilan, persalinan serta masa
nifas seorang ibu berjalan normal, ibu membutuhkan pelayanan
kesehatan yang baik.
Jarak kehamilan adalah suatu pertimbangan untuk menentukan
kehamilan pertama dengan kehamilan berikutnya (Depkes RI, 2010).
Jarak ideal kehamilan sekurang – kurangnya 2 tahun. Penentuan jarak
kehamilan merupakan salah satu cara untuk menentukan berapa jarak
yang akan direncanakan diantaranya kehamilan satu dengan yang lain,
batas jarak kelahiran optimal adalah batas waktu antar kelahiran yang
menghasilkan dampak kesehatan yang terbaik bagi kehamilan, ibu, bayi
baru lahir, dan seluruh keluarga. Salah satu penelitian menyebutkan
bahwa jarak antar kelahiran kurang dari 36 bulan berkaitan dengan
meningkatnya resiko kesakitan dan kematian pada anak, resiko ini juga
akan lebih tinggi jika jarak antar anak kurang dari 24 bulan (Rutstein,
2010)
Jarak kehamilan yang terlalu dekat < 2 tahun dapat menyebabkan
pertumbuhan janin kurang baik, persalinan lama dan perdarahan. Hal ini
karena rahim dan kesehatan ibu belum pulih dengan baik pasca

1
2

persalinan sebelumnya. 41% ibu melakukan bersenggama pada waktu 6


minggu melahirkan dan 78% melakukan senggama dalam waktu 12
minggu. Dalam pola pikir ibu tidak akan mungkin hamil setelah
melahirkan sehingga mereka tidak menggunakan alat kontrasepsi (Fit
Pregnancy, 2013)
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) tahun 2015 memperkirakan
ibu besalin yang mengalami perdarahan postpartum (25 %). Di Indonesia
menurut Survei Demografi Kesehatan Indonesia tahun 2015, angka
anemia yang terjadi sebanyak 51%, perdaahan dengan jarak kehamilan
terlalu dekat (24%), BBLR(7,3%), infeksi (11%). Dari profil kesehatan
mempekirakan perdarahan (28%), infeksi (11%),abortus (5%) , jarak
terlalu dekat (5%) perdarahan menempati presentasi tertinggi (Profil
Kesehatan Indonesia 2015). Di jawa timur tahun 2015 memperkiakan
perdarahan akibat jarak kehamilan terlalu dekat (25,57%), infeksi (6,17)
(Profil Jatim 2015). Penelitian Maria Retno Ambarwati mengenai
Gambaran Faktor Penyebab Ibu Hamil Risiko Tinggi Tahun 2005-2010
mengungkapkan bahwa jarak kehamilan ≥ 10 tahun sebanyak 34 (37,8%)
kasus berisiko mengalami persalinan tindakan karena umur ibu yang
bertambah tua ada kemungkinan timbul penyakit seperti tekanan darah
tinggi karena kerusakan endotel dan jalan lahir bertambah kaku.
Kejadian kehamilan yang tidak direncanakan bisa dipahami sebagai
keterbatasan pengetahuan perempuan tentang kesehatan reproduksi dan
terutama terhadap perencanaan dan pencegahan kehamilan. Para ibu
sebenarnya bisa memperoleh pengetahuan tersebut diberbagai pusat
pelayanan kesehatan, karena Pemerintah sudah mengembangkan
posyandu, bidan desa. Puskesmas. Namun para ibu ini belum
memanfaatkan secara maksimal untuk memperoleh pengetahuan tentang
pencegahan untuk penjarangan. Berdasarkan Laporan Kematian Ibu
(LKI) Kabupaten/Kota se Jawa Timur jumlah kematian ibu adalah 627
kasus. Sementara itu yang menjadi penyebab kematian tidak langsung
pada ibu adalah hamil terlalu dekat (jarak anak <2 tahun).
Di dapatkan hasil bahwa penyebab jarak antar kelahiran jarak terlalu
dekat dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor di antaranya faktor daerah
tempat tinggal,faktor pendidikan, faktor ekonomi, faktor keinginan untuk
hamil. Selain itu, banyak yang menganggap apabila sedang menyusui

2
3

tidak mungkin untuk hamil. Namun, ilmu medis juga mengakui bahwa
menyusui dapat menekan peluang kemungkinan hamil lagi. Ibu yang
tidak menyusui bahkan bisa hamil empat minggu setelah melahirkan.
Maka sangat penting untuk melakukan pengendalian kelahiran, untuk
memakai alat kontrasepsi meskipun baru saja melahirkan hingga si kecil
usia balita.
Untuk mengatasi kehamilan dengan jarak terlalu dekat, setiap orang
yang merencanakannya kehamilan setelah persalinan harus
memperhatikan jarak kehamilan yang aman. Pasalnya, jarak antara dua
kehamilan yang terlalu dekat bisa menimbulkan bahaya bagi kesehatan
ibu dan janin, hal yang penting diketahui yaitu Edukasi sebelum dan
selama kehamilan sangat penting untuk masalah ini. Sedapat mungkin,
tenaga kesehatan harus memastikan bahwa semua informasi terkait
kehamilan telah dipahami sebelum kehamilan terjadi. Menurut Hartono
(2010), pengaturan kehamilan dengan jarak terlalu dekat, kehamilan yang
ideal juga dapat diatur dengan menggunakan pola KB rasional. Pola KB
rasional juga memiliki maksud untuk menyelamatkan ibu dan anak
dengan jarak kelahiran yang terlalu dekat. Jarak kelahiran yang paling
baik adalah 2-4 tahun sehingga ibu dapat mempertimbangkan keputusan
untuk hamil anak berikutnya dalam rentang waktu minimal 2 tahun agar
resiko abortus dapat diminimalisir. Membuat perencanaan persalinan
dengan ibu hamil, suami dan keluarga untuk melahirkan di Puskesmas
Rawat Inap atau di Rumah Sakit. Untuk masa nifas dan KB, petugas
kesehatan dapat memberikan konseling dan informasi pada ibu tentang
KB apa yang sesuai dengan kondisi ibu (Depkes 2014). Untuk mengatur
jarak kehamilan dengan jarak terlalu dekat dapat menggunakan metode
kontrasepsi jangka panjang (MKJP) tidak permanen maupun permanen
untuk proses pemulihan rahim dari kehamilan sebelumnya dan sekaligus
menjaga jarak kelahiran yang aman dan sehat. MKJP merupakan alat
kontrasepsi untuk menunda, menjarangkan kehamilan serta
menghentikan kesuburan yang digunakan dalam jangka panjang. Selain
itu, MKJP lebih rasional dan mempunyai efek samping sedikit.(Kemenkes
RI, 2013).
Saat ini Indonesia dilanda pandemic COVID-19 ibu hamil harus
melakukan pencegahan COVID-19 dengan cara menggunakan masker

3
4

ketika berpergian, cuci tangan dengan sabun dan air bersih yang
mengalir, atau cairan antiseptic berbahan dasar alcohol, menjaga jarak
dengan orang lain setidaknya 1 meter, terutama dengan orang yang
batuk atau bersin, hindari menyentuh mata, hidung, dan mulut, masak
makanan bergizi dan matang.(Nurul et al, 2020)
Berdasarkan uraian diatas maka penulis sangat tertarik untuk
melakukan asuhan kebidanan komprehensif dengan judul “Asuhan
Kebidanan Komprehensif Pada Ny.”A” Dengan Kehamilan Jarak Terlalu
Dekat Pada Trimester III Sampai Dengan Penggunaan Alat Kontrasepsi
KB Di PMB Yulida Ti’ani Singosari.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas maka didapatkan


identifikasi masalah “Bagaimanakah gambaran Asuhan Kebidanan secara
komprehensif pada ibu hamil TM III dengan kehamilan jarak dekat,
melahirkan, bayi baru lahir, masa nifas dan pemilihan alat kontrasepsi di
PMB Yulida Ti’ani singosari?”

1.3 Tujuan Penyusuan

1.3.1 Tujuan Umum


Memberikan asuhan kebidanan yang komprehensif mulai dari
kehamilan dengan jarak terlalu dekat, persalinan, BBL, nifas, dan
KB.Sehingga bisa mencegah terjadinya komplikasi dan meningkatkan
derajat kesehatan ibu dan bayinya dengan menggunakan pendekatan
menejemen kebidanan.

1.3.2 Tujuan Khusus


a. Melakukan asuhan kebidanan komprehensif pada ibu hamil Trimester
III dengan kehamilan jarak terlalu dekat dalam bentuk SOAP
b. Melakukan asuhan kebidanan komprehensif pada ibu bersalin dengan
kehamilan jarak terlalu dekat dalam bentuk SOAP
c. Melakukan asuhan kebidanan komprehensif pada ibu nifas dengan
kehamilan jarak terlalu dekat dalam bentuk SOAP
d. Melakukan asuhan kebidanan komprehensif pada Bayi Baru lahir dan
Neonatus dalam bentuk SOAP

4
5

e. Melakukan asuhan kebidanan komprehensif pada ibu KB dengan


kehamilan jarak terlalu dekat dalam bentuk SOAP

1.4 Ruang Lingkup

Ruang lingkup asuhan kebidanan diberikan kepada ibu hamil dengan


jarak terlalu dekat dan dilanjutkan dengan asuhan bersalin, nifas, bayi
baru lahir, dan penggunaan kontrasepsi.
1.4.1 Sasaran
Ny.”A” dengan kehamilan jarak terlalu dekat, bersalin, masa nifas,
neonatus, dan KB di PMB Yulida Ti’ani Singosari
1.4.2 Tempat
Asuhan kebidanan dilakukan di PMB Yulida Ti’ani Singosari
1.4.3 Waktu
Asuhan Komprehensif akan dilakukan Pada bulan 14 Desember
2020 sampai 10 Januari 2021

1.5 Manfaat Asuhan Kebidanan Komprehensif

1.5.1 Manfaat Teoritis


Secara teoritis peneliti ini bermanfaat untuk menambah pengetahuan
dalam memberikan asuhan kebidanan khususnya pada ibu hamil
dengan jarak kehamilan yang terlalu dekat pada masa hamil sampai
pemilihan alat kontrasepsi.
1.5.2 Manfaat Praktis
a. Bagi Klien
Dengan adanya penelitian ini diharapkan klien bisa menambah
wawasan dan lebih memahami khususnya pada ibu hamil dengan
jarak kehamilan yang terlalu dekat pada masa hamil sampai pemilihan
alat kontrasepsi
b. Bagi Mahasiswa / Peneliti
Dengan adanya penelitian ini diharapkan mahasiswa / peneliti
mendapatkan wawasan dan gambaran sehingga bisa menerapkan
asuhan kebidanan kehamilan trimester III, persalinan masa nifas, bayi
baru lahir (BBL), dan pemilihan alat kontrasepsi karena jarak
kehamilan yang terlalu dekat untuk meningktkan derajat kesehatan ibu.
c. Bagi Institusi Pendidikan

5
6

Dengan adanya penelitian ini diharapkan bisa menambah literatur


untuk mahasiswa lainnya terkait asuhan kebidanan terhadap ibu hamil
trimester III, bersalin, nifas, bayi baru lahir (BBL), dan pemilihan alat
kontrasepsi, khususnya dengan masalah jarak kehamilan yang terlalu
dekat
d. Bagi Institusi Kesehatan (PMB Yulida Ti’ani)
Dengan adanya penelitian ini diharapkan PMB Yulida Ti’ani
mendapatkan masukan dan bisa menambah informasi terkait asuhan
diberikan pada ibu hamil trimester III bersalin, nifas, bayi baru lahir
(BBL), dan pemilihan alat kontrasepsi, khususnya dengan masalah
jarak kehamilan yang terlalu dekat

6
BAB II
TINJAUAN TEORI

2.1 Konsep Dasar Kehamilan

2.1.1 Definisi Kehamilan Dengan Jarak Terlalu Dekat


Terlalu dekat jarak kehamilan adalah jarak kehamilan satu dengan
berikutnya kurang dari 2 tahun (24 bulan). Penelitian dari pusat Perinatologi
dan Perkembangan Manusia menunjukkan bahwa jarak kelahiran antara 27
sampai 32 bulan memiliki tingkat kelangsungan hidup yang lebih tinggi di
bandingkan jarak pendek antara 9-14 bulan. Jarak kelahiran merupakan
interval antara dua kelahiran yang berurutan dari seorang wanita. Jarak
kelahiran yang cenderung singkat dapat menimbulkan beberapa efek negatif
baik pada kesehatan wanita tersebut maupun kesehatan bayi yang
dikandungnya.Setelah melahirkan, wanita memerlukan waktu yang cukup
untuk memulihkan dan mempersiapkan diri untuk kehamilan serta persalinan
selanjutnya (Sawitri dkk, dalam Rifdiani, 2017)
Penentuan jarak persalinan adalah upaya untuk menetapkan atau
memberi batasan sela antara persalinan yang lalu dan persalinan yang akan
datang idealnya jarak persalinan adalah lebih dari 2 tahun (2-5 tahun)
(Purwanti & Yuli, 2015)
Pengaturan jarak kehamilan merupakan salah satu usaha agar
pasangan dapat lebih menerima dan siap untuk memiliki anak. Perencanaan
pasangan kapan untuk memiliki anak kembali, menjadi hal penting untuk
dikomunikasikan (Masyhuri, 2010).
2.1.2 Pengertian Kehamilan Trimester III
Kehamilan trimester III adalah periode kehamilan bulan
terakhir/sepertiga masa kehamilan terakhir. Kehamilan trimester ketiga
dimulai pada minggu ke-27 sampai kehamilan dinilai cukup bulan (38 sampai
40 minggu) (Fauziah, 2012). Trimester ketiga berlangsung selama 13
minggu, mulai dari minggu ke – 28 sampai minggu ke- 40. Pada trimester
ketiga, organ tubuh janin sudah terbentuk. Hingga pada minggu ke – 40
pertumbuhan dan perkembangan utuh telah dicapai (Manuaba, 2010).

7
8

Kehamilan merupakan proses yang alamiah, perubahan –perubahan


yang terjadi pada wanitaselama kehamilan normal adalah bersifat fisiologis,
bukan patologis, oleh karena nya ,asuhan yang diberikan pun adalah asuhan
yang meminimalkan intervensi dengan meminimalkan dan menghindari
tindakan medis yang tidak terbukti manfaatnya. Pembagian kehamilan dibagi
dalam 3 trimester: trimester I, dimulai dari konsepsi sampai tiga bulan (0-
12minggu); trimester II, dimulai dari bulan keempat sampai enam bulan (13-
28minggu); trimester III dari bulan tujuh sampai Sembilan bulan (29-
42minggu). (Fatimah & Nuryaningsih 2017)

2.1.3 Faktor Yang Mempengaruhi Kehamilan Dengan Jarak Terlalu Dekat


a. Daerah tempat tinggal ibu
Daerah tempat tinggal dibagi menjadi dua yaitu perkotaan dan perdesaan.
Hasil uji statistik menunjukkan bahwa ibu yang tinggal di perdesaan lebih
besar risiko untuk mengalami kehamilan dengan jarak terlalu dekat. Asumsi
yang dapat ditegakkan dari hasil ini adalah karena di perdesaan jumlah, jenis
dan pelayanan di fasilitas kesehatan masih terbatas. Minimnya tenaga
kesehatan di perdesaan bisa juga menjadi salah satu faktor yang
mengakibatkan kurangnya tenaga penyuluh atau tenaga yang memberikan
informasi penting terkait dengan risiko kehamilan dan persalinan kepada
masyarakat. Oleh sebab itu masyarakat khususnya ibu menjadi tidak paham
akan bahaya yang mengancam keselamatan jiwanya jika mereka hamil atau
melahirkan di usia yang terlalu muda atau terlalu tua. Atau semakin tingginya
risiko yang harus mereka tanggung jika terlalu sering mereka melahirkan, atau
jika terlalu banyak anak yang telah ibu lahirkan.

b. Tingkat pendidikan ibu


Tingkat pendidikan ibu memiliki pengaruh terhadap risiko kehamilan dengan
jarak terlalu dekat. Hal ini dapat diasumsikan karena ibu yang berpendidikan
rendah (setingkat SD atau bahkan tidak sekolah) memiliki tingkat pengetahuan
dan pengertian yang rendah pula terhadap bahaya dan risiko kehamilan jarak
terlalu dekat. Mereka dianggap kurang sering terpapar dengan informasi
terkait kesehatan reproduksi yang mana menjadi makin diperparah dengan

8
9

kurang aktifnya tenaga kesehatan atau pun kader dalam menyampaikan


informasi kesehatan reproduksi (risiko kehamilan dan persalinan).

c. Status Ekonomi
Status ekonomi rumah tangga mempunyai hubungan yang bermakna
dengan risiko kehamilan jarak terlalu dekat. Seorang ibu yang kurang
beruntung karena datang dari keluarga miskin akan berpotensi lebih besar
untuk menderita risiko kehamilan jarak terlalu dekat dibandingkan dengan ibu
yang berasal dari keluarga kaya. Ibu dengan tingkat ekonomi lemah akan sulit
mengakses pelayanan kesehatan di fasilitasfasilitas kesehatan sehingga
makin memperburuk risiko yang harus dialaminya. Kurangnya akses ke
pelayanan kesehatan, baik dari segi informasi maupun pelayanan kesehatan
lain seperti pelayanan pemeriksaan dan pengobatan, layanan KB dan
sebagainya.

d. Keinginan ibu untuk hamil


Keinginan ibu untuk hamil dapat mempengaruhi risiko kehamilan jarak
terlalu dekat. Hal ini dapat diasumsikan bahwa seorang ibu yang memang
menginginkan kehamilannya itu akan benar-benar mempersiapkan masa
kehamilan dan waktu persalinannya dengan baik dan cermat. Sebaliknya jika
seorang ibu tidak menginginkan kehamilan tersebut bisa jadi karena hamil di
luar pernikahan atau karena kondisi fisik dan mental yang sudah tidak
memungkinkan dia untuk hamil dan bersalin.

e. Pelayanan kesehatan setelah melahirkan


Dalam program pelayanan kesehatan postpartum ada 7 jenis pelayanan,
diantaranya adalah konseling dan pelayanan kesehatan KB, konseling
kesehatan ibu dan anak, serta perawatan bayi baru lahir. Hasil analisis
menunjukkan hubungan yang signifikan antara pelayanan kesehatan setelah
melahirkan dengan kejadian kehamilan dengan jarak terlalu dekat. Hal ini
sejalan dengan hasil analisis Titaley (2010). Bahwa pelayanan kesehatan
seperti pemanfaatan perawatan pasca persalinan memiliki hubungan dengan
kematian neonatal. Ini juga sejalan dengan penelitian Latifah (2012). Yang

9
10

menyatakan bahwa pemeriksaan neonatal dini mempunyai hubungan dengan


kejadian kematian neonatal. Sementara itu kematian neonatal merupakan
hasil akhir atau akibat dari faktor medik penting terhadap kejadian kematian
bayi yaitu kondisi kehamilan dengan jarak terlalu dekat (kurang dari 2 tahun).
2.1.4 Tanda Bahaya Trimester III
Menurut Romauli (2011) tanda bahaya yang dapat terjadi pada ibu hamil
trimester III, yaitu:
a. Perdarahan pervaginam
Perdarahan pada kehamilan setelah 22 minggu sampai sebelum bayi
dilahirkan disebut sebagai perdarahan pada kehamilan lanjut atau
perdarahan antepartum.
b. Solusio Plasenta
Solusio plasenta adalah terlepasnya plasenta yang letaknya normal pada
korpus uteri sebelum janin lahir. Biasanya terjadi pada trimester ketiga,
walaupun dapat pula terjadi setiap saat dalam kehamilan. Bila plasenta
yang terlepas seluruhnya disebut solusio plasenta totalis. Bila hanya
sebagian disebut solusio plasenta parsialis atau bisa juga hanya sebagian
kecil pinggir plasenta yang lepas disebut rupture sinus marginalis.
c. Plasenta Previa
Plasenta previa adalah plasenta yang letaknya abnormal yaitu pada
segmen bawah rahim sehingga menutupi sebagian atau seluruhnya
pembukaanjalan lahir. Pada keadaan normal plasenta terletak pada bagian
atas uterus.
d. Keluar cairan pervaginam
Pengeluaran cairan pervaginam pada kehamilan lanjut merupakan
kemungkinan mulainya persalinan lebih awal. Bila pengeluaran berupa
mucus bercampur darah dan mungkin disertai mules, kemungkinan
persalinan akan dimulai lebih awal. Bila pengeluaran berupa cairan, perlu
diwaspadai terjadinya ketuban pecah dini (KPD). Menegakkan diagnosis
KPD perlu diperiksa apakah cairan yang keluar tersebut adalah cairan
ketuban. Pemeriksaan dilakukan dengan menggunakan speculum untuk
melihat darimana asal cairan, kemudian pemeriksaan reaksi Ph basa.
e. Gerakan janin tidak terasa

10
11

Apabila ibu hamil tidak merasakan gerakan janin sesudah usia kehamilan
22 minggu atau selama persalinan, maka waspada terhadap kemungkinan
gawat janin atau bahkan kematian janin dalam uterus.Gerakan janin
berkurang atau bahkan hilang dapat terjadi pada solusio plasenta dan
ruptur uteri.
f. Nyeri perut yang hebat
Nyeri perut kemungkinan tanda persalinan preterm, ruptur uteri, solusio
plasenta. Nyeri perut hebat dapat terjadi pada ruptur uteri disertai shock,
perdarahan intra abdomen dan atau pervaginam, kontur uterus yang
abnormal, serta gawat janin atau DJJ tidak ada.
g. Keluar Air Ketuban Sebelum Waktunya
Keluarnya cairan berupa air dari vagina setelah kehamilan 22 minggu,
ketuban dinyatakan pecah dini jika terjadi sebelum proses persalinan
berlangsung. Pecahnya selaput ketuban dapat terjadi pada kehamilan
preterm sebelum kehamilan 37 minggu maupun kehamilan aterm.

2.1.5 Penyulit Kehamilan Trimester III


Menurut Ika (2010), Penyulit kehamilan pada trimester III yaitu :
a. Persalinan Prematuritas
Persalinan Prematuritas (Prematur) adalah persalinan yang terjadidiantara
umur kehamilan 29-36 minggu. hal-hal yang menyebabkan Persalinan
Prematuritas adalah sebagai berikut:
1) hamil dengan kendaraan atau kehamilan ganda
2) kehamilan disertai komplikasi (pre-eklamsia dan eklamsi)
3) kehamilan dengan komplikasi penyakit ibu, seperti hipertensi, ginjal,
jantung
b. Kehamilan Ganda (Kembar)
c. Kehamilan dengan pendarahan
d. Pendarahan yang dapat membahayakan dan berhubungan dengan
trimester III adalah pendarahan karena plasenta previa dan solutio
plasenta.
e. Kehamilan dengan ketuban pecah dini

11
12

Pecahnya selaput janin memberikan peluang dan membuka terjadinya


infeksi langsung pada janin.
f. Kehamilan dengan kematian janin dalam rahim.
g. Kehamilan lewat waktu persalinan (senotinus).
h. Kehamilan dengan preklamsia dan eklamsia.
i. Kehamilan grande multipara

2.1.6 Kunjungan ANC


Antenatal Care (ANC) merupakan suatu pelayanan yang diberikan oleh
perawat kepada wanita selama hamil, misalnya dengan pemantauan
kesehatan secara fisik, psikologis, termasuk pertumbuhan dan
perkembangan janin serta mempersiapkan proses persalinan dan kelahiran
supaya ibu siap menghadapi peran baru sebagai orangtua (Wagiyo &
Putrono, 2016)
Komplikasi kehamilan dan persalinan sebagai penyebab tertinggi
kematian ibu tersebut dapat dicegah dengan pemeriksaan kehamilan melalui
antenatal care (ANC) secara teratur. Antenatal care atau pelayanan
antenatal yang dilakukan oleh tenaga kesehatan yang terlatih dan profesional
dapat mencegah dan mendeteksi komplikasi pada janin dan ibu hamil lebih
awal sehingga tidak terjadi hal yang tidak diinginkan dikemudian hari
(Syukrianti, 2014)
Menurut Dewi (2011) Kunjungan Antenatal Care dilakukan mimimal 4 kali
selama kehamilan yaitu :
1) Kunjungan I (sebelum 16 minggu)
2) Kunjungan II (Pada Usia 24-28 minggu)
3) Kunjungan III (Pada Usia 32 minggu)
4) Kunjungan IV (Pada Usia 36 minggu sampai lahir).
Frekuensi kunjungan ANC menurut Depkes RI, 2011 adalah:
a. Minimal 1 kali pada trimester I
b. Minimal 1 kali pada trimester II
c. Minimal 2 kali pada trimester III
Pemeriksaan khusus bila terdapat keluhan-keluhan tertentu. Menurut
Manuaba (2010) jadwal antenatal care adalah sebagai berikut:

12
13

a. Trimester I dan II
1) Setiap bulan sekali
2) Diambil data tentang laboraturium
3) Pemeriksaan ultrasonografi
4) Nasehat diet tentang empat sehat lima sempurna, tambahan protein ½
gr/kg= 1 telur/hari.
5) Observasi adanya penyakit yang dapat mempengaruhi kehamilan,
komplikasi kehamilan.
6) Rencana untuk pengobatan penyakitnya, menghindari
terjadinyakomplikasi kehamilan dan imunisasi tetanus.
b. Trimester III
1) Setiap dua minggu sekali, sampai ada tanda kelahiran
2) Evaluasi data laboraturium untuk melihat hasil pengobatan
3) Diet 4 sehat 5 sempurna
4) Pemeriksaan ultrasonografi
5) Imunisasi tetanus II
6) Observasi adanya penyakit yang menyertai kehamilan, komplikasi hamil
trimester ketiga
7) Rencana pengobatan
8) Nasehat tentang tanda-tanda inpartu, kemana harus dating untuk
melahirkan.
2.1.7 Standar Pemeriksaan Ibu Hamil
a. Menurut Hana dkk (2010), Asuhan kebidanan pada kunjungan ulang
sesuai dengan kebijakan pemerintah untuk kunjungan ANC bidan harus
melakukan “14 T”:
1) Timbang BB ibu
2) Tekanan Darah
3) Tinggi Fundus Uteri
4) Tetanus toxoid lengkap
5) Tablet Zat besi, min 90 tablet selama Hamil
6) Tes PMS
7) Temu wicara dalam rangka persiapan rujukan
8) Terapi kebugaran

13
14

9) Tes VDRL (tes Untuk Sifilis)


10) Tes reduksi urine
11) Tes protein urine
12) Tes HB
13) Tes lodium
14) Tes malaria
b. Pada kunjungan ulang atau setiap kunjungan bidan harus melakukan
hal hal berikut:
1) Menilai keadaan umum (fisik) dan psikologis ibu hamil.
2) Memeriksa urine untuk tes protein dan glukosa urine atas indikasi.
Bila ada kelainan, ibu di rujuk.
3) Mengukur berat badan dan lingkar lengan atas. Jika beratnya tidak
bertambah atau jika LILAnya kurang menunjukkan kurang gizi. Beri
penyuluhan tentang gizi.
4) Mengukur tekanan darah dengan posisi ibu hamil duduk atau
berbaring dengan bantal. Letakkan tensimeter yang sejajar dengan
jantungnya. Jika tekanan darah diatas 140/90 mmHg, atau
peningkatan diastole 10 mmHg/ lebih sebelum kehailan 16 minggu
atau paling sedikit pada pengukuran dua kali berturut - turut dengan
selisih waktu 1 jam berarti ada selisih yang nyata dan ibu perlu
dirujuk.
5) Periksa Hb pada kunjungn pertama dan pada kehailan 28-30
minggu atau lebih untuk mengetahui tanda anemia.
6) Berikan tablet besi minimal 90 tablet selama hamil dan di minum
sehari sekali dengan air putih.
7) Menanyakan adanya tanda gejala PMS.
8) Lakukan pemeriksaan fisik lengkap, termasuk payudara untuk
persiapan menyusui.
9) Ukur TFU dalam centimeter. TFU sesudah 24 minggu sama dengan
umur kehamilan dalam cm.
10) Mendengarkan denyut jantung dan tanyakan pergerakan janin.
11) Beri nasehat tentang cara perawatan diri selama kehamilan.
12) Dengarkan keluhan dan bicarakan rencana persalinan.

14
15

2.1.8 Score Pudji Rohjati


Menurut Puji Rohjati (2014), untuk melakukan screening atau deteksi
dini ibu beresiko tinggi dapat digunakan Score Puji Rohjati. Dimana dengan
Score Puji Rohjati ini kita dapat merencanakan persalinan ibu pada
kehamilan sekarang. Score Puji Rochjati dikaji sekali dalam kehamilan
kecuali perkembangan kehamilan menjadi patologis sehingga dikaji ulang
Score Puji Rochjati
Keterangan jumlah skor:
1) Skor 2 : Kehamilan resiko rendah, perawatan oleh bidan, tidak dirujuk.
2) Skor 6–10 : Kehamilan resiko tinggi, perawatan oleh bidan dan dokter,
rujukan di bidan dan puskesmas.
3) Skor >12 : Kehamilan resiko sanggat tinggi, perawatan oleh dokter,
rujukan di rumah sakit.
Berdasarkan teori yang didapatkan terlalu cepat untuk hamil lagi/kehamilan
terlalu dekat<2tahun dapat membahayakan untuk janin dan juga ibu, karna
dapat menyebabkan perdarahan pasca persalinan, kematian dan
kecacatan bayi serta Berat Bayi Lahir Rendah (BBLR). Pada KSPR terlalu
cepat hamil memiliki skor 4 (Fauzy & Fourianalistyawati, 2018).

2.1.9 Pemeriksaan Laboratorium Ibu Hamil


Masa kehamilan adalah salah satu masa yang paling rentan dan perlu
dijaga dengan baik. Tujuannya apa lagi jika bukan untuk menjaga
kesehatan ibu dan janin. Janin yang sehat akan dilahirkan dengan baik
sehingga bisa tumbuh dan berkembang secara sempurna. Kesehatan ibu
dan janin bisa dijaga dengan banyak cara. Salah satunya adalah dengan
melakukan pemeriksaan laboratorium pada ibu hamil. Sayangnya mungkin
hanya sebagian kecil ibu hamil yang menyadari hal ini. Padahal
pemeriksaan sejak dini pada diri sendiri saat hamil bisa memiliki berbagai
manfaat.
Pemeriksaan laboratorium ini tentunya memiliki banyak tujuan dan
manfaat, di antaranya:

15
16

1) Mempersiapkan masa kehamilan, persalinan, dan menyusui yang sehat


dan aman bagi ibu hamil dan janin
2) Mengetahui risiko genetis yang akan diturunkan kepada janin sehingga
bisa melakukan pencegahan yang tepat
3) Mengetahui kesehatan ibu hamil dan janin secara keseluruhan
4) Mencegah adanya risiko preeklampsia, gangguan obesitas, riwayat
hipertensi, dan gangguan kehamilan lainnya yang sekiranya bisa
menghambat masa kehamilan
5) Memperkecil potensi janin gugur, penyebab janin cacat sejak dalam
Kandungan, atau meninggal di dalam kandungan.
Melihat tujuan pemeriksaan laboratorium pada ibu hamil, saat
kehamilan perlu dilakukan serangkai pemeriksaan laboratorium
untukmencegah hal-hal buruk yang bisa mengancam janin. Hal ini
bertujuan untuk skrining/mendeteksi jika terdapat kelainan yang perlu
dilakukan pengobatan atau tindakan lebih lanjut.
a. Hematologi lengkap
Tes hematologi adalah salah satu jenis tes yang bertujuan untuk
mengetahui kemungkinan adanya kelainan pada komponen darah secara
keseluruhan. Tes ini bisa dilakukan selama masa kehamilan, baik pada
trimester 1, trimester 2, atau bahkan saat persalinan. Tes ini juga
memungkinkan untuk mengetahui kemungkinan adanya gangguan pada
organ hati dan ginjal pada ibu hamil, termasuk jika ada gangguan pada
pembekuan darah, juga risiko B.
b. Golongan darah
Tes selanjutnya adalah tes golongan darah, tes golongan darah
adalah salah satu tes yang umum dilakukan di luar masa kehamilan,
namun masih ada sebagian masyarakat yang tidak mengetahui golongan
darahnya, hingga dewasa. Maka dari itu, ibu hamil yang belum
mengetahui golongan darahnya, disarankan untuk melakukan tes ini.
c. Glukosa
Pemeriksaan laboratorium pada ibu hamil berikutnya adalah tes
glukosa. Tes ini mendeteksi kemungkinan adanya diabetes gestasional
pada ibu hamil. Hal ini juga perlu diketahui, karena kehamilan dan

16
17

diabetes itu sendiri adalah dua hal yang akan saling mempengaruhi.
Parahnya, Bahaya Diabetes Saat Hamil juga bisa menyebar ke janin,
seperti kerusakan otak pada janin dan kerusakan jantung pada janin.
d. Virus hepatitis
Tes ibu hamil untuk mengetahui risiko terjangkit virus hepatitis juga
perlu diketahui. Tes ini bisa dilakukan dengan melakukan beberapa tes
seperti GbsAg (untuk mendeteksi virus hepatitis B), tes Anti HBs (untuk
mendeteksi antibodi pada hepatitis), dan Anti HCV (untuk mendeteksi
virus hepatitis C).
e. Tes rhesus
Faktor rhesus (positif atau negatif ). Perlu perhatian khusus bila
rhesus istri negatif sedangkan rhesus suami positif. Terdapat
kemungkinan rhesus janin positif, sehingga dapat terjadi sensitisasi pada
darah ibu yang akan menimbulkan antibodi terhadap rhesus positif. Hal
ini dapat membahayakan janin pada kehamilan berikutnya.Untuk itu ibu
hamil dengan rhesus negatif harus diberi suntikan pada kehamilan 28
minggu untuk mengikat antibodi terhadap rhesus positif, serta dalam 72
jam setelah melahirkan apabila bayinya rhesus positif.
f. Hemoglobin (Hb)
hemoglobin bertujuan untuk mendeteksi anemia - Hb kurang dari 11
g/dl.
g. Eritrosit
Indeks eritrosit (MCV, MCH, MCHC) dapat menggambarkan ukuran
dan warna sel darah merah sehingga dapat diketahui penyebab anemia
apakah karena defisiensi besi atau defisiensi asam folat.
h. Leukosit
Leukosit dapat mendeteksi adanya infeksi dan penyebabnya yang
disebabkan oleh bakteri atau virus, dan dapat melihat kekebalan tubuh
serta potensi alergi. Kadar abnormal leukosit jika lebih dari 15.000/ul
i. Retikulosit
Retikulosit dapat memberi informasi lebih dini sebagai prediksi
anemia dan respons sumsum tulang terhadap suplementasi besi.
j. Urine (Urinalisa)

17
18

Tujuan dari pemeriksaan laboratorium ini yaitu untuk mendeteksi


infeksi saluran kemih dan kelainan lain di saluran kemih serta kelainan
sistemik yang bermanifestasi di urine/air seni. Jika infeksi di saluran
kemih tidak diobati, dapat menyebabkan kontraksi dan kelahiran
prematur atau ketuban pecah dini. Tes ini dilakukan pada trimester
pertama atau kedua kehamilan.

2.1.10 Resiko Kehamilan Dengan Jarak Terlalu Dekat


Kehamilan dengan jarak terlalu dekat dapat menyebabkan terjadinya
(Barus,2018).
a. Anemia
Peneliti mengatakan ibu yang memiliki jarak kehamilan kurang dari 2
tahun akan mengalami 6,44 kali lebih beresiko untuk menjadi anemia di
bandingkan ibu yang memiliki jarak kehamilan lebih dari 2 taun.
Terjadinya anemia pada kehamilan jarak terlalu dekat disebabkan karena
tubuh ibu belum cukup untuk mengumpulkan cadangan nutrisi setelah
kehamilan pertama. Anemia dapat meningkatkan kejadian perdarahan
post partum , anemia juga dapat meningkatkan rendahnya kemampuan
ibu untuk bertahan pada saat persalinan, ibu hamil dengan Hb normal
akan lebih dapat menyesuaikan diri dari pada dengan dengan anemia
(Lestrina, 2012)
b. Plasenta Previa
Terjadinya plasenta previa pada ibu hamil dengan jarak terlalu dekat
karena plasenta berada di bagian bawah Rahim, sehingga menutupi
sebagian atau seluruh jalan lahir.Selain menutupi jalan lahir, plasenta
previa dapat menyebabkan perdarahan hebat baik sebelum maupun saat
persalinan. Pada jarak kehamilan pendek menyebabkan plasenta yang
baru berusaha mencari tempat selain bekas plasenta sebelumnya
(Sukami,2014)

2.1.11 Penanganan Pada Ibu Hamil Dengan Jarak Terlalu Dekat


a. Penanganan anemia

18
19

1) Anemia ringan
(a) Pada kehamilan dengan kadar Hb 9-10gr/dl masih dianggap
ringan sehingga hanya perlu diperlukan kombinasi 60mg/hari zat
besi dan 500mg asam folat peroral sekali sehari.(Sari, 2013)
(b) Memberikan pendidikan kesehatan tentang makanan yang baik
dikonsumsi selama hamil, misalnya: daging, sayur hijau seperti
bayam, daun singkong, kangkung, kacang-kacangan, dan buah-
buahan. (Pudiastuti, 2011)
2) Anemia sedang
(a) Pengobatan dengan kombinasi 120 mg zat besi dan 500 mg asam
folat peroral sehari . (Sari, 2013)
(b) Meningkatkan konsumsi tablet besi secara rutin dan
mengkonsumsi makanan yang bergizi serta banyak mengandung
zat besi. (Manuaba,2010)
(c) Memberikan tablet tambah darah sehari 1 tablet/90 tablet selama
hamil. (Ratna Dwi, 2011)
3) Anemia berat
(a) Pemberian preparat besi 60 mg dan asam folat 400 mg 6 bulan
selama hamil dilanjutkan sampai 3 bulan setelah melahirkan.
(Arisman,2010)
(b) Meningkatkan konsumsi tablet besi secara rutin, memperbaiki
kesehatan lingkungan, mengkonsumsi makanan yang bergizi,
banyak mengandung zat besi dan lakukan transfuse darah
(Manuaba, 2010)
b. Penangan plasenta previa
Penanganan pada kasus perdarahan dengan plasenta previa dapat
dibagi menjadi 2
1) Ekspektatif (bila usia kehamilan kurang dari 37 minggu atau TBF)
(Sulaiman Sastrawnata, 2010) yaitu penangan yang dilakukan apabila
janin masih kecil sehingga kemungkinan hidup di dunia luar baginya
kecil sekali. Penanganan ini hanya dapat dibenarkan jika keadaan ibu
baik dan perdarahan sudah berhenti atau sedkit sekali. Syarat terapi
ekspektatif yaitu Jika usia kehamilan belum optimal/kurang dari 37

19
20

minggu,perdarahan sedikit kehamilan preterem dengan perdarahan


sedikit yang kemudian berhenti, belum ada tanda inpartu, janin masih
hidup, keadaan umum baik dengan kadar Hb> 8,0% atau lebih
(Saefudin, 2010). Penanganan atau terapi ekspektatif dapat dilakukan
pada dua tempat dengan syarat yang telah di tentukan.
(a) MgSo4 4g IV dosis awal dilanjutkan 4g setiap 6 jam pemberian ini
diberikan untuk menambah aliran darah ke uterus, karena pada
kasus plasenta previa terjadi vasekuluarisasi ke atas uteri yang
berkurang, atau perubahan atrofil pada desidua akibat persalinan
yang lampau dapat menyebabkan plasenta previa. (Saefudin,
2010)
(b) Nifedipin 3x20 mg/hari
(c) Betametason 24 mg IV dosis tunggal untuk pematangan paru
janin
(d) Uji pematangan paru janin dengan uji tes kocok (bubble tes) dari
hasil amniosentesis (Saefudin, 2010)
2) Terminasi/aktif (bila usia kehailan lebih dari 37 minggu atau lebih dan
TBF 2.500 GR (Sulaiman Sastrawinata,2009;h83-98) yaitu
penanganan dengan cara segera mengakhiri kehamilan sebelum
terjadi perdarahan yang membawa maut, misalnya kehamilan cukup
bulan, perdarahan banyak, dan anak mati (tidak selalu anak mati) ada
beberapa kriteria ata syarat untuk melakukan penanganan terminas
atau aktif diantaranya infus/transfuse telah terpasang, kamar dan Tim
oprasi telah siap usia kehamilan (masa gestasi) >37 minggu,berat
badan janin>2500 gram dan inpartu atau janin telah meninggal.
Perdarahan pinggul (2/5 atau 3/5 pa\da palpasi luar) (Saefudin,
2010). Persalinan banyak 500 cc atau lebih, ada tanda-tanda
persalnan, ada tanda-tanda gawat janin, keadaan umum ibu tidak
baik, ibu anemis, Hb 8,0%

20
21

2.1.12 Manajemen SOAP pada Kehamilan


Menurut Sulistyawati, 2017 dalam pendokumentasi asuhan SOAP pada
kehamilan, yaitu :
Subjektif (S)
Data subjektif yaitu data yang diambil dari hasil anamnesa/pertanyaan
yang diajukan kepada klien sendiri(auto anamnesa) atau keluarga(allo
anamnesa). Dalam anamnesa perlu dikaji:
a. Identitas klien meliputi:
Nama, usia, suku, Agama, pekerjaan, pendidikan alamat dan nomor
telepon beserta data suaminya
b. Keluhan utama
Keluhan utama yang biasa di alami ibu hamil trimester III seperti nyeri
pinggang, varices, kram otot, hemoroid, sering BAK, obdtipasi, sesak
nafas, dll
c. Riwayat perkawinan
Dikaji status perkawinan jika menikah apakah ini pernikahan yang
pertama/tidak serta mendapat gambaran suasana rumah tangga
pasangan
c. Riwayat menstruasi
Riwayat menstruasi yang dikaji seperti menarche(usia pertama kali
menstruasi), siklus menstruasi (jarak antara menstruasi yang dialami
dengan menstruasi berikutnya), volume(berapa banyak ganti pembalut
dalam sehari), dan keluhan (disminore/nyeri saat haid).
d. Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu
Riwayat kehamilan dikaji untuk mengetahui kehamilan ke berapa,
persalinan, ditolong oleh tenanga kesehatan/tidak, bagaimana keadaan
bayi, selama nifas ada/tidak kelainan dan gangguan selama masa
laktasi. Riwayat kehamilan juga dikaji seperti hari pertama haida
terakhir(HPHT), taksiran tanggal persalinan(TTP).
e. Riwayatkehamilansekarang
Riwayat kehamilan sekarang dikaji untuk mengetahui masalah atau
tanda-tanda bahaya dan keluhan-keluhan yang lazim pada kehamilan
trimester III. Kunjungan antenatal minimal 4 kali sampai trimester III,

21
22

kapanpergerakan janin yang pertama sekali dirasakan oleh ibu. Dalam


24 jam berapa banyak pergerakan janin yang dirasakan. Adapun dalam
riwayat kehamilan sekarang mengenai keluhan yang dirasakan seperti:
rasa lelah, mual muntah, sakit kepala yang berat, penglihatan kabur,
rasa gatal pada vulva, dan lainnya.
f. Riwayat sehari-hari

1. Pola makan dan minum


Minuman air putih 8 gelas/hari. Frekuesi, jenis dan keluhan dalam
pola makan dan minum juga perlu dikaji.
2. Pola eliminasi
Sering BAK dialami pada kehamilan trimester III. Pengaruh
hormon progesteron dapat menghambat peristaltik usus yang
menyebabkan obstipasi (sulit buang air besar). Frekuensi, warna,
konsistensi dan keluhan eliminasi juga perlu dikaji.
3. Pola aktivitas
Ibu hamil trimester III boleh melakukan aktivitas seperti biasanya,
jangan terlalu berat, istirahat yang cukup dan makan yang teratur
agar tidak menimbulkan keletihan yang akan berdampak pada
kehamilan.
4. Pola tidur dan istirahat
Pada kehamilan trimester III tidur dan istirahat sangat perlu. Di
siang hari dianjurkan istirahat/tidur 1-2 jam dan pada malam hari
7-8 jam.
5. Pola seksualitas
Pola seksualitas pada kehamilan trimester III mengalami penurunan
minat akibat dari perubahan/ketidaknyamanan fisiologis yang
dialami ibu. Perlu dikaji frekuensi dan keluhan yang dialami selama
berhubunhan seksual.
6. Personal hygiene
Perubahan hormonal mengakibatkan bertambahnya keringat.
Dianjurkan mandi minimal 2 kali sehari, membersihkan alat
genetalia ketika mandi atau ketika merasa tidak nyaman. Jenis

22
23

pakaian yang dianjurkan berbahan katun agar mudah menyerap


keringat.
7. Obat-obatan yang dikonsumsi
Pada kehamilan trimester III, mengkonsumsi suplemen dan
vitamin. Misalnya tablet Fe untuk penambahan darah dan kalsium
untuk penguatan tulang janin.
8. Riwayat psikososial spiritual
Perlu dikaji bagaimana pengetahuan ibu tentang kehamilan
sekarang, bagaimana respon, dukungan keluarga dan suami
terhadap kehamilan, pengambilan keputusan dalam keluarga serta
ketaatan ibu dalam beragama.

Objektif (O)
Data objektif merupakan data yang menggambarkan
pendokumentasian hasil pemeriksaan fisik klien, labortorium dan tes
diagnosis lain yang dirumuskan dalam data focus yang mendukung
assessment. Data objektif pasien ibu hamil yaitu: keadaan umum ibu,
kesadaran ibu, tanda-tanda vital, pemeriksaan fisik pada ibu,
pemeriksaan dengan inspeksi, palpasi, auskultasi, perkusi, dan
pemreiksaan laboratorium. Pemeriksaan fisik yang dilakukan pada
kunjungan awal, bukan hanya untuk mendeteksi adanya ketidak
normalam atau faktor resiko yang mungkin ditemukan tetapi juga
sebagai data dasar untuk pemeriksaan pada kunjungan selanjutnya:
1) Pemeriksaan umum
a. General Examination
Memperlihatkan tingkat energi ibu, dengan keadaan umum,
kedaran ibu (composmentis), dan keadaan emosional ibu.
b. Tanda-tanda vital
Seperti mengukur tekanan darah, denyut nadi, pernapasan, suhu
badan. Berat badan, tinggi badan dan LILA serta Indeks Massa
Tubuh (IMT).
2) Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan dilakukan untuk mengetahui kebersihan pada kepala,

23
24

apakah ada edema dan cloasma gravidarum pada wajah, adakah


ada pucat pada kelopak mata, adakah ikhterus pada sklera, adakah
pengeluaran dari hidung, adakah pembesaran kelenjar tiroid, adakah
pembesaran pembuluh limfe, apakah simetris/tidak, adakah benjolan,
dan puting susu menonjol/tidak, serta apakah sudah ada/tidak
kolostrum pada payudara.

3) Pemeriksaan kebidanan
Abdomen di inspeksi apakah simetris atau tidak, adakah bekas
operasi, adakah linea nigra, striae abdomen dan di palpasi dari
pemeriksaan Leopold I – leopold IV.
Leopold I : untuk menentukan TFU dan bagian apa yang ada
di fundus (bagian normal teraba bokong)
Leopold II : untuk mengetahui bagian apa yang berada di sisi
kiri dan kanan perut ibu
Leopold III : untuk mengetahui bagian apa yang terletak di
bagian bawah perut ibu(bagian normal teraba kepala)
Leopold IV : untuk mengetahui bagian janin sudah masuk pintu
atas panggul (PAP) atau belum.
4) Denyut jantung janin (DJJ) biasanya dengan kuadran bawah bagian
punggung janin, 3 jari dibawah pusat ibu. Denyut jantung janin yang
normal 130-160 kali/menit.
5) Taksiran berat badan janin (TBJ) untuk menentukan berat badan janin
saat usia kehamilan trimester III. Dengan rumus JohnsonTaussac:
(TFU menurut Mc. Donald-n) x155 = ... gram (Sari, dkk, 2015).
n = 13 jika kepala belum masuk pintu atas panggul (PAP)
n = 12 jika kepala berada di atas PAP
n = 11 jika kepala sudah masuk PAP
6) Pemeriksaan panggul, ukuran panggul luar meliputi: Distansia
spinarum: jarak antara spina iliaka anterior superior kiri dan kanan (23-
26 cm). Distansia cristarum: jarak antara crista iliaka kiri dan kanan (26-
29 cm).Conjungata eksterna: jarak anta tepi atas simpisis pubis dan

24
25

ujung prosessus spina. Lingkar panggul luar: jarak anta tepi atas
simpisis pubis, spinarum, cristarum dan lumbanlima (80-90 cm).
7) Hemoglobin (HB) Pemeriksaan darah pada kehamilan trimester III
dilakukan untuk mendeteksi anemia atau tidak. Klasifikasi anemia
menurut Rukiah (2013) sebagai berikut: Hb 11 gr% : tidak anemia
Hb 9-10 gr% : anemia ringan
Hb 7-8 gr% : anemia sedang
Hb ≤ 7 gr% : anemia berat
8) Pemeriksaan urine
Pemeriksaan protein urine dilakukan pada kehamilan trimester III untuk
mengetahui komplikasi adanya preeklamsi dan pada ibu. Standar
kekeruhan protein urine menurut Rukiah (2013) adalah:
Negatif : Urine jernih
Positif 1 (+) :Ada kekeruhan
Positif 2 (++) :Kekeruhan mudah dilihat dan ada endapan
Positif 3 (+++) :Urine lebih keruh dan endapan yang lebih jelas
Positif 4 (++++) :Urine sangat keruh dan disertai endapan yang
menggupal.
9) Pemeriksaan USG
Untuk mengetahui diameter kepala, gerakan janin, denyut jantung janin
(DJJ), ketuban, tafsiran berat badan janin (TBJ), tafsiran persalinan.

Assesment (A)
Assesment yaitu menggambarkan pendokumentasian hasil analisa
dan interpretasi data subjektif dan objektif dalam suatu identifikasi atau
masalah potensial. Data assessment pada ibu hamil yaitu pada
diagnosis kebidanan terdapat jumlah paritas ibu,usia kehamilan dalam
minggu, kedaaan janin. Contoh assessment pendokumentasian
diagnosis kebidanan pada ibu hamil yaitu Seorang ibu hamil G1 P0 A0
usia kehamilan 12 minggu dengan anemia ringan. Masalah pada ibu
hamil yaitu khawatir dengan perkembangan bayinya karena tidak nafsu
makan akibat mual dan muntah. Dan kebutuhan yang diperlukan ibu

25
26

yaitu kebutuhan untuk KIE dan bimbingan tentang Makan sedikit tapi
sering.
Hasil analisa untuk menetapkan diagnosa kebidanan seperti :
b. G (gravida) merupakan menentukan kehamilan keberapa
c. P (partus) merupakan jumlah anak baik aterm, preterm, imtur, dan
hidup
d. A (abortus) merupakan riwayat keguguran
e. Usia kehamilan
f. Anak hidup/meninggal
g. Anak tunggal/kembar
h. Letak anak apakah bujur/lintang, habitus fleski/defleksi, posisi
puka/puki, presentasi bokong/kepala.
i. Anak intrauterine/ekstrauterine
j. Keadaan umum ibu dan janin serta masalah keluhan utama

Pada kehamilan trimester III maka diagnosa kebidanan G P A, usia


Kehamilan (28 – 40 ) minggu, tunggal/ganda, intra uterine, hidup, letak
bujur/lintang, posisi puka/puki, presentasi kepala, keadaan ibu dan
janin baik.
Kemungkinan masalah yang sering terjadi pada kehamilan trimester
III antara lain (Hani, Kusbandiyah, Yulifa 2010)
a. Nyeri pinggang karena spasme otot-otot pinggang akibat lordosis yang
berlebihan dan pembesaran uterus
b. Nyeri pada kaki karena adanya varises
c. Sering buang air kecil (BAK) berhubungan dengan penekanan pada
vesika urinaria oleh bagian terbawah janin
d. Obstipasi berhubungan dengan penekanan bagian terendah janin.
e. Mudah kram berhubungan dengan kelelahan dan pembesaran uterus
f. Sesak nafas berhubungan dengan pembesaran uterus mendesak
diafragma
g. Oedema berhubungan dengan penekanan uterus yang membesar
pada vena femoralis

26
27

h. Kurangnya pengetahuan ibu tentang persiapan persalinan


berhubungan dengan kurang pengalaman dan kurang informasi

Penatalaksanaan (P)
Penatalaksanaan yaitu menggambarkan pendokumentasian dari
perencanaan dan evaluasi berdasarkan assessment.Data planning pada
ibu hamil yaitu dalam pelaksanan asuhan ini sebagian dilakukan oleh bidan,
sebagian oleh klien sendiri, atau oleh petugas kesehatan lainnya. Kemudian
dievaluasi keefektifan asuhan yang telah diberikan, apakah telah memenhi
kebutuhan asuhan yang telah teridentfikasi dalam diagnose maupun
masalah.
Menurut Hani (2010) Dalam pelaksanaan seluruh rencana tindakan yang
sudah disusun dilaksanakan dengan efisien dan aman
a) Memberikan informasi terhadap perubahan fisiologis yang biasa terjadi
pada kehamilan trimester III untuk memberikan pemahaman kepada
klien dan menurunkan kecemasan serta membantu penyesuaian
aktivitas perawatan diri. Masalah yang mungkin muncul pada kehamilan
trimester III seperti nyeri punggung, varises pada kaki, susah tidur,
sering buang air kecil (BAK), hemoroid, konstipasi, obstipasi, kram pada
kaki, dan lain sebagainya.
b) Memberikan komunikasi, informasi, dan edukasi (KIE) seperti
1. Nutrisi ibu hamil
2. Hygiene selama kehamilan trimester III
3. Hubungan seksual
4. Aktivitas dan istirahat
5. Perawatan payudara dan persiapan laktasi
6. Tanda-tanda persalinan
7. Persiapan yang diperlukan untuk persalinan
c) Menganjurkan ibu untuk segera mencari pertolongan dan segera datang
ke tenaga kesehatan apabila mengalami tanda-tanda bahaya seperti
berikut :
1. Perdarahan pervaginam
2. Sakit kepala yang hebat, menetap dan tidak menghilang

27
28

3. Pandangan kabur
4. Nyeri abdomen
5. Bengkak pada wajah dan tangan serta kaki
6. Gerakan bayi berkurang atau sama sekali tidak bergerak.
7. Memberikan suplemen penambah darah untuk meningkatkan
persediaan zat besi selama kehamilan dan diminum dengan air putih
bukan dengan teh atau sirup.
8. Memberikan imunisasi TT 0,5cc apabila ibu belum mendapatkan.
Pada ibu hamil imunisasi TT diberikan 2 kali dengan selang waktu 4
minggu.
9. Menjadwalkan kunjungan ulang pada kehamilan trimester III setiap 2
minggu dan jika setelah 36 minggu kunjungan ulang setiap minggu
sebelum persalinan.

2.2 Konsep Dasar Persalinan


2.2.1 Pengertian Persalinan
Persalinan adalah proses dimana bayi, plasenta dan selaput ketuban
keluar dari uterus ibu (Wijayanti, 2015). Persalinan adalah proses membuka
dan menipisnya serviks dan janin turun ke dalam jalan lahir. Persalinan dan
kelahiran normal adalah proses pengeluaran janin yang terjadi pada kehamilan
cukup bulan (37-42 minggu), lahir spontan dengan presentasi belakang
kepala, tanpa komplikasi baik ibu maupun janin (Asri dkk, 2012).
Menurut Manuaba (2010), menyatakan bahwa persalinan adalah proses
pengeluaran hasil konsepsi (janin dari uri) yang telah cukup bulan atau dapat
hidup diluar kandungan melalui jalan lahir, dengan bantuan atau tanpa
bantuan.
Menurut Sondakh (2013), menyatakan bahwa persalinan adalah suatu
rangkaian kejadian yang berakhir dengan pengeluaran bayi cukup bulan atau
hamper cukup bulan, setelah itu disusul dengan pengeluaran plasenta.

28
29

2.2.2 Sebab Mulainya Persalinan


Faktor Penyebab Terjadinya Persalinan Menurut Sumarah, dkk (2011), ada
beberapa faktor terjadinya persalinan yaitu:
a. Teori Kerenggangan
Otot rahim mempunyai kemampuan meregang dalam batas tertentu.
Setelah melewati batas tersebut terjadi kontraksi sehingga persalinan dapat
dimulai.
b. Teori Penurunan
Progesteron Proses penuaan plasenta terjadi mulai umur hamil 28 minggu,
dimana terjadi penimbunan jaringan ikat, pembuluh darah mengalami
penyempitan dan buntu. Produksi progesterone mengalami penurunan,
sehingga otot rahim mulai berkontraksi setelah tercapai tingkat penurunan
progesteron tertentu
c. Teori Oksitoksin
Oksitosin dikeluarkan oleh kelenjar Hipofisi Pars Paterior. Perubahan
keseimbangan estrogen dan progesteron dapat mengubah sensitivitas otot
rahim, sehingga sering terjadi kontraksi Braxton Hicks. Menurunnya
konsentrasi progesteron akibat tuanya kehamilan maka oksitosin dapat
meningkatkan aktivitas, sehingga persalinan dapat dimulai.
d. Teori Pengaruh
Prostaglandin Konsentrasi prostaglandin meningkat pada usia kehamilan 15
minggu yang dikeluarkan oleh desidua. Pemberian prostaglandin saat hamil
dapat menimbulkan kontraksi otot rahim sehingga hasil konsepsi
dikeluarkan. Prostaglandin dianggap dapat merupakan pemicu terjadinya
persalinan
e. Faktor Lain
Tekanan pada ganglion servikale dari pleksus frankerhauser yang terletak
di belakang serviks. Bila ganglion ini tertekan maka kontraksi uterus dapat
dibangkitkan

2.2.3 Tanda-Tanda Persalinan


Menurut Manuaba dalam Buku Ilmu Kebidanan dan Penyakit
Kandungan telah disebutlan bahwa tanda-tanda persalinan dibagi menjadi

29
30

dua fase, yaitu tanda bahwa persalinan sudah dekat dan tanda timbulnya
persalinan (inpartu).
Menurut Eka (2014), pada fase ini sudah memasuki tanda-tanda
inpartu, sebagai berikut:
a. Terjadinya HIS
HIS adalah kontraksi rahim yang dapat diraba menimbulkan rasa
nyeri diperut serta dapat menimbulkan pembukaan servick kontraksi rahim
yang dimulai pada 2 face Maker yang letaknya di dekat cornu uteri. HIS
yang menimbulkan pembukaan servick dengan kecepatan tertentu disebut
HIS efektif. HIS efektif mempunyai sifat adanya dominan kontraski uterus
pada fundus utri, kondisi berlangsung secara sinkron dan harmonis,
adanya intensitas kontraksi yang maksimal antara dua kontraksi, irama
teratur dan frekuensi yang sering, lama his berkisar 45-60 detik.His
persalinan memiliki sifat sebagai berikut :
1) Pinggang terasa sakit dan mulai menjalar ke depan.
2) Teratur dengan interval yang mungkin pendek dan kekuatannya
makin besar.
3) Mempunyai pengaruh terhadap perubahan servick
4) Penambahan aktivitas (seperti berjalan) maka his tersebut semakin
meningkat. Keluarnya lendir bercampur darah (show)
b. Lendir ini berasal dari pembukaan kanalis servikalis. Sedangkan
pengeluaran darahnya disebabkan oleh robeknya pembuluh darah waktu
serviks membuka.
c. Terkadang disertai ketuban pecah
Sebagian ibu hamil megeluarkan air ketuban akibat pecahnya selaput
ketuban menjelang persalinan. Jika ketuban sudah pecah, maka
ditargetkan persalinan dapat berlangsung dalam 24 jam. Akan tetapi,
apabila persalinan tidak tercapai maka persalinan harus diakhiri dengan
tindakan tertentu misalnya akstraksi vakum atau sectio caesarea.

d. Dilatasi dan Effacement

30
31

Dilatasi adalah terbukanya kanalis servikalis secara berangsur-angsur


akibat pengaruh his. Effacement adalh pendataran atau pemendekan
kanalis servikalis yang semula panjang 1-2 cm menjadi hilang sama
sekali, sehingga tinggal hanya ostium yang tipis seperti kertas.

2.2.4 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Persalinan


a. Power /tenaga
Power atau tenaga untuk mendorong anak dibagi menjadi dua yakni:
a) His
His adalah kontraksi pada otot-otot rahim pada persalinan menyebabkan
pendataran dan pembukaan serviks.his terdiri dari his pembukaan, his
pengeluaran dan his pelepasan uri.
b) Tenaga Mengejan
Tenaga mengejan terjadi karena adanya kontraksi otot-otot dinding perut
dan juga karena kepala yang sudah berada pada dasar panggul,
mengejan paling bagus dilakukan saat ada ontraksi atau his.
b. Passage/Panggul/jalan lahir
Faktor paling penting dalam menentu`kan proses persalinan salah satunya
adalah pelvis minor yang tersusun dari tulang-tulang yang kokoh dan
kemudian dihubungkan oleh persendian dan jaringan ikat yang kuat. Pelvik
minor dibagi menjadi 3 bagian yakni:
a) Pintu Atas Panggul/PAP
Anterior : Crista dan spina pubica
Lateral : Linea illiopectinea pada os coxae
Posterior : Tepi anterior assis sacri dan prootorium
b) Cavum Pelvis
Cavum pelvis merupakan bagian terluas dan bentuknya hampir seperti
lingkaran, batasannya yakni :
Anterior : Titik tengah permukaan belakang os pubis
Lateral :1/3 bagian atas dan tengah foramen obsturatorium
c) Posterior : Hubungan antara vertebra sacralis kedua dan ketiga
ukuran depan belakang 12,75 cm dan ukuran melintangnya 12.5 cm.
1. Bidang sempit panggul

31
32

Bidang sempit panggul merupakan bidang yang membentang melalui


tepi bawah sympisis menuju ke spina isciadika dan memotong ujung
atas sacrum.
2. Pintu bawah panggul
Pintu bawah panggul terdiri dari dua buah segitiga yang mempunyai
basis bersama dan merupakan bagian terbawah.diameter pintu
bawah panggul antara lain:
(1) Anterior posterior anatomis mulai dari margo inferiorn sympisis
pubis ke ujung os coccygis yakni 9,5 cm
(2) Antero posterior obstetrik mulai dari margo inferior pubis ke
articulatio sacrococcygealis yakni 11,5 cm
(3) Transfersa yakni jarak antara permukaan dalam tuber isciadikum
kanan dan kiri yakni 11 cm
(4) Sagitalis posterior yakni mulai dari pertengahan diameter
transfersa ke artikulasio sacro coccygelis yakni 9cm
(5) Sagitalis anterior mulai dari pertengahan diameter transfersa ke
angulus subpubicus 6 cm.
c. Passager/fetus
Janin dapat mempengaruhi jalannya persalinan dengan besar
dan juga karena posisi janin atau bagian janin yang terletak pada
bagian depan jalan lahir. Adapula faktor kelainan genetik dan juga
kebiasaan ibu yang buruk dapat menjadikan pertumbuhan
menjadi tidak normal misalnya:
a) Kelainan bentuk dan besar janin (ansefalus, hidrosefalus dann janin
makrosomia)
b) Kelainan pada letak kepala dan juga letak janin misalnya sungsang,
melintang dan lain-lain.
c) Psikologis
Ibu keadaan psikologis adalah keadaan baik secara emosional, jiwa,
pengalaman, adat istiadat, dan dukungan dari orang-orang tertentu
yang dapat mempengaruhi proses persalinan. Kondisi psikologis ibu
melibatkan emosi dan persiapan intelektual, pengalaman bayi
sebelumnya dan dukungan orang terdekat. Keadaan stres dan cemas

32
33

dan depresi dapat mempengaruhi persalinan karena dapat


mempengaruhi kontraksi yang dapat mempengaruhi proses persalinan,
untuk itu sangat penting bagi bidan dalam mempersiapkan mental ibu
menghadapi proses persalinan.
d. Penolong
Penolong persalinan bertugas mengantisipasi dan menangani
komplikasi yang mungkin terjadi pada ibu dan janin dan proses persalinan
sangat tergantung dari kemampuan,keterampilan,dan kesiapan penolong
dalam menghadapi proses persalinan.
Seorang bidan harus bekerja sesuai dengan standar yang telah
ditentukan dan untuk pertolongan persalinan ditetapkan stadar asuhan
persalinan normal (APN) yang terdiri dari 58 langkah dengan tetap
memperhatikan 5 aspek benang merah asuhan persalinan normal
yakni,membuat keputusan klinik,asuhan sayang ibu dan sayang
bayi,pencegahan infeksi, pencatatan atau rekamedik asuhan persalinan
dan rujukan(Liliyana, 2011)

2.2.5 Tahap Persalian (Kala Persalinan)


a. Kala I (Pembukaan)
Kala I persalinan dimulai sejak terjadinya kontraksi uterus yang teratur
dan meningkat (frekuensi dan kekuatannya) hingga serviks membuka
lengkap (10 cm). (Kumalasari, 2015). Persalinan kala I dibagi menjadi dua
fase, yaitu fase laten dan fase aktif. Fase laten dimana pembukaan serviks
berlangsung lambat dimulai sejak awal kontraksi yang menyebabkan
penipisan dan pembukaan secara bertahap sampai pembukaan 3 cm,
berlangsung dalam 7-8 jam. Fase aktif (pembukaan serviks 4-10 cm),
berlangsung selama 6 jam dan dibagi menjadi periode akselerasi, dilatasi
maksimal, dan deselerasi (Rohani, 2011).
Menurut Kumalasari (2015) kala I fase aktif, berlangsung selama enam jam
dan dibagi atas tiga subfase yaitu sebagai berikut:
1) Periode akselerasi: berlangsung selama 2 jam, pembukaan menjadi 4
cm.

33
34

2) Periode dilatasi maksimal (steady): berlangsung selama dua jam


pembukaan berlangsung cepat menjadi 9 cm.
3) Periode deselarasi: berlangsung lambat, dalam waktu dua jam
pembukaan menjadi 10 cm (lengkap)
(Kumalasari, 2015).

b. Kala II (Kala Pengeluran Janin)


Kala II disebut juga kala pengeluaran. Kala ini dimulai dari pembukaan
lengkap (10cm) sampai bayi lahir. Proses ini berlangsung 2 jam pada
primigravida dan 1 jam pada multigravida (Sumarah, 2009 dalam Sari dkk,
2014).Persalinan kala II (kala pengeluaran) dimulai dari pembukaan
lengkap (10cm) sampai bayi lahir. Perubahan fisiologi secara umum terjadi
pada persalinan kala II adalah:
1) His menjadi lebih kuat dan lebih sering (Fetus Axis Pressure)
2) Timbul tenaga untuk meneran
3) Perubahan dalam dasar panggul
4) Lahirnya Fetus (Asri dkk, 2012)

Asuhan Sayang ibu pada kala II menurut Pusdiknakes (2003) dalam


Sari dkk (2014) meliputi:
1. Memanggil ibu sesuai nama panggilan sehingga akan ada perasaan
dekat dengan bidan
2. Meminta izin dan menjelaskan prosedur tindakan yang akan dilakukan
bidan dalam pemberian asuhan
3. Bidan memberikan penjelasan tentang gambaran proses persalinan
yang akan dihadapi ibu dan keluarga
4. Memberikan informasi dan menjawab pertanyaan dari ibu dan
keluarga sehubungan dengan proses persalinan.
5. Mendengarkan dan menanggapi keluhan ibu dan keluarga selama
proses persalinan.
6. Menyiapkan rencana rujukan atau kolaborasi dengan dokter spesialis
apabila terjadi kegawatdaruratan kebidanan.

34
35

7. Memberikan dukungan mental, memberikan rasa percaya diri kepada


ibu, serta berusaha member rasa nyaman dan aman.
8. Mempersiapkan persalinan dan kelahiran bayi dengan baik meliputi
sarana dan prasarana pertolongan persalinan
9. Menganjurkan suami dan keluarga untuk mendampingi ibu selama
proses persalinan.

c. Kala III (Kala Pengeluran Uri)


a) Kala III (Kala Pengeluaran Uri)
Menurut Lailiyana (2011), Kala tiga dimulai setelah lahirnya bayi dan
berakhirnya dengan lahirnya plasenta dan selaput janin.
1) Tujuan manajemen aktif kala III. Untuk menghasilkan kontraksi uterus
yang lebih efektif, sehingga dapat memperpendek waktu kala III
persalinan dan mengurangi kehilangan darah di bandingkan dengan
penatalaksanaan fisiologis.
2) Keuntungan manajemen aktif kala III
a) Kala III persalinan lebih singkat
b) Mengurangi jumlah kehilangan darah
c) Mengurangi kejadian retensio plasenta
3) Manajemen aktif kala III
a) Melakukan peregangan tali pusat terkendali
b) Tanda-tanda lepasnya plasenta:
c) Perubahan ukuran dan bentuk uterus
d) Tali pusat memanjang
e) Semburan darah tiba-tiba

b) Pemijatan fundus uteri ( Massase)


a. Segera lakukan massase Kala IV
Kala IV persalinan adalah dimulai dari lahirnya plasenta
sampai 2 jam pertama postpartum (Kumalasari, 2015). Dimulai dai
saat lahirnya plasenta sampai 2 jam pertama setelah lahir. Masa ini
merupakan masa paling kritis untuk mencegah kematian ibu kematian
di sebabkan oleh perdarahan.

35
36

Penanganan pada kala IV:


1. Memeriksa fundus setiap 15 menit pada jam pertama dan setiap 30
menit pada jam kedua. Jika kontraksi tidak kuat, massase terus
sampai menjadi keras.
2. Memeriksa tekanan darah, nadi, kandung kemih dan perdarahan
setiap 15 menit pada jam pertama dan setiap 30 menit pada jam
kedua
a) Menganjurkan ibu untuk minum untuk mencegah dehidrasi.
b) Membersihkan perineum ibu dan mengenakan pakaian ibu yang
bersih dan kering.
c) Membiarkan ibu istirahat dan membiarkan bayi pada dada
ibuuntuk meningkatkan hubungan ibu dan bayi dan inisiasi
menyusu dini.
d) Memastikan ibu sudah BAK dalam 3 jam setelah melahirkan.
e) Mengajari ibu atau anggota keluarga tentang bagaimana
memeriksa fundus dan menimbulkn kontraksi serta tanda –
tanda bahaya bagi ibu dan bayi.
(Kumalasari, 2015)

2.2.6 Mekanisme Persalinan


Tahap-tahap mekanisme persalinan menurut Manuaba (2010), abtara lain:
a. Dikarenakan adanya kontraksi Braxton Hicks, ketegangan dinding abdomen
dan ketegangan ligamentum rotundum. Kepala terfiksasi pada PAP, kepala
janin terfiksasi pada PAP sebelum persalinan dengan kepala janin oksiput
miring kanan / kiri, kedepan atau kebelakang.
b. Desensus ( Penurunan Kepala )
Penurunan kepala janin yang mengarah ke simpisis, pada saat ini tekanan
pada kepala janin oleh jalan lahir dan kekuatan his dan mengejan
menimbulkan bahaya yang dapat menimbulkan asfiksia sampai kematian.
c. Fleksi
Dagu dibawah lebih dekat kearah dada janin diameter sub occipito
bregmatika (9,5 ) menggantikan diameter occipito Frontal (11 cm).
d. Putaran paksi dalam

36
37

Merupakan suatu usaha untuk menyesuaikan posisi kepala bentuk jalan


lahir khusunya untuk bidang tengah dan pintu bawah panggul selalu
bersamaan dengan masuknya kepala dan tidak terjadi kepala ke hodge III
kadang-kadang baru sampai setelah kepala sampai didasr pintu panggul.
e. Ekstensi
Setelah putaran paksi dalam selesai dan kepala sampai didasar panggul
terjadilah kepala janin ekstensi, UUK dibawah simpisis.
f. Ekspulsi
Setelah kepal ekstensi, terjadilah ekspulsi kelahiran kepala berturut-turut
mulai dari uub, dahi, muka dan dagu
g. Restitusi / putaran paksi luar
Setelah kepala lahir muka kepala akan kembali kearah punggung anak
untuk menghilangkan torsi pada leher yang terjadi karena putaran paksi
dalam dan lahirkan bahu depan, bahu belakang dan badan bayi.

2.2.7 Resiko Kehamilan Dengan Jarak Terlalu Dekat Pada Persalinan


Kehamilan jarak terlalu dekat dapat menyebabkan terjadinya (Barus,2018):
a. Resiko perdarahan
Kehamilan dengan jarak yang terlalu dekat akan meningkatkan
risiko perdarahan, keguguran, hingga kematian pasca persalinan.
Dikhawatirkan bahwa plasenta atau ari-ari dari kelahiran yang sebelumnya
belum meluruh seluruhnya, dan hal tersebut akan meningkatkan risiko
komplikasi pada kehamilan yang baru, plasenta yang melekat pada diding
rahim bagian bawah dan dapat menutupi leher rahim ibu. Hal ini dapat
menimbulkan radang saluran genital, menyebabkan proses kelahiran sulit
dilakukan, dan menimbulkan perdarahan.
b. Atonia uteri
Atonia uteri adalah kondisi pada wanita dimana rahim gagal berkontraksi
setelah persalinan bayi. Kondisi ini dapat mengakibatkan perdarahan pasca
persalinan yang dapat membahayakan nyawa.Sedangkan perdarahan
pasca persalinan merupakan salah satu faktor utama penyebab kematian
ibu.
c. Retensio plasenta

37
38

Merupakan suatu keadaan dimana plasenta belum dapat lahir dalam


waktu 30 menit merupakan akibat dari lemahnya kontraksi uterus, retensio
plasenta juga penyebab utama terjadinya perdarahan.
2.2.8 Penanganan Kehamilan Jarak Terlalu Dekat Pada Persalinan
Kehamilan jarak terlalu dekat dapat menyebabkan terjadinya (Barus, 2018):
a. Penanganan resiko perdarahan
1) Melahirkan ditolong oleh tenaga kesehatan baik bidan atau dokter
untuk pertolongan persalinan yang aman untuk keselamatan jiwa ibu
bersalin
2) Pendamingan dari suami sebagai support selama persalinan dan
pengambilan keputusan saat darurat
3) Persiapan anggota keuarga bila sewaktu-waktu diperlukan untuk
donor darah
4) Persiapan kesehatan ibu jangan terlalu lelah agar persalinan dapat
berlangsung lancer. Pada saat proses persalinan, apabila seorang ibu
kelelahan, kondisi tubuh tidak sehat, maka akan mempengaruhi
kontraksi dari rahim. Hal ini akan mengakibatkan terjadinya
perdarahan
5) Segera menyusui bayi setelah bayi lahir, agar membantu kontraksi
rahim (proses mengecilnya kembali rahim ibu secara alami) hisapnya
bayi pada putting susu ibu akan merangsang keluaranya hormone
oksitosin yang membantu mencegah terjadinya perdarahan.
b. Penanganan Atonia uteri
1) Bersihkan bekuan darah dan selaput ketuban dari vagina dan lubang
serviks
2) Pastikan bahwa kandung kemih ibu kosong
3) Lakukan kompresi kandung kemih ibu kosong
(a)Jika muncul kontraksi uterus
(1)Lanjutkan KBI selama 2 menit
(2)Keluarkan tangan perlahan dan pantau kala empat dengan ketat
(b)Jika kontraksi uterus tidak muncul
(1)Anjurkan keluarga untuk membantu melakukan kompresi
Bimanual Eksternal (KBE)

38
39

(2)Berikan ergometrin 0,2 mg IM (Kontraindikasi pada hipertensi)


(3)Misoprostol 600-1000 mcg per rektal (Tablet 200 mg)
(c) Pasang infus menggunakan jarum ukuran 16-18 dan berikan 20 IU
oksitosin dalam 500 cc, Ringer Laktat. Habiskan 500 cc pertama
secepat mungkin
(d)Ulangi KBI
4) Bila kontraksi telah ada pantau ibu dengan seksama selama
pemantauan kala empat
5) Bila kontraksi belum juga timbul dalam 1 sampa 2 menit hal ini bukan
atonia sederhana segera rujuk ibu dan damping ibu ketempat rujukan
c. Penanganan Retensio plasenta
1) Jika plasenta terlihat dalam vagina, mintalah ibu untuk mengejan. Jika
plasenta terdapat dalam vagna keluarkan plasenta tersebut.
2) Pastikan kandung kemih kosong. Jika diperukan lakukan katerisasi
kandung kemih
3) Jika plasenta belum keluar berikan oksitosin 10 IU IM, jika belum
dilakukan dalam penanganan aktif kala III
4) Jangan berikan egometrin karena dapat menyebabkan kontraksi
uterus , bisa memperlambat pengeluaran plasenta
5) Jika plasenta belum dilahirkan 30 menit pemberian oksitosin dan
uterus terasa berkontraksi, lakukan penarikan tali pusat terkendali
6) Jika kontraksi pusat terkendali belum berhasil, cobalah untuk
melakukan pengeluaran plasenta secara manual
7) Jika perdarahan terus berlangsung, lakukan uji pembekuan darah
sederhana, kegagagalan terbentuknya pembekuan setelah 7 menit
atau adanya bekuan lunak yang dapat pecah dengan mudah
menunjukkan adanya koagulopati
8) Jika terdapat tanda-tanda infeksi (demam, secret vagina yang berbau)
berikan antibiotic untuk metritis
9) Sewaktu suatu bagian dari plasenta satu atau lebih lobus tertinggal,
akan menyebabkan uterus tidak dapat berkontraksi secara efektif

39
40

10) Raba bagian dalam uterus untuk mencari sisa pasenta. Eksplorasi
manual uterus menggunakan teknik yang serupa dengan tehnik yang
digunakan untuk mengeluarkan plasenta yang tidak keluar
11) Keluarkan sisa plasenta dengan tangan, cunam ovum, atau kuret
12) Jika perdarahan berlanjut, lakukan uji pembekuan
13) Apabila setelah melakukan langkah-langkah di atas dan plasenta
belum juga lahir, segera rujuk ke rumah sakit bila ibu mengalami
perdarahan hebat.
d. Penangan persalinan dilakukan dengan sistem rujukan. Asuhan saying ibu
dalam mempersiapkan rujukan atau untuk melakukan rujukan meliputi
BAKSOKU,yaitu (Maulina, 2017)
1) B: (Bidan)
Saat melakukan rujukan harus didampingi oleh tenaga kesehatan salah
satunya bidan hingga sampai ke fasilitas kesehatan yang dituju
2) A: (Alat)
Saat akan merujuk persiapkan alat yang diperlukan baik untuk bayi
atau ibu (tabung suntik, selang IV, alat resusitasi)
3) K: (Keluarga)
Beritahu ibu dan keluarga mengenai kondisi terakhir ibu dan bayi dan
alas an ibu atau bayi harus dirujuk.
4) S: (Surat)
Berikan surat ketempat rujukan. Surat ini harus memberikan identifikasi
mengenai ibu dan bayi, cantumkan alas an rujukan dan uraian hasil
rujukan. Sertakan juga partograf yang dipakai untuk membuat
keputusan klinik
5) O: (Obat)
Bawa obat-obatan esensialpada saat mengantar ibu kefasilitas rujukan.
Obat-obatan tersebut mungkin akan diperlukan selama diperjalanan.
6) K: (Kendaraan)
Pastikan kendaraan tersedia untuk membawa ibu atau janin ke tempat
rujukan
7) U: (Uang)

40
41

Beritahu keluarga untuk membawa uang dalam jumlah yang cukup


untuk membeli obat dan bahan kesehatan yang diperlukan

2.2.9 Manajemen SOAP persalinan


Tahapan Asuhan Kebidanan Persalinan Normal Menurut Hidayat (2015),
tahapan persalinan normala adalah sebagai berikut:
1. Kala I
Kala 1 atau kala pembukaan dimulai dari adanya his yang adekuat sampai
pembukaan lengkap. Kala 1 dibagi dalam 2 fase: fase laten (pembukaan
serviks 1-3 cm – dibawah 4 cm) membutuhkan waktu 8 jam, fase aktif
(pembukaan serviks 4-10 cm/lengkap),membutuhkan waktu 6 jam. Bentuk
pendokumentasian secara SOAP (Rukiyah, 2012)
Subjektif (S)
Data subjektif yaitu menggambarkan pendokumentasian hasil
pengumpulan data klien melalui anamnesa. Data subjektif ibu bersalin kala I
atau data yang diperoleh dari anamnesis, anatara lain: Biodata, data
demografi, riwayat kesehatan, termasuk factor herediter dan kecelakaan,
riwayat menstruasi, Riwayat obstetri dan ginekologi, termasuk nifas dan
laktasi,biopsikospiritual,pengetahuan klien.
Data subjektif
1. Nama, umur, alamat
2. Gravida dan para
3. Hari pertama haid terakhir
4. Kapan bayi akan lahir (menentukan taksiran ibu)
5. Riwayat alergi obat-obatan tertentu
6. Riwayat kehamilan yang sekarang
a. Apakah ibu pernah melakukan pemeriksaan antenatal
b. Pernakah ibu mengalami maslah selama kehamilannya (misalnya:
perdarahan, hipertensi, dan lain-lain.
c. Kapan mulai kontraksi
d. Apakah kontraksi teratur
e. Apakah ibu masih merasakan gerakan bayi
f. Apakah selaput ketuban sudah pecah.

41
42

g. Kapankah ibu terakhir kali makan dan minum


h. Apakah ibu mengalami kesulitan untuk berkemih
7. Riwayat medis lainya (masalah pernapasan, hipertensi, gangguan jantung,
berkemih, dan lain- lain
8. Masalah medis saat ini (sakit kepala, gangguan penglihatan, pusing, atau
nyeri epigastrium bagian atas
9. Pertanyaan tentang hal-hal yang belum jelas atau berbagai bentuk
kekhawatiran lainnya.

Objektif (O)
Data objektif yaitu data yang menggambarkan pendokumentasian hasil
pemeriksaan fisik klien, labortorium dan tes diagnosis lain yang dirumuskan
dalam data focus yang mendukung assessment. Di kala I pendoumentasian
data objektif yaitu keadaan umum, kesadaran, tanda vital, pemeriksaan
kebidanan dengan leopod, palpasi, tinggi fundus uteri, punggung janin,
presentasi, penurunan, kontraksi denyut jantung janin, pergerakan,
pemeriksaan dalam: keadaan dinding vagina, portio, pembukaann serviks,
posisi portio, konsistensi, ketuban negatif atau positif, penurunan bagian
terendah, pemeriksaan laboratorium, Hb, urine, protein reduksi.
Sebelum melakukan tindakan sebaiknya dijelaskan terlebih dahulu pada
ibu dan keluarganya tentang apa yang akan dilakukan selama pemeriksaan
dan apa alasannya. Motivasi mereka untuk bertanya dan menjawab
pertanyaan yang diajukan sehingga mereka memahami kepentingan
pemeriksaan.
1. Pemeriksaan Abdomen Pemeriksaan abdomen dilakukan untuk
mengetahui :
a. Menentukan tinggi fundus uteri
b. Memantau kontraksi uterus
c. Memantau denyut jantung janin
d. Menentukan presentasi
e. Menetukan penurunan bagian terbawah janin
2) Pemeriksaan Dalam

42
43

Sebelum melakukan pemeriksaan dalam, cuci tangan dengan sabun dan


air bersih dengan air yang menggalir, kemudian keringkan dengan haduk
kering dan bersih. Minta ibu untuk berkemih dan mencuci daerah genetalia
(jika ibu belum melakukannya), dengan sabun dan air bersih.pastikan
privasi ibu selama pemeriksaan dilakukan. Langkah-langkah dalam
melakukan pemriksaan dalam :
a. Tutupi badan ibu dengan sarung atau selimut
b. Minta ibu untuk berbaring terlentang dengan lutut ditekuk dan paha
dibentangkan.
c. Gunakan sarung tangan DTT atau steril saat melakukan pemeriksaan
d. Gunakan kassa gulungan kapas DTT yang dicelupkan di air DTT.
Basuh labia mulai dari depan ke belakanguntuk menghindarkan
kontaminasi feses.
e. Periksa genetalia ekstremina, perhatian ada luka atau massa
(benjolan) termasuk kondilumata atau luka parut di perenium.
f. Nilai cairan vagina dan tentukan apakah adakah bercak darah
pervaginam atau mekonium :
g. Pisahkan labio mayor dengan jari manis dan ibu jari dengan
hatihati(gunakan sarung tangan pemeriksa). Masukkan (hati-hati), jari
telunjuk yang diikuti jari tengah. Jangan mengeluarkan kedua jari
tersebut sampai selesai dilakukan. Jika selaput ketuban belum pecah,
jangan lakukan amniotomi (merobeknya karena amniotomi sebelum
waktunya dapat meningkatkan resiko terhadap ibu dan bayi serta
gawat janin.
h. Nilai vagina. Luka parut divagina mengindikasikam adanya riwayat
robekan perinium atau tindakan episiotomi sebelumnya. Nilai
pembukaan dan penipisan serviks.
i. Pastikan tali pusat atau bagian-bagian terkecil (tangan atau kaki) tidak
teraba pada saat melakukan periksa dalam.
j. Nilai penurunan bagian terbawah janin dan tentukan apakah bagian
tersebut sudah masuk kedalam rongga panggul.
k. Jika bagian terbawah adalah kepala, pastikan penunjuknya (ubunubun
kecil, ubun-ubun besar), dan celah (sutura) sagitalis untuk menilai

43
44

derajat penyusupan atau timpang tindih kepala dan apakah ukuran


kepala janin sesuai dengan ukuran janin lahir.
l. Jika pemeriksaaan sudah lengkap, keluarkan kepala jari pemeriksa
(hati-hati), celupkan sarung tangan kedalam larutan untuk
dokumentasi, lepaskan kedua sarung tangan tadi secara terbalik dan
rendam dalam larutan dokumentasi selama10 menit.
m. Bantu ibu untuk mengambil posisi yang lebih nyaman.
n. Jelaskan hasil-hasil pemeriksaan pada ibu dan keluarga.
3) Pemeriksaan Janin
Kemajuan pada kondisi janin :
a. Jika didapati denyut jantung janin tidak normal (kurang dari 100 atau
lebih dari 180 denyut permenit), curigai adanya gawat jain.
b. Posisi atau presentasi selain oksipu anterior dengan ferteks oksiput
sempurna digolongk kedalm malposisi dan malpretasi.
c. Jika didapat kemanjuan yang kurang baik dan adanya persalina yang
lama, sebaiknya segera tangani penyebab tersebut.

Assessment (A)
Assesment yaitu menggambarkan pendokumentasian hasil analisa dan
interpretasi data subjektif dan objektif dalam suatu identifikasi atau masalah
potensial. Di Kala I pendokumentasian Assesment yaitu Ibu G1P0A0 hamil
aterm, premature,postmaatur,partus kala1 fase aktif dan laten. Diagnosa
pada kala I:
1. Sudah dalam persalinan (inpatu), ada tanda-tanda persalinan : pembukaan
serviks >3 cm, his adekuat (teratur, minimal 2 kali dalam 10 menit selama 40
detik), lendir darah dari vagina.
2. Kemajuan persalinan normal, yaitu kemajuan berjalan sesuai dengan
partograf.
3. Persalinan bermasalah, seperti kemajuan persalinan yang tidak sesuai dengan
partograf, melewati garis waspada.
Contoh :
Diagnosis : G2P1A0 hamil 39 minggu. Inpartu kala I fase aktif
Masalah : ibu dengan kehamilan normal.

44
45

Kebutuhan : beri dukungan dan yakinkan ibu,beri informasi tentang


proses dan kemajuan persalinannya.

Penatalaksanaan (P)
Planning yaitu menggambarkan pendokumentasian dari perencanaan dan
evaluasi berdasarkan assessment. Di kala I pendokumentasian planning yaitu:
4. Menghadirkan orang yang dianggap penting oleh ibu seperti suami, keluarga
pasien atau teman dekat.
5. Mengatur aktivitas dan posisi ibu seperti posisi sesuai dengan keinginan ibu
namun bila ibu ingin ditempat tidur sebaiknya tidak dianjurkan tidur dalam
posisi terlentang lurus.
6. Membimbing ibu untuk rileks sewaktu ada his seperti ibu diminta menarik
napas panjang, tahan napas sebentar, kemudian dilepaskan dengan cara
meniup sewaktu ada his.
7. Menjaga privasi ibu seperti penolong tetap menjaga hak privasi ibu dalam
persalinan, antara lain menggunakan penutup atau tirai, tidak menghadirkan
orang lain tanpa sepengetahuan dan seizin pasien/ibu.
8. Penjelasan tentang kemajuan persalinan seperti perubahan yang terjadi dalam
tubuh ibu, serta prosedur yang akan dilaksanakan dan hasil-hasil
pemeriksaan.
9. Menjaga kebersihan diri seperti memperbolehkan ibu untuk mandi,
menganjurkan ibu membasuh sekitar kemaluannya seusai buang air
kecil/besar.
10. Mengatasi rasa panas seperti menggunakan kipas angin atau AC dalam
kamar.
11. Masase, jika ibu suka, lakukan pijatan/masase pada punggung atau
mengusap perut dengan lembut.
12. Pemberian cukup minum untuk memenuhi kebutuhan energi dan mencegah
dehidrasi.
13. Mempertahankan kandung kemih tetap kosong. Sentuhan, seperti keinginan
ibu, memberikan sentuhan pada salah satu bagian tubuh yang bertujuan
untuk mengurangi rasa kesendirian ibu selama proses persalinan.
2. Kala II/kala pengeluaran

45
46

Kala II yaitu dari pembukaan lengkap sampai lahirnya bayi. Proses ini biasanya
berlangsung selama 2 jam pada primi dan satu jam pada multi. Bentuk
pendokumentasian SOAP pada kala II (Rukiyah, 2012).
Subjektif (S)
Data subjektif yaitu menggambarkan pendokumentasian hasil pengumpulan
data klien melalui anamnesa. Data subjektif ibu bersalin kala II atau data yang
diperoleh dari anamnesa, antara lain: ibu mengatakan mulesmules yang sering
dan selalu ingin mengedan, vulva dan anus membuka, perineum menonjol, his
semakin sering dan kuat. Data subjektif yang mendukung bahwa pasien dalam
persalinan kala II adalah pasien mengatakan ingin meneran.
Objektif (O)
Data objektif yaitu data yang menggambarkan pendokumentasian hasil
pemeriksaan fisik klien, labortorium dan tes diagnosis lain yang dirumuskan
dalam data focus yang mendukung assessment. Di kala II pendoumentasian data
objektif yaitu Dilakukan pemeriksaan dalam dengan hasil yaitu dinding vagina
tidak ada kelahiran, portio tidak teraba, pembukaan 10 cm (lengkap), ketuban
negative, presentasi kepala, penurunan bagian terendah di hodge III, posisi ubun-
ubun kecil.
Data objektif
1. Ekspresi wajah pasien serta bahasa tubuh (body language) yang
menggambarkan suasana fisik dan psikologis pasien menghadapi kala II
persalinan
i.Vulva dan anus terbuka perineum meninjol
ii.Hasil pemantauan kontraksi
 Durasi lebig dari 40 detik
 Frekuensi lebih dari 3 kali dalam 10 menit
 Intensitas kuat
iii.Hasil pemeriksaan dalam menunjukkan bahwa pembukaan serviks sudah
lengakap.
Assesment (A)
Assesment menggambarkan pendokumentasian hasil analisa dan interpretasi
data subjektif dan objektif dalam suatu identifikasi atau masalah potensial. Di Kala

46
47

II pendokumentasian Assesment yaitu Ibu G1P0A0 (aterm,preterm,posterm)


inpartu kala II.
Diagnosis
Persalinan kala II ditegakkan dengan melakukan pemeriksaan dalam untuk
memastikan pembukan sudah lengkap atau kepala janin sudah tampak di vulva
dengan diameter 5-6 cm.
Penatalaksanaan (P)
Penatalaksanaan menggambarkan pendokumentasian dari perencanaan dan
evaluasi berdasarkan assessment. Di kala II pendokumentasian planning yaitu
memantau keadaan umum ibu dengan observasi tanda-tamda vital menggunalan
partograf, berikan support mental, pimpin ibu meneran, anjurkan ibu unutk minum
dan mengumpulkan tenaga diantara kontraksi, lahirkan bayi pervagianm spontan.
Pada tahap ini pelaksanaan yang dilakukan bidan adalah:
a. Memberikan dukungan terus-menerus kepada ibu dengan mendampingi ibu
agar merasa nyaman dengan menawarkan minum atau memijat ibu.
b. Menjaga kebersihan ibu agar terhindar dari infeksi. Bila terdapat darah lendir
atau cairan ketuban segera dibersihkan.
c. Memberikan dukungan mental untuk mengurangi kecemasan atau ketakutan
ibu dengan cara menjaga privasi ibu, menjelaskan proses dan kemajuan
persalinan, menjelaskan tentang prosedur yang akan dilakukan, dan
keterlibatan ibu.
d. Mengatur posisi ibu dan membimbing mengejan dengan posisi berikut:
jongkok, menungging, tidur miring, dan setengah duduk.
e. Mengatur posisi agar rasa nyeri berkurang, mudah mengejan, menjaga
kandung kemih tetap kosong, menganjurkan berkemih sesering mungkin,
memberikan cukup minum untuk memberi tenaga dan mencegah dehidrasi.
3. Kala III/kala uri
dimulai segerah setelah bayi lahir sampai lahirnya plasenta, yang berlangsung
tidak lebih dari 30 menit. Bentuk pendokumentasian SOAP pada kala III (Rukiyah
2012)
Subjektif (S)
Data subjektif yaitu menggambarkan pendokumentasian hasil pengumpulan data
klien melalui anamnesa. Data subjektif ibu bersalin kala III atau data yang

47
48

diperoleh dari anamnesa antara lain ibu mengatakan perutnya masih mules, bayi
sudah lair, plasenta belum lahir, tinggi fundus uteri, kontraksi baik atau tidak,
Volume perdarahan pervagianm, keadaan kandung kemih kosong.
Data subjektif
1. Pasien mengatakan bahwa bayinya telah lahir melalui vagina
2. Pasien mengatakan bahwa ari arinya belum lahir
3. Pasien mengatakan perut bagian bawahnya terasa mules
Objektif (O)
Data objektif yaitu data yang menggambarkan pendokumentasian hasil
pemeriksaan fisik klien, labortorium dan tes diagnosis lain yang dirumuskan
dalam data focus yang mendukung assessment. Di kala II pendoumentasian data
objektif yaitu keadaan umum ibi, pemeriksaan tanda-tanda vital,palpasi abdomen,
periksa kandung kemih dan kontraksi dan ukur TFU.
Data objektif
1. bayi lahir secara spontan pervaginam pada tanggal… jam … jenis kelaminlaki
laki /normal
2. Plasenta belum lahir
3. Tidak teraba janin kedua
4. Teraba kontrasi uterus
Assesment (A)
Assesment yaitu menggambarkan pendokumentasian hasil analisa dan
interpretasi data subjektif dan objektif dalam suatu identifikasi atau masalah
potensial. Di Kala III pendokumentasian Assesment yaitu P1AO partus kala III.
Diagnosis pada kala III menurut Saifuddin, (2015)
1. Kehamilan dengan janin normal hidup tunggal Persalinan spontan melalui
vagina pada bayi tuggal, cukup bulan
2. Bayi normal Tidak ada tanda-tanda kesulitan pernafasan, APGAR lebih dari
tujuh, tanda-tanda vital stabil, berat badan besar dari dua ribu lima ratus gram.
Penatalaksanaan (P)
Penatalaksanaan menggambarkan pendokumentasian dari perencanaan dan
evaluasi berdasarkan assessment. Di kala II pendokumentasian planning yaitu
observasi keadaan umum ibu, observasi pelepasan plasenta, melakukan
peregangan tali pusat terkendali, lakukan manajemen kala III, massase uterus,

48
49

lahirkan plasenta spontan dan periksa kelengkapannya. NIlai volume perdarahan,


observasi tanda-tanda vital dan keadaan ibu.
Berdasarkan perencaan yang telah dibuat berikut adalah realisasi asuhan yang
akan dilaksanakan terhadap pasien.
1. Melakukan palpasi uterus untuk memastikan ada tidaknya janin kedua
2. Memberikan suntikkan oksitosin 0,5 cc secara IM di otot sepertiga luar paha
dalam waktu kurang dari satu menit setelah bayi lahir
3. Melibatkan keluarga dalam pemberian minum kepada pasien. Pemberian
minum (hidrasi) sangat penting dilakukan umuk mengembalikan kesegaran
pasien yang telah kehilangan banyak cairan dalam proses persalinan kala II
4. Melakukan penjepitan dan pemotongan tali pusat
5. Melakukan PTT (penegangan tali pusat trekendali)
6. Melahirkan plasenta
4.Kala IV/kala pengawasan
kala IV dimulai dari saat lahirnya plasenta sampai 2 jam pertama postpartum.
Bentuk pendokumentasian SOAP pada kala IV (Rukiyah, 2012)
Subjektif (S)
Data subjektif yaitu menggambarkan pendokumentasian hasil pengumpulan data
klien melalui anamnesa. Data subjektif ibu bersalin kala IV atau data yang
diperoleh dari anamnesa yaitu ibu mengatakan sedikit lemas, lelah, dan tidak
nyaman, ibu mengatakan darah yang keluar banyak seperti hari pertama haid.
Data subjektif
1. Pasien mengatakan bahwa ari arinya telah lahir
2. Pasien mengatakan perutnya mules
3. Pasien mengatakan merasa lelah tapi bahagia
Objektif (O)
Data objektif yaitu data yang menggambarkan pendokumentasian hasil
pemeriksaan fisik klien, labortorium dan tes diagnosis lain yang dirumuskan dalam
data focus yang mendukung assessment. Di kala IV pendoumentasian data objektif
yaitu plasenta sudah lahir, keadaan umum ibu baik, tandatanda vital dalam batas
normal. Data objektif:
a. Plasenta telah lahir spontan lengkap pada tanggal dan jam
b. Tfu berapa jari diatas pusat

49
50

c. Kontraksi uterus baik/tidak


Assesment (A)
Assesment menggambarkan pendokumentasian hasil analisa dan interpretasi data
subjektif dan objektif dalam suatu identifikasi atau masalah potensial. Di Kala IV
pendokumentasian Assesment yaitu ektif yaitu P1 A0 partus kala IV.
Diagnosis pada kala IV menurut Saifuddin, (2015): Involusi normal yaitu uterus
berkontraksi, fundus uteri di bawah umbilicus, perdarahan tidak berlebihan, cairan
tidak berbau. Masalah yang dapat muncul pada kala IV:
1. Pasien kecewa karena jenis kelamin bayinya tidak sesuai dengan keinginannya
2. Pasien tidak kooperatif dengan proses IMD
3. Pasien cemas dengan keadaanya
Penatalaksanaan (P)
Penatalaksanaan yaitu menggambarkan pendokumentasian dari perencanaan dan
evaluasi berdasarkan assessment. Di kala IV pendokumentasian planning yaitu
observasi keadaan umum, kesadaran, suhu, tekanan darah, nadi, keadaan
kandung kemih, tinggi fundus uteri, kontraksi, volume perdarahan yang keluar,
periksa adanya luka pada jalan lahir atau tidak, bersihkan dan rapikan ibu, buatlah
ibu senyaman mungkin.
Merupakan rencana dari tindakan yang akan diberikan termasuk asuhan mandiri,
kolaborasi, tes diagnosis atau laboratorium, serta konseling untuk tindak
lanjut,seperti :
1. Periksa fundus uteri setiap 15 menit pada jam pertama dan setiap 20-30 menit
selama jam kedua. Jika kontraksi tidak kuat masase uterus sampai menjadi
keras.
2. Periksa tekanan darah, nadi, kandung kemih, dan pendarahan setiap 15 menit
pada jam pertama dan setiap 30 menit pada jam kedua.
3. Anjurkan ibu untuk minum agar mencegah dehidrasi. Tawarkan si ibu makan
dan minuman yang disukainya.
4. Bersihkan perineum ibu dan kenakan pakaian yang bersih dan kering.
5. Biarkan ibu beristirahat, bantu ibu pada posisi nyaman Biarkan bayi berada
pada ibu untuk meningkatkan hubungan ibu dan bayi, sebagai permulaaan
dengan menyusui bayi karena menyusu dapat membantu uterus berkontraksi.

50
51

2.3 Konsep Dasar Masa Nifas


2.3.1 Pengertian masa nifas
a. Masa nifas atau post partum disebut juga puerpurium yang berasal dari
bahasa latin yaitu dari kata “Puer” yang artinya bayi dan “Parous” berarti
melahirkan. Nifas yaitu darah yang keluar dari rahim karena sebab
melahirkan atau setelah melahirkan (Anggraeni, 2010).
b. Masa nifas atau puerperium dimulai setelah lahirnya plasenta dan berakhir
ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil. Masa
nifas berlangsung selama kira-kira sampai dengan 6 minggu (42 hari)
(Saifuddin, 2010).
c. Masa nifas adalah akhir dari periode intrapartum yang ditandai dengan
lahirnya selaput dan plasenta yang berlangsung sekitar 6 minggu.
(Varney, 2010)
d. Masa nifas (puerperium) adalah masa yang dimulai setelah plasenta
keluar dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan
semula (sebelum hamil) yang berlangsung selama kira-kira 6 minggu
2.3.2 Tahapan Masa Nifas
a. Puerperium dini (immediate post partum periode)
Masa segera setelah plasenta lahir sampai dengan 24 jam, yang dalam
hal ini telah diperbolehkan berdiri dan berjalan-jalan. Masa ini sering
terdapat banyak masalah misalnya perdarahan karena atonia uteri oleh
karena itu bidan dengan teratur melakukan pemeriksaan kontraksi
uterus, pengeluaran lochia, tekanan darah dan suhu.
b. Puerperium intermedial (Early post partum periode)
Masa 24 jam setelah melahirkan sampai dengan 7 hari (1 minggu).
Periode ini bidan memastikan bahwa involusi uterus berjalan normal,
tidak ada perdarahan abnormal dan lochia tidak terlalu busuk, ibu tidak
demam, ibu mendaat cukup makanandan cairan, menyusui dengan baik,
melakukan perawatan ibu dan bayinya sehar-hari.
c. Remote puerperium (Late post partum periode)

51
52

Masa 1 minggu sampai 6 minggu sesudah melahirkan. Periode ini bidan


tetap melanjutkan pemeriksaan dan perawatan sehari-hari serta
memberikan konseling KB
2.3.3 Tanda-Tanda Bahaya Pada Masa Nifas
Adalah suatu tanda yang abnormal yang mengindikasikan adanya
bahaya/ komplikasi yang dapat terjadi selama masa nifas, apabila tidak
dilaporkan atau tidak terdeteksi bisa menyebabkan kematian ibu
(Pusdiknakes, 2011). Tanda-tanda bahaya masa nifas, sebagai berikut :
a. Perdarahan Post Partum
Perdarahan post partum adalah kehilangan darah lebih dari 500 ml
melalui jalan lahir yang terjadi selama atau setelahpersalinan kala III
yang disebabkan Karen perdarahan pasca persalinan, plasenta
previa, solutsio plasenta, kehamilan ektopik, abortus dab rupture uteri
yang merupakan penyebab ¼ kematian ibu (Angraini, 2010)
b. Lochea yang berbau busuk (bau dari vagina)
Lochea adalah cairan yang dikeluarkan uterus melalui vagina
dalam masa nifas sifat locheas alkalis, jumlah lebih banyak dari
pengeluaran darah dan lender pada waktu menstruasi dan berbau
anyir, cairan berasal dari melekatnya plasenta( Rukiyah,AN, 2015)
c. Sub-Involusi Uterus (Pengecilan Rahim yang Terganggu)
Involusi adalah keadaan uterus mengecil oleh kontraksi rahim
dimana berat rahim dari 1000 gram saat setelah bersalin, menjadi
40-60 mg 6 minggu kemudian. Bila pengecilan ini kurang baik atau
terganggu di sebut sub-involusi ( Manuaba, 2010).
d. Nyeri pada perut dan pelvis
Tanda-tanda nyeri perut dan pelvis dapat menyebabkan komplikasi
nifas seperti :Peritonitis. Peritonitis adalah peradangan pada
peritonium, peritonitis umum dapat menyebabkan kematian 33% dari
seluruh kematian karena infeksi. (Walyani, 2014)
e. Pusing dan lemas yang berlebihan
Menurut Manuaba (2010), pusing merupakan tanda- tanda bahaya
pada nifas, pusing bisa disebabkan oleh tekanan darah rendah
(Sistol 160 mmHg dan distolnya 110 mmHg. Pusing dan lemas yang

52
53

berlebihan dapat juga disebabkan oleh anemia bila kadar


haemoglobin.
f. Suhu Tubuh Ibu > 38 0C
Beberapa hari setelah melahirkan suhu badan ibu antara 37,20C -
37,80C oleh karena reabsorbsi benda-benda dalam rahim dan
mulainya laktasi, dalam hal ini disebut demam reabsorbsi. Hal itu
adalah normal. Infeksi nifas adalah keadaan yang mencakup semua
pandangan alat-alat genetalia dalam masa nifas (Rahmawati, 2013).

2.3.4 Kunjungan Nifas


Menurut PP IBI, 2016 paling sedikit 4 kali kunjungan masa nifas dilakukan
untuk menilai status kesehatan ibu dan bayi dan untuk mencegah, mendeteksi
dan menangani masalah-masalah yang terjadi.
a. 6 - 8 jam setelah melahirkan
1) Mencegah perdarahan masa nifas karena atonia uteri.
2) Mendeteksi dan merawat penyebab lain perdarahan dan rujuk bila
perdarahan berlanjut.
3) Memberikan konseling pada ibu atau salah satu anggota keluarga
bagaimana mencegah perdarahan masa nifas karena atonia uteri.
4) Pemberian ASI awal
5) Melakukan hubungan antara ibu dan bayi baru lahir
b. 6 (enam) hari setelah melahirkan (persalinan)
1) Memastikan involusi uterus berjalan baik (normal) uterus berkontraksi,
fundus dibawah umbilikus tidak ada perdarahan abnormal, tidak ada
bau.
2) Menilai adanya tanda-tanda demam, infeksi, atau perdarahan abnormal.
3) Memastikan ibu mendapat cukup makanan, cairan dan istirahat.
4) Memastikan ibu menyusui dengan baik dan tidak memperlihatkan tanda-
tanda penyulit.
5) Memberikan konseling pada ibu mengenai asuhan pada bayi, tali pusat,
menjaga bayi tetap hangat dan merawat bayi sehari hari
c. 2 (dua) minggu setelah persalinan

53
54

1) Memastikan involusi uterus berjalan baik (normal) uterus berkontraksi,


fundus dibawah umbilikus tidak ada perdarahan abnormal, tidak ada
bau.
2) Menilai adanya tanda-tanda demam, infeksi, atau perdarahan abnormal.
3) Memastikan ibu mendapat cukup makanan, cairan dan istirahat.
4) Memastikan ibu menyusui dengan baik dan tidak memperlihatkan tanda-
tanda penyuIit.
5) Memberikan konseling pada ibu mengenai asuhan pada bayi, tali pusat,
menjaga bayi tetap hangat dan merawat bayi sehari hari.
d. 6 (enam) minggu setelah persalinan
1) Menanyakan pada ibu tentang penyulit yang dialami ibu atau bayi.
2) Memberikan konseling KB secara dini.

2.3.5 Resiko Kehamilan Jarak Terlalu Dekat Pada Post Partum


a. Terjadinya perdarahan post partum
Jarak kelahiran adalah suatu pertimbangan menentukan jarak
kelahiran antara anak berikutnya dengan anak yang lalu. Berbagai
sumber mengatakan bahwa jarak kelahiran sekurang-kurangnya 2 tahun
akan mengalami berbagai resiko mulai dari perdarahan hingga kematian.
Perdarahan post partum akan lebih beresiko terjadi pada responden
dengan jarak kelahiran kurang dari 2 tahun, karena system reproduksi
yang belum kembali berfungsi secara normal (Manuaba, 2010)
Terjadinya perdarahan pada ibu bersalin dengan kehamilan jarak
terlalu dekat bisa disebabkan karena uterus gagal berkontraksi atau
kontraksi uterus yang lemah.
b. Baby blues syndrome
Jarak kelahiran terlalu dekat dapat mengalami terjadinya baby blues
syndrome yang di sebabkan karena perubahan hormone, perubahan
fisik serta perubahan psikis, yaitu pasca melahirkan terjadi penurunan
kadar hormone yang dihasilkan oleh kelenjar tyroid yang menyebabkan
mudah lelah, penuruan mood, serta perasaan tertekan, dan hadirnya si
kecil dalam keuarga menyebabkan pula perubahan ritme kehidupan
sosial dalam keluarga, terutama ibu. Mengasuh si kecil sepanjang siang

54
55

dan malam sangat menguras energy ibu yang mana penurunan


ketahanan dalam menghadapi masalah, serta kecemasan seperti
ketidakmampuan dalam mengurus si kecil, ketidak mampuan mengatasi
berbagai masalah, rasa tidak percaya diri karena perubahan bentuk
tubuh dari sebelumnya hamil serta kurang perhatian keluarga terutama
suami ikut mempengaruhi terjadinya depresi pasca melahirkan.
Syndrome baby blues adalah perasaan sedih yang dibawa ibu sejak
hamil yang berubungan kesulitan ibu menerima kehadiran bayinya.
Perubahan ini sebenarnya merupakan respon alami dari kelelahan pasca
persalinan (Pier dan Lubis, 2010)
Baby Blues dimengerti sebagai suatu sindroma gangguan afek
ringan yang sering tampak dalam minggu pertama setelah persalinan
dan memuncak pada hari ke tiga sampai kelima dan menyerang dalam
rentang waktu 14 hari terhitung setelah persalinan (Arfian, 2012). Mansur
dan Budiarti (2014) menyebutkan gejala Baby Blues Syndrom seperti
perubahan perasaan, menangis, cemas, merasa kawatir mengenai bayi,
merasa kesepian, mengalami penurunan gairah seksual dan kurang
percaya diri terhadap kemampuan menjadi seorang ibu.

2.3.6 Penanganan Kehamilan Jarak Telalu Dekat Pada Ibu Post Partum
a. Penanganan pada perdarahan post partum
Pada tahun 2011, WHO mengeluarkan “Priorty Medicines for Maternal
and Child Health” yang termasuk di dalamnya obat uterotonik untuk
penanganan perdarahan post partum karena atonia uteri. Jumlah akan
keberadaan oxytocin disarankan lebih banyak dari misoprostol uterotonik
untuk penanganan pendarahan post partum akibat atonia uteri terdapat
beberapa jenis kombinasi yang memiliki keunggulan dan kekurangan yang
bervariasi. Pada penelitian tahun 2009-2010 di India yang membandingkan
ergometrine dan ergometrine-oxytocin untuk mengurangi pendarahan,
methyl-ergometrin merupakan yang paling efektif. Namun, penggunaan
ergometrine telah dibatasi karena efek sampingnya. Sehingga, exytocin
menjadi uterotonik yang paling disarankan. Meskipun demikian, aplikasi
oxytocin tdaklah mudah karena memerlukan staf yang berkompeten dan

55
56

penyimpanan yang sulit di beberapa tempat karena tidak tersedianya


pendingin. Menyikapi masalah diatas, oral misoprostol (prostaglandin E1
analog) digunakan sebagai alternative penanganan pendarahan post
partum akibat atonia uteri. Misoprostol diberikan secara oral, tidak
memerlukan pendingin. Berdasarkan data tahun 2010 di Nigeria, tidak ada
perbedaan yang signifikan antara pemberian oral misoprostol dan
intramuscular oxytocin. Keduanya dinyatakan memiliki efektifitas yang sama
untuk penanganan pendarahan post partum.
b. Penanganan baby blues
1) Selalu berdoa kepada tuhan agar di berkan kemudahan dalam
menjalankan kewajiban sebagai ibu kepada anak-anaknya
2) Belajar bersikap tenang dan belajar untuk bersabar dalam mengurus
buah hati
3) Istirahat dan tidur ketika bayi kita juga sedang tidur untuk memulihkan
tenaga dan spikis
4) Komunikasikan rasa cemas yang di alami dengan pasangan, saudara
atau teman dekat
5) Bergabung bersama komunitas ibu untuk bebagai pengalaman dan
perasaan sebagai seorang ibu
6) Yakinkan hati kita sebagai ibu bahwa kita bisa merawat dan mengasuh
bayi.
7) Jika ibu masih merasa sedih setelah 2 minggu, lakukan konsultasi
dengan bidan atau dokter karena ibu kemungkinan mengalami depresi
postpartum.

2.3.7 Manajemen SOAP pada Nifas


Menurut Muslihatun, 2011 pendokumentasian SOAP pada masa nifas
yaitu:
Subjektif (O)
Data subjektif yaitu menggambarkan pendokumentasian hasil
pengumpulan data klien melalui anamnesa. Data subjektif ibu nifas atau data
yang diperoleh dari anamnesa, anatara lain: keluhan ibu, riwayat kesehatan
berupa mobilisasi,buang air kecil, buang air besar, nafsu makan, ket,

56
57

ketidaknyamanan atau rasa sakit,kekhawatiran,makanan bayi, pengeluaaran


ASI,reksi pada bayi, reaksi terhadap proses melahirkan dan kelahiran.
1. Biodata yang mencakup identitas pasien
a. Nama Nama jelas dan lengkap, bila perlu nama panggilan sehari-hari
agar tidak keliru dalam memberikan penanganan.
b. Umur
Dicatat dalam tahun untuk mengetahui adanya resiko seperti kurang
dari 20 tahun, alat-alat reproduksi yang belum matang, mental dan
psikisnya belum siap. Sedangkan umur lebih dari 35 tahun rentan
sekali untuk terjadi perdarahan dalam masa nifas.
c. Agama
Untuk mengetahui keyakinan pasien tersebut agar dapat membimbing
dan mengarahkan pasien dalam berdoa.
d. Pendidikan
Berpengaruh dalam tindakan kebidanan dan untuk mengetahui
sejauhmana tingkat intelektualnya, sehingga bidan dapat meberikan
konseling sesuai dengan pendidikannya.
e. Suku/bangsa
Berpengaruh pada adat istiadat atau kebiasaan sehari-hari
f. Pekerjaan
Gunanya untuk mengetahui dan mengukur tingkat sosial ekonominya,
karena ini juga mempengaruhi dalam gizi pasien tersebut.
g. Alamat
Ditanyakan untuk mempermudah kunjungan rumah bila diperlukan.
h. Keluhan utama
Untuk mengetahui masalah yang dihadapi yang berkaitan dengan
masa nifas, misalnya pasien merasa mules, sakit pada jalan lahir
karena adanya jahitan pada perenium.
i. Riwayat kesehatan
j. Riwayat kesehatan yang lalu
Data ini diperlukan untuk mengetahui kemungkinan adanya riwayat
penyakit akut dan kronis.
k. Riwayat kesehatan sekarang

57
58

Data-data ini diperlukan untuk mengetahui kemungkinan adanya


penyakit yang diderita pada saat ini yang ada hubungannya dengan
masa nifas dan bayinya.
l. Riwayat kesehatan keluarga
Data ini diperlukan untuk mengetahui kemungkinan adanya pengaruh
penyakit keluarga terhadap gangguan kesehatan pasien dan bayinya.
m. Riwayat perkawinan Yang perlu dikaji adalah sudah berapa kali
menikah, status menikah syah atau tidak, karena bila melahirkan tanpa
status yang jelas akan berkaitan dengan psikologisnya sehingga akan
mempengaruhi proses nifas.
n. Riwayat obstetrik
o. Riwayat kehamilan,
persalinan dan nifas yang lalu Berapa kali ibu hamil, apakah pernah
abortus, jumlah anak, cara persalinan yang lalu, penolong persalinan,
keadaan nifas yang lalu.
p. Riwayat persalinan sekarang
Tanggal persalinan, jenis persalinan, jenis kelamin anak, keadaan bayi.
Hal ini perlu dikaji untuk mengetahui apakah proses persalinan
mengalami kelainan atau tidak yang dapat berpengaruh pada masa
nifas saat ini.
q. Riwayat KB
Untuk mengetahui apakah pasien pernah ikut KB dengan kontrasepsi
jenis apa, berapa lama, adakah keluhan selama menggunakan
kontrasepsi serta recana KB setelah masa nifas ini dan beralih ke
kontrasepsi apa.
r. Data psikologis
Untuk mengetahui respon ibu dan keluarga terhadap bayinya. Wanita
mengalami banyak perubahan emosi/psikologis selama masa nifas
sementara ia menyesuaikan diri menjadi seorang ibu.
s. Pola pemenuhan kebutuhan sehari-hari
Nutrisi, eliminasi, istirahat, personal hygiene, dan aktivitas sehari-hari

Objektif (O)

58
59

Data objektif yaitu data yang menggambarkan pendokumentasian hasil


pemeriksaan fisik klien, labortorium dan tes diagnosis lain yang dirumuskan
dalam data focus yang mendukung assessment. Pendoumentasian ibu
nifas pada data objektif yaitu keadaan umum ibu, pemeriksaan umum yaitu
tandatanda vital, pemeriksaan kebidanan yaitu kontraksi uterus,jumlah
darah yang keluar, pemeriksaan pada buah dada atau puting susu, penge
luaran pervaginam, pemeriksaan pada perineum, pemriksaan pada
ekstremias seperti pada betis,reflex.
Pemeriksaan fisik
1. Keadaan umum, kesadaran
2. Tanda-tanda vital
a. Tekanan Darah, Tekanan darah normal yaitu < 140/90 mmHg.
b. Suhu tubuh normal yaitu kurang dari 38ºc. pada hari ke-4 setelah
persalinan suhu ibu bisa naik sedikit kemungkinan disebabkan dari
aktivitas payudara.
c. Nadi normal ibu nifas adalah 60-100. Denyut nadi ibu akan melambat
sekitar 60x/ menit yakni pada waktu habis persalinan karena ibu
dalam keadaan istirahat penuh.
d. Pernafasan normal yaitu 20-30 x/menit.pada umumnya respirasi
lambat atau bahkan normal. Bila ada respirasi cepat postpartum (>
30x/ menit) mungkin karena adanya ikutan dari tanda-tanda syok
3. Payudara
Dalam melakukan pengkajian apakah terdapat benjolan, pembesaran
kelenjar, dan bagaimanakah keadaan putting susu ibu apakah menonjol
atau tidak, apakah payudara ibu ada bernanah atau tidak.
4. Uterus
Dalam pemeriksaan uterus yang diamati oleh bidan antara lain adalah
periksa tinggi fundus uteri apakah sesuai dengan involusi uteri, apakah
kontraksi uterus baik atau tidak, apakah konsistensinya lunak atau tidak,
apabila uterus awalnya berkontraksi dengan baik maka pada saat
palpasi tidak akan tampak peningkatan aliran pengeluaran lochea.
5. Kandung Kemih

59
60

Jika ibu tidak dapat berkemih dalam 6 jam postpartum, bantu ibu dengan
cara menyiramkan air hangat dan bersih ke vulva dan perineum ibu.
Setelah kandung kemih dikosongkan, maka lakukan masase pada
fundus agar uterus berkontraksi dengan baik.
6. Genetalia
Yang dilakukan pada saat melakukan pemeriksaan genetalia adalah
periksa pengeluaran lochea, warna, bau dan jumlahnya, periksa apakah
ada hematom vulva (gumpalan darah) gejala yang paling jelas dan dapat
diidentifikasi dengan inspeksi vagina dan serviks dengan cermat, lihat
kebersihan pada genetalia ibu, anjurkan kepada ibu agar selalu menjaga
kebersihan pada alat genetalianya karena pada masa nifas ini ibu sangat
mudah sekali untuk terkena infeksi.
7. Perineum
Saat melakukan pemeriksaan perineum periksalah jahitan laserasinya.
8. Ekstremitas bawah
Pada pemeriksan kaki apakah ada varices, oedema, reflek patella, nyeri
tekan atau panas pada betis
9. Pengkajian psikologi dan pengetahuan ibu (Sunarsih,2014).

Assesment (A)
Assesment menggambarkan pendokumentasian hasil analisa dan
interpretasi data subjektif dan objektif dalam suatu identifikasi atau masalah
potensial. Pendokumentasian Assesment pada ibu nifas yaitu pada
diagnosa ibu nifas seperti postpartum hari ke berapa, perdarahan masa
nifas, subinvolusio, anemia postpartum,Preeklampsia. Pada masalah ibu
nifas pendokumentasian seperti ibu kurang informasi, ibu tidak ANC, sakit
mulas yang menganggu rasa nyama, buah dada bengkat dan sakit. Untuk
kebutuhan ibu nifas pada pendokumentasian seperrti penjelasan tentang
pecegahan fisik, tanda-tanda bahaya,kontak dengan bayi (bonding and
attachment), perawatan pada payudara,imunisasi bayi.
Diagnosa
Untuk menentukan hal-hal sebagai berikut :

60
61

Masa nifas berlangsung normal atau tidak seperti involusi uterus,


pengeluaran lokhea, dan pengeluaran ASI serta perubahan sistem tubuh,
termasuk keadaan psikologis.
1. Ibu dengan anemia ringan
2. Penyulit/masalah dengan ibu yang memerlukan tindakan segerah seperti
bengkak pada payudara.
3. Dalam kondisi normal atau tidak seperti bernafas, refleks, masih
menyusu melalui penilaian Apgar, keadaan gawatdarurat pada bayi
seperti panas, kejang, asfiksia, hipotermi dan perdarahan.
4. Bayi dalam kegawatdaruratan seperti demam, kejang, asfiksia,
hipotermi, perdarahan pada pusat.
Contoh
Diagnosis : Postpartum hari pertama
Masalah : Kurang Informasi tentang teknik menyusui.
Kebutuhan : informasi tentang cara menyusui dengan benar.
Penatalaksanaan (P)
Penatalaksanaan menggambarkan pendokumentasian dari perencanaan dan
evaluasi berdasarkan assessment. Pendokumentasian planning atau
pelaksanaan pada ibu nifas yaitu penjelasan tentang pemeriksaan umum dan
fisik pada ibu dan keadaan ibu, penjelasan tentang kontak dini sesering
mungkin dengan bayi, mobilisasi atau istirahat baring di tempat tidur,
pengaturan gizi, perawatan perineum, pemberian obat penghilang rasa sakit
bila di perlukan, pemberian tambahan vitamin atau zat besi jika diperlukan,
perawatan payudara, pemeriksaan laboratorium jika diperlukan, rencana KB,
penjelasan tanda-tanda bahaya pada ibu nifas.
Tahap ini dilakukan dengan melaksanakan rencana asuhan kebidanan secara
menyeluruh yang dibatasi oleh standar asuhan kebidanan pada masa
postpartum seperti :
1. Kebersihan diri
Mengajarkan ibu cara membersihkan daerah kelamin dengan sabun dan
air. Membersihkan daerah sekitar vulva terlebih dahulu, dari depan
kebelakang dan membersihkan diri setiap kali selesai BAK atau BAB.
Sarankan ibu untuk mengganti pembalut setidaknya dua kali sehari dan

61
62

mencuci tangan dengan sabun dan air sebelum dan sesudah


membersihkan daerah kelaminnya. Jika ibu mempunyai luka episiotomi
atau laserasi, sarankan kepada ibu untuk menghindari menyentuh daerah
luka.
2. Anjurkan ibu untuk istirahat cukup agar mencegah kelelahan yang
berlebihan.
Kurang istirahat akan mempengaruhi ibu dalam pemberian ASI,
memperlambat proses involusi uterus dan memperbanyak perdarahan,
menyebabkan depresi dan ketidak mampuan untuk merawat bayi dan
dirinya sendiri.
3. Memberitahu ibu pentingnya mengembalikan otot-otot perut dan panggul
kembali normal.
Jelaskan bahwa latihan tertentu beberapa menit setiap hari sangat
membantu yaitu dengan tidur terlentang dengan lengan disamping,
menarik otot perut selagi menarik nafas, tahan nafas kedalam dan angkat
dagu kedada untuk memperkuat tonus otot vagina (latihan kegel).
Kemudian berdiri dengan tungkai dirapatkan. Kencangkan otototot, pantat
dan pinggul dan tahan sampai 5 tahan. Mulai dengan mengerjakan 5 kali
latihan untuk setiap gerakan.
4. Gizi ibu menyusui harus mengkonsumsi tambahan 5000 kalori setiap hari,
makan dengan diet berimbang (protein, mineral dan vitamin) yang cukup,
minum sedikitnya 3 liter (minum setiap kali menyusui), pil zat besi harus
diminum, minum kapsul vitamin A (200.000 unit) agar bisa memberikan
vitamin A pada bayi melalui ASInya.
5. Menjaga payudara tetap bersih dan kering, menggunakan BH yang
menyokong payudara, apabila puting susu lecet oleskan kolostrum atau
ASI yang keluar disekitar puting (menyusui tetap dilakukan) apabila lecet
berat ASI diberikan dengan menggunakan sendok, menghilangkan rasa
nyeri dapat minum parasetamol 1 tablet setiap 4-6 jam. Apabila payudara
bengkak akibat bendungan ASI maka dilakukan pengompresan dengan
kain basah dan hangan selama 5 menit, urut payudara dari arah pangkal
menuju puting, keluarkan ASI sebagian sehingga puting menjadi lunak,

62
63

susukan bayi 2-3 jam sekali, letakkan kain dingin pada payudara setelah
menyusui dan payudara dikeringkan.
6. Hubungan perkawinan/rumah tangga secara fisik aman untuk memulai
hubungan suami istri begitu darah merah berhenti dan ibu dapat
memasukkan satu atau dua jari nya kedalam vagina tanpa rasa nyeri.
7. Idealnya pasangan harus menunggu sekurang-kurangnya 2 tahun sebelum
ibu hamil kembali. Setiap pasangan harus menentukan sendiri kapan dan
bagaimana mereka ingin merencanakan tentang keluarganya.

2.4 Konsep Dasar Bayi Baru Lahir


2.4.1 Pengertian Bayi Baru Lahir Normal
Bayi baru lahir normal adalah bayi yang lahir dari kehamilan 37 minggu
sampai 42 minggu dengan berat badan 2500-4000 gram (Asuhan Kesehatan
Anak Dalam Sekitar Keluarga, 2014)
Bayi baru lahir normal adalah bayi yang dikeluarkan hasil konsepsi
melalui jalan lahir dan bisa hidup diluar dengan berat badan 2500-4000 gram,
dengan usia kehamilan 36-42 minggu, menangis spontan dan bernafas
spontan, teratur dan tonus otot baik (Asuhan Persalinan Normal, 2011)
Bayi baru lahir normal adalah bayi berat badan 2500 gram sampai
dengan masa kehamilan 37 minggu sampai dengan 42 minggu. Bayi baru
lahir dengan 0-7 hari disebut dengan neonatal sedangkan 0-28 hari disebut
dengan neonatal lanjut.Masa neonatal adalah masa sejak lahir sampai
dengan 4 minggu (28 hari) sesudah kelahiran. Neonatus adalah bayi
berumur 0 (baru lahir) sampai dengan usia 1 bulan sesudah lahir. Neonatus
dini adalah bayi berusia 0-7 hari. Neonatus lanjut adalah bayi berusia 7-28
hari (Muslihatun, 2010).
2.4.2 Tujuan Asuhan Bayi Baru Lahir
Sebagian besar persalinan berfokus pada ibu, tetapi karena proses
tersebut merupakan pengeluaran hasil kehamilan maka penatalaksanaan
persalinan baru dapat dikatakan berhasil apabila selain ibunya, bayi yang
dilahirkan juga dalam kondisi yang optimal. Beberapa tujuan asuhan bayi
baru lahir antara lain :

63
64

a. Mengetahui sedini mungkin kelahiran pada bayi.


b. Menghindari risiko terbesar kematian BBL, terjadi pada 24 jam pertama
kehidupan.
c. Mengetahui aktivitas bayi normal/tidak dan identifikasi masalah
kesehatan BBL yang memerlukan perhatian keluarga dan penolong
persalinan serta tindak lanjut petugas kesehatan.

2.4.3 Lingkungan Adaptasi Bayi Baru Lahir


Adaptasi bayi baru lahir adalah proses penyesuaian neonatus dai
kehidupan di dalam uterus. Kemampuan adaptasi fungsional neonatus dari
kehidupan di dalam uterus. Kemampuan adaptasi fungsional neonatus
kehidupan didalam uterus ke kehidupan di luar uterus disebut dengan
hemostasis.
Perubahan-perubahan yang segera terjadi sesudah kelahiran adalah:
i. Perubahan Metabolisme Karbohidrat
Dalam waktu 2 jam setelah lahir kadar gula tali pusat akan menurun,
energi tmabahan yang diperlukan neonatus ada jam pertama sesudah lahir
diambil dari hasil metabolosme asam lemak sehingga kadar gula darah
mencapai 120 mg/100. Bila ada gangguan metabolisme akan lemah.
Sehingga tidak dapat Sistem neurologis bayi secara anatomik atau fisiologis
belum berkembang sempurna. Bayi baru lahir menunjukkan gerakan-
gerakan tidak terkoordinasi, pengaturan suhu yang labil, kontrol otot yang
buruk, mudah terkejut, dan tremor pada ekstremitas. Perkembangan
neonatus terjadi cepat. Saat bayi tumbuh, perilaku yang lebih kompleks.
Reflek bayi baru lahir merupakan indikator penting perkembangan normal.
(Sondakh, 2013).
memenuhi kebutuhan neonatus maka kemungkinan neonatus akan
mederita hipoglikemia.
ii. Perubahan Suhu Tubuh
Ketika bayi baru lahir, bayi berasa pada suhu lingkungan yang lebih
rendah dari suhu yang ada di rahim.Apabila bayi dibiarkan disuhu
ruangan, bayi akan mengalami kehilangan suhu melalui
konveksi.Evaporasi sebanyak 200 kal/kg/BB/menit. Sedangkan produksi

64
65

yang dihasilkan tubuh bayi hanya 1/100 nya, keadaan ini menyebabkan
penurunan suhu bayi sebanyak 20C dalam waktu 15 menit. Akibat suhu
yang rendah metabolisme jaringan meningkat dan kebutuhan O2 pun
meningkat.
iii. Perubahan pernapasan
Selama dalam rahim ibu janin mendapat O2 dari pertukaran gas melalui
plasenta. Setelah bayi lahir pertukaran gas melalui paru-paru bayi.
Rangsangan gas melalui paru-paru untuk gerakan pernapasan pertama.
Adapun awal terjadinya napas:
1) Hipoksia pada akhir persalinan dan rangsangan fisik lingkungan di luar
rahim yang merangsang pusat pernapasan otak.
2) Tekanan terhadap rongga dada, yang etrjadi karena kompresi paru
selama persalinan, merangsang masuknya udara ke dalam paru secara
mekanis.
iv. Perubahan Peredaran Darah
Bayi baru lahir setelah terjadi kelahiran harus melewati paru untuk
mengambil oksigen dan mengadakan sirkulasi melaluitubuh guna
mengantarkan oksigen ke jaringan. Te sirkulasi yang baik pada bayrjadi dua
perubahan besar yang membuat sirkulasi yang baik pada baru lahir diluar
rahim :
i. Penutupan foramen ovale pada atrium jantung
ii. Penutupan duktus arteriosus antara arteri paru dan aorta.
Perubahan siklus ini terjadi akibat perubahan teanaa di seluruh sistem
pembulh tubuh. Oksigenasi menyebabkan sistem pembuluh mengubah
tekanan dengan cara mengurangi atu eningkatkan resistnsinya,
sehingga mengubah aliran darah. Ada duakanan dalam sist peristiwa
yang mengubah tekanan dalam sistem pembuluh darah yaitu
1) Pada saat tali pusat di potong, resistensi pembuluh sistemik dan
tekanan atrium kanan menurun.
2) Pernapasan pertama menurunkan resistensi pembuluh darah paru
dan meningkatkan tekanan atrium kanan.
v. Perubahan neurologik

65
66

Sistem neurologis bayi secara anatomik atau fisiologis belum


berkembang sempurna. Bayi baru lahir menunjukkan gerakan-gerakan
tidak terkoordinasi, pengaturan suhu yang labil, kontrol otot yang buruk,
mudah terkejut, dan tremor pada ekstremitas. Perkembangan neonatus
terjadi cepat. Saat bayi tumbuh, perilaku yang lebih kompleks. Reflek bayi
baru lahir merupakan indikator penting perkembangan normal. (Sondakh,
2013).
vi. Perubahan yang lain
Alat-alat pencernaan, hati, ginjal, dan alat-alat lain mulai berfungsi.
Penatalaksanaan bayi baru lahir penilaian nilai kondisi bayi :
1) Apakah bayi menangis kuat atau bernafas tanpa kesulitan?
2) Apakah bayi bergerak dengan bebas/lemas?
3) Apakah kulit bayi merah muda, pucat/ biru?
Ketiga hal tersebut dilakukan secara cepat dan tepat guna
melanjutkan pemberian asuhan bayi baru lahir selanjutnya, meliputi
membersihkan jalan nafas dan penghisapan lender. Tanda-tanda bayi
lahir sehat menurut Buku Panduan Kesehatan BBL Kemenkes RI adalah :
1) Berat badan bayi 2500-4000 gram
2) Umur kehamilan 37-40 mg
3) Bayi segera menangis
4) Bergerak aktif, kulit kemerahan
5) Mengisap ASI dengan baik
6) Tidak ada cacat bawaan
vii. Pencegahan kehilangan panas
Bayi baru lahir dapat mengatur temperatur tubuhnya secara memadai,
dan dapat dengan cepat kedinginan jika kehilangan panas tidak segera
dicegah. Cara mencegah kehilangan panas yaitu:
1) Keringkan bayi secara seksama
2) Selimuti bayi dengan selimut atau kain bersih, kering, dan hangat
3) Tutup bagian kepala bayi
4) Anjurkan ibu untuk memeluk dan menyusui bayinya
5) Jangan segera menimbang atau memandikan bayi baru lahir
6) Tempatkan bayi di lingkungan yang hangat.

66
67

viii. Perawatan tali pusat


Setelah plasenta lahir dan kondisi ibu stabil, ikat atau jepit tali pusat.
ix. Inisiasi menyusu dini
Pastikan bahwa pemberian ASI dimulai dalam waktu 1 jam setelah bayi
lahir. Jika mungin, anjurkan ibu untuk memeluk dan mencoba untuk
menyusukan bayinya segera setelah tali pusat diklem dan dipotong
berdukungan dan bantu ibu untuk menyusukan bayinya.
x. Pencegahan infeksi pada mata
Pencegahan onfeksi yang dapat diberikan pada bayi baru lahir antara lain
dengan :
xi. Memberikan obat tetes mata/salep, diberikan 1 jam pertama bayi lahir
yaitu tetrasiklin 1%
xii. Pemberian imunisasi awal
Pelaksanaan penimbangan, penyuntikan vitamin K1, salep mata dan
imunisasi Hepatitis (HB0) harus dilakukan. Pemberian layanan kesehatan
tersebut dilaksanakan pada periode setelah IMD sampai 2-3 jam setelah
lahir, dan dilaksanakan di kamar bersalin oleh dokter, bidan/ perawat.
Semua BBL harus diberikan penyuntikan vitamin K1 1 mg IM di paha
kiri, untuk mencegah perdarahan BBL akibat defisiensi vitamin K yang
dapat dialamai sebagian BBL. Salep mata diberikan untuk pencegahan
infeksi mata. Imunisasi Hepatitis B diberikan 1-2 jam di paha kanan
setelah penyuntikan vitamin K1 yang bertujuan untuk mencegah
penularan hepatitis B melalui jalur ibu ke bayi yang dapat menimbulkan
kerusakan hati.
2.4.4 Tatalaksana Bayi Baru Lahir
a. Asuhan bayi baru lahir pada 0-6 jam
b. Asuhan bayi baru lahir normal, dilaksanakan segera setelah lahir, dan
diletakkan di dekat ibunya dlam ruangan yang sama.
c. Asuhan bayi baru lahir dengan komplikasi dilaksanakan satu ruangan
dengan ibunya atau ruangan khusus
d. Pada proses persalinan, ibu dpat didampingi suami.
e. Asuhan bayi baru lahir pada 6 jam sampai 28 hari

67
68

Pemeriksaan neonatus pada periode ini dilaksanakan di


puskesmas/pustu/polindes/poskesdes dan/atau melalui kunjungan rumah
oleh tenaga kesehatan. Pemeriksaan neonatus dilaksanakan di dekat ibu,
bayi didampingi ibu dan keluarga pada saat diperiksa atau diberikan
pelayanan kesehtaan.
Menurut Sari (2014), Pemantauan bayi pada jam pertama setelah lahir
yang dinilai meliputi kemampuan menghisap kuat atau lemah, bayi tampak
aktif atau lunglai, bayi kemerahan atau biru, yang menjadi penilaian
terhadap ada tidaknya masalah kesehatan yang memerlukan tindakan
lanjut, diantaranya :
1) Pemantauan 2 jam pertama meliputi, kemampuan menghisap, bayi
tampak aktif/lunglai, bayi kemerahan/biru.
2) Sebelum penolong meninggalkan ibu, harus melakukan pemeriksaan
dan penilaian ada tidaknya masalah kesehatan meliputi, bayi kecil
masa kehamilan/ kurang bulan, gangguan pernapasan, hipotermia,
infeksi, cacat bawaan/trauma lahir.
3) KIE pada orang tua.

2.4.5 Mekanisme Kehilangan Panas


Bayi baru lahir dapat kehilangan panas tubuhnya melalui cara-cara berikut:
a. Evaporasi
Merupakan jalan utama bayi kehilangan panas. Kehilangan panas dapat
terjadi karena penguapan cairan ketuban pada permukaan tubuh oleh
panas tubuh bayi tidak segera dikeringkan. Kehilangan panas juga terjadi
pada bayi yang terlalu cepat dimandikan dan tubuhnya tidak segera
dikeringkan dan diselimuti.
b. Konduksi
Merupakan kehilangan panas tubuh melalui kontak langsung antara tubuh
bayi dengan permukaan yang dingin. Meja, tempat tidur atau timbangan
yang temperaturnya lebih rendah dari tubuh bayi aan menyerap panas
tubuh bayi melalui mekanisme kondusi bayi apabila diletakkan di atas
benda-benda tersebut.
c. Konveksi

68
69

Merupakan kehilangan panas tubuh yang terjadi saat bayi terpapar udara
sekitar yang lebih dingin. Bayi yang dilahirkan atau ditempatkan di dalam
ruangan yang dingin akan cepat mengalami kehilangan panas. Kehilangan
pans juga terjadi jika terjadi aliran udara dari kipas angina, hembusan
udara melalui ventilasi atau pendingin ruangan.
d. Radiasi
Merupakan kehilangan panas yang terjadi karena bayi diletakkan di dekat
benda-bendayang mempunyai suhu lebih rendah dari suhu tubuh bayi.
Bayi bisa kehilangan panas dengan cara ini karena benda benda tersebut
menyerap radiasi panas tubuh bayi (walaupun tidak bersentuhan secara
langsung).

2.4.5 Resiko Kehamilan Dengan Jarak Terlalu Dekat Pada Bayi Baru Lahir
a. BBLR (Berat badan lahir rendah)
Pertumbuhan dan perkembangan janin selama berada dalam kandungan
juga bisa terhambat karena ibu kesulitan memenuhi kebutuhan nutrisi
selama hamil. Sehingga berdampak ukuran tubuh bayi yang kecil serta
berat badan lahir rendah

2.4.6 Penanganan kehamilan jarak terlalu dekat pada BBL


a. Penanganan BBLR
1) Selalu menjaga kehangatan bayi dengan metode kanguru atau
membedong bayi, memberikan topi pada bayi dan memakaikan sarung
tangan dan kaki pada bayi
2) Memberikan ASI secara ekslusif agar kebutuhan nutrisi pada janin tetap
terpenuhi
2.4.7 Manajemen SOAP BBL
Menurut Muslihatun, 2011 pendokumentasian SOAP pada masa bayi baru lahir
yaitu:
Subjektif (S)
Data subjektif yaitu menggambarkan pendokumentasian hasil pengumpulan
data klien melalui anamnesa. Data subjektif bayi baru lahir atau data yang

69
70

diperoleh dari anamnesa, antara lain: identitas atau biodata bayi, keadaan bayi,
masalah pada bayi.
Data Subjektif
a. Nama bayi : untuk menghindari kekeliruan
b. Tanggal lahir : untuk mengetahui usia neonates
c. Jenis kelamin : untuk mengetahui jenis kelamin bayi
d. Umur : untuk mengetahui usia bayi
e. Alamat : untuk memudahkan kunjungan rumah
f. Nama ibu : untuk memudahkan menghindari kekeliruan
g. Umur ibu : untuk mengetahui ibu termasuk berisiko
h. Alamat : untuk memudahkan kunjungan rumah
i. Nama Suami : untuk menghindari terjadinya kekeliruan
j. Umur Suami : untuk mengetahui suami termasuk berisiko
k. Alamat Suami : untuk memudahkan kunjungan rumah
l. Riwayat prenatal : Anak keberapa,
m. Riwayat Natal : Berapa usia kehamilan, jam berapa waktu persalinan,
jenis persalinan, lama kala I, lama kala II, Bb bayi, PB
bayi, denyut nadi, respirasi, suhu, bagaimana ketuban, di
tolong oleh siapa, komplikasi persalinan dan berapa nilai
APGAR untuk BBL
Objektif (O)
Data objektif yaitu data yang menggambarkan pendokumentasian hasil
pemeriksaan fisik klien, labortorium dan tes diagnosis lain yang dirumuskan
dalam data focus yang mendukung assessment. Pendoumentasian bayi baru
lahir pada data objektif yaitu pemeriksaan umum, pemeriksaan fisik,
pemerikasaan antropometri.
Pemeriksaan umum
1. Pola eliminasi :Proses pengeluaran defekasi dan urin terjadi 24 jam pertama
setelah lahir, konsistensinya agak lembek, bewarna hitam kehijauan. Selain
itu, doperiksa juga urin yang normalnya bewarna kuning.
2. Pola istirahat :pola tidur normal bayi baru lahir adalah 14-18 jam/hari
3. Pola aktivitas :pada bayi seperti menangis, bak, bab, serta memutar kepala
untuk mencari puting susu.

70
71

4. Riwayat Psikologi :kesiapan keluarga menerima anggota baru dan


kesanggupan ibu menerima dab merawat anggota baru
5. Kesadaran : compos mentis
6. Suhu : normal (36,5-37C).
7. Pernapasan : normal (40-60kali/menit)
8. Denyut Jantung : normal (130-160kali/menit)
9. Berat badan : normal (2500-4000gram)
10. Panjang badan : antara 48-52cm

Pemeriksaan fisik
1. Kepala : adalah caput succedaneum, chepal hematoma, keadaan
ubun- ubun tertutup
2. Muka : warna kulit merah
3. Mata : sklera putih, tidak ada perdarahan subconjungtiva
4. Hidung : lubang simetris, bersih, tidak ada secret
5. Mulut : refleks menghisap baik, tidak ada palatoskisis
6. Telinga : simetris tidak ada serumen
7. Leher : tidak ada pembesaran kelenjar tiroid
8. Dada : simetris, tidak ada retraksi dada
9. Tali pusat : bersih, tidak ada perdarahan, terbungkus kasa
10. Abdomen : simetris, tidak ada masa, tidak ada infeksi
11. Genetalia : untuk bayi laki-laki testis sudah turun, untuk bayi perempuan
labia mayora sudah menutupi labia minora
12. Anus : tidak terdapat atresia ani
13. Ekstermitas : tidak terdapat polidaktili dan syndaktili
14. Pemeriksaan Neurologis
a. Refleks Moro/terkejut : apabila bayi diberi sentuhan mendadak
terutama dengan jari dan tangan, maka akan menimbulkan gerak
terkejut.
b. Refleks Menggenggam : apabila telapak tangan bayi disentuh dengan
jari pemeriksaan, maka ia akan berusaha mengenggam jari pemeriksa.

71
72

c. Refleks Rooting/mencari : apabila pipi bayi disentuh oleh jari pemeriksa,


maka ia akan menoleh dan mencari sentuhan itu.
d. Refleks menghisap : apabila bayi diberi dot/puting, maka ia
berusaha untuk menghisap
e. Glabella Refleks : apabila bayi disentuh pada lipatan paha kanan
dan kiri, maka ia berusaha mengangkat kedua pahanya
f. Tonick Neck Refleks : apabila bayi diangkat dari tempat tidur
(digendong), maka ia akan berusaha mengangkat kepalanya.
Pemeriksaan Antopometri
1. Berat badan : BB bayi normal 2500-4000 gram
2. Panjang badan : panjang badan bayi lahir normal 48-52cm
3. Lingkar Kepala : Lingkar kepala bayi normal 33-38 cm
4. Lingkar lengan Atas : normal 10-11 cm
5. Ukuran kepala
a. Diameter suboksipitobregmatika
Antara foramen magnum dan ubun-ubun besar (9,5cm)
b. Diameter suboksipitofrontalis
Antara foramen magnum ke pangkal hidung (11cm)
c. Diameter frontooksipitalis
Antara titik pangkal hidung ke jarak terjauh belakang kepala (12cm)
d. Diameter mentooksipitalis
Antara dagu ketitik terjauh belakang kepala (13,5cm)
e. Diameter submentobregmatika
Antara os hyoid ke ubun-ubun besar (9,5cm)
f. Diameter biparietalis
Antara dua tulang parietalis (9cm)
g. Diameter bitemporalis
Antara dua tulang temporalis (8cm)

Assessment (A)
Assesment menggambarkan pendokumentasian hasil analisa dan
interpretasi data subjektif dan objektif dalam suatu identifikasi atau masalah
potensial. Pendokumentasian Assesment pada bayi baru lahir yaitu pada

72
73

data diagnosa seperti bayi cukup bulan sesuai masa kehamilan dengan
asfiksia sedang, bayi kurang bulan kecil masa kehamilan dengan hipotermi
dan gangguan pernafasan. Pendokumentasian masalah bayi baru lahir
seperti ibu kurang informasi.Pendokumentasian data kebutuhan pada ibu
nifas seperti perawatan rutin bayi baru lahir.
1. Diagnosis : bayi baru lahir normal, umur dan jam
2. Data subjektif : bayi lahir tanggal, jam, dengan normal
3. Data objektif :
a.HR = normal (130-160kali/menit)
b. RR = normal (30-60 kali/menit)
c.Tangisan kuat, warna kulit merah, tonus otot baik
d. Berat Badan : 2500-4000 gram
e.Panjang badan : 48-52 cm
4. Masalah : Bayi menangis menangis kuat, warna kulit kemerahan,

Pentalaksanaan (P)
Planning menggambarkan pendokumentasian dari perencanaan dan evaluasi
berdasarkan assessment. Pendokumentasian planning atau pelaksanaan pada bayi
baru lahir yaitu penjelasan hasil pemeriksaan umum dan fisik pada bayi baru lahir,
penjelasan keadaan bayi baru lahir, pemberian salep mata, pelaksanaan bonding
attachment, pemeberian vitamin K1, memandikan bayi setelah 6 jam post partum,
perawatan tali pusat, pemberian ASI pada bayi, pemberian imunisasi, dan tanda-
tanda bahaya pada bayi baru lahir.
a) Mempertahankan suhu tubuh bayi agar tetap hangat dengan melakukan kontak
antara kulit ibu dan bayi ,periksa setiap 15 menit telapak kaki dan pastikan
dengan periksa suhu aksila bayi
b) Perawatan mata dengan menggunakan obat mata eritromisin 0.5% atau
tetrasiklin 1% untuk pencegahan penyakit menular seksual
c) Memberikan identitas bayi dengan memberikan gelang tertulis nama bayi / ibu ,
tanggal lahir , no , jenis kelamin, ruang/unit .
d) Tunjukan bayi kepada orangtua
e) Segera kontak dengan ibu , kemudian dorong untuk melalukan pemberian ASI

73
74

f) Berikan vit k per oral 1mg/ hari selama 3hari untuk mencegah perdarahan pada
bayi normal, bagi bayi berisiko tinggi , berikan melalui parenteral dengan dosis
0.5 – 1mg IM
g) Lakukan perawatan tali pusat
h) Berikan konseling tentang menjaga kehangatan bayi, pemberian ASI ,perawatan
tali pusat dan tanda bahaya umum
i) Berikan imunisasi seperti BCG,POLIO, Hepatitis B
j) Berikan perawatan rutin dan ajarkan pada ibu

2.5 Konsep Keluarga Berencana


2.5.1 Pengertian Keluarga Berencana
Menurut WHO (dalam Hartanto, 2014) Keluarga Berencana adalah program
yang bertujuan membantu pasangan suami istri untuk menghindari kelahiran yang
tidak diinginkan, mengatur interval diantara kehamilan, mengontrol waktu saat
kelahiran (dalam hubungan dengan suami istri), dan menentukan jumlah anak
dalam keluarga. Menurut UU RI Nomor 52 Tahun 2009, Keluarga Berencana
adalah upaya mengatur kelahiran anak, jarak dan usia ideal melahirkan, mengatur
kehamilan melalui promosi, perlindungan, serta bantuan sesuai dengan hak
reproduksi untuk mewujudkan keluarga yang berkualitas.
Keluarga berencana merupakan usaha suami istri untuk mengukur jumlah
dan jarak anak yang di inginkan. Usaha yang dimaksud termasuk kontrasepsi atau
pencegahan kehamilan dan perencaan keluarga. Prinsip dasar metode kontasepsi
adalah mencegah sperma laki-laki mencapai dan membuahi telur wanita (fertilisasi)
atau mencegah telur yang sudah dibuahi untuk berimplantasi (melekat)dan
berkembang di dalam Rahim. (purwoastuti & walyani siwi 2015)
2.5.2 Tujuan Program KB
a. Tujuan Umum: mmeningkatkan kesejahteraan ibu dan anak dalam rangka
mewujudkan NKKBS (Norma Keluar Kecil Bahagia Sejahtera) yang menjadi
dasar terwujudnya masyarakat yang sejahtera dan mengendalikan kelahiran
sekaligus menjamin terkendalinya penduduk. (purwoastuti & walyani siwi
2015)

74
75

b. Tujuan khusus: meningkatkan pengunaan alat kontrasepsi dan kesehatan


keluarga berencana dengan cara mengatur jarak kelahiran. (purwoastuti &
walyani siwi 2015)
c. Tujuan lain: meliputi pengaturan kelahiran, pendewasaan usia perkawinan,
peningkatan ketahanan dan kesejahtraan keluarga (Ari Sulistiawati, 2011).
2.5.3 Sasaran Program KB
Sasaran program KB tertuang dalam RPJMN 2011-2015 sebagai berikut.
a. Menurunkan rata-rata laju pertumbuhan penduduk menjadi 1,14 % per tahun.
b. Menurunkan angka kelahiran total (TFR) menjadi sekitar 2,2 / perempuan.
c. Menurunnya PUS yang tidak ingin punya anak dan ingin menjarangkan
kelahiran berikutnya, tetapi tidak memakai alat/cara kontrasepsi (unmet
need) menjadi 6 %.
d. Meningkatnya peserta KB laki-lakimenjadi 4,5%.
e. Meningkatnya penggunaan metode kontrasepsi yang rasional, efektif ,dan
efisien.
f. Meningkatnya rata-rata usia perkawinan pertama perempuan menjadi 21
tahun.
g. Meningkatnya partisipasi keluarga dalam pembinaan tumbuh kembang anak.
h. Meningkatnya jumlah keluarga prasejahtra dan keluarga sejahtra 1 yang aktif
dalam usaha ekonomi produktif
i. Meningkatnya jumlah institusi masyarakat dalam penyelenggaraan program
KB Nasional

2.5.4 Ruang Lingkup Program KB


Ruang lingkup program KB mencakup sebagai berikut:
a. ibu
Dengan jalan mengatur jumlah dan jarak kelahiran. Adapun manfaat yang
diperoleh oleh ibu adalah sebagai berikut.
1) Tercegahnya kehamilan yang berulang kali dalam jangka waktu yang
terlalu pendek, sehingga kesehatan ibu dapat terpelihara terutama
kesehatan organ reproduksi.

75
76

2) Meningkatkan kesehatan mental dan social yang dimungkinkan oleh


adanya waktu yang cukup untuk mengasuh anak-anak dan beristirahat
yang cukup karena kehadiran akan anak tersebut memang diinginkan.
b. Suami
Dengan memberikan kesempatan suami agar dapat melakukan hal
berikut:
1) Memperbaiki kesehatan fisik
2) Mengurangi beban ekonomikeluarga yang ditanggungnya.
c. Seluruh Keluarga
Dilaksanakannya program KB dapat meningkatkan kesehatan fisik, mental
dan social setiap anggota keluarga dan bagi anak dapat memperoleh
kesempatan yang lebih besar dalam hal pendidikan serta kasih saying
orang tuannya.
1) Ruang lingkup KB secara umum adalah sebagai berikut.
2) Keluarga berencana
3) Kesehatan reproduksi remaja
4) Kesehatan dan pemberdayaan keluarga
5) Penguatan pelembagaan keluarga kecil berkualitas
6) Keserasian kebijakan pendudukan.

2.5.5 Macam-Macam Alat Kontrasepsi Yang Dapat Digunakan Kehamilan Jarak


Terlalu Dekat
Untuk mengatur jarak kehamilan dengan jarak terlalu dekat dapat
menggunakan metode kontrasepsi jangka panjang (MKJP) tidak permanen
maupun permanen untuk proses pemulihan Rahim dari kehamilan
sebelumnya dan sekaligus menjaga jarak kelahiran yang aman dan sehat.
MKJP merupakan alat kontrasepsi untuk menunda, menjarangkan kehamilan
serta menghentikan kesuburan yang digunakan dalam jangka panjang.
Selain itu, MKJP lebih rasional dan mempunyai efek samping sediit.
(Kemenkes RI, 2013)
a. Metode alat kontrasepsi jangka panjang (MKP) tidak permanen
1) Alat kontrasepsi dalam Rahim (AKDR)

76
77

a) Pengertian
Pemasangan alat kontrasepsi dalam rahim/AKDR (IUD)
sebagai kontrasepsi darurat selain dengan memakai pil (baik
dedicated pils atau pil KB biasa), metode kontrasepsi darurat lain
yang juga bias dilakukan adalah dengan pemasangan AKDR jenis
Copper-T dalam waktu lima hari setelah terjadinya hubungan
seksual tanpa perlindungan
b) Mekanisme Kerja
AKDR (IUD) bekerja dengan menimbulkan reaksi radang di
endromrtrium, diserta peningkatan produksi prostaglandin dan
infiltrasi leukosit. Reaksi ini ditingktkan dengan pengaruh enzim-
enzim di endrometrium, metabolism glikogen dan penyerapan
estrogen yang menghambat transportasi sperma.
c) Efek Samping
Efek sampung pemasangan AKDR termasuk diantaranya
rasa tidak enak di perut, perdarahan per vaginan, dan infeksi. Efek
samping dari penggunaan AKDR termasuk: perdarahan yang
banyak, kram, infeksi, kemandulan dan kebocoran rahim.
2) Implan
a) Pengertian
Merupakan metode kontrasepsi yang diinsersikan pada bagian
subdermal, yang hanya mengandung progestin dengan masa kerja
panjang, dosis rendah, dan reversible untuk wanita
b) Mekanisme kerja
Implant bekerja dengan cara mengentalkan lender serviks,
menggangu proses pembentukan endometrium sehingga sulit terjadi
implantasi, pergerakan sperma terhambat karena lender serviks yang
mengental, dan menekan ovulasi.
c) Efek samping
Efek samping pemasangan implant diantaranya seperti haid tidak
teratur, bercak atau haid ringan, sakit kepala, pusing, nyeri payudara,
haid tidak teratur, mual-mual.
b. Metode kontrasepsi jangka panjang (MKJP) permanen

77
78

1. Tubektomi
a) Pengertian
Tubektomi (MOW/Metode Operasi Wanita) adalah metode
kontrasepsi mantap bagi seorang wanita bila tidak ingin hamil lagi
dengan cara mengoklusi tuba fallopi (mengikat dan memotong atau
memasang cincin), sehingga sperma tidak dapat bertemu dengan
ovum
b) Manfaat
- Tidak mempengaruhi proses menyusui
- Pembedaan sederhana dapat dilakukan dengan anastesi local
- Tidak ada perubahan dengan fungsi seksual

c) Keterbatasan
- Rasa sakit atau ketidaknyamaan dalam jangka pendek setelah
tindakan
- Tidak melindungi diri dari IMS dan HIV/AIDS

2.5.6 Resiko Apabila Ibu Hamil Jarak Terlalu Dekat Tidak Menggunakan KB
Apabila ibu tidak menggunakan KB maka resiko yang akan timbul adalah
kemungkinan ibu akan hamil lagi
2.5.7 Penanganan Ibu Hamil Jarak Terlalu Dekat Pada Penggunaan KB
Menganjurkan ibu untuk menggunakan KB jangka panjang atau kontrasepsi
mantap (kontap) untuk menghentikan kehamilan.
2.5.8 Manajemen SOAP KB
Menurut Muslihatun, 2011 pendokumentasian SOAP pada masa keluarga
berencana yaitu:
Subjektif (S)
Data subjektif yaitu menggambarkan pendokumentasian hasil pengumpulan
data klien melalui anamnesa. Data subjektif keluarga berencana atau data
yang diperoleh dari anamnesa, antara lain: keluhan utama atau alasan datang,
riwayat perkawinan, riwayat menstruasi, riwayat kehamilan, persalinan dan
nifas yang lalu, riwayat kontrasepsi yang digunakan, riwayat kesehatan, pola
pemenuhan kebutuhan sehari-hari, keadaan psiko sosial spiritual.

78
79

Data Subjektif
1. Biodata yang mencakup identitas pasien
a. Nama
Nama jelas dan lengkap, bila perlu nama panggilan sehari-hari agar
tidak keliru dalam memberikan penanganan.
b. Umur
Untuk mengetahui kontrasepsi yang cocok untuk pasien
c. Agama
Untuk mengetahui keyakinan pasien tersebut agar dapat
membimbing dan mengarahkan pasien dalam berdoa.
d. Pendidikan
Berpengaruh dalam tindakan kebidanan dan untuk mengetahui
sejauh mana tingkat intelektualnya, sehingga bidan dapat meberikan
konseling sesuai dengan pendidikannya.
e. Suku/bangsa
Berpengaruh pada adat istiadat atau kebiasaan sehari-hari
f. Pekerjaan
Gunanya untuk mengetahui dan mengukur tingkat sosial
ekonominya, karena ini juga mempengaruhi dalam gizi pasien
tersebut.
g. Alamat
Ditanyakan untuk mempermudah kunjungan rumah bila diperlukan.
h. Riwayat kesehatan yang lalu
Data ini diperlukan untuk mengetahui kemungkinan adanya riwayat
penyakit akut dan kronis.
i. Riwayat kesehatan keluarga.
j. Riwayat perkawinan
Yang perlu dikaji adalah sudah berapa kali menikah, status menikah
syah atau tidak, Riwayat obstetric
k. Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu
Berapa kali ibu hamil, apakah pernah abortus, jumlah anak, cara
persalinan yang lalu, penolong persalinan, keadaan nifas yang lalu.
l. Riwayat KB

79
80

Untuk mengetahui apakah pasien pernah ikut KB dengan


kontrasepsi jenis apa, berapa lama, adakah keluhan selama
menggunakan kontrasepsi.
m. Pola pemenuhan kebutuhan sehari-hari
Nutrisi, eliminasi, istirahat, personal hygiene, dan aktivitas sehari-
hari
Objektif (O)
Data objektif yaitu data yang menggambarkan pendokumentasian hasil
pemeriksaan fisik klien, labortorium dan tes diagnosis lain yang dirumuskan
dalam data focus yang mendukung assessment. Pendoumentasian
Keluarga berencana pada data objektif yaitu Pemeriksaan fisik dengan
keadaan umum, tanda vital, TB/BB, kepala dan leher, payudara, abdomen,
ekstremitas, genetalia luar, anus, pemeriksaan dalam/ ginekologis,
pemeriksaan penunjang.
Data Objektif
1. Vital sign
a. Tekanan darah
b. Pernafasan
c. Nadi
d. Temperatur
2. Pemeriksaan fisik Pemeriksaan dilakukan dari ujung rambut sampai
ujung kaki.
a. Keadaan umum ibu
b. Keadaan wajah ibu
Assesment (A)
Assesment menggambarkan pendokumentasian hasil analisa dan
interpretasi data subjektif dan objektif dalam suatu identifikasi atau masalah
potensial. Pendokumentasian Assesment pada keluarga berencana yaitu
diagnosis kebidanan, masalah, diagnosis potensial, masalah potensial,
kebutuhan tindakan segera berdasarkan kondisi klien.
Contoh
Diagnosa : P1 Ab0 Ah0 Ah1 umur ibu 23 tahun, umur anak 2 bulan,
menyusui, sehat ingin menggunakan alat kontarasepsi.

80
81

Masalah : seperti potensial terjadinya peningkatan berat badan,


potensial fluor albus meningkat, obesitas, mual dan pusing.
Kebutuhan : melakukan konsultasi dan kolaborasi dengan kesehatan lain
berdasarkan kondisi pasien seperti kebutuhan KIE (komunikasi,
informasi dan edukasi)
Penatalaksanaan (P)
Penatalaksanaan menggambarkan pendokumentasian dari perencanaan
dan evaluasi berdasarkan assessment. Pendokumentasian planning atau
pelaksanaan pada keluarga berencana yaitu memantau keadaan umum ibu
dengn mengobservasi tanda vital, melakukan konseling dan memberikan
informasi kepada ibu tentang alat kontrasepsi yang akan digunakan,
melakukan informed consent, memberikan kartu KB dan jadwal kunjungan
ulang.
Langkah-langkah ini ditentukan oleh langkah-langkah sebelumnya yang
merupakan lanjutan dari masalah atau diagnosa yang telah diidentifikasi atau
diantisipasi. Adapun hal-hal yang perlu dilakukan pada kasus ini adalah:
1. Meningformasikan tentang alat kontrasepsi
2. Meinginformasikan cara menggunakan alat kontrasepsi

2.6 Kerangka Konsep Teori


Terlalu dekat jarak kehamilan adalah jarak kehamilan satu dengan
berikutnya kurang dari 2 tahun (24 bulan). Penelitian dari pusat Perinatologi
dan Perkembangan Manusia menunjukkan bahwa jarak kelahiran antara 27
sampai 32 bulan memiliki tingkat kelangsungan hidup yang lebih tinggi di
bandingkan jarak pendek antara 9-14 bulan. Interval kelahiran yang panjang
lebih menyehatkan bagi para ibu dan anak-anak mereka (BBKBN, 2010).
Jarak kehamlan adalah suatu pertimbangan untuk menentukan kehamilan
yang pertama dengan kehamilan berikutnya. (Depkes RI, 2010)

81
82

Ibu hamil TM III

82
83

Faktor Penyebab
1. Tempat tinggal ibu
2. Tingkat pendidikan ibu
Kehamilan Dengan Jarak 3. Status ekonomi
4. Keinginan ibu untuk hamil
Terlalu Dekat
5. Pelayanan kesehatan setelah
melahirakan

RESIKO

Resiko pada Resiko pada Resiko pada Resiko Resiko pada


Kehamilan Persalinan Nifas pada BBL KB
1. Anemia 1. Resiko 1. Perdarahan 1. BBLR Apabila tidak
2. Plasenta previa perdarahan 2. Baby blues menggunakan
2. Atonia Uteri syndrome KB maka
3. Retensio beresiko untuk
ke mungkinan
plasenta
hamil lagi

Penanganan
Penanganan Penanganan Penanganan Penanganan
1. Konseling dan
1.Persalinan di 1. Pemberian 1.Memberi-kan ASI KIE untuk
ANC rutin misoprostol
tolong oleh tenga eklusif menggunakan KB
2. Penanganan 2. Lakukan jangka panjang
kesehatan bidan 2.Menjaga
secara konsultasi dengn
dan dokter kehangatan bayi
ekspektatif dan tenaga kesehatan 1. IUD/AKDR
2.KBI, KBE, KAA metode kanguru
terminasi bidan atau dokter
3. Melakukan 2. Implan
3.Plasenta manual
pemeriksaan bayi 3. Tubektomi/
secara umum MOW

Ibu dan bayi selamat serta mendapat penanganan yang


optimal dan mencegah terjadinya AKI dan AKB

83
84

Gambar 2.1 Kerangka Teori Asuhan Komprehensif kebidanan pada


Kehamilan Dengan Jarak Terlalu Dekat

BAB III
TINJUAN KASUS

3.1 Asuhan Kebidanan Pada Ibu Hamil Trimester III Dengan Jarak Kehamilan
Terlalu Dekat

3.1.1 Kunjungan ANC I


Tanggal Pengkajian : 25 November 2020
Jam Pengkajian : 16.30 WIB
Pengkajian : Lelyana Moelyanda

A. Data Subjektif
1) Biodata

IBU SUAMI
Nama : Ny. “A” : Tn. “I”
Umur : 30 tahun : 41 tahun
Suku : Jawa : Jawa
Pendidikan : SMP : SMP
Pekerjaan : IRT : Sopir
Alamat : Langlang Rt 08 Rw 4, : Langlang Rt 08 Rw 04,
Singosari singosaari
Agama : Isam : Islam

84
85

2) Keluhan Utama :
Ibu datang ke PMB jam 16.30 tanggal 25 Desember, ibu mengatakan
ingin memerikskan kandungannya dan tidak ada keluhan. Ibu
mengatakan jika kehamilannya karena kegagalan KB, ibu lupa
mengonsumsi pil KB.

3) Riwayat Menstruasi

Umur menarche : 12 tahun

Lamanya haid : 3-5 hari

Jumlah darah haid : 2-3× ganti pembalut/hari

HPHT : 15-3-2020

HPL : 22-12-2020

Fluor Albus : Tidak ada

Keluhan : ( - ) Dismenorhea ( - ) Spooting

( - ) Menorragia ( - )
Metrorhagia

( - ) Pre Menstruasi Sindrom

4) Riwayat Perkawinan

Menikah :1x menikah

Menikah Usia : 19 Tahun

Lama Menikah : 11 Tahun

5) Riwayat Kehamilan, Persalinan dan Nifas yang Lalu GIIIPIIAb0

N Tanggal Tempat UK Jenis Penolong Penyulit BBL Keadaan anak Usia


O Lahir9 Persalinan sekarang

1. 2-2- 2010 PMB 39 Normal Bidan Tidak ada 2900 Baik 10 tahun

85
86

minggu gram

2. 1-2-2019 PMB 39 Normal Bidan Tidak ada 2900 Baik 1,5 tahun
minggu gram

3. HAMIL INI

6) Riwayat Hamil Sekarang:

HPHT : 15-3-2020

HPL : 22-12-2020

BB awal :40 Kg

BB sekarang :55 Kg

Hamil Muda :Ibu mengatakan waktu hamil muda sering


mual dan muntah

Hamil Tua : Ibu mengatakan tidak ada keluhan

Riwayat Imunisasi : TT lengkap (TT 5)

Gerakan Janin Pertama : Ibu mengatakan ketika usia kehamilan 4


bulan

Gerakan Janin Terakhir : Ibu mengatakan ±10 menit yang lalu


ANC :

- Trimester I :
Ibu mengatakan periksa 1 kali di klinik dengan keluhan mual dan
muntah di beri terapi norvome 3x1 sesudah makan, di beri konseling
istirahat cukup dan minum obat secara teratur serta control ulang 1
bulan kedepan atau jika ada keluhan.
- Trimester II :
Ibu mengatakan selalu rutin periksa 1 bula sekali di Bidan dengan
tidak ada keluhan di beri terapi Fe 2x1 malam sesudah makan, di

86
87

beri konseling istirahat cukup dan minum obat secara teratur serta
control ulang 1 bulan kedepan atau jika ada keluhan.

- Trimester III :
Ibu mengatakan periksa 2 kali di Bidan tidak ada keluhan di beri
terapi Tablet Fe 2 x 1 dan B1 3x2 dan di beri konseling tandatanda
persalinan serta control setiap 2 minggu sekali atau jika ada keluhan
7) Riwayat penyakit yang lalu/operasi
Ibu mengatakan tidak pernah dioperasi atau dirawat di rumah sakit.
8) Riwayat penyakit keluarga
Ibu mengatakan jika keluarg tidak mempunyai penyakit menurun
seperti diabetes, hipertensi, penyakit jiwa,hamil kembar, pnyakit
menular seperti HIV AIDS, tbc, Hepatitis B, penyakit menaun seperti
jantung, ginjal, kanker.
9) Riwayat Ginekologi
(-) PMS
(-) Kanker kandungan
(-) Operasi kandungan
10) Riwayat KB dan Rencana KB

Metode yang pernah dipakai :Ibu mengatakan ibu jika


sebelumnya memakai KB pil

Lama Pemakaian :±7 bulan

Komplikasi dari KB : ibu mengatakan tidak ada


keluhan

Rencana KB selanjutnya : ibu mengatakan jika ingin


menggunakan KB suntik 3 bulan

11) Riwayat Psikososial


Respon pasien dan keluarga terhadaap kehamilan ini sangat
mendukung
Pengambilan keputusan dalam keluarga : Suami

87
88

Tempat penolong persalinan yang diinginkan : Bidan

12) Pola kebiasaan sehari-hari


a. Pola nutrisi
1) Sebelum hamil :Ibu mengatakan makan 3x sehari porsi
sedang dengan menu makanan bervariasi dengan komposisi
nasi, sayur, lauk, buah, minum ± 6-8 gelas/hari.
2) Selama hamil :ibu mengatakan nafsu makan berkurang dan
makan 2 kali sehari porsi kecil dengan menu makanan
bervariasi dengan komposisi sama seperti sebelum hamil
yaitu nasi, lauk, sayur, buah, minum ± 6-8 gelas/hari dan
minum susu ibu hamil.
b. Pola Istirahat
1) Sebelum hamil :ibu mengatakan tidur siang 1-2 jam, tidur
malam ± 7 jam.
2) Selama hamil :ibu mengatakan tidur siang 1jam, ketika tidur
malam sering terbangun pada malam hari di karenakan
sering BAK
c. Pola aktivitas
1) Sebelum hamil :ibu mengatakan melakukan pekerjaan rumah
tangga seperti mencuci, menyapu dan memasak.
2) Selama hamil :ibu mengatakan tetap melakukan pekerjaan
rumah tangga seperti mencuci, menyapu dan memasak
namun ibu mengatakan aktivitasnya tidak terlalu berat.
13) P4K
a. Persiapan Tempat Persalinan : PMB Yulida Ti’ani
b. Penolong Persalinan : Bidan
c. Biyaya : Bpjs
d. Donor Darah : Suami
e. Emergency dan Rujukan : RS Prasetya Husada

B. Data Objektif

88
89

a. Pemeriksaan Umum
Keadaan Umum : Baik
Kesadaran : Composmentis
Tinggi Badan : 151 cm
Berat Badan : 55 kg
Lila : 25 cm
Tanda-tanda Vital
Tekanan darah : 110/70 mmHg
Nadi : 82x/menit
Pernapasan : 20x/menit
Suhu : 36,6°C
b) Pemeriksaan Fisik

Muka :Pucat (-), tidak ada cloasma gravidarum, tidak oedema

Mata : Konjungtiva merah mudah +/+, sclera putih +/+,


simetris

Telinga : serumen berlebih -/-, semetris

Hidung : secret berlebih -/-, polip -/-

Mulut : bibir lembab, stomatitis(-)

Gigi/gusi : tidak ada caries gigi, tidak ada pembengkakan pada


gusi

Leher :tidak ada bendungan vena jugularis, tidak ada


pembesaran kelenjar tyroid dan limfe

Payudara : simetris, benjolan abnormal -/-, putting susu


menonjol+/+, hiperpigmentasi areola +/+, kolostrum +/-

Abdomen :
- Leopold I : TFU 29cm, di bagian fundus teraba bgian besar janin
bulat, lunak, dan tidak melenting (bokong)
- Leopold II : perut sebelah kiri teraba bagian besar janin keras,
lebar seperti papan (puki) dan perut sebelah kanan teraba bagian
terkecil janin (ekstremitas).

89
90

- Leopold III: teraba bagian besar janin keras, bulat, dan tidak
dapat digoyangkan (kepala). Sudah masuk PAP
- Leopold IV : Devergen
- TFU McDonald 29 cm, TBJ berdasarkan TFU = (29-11) x 155=
2.790 gram, DJJ= 148x/menit dan teratur.
Ekstremitas :
- Atas : simetris
- Bawah : simetris, tidak ada kelainan, tidak ada varises, tidak ada
oedema, reflex patella +/+
Pemeriksaan penunjang (18-7-2020):
a) Golongan darah : O+
b) Hb :10,2 gr/dL
c) Protein urine : negative
d) reduksi urine : negatif
e) HIV : NR,
f) HbsAg : NR
g) Sifilis : NR

2. Score Poedji Rochjati

Skor awal ibu hamil + jarak kehamilan terlalu dekat 2+4= 6


(Kehamilan Resiko Tinggi)

C. Assesment
Ny.A usia 30 tahun G3P2Ab0 UK 36 minggu 3 hari dengan jarak kehamilan
terlalu dekat janin tunggal, hidup, intrauterine, puki, presentasi kepala
dengan kehamilan jarak terlalu dekat <2 tahun keadaan ibu dan janin
normal
SPR 6 kehamilan resiko tinggi.
D. Penatalaksanaan
Tanggal : 25 September 2020
Jam : 16.40 WIB
1. Menganamnese pasien

90
91

1. Memberitahu hasil pemeriksaan dan menjelaskan hasil pemeriksaan


kepada ibu bahwa kondisi ibu dan janinnya baik dan sehat, dengan
hasil:
TTV : Tekanan darah: 110/70 mmHg Suhu: 36,5°C
Nadi: 82x/menit Pernafasan: 20x/menit
DJJ : 148x/menit
Ibu mengerti penjelasaan dan mngetahui keadaan dirinya dan janinnya
2. Menjelaskan pada ibu resiko jarak kehamilan <2 tahun yaitu ibu dapat
mengalami keguguran, plasenta previa, anemia kehamilan, atonia uteri,
retensio plasenta, perdarahan post partum, post partum blues, dan
pada bayi bisa terjadi BBLR dan bayi lahir premature. Ibu mengerti
tentang resiko jarak kehamilan <2 tahun
3. Menganjurkan ibu untuk pada ibu hamil yaitu meningkatkan konsumsi
zat besi dari makanan, mengkonsumsi daging (terutama daging merah)
seperti daging sapi, zat besi juga dapat ditemukan pada sayuran
berwarna hijau gelap seperti bayam dan kangkung, buncis, kacang
polong serta kacang-kacangan, dan mengkonsumsi sumber makanan
yang dapat membantu penyerapan zat besi seperti vitamin C, Ibu
mengerti.
4. Menganjurkan kepada ibu untuk mengonsumsi tablet Fe yang diberikan
secara rutin sebelum tidur demi kesehatan ibu dan janin, serta memberi
KIE kebutuhan Fe saat hamil meningkat, terutama pada trimester
ketiga. Ketidak patuhan mengonsumsi tablet Fe secara rutin dapat
mengakibatkan anemia kehamilan seperti yang dialami ibu saat ini. Ibu
mengerti dan berjanji akan mengonsumsi tablet Fe yang diberikan
secara rutin.
5. Menjelaskan pada ibu sering BAK yang dialami oleh ibu merupakan hal
yang fisiologis selama kehamilan karena kandung kemih tertekan oleh
uterus. Ibu mengerti.
6. Menganjurkan ibu untuk tetap menjaga kebersihan gentalia nya dengan
cara cebok yang benar dari depan ke belakang dan tetap menjaga
genetalia tetap kering. Ibu mengerti dan bersedia menjaga kebersihan
genetalianya.

91
92

7. Menganjurkan ibu untuk mengurangi minum sebelum tidur. Ibu


bersedia
8. Menjelaskan kepada ibu mengenai tanda bahaya kehamilan trimester
III seperti ketuban pecah yang ditandai dengan merembesnya air dari
kemaluan tanpa disadari ibu, kaki bengkak, dan keluar darah dari
kemaluan. Ibu dapat memahami
9. Menjelaskan tentang tanda-tanda persalinan, seperti keluarnya lendir
darah dari kemaluan ibu dan kontraksi semakin sering. Ibu mengetahui
dan bisa mengulangi penjelasan.
10. Menganjurkan ibu untuk kunjungan ulang 2 minggu lagi pada tanggal
15 Desember 2020 atau sewaktu-waktu jika ada keluhan. Ibu bersedia.

3.2 Asuhan Kebidanan Pada Persalinan


Hari, tanggal pengkajian : Senin, 14 Desember 2020
Pukul : 04.00 WIB
A. Data Subjektif
1. Keluhan Utama
Ibu datang ke PMB jam 04.00 WIB tanggal 14 Desember 2020 , ibu
mengatakan perutnya terasa mulas dan kenceng-kenceng sejak tadi
malam pukul 20.30 WIB serta mengeluarkan lendir bercampur darah
2. Pola Eliminasi
BAK : 10-12x/hari; warna : kuning jernih, keluhan : tidak ada
keluhan
BAB : 1x/hari; konsistensi : lembek, keluhan : tidak ada keluhan
3. Pola Istirahat
Tidur : Ibu mengatakan tidak dapat istirahat karena perutnya terasa
kenceng-kenceng
B. Data Objektif
1. Pemeriksaan Umum
Keadaan Umum : Baik
Kesadaran : Composmentis
Keadaan emosional : Cemas
TTV : Tekanan Darah : 110/70 mmHg

92
93

Nadi : 82x/menit
Penafasan : 20x/menit
Suhu : 36,2°C
2. Pemeriksaan Fisik
Mata : konjungtiva merah mudah +/+, sclera putih +/+
Payudara : simetris, tidak ada benjolan abnormal, oreola
hiperpigmentasi, putting susu menonjol +/+,
pengeluaran kolostrum +/+.
Ekstremitas :simetris, oedema -/-, reflex patella +/+
3. Pemeriksaan Khusus
Abdomen
1) Inpeksi
Perut tampak membesar, terdapat linea nigra, tidak ada luka bekas
operasi, putting susu menonjol

2) Palpasi
- Leopold I : TFU 32cm, di bagian fundus teraba bgian
besar janin bulat, lunak, dan tidak melenting (bokong)
- Leopold II : teraba bagian besar janin keras seperti papan
disebelah kiri (PUKI) dan teraba bagian kecil janin disebelah
kanan (seperti tangan dan kaki).
- Leopold III : teraba bagian besar janin keras, melenting
dan tidak dapat digoyangkan (kepala) dan sudah masuk
PAP.
- Leopold IV : tangan pemeriksa tidak bertemu menunjukan
bagian terendah sudah masuk PAP (kepala devergen).
- TFU McDonald 32 cm, TBJ berdasarkan TFU = (32-11) x
155= 3.255 gram, DJJ= 148x/menit dan teratur.
3) Auskultasi
DJJ= 148x/menit dan teratur
4) His / kontraksi : 3x. 10’.35”, teratur
5) Auskultasi
Dada : tidak terdengan bunyi ronchi -/-, bunyi wheezing -/-

93
94

Abdomen : terdengar bunyi denyut jantung janin dan


frekuensinya 144x/menit
6) Perkusi : reflek patella +/+
7) Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan dalam:

Tanggal : 13 Desember 2020

Jam : 04.00 WIB

Di periksa oleh : Bidan

Vulva dan vagina : Lendir brcampur darah

Portio : Lunak

Pembukaan : 3 cm

Effacement : 25%

Ketuban : Utuh

Bagian terduhulu : Kepala

Bagian terendah : UUK (Ubun-Ubun Kecil), jam 1

Hodge : II-III

Molase :0

Bagian terkecil : Tidak ada bagian kecil disamping


bagian terendah

Pemeriksaan Penunjang
Laboratorium pada:
25-12-2020 dilakukan di PMB Yulida Ti’ani, hasil: Rapid test
igG: NR, igM: NR

C. Assesment
Ny.A usia 30 tahun G3P2A0 Usia kehamilan 39 Minggu 1 hari janin
tunggal, hidup,intrauterine, presentasi kepala, puki, Keadaan ibu dan
janin baik dengan inpartu kala I fase laten.

94
95

SPR 6 kehamilan resiko tinggi.


D. PENATALAKSANAAN
KALA I
Tanggal : 14 Desember 2020
Jam : 04.00 WIB
1. Menjelaskan kepada ibu tentang hasil pemeriksaan bahwa ibu
dalam keadaan normal. Ibu mengerti dan mengetahui hasil
pemeriksaan
Tekanan darah : 110/70 mmHg
Nadi : 82 x/menit
Suhu : 36,2°C
Pernafasan : 20 x/menit
DJJ : 144 x/menit
Pembukaan : 3 cm
2. Membimbing ibu untuk rileks sewaktu ada his dengan cara
mengajarkan ibu teknik benafas yang benar yaitu Tarik nafas dari
hidung dan keluar dari mulut . Ibu mengerti dan sudah
melakukannya.
3. Mengatur posisi ibu untuk miring kiri supaya membantu penurunan
lebih cepat. Ibu mengerti dan sudah miring kiri
4. Menganjurkan ibu untuk makan dan minum jika tidak ada HIS untuk
menambah energy. Ibu mengerti dan minum jika tidak ada HIS
5. Melakukan persiapan persalinan, seperti alat-alat partus (klem,
gunting tali pusat, chort klem, setengah koher, kateter metal, under
pad, tempat plasenta dan alat heating), alat perlindungan diri (apron,
sepatu boat, handscoon, masker), alat-alat bayi (bedong, gurita,
baju, topi, kasa steril) dan obat-obatan (Vit.K, oksitosin, salep
mata).Semua alat sudah dipersiapkan.
6. Mengobservasi keadaan ibu dan janin, his, nadi, DJJ setiap 30
menit, suhu setiap 2 jam sekali, dan tekanan darah ibu setiap 4 jam
sekali, hasil observasi terlampir di lembar observasi.

95
96

KALA II
Tanggal : 14 Desember 2020
Pukul : 08.00 WIB
A. DATA SUBJEKTIF
Ibu mengatakan perutnya semakin sakit dan disertai adanya dorongan ingin
meneran seperti orang BAB
B. DATA OBJEKTIF
Keadaan umum ibu baik, kesadaran composmentis, TD: 110/70 mmHg,
nafas 24 x/menit, nadi 82x/menit. Konjungtiva merah muda dan sklera tidak
ikterik. Djj: 146 x/menit reguler, his: 5 kali dalam 10 menit lamanya 50 detik
(5x. 10’.50”). Kandung kemih ibu kosong. Pemeriksaan genetalia keluar
lendir bercampur darah, ketuban pecah spontan sejak pukul 08.00 wib
berwarna jernih pervaginam, vulva membuka, perineum menonjol, ada
tekanan pada anus.
Pemeriksaan Dalam

Jam : 08.00 WIB


Pembukaan : 10 cm
Effacement : 100%
Ketuban : Negatif, jernih
Bagian terdahlu : Kepala
Bagian terendah : UUK, arah jam 1
Hodge : II
Molase :0
Bagian terkecil :Tidak ada bagian kecil disamping bagian terendah

C. ASSESMENT
Ny. A Usia 30 tahun G3P2Ab0 Usia kehamilan 39 Minggu 1 hari janin tunggal,
hidup, intrauterine, presentasi kepala, puki, dengan inpartu kala II
SPR 6 Kehamilan Resiko Tinggi
D. PENATALAKSANAAN

Tanggal : 14 Desember 2020

96
97

Jam : 08.00 WIB


1. Melihat tanda dan gejla kala II (DORAN,TEKNUS,PERJOL,VULKA)
2. Memprsiapkan alat< perlengkapan dan mematahkan ampul oksitosin
3. Memakai APD
4. Mencuci tangan 6 langkah
5. Memakai sarung tangan DTT
6. Memasukan oksitosin kedalam spuit
7. Melakukan vulva Hygiene dengan kapas DTT
8. Melalukan VT
9. Mencelupkan sarung tangan ke larutan klorin 0,5%
10. Memeriksa DJJ saat kontraksi
11. Memberitahu ibu bahwa pembukaan lengkap
12. Memberitahu keluarga untuk membantu menyiapkan ibu pada posisi yang
nyaman
13. Memimpin ibu meneran pada saat ibu merasa ada dorongan kuat untuk
meneran
14. Mengkaji ibu mengambil posisi yang nyaman
15. Meletakan handuk di perut ibu
16. Meletakan kian bersih dibawah bokong ibu
17. Membuka partus set
18. Memakai sarung Tangan
19. Melindungi perineum dengan tangan kanan diatas kepala bayi
20. Mengecek lilitan tali pusat
21. Menunggu kepala melakukan putar paksi luar
22. Memegang kepala dibantu melahirkan bahu dePan dan belakang
23. Menyangga kepala bayi
24. Menyusuri kepala bayi
25. Menyusuri bahu, tangan, bokong dan kaki
26. Mengeringkan tubuh bayi dan mengganti dengan pakaian baru
27. Memeriksa apakah ada bayi kedua atau tidak

KALA III
Tanggal : 14 Desember 2020

97
98

Pukul : 08.30 WIB


A. Data Subjektif
Ibu mengatakan senang atas kelahiran bayinya, dan mengatakan masih
merasa mulas pada perutnya.
B. Data Objektif
Keadaan Umum : Baik
Kesadaran : Composmentis
Tekanan DaraH : 110/80 mmHg
Nadi : 82x/menit
Abdomen :
b) Pemeriksaan abdomen uterus membulat (globuler),
c) TFU setinggi pusat,
d) kandung kemih kosong.
Genetalia: Vagina tali pusat memanjang dan adanya semburan darah,
perdarahan ± 150cc.
C. Assesment
Ny. A usia 30 tahun P3Ab0 dengan kala III fisiologis
D. Penatalaksanaan
Tanggal : 14 Desember 2020
Jam : 08.30 WIB
28. Memberitahu ibu bahwa ibu akan disuntik 1/3 atas paha kanan
29. Menyunikan oksitosin
30. Menjepit tali pusat dengan menggunakan klem kira-kira 3cm dari
pusat bayi. Melakukan urutan pada tali pusat mulai dari klem ke arah
ibu dan memasang klem kedua 2cm dari klem pertama
31. Menggunting tali pusat
32. Memposisikan bayi ditempat aman dan taruh pada dada ibu supaya
bayi dapat mencari putting susu (IMD)
33. Menyelimuti ibu dan memakaikan topi ke bayi
34. Memindahkan klem didepan vulva dengan jarak 5-10 cm didepan
vulva
35. Memposiskan tangan kiri diatas perut ibu dan tangan kanan
memegang tali pusat sejajar dengan lantai

98
99

36. Meletakan tangan dorsokranial ketika his


37. Melakukan peregangan tali pusat
38. Melahirkan plasenta beserta selaput ketuban dan prksa
kelengkapannya
39. Melakukan massas sebanak 15x dalam15 detik
40. Memeriksa kelengkapan plasenta
KALA IV
Pukul : 08.40 WIB
A. Data Subjektif
Ibu mengatakan senang atas kelahiran bayinya dengan selamat dan
ibu merasa senang tetapi ibu merasakan jika badan masih lemas dan
perutnya masih terasa mulas.
B. Data Objektif
Keadaan umum : baik
Kesadaran : composmentis
TD : 110/70 mmHg
Nadi : 82x/menit
Abdomen : TFU setinggi pusat
Kontraksi uterus: Baik, Fundus Uteri dalam
Kandung kemih : kosong
Genetalia : jumlah darah ±350cc, ada laserasi
C. Assesment
Ny. A usia 30 tahun P3Ab0 inpartu kala IV
D. Penatalaksanaan
Tanggal : 14 Desember 2020
Pukul : 08.45 WIB
41. Memastikan uterus berkontraksi dengan baik
42. Memastikan kandung kemih kosong
43. Mencelupkan sarung tangan ke dalam larutan klorin dan bilas di
air DTT
44. Menganjurkan ibu dan keluarga masase uteru agar tetap keras
45. Mengecek nadi ibu
46. Melakukan estimasi perdarahan

99
100

47. Memantau keadaan bayi dan memeriksa nafas bayi


48. Mendekontaminasi alat
49. Membuang bahan-bahan yang terontaminasi
50. Membersihkan tubuh ibu
51. Memastikan ibu merasa nyaman
52. Dekontaminasi tempat persalinan dengan larutan klorin 0,5%
53. Mencelupkan sarung tangan dan lepas secara terbalik
54. Mencuci tangan 6 langkah
55. Memakai sarung tangan DTT
56. Melakukan pemeriksaan fiik bayi, suntik vit K dan beri salep mata
57. Memeberikan imunisasi Hb0 setelah 1 jam pemberian vit K
58. Melepas sarung tangan
59. Cuci tangan 6 langkah
60. Dokumentasi pada patograf

S: Ibu mengatakan perutnya masih terasa mulas dan vagina terasa perih

O: Keadaan Umum : Baik


Kesadaran : Composmentis
TD : 110/70 mmHg
Nadi : 80x/menit

A: Ny. A usia 30 tahun P3Ab0 inpartu kala IV dengan perdarahan akibat


tertinggalnya selaput plasenta

P:
1. Awasi estimai darah yang keluar
2. Siapkan heating set
3. Siapkan infus set
4. Pasang kain bersi dibawah bokong ibu
5. Isi spuit 10ml dengan larutan lidocain 1%
6. Gunakan kassa bersih untuk membersihkn daerah luka dari darah
atau bekuan darah dan nilai kembali luas dan dalamnya robekan pada
daerah perineum

100
101

7. Tusukkan jarum suntik pada ujung luka/robekan perineum, masukan


jarum suntik secara subkutan epanjang tepi luka
8. Aspirasi untuk memastikan tidak ada darah yang terhisap
9. Suntikkan cairan lidocain 1% sambil menarik jarum suntik pada tepi
luka daerah perineum
10. Tanpa menarik jarum suntik keluar dari luka, arahkan jarum
suntik sepanjang tepi luka pada mukosa vagina, lakukan aspirasi, lalu
suntikkan cairan ledocain 1% sambil menarik jaum suntik
11. Tunggu 1-2 menit sebelum melakukan penjahitan untuk
mendapatkan hasil optimal dari anastesi
12. Lakukan inspeksi pada vagina dan perineum untuk melihat
robekan
13. Pasang kassa ke dalam vagina
14. Tempatkan jarum jahit pada pmegang jarum, kemudian kunci
pemegang jarum, lalu pasang benang jahit (chromic 2-0)
15. Lakukan penjahitan pertama ± cm diatas luka robekan
perineum, ikat jahitan prtama dengan simpul mati.
16. Jahit mukosa vagina dengan menggunakan jahitan jelujur
hingga tepat di lingkaran hymen
17. Tusukan jarum pada mukoa vagina dari belkang lingkaran
hymen hingga menembus luka robekan bagian perineum
18. Teruskan jahitan jelujur pada luka robekan perineum sampai
bagian bawah luka robekan
19. Jahit jaringan subkutis kanan-kiri ke arah atas hingga tepat di
muka lingkaran hymen
20. Tusukkan jarum dari depan lingkaran hymen ke mukosa
vagina di belakang lingkaran hymen. Buat simpul mati di belakang
lingkaran hymen dan potong benang hingga tersisa ±1 cm
21. Keluarkan kassa di dalam vagina. Masukkan jari telunjuk ke
dalam rectum dan rabalah dinding atas rectum
22. Lakukan eksplorasi cavum uteri untuk mencari sisa-sisa
plasenta yang tertinggal
23. Melepas sarung tangan

101
102

24. Cuci tangan 6 langkah


25. Dokumentasi pada patograf

DATA 2 JAM POST PARTUM

A. Data Subjektif
Ibu mengatakan ibu sangat bersyukur atas kelahiran anaknya tetapi
perutnya masih terasa mulas dan kepalanya merasa pusing.
B. Data Objektif
Keadaan umum : lemas
Kesadaaran : composmentis
TD : 70/50 mmHg
Nadi : 78x/menit
Suhu : 36,9°C
Pernafasan : 20x/menit
Konjungtiva : Pucat +/+
Kandung kemih : kosong
Perdarhan : ±150cc
Kontraksi uterus : baik
TFU : 1 jari di atas pusat
C. Assesment
Dx: P3Ab0 dengan HPP aakibat tertinggalnya selaput plasenta
Masalah : perdarahan
Kebutuhan : pemberian cairan infus RL dan eksplorasi cavum uteri
untuk mencari sisa plasenta
D. Penatalaksanaan
1. Mengevaluasi penyebab perdarahan dari kontraksi uterus,
robekan jalan lahir dan jaringan plasenta. kontraksi uterus baik,
ada robekan jalan lahir dan pada selaput ketuban tidak lengkap
2. Melakukan pemasangan infus RL pada ibu 30tpm. infus
terpasang ditangan sebelah kanan
3. Mengosongkan kandung kemih
4. Memberikan ergometrin 0,2 mg secara IM
5. Melakukan eksplorasi cavum uteri

102
103

6. Observasi tanda-tanda vital dan estimasi perdarahan


7. Menyampaikan kepada keluarga jika akan dilakukan rujukan
karena terjadi perdarahan dan kondisi ibu lemah dan melakukan
informed consent. keluarga menyetujui dilakukan rujukan dan
menandatangani dilakukan informed cinsent
8. Melakukan persiapan rujukan, yaitu: BAKSOKUDA
B: (Bidan)
Saat melakukan rujukan harus didampingi oleh tenaga kesehatan
salah satunya bidan hingga sampai ke fasilitas kesehatan yang
dituju
A: (Alat)
Saat akan merujuk persiapkan alat yang diperlukan baik untuk
bayi atau ibu (tabung suntik, selang IV, alat resusitasi)
K: (Keluarga)
Beritahu ibu dan keluarga mengenai kondisi terakhir ibu dan bayi
dan alas an ibu atau bayi harus dirujuk.
S: (Surat)
Berikan surat ketempat rujukan. Surat ini harus memberikan
identifikasi mengenai ibu dan bayi, cantumkan alas an rujukan
dan uraian hasil rujukan. Sertakan juga partograf yang dipakai
untuk membuat keputusan klinik
O: (Obat)
Bawa obat-obatan esensialpada saat mengantar ibu kefasilitas
rujukan. Obat-obatan tersebut mungkin akan diperlukan selama
diperjalanan.
K: (Kendaraan)
Pastikan kendaraan tersedia untuk membawa ibu atau janin ke
tempat rujukan
U: (Uang)
Ingatkan keluarga untuk membawa uang dalam jumlah yang
cukup untuk membeli obat dan bahan kesehatan yang diperlukan
ditempat rujukan.
D: (Darah)

103
104

Siapkan darah untuk sewaktu-waktu membutuhkan transfusi


darah apabila terjadi perdarahan.
9. Melakukan rujukan ke Rs Prasetya Husada

SOAP di RS

S : Ibu mengatakan jika badannya terasa lemas dan kepala pusing

O : Keadaan Umum : Lemah


Kesadaran : Composmentis
TD :70/60 mmHg
Nadi : 78x/menit
RR : 20x/menit
Kandung kemih : Kosong
A : P3Ab0 dengan HPP akibat tertinggalnya selapu plasenta
P:
1. Setelah sampai di RS Prasetya Husada, ibu diberi misoprostol
per rektal
2. Lalu di lakukan TTV kepada ibu oleh bidan dan di ambil darahnya
untuk mengecek HB ibu

3.3 Pendokumentasian Asuhan Kebidanan Post Partum


3.3.1 KUNJUNGAN NIFAS I
A. PENGKAJIAN
Tanggal Pengkajian : 17 Desember 2020
Jam Pengkajian : 14.00 WIB
A. Data Subjektif
a. Keluhan utama:
Ibu mengatakan perutnya masih sedikit mulas karena ada selaput
plasenta ada yang tertinggal sedikit lalu sama dokternya diberi obat
yaitu ergometrin
b. Pemenuhan kebutuhan sehari-hari
1. Pola nutrisi
Setelah melahirkan
Makan : 2x sehari, porsi sedang,

104
105

Minum : 3-5 gelas/hari


2. Pola Eliminasi
BAK : 2-3x/hari
BAB : 1x/2hari
3. Personal Hygiene
Setelah Melahirkan
Mandi & gosok gigi : 2x/hari, kadang cuma sponan saja
Ganti pakaian : 1x/hari
Ganti pembalu : 4jam sekali
4. Istirahat
Setelah melahirkan
Tidur : siang kadang ketika bayinya tidur ikut tidur,
malam 4-6 jam
Keluhan : tidak ada keluhan
5. Aktivitas : ibu mengatakan hanya berbaring belum bisa aktivitas
seperti biasa
6. Hubungan seksual
Tidak melakukan hubungan seksual
7. Data Psikologis
a) Respon orangtua terhadap kehadiran bayi dan peran baru
sebagai orang tua:
Ibu mengatakan ibu dan suami merasa bahagia dengan
kelahiraan bayi
b) Respon anggota keluarga terhadap kehadiran bayi:
Ibu mengatakan keluarga sangat bahagia dengan kelahiran bayi
c) Dukungan keluarga
Ibu mengatakan keluarga sangat membantu dalam proses
persalinannya
B. Data Objektif
a. Pemeriksaan Umum
1) Keadaan Umum : Baik
2) Kesadaran : composmentis

105
106

3) Keadaan emosional : Baik


4) Tanda0tanda Vital
Tekanan darah : 110/80mmHg
Nadi : 82x/menit
Pernapasan : 20x/menit
Suhu : 36,4°C
b. Pemeriksaan Fisik
a. Payudara : tidak ada benjolan abnormal, pngeluaran kolostrum +/+,
b. Abdomen : TFU : pertengana antara symphisis dan pusat
Kontraksi uterus : baik
Kandung kemih : kosong
c. Vulva dan perineum : pengeluaran perdarahan : lochea rubra
Luka perineum : terapat luka jahitan perineum
d. Ekstremitas : 1. Ekstremitas atas : oedema -/-, nyeri -/-
2. Ekstremitas bawah : oedema -/-, nyeri -/-
C. Assesment
Ny. A Usia 30 tahun P3Ab0 dengan 3 hari Post partum

D. Penatalaksanaan
Tanggal : 17 Desember 2020
Waktu : 14.00
1. Menginformasika hasil pemeriksaan kepada ibu bahwa ibu dalam
batas normal. Ibu mengerti dengan kondisinya
TTV : Tekanan darah : 110/80 mmHg
Nadi : 82x/menit
Suhu : 36,8 °C
Pernafasan : 20x/menit
2. Menjelaskan kepada ibu bahwa rasa mules yang dialami ibu adalah
keadaan normal karena Rahim sedang berkontraksi agar tidak terjadi
perdarahan. Ibu mengerti
3. Menganjurkan ibu untuk masse fundus uteri agar kontraksi tetap baik
dan untuk memulihkan betuk uterus ke bentuk semula. Ibu mengerti
dan bersedia melakukan

106
107

4. Menganjurkan ibu untuk makan makanan yang bergizi seimbang dan


tidak tarak makan. Ibu mengerti dan bersedia melakukannya
5. Mengajari ibu cara menyusui yang benar yaitu seluruh badan bayi
harus tersangga dengan baik, tidak hanya leher dan bahu, kepala dan
badan dalam posisi lurus, wajah bayi menghadap payudara, ibu
mendekatkan badan bayi ke badan ibu, tempelkan perut ib dengan
perut bayi, bibir bawah melengkung keluar, sebagian besar areola ibu
masuk ke dalam mulut bayi, tidak ada suara saat bayi sedang
menyusu kecuali suara menelan disertai berhenti sesaat. Ibu mengerti
dan bersedia melakukannya
6. Mengajari ibu cara melakukan vulva hygiene yang benar yaitu dengan
membasuh bagian vagina dengan sabun dari arah depaan ke
belakang terutama setelah BAB. Ibu mengerti dan bersedia
melakukannya
7. Menganjurkan ibu untuk sering mengganti pembalut minimal 4 jam
sekali. Ibu mengerti dan bersedia melakukannya
8. Memberitahu ibu tanda-tanda bahaya masa nifas seperti pusing, mata
berkunang-kunang, perdarahan dan menganjurkan ibu untuk segera
datang ke petugas kesehatan. Ibu mengerti dan bersedia
melakukannya.

3.3.2 Pendokumentasian Asuhan Kebidanan Pada Post Partum II

Tanggal : 23 Desember 2020


Jam : 10.00 WIB
S:

107
108

Ibu mengatakan mengeluh payudara membengkak dan ibu mengatakan jika


masih ada selaput plasenta yang tertinggal dan akan dilakukan kuret pada hari
rabu besok tanggal 24 Desember 2020
O:
a. Keandaan Umum : Baik
b. Kesadaran : Composmentis
c. Ibu mulai belajar beraktifitas sendiri secara perlahan-lahan.
d. Involusi uterus baik dan kontraksi baik (keras)
e. Tinggi fundus uteri teraba 2 jari di atas simpisis
f. ASI sudah keluar dengan lancar
g. Pengeluaran pervaginam lochea Sanguinolenta, jahitan tidak oedem
tidak bau tidak ada tanda-Tanda infeksi
h. Kandung kemih kosong
i. Tanda-tanda vital
a) TD : 110/80 mmHg
b) Nadi: 80x/menit
c) RR : 20x/menit
d) S : 36,5°C

A:

P3Ab0 umur 30 tahun Post partum hari ke 9


P:
Tanggal : 23 Desember 2020
Pukul : 10.10 WIB
a. Memberikan informasi kepada ibu untuk beristirahat yang cukup untuk
memulihkan tenaga. Ibu bersedia untuk beristirahat yang cukup untuk
memulihkan tenaga
b. Memberikan informasi kepada ibu tentang senam nifas untuk
mengembalikan otot-otot uterus agar uterus cepat kembali seperti
semula. Ibu mengerti dan bersedia melakukan senam nifas
c. Mengajarkan ibu cara perawatan payudara dan memberitahu ibu untuk
melakukan 2x sehari sebelum mandi agar ASI keluar dengan lancar. Ibu
mengerti dan bersedia melakukannya

108
109

d. Menganjurkan ibu untuk memberikan ASI setiap 2 jam sekali. Ibu


mengerti dan bersedia melakukannya
e. Menganjurkan ibu untu selalu menjaga kebersihan alat genetalianya
sering untuk ganti pembalut dan tidak takut membersihkan. Ibu mengerti
dan ibu selalu menjaga kebersihan alat genetalianya
f. Mengobservasi proses involusi:
1) TFU 2 jari di atas simpisis
2) Kontraksi uterus baik/keras
3) Perdarahan normal, pengeluaran pervaginam lochea sanguinolenta
4) Kandung kemih kosong
g. Memberikan informasi kepada ibu untuk segera memilih alat
kontrasepsi yang akan digunakan. Ibu mengerti dan akan
menggunakan alat kontrasepsi KB 3 bulan.

3.3.3 Pendokumntasian Asuhan Kebidanan Pada Post Partum III


Tanggal : 10 Januari 2021
Jam : 13.00 WIB
S:
Ibu mengatakan jika sudah tidak ada keluhan dan selaput plasenta sudah
kluar sebelum dikuret pada tanggal 24 desember 2020 dan ibu ingin
menggunakan KB suntik 3 bulan.
O:
a. Tanda-tanda Vital:
1) Tekanan Darah : 120/80 mmHg
2) Nadi : 82x/menit
3) Pernapasaan : 20x/menit
4) Suhu : 36,2°C
b. Fundus Uteri : TFU Tidak teraba
c. Genetalia : Jahitan kering tidak oedem, lochea Serosa
d. Eliminasi : BAK : 3-4x/hari,
BAB : 1x/hari,
e. Payudara : Puting susu menonjol +/+, nyeri tekan -/-, ASI keluar
+/+, Puting susu sedikit lecet kemerahan +/-

109
110

f. Ekstremitas : Tidak ada oedema, nyeri tekan -/-

A:
P3Ab0 Usia 30 tahun Post Partum hari ke 28
P:

a. Memberitahu kepada ibu dan keluarga tentang hasil pemeriksaan


bahwa keadaan ibu baik hanya kurang istirahat. Ibu mengerti mengerti
penjelasan petugas
b. Mengajarkan ibu tentang teknik menyusui yang benar seperti cuci
tangan yang bersih dengan sabu, perah sedikit ASI dan oleskan
kebagian puting, duduk dan berbaring dengan santai. Ibu harus
mencari posisi nyaman, dan merasa rileks. Pertama-tama lengan ibu
menompang kepala, leher, dan saluran badan bayi (kepala dan tubuh
berada dalam garis lurus), muka bayi menghadap ke payudara ibu
hidung bayi didepan putting susu ibu. Posisi bayi harus menghadap
perut ibu. Bayi seharusnya berbaring miring dengan seluruh tubuhnya
menghadap ibu. Kepalanya harus sejajar dengan tubuhnya, tidak
melengkung ke belakang/menyamping,telinga,bahu,dan panggul bayi
berada dalam satu garis lurus. Ibu mendekatkan bayi ke tubuhnya
(muka bayi ke payudara ibu) dan mengganti bayinya. Ibu
menyentuhkan putting susunya ke bibir bayi, meunggu hingga mulut
bayi terbuka lebar kemudian mngarahkan mulut bayi ke putting susu
ibu hingga bibir bayi dapat menangkap putting susu tersebut. Ibu
memegang payudara dengan satu tangan dengan cara meletakan
empat jari di bawah payudara dan ibu di atas payudara, semua jari ibu
tidak boleh terlalu dekat dengan aerola.pastikan bahwa sebagian besar
aerola masuk ke dalam mulut bayi. Dagu rapat ke payudara ibu dan
hidungnya menyentuh bagian atas payudara, bibir bawah bayi
melengkung keluar, ibu mengerti dan paham tentang teknik mnyusui
yang benar.
c. Memberitahu ibu jika saat menyusui payudaranya terasa sakit maka
boleh diistirahatkan terlebih dahulu, dengan catatan ASI harus
dikeluarkan dengan menggunakan tangan yaitu posisi tangan harus

110
111

membentuk huruf “C” pada saat mengeluarkan ASI nya supaya tidak
terjadi bendungan dan tidak dianjurkan untuk menggunakan alat
pompa karena akan menimbulkan nyeri. Ibu mengerti dan paham apa
yang disampaikan
d. Memberikan informasi kepada ibu tentang istirahat yang cukup seperti
tidur malam 6 jam dan tidur siang 1-2 jam, jika ibu kurang tidur di
malam hari maka di siang harinya ibu harus tidur supaya istirahat ibu
tercukupi. Ibu mnegerti dan bersedia untuk yang cukup
e. Memberikan informasi kepada ibu untuk mengkonsumsi makanan yang
sehat dan seimbang seperti makan nasi, proteinnya bisa didapat dari
ikan, daging, tempe, tahu, sayur-sayuran seperti sayur sop, sayur
bayam, buah-buahan dan susu. Ibu mengerti dan paham apa yang di
jelaskan
f. Memberikan konseling tentang tanda-tanda bahaya pada masa nifas
seperti demam tinggi, sakit kepala hebat, pandangan mata kabur, nyeri
perut bagian bawah, lochea yang berbau, bengkak pada wajah dan
tangan terasa panas saat BAK, sedih karena tidak bisa merawat
bayinya. Ibu mengerti dn paham mengenai tanda bahay pada masa
nifas.
g. Menyuntikan KB suntik 3 bulan dan menulis di kohort KB dan buku
register. Ibu bersedia

3.3.4 Pendokumentasian Asuhan Kebidanan Pada Post Partum IV


Tanggal : 28 Januari 2021
Jam : 16.00 WIB
S:
Ibu mengatakan jika sudah tidak ada keluhan
O:
a. Keadaan umum ibu baik
b. Kesadaran composmentis
c. Tinggi fundus uteri sudah tidak teraba
d. Lochea alba, jahitan sudah kering
e. ASI lancar putting tidak lecet

111
112

f. Tanda-tanda vital
1 TD : 110/70 mmHg
2 N : 80x/menit
3 RR : 20x/menit
4 S : 36,2°C

A:
PIIIAb0 Usia 30 tahun post partum normal hari ke 40

P:
Tanggal : 21 Januari 2021
Waktu : 16.10 WIB

1. Memberitahu hasil pemeriksaan kepada ibu jika keadaan ibu baik-baik


saja. Ibu mengerti dan memahaminya
2. Menjelaskan tentang tanda bahaya ibu nifas. Ibu mengertI tentang bahaya
nifas dan dapat mengulangi
3. Memberikan informasi kepada ibu untuk tetap menyusui bayinya hingga
umur 2 tahun tanpa memberikn MP-ASI hingga umur 6 bulan. Ibu
mengerti dan bersedia akan menerapkannya

3.4 Pendokumentasian Asuhan Kebidanan Neonatus


3.4.1 Pendokumentasian Asuhan Kebidanan Neonatus I
Tanggal :14 Desember 2020
Jam : 14.40 WIB
A. Subjektif
a. Identitas bayi
Nama : By Ny “A”
Jenis kelamin : Laki-laki
Anak ke : Tiga (3)
b. Identitas orang tua

IBU SUAMI

Nama : Ny. “A” : Tn. “I”

112
113

Umur : 30 tahun : 41 tahun

Suku : Jawa : Jawa

Agama : Isam : Islam

Pendidikan : SMP : SMP


Pekerjaan : IRT : Sopir
Alamat : Langlang Rt 08 Rw 4, : Langlang Rt 08
Singosari Rw 04, singosaari

c. Data kesehatan
1. Riwayat kehamilan :
P3Ab0
Komplikasi pada kehamilan : tidak ada
2. Riwayat persalinan
1) Tanggal / jam persalinan : 14 Desember 2020 / 08.20 WIB
2) Jenis persalinan : Spontan
3) Lama persalinan :
Kala I : 4 jam
Kala II : 20 menit
Kala III : 10 menit
Kala IV : 2 jam
4) Warna air ketuban : Jernih
5) Penolong persalinan : Bidan
6) Penyulit dalam persalinan : Tidak ada
7) Binding attachment : dilakukan selama 1 jam
B. Data Objektif
Pemeriksaan Umum
1. Keadaan Umum : Baik
2. Tanda-tanda vital : Nadi :136x/menit
Pernafasan : 36x/menit
Suhu : 36,2°C
3. Antropometri

113
114

Berat Badan / Panjang Badan :3700 gram / 48 cm


Lingkar Dada / Lingkar Kepala :32 cm / 33 cm
b. Pemeriksaan Fisik Khusus
Kulit : Kulit tampak merah, terdapat sedikit lanugo, terdapat
lemak Kulit
Kepala :Tidak ada benjolan abnormal, tidak ada
caputsusedaneum, tidak ada chepal haematoma,
rambut tipis warna hitam
Mata : Konjungtiva merah mudah +/+, sclera putih +/+,
simetris
Telinga : simetris, tidak ada serumen berlebihan +/+, terdapat
tulang telinga +/+
Hidung : tidak ada sekret berlebihan +/+, terdapat ubang
hidung
Mulut : tidak ada labioskisis, tidak ada labiopalatoskisis, bibir
sianosis
Leher : tidak ada pembengkakan kelenjar tiroid
Klavikula : tidak ada kelainan kongenital, tidak ada fraktur
Dada : simetris, tidak tampak retraksi dinding dada
Abdomen : bising usus (+), tidak teraba benjolan abnormal
Umbilicus : tali pusat basah
Ekstermitas
- Ekstremitas Atas
Jari / bentuk : sindaktili -/-, polidaktili -/-
Gerakan : aktif+/+
kelainan : tidak ada kelainan
- Ekstremitas bawah
Jari/bentuk : sindaktili-/-, polidaktili -/-
Gerakan : aktif +/+
Kelainan : tidak ada kelainan
Punggung : tidak ad kelainan kongenital
Gentalia : terdapat lubang uretra, terdapat 2 testis pada
skrotum

114
115

Anus : terdapat lubang anus

c. Pemeriksan Refleks
1. Moro : positif
2. Rooting : positif
3. Sucking : positif
4. Graphs : positif
5. Neck righting : tidak dilakukan pengkajian
6. Tonic neck : tidak dilakukan pengkajian
7. Startle : positif
8. Babinski : positif
9. Merangkak : tidak dilakukan pengkajian
10. Menari/melangkah : tidak dilakukan pengkajian
11. Ekstruasi : tidak dilakukan pengkajian
12. Galant’s : positif

d. pemeriksaan Penunjang : tidak ada pemeriksaan penunjang

C. Assesment
Bayi Ny. A usia 6 jam dengan bayi baru lahir normal dengan cukup bulan
sesuai masa kehamilan
D. Penatalaksanaan
1. Memberitahu hasil pemeriksaan bayi kepada ibu bahwa keadaan bayi
baik
Tanda-Tanda Vital : Nadi :136x/menit
Pernafasan : 36x/menit
Suhu : 36,2°C
2. Menegringkan tubuh bayi tanpa membersihkan verniks. Ganti handuk
basah dengan handuk yang kering
3. Menghangatkan bayi dengan membungkus bayi dengan kain bersih
dan kering dan memakaikan topi serta menunda memandikan byi
selama 6 jam. Bayi sudah di pakaikan baju, topi dan sudah dikenakan
gedong

115
116

4. Memberikan salep mata earlamycetin pada mata bayi 1 jam stelah


bayi lahir. salep mata sudah diberikan dan tampak salep di mata bayi
5. Memeberikan injesksi vit K di paha kiri bagian anterolateral pada 1
jam setelah byi lahir. bayi sudah disuntikkan
6. Memantau suhu, pernafasan, nadi bayi
7. Menyuntikan imunisasi pertama yaitu imunisasi Hb0 untuk mencegah
penyakit hepatitis setelah 1 jam penyuntikan vit K. bayi sudah disuntik
8. Menganjurkan kepada ibu untuk menyusui agar bayi tidak kehilangan
panas dan mempercepat proses involusi pada ibu. Bayi sudah disusui
dengan sus formula karena ibu sedang dirujuk

3.4.2 Pendokumentasian Asuhan Kebidanan Neonatus II


I. Pengkajian
Tanggal : 20 Desember 2021
Jam : 08.00 WIB
A. Data Subjektif
1. Keluhan Utama
Ibu mengatakan anaknya menangis kuat dan menyusu dengan kuat
2. Data kesehatan
1. Riwayat kesehatan yang lalu
a) Penyakit yang lalu :
Ibu mengatakan anaknya tidak mempunyai penyakit
apapun/sedang sakit
b) Riwayat perawatan :
Pernah dirawat di :-
Penyakit :-
c) Riwayat Operasi :
Pernah di Opeersi di : -
Penyakit :-
2. Riwayat Imunisas
(√ ) hepatitis 0 (-) IPV
(-) BCG/Polio 1 (-) Campak
(-) Pentavalen 1/Polio 2 (-) Pentavalen Lanjutan

116
117

(-) Pentavalen 2/Polio 3 (-) Campak Lanjutan


(-) Pentavalen 3/Polio 4 (-) Lain-Lain
3. Pola Pemenuhan Kebutuhn sehari-hari
a) Nutrisi : Ibu mengatakan anaknya hanya meminum ASI
Keluhan : Tidak ada keluhan
b) Pola istirahat
Ibu mengatakan bayinya sering tidur dan kebangun ketika haus
kadang setiap 2 jam sekali kebangun
c) Eliminasi
BAK : 8-10 kali perhari
BAB : 2-3 kali perhari
d) Personal Hygiene
Mandi : 2 kali perhari
Gantipakaian : ibu mengatakan anaknya ganti popok setia
BAK dang anti pakaian setiap amndi dan BAB
B. Data Objektif
1. Pemeriksaan Umum
Keadaan Umun : baik
Kesadaran : composmentis
Nadi : 134x/menit
Pernafasan : 38x/menit
Suhu : 36,4°C
BBL : 3700 gram
BB sekarang : 3800 gram

2. Pemeriksaan Fisik Khusus

Kulit : Tampak sedikit kuning pada bagian wajah, terdapat


sedikit lanugo
Kepala : Tidak teraba benjolan abnormal, tidak ada caput
susedanum, tidak ada cephal haematoma, rambut

117
118

tipis warna hitam


Mata : Konjungtiva merah mudah +/+, sclera putih +/+,
simetris
Telinga : Simetris, serumen berlebihan -/-, terdapat lubang +/
+
Hidung : Secret berlebihan -/-, terdapat lubang hidung
Mulut : Tidak ada labioskisis, tidak ada
labiopalatoskisis,bibir merah
Leher : Tidak ada peembegkakan kelenjar tiroid
Klavikula : Tidak ada kelainan kongenital, tidak ada fraktur
Dada : Simetris, tidak tampak retraksi dinding dada
Abdomen : Bising usus(+), tidak teraba benjolan abnormal
Umbilicus : Tali pusat sudah lepas
Ekstremitas : a. Ekstremitas atas

Jari/bentuk: sindaktili -/-, polindaktili -/-


Gerakan: aktif -/-
Kelainan: tidak ada kelainan
d. Ekstremitas bawah
Jari bentuk:sindaktili -/-, polindaktili -/-
Gerakan: aktif -/-
Kelainan: tidak ada kelainan
Punggung : Tidak ada kelainan kongenital
Genetalia : Terdapat lubang uretra, terdapat 2 testis
padaskrotum
Anus : Terdapat lubang anus

3. Pemeriksaan Refleks
1. Morro : Positif
2. Rooting : Positif
3. Sucking : Positif
4. Grasping : Positif
5. Neck Righting :Tidak dilakukan pengkajian
6. Tonic neck : Tidak dilakukan pengkajian
7. Startle : Positif
8. Babinski : Tidak dilakukan pengkajian

118
119

9. Merangkak : Tidak dilakukan pengkajian


10. Menari/melangkah : Tidak dilakukan pengkajian
11. Ekstruasi : Tidak dilakukan pengkajian
12. Galant’s : Positif

C. ASSESMENT
Bayi R usia 6 hari dengan bayi baru lahir normal cukup bulan
sesuai masa kehamilan
D. PENATALAKSANAAN
Tanggal : 20 Desember 2020
Jam : 08.10 WIB
1. Meninformasikan hasil pemeriksaan kepada ibu bahwa keadaan
bayi dalam batas normal. Ibu mengerti
TTV : Nadi : 134x/menit
Pernafasan : 28x/menit
Suhu : 36,6 °C
2. Menganjurkan kepada ibu untuk selalu menjaga kehangatan
bayi dengan membungkus bayi dengan kain bersih dan kering
untuk mencegah hipotermi. Ibu mengerti dan bersedia
melakukannya
3. Menganjurkan ibu untuk menjemur bayinya setiap pagi selama
30 menit dengan posisi bayi terlentang selama 15 menit dan
posisi bayi tengkurap dan terlentang selama 15 menit. Ibu
mengerti dan bersedia melakukannya
4. Menganjurkaan ibu untuk menjemur bayinya dengan mata
tertutup dan bayi telanjang dan hanya memakai popok untuk
mencegah bayi kuning. Ibu mengerti dan bersedia
melakukannya
5. Memeberi KIE kepada ibu untuk menyusui bayinya maksimal 2
jam sekali. Ibu bersedia melakukannya
6. Menjelaskan kepada ibu untuk tanda bahaya pada bayi lahir
diantaaranyaa yaitu kesulitan bernafas, warna kulit biru/kuning,
diare.Ibu memahami

119
120

3.4.3 Pendokumentasian Asuhan Kebidanan Neonatus III


I. Pengkajian Asuhan Neonatus III
Tanggal Pengkajian : 28 Desember 2020
Jam : 16.00 WIB
A. Data Subjektif
a. Keluhan Utama :
Ibu mengatakan ingin mengetahui kondisi bayinya saat ini
b. Riwayat kesehatan yang lalu :
1. Penyakit yang lalu : ibu mengatakan anaknya tidak
pernah menderita penyakit apapun
2. Riwayat perawatan : ibu mengatakan anaknya tida
pernah dirawat
3. Riwayat operasi : ibu mengatakan anaknya tidak pernah
diopeasi
4. Riwayat imunisasi
(√ ) hepatitis0 (-) IPV
(-) BCG/Polio 1 (-) Campak
(-) pentavalen/polio 2 (-) pentavalen lanjutan
(-) pentavalen 2/polio 3 (-) Campak Lanjutan
(-) pentavalen 3/polio 4 (-) lain-lain

c. Pola Pemenuhan Kebutuhan Sehari-hari


1. Nutrisi
Ibu mengaakan bayinya minum ASI 2 jam sekali, keluhan : tidak
ada
2. Pola istirahat
Tidur siang : 4-5 jam
Tidur malam : 8-10 jam
3. Eliminasi
BAK : 8-10 kali perhari
BAB : 2-3 kali perhari
4. Personal hygiene
Mandi : 2 kali sehari

120
121

Ganti pakaian : ganti pakaian 2x.hari, ganti popok setiap BAK


dan BAB
B. Data Objektif
1. Pemeriksaan Umum
Keadaan Umum : Baik
Tanda-tanda Vital : Nadi : 134x/menit
Pernafasan : 36x/menit
Suhu : 36,7°C
BB : 4300 gram
PB : 50 cm
2. Pemeriksaan Fisik Khusus

Kulit : Tampak sedikit kuning pada bagian


wajah, terdapat sedikit lanugo
Kepala : Tidak teraba benjolan abnormal, tidak
ada caput susedanum, tidak ada cephal
haematoma, rambut tipis warna hitam
Mata : Konjungtiva merah mudah +/+, sclera
putih +/+, simetris
Telinga : Simetris, serumen berlebihan -/-,
terdapat lubang +/+
Hidung : Secret berlebihan -/-, terdapat lubang
hidung
Mulut : Tidak ada labioskisis, tidak ada
labiopalatoskisis,bibir merah
Leher : Tidak ada peembegkakan kelenjar tiroid
Klavikula : Tidak ada kelainan kongenital, tidak ada
fraktur
Dada : Simetris, tidak tampak retraksi dinding
dada
Abdomen : Bising usus(+), tidak teraba benjolan
abnormal
Umbilicus : Tali pusat sudah lepas
Ekstremitas : a. Ekstremitas atas

Jari/bentuk: sindaktili -/-, polindaktili


-/-

121
122

Gerakan: aktif -/-


Kelainan: tidak ada kelainan
e. Ekstremitas bawah
Jari bentuk:sindaktili -/-, polindaktili -/-
Gerakan: aktif -/-
Kelainan: tidak ada kelainan
Punggung : Tidak ada kelainan kongenital
Genetalia : Terdapat lubang uretra, terdapat 2 testis
padaskrotum
Anus : Terdapat lubang anus

3. Pemeriksaan Refleks
1. Moro : Positif
2. Rooting : Positif
3. Sucking : Positif
4. Grasping : Positif
5. Neck Righting : Tidak dilakukan pengkajian
6. Tonic neck : Tidak dilakukan pengkajiam
7. Startle : Positif
8. Babinski : Tidak dilakukan pengkajian
9. Merangkak : Tidak dilakukan pengkajoan
10. Menari / merangkak : Tidak dilakukan pengkajian’
11. Ekstruasi : Tidak dilakukan pengkajian
12. Gallant”s : Positif

C. ASSESMENT
Bayi R usia 2 minggu dengan neonatus cukup bulan sesuai masa
kehamilan
D. PENATALAKSANAAN
Tanggal : 28 Desember 2020
Waktu : 16.10 WIB

122
123

1. Menginformasikan hasil pemeriksaan kepada ibu bahwa keadaan


bayi dalam batas normal. Ibu mengerti
2. Menganjurkan kepada ibu untuk selalu menjaga kengahangatan bayi
dengan membungkus bayi dengan kain bersih dan kering untuk
mencegah hipotermi. Ibu mengerti dan berusaha melakukannya
3. Menganjurkan ibu untuk menjermur bayinya setiap pagi dalam
keadaan mata di tutup dan bayi telanjang. Ibu mengerti dan bersedia
melakukakannya
4. Memberitahu ibu tetap menjaga kebersihan pada bayinya selalu
menggati baju dan popok setiap hari. Ibu mengerti dan bersedia
melakukannya
5. Menjelaskan kepada ibu tanda bahaya pada bayi baru lahir
diantaranya yaitu demam, perdarahan tali pusat, kesulitan bernafas,
warna kulit biru atau kuning. Ibu mngerti dan memahami
6. Mengajarkan ibu untuk memandikan bayi serta merawat tali pusat
diberikan kassa steril saja. Ibu mengerti dan memahami

3.4.4 Pendokumentasian Asuhan Kebidanan Neonatus IV


I. Pengkajian Asuhan Neonatus IV
Tanggal Pengkajian : 10 Januari 2021
Jam : 07.00 WIB
A. Data Subjektif
1. Keluhan Utama :
Ibu mengatakan ingin melakukan imunisasi pada bayinya umur 1 bulan
2. Riwayat kesehatan yang lalu :
3. Penyakit yang lalu : ibu mengatakan anaknya tidak pernah
menderita penyakit apapun
4. Riwayat perawatan : ibu mengatakan anaknya tida pernah
dirawat
5. Riwayat operasi : ibu mengatakan anaknya tidak pernah diopeasi
6. Riwayat imunisasi
(√ ) hepatitis0 (-) IPV
(√ ) BCG/Polio 1 (-) Campak

123
124

(-) pentavalen/polio 2 (-) pentavalen lanjutan


(-) pentavalen 2/polio 3 (-) Campak Lanjutan
(-) pentavalen 3/polio 4 (-) lain-lain
7. Pola Pemenuhan Kebutuhan Sehari-hari
Nutrisi
Ibu mengaakan bayinya minum ASI 2 jam sekali, keluhan : tidak ada
8. Pola istirahat
Tidur siang : 4-5 jam
Tidur malam : 10-11 jam
9. Eliminasi
BAK : 8-10 kali perhari
BAB : 2-3 kali perhari
10. Personal hygiene
Mandi : 2 kali sehari
Ganti pakaian : ganti pakaian 2x hari, ganti popok setiap BAK dan
BAB
B. Data Objektif
1. Pemeriksaan Umum
Keadaan Umum : Baik
Tanda-tanda Vital : Nadi : 132x/menit
Pernafasan : 36x/menit
Suhu : 36,4°C
BB : 4900 gram
PB : 52 cm
2. Pemeriksaan Fisik Khusus

Kulit : warnah merah mudah, terdapat lanugo.


Kepala :Tidak teraba benjolan abnormal, tidak ada caput
susedanum, tidak ada cephal haematoma,
rambut tipis warna hitam
Mata : Konjungtiva merah mudah +/+, sclera putih +/+,
simetris
Telinga : Simetris, serumen berlebihan -/-, terdapat
lubang +/+

124
125

Hidung : Secret berlebihan -/-, terdapat lubang hidung


Mulut :Tidak ada labioskisis, tidak ada
labiopalatoskisis,bibir merah
Leher : Tidak ada peembegkakan kelenjar tiroid
Klavikula : Tidak ada kelainan kongenital, tidak ada fraktur
Dada : Simetris, tidak tampak retraksi dinding dada
Abdomen : Bising usus(+), tidak teraba benjolan abnormal
Umbilicus : Tali pusat sudah lepas
Ekstremitas : a. Ekstremitas atas

Jari/bentuk: sindaktili -/-, polindaktili -/-


Gerakan: aktif -/-
Kelainan: tidak ada kelainan
f. Ekstremitas bawah
Jari bentuk:sindaktili -/-, polindaktili -/-
Gerakan: aktif -/-
Kelainan: tidak ada kelainan
Punggung : Tidak ada kelainan kongenital
Genetalia :Terdapat lubang uretra, terdapat 2 testis
padaskrotum
Anus : Terdapat lubang anus

3. Pemeriksaan Refleks
Moro : Positif
Rooting : Positif
Sucking : Positif
Grasping : Positif
Neck Righting : Tidak dilakukan pengkajian
Tonic neck : Tidak dilakukan pengkajiam
Startle : Positif
Babinski : Tidak dilakukan pengkajian
Merangkak : Tidak dilakukan pengkajoan
Menari / merangkak : Tidak dilakukan pengkajian’
Ekstruasi : Tidak dilakukan pengkajian
Gallant”s : Positif

125
126

C. ASSESMENT
Bayi R usia 28 hari dengan neonatus cukup bulan sesuai masa kehamilan
D. PENATALAKSANAAN
Tanggal : 10 Desember 2020
Waktu : 07.10 WIB
1. Menginformasikan hasil pemeriksaan kepada ibu bahwa keadaan bayi
dalam batas normal. Ibu mengerti
2. Menidurkan bayi di Bed
3. Menyiapkan alat untuk imunisasi BCG
- Membuka ampul vaksin
- Melarutkan vaksin BCG dengan pelarut BCG
- Menggoyangkan-goyangkan ampul vaksin hingga vaksin larut secara
merata
- Menghisapt vaksin BCG ke dalam spuit
4. Memberikan tetesan polio 2x tetes pada mulut bayi
5. Membersikan daera yang akan disuntik yaitu di lengan kanan dengan
kapas alcohol
6. Melakukan penyuntikkan di 1/3 bagian lengan kanan atas secara intra
cuttan
7. Memberikan KIE pada ibu:
- Menganjurkan kepada ibu untuk selalu menjaga kengahangatan bayi
dengan membungkus bayi dengan kain bersih dan kering untuk
mencegah hipotermi. Ibu mengerti dan berusaha melakukannya
- Menganjurkan ibu untuk menjermur bayinya setiap pagi dalam
keadaan mata di tutup dan bayi telanjang. Ibu mengerti dan bersedia
melakukakannya
- Memberitahu ibu tetap menjaga kebersihan pada bayinya selalu
menggati baju dan popok setiap hari. Ibu mengerti dan bersedia
melkukannya
- Menjelaskan kepada ibu tanda bahaya pada bayi baru lahir
diantaranya yaitu demam, perdarahan tali pusat, kesulitan bernafas,
warna kulit biru atau kuning. Ibu mngerti dan memahami

126
127

- Mengajarkan ibu untuk memandikan bayi serta merawat tali pusat


diberikan kassa steril saja. Ibu mengerti dan memahami
8. Melakukan dokumentasi pada buku KIA untuk melakukan penjadwalan
ulang yaitu 1 bulan lagi tanggal 10 februari 2021 imunisasi DPT HB 1
dan Polio 2

3.5 Asuhan Kebidanan Keluarga Berencana

Tanggal : 10 Januari 2021


Waktu : 17.00 WIB
A. Data Subjektif
1. Keluhan Utama
Ibu mengatakan ingin memakai KB suntik 3 bulan
2. Pemenuhan Kebutuhn Sehari-hari
a) Pola nutrisi
Setelah melahirkan
Makan :3x/hari
Minum : 4-5 gelas/hari
b) Pola eliminasi
Setelah melahirkan
BAK : 3x/hari
BAB : 3 hari sekali/jarang-jarang
c) Istirahat
Setelah melahirkan
Tidur : siang : ±2jam
Malam : ± 6jam/kadang-kadang
terbangun karena menyusui
d) Personal Hygiene
Setelah melahirkan
Mandi & gosok gigi : 2x/hari
Ganti pakaian : 1x/hari
e) Aktivitas
Sehari-hari seperti sebeum hamil (nyapu,ngepel,cuci baju)
f) Hubungan seksual

127
128

Keluhan : tidak ada keluhan saat melakukan hubungan seksual


B. Data Objektif
1. Pemeriksaan Umum
a) Keadaan Umum : Baik
b) Kesadaraan : Composmentis
c) Keadaan Emosional : Baik
d) Tanda-tanda Vital
Tekanan darah : 110/80 mmHg
Nadi : 82x/menit
Pernafasan : 20x/menit
Suhu : 36,6°C
2. Pemeriksaan Fisik
a) Payudara : tidak ada benjolan abnormal, pengeluaran ASI lancar
b) Ekstremitas
a. Ektremitas atas : oedema -/-, nyeri -/-, ada luka pada lengan -/-
b. Ekstremitas bawah : oedema-/-, nyeri -/-
C. Asessment
Ny. A usia 30 tahun P3Ab0 dengan akseptor baru KB suntik 3 bulan
D. Penatalaksanaan
Tanggal : 10 Januari 2020
Waktu : 17.05 WIB
1. Melakukan pendekatan pada ibu/klien dengan bersikap ramah dan
sopan. Ibu dan keluarga menyambut dengan baik maskud dan tujuan
yang akan di berikan
2. Menjelaskan tentang efek samping alat kontrasepsi MKJP
3. Menjelaskan tentang keuntungan dan kerugian KB 3 bulan
1. Keuntungan KB suntik 3 bulan
1) Sangat efektif
2) Pencegahan kehamilan jangka panjang
3) Tidak berpngaruh pada hubungan suami istri
4) Tidak mengandung estrogen sehingga tidak berdampak serius
terhadap penyakit jantung dan gangguan pembekuan darah
5) Tidak memiliki pengaruh terhadap ASI

128
129

6) Dapat di gunakan oleh perempuan berusia lebih dari 35 ahun


sampai menoupouse
2. Kerugian KB suntik 3 bulan
1) Sering ditemukan gangguan haid
2) Klien bergantung pada tempat sarana kesehatan
3) Tidak dapat dihentikan sewaktu-waktu sebelum suntikan
berikutnya
4) Permasalahan berat badan sering kali ditemukan
5) Tdk terjamin [erlindungan terhadap penularan hepatitis B atau
virus HIV
6) Terlambatnya kembali masa subur setelah penghentian
pemakaian
7) Pada penggunaan jangka panjang dapat menimbulkan
kekeringan pada vagina menurunkan libido gangguan emosi,
sakit kepala, nervositas jerawat

3. Menyiapkan alat KB suntik 3 bulan


a) Alat-alat
1. Spuit 3 cc
2. Triclofem
3. Kapas beralkohol
b) Langkah-langkah
1. Menyedot cairan triclofem ke dalam spuit 3 cc sebanyak 1 mL
2. Mendekatkan alat ke dekat pasien
3. Lalu menyuruh ibu untuk tidur tengkurap
4. Lalu membersihkan lokasi penyuntikan dengan kapas beralkohol
5. Lalu menyuntikkan ke ibu secara IM
4. Dokumentasi dan menulis dibuku catatan buku KB
5. Menyarankan ibu kembali tanggal 27 Maret 2021

129
BAB IV
PEMBAHASAN

Pada hasil studi kasus ini, penulis menyajikan pembahasan


membandingkan antara teori dengan asuhan yang diterapkan pada Ny. A
mulai dari kehaamilan TM III sampai dengan penggunan kontrasepsi.
Berdasarkan hasil studi kasus Ny. A yang dilaksanakan mulai tangga 25
November 2020 sampai tanggal 20 Januari 2021 yaitu usia kehamilan 36
minggu 3 hari sampai dengan penggunaan kontrasepsi, penulis melakukan
pembahasan yang menghubungkan antara teori dengan kasus yang di alami
oleh Ny. A.
4.1 Asuhan Kehamilan
Pembahasan yang pertama adalah tentang pemeriksaan pada Antenatal
Care yang dilakukan kepada Ny. A dengan kehamilan normal di PMB Yulida
Ti’ani Singosari kabupaten Malang. Berikut akan disajikan data-data yang
mendukung untuk dibahas dalam pembahsan tentang Antenatal Care.
Dalam pembahasan yang berkaitandengan Antenatal Care maka, dapat
diperoleh data pada berikut ini:
Kunjungan awal pada Ny. A di dapatkan hasil pengkajian Ny.A hamil
anak ke 3, usia anak terakhir Ny.A berusia 1 tahun 5 bulan. Berdasarkan
teori Departemen Kesehatan Republik Indonesia (2010) salah satu resiko
kehamilan pada ibu hamil yaitu jarak persalinan terakhir dan kehamilan
sekarang < 2 tahun. Dan alasan paling sering disebut oleh wanita hamil
dengan jarak kehamilan terlalu dekat adalah kegagalan KB, menyusui
sebelum hamil, dan faktor keinginan suami untuk memiliki anak lagi
(Hamdela, 2004). Menurut penulis, dari pengkajian kepada ibu jika ibu
mengatakan bila ibu mengatakan jika kehamilannya tidak terjadi karena
kegagalan KB. Berdasarkan data diatas terdapat kesenjangan antara teori
dan praktik dimana ibu hamil anak ketiga tersebut karena kegagalan
kontrasepsi.
Menurut (Affandi, 2015) jarak kehamilan yang terlalu dekat
menyebabkan ibu mempunyai waktu singkat untuk memulihkan kondisi

130
131

rahimnya agar bisa kembali ke kondisi sebelumnya. Pada ibu hamil dengan
jarak yang terlalu dekat akan mengalami peningkatan resiko terjadi
perdarahan persalinan, plasenta previa, anemia dan kematian maternal
karena seorang ibu setelah melahirkan memerlukan 2 atau 3 tahun untuk
dapat memulihkan kondisi tubuhnya dan mempersiapkan diri untuk
persalinan yang berikutnya.
Keadaan dimana paien hamil dalam kurun waktu < 2 tahun menurut
pendapat penulis adalah sebaiknya ibu tidak hamil dalam kurun waktu < 2
tahun setelah melahirkan anak sebelumnya, karena akan mempengaruhi
kesehatan sistem reproduksi ibu tersebut.
Dari pengkajian yang di dapat dari ibu jika usia anak terakhir ibu 1,5
tahuN. Menurut Puji Rohjati (2014), untuk melakukan screening atau deteksi
dini ibu beresiko tinggi dapat digunakan Score Puji Rohjati. Dimana dengan
Score Puji Rohjati ini kita dapat merencanakan persalinan ibu pada
kehamilan sekarang. Score Puji Rochjati dikaji sekali dalam kehamilan
kecuali perkembangan kehamilan menjadi patologis sehingga dikaji ulang
Score Puji Rochjati. Skor yang didapat pada ibu hamil jarak terlalu dekat
yaitu 6, skor awal ibu hamil 2 dan skor ibu hamil jarak kehamilan <2 tahun 4.
Skor 6–10 : Kehamilan resiko tinggi, perawatan oleh bidan dan dokter,
rujukan di bidan dan puskesmas. Berdasarkan teori yang didapatkan terlalu
cepat untuk hamil lagi/kehamilan terlalu dekat<2tahun dapat membahayakan
untuk janin dan juga ibu, karna dapat menyebabkan perdarahan pasca
persalinan, kematian dan kecacatan bayi serta Berat Bayi Lahir Rendah
(BBLR). Pada KSPR terlalu cepat hamil memiliki skor 4 (Fauzy &
Fourianalistyawati, 2018). Menurut penulis, pada kunjungan pertama
kehamilan pada Ny. A tidak terdapat keluhan, sehingga terdapat
kesenjangan antara teori dan praktik.
Resiko yang dapat terjadi pada Ny.A dapat di cegah dengan
memberikan konseling pada ibu tentang resiko jarak kehamilan terlalu dekat
dan memberi konseling pada ibu dampak jarak kehamilan yang terlalu dekat
( Manuaba dkk, 2012). Menurut penulis, sudah memberikan asuhan sesuai
dengan teori memberi KIE dampak jarak kehamilan yang terlalu dekat.
Sehingga, tidak terdapat kesenjangan antara teori dan praktik.

131
132

Pada usia kehamilan 7-9 minggu, Ny. A mengeluh mual dan muntah dan
pada usia kehamilan 36-37 Minggu mengeluh sering BAK. Menurut penulis
selama kehamilan Trimester III sering terjadi ketidaknyamanan seperti sering
BAK karena semakin besar uterus akan semakin menekan kandung kemih.
Menurut (Kusmiyati, 2010) sering kencing merupakan hal yang fisiologis
Pada kehamilan tahap lanjut, pelvis ginjal kanan dan ureter lebih berdilatasi
daripada pelvis kiri akibat pergeseran uterus yang berat ke kanan akibat
terdapat kolon rektosigmoid di sebelah kiri. Sehingga, antara teori dan praktik
tidak terdapat kesenjangan teori.

Pada pemeriksaan ANC yang diberikan kepada Ny. A menggunakan


standart 10T (tinggi badan dan timbang berat badan, ukur tekanan darah,
Nilai status gizi (ukur LILA), tingg fundus uteri (TFU), Tablet Fe, Imunisasi
TT, Pemeriksaan Lab, Tentukan Presentasi janin dan DJJ, Tata Laksana
Kasus, Temu Wicara/Konseling) (Permenkes, 2014). Menurut penulis, sudah
memberikan asuhan sesuai teori, Sehingga tidak terjadi kesenjangan antara
teori dan praktik.
4.2 Asuhan Persalinan
Kala I pada kasus ini di dasari dengan adanya kenceng – kenceng
dan mengeluarkan lendir bercampur darah sejak sejak tanggal 13-12-
2020, jam 20.30 WIB. Datang ke bidan tanggal 14-12-2020 jam 04.00
WIB, pada saat pemeriksaan frekuensi his 3x dalam 10 menit lamanya
35 detik. Pada pemeriksaan dalam ditemukan pembukaan 3 cm,
effacement 25%, ketuban (+), bagian terendah kepala, bagian terdahulu
UUK, bidang hodge II-III, molase 0. Menurut (Eka, 2014) tanda-tanda
persalinan yaitu terjadinya HIS, keluarnya lendir daan daarah, terkadang
disertai ketuban pecah, dan dilatasi dn effacement. Menurut penulis, ibu
sudah mengalami tanda-tanda persalinan sesuai teori, sehingga tidak
terjadi kesenjangan antara teori dan praktik.
Kala I Ny. A berlangsung selama 4 jam. Yang terjadi pada Ny. A
berlangsung selama 4 jam di mulai dari pembukaan 3cm jam 04.00 wib
sampai pembukaan 10cm jam 08.00 wib. Menurut teori, Kala I
persalinan dimulai sejak terjadinya kontraksi uterus yang teratur dan

132
133

meningkat (frekuensi dan kekuatannya) hingga serviks membuka


lengkap (10 cm) (Kumalasari, 2015). Persalinan kala I dibagi menjadi
dua fase, yaitu fase laten dan fase aktif. Fase laten dimana pembukaan
serviks berlangsung lambat dimulai sejak awal kontraksi yang
menyebabkan penipisan dan pembukaan secara bertahap sampai
pembukaan 3 cm, berlangsung dalam 7-8 jam. Fase aktif (pembukaan
serviks 4-10 cm), berlangsung selama 6 jam dan dibagi menjadi periode
akselerasi, dilatasi maksimal, dan deselerasi (Rohani, 2011). Menurut
penulis, pada fase laten ibu hanya berlangsung 4 jam, sehingga dalam
hal ini terjadi kesenjangan antara teori dan praktik namun tidak terjadi
masalah atau komplikasi karena keadaan umum ibu dan janin dalam
batas normal.
Asuhan yang di berikan pada Ny. A pada kala I yaitu menganjurkan
ibu untuk miring kiri supaya penurunan kepala bayi lebih cepat,
menganjurkan ibu makan dan minum jika tidak ada kontraksi untuk
kebutuhan energi saat meneran, menganjurkan ibu relaksasi saat ada
kontraksi untuk mengurangi rasa nyeri dengan cara menghirup oksigen
dari hidung dan di keluarkan lewat mulut, menganjurkan ibu tidak
menahan buang air kecil agar tidak menghambat penurunan kepala serta
memberitahu ibu untuk memilih pendamping persalinan. Menurut
penulis, sudah memberikan asuhan sesuai dengan teori yaitu
memberikan asuhan sayang ibu yang bertujuan untuk memberi rasa
nyaman serta mengurangi kecemasan dan juga rasa sakit akibat
kontraksi. Sehingga tidak terjadi kesenjangan antara teori dan praktik.
Pada kasus Ny. A mengalami kontraksi yang semakin lama semakin
sering serta ada dorongan untuk meneran, tekanan pada anus, vulva
membuka dan perineum menonjol. Pada pemeriksaan dalam tanggal 14-
12-2020 pukul 08.00 WIB oleh bidan didapatkan hasil pembukaan 10 cm,
effacment 100%, ketuban (-), bagian terendah kepala, bagian terdahulu
UUK, Hodge III, molase 0. Persiapan proses persalinan kala II ini yaitu
memberitahukan cara meneran yang benar dan mengatur posisi ibu.
Posisi yang dianjurkan adalah posisi semi sitting atau posisi setengah
duduk. Yang diambil oleh Ny. A adalah posisi setengah duduk dimana

133
134

menurut teori posisi tersebut dapat membantu untuk turunnya kepala.


Pada Ny. A kala II berlangsung 20 menit dan menurut teori pada
primigravida kala II berlangsung kurang lebih 2jam dan primigravida
berlangsung kurang lebih 50-60 menit (manuaba, 2010). Menurut
penulis, kasus pada Ny. A kala II berlangsung 20 menit tidak lebih dari
60 menit sehingga tidak terdapat kesenjangan antara teori dan praktek
dan tidak terjadi masalah atau komplikasi karena keadaan umum ibu dan
janin dalam batas normal.
Dalam kasus Ny. A pada kala III didapatkan data bahwa setelah 1
menit bayi lahir dilakukan penyuntikan oksitosin 10 UI secara IM pada
paha atas bagian distal lateral, plasenta lahir pada pukul 08:30 WIB
dengan hasil pemeriksaan plasenta yaitu selaput ketuban tidak
lengkap,diameter 22 cm, jumlah kotiledon lengkap (18), panjang tali
pusat 50 cm dan lama kala III pada Ny. A 10 menit. Setelah plasenta
lahir, asuhan yang diberikan pada Ny. A antara lain mengawasi
perdarahan post partum, memeriksa tinggi fundus uteri, kontraksi uterus,
memeriksa terjadinya laserasi, kandung kemih dan keadaan umum ibu.
Menurut Lailiyana (2011) kala III dimulai setelah lahirnya dan berakhirnya
dengan lahirnya plasenta dan selaput janin. Menurut penulis, sudah
memberikan asuhan sesuai dengan teori manajemen aktif kala III yaitu
melakukan penyuntikan oksitosin, melakukan peregangan tali pusat,
melakukan masase uterus, serta biasanya plasenta lepas dalam 15-30
menit setelah bayi lahir. Dalam hal ini tidak terdapat kesenjangan antara
teori dan praktek, tidak terjadi masalah dan komplikasi karena kontraksi
ibu baik.
Pada kala IV ini Ny. A di dapatkan data bahwa tekanan darah ibu
110/70 mmHg, nadi 82x/menit, suhu 36,7 C, perdarahan ± 350 cc, tinggi
fundus uteri setinggi pusat, kontraksi uterus lembek dan dalam, kandung
kemih kosong, terdapat laserasi pada derajat 2 dan dilakukan penjahitan
dengan anastesi. Dalam hal ini sesuai dengan teori pemantauan kala IV
meliputi tekanan darah, nadi, suhu, tinggi fundus uteri, kontraksi uterus,
kandung kemih, dan perdarahan setiap 15 menit pada jam pertama dan
30 menit pada jam kedua persalinan. Asuhan yang diberikan pada kala

134
135

IV yaitu mengajarkan ibu atau keluarga masase fundus uteri dengan


diajarkan terlebih dahulu untuk memantau kontraksi. Hal ini dilakukan
untuk mencegah perdarahan post partum. Oleh karena itu, penulis
melakukan observasi tersebut setiap 15 menit pada jam pertama setelah
melahirkan dan setiap 30 menit pada jam kedua setelah melahirkan.
pemberian tablet paracetamol 3x1 dan Asame Fenamat 2x1 untuk
mencegah nyeri pada luka bekas jahitan, vitamin A 2000 IU 1x1,
Hufabion 1x1 sebagai vitamin ibu setelah melahirkan.
Pada pemantauan kala IV-2 jam post partum ibu mengalami
perdarahan terus menerus ±350 cc dan TFU 1 jari diatat pusat, KU:
lemas, kes: CM, TD: 80/70mmHg, N:78x/menit S:36,9ºC RR:20x/menit.
Menurut (Barus,2018) resiko kemahilan dengan jarak terlalu dekat yaitu
resiko perdarahan, atonia uteri, retensio plasenta. Penyebab terjadinya
perdarahan post partum, secara mudah adalah 4T yaitu Tonnus (atonia
uteri,kandung kemih yang distensi), Tissue (retensi plasenta (sisa
plasenta) dan bekuan darah), Trauma (perlukaan pada
vagina,serviks/uterus), Thrombin (gangguan pembekuaan
darah(bawaan/didapat). salah satu yang terjadi pada ibu yaitu
perdarahan akibat Tissue (rest plasenta), rest plasenta adalah
tertinggalnya sisa plasenta dan membrannya dalam kavum uteri
(Saifuddin, A.B, 2010). Menurut penulis, pada kala IV ini dilalukan
observasi ketat karena perdarahan terus menerus dan ganti underped
sampai 2 kali, keadaan ibu sangat lemas, uterus 1 jari diatas pusat dan
uterus lembek. Tindakan yang dilakukan yaitu eksplorasi cavum uteri
tetapi perdarhan terus menerus tidak berhenti. Setelah 2 jam post
partum dilakukan rujukan ke RS Prasetya Husada. Setelah sampai di
RS Prasetya Husada ibu di beri misoprostol per rektal dan di cek HB.

Menurut teori resiko kehamilan terlalu dekat yaitu resiko


perdarahan, atonia uteri, retensio plasenta (Saifuddin, A.B, 2010).
Menurut penulis, pada 2 jam postpartum klien mengalami perdarahan
dan uterus lembek dan dilakukan observasi ketat dan di rujuk ke RS
Prasetya Husada dan setelah diperiksa dokter penyebab terjadinya

135
136

perdarahan dan uterus lembek yaitu ada selaput plasenta


tertinggal/retensio plasenta. Sehingga dalam hal ini tidak terdapat
kesenjangan antara teori dan praktek dan terjadi masalah atau
komplikasi karena keadaan umum ibu sangat lemah dan terjadi
perdarahan.

4.3 Asuhan Bayi Baru Lahir


Bayi Ny. A lahir pada tanggal 14-12-2020 pukul 08.20 WIB
segera setelah lahir bayi menangis kuat, gerakan aktif, warna kulit
kemerahan, jenis kelamin bayi laki-laki, BB: 3700 gram, PB: 48 cm, LK:
33 cm, LD: 32 cm, caput (-), cepal (-). Segera setelah bayi lahir, penulis
menetekkan bayi pada Ny. A dengan melakukan proses Inisiasi
Menyusui Dini (IMD) untuk mempererat hubungan ibu dan bayi.
Kemudian melakukan penilaian pada bayi dengan hasil gerak aktif,
warna kulit kemerahan, dan menangis kuat, melakukan perawatan tali
pusat pada bayi dan menjaga kehangatan pada bayi, dan tidak
memandikan bayi 6 jam setelah bayi lahir. Pada bayi Ny. A penulis
memberikan vitamin K 1 mg secara IM, salep mata sebagai pencegahan
infeksi, memberikan Imunisasi HB 0 setelah satu jam pemberian vit K.
Sehingga tidak ada kesenjangan antara teori dan praktek.
Pada bayi baru lahir biasanya obat mata digunakan untuk
membersihkan mata bayi dari air ketuban yang menempel pada bagian
mata bayi tersebut. Bayi bisa saja terkena air ketuban jika ia lahir dengan
ketuban keruh, preeklamsi, vacum, jalan lahir macet atau kejadian lain
serupa yang dapat mengganggu mata bayi untuk melihat secara jernih
(Depkes RI, 2011).
Surjono, 2011 mengatakan bayi baru lahir cenderung mengalami
defisiensi vitamin K karena cadangan vitamin K dalam hati relatif masih
rendah, sedikitnya transfer vitamin K melalui tali pusat, rendahnya kadar
vitamin K pada ASI, dan saluran pencernaan bayi baru lahir yang masih
steril. Kekurangan vitamin K berisiko tinggi bagi bayi sehingga
mengakibatkan Vitamin K Deficiency Bleeding (VKDB).

136
137

Hepatitis B adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi virus


yang dapat berujung pada infeksi hati kronis. Penyakit ini tergolong dalam
penyakit menular, dan cukup banyak menyerang anak-anak. Penyebaran
virus hepatitis B terjadi melalui darah dan cara tubuh lainnya. Pemberian
vaksin hepatitis B pun dinilai penting diberikan pada bayi baru lahir, karena
bayi memiliki resiko tinggi terkena penyakit hepatitis B dari ibu yang
terinfeksi virus, baik terlahir melalui persalinan normal maupus Caesar.
Menurut penulis tidak ada menemukan masalah antara teori
dengan praktik karena kondisi bayi yang stabil penulis dan bidan segera
memberikan asuhan BBL sebagai upaya untuk mencegah defisiensi
vitamin K, memberikan kekebalan tubuh pada bayi terhadap penyakit
hepatitis B dan mencegah terjadinya infeksi pada mata bayi.
Pada kunjungan neonatus dilakukan sebanyak 3 kali. Hal ini
sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa kunjungan neonatus
dilakukan minimal 3 kali yaitu pada kunjungan I (6-48 jam pertama bayi
baru lahir), kunjungan II (3-7 hari bayi baru lahir), dan kunjungan III (8-
28 hari bayi baru lahir). Pada kunjungan I (6 jam setelah bayi lahir) bayi
Ny. A pada anamnesa bayi dalam keadaan sehat. Pada pemeriksaan
fisik didapatkan hasil pernafasan 36x/menit, suhu 36,2˚C, nadi
136x/menit, panjang badan 48 cm, berat badan 3700 gram. Asuhan
yang diberikan pada bayi baru lahir usia 6 jam yaitu memandikan bayi
setelah 6 jam bayi baru lahir mulai dari muka, kepala, telinga, leher,
dada, perut, tali pusat, lengan, ketiak, punggung, kaki, dan terakhir alat
kelamin serta bokong, menganjurkan ibu/keluarga untuk tetap menjaga
bayi tetap hangat dan menjaga kebersihan bayi dengan segera
mengganti popok bayi bila bayi BAB atau BAK dengan popok
kering,memberikan KIE cara perawatan tali pusat dengan membungkus
seluruh permukaan tali pusat dengan kassa steril tanpa di bubuhi
dengan apapun, menganjurkan ibu mengganti kassa steril pada tali
pusat jika kassa basah dan terkena air kencing bayi, menganjurkan ibu
menyusui bayinya setiap 2 jam sekali atau sewaktu waktu, mengajarkan
ibu memposisikan bayinya dan tepuk punggung bayi secara perlahan
setelah menyusu sampai bersendawa agar tidak muntah dan tersedak

137
138

dan menganjurkan ibu memberikan ASI eksklusif selama 6 bulan tanpa


makan pendamping apapun.sehingga tidak terdapat kesenjangan antara
teori dan praktek.
Pada kunjungan I (6 hari setelah bayi lahir) bayi “R” pada
anamnesa keluarga mengatakan tidak ada keluhan apa-apa dengan
bayinya. Pada pemeriksaan fisik didapatkan hasil pernafasan 38x/menit,
suhu 36,4˚C, nadi 134x/menit. Asuhan yang diberikan yaitu,
menganjurkan ibu menjemur bayi di pagi hari antara pukul 7-8 pagi
tanpa berpakaian hanya menggunakan popok dan penutup mata,
menganjurkan ibu menyusui bayinya setiap 2 jam sekali dan sewaktu
waktu, dan mengingatkan ibu agar tetap memberikan ASI Eksklusif
selama 6 bulan kepada bayi dan tidak memberikan makanan atau
minuman tambahan. Sehingga tidak terdapat kesenjangan antara teori
dan praktek.
Pada kunjungan II (14 hari setelah bayi lahir) bayi “R” pada
anamnesa ibu mengatakan tidak ada keluhan apa-apa dengan bayinya.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan hasil pernafasan 36x/menit, suhu
36,7˚C, nadi 134x/menit, BB 4300gram, PB 50 cm. Asuhan yang
diberikan yaitu, Menganjurkan kepada ibu untuk selalu menjaga
kengahangatan bayi dengan membungkus bayi dengan kain bersih dan
kering untuk mencegah hipotermi. Menganjurkan ibu untuk menjermur
bayinya setiap pagi dalam keadaan mata di tutup dan bayi telanjang.
Memberitahu ibu tetap menjaga kebersihan pada bayinya selalu
menggati baju dan popok setiap hari. Menjelaskan kepada ibu tanda
bahaya pada bayi baru lahir diantaranya yaitu demam, perdarahan tali
pusat, kesulitan bernafas, warna kulit biru atau kuning. Mengajarkan ibu
untuk memandikan bayi serta merawat tali pusat diberikan kassa steril
saja. Serta memberitahu pada ibu pada saat bayi berusia satu bulan
atau pada tanggal 10 januari 2021 pukul 08.00-11.00 wib untuk
membawa ke fasilitas kesehatan untuk mendapatkan vaksin BCG dan
Polio 1 serta tidak lupa untuk membawa buku KIA
Pada kunjungan III (28 hari setelah bayi lahir) pada anamnesa
bayi sehat. Pada pemeriksaan fisik didapatkan hasil BB: 4900 gram, PB:

138
139

52 cm, nadi 132x/menit, suhu 36,4˚C, pernafasan 36x/menit. Asuhan


yang diberikan yaitu melakukan vaksinasi pada bayi “R”, mengingatkan
ibu untuk menyusui secara ekslusif dan tidak memberikan makanan
apapun kecuali ASI dan memberitahu pada ibu pada saat bayi berusia
dua bulan atau pada tanggal 10 februari 2021 agar bayi dibawa ke
fasilitas kesehatan untuk mendapatkan vaksin DPT 1 dan Polio 2 serta
tidak lupa untuk membawa buku KIA. Menurut penulis, pada asuhan
neonatus yang telah di berikan tidak terdapat kesenjangan antara teori
dan praktik.
4.4 Asuhan Pada Masa Nifas
Pada asuhan masa nifas pada Ny. A dilakukan kunjungan
sebanyak 4 kali yaitu pada 3 hari post partum, 9 hari post partum, 28
hari setelah persalinan dan 40 hari setelah persalinan. Hal ini sesuai
dengan teori menurut PP IBI, 2016 yang menyebutkan bahwa
kunjungan masa nifas paling sedikit dilakukan sebanyak 4 kali yaitu
Kunjungan I (6-8 jam post partum), Kunjungan II (6 hari post partum),
Kunjungan III (2 minggu post partum), dan kunjungan IV (6 minggu post
partum). Menurut penulis, pada asuhan nifas sudah memberikan asuhan
nifas yang sesuai sehingga tidak terdapat kesenjengan antara teori dan
praktik.
Pada kunjungan I (3 hari post partum) saat melakukan anamnesa
ibu. Ibu mengatakan perutnya masih sedikit mulas karena ada selaput
plasenta ada yang tertinggal sedikit lalu sama dokternya diberi obat
yaitu ergometrin tablet untuk melunturkan sisa selaput plasenta. Pada
pemeriksaan fisik didapatkan hasil tekanan darah 110/80 mmHg, nadi
82x/menit, RR 20x/menit, suhu 36,40C, TFU teraba dipertengahan
symphisis dan pusat, kontraksi uterus baik, kandung kemih kosong,
perdarahan yang keluar berwarna merah kecoklatan (lochea
sanguinolenta), perdarahan ±20cc, tanda human (-/-), CVAT (-/-).
Asuhan yang di berikan yaitu menganjurkan ibu untuk tetap menjaga
kebersihan genetalia yaitu cebok dengan benar dari depan ke belakang
dang anti pembalut jika merasa sudah penuh, mengajarkan ibu cara

139
140

melakukan perawatan payudara dengan kompres hangat dan dingin


serta membersihkan putting susu dengan kapas DTT, Menganjurkan ibu
untuk tidak tarak makan dan mengkonsumsi makanan tinggi
kalori,protein,serat seperti telur, dada ayam, daging sapi, kedelai,
kacang -kacangan, apel, pisang, menganjurkan ibu untuk tidak cebok
dengan air hangat, menganjurkan ibu beristirahat yang cukup untuk
pemulihan tenaga, menjelaskan kepada ibu tentang tanda bahaya masa
nifas yaitu perdarahan setelah melahirkan,lochea berbau busuk,nyeri
pada perut dan panggul,pusing dan lemas yang berlebihan,suhu tubuh >
38˚C, payudara berubah menjadi merah, panas, dan terasa sakit,
perasaan sedih yang berkaitan dengan bayinya, depresi masa nifas dan
menganjurkan kepada ibu untuk pergi ke tenaga kesehatan jika ada
tanda – tanda bahaya masa nifas. Menurut penulis, sudah memberikan
asuhan sesuai dengan teori, sehingga tidak terjadi kesenjangan antara
teori dan praktik.
Pada kunjungan II (9 hari post partum) saat melakukan anamnesa
ibu mengatakan mengeluh payudara membengkak dan ibu mengatakan
jika masih ada selaput plasenta masih ada dan akan dilakukan kuret
pada hari rabu besok tanggal 23 Desember 2020 Pada pemeriksaan
fisik didapatkan hasil tekanan darah 110/80 mmHg, nadi 80x/menit, suhu
36,5˚C, TFU teraba 2 jari di atas sympisis, kandung kemih kosong,
perdarahan yang keluar berwarna merah kecoklatan (lochea
sanguilenta). Asuhan yang diberikan yaitu menjelaskan kepada ibu
bahwa perut mulas yang sedang di alami ibu masih normal di sebabkan
karena hormon oksitosin memicu kontraksi untuk mengembalikan
ukuran rahim seperti sebelum hamil, memberitahu ibu sudah
diperbolehkan melakukan aktivitas seperti biasanya, Serta
menganjurkan ibu agar menjaga personal hygiene dengan baik dan
memberitahu ibu KB yang di anjurkan pada kasus resiko tinggi dengan
usia terlalu muda yaitu metode KB jangka panjang misalnya IUD/AKDR,
implant karena dapat menghambat terjadinya kehamilan mengingat usia
ibu yang terlalu muda dan beresiko besar bagi ibu dan bayi nya jika ibu
hamil dalam waktu dekat. Hal ini sesuai dengan teori dan praktik.

140
141

Pada kunjungan III (28 hari setelah ibu melahirkan) pada saat
anamnesa Ibu mengatakan jika sudah tidak ada keluhan dan selaput
plasenta sudah kluar sebelum dikuret pada tanggal 23 desember 2020
dan ibu ingin menggunakan KB sunik 3 bulan sekarang sekalian. Pada
pemeriksaan umum didapatkan tekanarn darah 120/80 mmHg, nadi
82x/menit, suhu 36,20C, RR 20x/menit, TFU tidak teraba, perdaahan
yang keluar berwarna kuning kecoklatan (lochea serosa). Dan
memberikan asuhan kepadan ibu suntik KB 3 bulan dan memberikan
KIE teknik menyusui yang benar dan menyendawakan bayi setelah
menyusui, istirahat yang cukup, makan makanan yang bergizi, dan
tanda bahaya nifas.
Pada kunjungan IV (40 hari setelah ibu melahirkan) pada saat
anamnesa Ibu mengatakan jika sudah tidak ada keluhan dan ibu
mengatakan ingin mengguakan KB suntik 3 bulan. Pada pemeriksaan
umum didapatkan tekanarn darah 120/80 mmHg, nadi 82x/menit, suhu
36,20C, RR 20x/menit, TFU tidak teraba, perdaahan yang keluar
berwarna putih biasa (lochea albha).
Menurut penulis, sudah memberikan asuhan kepada ibu tentang
tanda bahaya nifas, memberikan konseling untuk memberikan ASI
Eksklusif selama 6 bulan. Sehingga, hal ini sesuai dengan teori dan
praktik dan tidak terdapat kesenjang antara teori dan praktik.
Menurut terori resiko kehamilan jara terlalu dekat pada post
partum yaitu terjadinya perdarahan dan baby blues syndom. Jarak
kelahiran adalah suatu pertimbangan menentukan jarak kelahiran antara
anak berikutnya dengan anak yang lalu. Berbagai sumber mengatakan
bahwa jarak kelahiran sekurang-kurangnya 2 tahun akan mengalami
berbagai resiko mulai dari perdarahan hingga kematian. Perdarahan
post partum akan lebih beresiko terjadi pada responden dengan jarak
kelahiran kurang dari 2 tahun, karena system reproduksi yang belum
kembali berfungsi secara normal (Manuaba, 2010) dan Baby Blues
dimengerti sebagai suatu sindroma gangguan afek ringan yang sering
tampak dalam minggu pertama setelah persalinan dan memuncak pada
hari ke tiga sampai kelima dan menyerang dalam rentang waktu 14 hari

141
142

terhitung setelah persalinan (Arfian, 2012).


Menurut penulis sendiri tidak ada kesesuaian antara teori dengan
kenyataan dimana dalam kasus ini jarak kehamilan terlalu dekat tidak
mengalami post partum baby blus dan ibu tidak mengalami perdarahan
post partum.
4.5 Asuhan Keluarga Berencana (KB)
Asuhan keluarga berencana pada Ny. A dilakukan pada tanggal
10 Januari 2021 dimana ibu sudah memutuskan untuk merencanakan
metode KB suntik 3 bulan. Melakukan suntik 3 bulan sebagai akseptor
baru. Menurut penulis, keadan ibu dalam batas normal semua, serta
rencana ibu untuk memilih KB suntik 3 bulan adalah hal yang efektif
karena ibu tidak mau menggunakn KB jangka panjang dan juga KB suntik
3 bulan tidak mempengaruhi produk ASI.
Keadaan umum baik. Kesadaran composmentis. Tekanan darah
110/80 mmHg, Nadi 82x/menit, Pernafasan 20x/menit, Suhu 36,6°C.
konjungtiva merah muda, sclera putih, genetalia tampak keluar lochea
alba, warna putih. Ekstremitas tidak odema, tidak tampak varises.
Berdasarkan analisa dapat di diagnose Ny. A usia 31 Tahun
PIIIAb0 dengan perencanaan KB Suntik 3 Bulan. Berdasarkan hasil diatas
Ny. A masih dalam batas normal, sehingga tidak terdapat kesenjangan
dalam teori ataupun praktik.
Menurut penulis, sudah memberikan asuhan KB yaitu
memberikan KIE tentang macam-macam KB, kontraindikasi, efek
samping, keuntungan dan kerugian. Namum ibu memilih tidak ingin
menggunakan KB yang sesuai dengan jarak kehamilan terlalu dekat
dengan alasan tidak diperbolehkan oleh suami dan ibu memilih untuk
menggunakan KB suntik 3 bulan. Sehingga dapat di simpulkan bahwa
ada kesenjangan antara teori dan praktik, dimana menurut Kemenkes RI,
2013 untuk mengatur jarak kehamilan dengan jarak terlalu dekat dapat
menggunakan metode kontrasepsi jangka panjang (MKJP) tidak
permanen maupun permanen untuk proses pemulihan Rahim dari
kehamilan sebelumnya dan sekaligus menjaga jarak kelahiran yang aman
dan sehat. MKJP merupakan alat kontrasepsi untuk menunda,

142
143

menjarangkan kehamilan serta menghentikan kesuburan yang digunakan


dalam jangka panjang. Selain itu, MKJP lebih rasional dan mempunyai
efek samping sedikit. Sehingga terdapat kesenjangan antara teori dan
praktik.

143
BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Setelah pnyusun melakukan asuhan manajemen kebidanan


dengan menggunakan pendekatan komprehensif dan pendokumentasian
menggunakan SOAP pada Ny. A dari kehamilan trimester III dengan
kehamilan jarak terlalu dekat sampai penggunaan alat kontrasepsi di PMB
Yulida Ti’ani Singosari yang dimulai sejak 25 November 2020 sampai 10
Januari 2021. Maka dapat disimpulkan:
1. Penyusun mampu melakukan pengkajian awal pada Ny. A seperti
biodata, keluhan utama, riwayat kehamilan, persalinan, nifas, KB yang
lalu, hingga pola kebiasaan sehari-hari.
2. Penyusun mampu menegakan diagnosa kebidanan berdasarkan
keluhan yang dirasakan Ny. A usia 30 tahun sejak awal kunjungn pada
kehamilan, persalinan, nifas, neonates, hinggal KB.
3. Penyusun mampu merencanakan asuhan kehamilan secara kotinyu
kepada Ny. A dari awal bertemu pemeriksaan kehamilan pada tanggal
25 November 2020 sampai dengan Nifas dan KB pada tanggal 10
Januari 2021. Perencanaan kunjungan asuhan kehamilan dilakukan
pada saat kehamilan trimester III dengan 2 kali kunjungan, 1 kali pada
saat persalinan, 4 kali pada neonates, 4 kali pada nifas dan KB.
4. Penyusun mampu melakukan asuhan kebidanan secara kontinyu
kepada Ny. A dari awal bertemu pemeriksaan kehamilan pada tanggal
25 November 2020 sampai dengan masa nifas dan KB pada tanggal 10
Januari 2021. Pemeriksaan Antenatal Care sebanyak 2 kali kunjungan
dengan standart 14T, yang tidak dilakukan dalam 10T yaitu lainnya
(VDRL, Terapi yodium, Terapi malaria) tidak dilakukan dikarenakan
tidak terdapat indikasi pada klien. Dari hasil pengkajian dan
pemeriksaan kehamilan di dapat dari data bahwa ibu dengan kehamilan
jarak terlalu dekat mengalami perdarahan pada waktu persalinan kala
IV.

144
145

5. Penyusun mampu melakukan evaluasi asuhan kebidanan yang telah


dilakukan setiap kali kunjungan dengan cara menanyai ibu tentang
konseling yang telah di berikan
6. Penyusun mampu mendokumentasikan asuhan kebidanan yang telah
dilakukan selama kehamilan, persalinan, neonatal, nifas dan KB
menggunakan manajemen SOAP.
5.2 Saran

5.2.1 Bagi Penulis


Keterampilan dan ilmu yang dimiliki ditingkatkan lagi agar lebih
kompeten dalam memberikan konseling maupun penatalaksanaan
asuhan kebidanan tentang kehamilan, persalinan,nifas,bayi baru
lahir,neonatus dan KB.
5.2.2 Bagi Klien
Meningkatkan suatu pengetahuan tentang kesehatan selama
hamil sampai penggunaan kontrasepsi terutama mengenai pemberian
ASI ekslusif, merawat bayi, mengikuti imunisasi, dan tujuan
mnggunakan KB.
5.2.3 Bagi Lahan Praktek
Pada lahan praktek sebaiknya dapat memberikan fasilitas
kebutuhan dalam asuhan seperti ala-alat untuk melakukan
pemeriksaan sehingga penatalaksanaan asuhan dapat berjalan lancar.
5.2.4 Bagi Institusi
Diharapkan dapat meningkatkan kualitas pendidikan bagi
mahasiswa dengan menyediakan fasilitas sarana dan prasarana yang
mendukung dalam peningkatan kompetnsi mahasiswa sehingga dapat
menghasilkan bidaan yang berkualitas.

145
DAFTAR PUSTAKA

Dewi, Sunarsih. 2011. Asuhan Kehamilan untuk Kebidanan. Jakarta: Salemba Medika.

Gulardi H. Wiknjosastro. 2014. Pelatihan Klinik Asuhan Persalinan Normal.


AsuhanEsensial, Pencegahan dan Penanggulangan Segera Komplikasi
Persalinan dan Bayi Baru Lahir.Buku Acuan.Revisi 6. Jakarta

Kementrian Kesehatan RI.2013. Buletin Jendela Data dan Informasi Kesehatan Jakarta
Karisma Riski Candra, dkk.2017. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Nifas dan Menyusui.
Malang: Reality PublishTer

Karisma Riski Candra .2017. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Persalinan dan Bayi Baru
Lahir. Malang: Reality Publisher

Mansyur Nurliana.2014. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Masa Nifas. Malang: Selasa
Media

Manuaba, I.B.G.2010. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan Keluarga Berencana


untuk Pendidikan

Muslihatun Wafi Nur. 2010. Asuhan Neonatus Bayi dan Balita.Yogyakarta

Sarwono Prawirohardjo.2018. Ilmu Kebidanan Sarwono Prawirohardjo.Edisi 4. Jakarta

Qurniyawati Eny, Murti Bisma. 2016. Journal Hubungan Usia Ibu Hamil, Jumlah Anak,
Jarak Kehamilan Dengan Kejadian Kehamilan Tidak Diinginkan Di BPM Titik
Haningrum.Madiun

Riestya Prihandini Shandra, Pujiastuti Wahyu.2016. Usia Reproduksi Tidak Sehat Dan
Jarak Kehamilan Yang Terlalu Dekat Meningkatkan Kejadian Abortus Di

146
147

Rumah sakit Tentara Dokter Soedjono Magelang.Jurnal Kebidanan Vol 5 No


9. Hal 47-56

Rifdiani, Izfa.2017. Pengaruh Paritas BBL Jarak Kehamilan dan Riwayat Perdarahan
Terhadap Kejadian Perdarahan Postpartum. Jurnal Berkala Epidemiologi, Vol
4(3). Hal 46-407

Romauli, S. 2011. Buku Ajar Kebidanan Konsep Dasar Asuhan Kehamilan. Yogyakarta:
Nuha Medika

Sari H Puti.2014. Jurnal Faktor Yang Berpengaruh Terhadap Risiko Kehamilan “4 Terlalu
(4-T)” Pada Wanita Usia 10-59. Vol 24 No 3. Hal 143-152.Media
Litbangkes.Jakarta

Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.2006. Buku Panduan Praktis Pelayanan


Kontrasepsi.Edisi 2. Jakarta

147
Lampiran 1 : Jadwal Penyusunan dan Pelaksanaan Laporan Tugas Akhir
ITSK RS DR. SOEPRAOEN MALANG
PROGRAM

STUDI KEBIDANAN
Jadwal Penyusunan dan Pelaksanaan Laporan Tugas Akhir

SEPTEMBER
OKTOBER NOVEMBER
DESEMBER JANUARI FEBRUARI MARET APRIL MEI JUNI
N
KEGIATAN 2020 2020 2020 2020 2021 2021 2021 2021 2021 2021
O
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1 Pengarahan
penyusunan proposal
Studi Kasus
2 Proses bimbingan
dan penyusunan
Studi Kasus
3 Ujian proposal
Pelaksanaan asuhan
kebidanan secara
komprehensif
61. Kunjungan 1
62. Kunjungan 2
63. Kunjungan 3
64. Kunjungan 4
65. Kunjungan 5
66. Kunjungan 6

148
149

4 Pendokumentasian
menggunakan SOAP
5 Proses bimbingan
dan hasil studi kasus
6 Penatalaksanaan
ujian studi kasus
7 Revisi dan
persetujuan studi
kasus
8 Pengesahan studi
kasus

149
150

Lampiran 2 : Lembar Permohonan Menjadi Reponden Penelitian


ITSK RS DR. SOEPRAOEN MALANG
PROGRAM STUDI KEBIDANAN

150
151

Lampiran 3 : Informed Consent

ITSK RS DR. SOEPRAOEN MALANG


PROGRAM STUDI KEBIDANAN

151
152

Lampiran 4 : Skrinning Score Poedji Rochjati

ITSK RS DR. SOEPRAOEN MALANG


PROGRAM STUDI KEBIDANAN

152
153

Lampiran 5 : Penapisan Persalinan

ITSK RS DR. SOEPRAOEN MALANG


PROGRAM STUDI KEBIDANAN

153
154

Lampiran 6 : Lembar Observasi Persalinan

ITSK RS DR. SOEPRAOEN MALANG


PROGRAM STUDI KEBIDANAN

154
155

Lampiran 7 : 60 Langkah Asuhan Persalinan Normal

ITSK RS DR. SOEPRAOEN MALANG


PROGRAM STUDI KEBIDANAN

Tatalaksana pada kala II, III, IV tergabung dalam 60 langkah APN yaitu:
a. Mengenali gejala dan tanda kala II
1. Mendengar dan melihat tanda kala II persalinan :
a) Ibu merasa ada dorongan kuat dan meneran
b) Ibu merasa tekanan yang semakin meningkat pada
rektum dan vagina.
c) Perineum menonjol dan menipis.
d) Vulva-vagina dan sfingterani membuka.
b. Menyiapkan pertolongan persalinan
2. Pastikan kelengkapan peralatan, bahan dan obat-obat
esensial untuk menolong persalinan dan menatalaksana
komplikasi segera pada ibu dan bayi baru lahir.
3. Pakai celemek plastik atau dari bahan yang tidak tembut
cairan.
4. Melepaskan dan menyimpan semua perhiasan yang
dipakai, cuci tangan dengan sabun dan air bersih mengalir
kemudian keringkan tangan dengan tissue atau handuk
pribadi yang bersih dan kering
5. Pakai sarung tangan DTT pada tangan yang akan
digunakan untuk periksa dalam.
6. Masukkan oksitosin ke dalam tabung suntik (gunakan
tangan yang memakai sarung tangan DTT atau steril dan
pastikan tidak terjadi kontaminasi pada alat suntik.
c. Memastikan pembukaan lengkap dan keadaan janin baik
7. Membersihkan vulva dan perineum, menyekanya dengan
hati- hati dari anterior (depan) ke posterior (belakang)
menggunakan kapas atau kasa yang dibasahi air DTT.
8. Lakukan pemeriksaan dalam untuk memastikan bahwa
pembukaan servik sudah lengkap. Lakukan amniotomi bila
selaput ketuban belum pecah, dengan syarat: kepala sudah

155
156

masuk ke dalam panggul dan tali pusat tidak teraba.


9. Dekontaminasi sarung tangan dengan mencelupkan tangan
yang masih memakai sarung tangan kedalam larutan klorin
0,5%, kemudian lepaskan sarung tangan dalam keadaan
terbalik dan rendam dalam larutan klorin 0,5% selama 10
menit. Cuci kedua tangan setelahnya.
10. Periksa denyut jantung janin segera setelah kontraksi
berakhir untuk memastikan bahwa DJJ dalam batasan
normal (120-160 kali/menit).
d. Menyiapkan ibu dankeluarga untuk membantu proses meneran
11. Beritahu ibu pembukaan sudah lengkap dan keadaan janin
cukup baik, kemudian bantu ibu menemukan posisi yang
nyaman dan sesuai dengan keinginan.
12. Minta keluarga membantu menyiapkan posisi meneran jika
ada rasa ingin meneran atau kontraksi yang kuat. Pada
kondisi itu, ibu diposisikan setengah duduk atau posisi lain
yang di inginkan dan pastikan ibu merasa nyaman.
13. Laksanakan bimbingan meneran pada saat ibu merasa ingin
meneran atau timbul kontraksi yang kuat :
a) Bimbing ibu agar dapat meneran secara benar dan efektif.
b) Dukung dan beri semangat pada saat menran dan
perbaiki cara meneran apabila caranya tidak sesuai.
c) Bantu ibu mengambil posisi yang nyaman sesuai
pilihannya (kecuali posisi berbaring terlentang dalam
waktu yang lama).
d) Ajarkan ibu untuk beristirahat diantara kontraksi.
e) Anjurkan keluarga memberi dukungan dan semangat
untuk ibu.
f) Berikan cukup asupan cairan per-oral
g) Menilai DJJ setiap kontraksi uterus selesai.
h) Segera rujuk jika bayi belum atau tidak akan segera
lahir setelah pembukaan lengkap dan dipimpin meneran
≥ 120 menit (2 jam) pada primigravida atau ≥ 60 menit
(1 jam) pada multigravida.
14. Anjurkan ibu untuk berjalan, jongkok, atau mengambil posisi

156
157

yang nyaman, jika ibu belum merasa ada dorongan untuk


meneran dalam 60 menit.
e. Persiapan untuk melahirkan bayi
15. Letakkan handuk bersih (untuk mengeringkan bayi) di perut
bawah ibu, jika kepala bayi telah membuka vulv dengan
diameter 5-6 cm.
16. Letakkan kain bersih yang dilipat 1/3 bagian dibawah
bokong ibu.
17. Buka tutup partus set dan perhatikan kembali kelengkapan
alat dan bahan.
18. Pakai sarung tangan DTT.
f. Pertolongan untuk melahirkan bayi
Lahirnya Kepala
19. Setelah tampak kepala bayi dengan diameter 5-6 cm
membuka vulva maka lindungi perineum dengan satu
tangan yang dilapisi dengan kain bersih dan kering, tangan
yang lain menahan belakang kepala untuk mempertahankan
posisi fleksi dan membantu lahirnya kepala. Anjurkan ibu
meneran secara efektif atau bernapas cepat dan dangkal.
20. Periksa kemungkinan adanya lilitan tali pusat.
21. Setelah kepala lahir, tunggu putar paksi luar yang
berlangsung secara spontan.
Membantu lahirnya bahu
22. Setelah putar paksi luar selesai, pegang kepala bayi secara
biparental. Anjurkan ibu untuk meneran saat kontraksi.
Dengan lembut gerakkan kepala ke arah bawah dan distal
hingga bahu depan muncul di bawah arkus pubis dan
kemudian gerakkan ke arah atas dan distal untuk
melahirkan bahu belakang.
Lahirnya Badan dan Tungkai
23. Setelah kedua bahu lahir, satu tangan menyangga kepala
dan bahu belakang, tangan yang lain menelusuri dan
memegang lengan dan siku bayi sebelah atas.
24. Setelah tubuh dan lengan lahir, penelusuran tangan atas
berlanjut ke punggung , bokong, tungkai, dan kaki.

157
158

g. Asuhan bayi baru lahir


25. Lakukan penilaian selintas
a) Apakah kehamilan cukup bulan ?
b) Apakah bayi menangis kuat dan/atau bernapas tanpa
kesulitan ?
c) Apakah bayi bergerak dengan aktif ?
Bila salah satu jawaban adalah “TIDAK”, lanjut kelangkah
rseusutasi pada bayi baru lahir dengan asfiksia, bila semua
jawaban adalah “YA”, lanjut ke-26. Periksa periksa kembali
perut ibu untuk memastikan tidak ada bayi lain dalam
uterus.
26. Keringkan tubuh bayi
Keringkan tubuh bayi mulai dari muka, kepala dan bagian
tubuh lainnya (kecuali kedua tangan) tanpa membersihkan
verniks. Ganti handuk basah dengan handuk/kain yang
kering. Pastikan bayi dalam posisi dan kondisi aman di perut
bagian bawah.
27. Periksa kembali uterus untuk memastikan hanya satu bayi
yang lahir (hamil tunggal) dan bukan kehamilan ganda.
28. Beritahu ibu bahwa ia akan disuntik oksitosin agar uterus
berkontraksi baik.
29. Dalam waktu 1 menit setelah bayi lahir, berikan suntikan
oksitosin 10 unitIM di sepertiga paha atas bagian distal
lateral.
30. Dalam waktu 2 menit setelah bayi lahir, jepit tali pusat
dengan klem kira-kira 2-3 cm dari pusat bayi. Gunakan jari
telunjuk dan jari tangan tangan yang lain untuk mendorong
isi tali pusat ke arah ibu, dan klem tali pusat pada sekitar 2
m distal dari klem pertama.
31. Potong dan ikat tali pusat.
32. Letakkan bayi tengkurap di dada ibu untuk kontak kulit ibu-
bayi. Luruskan bahu bayi sehingga dada bayi menempel di
dada ibunya. Usahakan kepala bayi berada diantara
payudara ibu dengan posisi lebih rendah dari puting susu
atau areola mame ibu.

158
159

h. Manajemen aktif kala III


33. Pindahkan klem tali pusat hingga berjarak 5-10 cm dari
vulva.
34. Letakkan satu tangan di atas kain pada perut bawah ibu,
untuk mendeteksi kontraksi. Tangan lain memegang klem
untuk menegangkan tali pusat.
35. Setelah uterus berkontraksi, menarik tali pusat ke arah
bawah sambil tangan yang lain mendorong uterus ke arah
belakang- atas (dorsokranial) secara hati-hati (untuk
mencegah inversio uteri). Jika plasenta tidak lahir setelah
30-40 detik, hentikan penegangan tali pusat dan tunggu
hingga timbul kontraksi berikutnya dan ulangi kembali
prosedur diatas. Jika uterus tidak segera berkontraksi, minta
ibu, suami atau anggota keluarga untuk melakukan stimulasi
puting susu.
Mengeluarkan plasenta
36. Bila pada penekanan bagian bawah dinding depan uterus ke
arah dorsal ternyata diikuti dengan pergeseran tali pusat ke
arah distal maka lanjutkan dorongan ke arah kranial hingga
plasenta didapat dilahirkan.
a) Ibu boleh meneran tetapi tali pusat hanya ditegangkan
(jangan ditarik secara kuat terutama jika uterus tak
berkontraksi) sesuai dengan sumbu jalan lahir (ke arah
bawah-sejajar lantai-atas)
b) Jika tali pusat bertambah panjang, pindahkan klem
hingga berjarak sekitar 5-10 cm dari vulva dan lahirkan
plasenta.
c) Jika plasenta tidak lepas setelah 15 menit
menegangkan tali pusat :
1) Ulangi pemberian oksitosin 10 unit IM
2) Lakukan kateterisasi jika kandung kemih penuh.
3) Mintakeluarga untuk menyiapkan rujukan.
4) Ulangi tekanan dorso-kranial dan penegangan tali
pusat 15 menit berikutnya.
5) Jika plasenta tidak lahir dalam 30 menit sejak bayi

159
160

lahir atau terjadi perdarahan maka segera lakukan


tindakan plasenta manual.
37. Saat plasenta muncul di introitus vagina, lahirkan plasenta
dengan kedua tangan. Pegang dan putar plasenta hingga
selaput ketuban terpilin kemudian lahirkan dan tempatkan
plasenta pada wadah yang telah disediakan.
Rangsangan taktil (Masase) uterus
38. Segera setelah plasenta dn selaput ketuban lahir, lakukan
masase uterus, letakkan telapak tangan di fundus dan
lakukan masase dengan gerakan melingkar dengan lembut
hingga uterus berkontraksi (fundus teraba keras).
i. Menilai perdarahan
39. Periksa kedua sisi plasenta pastikan plasenta telah
dilahirkan lengkap. Masukkan plasenta ke dalam kantung
plastik atau tempat khusus.
40. Evaluasi kemungkinan laserasi pada vagina dan perineim.
Lakukan penjahitan bila terjadi laserasi derajat 1 dan 2 yang
menimbulkan perdarahan.Bila ada robekan yang menimbulkan
perdarahan aktif, segera lakukan penjahitan
j. Asuhan pascapersalinan
41. Pastikan uterus berkontraksi dengan baik dan tidak terjadi
perdarahan pervaginam.
42. Pastikan kandung kemih kosong, jika penuh lakukan
kateterisasi.
Evaluasi
43. Celupkan tangan yang masih memakai sarung tangan
kedalam larutan klorin 0,5%, bersihkan noda darah dan
cairan tubuh, dan bilas di air DTT tanpa melapas sarung
tangan, kemudian keringkan dengan handuk.
44. Anjarkan ibu/keluarga cara melakukan masase uterus dan
menilai kontraksi.
45. Memeriksa nadi ibu dan pastikan keadaan umum ibu baik.
46. Evaluasi dan estimasi jumlah kehilangan darah
47. Pantau keadaan bayi dan pastikan bahwa bayi bernafas
dengan baik (40-60 kali/menit).

160
161

1) Jika bayi sulit bernapas, merintih atau retraksi,


diresusitasi dan segera merujuk kerumah sakit.
2) Jika bayi napas terlalu cepat atau sesak napas, segera
rujuk ke RS rujukan.
3) Jika kaki teraba dingin, pastikan ruangan hangat.
Lakukan kembali kontak kulit ibu-bayi dan hangatkan
ibu-bayi dalam satu selimut.
Kebersihan dan keamanan
48. Tempatkan semua peralatan bekas pakai dalam larutan
klorin 0,5% untuk dekontaminasi (10 menit). Cuci dan bilas
peralata setelah didekontaminasi.
49. Buang bahan-bahan yang terkontaminasi ke tempat sampah
yang sesuai.
50. Bersihkan ibu dari paparan darah dan cairan tubuh dengan
menggunakan air DTT. Besihkan cairan air ketuban, lendir
dan darah di ranjang atau disekitar ibu berbaring. Bantu ibu
memakai pakaian yang bersih dan kering.
51. Pastikan ibu merasa nyaman. Bantu ibu memberi ASI.
Anjurkan keluarga untuk memberi ibu minuman dan
makanan yang diinginkan.
52. Dekontaminasi tempat bersalin dengan larutan klorin 0,5%.
53. Celupkan tangan yang massih memakai sarung tangan ke
dalam larutan klorin 0,5%, lepaskan sarung tangan dalam
keadaan terbalik, dan rendam dakam larutan klorin 0,5%
selaman 10 menit.
54. Cuci kedua tangan dengan sabun dan air mengalir
kemudian keringkan tangan dengan tissue atau handuk
pribadi yang bersih.
55. Pakai sarung tangan bersih/DTT untuk melakukan
pemeriksaan fisik bayi.
56. Lakukan pemeriksaan fisik bayi baru lahir. Pastikan kondisi
bayi baik, pernapasan normal (40-60 kali/menit) dan
tempertur tubuh normal (36.5-37,5 °C) setiap 15 menit.
57. Setelah 1 jam pemberian vitamin k1. Berikan suntikan
Hepatitis B dipaha kanan bawah lateral. Letakkan bayi di

161
162

dalam jangkauan ibu agar seaktu-waktu dapat disusukan.


58. Lepaskan sarung tangan dalam keadaan terbalik dan
rendam didalam larutan klorin 0,5% selama 10 menit.
59. Cuci kedua tangan dengan sabun dan air mengalir
kemudian keringkan dengan tissue atau handuk pribadi
yang bersih da kering.
Dokumentasi
60. Lengkapi partograf (halaman depan dan belakang), periksa
tanda vital dan asuhan kala IV persalinan.

Lampiran 8 : Form Partograf

162
163

ITSK RS DR. SOEPRAOEN MALANG


PROGRAM STUDI KEBIDANAN

163
164

Lampiran 9 : Penilaian Selintas Bayi Baru Lahir

164
165

ITSK RS DR. SOEPRAOEN MALANG


PROGRAM STUDI KEBIDANAN

165
166

Lampiran 10 : Cap Kaki Bayi

ITSK RS DR. SOEPRAOEN MALANG


PROGRAM STUDI KEBIDANAN

166
167

Lampiran 11: Dokumentasi

ITSK RS DR. SOEPRAOEN MALANG


PROGRAM STUDI KEBIDANAN

Dokumentasi ANC

Dokumentasi INC

Dokumentasi PNC

167
168

Dokumentasi BBL dan Neonatus

Dokumentasi KB

Dokumentasi Buku ANC

168
169

Lampiran 12 : SAP Post Partum

ITSK RS DR. SOEPRAOEN MALANG


PROGRAM STUDI KEBIDANAN

SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)

Topik : Tanda bahaya Masa Nifas Dan Perawatan Payudara


Hari/Tanggal :
Waktu :
Penyaji :
Tempat :

A. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Setelah diberikan penyuluhan selama 30 menit diharapkan sasaran
mengetahui tentang tanda bahaya masa nifas dan perawatan payudara
2. Tujuan Khusus
Setelah diberikan penyuluhan selama 30 menit, sasaran diharapkan
dapat:
a. Menjelaskan kembali tanda bahaya masa nifas
b. Melakukan perawatan payudara di rumah

B. SASARAN
Ibu post partum dengan kehamilan jarak terlalu dekat

C. GARIS BESAR MATERI


1. Masa nifas
2. Tahapan nifas
3. Tanda bahaya masa nifas
4. Perawatan payudara

D. PELAKSANAAN KEGIATAN
No Waktu Kegiatan Penyuluhan Kegiatan Peserta
1 10 menit Pembukaan - Menyampaikan salam
- Perkenalan diri

169
170

- Menjelaskan tujuan
- Apersepsi
2 15 menit Pelaksanaan - Menjelaskan dan menguraikan materi
- Memberi kesempatan peserta untuk
bertanya
- Menjawab pertanyaan peserta yang
belum jelas
3 10 menit Evaluasi - Feedback
- Memberikan reward
4 5 menit Terminasi - Menyimpulkan hasil peyuluhan
- Mengakhiri kegiatan (salam)

E. METODE
1. Ceramah
2. Tanya jawab

F. MATERI
1. Masa Nifas
Masa nifas atau puerperium dimulai setelah lahirnya plasenta dan
berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum
hamil. Masa nifas berlangsung selama kira-kira sampai dengan 6
minggu (42 hari) (Saifuddin, 2010).
2. Tahapan Nifas
a) Puerperium dini (immediate post partum periode)
Masa segera setelah plasenta lahir sampai dengan 24 jam, yang
dalam hal ini telah diperbolehkan berdiri dan berjalan-jalan. Masa ini
sering terdapat banyak masalah misalnya perdarahan karena atonia
uteri oleh karena itu bidan dengan teratur melakukan pemeriksaan
kontraksi uterus, pengeluaran lochia, tekanan darah dan suhu.
b) Puerperium intermedial (Early post partum periode)
Masa 24 jam setelah melahirkan sampai dengan 7 hari (1 minggu).
Periode ini bidan memastikan bahwa involusi uterus berjalan normal,
tidak ada perdarahan abnormal dan lochia tidak terlalu busuk, ibu
tidak demam, ibu mendaat cukup makanandan cairan, menyusui
dengan baik, melakukan perawatan ibu dan bayinya sehar-hari.
c) Remote puerperium (Late post partum periode)

170
171

Masa 1 minggu sampai 6 minggu sesudah melahirkan. Periode ini


bidan tetap melanjutkan pemeriksaan dan perawatan sehari-hari
serta memberikan konseling KB
3. Tanda Bahaya Masa Nifas
Adalah suatu tanda yang abnormal yang mengindikasikan adanya
bahaya/ komplikasi yang dapat terjadi selama masa nifas, apabila
tidak dilaporkan atau tidak terdeteksi bisa menyebabkan kematian ibu
(Pusdiknakes, 2011). Tanda-tanda bahaya masa nifas, sebagai
berikut :
a. Perdarahan Post Partum
Perdarahan post partum adalah kehilangan darah lebih dari 500
ml melalui jalan lahir yang terjadi selama atau setelahpersalinan
kala III yang disebabkan Karen perdarahan pasca persalinan,
plasenta previa, solutsio plasenta, kehamilan ektopik, abortus dab
rupture uteri yang merupakan penyebab ¼ kematian ibu
(Angraini, 2010)
b. Lochea yang berbau busuk (bau dari vagina)
Lochea adalah cairan yang dikeluarkan uterus melalui vagina
dalam masa nifas sifat locheas alkalis, jumlah lebih banyak dari
pengeluaran darah dan lender pada waktu menstruasi dan
berbau anyir, cairan berasal dari melekatnya
plasenta( Rukiyah,AN, 2015)
c. Sub-Involusi Uterus (Pengecilan Rahim yang Terganggu)
Involusi adalah keadaan uterus mengecil oleh kontraksi rahim
dimana berat rahim dari 1000 gram saat setelah bersalin,
menjadi 40-60 mg 6 minggu kemudian. Bila pengecilan ini kurang
baik atau terganggu di sebut sub-involusi ( Manuaba, 2010).
g. Nyeri pada perut dan pelvis
Tanda-tanda nyeri perut dan pelvis dapat menyebabkan
komplikasi nifas seperti :Peritonitis. Peritonitis adalah peradangan
pada peritonium, peritonitis umum dapat menyebabkan kematian
33% dari seluruh kematian karena infeksi. (Walyani, 2014)
h. Pusing dan lemas yang berlebihan
Menurut Manuaba (2010), pusing merupakan tanda- tanda
bahaya pada nifas, pusing bisa disebabkan oleh tekanan darah

171
172

rendah (Sistol 160 mmHg dan distolnya 110 mmHg. Pusing dan
lemas yang berlebihan dapat juga disebabkan oleh anemia bila
kadar haemoglobin.
i. Suhu Tubuh Ibu > 38 0C
Beberapa hari setelah melahirkan suhu badan ibu antara 37,20C
- 37,80C oleh karena reabsorbsi benda-benda dalam rahim dan
mulainya laktasi, dalam hal ini disebut demam reabsorbsi. Hal itu
adalah normal. Infeksi nifas adalah keadaan yang mencakup
semua pandangan alat-alat genetalia dalam masa nifas
(Rahmawati, 2013).

G. MEDIA
1. Alat peraga
2. Leaflat
3. Flip chart

H. RENCANA EVALUASI
1. Struktur
a. Persiapan Media
Media yang akan digunakan dalam penyuluhan semuanya lengkap
dan siap digunakan. Media yang akan digunakan adalah slide.
b. Persiapan Alat
Alat yang digunakan dalam penyuluhan sudah siap dipakai. Alat
yang dipakai yaitu laptop, alat peraga,flip chart dan leaflet.
c. Persiapan Materi
Materi yang akan diberikan dalam penyuluhan sudah disiapkan
dalam bentuk makalah dan akan disajikan dalam bentuk flip chart
untuk mempermudah penyampaian.
d. Undangan atau Peserta
Dalam penyuluhan ini yang diundang yakni pasangan suami istri.
2. Proses Penyuluhan
a) Kehadiran 80% dari seluruh undangan
b) 60% peserta aktif mendengarkan materi yang disampaikan.
c) Di dalam proses penyuluhan diharapkan terjadi interaksi antara
penyuluh dan peserta.

172
173

d) Peserta yang hadir diharapkan tidak ada yang meninggalkan tempat


penyuluhan.
e) 20% peserta mengajukan pertanyaan mengenai materi yang
diberikan.
3. Hasil penyuluhan
a. Jangka Pendek
1. 60% dari peserta dapat menjelaskan pengertian KB dengan
benar
2. 60% dari peserta dapat menyebutkan jenis KB dengan benar
3. 60% dari peserta dapat menyebutkan keuntungan dan kerugian
KB dengan benar
4. 60% dari peserta dapat menjelaskan efek samping KB dengan
tepat

b. Jangka Panjang
Meningkatkan pengetahuan sasaran mengenai pentingnya
menggunakan serta memilih alat kontrasepsi yang sesuai dengan
kondisi klien.

Lampiran 13: SAP KB Pasca Persalinan

173
174

ITSK RS DR. SOEPRAOEN MALANG


PROGRAM STUDI KEBIDANAN

SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)

Topik : Keluarga Berencana (KB)


Hari/Tanggal :
Waktu :
Penyaji : Lelyana Moelyanda
Tempat :

B. TUJUAN
3. Tujuan Umum
Setelah diberikan penyuluhan selama 30 menit diharapkan sasaran
mengetahui tentang KB.
4. Tujuan Khusus
Setelah diberikan penyuluhan selama 30 menit, sasaran diharapkan
dapat:
c. Menjelaskan kembali pengertian KB dengan tepat
d. Menyebutkan 3 dari 5 jenis KB dengan tepat
e. Menyebutkan 3 dari 5 keuntungan dan kerugian KB dengan tepat
f. Menyebutkan 3 dari 5 efek samping KB dengan tepat
g. Mengetahuai alat kontrasepsi yang sesuai
D. SASARAN
Ibu hamil dengan jarak terlalu dekat
E. GARIS BESAR MATERI
5. Pengertin KB
6. Jenis KB
7. Keuntungan KB
8. Efek samping KB
9. Pemilihan Alat Kontrasepsi yang sesuai

E. PELAKSANAAN KEGIATAN
No Waktu Kegiatan Kegiatan Pemateri Kegiatan Peerta

174
175

Penyuluhan
1 10 Pembukaan - Menyampaikan - Menjawab salam
menit salam - Mendengarkan
- Perkenalan diri
- Menjelaskan tujuan
- Apersepsi
2 15 Pelaksanaan - Menjelaskan dan - Mendengarkan
menit menguraikan materi - Bertanya
- Memberi kesempatan
peserta untuk
bertanya
- Menjawab
pertanyaan peserta
yang belum jelas
3 10 Evaluasi - Memberikan - Feedback
menit pertanyaan
- Memberikan reward
4 5 Terminasi - Menyimpulkan hasil - Mendengarkan
menit peyuluhan - Menjawab salam
- Mengakhiri kegiatan
(salam)

F. METODE
3. Konseling
4. Tanya jawab

G. MATERI
1. Pengertian
Menurut WHO (dalam Hartanto, 2014) Keluarga Berencana adalah
program yang bertujuan membantu pasangan suami istri untuk
menghindari kelahiran yang tidak diinginkan, mengatur interval diantara
kehamilan, mengontrol waktu saat kelahiran (dalam hubungan dengan
suami istri), dan menentukan jumlah anak dalam keluarga. Menurut UU RI
Nomor 52 Tahun 2009, Keluarga Berencana adalah upaya mengatur
kelahiran anak,jarak dan usia ideal melahirkan, mengatur kehamilan
melalui promosi, perlindungan, serta bantuan sesuai dengan hak
reproduksi untuk mewujudkan keluarga yang berkualitas

175
176

2. Tujuan Program KB
a. Tujuan Umum: membentuk keluarga kecil sesuai dengan kekuatan
sosial ekonomi suatu keluarga,dengan cara pengaturan kelahiran
anak agar diperoleh suatu keluarga bahagia dan sejahtera yang
dapat memenuhi kebutuhan hidupnya.
b. Tujuan lain: meliputi pengaturan kelahiran,pendewasaan usia
perkawinan,peningkatan ketahanan dan kesejahtraan keluarga (Ari
Sulistiawati, 2011).
3. Jenis Alat Kontrasepsi Metode Kontrasepsi Jangka Panjang (MKJP)
a. Alat Kontrasepsi Dalam Rahim/AKDR
1) Pemasangan alat kontrasepsi dalam rahim/AKDR (IUD) sebagai
kontrasepsi darurat selain dengan memakai pil (baik dedicated pils
atau pil KB biasa ), metode kontrasepsi darurat lain yang juga bias
dilakukan adalah dengan pemasangan AKDR jenis Copper-T
dalam waktu lima hari setelah terjadinya hubungan seksual tanpa
perlindungan.
2) Mekanisme Kerja
AKDR (IUD) bekerja dengan menimbulkan reaksi radang di
endromrtrium, diserta peningkatan produksi prostaglandin dan
infiltrasi leukosit. Reaksi ini ditingktkan dengan pengaruh enzim-
enzim di endrometrium, metabolism glikogen dan penyerapan
estrogen yang menghambat transportasi sperma.
3) Efek Samping
Efek samping pemasangan implant diantaranya seperti haid tidak
teratur, bercak atau haid ringan, sakit kepala, pusing, nyeri
payudara, haid tidak teratur, mual-mual.
b. KB Implan
1) Keuntungan
a) Perlindungan jangka panjang sampai 5 tahun
b) Bebas dari pengaruh estrogen
c) Tidak mengganggu hubungan saat senggama
d) Tidak mengganggu produksi ASI.
e) Dapat di cabut setiap saat sesuai kebutuhan.
2) Kekurangan

176
177

a) Implant harus di pasang dan dilepas oleh petugas kesehatan


yang terlatih.
b) Sering mengubah pola haid
c. Tubektomi (Kontrasepsi Mantap)
Adalah setiap tindakan pada kedua saluran telur wanita yang
mengakibatkan orang tersebut tidak akan mendapat keturunan lagi.
1) Manfaat
a) Tidak mempengaruhi proses menyusui
b) Pembedahan sederhana dapat dilakukan dengan anastesi
local.
c) Tidak ada perubahan dengan fungsi seksual
d) Keterbatasan
(1) Rasa sakit atau ketidaknyamanan dalam jangka pendek
setelah tindakan
(2) Tidak melindungi diri dari IMS dan HIV/ AIDS

H. Pemilihan KB yang Tepat untuk Ibu hamil dengan jarak terlalu dekat
Menganjurkan ibu untuk menggunakan KB jangka panjang atau
kontrasepsi mantap (kontap) untuk menghentikan kehamilan.

I. MEDIA
4. Alat peraga
5. Leaflat
6. Flip chart

K RENCANA EVALUASI
1. Struktur
a. Persiapan Media
Media yang akan digunakan dalam penyuluhan semuanya lengkap
dan siap digunakan. Media yang akan digunakan adalah slide.
b. Persiapan Alat
Alat yang digunakan dalam penyuluhan sudah siap dipakai. Alat yang
dipakai yaitu laptop, alat peraga,flip chart dan leaflet.
c. Persiapan Materi

177
178

Materi yang akan diberikan dalam penyuluhan sudah disiapkan


dalam bentuk makalah dan akan disajikan dalam bentuk flip
chartuntuk mempermudah penyampaian.
d. Undangan atau Peserta
Dalam penyuluhan ini yang diundang yakni pasangan suami istri.
2. Proses Penyuluhan
a. Klien aktif mendengarkan materi yang disampaikan.
b. Di dalam proses penyuluhan diharapkan terjadi interaksi antara
penyuluh dan klien.
c. Klien dapat mengajukan pertanyaan mengenai materi yang diberikan.
5. Hasil penyuluhan
1. Klien dapat menjelaskan pengertian KB dengan benar
2. Klien dapat menyebutkan jenis KB dengan benar
3. Klien dapat menyebutkan keuntungan dan kerugian KB dengan benar
4. Klien dapat menjelaskan efek samping KB dengan tepat
6. Klien dapat menentukan Alat kontrasepsi yang akan dipakai

7. Jangka Panjang
Meningkatkan pengetahuan sasaran mengenai pentingnya
menggunakan serta memilih alat kontrasepsi yang sesuai dengan
kondisi klien.

Lampiran 14 : SOP KB Pasca Persalinan

178
179

ITSK RS DR. SOEPRAOEN MALANG


PROGRAM STUDI KEBIDANAN

SOP KONSELING KB
PENGERTIAN Memberikan konseling KB implant dengan leaflet dan Alat Bantu
pengambil Keputusan (ABPK)
KEBIJAKAN Akseptor KB baru
MEDIA Leaflet
ABPK
ROSEDUR A. SIKAP DAN PRILAKU
1. Sapa dan memberikan salam kepada klien
PELAKSANA
2. Menawarkan bantuan
AN 3. Menjelaskan maksud dan tujuan
4. Mengawali dengan tasmiah dan akhiri dengan
Tahmid
B. PENDAHULUAN
1. Pengkajian
a. Subjektif
1)Biodata ( Nama, umur, suku, agama, pendidikan,
pekerjaan, alamat)
2)Keluhan
3)Riwayat pernikahan ( pertama kali
menikah, lama menikah)
4)Riwayat menstruasi (HPHT, Menarch, Lama,
Siklus, Volume, Konsistensi)
5) Riwayat kehamilan, persalinan, nifas lalu
a) GPA
b) Persalinan terakhir
c) nifas
6)Riwayat kontrasepsi
7)Kontrasepsi yang diinginkan
8) Riwayat kesehatan
a) Sekarang
b) Dahulu
c) Keluarga
d) reproduksi
9)Alergi obat
10) Merokok/tidak
11) Pola berhubungan seksual

179
180

b. Objektif

180
181

1)Keadaan umum
2)Berat badan Tinggi badan
3)Tanda-tanda vital TD, Nadi, Suhu,
Pernafasan
4)Pemeriksaan fisik Kepala, Mata, mulut,
leher, ekstermitas
5)Pemeriksaan obstetric Payudara,
abdomen
C. INTI/POKOK
1. Sebelum dilakukan Konseling metode kontrasepsi
diberikian leaflet kepada klien untuk dipahami
terlebih dahulu
2. Konseling metode yang dapat digunakan menggunakan
ABPK meliputi keuntungan, kerugian, efek samping,
cara penggunaan, indikasi,
kontraindikasi
3. Memberikan kebebasan kepada klien untuk
menggunakan KB tersebut atau tidak
D. BAGIAN AKHIR
Menyimpulkan seluruh aspek kegiatan dan
melakukan evaluasi

Lampiran 15 : Materi SAP KB


ITSK RS DR. SOEPRAOEN MALANG
PROGRAM STUDI KEBIDANAN

Materi SAP KB

A. Pengertian KB
Menurut WHO (dalam Hartanto, 2014) Keluarga Berencana adalah program yang bertujuan membantu
pasangan suami istri untuk menghindari kelahiran yang tidak diinginkan, mengatur interval diantara
kehamilan, mengontrol waktu saat kelahiran (dalam hubungan dengan suami istri), dan menentukan
jumlah anak dalam keluarga. Menurut UU RI Nomor 52 Tahun 2009, Keluarga Berencana adalah upaya
mengatur kelahiran anak,jarak dan usia ideal melahirkan, mengatur kehamilan melalui promosi,
perlindungan, serta bantuan sesuai dengan hak reproduksi untuk mewujudkan keluarga yang
berkualitas tujuan keluarga berencana mewujudkan keserasian, keselarasan dan keseimbangan
181
182

kebijakan kependudukan guna mendorong terlaksananya pembangunan nasional dan daerah yang
berwawasan kependudukan, menggalang kemitraan, dalam peningkatan kesejahteraan, kemandirian
dan ketahanan keluarga (dalam jurnal Sudarti & Prasetyaningtyas, 2011)
B. Jenis-jenis KB
Menurut WHO (2013), ada beberapa jenis- jenis KB

Metode Keterangan
Kontrasepsi
Metode
Kontraseps
i Jangka
Panjang

182
183

Implan Mekanisme:
Kontrasepsi implan menekan ovulasi, mengentalkan lendir
serviks, menjadikan selaput rahim tipis dan atrofi, dan
mengurangi transportasi sperma. Implan dimasukkan di bawah
kulit dan dapat bertahan higga 3-7 tahun, tergantung jenisnya.
Efektivitas:
Pada umumnya, risiko kehamilan kurang dari 1 di antara 100 ibu
dalam 1 tahun.
Keuntungan khusus bagi kesehatan:
Mengurangi risiko penyakit radang paggul simptomatik. Dapat
mengurangi risiko anemia defisiesi besi.
Risiko bagi kesehatan:
Tidak ada.
Efek samping:
Perubahan pola haid (pada beberapa bulan pertama: haid sedikit
dan singkat, haid tidak teratur lebih dari 8 hari, haid jarang, atau
tidak haid;setelah setahun: haid sedikit dan singkat, haid tidak
teratur, dan haid jarang), sakit kepala, pusing, perubahan
suasana perasaan, perubahan berat badan, jerawat (dapat
membaik atau memburuk), nyeri payudara, nyeri perut, dan mual.
Mengapa beberapa orang menyukainya:
Tidak perlu melakukan apapun lagi untuk waktu yang lama
setelah pemasangan, efektif mencegah kehamilan, dan tidak
mengganggu hubungan seksual.
Mengapa beberapa orang tidak menyukainya:
Perlu prosedur bedah yang harus dilakukan tenaga kesehatan
terlatih.
Alat
Kontraseps
i Dalam
Rahim
Alat Mekanisme:
Kontraseps AKDR dimasukkan ke dalam uterus. AKDR menghambat
i Dalam kemampuan sperma untuk masuk ke tuba falopii, mempengaruhi
Rahim fertilisasi sebelum ovum mencapai kavum uteri, mencegah
(AKDR) sperma dan ovum bertemu, mencegah implantasi telur dalam
uterus.
183
184

Efektivitas:
Pada umumnya, risiko kehamilan kurang dari 1 di antara 100 ibu
dalam 1 tahun. Efektivitas dapat bertahan lama, hingga 12 tahun.
Keuntungan khusus bagi kesehatan:
Mengurangi risiko kanker endometrium.
Risiko bagi kesehatan:
Dapat menyebabkan anemia bila cadangan besi ibu redah
sebelum pemasangan dan AKDR menyebabkan haid yag lebih
banyak. Dapat menyebabkan penyakit radang panggul billa ibu
sudah terinfeksi klamidia atau gonorea sebelum pemasangan.
Efek samping:
Perubahan pola haid terutama dalam 3-6 bulan pertama (haid
memanjang dan banyak, haid tidak teratur, dan nyeri haid).
Mengapa beberapa orang menyukainya:
Efektif mecegah kehamilan, dapat digunakan untuk waktu yang
lama, tidak ada biaya tambahan setelah pemasangan, tidak
mempengaruhi menyusui, dan dapat langsung dipasang setelah
persalinan atau keguguran.
Mengapa beberapa orang tidak menyukainya:
Perlu prosedur pemasangan yang harus dilakukan tenaga
kesehatan terlatih.

184
185

AKDR Mekanisme:
dengan Progestin AKDR dengan progestin membuat endometrium
Progestin mengalami transformasi yang ireguler, epitel atrofi sehingga
menganggu implantasi; mencegah terjadinya pembuahan dengan
memblok bersatunya ovum dengan sperma; mengurangi jumlah
sperma yang mencapai tuba falopii; dan menginaktifkan sperma
Efektivitas:
Pada umumnya, risiko kehamilan kurang dari 1 di antara 100 ibu
dalam 1 tahun.
Keuntungan khusus bagi kesehatan:
a. Mengurangi risiko anemia defisiensi besi.
b. Dapat mengurangi risiko penyakit radang panggul.
c. Mengurangi nyeri haid dan gejala endometriosis.
Risiko bagi kesehatan:
Tidak ada.
Efek samping:
Perubahan pola haid (haid sedikit dan singkat, haid tidak teratur,
haid jarang, haid memanjang, atau tidak haid), jerawat, sakit
kepala, pusing, nyeri payudara, mual, kenaikan berat badan,
perubahan suasana perasaan, dan kista ovarium.
Mengapa beberapa orang menyukainya:
Efektif mecegah kehamilan, dapat digunakan untuk waktu yang
lama, tidak ada biaya tambahan setelah pemasangan.
Mengapa beberapa orang tidak menyukainya:
Perlu prosedur pemasangan yang harus dilakukan tenaga
kesehatan terlatih.
Kontraseps
i Mantap

185
186

Tubektomi Mekanisme:
Menutup tuba falopii (mengikat dan memotong atau memasang
cincin), sehingga sperma tidak dapat bertemu dengan ovum.
Efektivitas:
Pada umumnya, risiko kehamilan kurang dari 1 di antara 100
dalam 1 tahun.
Keuntungan khusus bagi kesehatan:
Mengurangi risiko penyakit radang panggul. Dapat mengurangi
risiko kanker endometrium.
Risiko bagi kesehatan:
Komplikasi bedah dan anestesi.
Efek samping:
Tidak ada.
Mengapa beberapa orang menyukainya:
Menghentikan kesuburan secara permanen.
Mengapa beberapa orang tidak menyukainya:
Perlu prosedur bedah yang harus dilakukan tenaga kesehatan
terlatih.
Kontraseps
i Hormonal
KB Suntik 3
Mekanisme:
Bulan
KB ini bekerja dengan cara mengentalkan lendir serviks (leher
rahim) sehingga sel sperma sulit mencapai rahim dan tidak bisa
membuahi sel telur. KB suntik ini tergolong sangat efektif dalam
mencegah kehamilan.

Efektivitas:
Hormon tersebut dapat bertahan selama 12 minggu atau 3 bulan.
B ini bekerja dengan cara mengentalkan lendir serviks (leher
rahim) sehingga sel sperma sulit mencapai rahim dan tidak bisa
membuahi sel telur. KB suntik ini tergolong sangat efektif dalam
mencegah kehamilan.

Keuntungan Khusus bagi kesehatan:


1) Sangat efektif
2) Pencegahan kehamilan jangka panjang
3) Tidak berpengaruh pada hubungan suami istri
4) Tidak mengandung estrogen sehingga tidak berdampak
186
187

serius terhadap penyakit jantung dan gangguan pembekuan


darah
5) Tidak memiliki pengaruh terhadap ASI
6) Dapat digunakan oleh perempuan berusia lebih dari 35 tahun
sampai menoupouse

Resiko Bagi kesehatan:

1) Sering ditemukan gangguan haid


2) Klien bergantung pada tempat sarana kesehatan
3) Tidak dapat dihentikan sewaktu-waktu sebelum suntkan
berikutnya
4) Permasalahan berat badan sering ditemukan
5) Tidak terjamin perlindungan tehadap penularan hepatitis B
atau virus HIV
6) Terlambatnya kembali masa subur setelah penghentian
pemakaian
7) Pada penggunaan jangka panjang dapat menimbulkan
kekeringan pada vagina menurunkan libido gangguan
emosi,sakit kepala, nevositas jerawat

Efek samping:
1. Perubahan Siklus Menstruasi
2. Berat Badan Naik
3. Tidak Bisa Seketika Kembali “Subur”
4. Gairah Seks Menurun
5. Sakit Kepala, Nyeri Payudara, dan Perubahan Mood
6. Kepadatan Tulang Berkurang.
Mengapa beberapa orang menyukainya:
Lebih efektif dan tidak sakit
Mengapa beberapa orang tidak menyukainya:
Efek samping dari KB suntik

187
188

Lampiran 16: Lembar Konsultasi

ITSK RS DR. SOEPRAOEN MALANG


PROGRAM STUDI KEBIDANAN

LEMBAR KONSULTASI

Nama : LELYANA MOELYANDA

NIM : 182063

Judul : “ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF PADA NY. A USIA 30


TAHUN KEHAMILAN TRIMESTER III DENGAN JARAK TERLALU
DEKAT <2TAHUN SAMPAI DENGAN PENGGUNAAN ALAT
KONTRASEPSI KB DI PMB YULIDA TI’ANI DI SINGOSARI
KABUPATEN MALANG”
Pembimbing : Rosyidah Alfitri, SST., MPH

NO TANGGAL REKOMENDASI TANDA TANGAN

188
189

189
190

Lampiran 17: Curriculum Vittae


ITSK RS DR. SOEPRAOEN MALANG
PROGRAM STUDI KEBIDANAN

CURRICULUM VITTAE

LELYANA MOELYANDA

Malang, 28 Oktober 2001

Motto : “Kesuksesan Merupakan Pertemuan Antara Kesiapan dan


Kesempatan”

Riwayat Pendidikan

TK Kartini Turen Lulus Tahun 2005


SD Taman Siswa Turen Lulus Tahun 2012
SMP Negeri 02 Turen Lulus Tahun 2015
SMA Negeri 01 Turen Lulus Tahun 2018

190
191

M IMPLANT /
KONTRASEPSI MANTAP (STERIL)
SUSUK KB
Suntik KB 3 bulan.
Lebih efektif dan mudah Khusus digunakan untuk pasangan suami
Di pasang di lengan istrinyang benar -benar tidak menginginkan
Efek samping: atas bagian dalam. tambah anak lagi.
1. Perubahan Siklus
AdaMenstruasi
yang berisi 2
2. Berat Badan Naik
batang dan 1 ba-  Dilakukan dngn cara pembedahan (bias
3. Tidak Bisa Seketika Kembali “Subur” bius lokal)
4. tang.
Gairah Seks Menurun Efektif selama
3 tahun.  Harus di lakukan oleh dokter terlatih
5. Sakit Kepala, Nyeri Payudara,
 Mengandung hormone progresteron.  Sangat efektif dan bersifat permanen
 Tidak mengganggu produksi ASI  Tidak ada perubahan fungsi seksual
 Tidak mengganggu hubungan seksual Contoh: Metode Operatif wanita (MOW)
Metode Operatif Pria (MOP)
 Dapat di cabut setiap saat sesuai
kebutuhan & kembali kesuburan ce-
pat.
 Dapat terjadi perubahan pola haid.
 Dapat terjadi perubahan berat badan.

IUD (Intra Uterine Device) / Spiral.

Spiral tanam di da- Kapan harus-KB?


lam rahim untuk
mencegah per-
temuan sel telur
ber ?
6 minggu setelah melahirkan
Dalam 7 hari saat haid
dengan sperma. Setiap saat jika tidak hamil
 Evektifitas ting-
gi
 Jangka panjag (8 - 10 tahun)
 Tidak mengganggu produksi ASI
 Tidak mengganggu hubungan seksual
 Tidak mempengaruhi berat badan
 Haid bisa lebih banyak.

SEMOGA BERMANFAAT

191

Anda mungkin juga menyukai