Anda di halaman 1dari 51

LAPORAN AKHIR

Riset-Aksi Restorasi Gambut Tahun 2018

Studi Pengembangan Ekowisata


Terintegrasi Restorasi Gambut
pada Daerah Aliran Sungai Rawa
Kabupaten Siak, Provinsi Riau

Tim Pusat Studi Bencana


LPPM, Universitas Riau,
Pekanbaru
LAPORAN AKHIR
Riset-Aksi Restorasi Gambut Tahun 2018

STUDI PENGEMBANGAN EKOWISATA


TERINTEGRASI RESTORASI GAMBUT
PADA DAERAH ALIRAN SUNGAI RAWA
KABUPATEN SIAK, PROVINSI RIAU

Dilaporkan kepada:

BADAN RESTORASI GAMBUT REPUBLIK INDONESIA

Tim Pusat Studi Bencana


LPPM, Universitas Riau, Pekanbaru
Tim Peneliti

Ahmad Muhammad
Nurul Qomar
Zuli Laili Isnaini
Ani Widyasari
Radith Mahatma
SEKAPUR SIRIH

Naskah ini sebenarnya belum benar-benar merupakan Laporan Akhir dari “Studi
Pengembangan Ekowisata Terintegrasi Restorasi Pada Daerah Aliran Sungai
Rawa.” Hal ini mengingat masih cukup banyaknya data yang belum selesai
dianalisis. Meskipun demikian, bagaimanapun kami bersyukur kami kepada Allah
Subhannahu Wata’ala yang telah memberikan kekuatan untuk menyelesaikan
tahap pengumpulan data dan laporan yang masih sangat sederhana ini.

Kami mengucapkan terimakasih kepada Badan Restorasi Gambut (BRG) Republik


Indonesia, khususnya Kedeputian IV, yang telah memberikan kepercayaan kepada
kami untuk mengampu studi ini dan juga kepada Pusat Studi Bencana (PSB) LPPM
Universitas Riau yang mendukung pelaksanaan studi ini.

Kami juga berterimakasih kepada Pemerintah Kabupaten Siak, terutama melalui


kewenangan yang diberikan kepada Asisten Bupati I, Bappeda, Dinas Lingkungan
Hidup, dan Dinas Pariwisata. Kami mengucapkan terimakasih kepada Camat dan
Sekretaris Camat Sungai Apit, Penghulu kampung Rawa Mekar Jaya dan Penghulu
Kampung Sungai Rawa.

Kami mengingat bantuan yang diberikan oleh LSM Bina Cinta Alam Kabupaten Siak
dan Kelompok Penggiat Wisata Mangrove “Rumah Alam Bakau” , Kelompok Madu
Sialang di Kampung Rawa Mekar Jaya serta Kelompok Penggiat Wisata Mangrove
Kampung Sungai Rawa.

Kami sangat menghargai bantuan para asisten kami, Windy Wulandary yang telah
mengurusi administrasi, serta Abdul Ronny, Imas Hendry Kurniawan, Nasri, dan
Awil yang telah banyak membantu pengumpulan data di lapangan.

Sekali lagi, kami maklumatkan, bahwa sebenarnya laporan ini masih jauh dari
bentuk finalnya, karena begitu banyaknya kekurangan yang masih harus
diperbaiki. Meskipun demikian, “versi sementara” ini pun semoga membawa
manfaat. Aamiin...

Pekanbaru, 26 Desember 2018

Tim Peneliti
DAFTAR ISI

Halaman

I. PENDAHULUAN ............................................................................................................... 1

II. GAMBARAN UMUM WILAYAH STUDI............................................................. 3

III. SOSIALISASI DAN KOORDINASI....................................................................... 7

IV. PERSIAPAN DEMO EKOWISATA TERINTEGRASI RESTORASI 10

GAMBUT...................................................................................................................

V. PELAKSANAAN DEMO EKOWISATA TERINTEGRASI RESTORASI 15

GAMBUT...................................................................................................................

VI. HASIL KONSULTASI PUBLIK.............................................................................. 24

DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................... 33

LAMPIRAN...................................................................................................................... 34
I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Sungai Rawa merupakan sebuah badan air terpenting yang berhubungan dengan
Danau Atas dan Danau Bawah dalam Taman Nasional Zamrud yang berada di
Kabupaten Siak, Provinsi Riau. Rangkaian sistem hidrologi ini berada dalam
sebuah hamparan lahan gambut yang sama, yang terletak di antara dua aliran
sungai besar, yaitu Sungai Siak di bagian utara dan Sungai Kampar di bagian
selatan.

Sejak tahun 2000 telah terjadi perubahan lingkungan yang cukup dramatis pada
hamparan lahan gambut ini, terutama yang dipicu oleh deforestasi dan
pengalihgunaan lahan hutan. Pengalihgunaan lahan hutan menjadi lahan budidaya
yang umumnya harus didahului dengan pembuatan kanal-kanal drainase telah
mengakibatkan pengeringan gambut. Ketika gambut menjadi kering sementara
masyarakat menggunakan api dalam pembukaan dan penyiapan lahan, kebakaran
lahan gambut yang meluas sering terjadi dari tahun ke tahun, terutama pada
bulan-bulan yang memiliki curah hujan kecil. Kebakaran ini telah mengakibatkan
bencana kabut-asap berskala besar yang dampaknya jauh melampaui batas
wilayah negara.

Oleh karenanya, Pemerintah Indonesia mengamanatkan kepada Badan Restorasi


Gambut (BRG) untuk melakukan upaya-upaya restorasi wilayah-wilayah
bergambut, termasuk dalam wilayah yang telah disebutkan di atas. Dalam hal ini,
BRG memandang adanya potensi untuk mengintegrasikan restorasi gambut
dengan ekowisata berbasis Sungai Rawa, sehingga meminta dilakukannya
pendataan potensi yang ada (apabila benar-benar ada) dan mengevaluasi
potensinya untuk dikembangkan dengan strategi yang sesuai.

1.2. Rumusan Permasalahan


Mengingat masih sedikitnya informasi yang telah diketahui tentang kondisi Sungai
Rawa beserta daerah aliran sungainya, maka dalam studi ini dirumuskan
permasalahan sebagai berikut:

1
1. Bagaimanakah sebenarnya karakteristik sumberdaya ekowisata yang ada dalam
ekosistem daerah aliran Sungai Rawa?
2. Bagaimanakah potensi daerah aliran Sungai Rawa sebagai sebuah destinasi
ekowisata?
3. Bagaimanakah potensi penyelenggaraan ekowisata daerah aliran Sungai Rawa
yang terintegrasi dengan restorasi gambut?
4. Bagaimanakah strategi untuk mengembangkan ekowisata daerah aliran Sungai
Rawa yang terintegrasi dengan restorasi gambut dan seperti apakah disain
umum ekowisata terintegrasi yang dimaksud?

1.3. Tujuan Kegiatan


Mengacu kepada permasalahan yang telah dirumuskan di atas, maka tujuan studi
ini adalah sebagai berikut:
1. Melakukan pendataan karakteristik kondisi sumberdaya ekowisata di daerah
aliran Sungai Rawa.
2. Menganalisis potensi daerah aliran Sungai Rawa sebagai destinasi ekowisata.
3. Melakukan uji-coba paket ekowisata terintegrasi restorasi gambut di daerah
aliran Sungai Rawa.
4. Merumuskan strategi dan disain umum ekowisata terintegrasi restorasi
gambut yang sesuai untuk daerah aliran Sungai Rawa.

1.4. Luaran Kegiatan


Melalui pelaksanaan kegiatan ini diharapkan akan diperoleh luaran sebagai
berikut:
1. Diperolehnya informasi tentang karakteristik kondisi sumberdaya ekowisata di
daerah aliran Sungai Rawa.
2. Diperolehnya informasi tentang potensi daerah aliran Sungai Rawa sebagai
destinasi ekowisata.
3. Diperolehnya arahan, strategi dan disain umum pengembangan ekowisata
terintegrasi restorasi gambut yang sesuai untuk daerah aliran Sungai Rawa.

2
II. GAMBARAN UMUM WILAYAH STUDI

2.1. Lokasi dan Kondisi Wilayah


Sungai Rawa mengalir dari hulu ke hilir hingga ke muaranya di Selat Panjang atau
Selat Lalang yang berada di antara daratan Pulau Sumatera dan Pulau Tebing
Tinggi. Secara administratif, sungai ini sebenarnya mengalir melalui wilayah
Kampung Dayun, Kampung Sungai Rawa, dan Kampung Rawa Mekar Jaya. Studi ini
difokuskan pada kampung yang terakhir. Pemilihan ini didasari oleh adanya
kelompok masyarakat yang sudah menyelenggarakan kegiatan wisata berbasis
hutan mangrove, yang berada di sebuah tanjung Sungai Rawa dalam wilayah
kampung ini. Kelompok penggiat wisata ini bernama “Rumah Alam Bakau” yang
dipimpin oleh Bapak Sutiono.

Kampung Rawa Mekar Jaya berada pada jarak sekitar 40 km dari ibukota
kecamatan, yaitu Sungai Apit, dan berjarak sekitar 43 km dari Siak Sri Inderapura,
ibukota Kabupaten Siak. Jarak kampung ini dari Pelabuhan Buton sekitar 15 km,
sedangkan ke Pekanbaru dan Selatpanjang kurang lebih 120 km dan 75 km
sebagaimana ditunjukkan gambar di bawah ini.

Wilayah Kampung Rawa Mekar Jaya yang diapit oleh dua kampung lain, yaitu
Sungai Rawa dan Penyengat

Kampung Rawa Mekar Jaya sebelumnya merupakan bagian dari wilayah Kampung
Sungai Rawa yang kemudian memekarkan diri pada tahun 2012. Luas wilayah

3
yang termasuk dalam pemekaran ini mencapai 15.870 ha, yang sebagian sisinya
dibatasi oleh aliran Sungai Rawa. Wilayah ini terbagi menjadi lima Rukun
Kampung (RK) dan 10 Rukun Tetangga (RT). Adapun batas-batas administratif
kampung ini dari berbagai sisi dapat dirangkum sebagaimana yang ditunjukkan
oleh tabel berikut ini.

Sisi Pembatas
Utara Sungai Rawa
Timur Selat Panjang / Selat Lalang
Selatan Kampung Penyengat
Barat Kampung Dayun

Wilayah Kampung Rawa Mekar Jaya didominasi oleh lahan gambut, yang mana
14.600 ha (92%) diantaranya berupa lahan gambut dan sisanya seluas 1270 ha
(8%) merupakan lahan non-gambut atau bertanah mineral. Secara umum wilayah
ini adalah dataran rendah yang rata dengan elevasi rata-rata tidak lebih dari 10 m
dpl.

Sebenarnya Kampung Rawa Mekar Jaya memiliki tutupan hutan alam yang cukup
luas, yaitu 13.520 ha atau 85,2% dari luas wilayah. Tetapi dalam lima tahun
terakhir (2013-2018) telah terjadi banyak kerusakan hutan sebagai akibat
penebangan dan pengalihgunaan lahan hutan menjadi lahan kebun, termasuk yang
berada di sempadan sepanjang aliran Sungai Rawa. Kemungkinan pada saat
sekarang luas tutupan hutan yang ada sudah menyusut hingga tinggal sekitar 5000
ha atau Sebagai penggantinya, luas lahan yang dibudidayakan sebagai kebun
semakin meluas, yaitu diperkirakan setidaknya mencapai 2000 ha.

2.2. Kependudukan
Menurut data kependudukan Kampung Rawa Mekar Jaya yang tersedia hingga
tahun 2016 (lihat tabel di bawah), jumlah penduduk kampung ini mencapai 1.010
jiwa pada tahun 2016. Meskipun belum dilakukan pendataan ulang, jumlah ini
diyakini sudah bertambah pada tahun 2018 ini. Dari wawancara dengan sejumlah
tokoh masyarakat, jumlah penduduk kampung ini diduga kemungkinan sudah
mengalami penambahan hingga setidaknya 1.250 jiwa saat ini. Sumber
pertambahan penduduk ini selain natalitas (kelahiran) juga imigrasi (kehadiran

4
pendatang). Penduduk kampung ini terdiri dari dua kelompok suku, yaitu Jawa
dan Melayu dengan proporsi yang kurang lebih sama. Diantara kedua suku ini juga
cukup banyak terjadi asimilasi melalui perkawinan.

Tahun Laki-laki Perempuan Jumlah


2014 462 400 862
2015 420 407 827
2016 520 490 1.010
Sumber: Profil Kampung Rawa Mekar Jaya (2016)

2.3. Perekonomian
Perekonomian masyarakat Kampung Rawa Mekar Jaya hingga tahun 2010
didominasi oleh dua kegiatan pokok, yaitu kegiatan di bidang kehutanan dan
perikanan. Di bidang yang pertama, hampir semua warga kampung yang pada
waktu itu masih warga Kampung Sungai Rawa bekerja sebagai buruh pembalakan
(logging), baik yang berlangsung secara legal ataupun ilegal. Kegiatan ini di bidang
kehutanan masih berlangsung hingga saat ini, tetapi hanya berskala kecil. Dulu,
ketika pengawasan pembalakan masih belum seketat sekarang, warga kampung ini
mengambil kayu-kayu balak berkelas, seperti bintangur, kempas, malas, meranti,
parak dan sebagainya. Sekarang, selain karena adanya pengawasan yang semakin
ketat, kayu-kayu balak semacam ini sudah menjadi sangat langka. Oleh karenanya
kegiatan di bidang kehutanan pada saat ini lebih banyak berupa penebangan
pohon mahang.

Hal yang serupa terjadi di bidang perikanan yang berbasis sungai dan tasik (dalam
Taman Nasional Zamrud). Menurut penuturan sejumlah warga, hingga awal tahun
2000an ikan masih mudah diperoleh di kedua jenis perairan ini. Ikan-ikan yang
bernilai ekonomi tinggi seperti belida, toman dan tapah masih banyak sehingga
kegiatan perikanan tangkap pada waktu itu memberikan hasil yang cukup
signifikan bagi warga. Tetapi setelah tahun 2005 jumlah ikan yang dapat ditangkap
secara umum semakin menurun dan jenis-jenis ikan-ikan yang bernilai ekonomi
tinggi sebagaimana disebutkan di depan semakin sulit dijumpai.

5
Pada tahun 2015, sebagian warga mulai mencoba pertanian, khususnya dengan
fokus cabai merah. Usaha ini saat ini cukup berkembang, dengan areal yang
dibudidayakan bertambah luas dan melibatkan semakin banyak warga kampung.

Usaha pertanian yang sedang berkembang di Kampung Rawa


Mekar Jaya, yaitu budidaya cabe merah dengan sistem yang
cukup intensif

6
III. SOSIALISASI DAN KOORDINASI

3.1. Pemerintah Kabupaten Siak


Pertemuan dalam rangka sosialisasi dengan Pemerintah Kabupaten Siak beserta
jajaran kedinasan terkait telah dilaksanakan melalui dua kesempatan pertemuan,
yaitu pada tanggal 28 Agustus 2018 dan 13 September 2018. Kedua pertemuan
yang berlangsung di Siak Sri Inderapura ini bertujuan untuk: (a) memohon izin
dan memaparkan rencana kegiatan; (b) memohon masukan; dan (c) memohon
dukungan dari Pemerintah Kabupaten Siak. Pertemuan pertama dilaksanakan di
Kantor Dinas Pariwisata dan diikuti oleh Kepala Dinas dan Sekretaris Dinas,
sedangkan yang kedua di Kantor Bupati dan diikuti oleh Asisten Bupati, yang
mewakili Kepala Bappeda, yang mewakili Kepala Dinas Lingkungan Hidup, serta
Camat Sungai Apit

Melalui dua pertemuan tersebut dapat dicatat bahwa Pemerintah Kabupaten Siak
beserta jajaran kedianasannya menyatakan: (a) menyambut gembira rencana
studi; (b) meminta agar tim mematuhi peraturan-peraturan yang berlaku di
lingkungan kabupaten ini; (c) memberikan dukungan bagi pelaksanakan kegiatan
sebagaimana direncanakan, termasuk dalam bentuk dokumen-dokumen terkait
yang diperlukan oleh tim; (d) meminta tim menyampaikan hasil-hasil studi apabila
sudah selesai nanti.

Suasana pertemuan dengan unsur-unsur pemerintahan di Kabupaten Siak:


Pertemuan dengan Asisten I Bupati Siak, wakil Bappeda, Kepala Dinas Pariwisata,
dan wakil Kepala Dinas Lingkungan Hidup (kiri) dan pertemuan dengan Camat
Sungai Apit dan Camat Dayun

7
3.2 KPH Tasik Besar Serkap
Sosialisasi dan koordinasi juga dilaksanakan dengan pihak Kesatuan Pemangku
Hutan (KPH) Tasik besar Serkap yang kantornya berada di Kota Pekanbaru.
Pembicaraan dengan pejabat yang berwenang dalam unit kerja ini telah dicapai
kesepakatan sebagai berikut: (a) setiap rencana kegiatan yang dilaksanakan dalam
hutan yang berada dalam wilayah kerja KPH Tasik Besar Serkap wajib
disosialisasikan terlebih dahulu; (b) setiap rencana kegiatan yang telah
disosialisasikan hanya bisa dilaksanakan apabila sekurang-kurangnya sudah
memperoleh persetujuan dari pihak KPH Tasik Besar Serkap; (c) hasil pelksanaan
kegiatan harus dilaporkan kepada KPH Tasik Besar Serkap. Dalam hal ini, KPH
Tasik Besar Serkap menyatakan dukungan terhadap studi ini.

Pertemuan dengan Kepala KPH


Tasik Besar Serkap yang
diselenggarakan dalam rangka
memperoleh izin dan dukungan
serta bahan-bahan untuk
keperluan analisis

3.3 Pemerintah dan Masyarakat Kampung Rawa


Pertemuan secara informal dengan Bapak Hamdan, Penghulu Kampung Rawa
Mekar Jaya, telah dilakukan pada tanggal 6 Oktober 2018 di kediamannya.
Pertemuan ini dimaksudkan untuk memohon izin dan bantuan penyelenggaraan
FGD pada tanggal 7 Oktober 2018.

Pada keesokan harinya, yaitu pada tanggal 7 Oktober 2018, pertemuan FGD secara
formal diselenggarakan dengan mengambil tempat di Bangsal “Rumah Alam
Bakau.” Pertemuan ini diikuti oleh 20 orang warga kampung, yang terdiri dari
anggota masyarakat, baik yang bersuku Jawa maupun Melayu. Acara pertemuan
diawali dengan pemaparan tentang rencana studi yang disampaikan oleh salah

8
satu anggota Tim Studi (Ahmad Muhammad), yang kemudian dilanjutkan dengan
tanya-jawab.

Dari pertemuan ini dapat dicatat bahwa: (a) pamong maupun masyarakat
Kampung Rawa Mekar Jaya menyambut baik rencana pelaksnaan studi ini; (b)
mereka juga bersedia memberikan dukungan sejauh diperlukan dan sebatas
kemampuan mereka; mereka berharap bahwa kegiatan ini dapat memicu
terbentuknya kelompok-kelompok wisata baru, selain yang telah ada (“Rumah
Alam Bakau”); (d) mereka berharap kegiatan benar-benar dapat dilaksanakan agar
dampaknya bisa dirasakan bagi Kampung Rawa Mekar Jaya dan masyarakat yang
menjadi warganya.

Focus Group Discussion (FGD) yang telah berlangsung dalam suasana santai dan
interkatif

9
IV. PERSIAPAN DEMO EKOWISATA
TERINTEGRASI RESTORASI GAMBUT

4.1. Penyiapan Lokasi Berdaya Tarik Ekowisata


Melalui survei pendahuluan telah ditentukan lokasi
lokasi-lokasi
lokasi yang memiliki dayatarik
ekowisata di sepanjang aliran Sungai Rawa. Lokasi
Lokasi-lokasi
lokasi tersebut adalah:

(1) Hutan kepungan sialang yang berada di sebuah tanjung di bagian hilir
Sungai Rawa
(2) Hutan rawa gambut yang berada di bagian hulu Sungai Rawa
(3) Berbagai titik di sepanjang aliran Sungai Rawa

Selain itu, karena ekowisata yang dimaksud adalah ekowisata terintegrasi


restorasi gambut, maka juga dipilih sebuah lokasi yang dapat disinggahi dalam
satu tarikan perjalanan.
anan. Lokasi ini adalah:
(4) Plot Restorasi Gambut

Dalam hutan kepungan sialang orang mudah tersesat. Oleh karenanya sangat
diperlukan penandaan trek perjalanan yang mudah dilihat. Untuk keperluan ini
telah dipasang pancang
pancang-pancang (masing-masing
masing sepanjang 150 cm yang
dibenamkan 50 cm) pada jarak 10 m satu sama lain, yang dimulai dari bagian
depan hutan menuju pohon sialang pertama dan kedua dan jalan memutar balik.

Kelompok masyarakat madu sialang melakukan pembersihan penandaan trek


di hutan kepungan sialang

10
Dalam hutan rawa gambut yang berada di bawah pengelolaan KPH Tasik Besar
Serkap, telah tersedia infrastruktur sederhana berupa sebuah anjungan kayu,
sebuah pondok papan beratapkan daun rumbia, dan sebuah trek beralaskan
papan. Sayang sekali, beberapa segmen papan telah hilang, kemungkinan dicuri
orang, dan pondok dalam keadaan berantakan dengan atap rumbia yang tidak lagi
genap. Kondisi ini peru diperbaiki agar pondok dapat dimanfaatkan oleh para
ekowisatawan, terutama sekali untuk berteduh apabila hujan turun dan sedikit
melepaskan penat dan membuka perbekalan makan siang. Papan-papan yang
hilang juga diganti dengan pancang-pancang sebagaimana yang digunakan sebagai
penanda jalan dalam hutan kepungan sialang. Selain itu berbagai penghalang
berupa patahan dahan atau bahkan batang pohon toboh yang mulai banyak
menutupi trek juga harus dibersihkan agar tidak mengganggu perjalanan.

11
Pembenahan dan pembersihan pondok
KPH Tasik Besar Serkap agar bisa
dipergunakan oleh para ekowisatawan.

Di lokasi yang direncanakan sebagai “Plot Restorasi Gambut” yang perlu dilakukan
meliputi pembersihan lahan dan penebangan pohon secara selektif (hanya berupa
anak-anak
anak mohong dan tenggek burung). Disini perlu dipasang pancang-pancang
pancang
sebagai penanda titik tanam. Pada masing-masing
masing titik perlu digali lobang tanam
berukuran 15 cm x 15 cm x 25 cm. Selain itu juga perlu dibangun pondok kayu
sederhana untuk beristirahat dan berteduh diwaktu hujan ataupun panas.

12
Penyiapan lahan dan pembangunan pondok sederhana di lokasi yang dipilih
sebagai “Plot Restorasi Gambut”

4.2. Pelatihan Ekowisata Terintegrasi Gambut


Penyelenggaraan ekowisata membutuhkan pengetahuan dan keterampilan,
sementara untuk mengintegrasikan kegiatan ini dengan restorasi gambut
diperlukan pemahaman tentang arti restorasi gambut. Oleh karenanya telah
dilakukan pelatihan khusus untuk memberikan bekal kepada masyarakat
tempatan, khususnya mereka yang berminat menggiatkan kepariwisataan.
Pelatihan ini terdiri dari 8 jam sesi, yang diisi oleh ttiga
iga narasumber. Narasumber
pertama memberikan penjelasan secara umum tentang ekowisata dan restorasi
gambut serta bagaimana menggabungkan keduanya. Narasumber kedua
memberikan pemaparan tentang: (a) aspek
aspek-aspek
aspek teknis dalam penyelenggaraan
ekowisata; (b) aspek
spek-aspek
aspek kelembagaan dalam penyelenggaraan ekowisata; dan
(c) pelembagaan penyelenggaraan ekowisata. Narasumber ketiga khusus
memaparkan tentang: (a) pelayanan ekowisatawan; dan (b) pemanduan
ekowisatawan.

Pelatihan ini diikuti oleh 20 orang warga, yang terdiri dari 9 orang yang mewakili
kelompok wisata “Rumah Alam Bakau” dan 8 orang yang mewakili kelompok
madu sialang, dan 3 orang yang mewakili kelompok penggiat wisata mangrove
Kampung Sungai Rawa.

13
Suasana pelatihan
ekowisata yang diikuti
oleh 20 orang peserta

Suasana santai tetapi


serius selama pelatihan
ekowisata berlangsung

Dialog interaktif antara


peserta dan narasumber
serta antara para peserta

14
V. PELAKSANAAAN DEMO EKOWISATA
TERINTEGRASI RESTORASI GAMBUT

5.1. Rumah Inap Ekowisatawan


Demo ekowisata terintegrasi diawali dengan memberangkatkan para
ekowisatawan dari Kota Pekanbaru menuju Kampung Rawa Mekar Jaya.
Pemberangkatan dilaksanakan dengan sebuah bus pariwisata pada jam 07.00 dan
perjalanan menuju tujuan memakan waktu kurang lebih 4 jam, sehingga pada
sekitar jam 11.00 rombongan telah tiba di Kampung Rawa Mekar Jaya dan
langsung dibagi ke empat rumah inap yang telah disiapkan sebelumnya.

Dari pendataan yang telah dilakukan sebelumnya diketahui bahwa di Kampung


Rawa Mekar Jaya terdapat cukup banyak rumah tangga yang menyatakan bersedia
menampung para ekowisatawan menginap. Setidaknya terdapat 17 rumah tangga
yang bersedia menyediakan kamar untuk menginap dan sekaligus makan, apabila
diinginkan. Dari pengamatan di lapangan diketahui sekurang-kurangnya ada 5
buah rumah tembok dan 12 rumah papan yang layak untuk digunakan sebagai
rumah inap bagi para ekowisatawan. Dalam demo ini mereka mencoba menginap
dua malam. Dengan demikian, mereka dapat merasakan bagaimana tinggal di
tengah masyarakat di kampung ini.

Rumah Inap Jumlah Kesediaan Jumlah Jenis

Rumah tembok 5 Penginapan 17


Rumah papan 12 Penyediaan makan 17
Jumlah 17 Jumlah 17

15
5.2. Pengarungan Sungai Rawa
Pengarungan Sungai Rawa dilakukan dengan menggunakan dua perahu bermesin
yang yang dapat mengangkut 15-20 orang penumpang. Masing-masing perahu
diisi oleh 12 ekowisatawan dan tiga orang tempatan, yang bertugas sebagai
pengemudi perahu dan dua orang pemandu. Perjalanan yang dimulai dari
anjungan “Rumah Alam Bakau” di Kampung Rawa Mekar Jaya ini terbagi menjadi
empat trip sebagaimana dipaparkan berikut ini.

Trip 1
Dimulai dari anjungan tersebut, perahu bergerak ke arah hulu menuju tanjung
sungai terdekat yang hanya berjarak sekitar 20 menit perjalanan. Hutan kepungan
sialang yang dimaksud berada kurang lebih 10 menit perjalanan kaki dari tepi
sungai atau anjungan tempat kedua perahu ditambatkan.

Trip 2

Setelah mengunjungi hutan kepungan sialang, ekowisatawan dibawa menuju


hutan rawa gambut yang dikelola KPH Tasik Besar Serkap. Jarak perjalanan
menuju lokasi ini sekitar 90-100 menit.

Trip 3

Dari hutan rawa gambut yang berada di belakang Pos KPH Tasik Besar Serkap para
ekwowisatawan dibawa menuju Plot Restorasi Gambut dengan arah kembali ke
hilir. Jarak antara lokasi hutan rawa gabut dan plot ini kurang lebih 50-60 menit.

Trip 4

Dari Plot restorasi gambut para ekowisatawan dibawa kembali menghilir ke


anjungan “Rumah Alam Bakau” dan dengan demikian perjalanan arung Sungai
Rawa berakhir.

Hasil pengamatan flora dan fauna

Dari pengamatan yang dilakukan sebelumnya diketahui bahwa di sepanjang aliran


Sungai Rawa dapat dilihat berbagai jenis flora dan fauna. Dari pengamatan selama
berada dalam perjalanan telah dicatat 55 jenis flora dan 71 jenis fauna yang
kebetulan dijumpai.

16
Hutan mahang ((Macaranga spp.) Contoh salah satu titik pengamatan
menjadi vegetasi riparian homogen dengan formasi vegetasi riparian yang
yang dominan setelah formasi vegetasi lebih heterogen.
yang ada sebelumnya sudah habis
ditebangi.

Tumbuhan Jumlah Jenis Hewan Jumlah Jenis

Pohon 31 Kupu-kupu 24
Palem 5 Ikan 12
Lainnya 19 Burung 30
Jumlah 55 Mamalia 5
Jumlah 71

Salah satu hal yang dapat membuat perjalanan arung sungai ini terasa lebih
menarik adalah apabila dapat dilaksanakan tanpa terburu-buru.
terburu Di titik-titik
tertentu pemandu dapat minta pengemudi perahu berhenti untuk menunjukkan
hal-hal
hal yang mungkin menarik ba
bagi
gi para ekowisatawan, misalnya pengetahuan
lokal tentang ikan-ikan
ikan yang ada di Sungai Rawa, tentang beranekaragam satwa
darat, beraneka jenis tumbuhan obat, beraneka jenis tumbuhan liar yang dapat
dikonsumsi, dan sebagainya.

5.3. Penjelajahan Hutan Kepungan Si


Sialang
Setiba di anjungan lokasi hutan kepungan sialang, para ekowisatawan dibagi
menjadi kelompok-kelompok
kelompok yang masing
masing-masing
masing terdiri dari enam orang. Setiap
kelompok didampingi oleh seorang pemandu. Karena lokasi hutan kepungan
sialang tidak berada tepat di bel
belakang
akang sungai, maka para ekowisatawan harus
berjalan selama kurang lebih 10 menit membelah kebun sawit masyarakat hingga
tiba di bagian depan hutan ini. Dari titik ini, jarak perjalanan kaki menuju titik-titik
titik

17
pohon sialang berada melewati jalur yang cukup berat terutama apabila musim
hujan. Seluruh lantai hutan hampir tergenangi air dan dibeberapa titik air
mencapai setinggi lutut.

Hasil pengamatan flora dan fauna

Dari pengamatan yang dilakukan sebelumnya diketahui bahwa dalam hutan


kepungan sialang ini dapat dilihat berbagai jenis flora dan fauna. Dari penjelajahan
dalam hutan ini telah dicatat setidaknya 39 jenis flora dan 52 jenis fauna yang
kebetulan dijumpai.

Salah satu contoh pohon sialang yang berukuran


sangat besar (tinggi 50 m) yang terdapat dalam
hutan kepungan sialang dengan sarang lebah
besar yang bergantung pada dahan-dahannya.

Tumbuhan Jumlah Jenis Hewan Jumlah Jenis

Pohon sialang 2 Burung 44


Pohon lain 37 Mamalia 8
Jumlah 39 Jumlah 52

Salah satu hal yang dapat membuat penjelajahan hutan kepungan sialang ini terasa
lebih menarik adalah apabila dapat dilaksanakan tanpa terburu-buru. Di titik-titik
tertentu pemandu dapat menunjukkan hal-hal yang mungkin menarik bagi para

18
ekowisatawan, misalnya pengetahuan lokal tentang cara pengambilan madu hutan,
tentang beranekaragam satwa darat, beraneka jenis tumbuhan obat, beraneka
jenis tumbuhan liar yang dapat dikonsumsi, dan sebagainya.

5.4. Penjelajahan Hutan Rawa Gambut


Setiba di Pos KPH Tasik Besar Serkap, para ekowisatawan dapat beristirahat
sejenak serta untuk membuka paket makan siang yang telah dibekalkan dari
kampung. Kebetulan di lokasi ini terdapat bilik pos dari papan beratapkan daun
rumbia sehingga cukup nyaman. Setelah para ekowisatawan beristirahat, setiap
kelompok kembali didampingi pemandu masing-masing untuk memasuki hutan
rawa gambut yang berada di belakang pos. Penjelajahan dapat dilakukan dengan
mengikuti trek papan yang telah disiapkan. Meskipun demikian, perjalanan di
waktu musim hujan tetap terasa cukup berat dan menantang karena papan-papan
yang disiapkan banyak yang tenggelam dalam genangan air.

Pemandu dapat menerangkan banyak hal mengenai keanekarakaragaman jenis


pohon yang mereka kenal nama-nama lokalnya dengan sangat baik. Mereka juga
bisa menerangkan karakteristik getah, sifat kayu, serta pemnggunaannya yang
cocok. Mereka juga bisa menerangkan jenis tumbuhan mana yang memiliki bagian-
bagian tertentu yang bisa dimakan, mana yang berkhasiat obat dan sebagainya.
Sayang sekali, para pemandu umumnya tidak mau menerangkan apabila tidak
ditanya. Oleh karenanya, perjalanan ekowisata akan jauh lebih mengasyikkan
apabila hubungan antara pemandu dengan yang dipandu bersifat interaktif. Para
ekowisatawan memang harus mau bertanya tentang berbagai hal kalau ingin
memperoleh pengetahuan tentang hal-hal yang dimaksud.

Hasil pengamatan flora dan fauna

Dari pengamatan yang dilakukan sebelumnya diketahui bahwa dalam hutan rawa
gambut ini dapat dilihat berbagai jenis flora dan fauna, meskipun untuk melihat
fauna dibutuhkan lebih banyak kesabaran dan waktu. Dari penjelajahan dalam
hutan ini telah dicatat setidaknya 65 jenis flora dan 54 jenis fauna yang kebetulan
dijumpai.

19
Pemandangan dari udara kerimbunan
tajuk pohon-pohon
pohon hutan rawa gambut
yang sangat heterogen di sekeliling Pos
KPH Tasik Besar Serkap.

Tumbuhan Jumlah Jenis Hewan Jumlah Jenis

Pohon 52 Burung 45
Palem 9 Mamalia 9
Pandan 4 Jumlah 54
Jumlah 65

5.5. Penanaman Lahan Gambut Terdegradasi


Tujuan utama ekowisata terintegrasi restorasi gambut, selain berwisata juga
melakukan restorasi gambut. Dalam studi ini fokusnya adalah revegetasi atau
penanaman, khususnya penanaman pohon. Lokasi yang dipilih adalah sebidang
lahan milik seorang warga Kampung Rawa Mekar Jaya yyang
ang berada di sempadan
Sungai Rawa. Lahan seluas ini hanya tertutupi belukar yang didominasi mahang.
Pohon-pohon
pohon yang telah besar (dengan diameter batang 10 cm atau lebih) sengaja
disisakan selebihnya ditebas untuk menciptakan ruang penanaman bibit pohon
hutan rawa gambut. Jenis
Jenis-jenis
jenis yang ditanam adalah meranti, bintangur , suntai,
parak, dan kelat.

Para ekowisatawan dipersilahkan memilih jenis


jenis-jenis
jenis yang masing-masing
masing ingin
tanam sesuai dengan bibit yang tersedia. Pancang
Pancang-pancang
pancang telah disiapkan sebagai
penanda titik tanah, demikian lobang tanamnya. Sebelum penanaman, mereka
diberi penjelasan terlebih dahulu tentang cara menaruh bibit dalam lobang tanah
dan cara membuka polybag wadah perakaran bibit, serta cara menutup kembali
lobang tanam yang telah ter
terisi
isi bibit. Para pemandu bisa memberikan penjelasan

20
juga tentang bagaimana pada masa sebelumnya (hingga tahun 2010) kayu sangat
berlimpah di kawasan ini, tetapi sekarang persediaan kayu alam semakin menipis
karena masifnya penebangan dan pembukaan lahan yyang
ang berlangsung dan bahkan
masih terus berlangsung higga saat ini. Dalam demo ekowisata ini telah ditanam
setidaknya 500 bibit pohon sebagai wujud langkah pertama mempersiapkan kayu
untuk generasi yang akan datang.

5.6. Gerai Kulinari Lokal


Kulinari lokal adala
adalahh suatu bentuk budaya yang dapat dikaitkan dengan suatu
perjalanan ekowisata. Apalagi apabila dalam kulinari lokal ini digunakan berbagai
bahan yang berupa tumbuhan maupun hewan liar dari lingkungan sekitar. Dari
pendataan yang telah dilakukan sebelumnya dapat diperoleh informasi tentang
adanya berbagai jenis masakan atau makanan lokal yang menggunakan 12 jenis
tumbuhan liar dan 9 jenis hewan liar, terutama sekali hewan
hewan-hewan
hewan akuatik.

Bahan Masakan Jumlah Jenis*

Hewan 9
Tumbuhan 12
Jumlah 21

*Sebagai bahan makanan

Gerai kulinari lokal dilaksanakan sebagai puncak acara demo ekowisata, yaitu
pada malam kedua setelah seharian para ekowisatawan diperkenalkan kepada
sejumlah obyek yang terdapat di sepanjang aliran Sungai Rawa. Dalam gerai ini
dihidangkan lebih dari 20 ssajian
ajian hidangan sebagai menu makan malam. Mereka
21
bisa mencoba berbagai sayur lalapan yang dikenal oleh warga kampung dan juga
berbagai sayur yang dimasak. Mereka juga mencoba berbagai makanan berbahan
hewan, teristimewa makohe yang banyak dijumpai hidup di tanah hutan
mangrove.

5.7. Foto Dokumentasi Demo Ekowisata

Perjalanan menuju
hutan kepungan
sialang diiringi
hujan gerimis

Perjalanan dari
hutan kepungan
sialang menuju
hutan rawa gambut
di bagian hulu
Sungai Rawa

Penjelasan tentang
pohon sialang oleh
salah seorang
pemandu

22
Foto bersama para
ekowisatawan di
dalam hutan rawa
gambut

23
VI. HASIL KONSULTASI PUBLIK

6.1. Masukan dari Bappeda Kabupaten Siak


Bappeda Kabupaten Siak menyambut gembira apabila Sungai Rawa yang
merupakan salah satu aset daerah ini dapat dikembangkan menjadi sebuah
destinasi ekowisata, teristimewa apabila hal ini juga dapat diintegrasikan dengan
upaya restorasi gambut. Kabupaten Siak memiliki wilayah seluas sekitar 8300 km2
yang kurang lebih 53% diantaranya merupakan wilayah berlahan gambut. Dari
wilayah ini, kira-kira 34% diantaranya merupakan lahan gambut dalam, termasuk
yang terdapat pada daerah aliran Sungai Rawa. Dengan kondisi wilayah seperti ini,
cukup bisa dimaklumi, kabupaten ini menghadapi banyak masalah yang berkenaan
dengan pengelolaan lahan gambut. Di satu sisi, harus diakui, pembangunan terus
bergerak dan tidak terhindarkan lahan-lahan gambutpun turut dimanfaatkan dan
akibatnya mengalami kerusakan atau degradasi. Kita semua tahu, degradasi lahan
gambut menciptakan kerawanan kebakaran dan kita sudah berpengalaman
merasakan penderitaan berulangkali yang diakibatkan oleh bencana kabut-asap
(haze). Apa yang baru saja dipaparkan sebagai hasil studi dari tim ini di satu sisi
sangat menggembirakan, tetapi di sisi lain juga sangat mengkhawatirkan. Pertama,
yang menggembirakan adalah terungkapnya potensi daerah yang terdapat di
Sungai Rawa, khususnya Kampung Rawa Mekar Jaya. Aliran sungai berair gambut
yang disebut “sungai air hitam” (black-watered river) ini tentu saja memang bisa
memiliki daya tarik tersendiri, terutama apabila sepanjang sempadannya masih
ditumbuhi vegetasi aslinya, yaitu hutan rawa gambut. Tim barusaja memaparkan
bagaimana kekayaan keanekaragaman hayati yang berupa flora maupun fauna
yang bisa dijumpai di sepanjang aliran Sungai Rawa. Meskipun mungkin tidak
spektakuler, kekayaan ini tampak cukup berharga untuk dipromosikan melalui
penyelenggaraan ekowisata. Kedua, yang mengkhawatirkan adalah sebagaimana
diungkapkan dalam salah satu butir kesimpulan, adanya kenyataan kerusakan
lingkungan yang sampai hari ini dan entah sampai kapan terus saja terjadi.
Kerusakan ini tentu saja mengancam potensi yang sebetulnya menggembirakan
itu. Dalam hal ini, tidak dapat dipungkiri adanya keterbatasan kewenangan
pemerintah daerah dalam mengatur dan mengendalikan kegiatan-kegiatan

24
kehutanan dan perkebunan berskala besar yang izin-izin operasinya dikeluarkan
oleh pemerintah pusat. Tetapi, mungkin ini memang salah satu tantangan yang
harus dihadapi di daerah. Sebagaimana disebutkan dalam paparan tadi,
Pemerintah Kabupaten Siak sudah mencanangkan tekad untuk menjadikan
wilayah ini sebagai “kabupaten hijau” mendahului kabupaten-kabupaten lainnya.
Canangan tekad ini sudah pasti memiliki konsekuensi. Penyelenggaraan
pembangunan di wilayah ini harus “hijau,” artinya mengupayakan meminimalkan
dampak negatif dan memaksimalkan dampak positif bagi manusia dan alam
sekelilingnya. Ekowisata adalah salah satu kegiatan yang selaras (inline) dengan
tekad ini, karena ekowisata mengalihkan kegiatan income-generating yang bersifat
ekstraktif dan destruktif menjadi kegiatan income-generating yang bersifat non-
ekstraktif dan bahkan konstruktif. Kami berharap, pemaparan hasil studi ini
memicu munculnya inisiatif-inisiatif dari berbagai kalangan untuk berani
menciptakan langkah-langkah kongkrit dalam rangka mewujudkan Sungai Rawa
sebagai sebuah destinasi ekowisata yang tidak saja atraktif tetapi juga produktif,
sehingga mendatangkan manfaat bagi masyarakat setempat.

6.2. Masukan dari Dinas Lingkungan Hidup


Sangat menggembirakan mengetahui bahwa ternyata di Sungai Rawa juga terdapat
potensi ekowisata, yang selain berupa sungai, hutan beserta kekayaan
keanekaragaman flora dan faunanya, juga terdapat potensi budaya, termasuk
budaya kuliner yang tampaknya cukup unik. Dinas Lingkungan Hidup menghargai
kerja-keras tim yang telah mengungkapkan potensi-potensi ini. Memang yang
menjadi tantangan terbesar adalah bagaimana membuat potensi ini dapat
diperkenalkan kepada masyarakat melalui penyelenggaraan ekowisata dan
bagaimana membuat masyarakat setempat memperoleh manfaat dari kegiatan
yang diselenggarakan. Dinas Lingkungan Hidup mendorong setiap gagasan
pengembangan wilayah yang mengacu kepada peraturan-perundangan yang
berlaku tentang pengelolaan lingkungan hidup, termasuk daerah aliran sungai
(DAS).

6.3. Masukan dari Dinas Pariwisata


Dinas Pariwisata memberikan dukungan penuh terhadap gagasan menjadikan
Sungai Rawa sebagai sebuah destinasi ekowisata. Apa yang telah dipaparkan oleh

25
tim mengungkapkan bahwa potensi itu memang ada apabila kita mau berusaha
menggalinya. Kami bergembira mengetahui kekayaan keanekaragam flora dan
fauna yang terdapat di sepanjang aliran Sungai Rawa, dan berharap aset daerah ini
benar-benar dapat digali manfaatnya secara nyata bagi masyarakat, khususnya
melalui penyelenggaraan ekowisata. Kami juga terkesan mendengar bahwa
ternyata di wilayah studi tidak hanya terdapat kekayaan alam saja, melainkan juga
terdapat kekayaan sosial dan buadaya. Sangat menyenangkan mendengar bahwa
warga Kampung Rawa Mekar Jaya cukup antusias dan ramah menerima para
wisatawan, termasuk yang berminat menginap barang satu atau beberapa malam.
Informasi ini semakin memperkuat gagasan membuat sebuah “nexus” wisata, yang
menghubungkan dua ekosistem yang sebenarnya memang tidak terpisahkan, yaitu
ekosistem Tasik Besar dan Tasik Bawah dalam Taman Nasional Zamrud dan
Sungai Rawa yang tidak lain merupakan oulet utama air dari dalam taman nasional
ini. Kebetulan dalam hal ini Dinas Pariwisata juga sedang merencanakan
pembangunan wahana wisata berbasis tasik di dalam taman ini. Sungai Rawa
dapat menjadi gerbang sekaligus koridor akuatik (waterways) yang akan
membawa para wisatawan ke dalam alam rawa gambut yang sangat unik. Tetapi
hal ini bisa jadi hanya angan-angan kosong belaka, apabila kita tidak berjuang
untuk bersama-sama mewujudkannya. Oleh karenanya, kami berharap, para pihak
yang secara umum memiliki kepentingan terhadap wilayah ini maupun yang
secara khusus menaruh kepentingan terhadap daerah aliran Sungai Rawa untuk
bisa bertemu dan bersinergi mewujudkan gagasan ini. Kami dapat dengan mudah
melihat ada setidaknya empat keuntungan sekaligus apabila kita bisa
memanfaatkan potensi ekowisata Sungai Rawa, yaitu: Pertama, keuntungan yang
berupa meningkatnya pengawasan terhadap alam yang tersisa di sepanjang aliran
sungai ini, sehingga tidak bertambah rusak. Kedua, keuntungan yang berupa upaya
pemulihan lingkungan yang mengalami kerusakan baik yang berupa gambut
maupun vegetasinya. Ketiga, keuntungan yang berupa termanfaatkannya aset
daerah ini untuk pendidikan dan penyadaran tentang arti penting alam. Keempat,
keuntungan yang berupa peluang peningkatan pendapatan masyrakat melalui
kegiatan-kegiatan yang tidak bersifat destruktif sebagaimana yang umum terjadi
selama ini. Meskipun demikian, kami sebagai salah satu organ pemerintah,
khususnya Pemerintah Kabupaten Siak, belum melihat apa sebenarnya

26
rekomendasi kongkrit yang dihasilkan dari studi ini dan bagaimana strategi
pengembangan ekowisata yang dimaksud. Kami berharap, ada sesuatu yang bisa
kami rujuk sebagai bahan pertimbangan maupun pedoman bagi kami dalam
melaksanakan kewajiban kami sebagai bagian dari eksekutif pemerintahan daerah
ini.

6.4. Masukan dari KPH Tasik Besar Serkap


KPH Tasik Besar Serkap tidak berkeberatan apabila wilayah kelolanya yang
beririsan dengan daerah aliran Sungai Rawa dimanfaatkan secara positif dan tidak
destruktif. Sebagai kelanjutan dari studi ini diharapkan ada pelibatan KPH Tasik
Besar Serkap dalam proses perencanaan program agar sebanyak mungkin hal
disinergikan dengan program KPH Tasik Besar Serkap Sendiri. Upaya restorasi
vegetasi, khususnya hutan rawa gambut misalnya, membuat kegiatan ekowisata
tidak saja tidak bersifat destruktif melainkan justru konstruktif. Meskipun
demikian, diperlukan koordinasi dalam memilih lokasi-lokasi sasaran dengan
mempertimbangkan status peruntukan lahan, status kepemilikan lahan, dan status
pengelolaan lahan serta kondisi eksisting lahan.

6.5. Masukan dari Masyarakat


6.5.1. Pamong Kampung Rawa Mekar Jaya
Sepatutnya pengembangan ekowisata di wilayah kampung kami disambut
gembira. Kami yakin, tujuan kegiatan ini positif dan diharapkan memberikan
dampak yang positif pula bagi masyarakat, khususnya kami warga Kampung Rawa
Mekar Jaya. Meskipun demikian, mohon dimaklumi bahwa hingga saat ini kegiatan
pemanfaatan sumberdaya alam masih menjadi tumpuan hidup dari banyak warga
kami. Kami juga berharap lembaga pemerintahan pada tingkat kampung dapat
dilibatkan dalam perencanaan maupun pengelolaan program-program kegiatan
ekowisata. Karena aliran Sungai Rawa menjadi bagian dari wilayah kerja kami,
maka bagaimanapun kami ikut memiliki kewajiban dan hak untuk terlibat dalam
program-program yang dimaksud.

6.5.2. Kelompok Masyarakat Wisata Mangrove


Kami dari kelompok masyarakat wisata mangrove “Rumah Alam Bakau” Kampung
Rawa Mekar Jaya sangat senang dengan adanya perhatian yang diberikan terhadap
aliran Sungai Rawa, yang sudah turun-temurun menjadi bagian penting dalam

27
kehidupan kami. Kami merintis penyelamatan dan perlindungan sisa hutan
mangrove yang sekarang kami kelola sebagai wahana wisata “Rumah Alam Bakau”
sejak tahun 2015. Sekarang usaha kami sudah cukup berkembang. Tiga hal yang
ingin kami capai sedikit demi sedikit mulai terwujud, yaitu: Pertama, kami ingin
menyelamatkan dan melindungi sisa hutan mangrove yang masih ada dalam
wilayah desa kami. Kedua, kami ingin masyarakat bisa memperoleh manfaat dari
hutan tersebut, tetapi manfaat yang bersifat rekreatif dan edukatif, bukan
destruktif seperti yang sudah terjadi di masa-masa sebelumnya. Ketiga, kami ingin
anggota-anggota Masyarakat peduli Api (MPA) Kampung Rawa Mekar Jaya
memperoleh pendapatan, mengingat kerja sebagai sukarelawan pengawas dan
pengendali api yang penuh risiko tidak digaji sama sekali. Keempat, kami ingin
mengangkat nama kampung yang sebelumnya seakan tidak ada dalam peta dan
tidak pernah diketahui orang. Oleh karenanya, kami merasa gembira melihat
adanya peluang untuk memperluas pekerjaan yang berkaitan dengan lingkungan
ini. Gagasan pengembangan ekowisata berbasis Sungai Rawa membuka peluang
untuk menjaga dan memanfaatkan lingkungan tetapi tidak secara destruktif,
sebagaimana telah kami upayakan di “Rumah Alam Bakau.” Kami siap
berkoordinasi dan bekerjasama dengan pihak-pihak yang setuju dan berkeinginan
membantu terwujudnya gagasan ini.

6.5.3. Kelompok Wisata Mangrove Kampung Sungai Rawa


Kami dari kelompok masyarakat penggiat wisata mangrove Kampung Sungai Rawa
sangat bergembira mendengar adanya pemikiran pengembangan ekowisata
dengan obyek utama Sungai Rawa. Kebetulan kawasan mangrove yang sejak tahun
2010 lalu kami lindungi dan coba pulihkan berda di muara dari sungai ini. Sebagai
warga kampung Sungai Rawa kami berharap, kegiatan ekowisata yang
direncanakan jangan hanya difokuskan kepada wilayah Kampung Rawa Mekar
Jaya saja, mengingat sebenarnya salah satu sisi dari sungai ini termasuk dalam
wilayah kampung kami. Kedua, kami kebetulan juga sudah sejak tahun 2012 lalu
merintis “sekolah alam” khususnya yang fokus pada lingkungan mangrove. Oleh
karenanya kami berharap, kegiatan ekowisata yang digagas bisa menunjang upaya
edukasi masyarakat, tidak saja masyarakat yang berdatangan sebagai wisatawan
melainkan juga masyarakat tempatan yang sekarang ini semakin tidak mengenal
dan oleh karenanya juga tidak menghargai alam lingkungan sekitar mereka

28
sendiri. Alangkah baik, apabila Pemerintah Kabupaten Siak dan juga perusahaan
memberikan dorongan dan bantuan kepada upaya menghidupkan “sekolah alam”
ini demi mempersiapkan generasi penerus yang lebih “sadar lingkungan.”

6.5.4. Kelompok Masyarakat Madu Sialang


Kami dari kelompok masyarakat madu sialang Kampung Rawa Mekar Jaya
berharap kegiatan ekowisata dapat memberikan dua dampak positif terhadap
kami, yaitu pertama membantu melindungi aset-aset kami yang berupa kepungan-
kepungan sialang yang menjadi sumber penghidupan kami, dan kedua, membantu
mempromosikan kegiatan kami mengambil madu dari pohon-pohon sialang
sebagai suatu bentuk atraksi wisata kepada masyarakat umum. Sebagaimana
mungkin sudah mulai diketahui, sekarang ini semakin banyak pohon-pohon
sialang yang ditinggalkan oleh lebah. Penyebab utama dari hal ini adalah hilangnya
hutan pelindung pohon-pohon sialang tersebut serta seringnya terjadi kebakaran
yang asapnya mengusir lebah. Apabila nanti kegiatan ekowisata benar-benar dapat
diselenggarakan, mohon kami jangan ditinggalkan. Sebaiknya, para ekowisatawan
jangan hanya diajak mengarungi sungai dari hilir ke hulu dan kembali ke hilir saja,
melainkan mereka harus diajak mengenal kepungan-kepungan sialang yang kami
kelola sebagai sumber madu alam.

6.5.5. Lembaga Swadaya Masyarakat Bina Cinta Alam Kabupaten Siak


Kami tentu saja sangat menyambut baik gagasan pengembangan ekowisata
berbasis Sungai Rawa sebagaimana baru saja dipaparkan. Ada beberapa hal yang
kami catat. Pertama, masih diperlukan beberapa tahap dalam mewujudkan Sungai
Rawa sebagai sebuah destinasi ekowisata. Kedua, kerja dalam rangka mewujudkan
hal ini tidak bisa menyandarkan kepada pemerintah semata-mata, karena hal ini
hanya bisa terwujud melalaui kerjasama dari berbagai pihak. Ketiga, harus ada
pihak yang secara konsisten memperjuangkan gagasan ini agar mewujud menjadi
sebuah kenyataan sebagaimana dalam skala kecil kita bisa saksikan sebuah contoh
kasus “Rumah Alam Bakau.” Oleh karenanya, memang perlu dibuat “jaringan
ekowisata” yang menghubungkan berbagai pihak dengan simpul utama pihak yang
bersedia secara konsisten memperjuangkan hal ini. Dalam hal ini LSM Bina Cinta
Alam bersedia menjadi salah satu simpul dalam jaringan ini. Meskipun demikian,
mohon nasib kami jangan diabaikan, kalau ada budget pembangunan dari

29
pemerintah yang bisa dishare kepada pihak-pihak di tingkat tapak seperti kami
dan juga kawan-kawan di Kampung rawa Mekar Jaya, sebaiknya dishare agar kami
tidak harus terus-menerus melaksanakan kerja sebagai sukarelawan.

6.6. Masukan dari Perusahaan


Kami dari PT. Arara Abadi yang bernaung di bawah Sinarmas Forestry sangat
menghargai gagasan ini. Kegiatan ekowisata dapat memberikan manfaat ganda
bagi perusahaan. Pertama, kehadiran ekowisatawan dalam batas-batas tertentu
membantu mengamankan hutan sempadan sungai yang kami lindungi sesuai
dengan peraturan dan perundangan yang berlaku. Kami mengikuti Peraturan
Pemerintah republik Indonesia Nomor 38 Tahun 2011 Tentang Sungai, khususnya
Pasal 10 Ayat 2 yang mengharuskan dilindunginya sempadan sungai selebar
setidaknya 100 m. Kedua, kehadiran ekowisatawan juga bisa membantu menjadi
saksi bagi komitmen dan kerjakeras kami dalam menyelamatkan hutan yang
berada di sepanjang aliran Sungai Rawa yang berada dalam wilayah konsesi kami.
Menimbang hal ini, kami sangat gembira dan tertarik untuk bekerjasama dengan
para pihak yang berkeinginan mengembangan ekowisata berbasis aliran Sungai
Rawa.

6.7. Masukan dari Akademisi


Kegiatan ekowisata merupakan kegiatan wisata minat khusus, sehingga tidak usah
terlalu kecewa apabila ekowisata tidak membuat orang berbondong-bondong
mengunjungi kawasan yang dipromosikan sebagai destinasi ekowisata. Malah
sebaliknya, biasanya diberlakukan kuota kunjungan berdasarkan daya dukung
(carying capacity) dan juga tingkat kepekaan (sensitivity) ekosistem yang menjadi
obyek terhadap gangguan yang potensial timbul apabila para wisatawan
berkunjung. Oleh karenanya, sebenarnya ekowisata lebih bersifat “edukatif” dalam
arti merupakan kegiatan yang berupaya meningkatkan pengetahuan dan
kesadaran manusia terhadap alam, serta “konservatif” dalam arti berupaya
mempertahankan atau melestarikan alam yang ada, dibanding bersifat
“komersial.” Wisata alam yang bersifat massal lebih “komersial” dan berpeluang
mendatangkan keuntungan secara ekonomi bagi masyarakat tempatan, tetapi di
lain sisi dampak negatifnya terhadap ekosistem setempat juga biasanya lebih
besar. Pertanyaannya, tentu saja adalah, bagaimana menciptakan dan menjaga

30
“keseimbangan,” dalam arti “tidak menimbulkan kerusakan” dan bahkan
“memulihkan” tetapi sekaligus juga “menguntungkan” atau profitable. Diperlukan
kecermatan untuk melihat titik keseimbangan ini. Pemerintah Kabupaten Siak dan
juga masyarakat di tingkat tapak, khususnya di Kampung Rawa Mekar Jaya, jangan
sampai salah memahami visi dan misi dari ekowisata. Tidak ada ekowisata apabila
alam hanya dijadikan paket-paket komoditas yang mungkin memberikan
keuntungan finansial sesaat, tetapi mendorong terjadinya kehancuran ekosistem.
Jadi mohon dari awal ditegaskan bahwa “kesuksesan finansial” jangan dijadikan
tujuan dan juga ukuran keberhasilan dari penyelenggaraan ekowisata.

6.8. Foto Dokumentasi Konsultasi Publik

Pemaparan oleh Ketua


Tim Studi

Perhatian tamu
undangan yang mewakili
para pihak terhadap
pemaparan oleh Ketua
Tim Studi

31
Diskusi yang
berlangsung sangat
interaktif setelah
pemaparan oleh Ketua
Tim Studi

Foto bersama para


peserta pertemuan
Konsultasi Publik yang
terdiri dari personalia
yang mewakili Bappeda,
Dinas Pariwisata, Dinas
Lingkungan Hidup, KPH
Tasik Besar Serkap,
Kecamatan Sungai Apit,
Kampung Rawa Mekar
Jaya, Kampung Sungai
Rawa, Sinarmas Forestry
(PT. Arara Abadi) serta
kelompok-kelompok
masyarakat dan
akademisi.

32
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
HASIL PENGUMPULAN DATA EKOLOGI

Karakteristik Fisik Sungai Rawa


Pengamatan karakteristik fisik Sungai Rawa telah dilaksanakan dengan cakupan kurang
lebih 60% dari panjang aliran sungai ini, yaitu dari arah hilir ke hulu, yang dimulai dari
pemukiman di Kampung Rawa Mekar Jaya hingga Pos KPH Tasik Besar Serkap. Tujuan
pengamatan ini adalah untuk mengetahui seberapa mudah melakukan perjalanan air
(river cruising) di sepanjang aliran sungai ini. Hasil pengamatan yang diperoleh
dirangkum dalam tabel di bawah ini.

Hasil pengukuran dimensi fisik dan kecepatan arus Sungai Rawa

Titik Lebar Sungai Tinggi Tebing Dalam Air Kecepatan


Pengukuran* (m) (m) (m) Arus
(m/dt)**
1 14 1,1 1,1 1,3
2 16 0,9 1,2 1,6
3 17 0,8 1,2 1,0
4 24 1,2 1,7 1,5
5 27 0,7 1,9 2,2
6 33 1,3 1,6 2,5
7 30 1,3 2,7 2,0
8 39 1,5 3,2 2,6
9 35 2,1 3,5 3,1
10 44 1,6 4,0 3,2
11 42 1,9 3,3 3,6
12 40 1,7 4,7 4,5
13 45 2,5 5,4 3,0
14 43 2,3 5,6 2,2
*Diukur mulai dari depan pos KPH Tasik Besar Serkap di perbatasan Kampung Rawa Mekar Jaya hingga
belakang pabrik/kilang sagu non-aktif, informasi tentang koordinat titik pengukuran dapat dilihat dalam
lampiran **Arus permukaan saja (pada saat tidak hujan)

Dari hasil pengukuran sejauh jarak sebagaimana disebutkan di atas, dapat disimpulkan
bahwa lebar Sungai Rawa berkisar 14-43 m dengan lebar yang membesar ke arah hilir,
sedangkan ketinggian tebing berkisar 0,7-2,5 m dan kedalaman air berkisar 1,1-5,6 m
dengan kecenderungan tinggi tebing dan kedalaman air meningkat ke arah hilir.
Kecenderungan yang sama terlihat pada kecepatan arus air sungai di permukaan yang
berkisar 1-3,6 m/dt. Tiga parameter yang disebutkan terakhir, yaitu tinggi tebing,
kedalaman air dan kecepatan arus permukaan sangat dipengaruhi oleh irama pasang-
surut laut. Ketika laut pasang, air laut mendesak air tawar dari arah muara ke hulu.

1
Sejauh mana pengaruh pasang-surut laut belum diketahui, walaupun tampaknya
pengaruh air laut mencapai cukup jauh ke arah hulu. Menurut penuturan sejumlah
warga kampung yang berpengalaman di bidang perikanan sungai, pola pasang-surut
Sungai Rawa biasanya berupa dua kali pasang dan dua kali surut dalam 24 jam.
Peristiwa pasang-surut ini bisa menciptakan perubahan pemandangan yang cukup
menyolok, karena aliran sungai menyusut hingga ke tengah alur dan mengungkapkan
bantaran lumpur yang lebar di kanan-kirinya. Penyusutan lebar aliran air ini bisa
mencapai 30-40% di bagian hilir dan 5-10% di bagian hulu.

Pemandangan di sebuah lokasi pada aliran Sungai Rawa pada saat air sedang surut yang
menampakkan bantaran lumpur di kiri-kanan aliran sungai yang tersisa

Selain dipengaruhi pasang-surut laut, kedalaman air Sungai Rawa juga sangat
dipengaruhi oleh volume curah hujan pada DAS-nya. Semakin besar volume ini, maka
dengan sendirinya volume air yang mengalir ke sungai ini juga besar, sehingga
kedalamannya bertambah. Curah hujan yang tinggi terjadi pada bulan Maret-April dan
September-Desember. Menurut penuturan warga Kampung rawa Mekar Jaya yang
memiliki pengalaman merimba di masa lalu (hingga sebelum tahun 2005), setiap tahun
secara alamiah terjadi luapan air Sungai Rawa. Luapan ini bisa menutupi bantaran
sungai selebar hingga 1000 m di kiri-kanan badan sungai, menciptakan rawa gambut

2
sedalam hingga sekitar 100 cm. Jadi kemungkinan, nama “Sungai Rawa” bersumber dari
karakteristik luapan dan penggenangan seperti in
ini.

Selain dipengaruhi oleh lebar sungai dan kedalaman airnya, dapat


dapat-tidaknya
tidaknya perjalanan
air di Sungai Rawa juga sangat ditentukan oleh ada
ada-tidaknya
tidaknya rintangan berupa batang-
batang
batang dan tunggul pohon mati pada badan aliran. Dari pengamatan yang telah
dilaksanakan
akan dapat diketahui bahwa semakin jauh ke arah hulu gangguan yang
diakibatkan oleh rintangan ini ssemakin sering dan semakin berat.. Hal ini dikarenakan
selain jumlah kayu yang menghalang memang lebih banyak, badan sungai di bagian
yang lebih dekat ke arah hulu juga lebih dangkal.

Gambar 6. Contoh kayu-kayu


kayu mati yang menjadi penghalang pada aliran Sungai Rawa

Karakteristik Vegetasi Sungai Rawa


Selain kondisii aliran sungainya, kondisi vegetasi riparian sangat menentukan kualitas
estetik Sungai Rawa sebagai sebuah obyek ekowisata. Oleh karenanya, dalam survei
telah dilakukan pengamatan terhadap vegetasi yang berasosiasi baik pada aliran dan
tebing sungai maupun pada dataran sempadannya.

a. Vegetasi pada aliran dan tebing sungai


Pengamatan tumbuhan yang tterdapat
erdapat pada aliran dan tebing Sungai Rawa
mengungkapkan setidaknya 19 spesies flora penyusun vegetasi yang ada. Spesies flora
yang dijumpai tumbuh tepat pada aliran sungai hanya bakung air (Hanguana
Hanguana sp.), yang
berupa tumbuhan perdu (tak berkayu). Tumbuhan ini tumbuh mengambang di
permukaan air dengan perakaran yang menjangkar di tebing sungai dan/atau bagian
dasar tepi sungai yang relatif dangkal. Bakung air memiliki potensi dapat berkembang
pesat hingga menutupi seluruh permukaan air sungai, sehingga menyebabkan
meny
penggunaan aliran sungai untuk jalur perjalanan ((waterway)) sangat sulit atau bahkan

3
tidak mungkin sama sekali. Oleh karenanya cukup menggembirakan bahwa dalam
perjalanan survei tidak banyak ditemukan tumbuhan ini pada aliran Sungai Rawa.
Spesies flora lain yang memiliki potensi sama dengan bakung air adalah pandan rasau
(Pandanus helicopus).

Spesies tumbuhan yang dijumpai tumbuh pada aliran dan tebing Sungai Rawa

No. Nama Umum Nama Ilmiah


1 Akar kait Uncaria sp.
2 Alang-alang Imperata cylindrica
3 Bakung -
4 Beremban Sonneratia caseolaris
5 Linau Cyrtostachys lakka
6 Nipah Nypa fructicans
7 Paku cebuk Nephrolepis bisserata
8 Paku miding Stenochlaena palustris
9 Paku piai Acrostichum aureum
10 Paku uban (pakis) Petridium aquilinum
11 Palas Licuala paludosa
12 Pandan rasau Pandanus helicopus
13 Pandan selensing Pandanus sp.
14 Rotan dini Flagellaria indica
15 Rumbia (sagu) Metroxylon sagu
16 Rumput rambut Fimbristylis sp.
17 Rumput sarang Ottochola nodosa
buaya
18 Rumput senayan Scleria sumatrana
19 Sikeduduk Melastoma
malabathricum

Kehadiran paku piai (Acrostichum aureum), rumpun nipah (Nypa fructicans) dan pohon
beremban (Sonneratia caseolaris) menjadi indikator, sejauh mana air laut bisa
mendesak aliran Sungai dari arah muara ke arah hulu. Jadi kehadiran mereka tidak
merata di sepanjang aliran sungai ini, melainkan hanya sampai dimana pengaruh air
laut masih ada. Berbeda dari ketiga spesies tersebut di atas, kehadiran linau
(Cyrtostachys lakka) dan palas (Licuala paludosa) secara alamiah berada di bagian hulu
dari sungai gambut ini justru menjadi penciri dominannya pengaruh gambut.

Dari pengamatan yang telah dilakasanakan dapat diketahui bahwa terdapat bakung air
dan pandan rasau (Pandanus helicopus) di sejumlah lokasi. Hal ini perlu menjadi

4
perhatian mengingat keduanya memiliki potensi tumbuh secara invasif sehingga dapat
menyebabkan seluruh permukaan air sungai tertutupi. Pada tingkat ini, sungai tidak
akan dapat digunakan sebagai jalur perhubungan lagi karena terjadi kemampatan
(clogging).

Contoh kasus pertumbuhan bakung air (kiri) dan pandan rasau (kanan) yang
menyebabkan gangguan dayaguna sungai gambut sebagai jalur perhubungan (Sumber:
borneonews)

b. Vegetasi pada sempadan sungai


Vegetasi pada sempadan sungai gambut yang menarik bagi ekowisata adalah yang
berupa hutan alam, khususnya hutan rawa gambut. Dari penyusuran sungai yang telah
dilaksanakan (60% dari hilir menuju hulu), dapat diketahui bahwa sekitar 60-70% dari
sempadan aliran Sungai Rawa telah kehilangan tutupan hutan alamnya. Hal ini
diakibatkan oleh operasi pembalakan di masa lalu dan pengalihgunaan lahan hutan
bekas pembalakan di masa sekarang. Vegetasi hutan yang ada secara umum hanya
berupa belukar mahang (Macaranga spp.) yang tidak begitu lebar membalut aliran
sungai, yaitu hanya berkisar 10-30 m, berawal dari tebing sungai.

Pendataan spesies-spesies pohon yang dijumpai tumbuh di dekat tebing Sungai Rawa
mengungkapkan setidaknya ada 31 spesies pohon. Spesies pohon yang paling sering
dijumpai adalah mahang, yang setidaknya terdiri dari tiga spesies. Sebagai spesies
pohon pengawal (pioneer) mahang bisa tumbuh cepat membentuk kerumunan
(formation) setelah berbagai berbagai spesies pohon lain hilang.

Keanekaragaman flora, dalam hal ini yang berupa spesies pohon, yang tersisa pada
sempadan Sungai Rawa dapat dilihat di bagian hulu, mendekati pos-pos yang dikelola
oleh KPH Tasik Besar Serkap. Di bagian inilah masih terdapat forasi hutan rawa gambut

5
yang kondisinya masih cukup bagus, meskipun tidak begitu lebar (kemungkinan
berkisar 100-500 m). Di segmen sungai bagian ini, orang masih bisa menyaksikan
pohon-pohon berukuran besar seperti bengku (Madhuca sp.), durian hutan (Durio
lowii), kempas (Koompassia malaccense), meranti (Shorea spp.), mersawa (Vatica sp.),
parak dan sebagainya.

Spesies pohon sempadan sungai

No. Nama Umum Nama Ilmiah


1 Arang-arang -
2 Antui -
3 Balam -
4 Balam hijo -
5 Bengku Madhuca sp.
6 Binjai Mangifera sp.
7 Durian hutan Durio lowii
8 Geronggang Cratoxylon arborescens
9 Kelat Syzygium sp.
10 Kelat merah Syzygium sp.
11 Kelat putih Syzygium sp.
12 Kempas Koompassia malaccensis
13 Keranji -
14 Leban Vitex triloba
15 Mahang Macaranga hypoleuca
16 Mahang Macaranga pruinosa
17 Mahang Macaranga triloba
18 Medang Litsea sp.
19 Mempelam Mangifera sp.
20 Mensira -
21 Meranti batu Shorea sp.
22 Meranti bunga Shorea leprusola
23 Meranti sarang punai Shorea sp.
24 Mersawa Vatica sp.
25 Nasi-nasi -
26 Parak -
27 Punak Tetramerista glabra
28 Redan Nephelium sp.
29 Temasam -
30 Tenggek burung Euodia ridleyi
31 Terentang Campnosperma sp.

6
Belukar mahang yang membentuk vegetasi riparian Sungai Rawa yang paling dominan

1.1. Karakteristik Fauna Sungai Rawa


Selain beranekaragam flora, keberadaan beranekaragam fauna juga sangat penting
sebagai daya tarik ekowisata suatu kawasan. Berikut ini akan disampaikan hasil
pengamatan fauna yang berupa serangga, ikan, reptilia, burung, dan mamalia yang
dapat dicatat dari lapangan.

a. Serangga
Serangga yang dijumpai di sepanjang aliran dan sempadan Sungai Rawa terdiri dari
spesies (Tabel 6). Jumlah ini kemungkinan hanya merupakan sebuah fragmen kecil dari
kekayaan spesies serangga yang sebenarnya ada di lingkungan ini.

Tabel 6. Spesies pohon sempadan sungai

No. Nama Umum Nama Ilmiah Jenis Lingkungan


1 Belalang sembah Parhierodula venosa Belukar tepi jalan
2 Kumbang tanduk Oryctes rhinocerus Kebun pemukiman
3 Kepik kuning Catacanthus incarnatus Kebun pemikiman tepi
sungai
4 Kupu-kupu Amathusia phidippus Kebun pemukiman dan
kebun sawit tepi sungai
5 Kupu-kupu Catopsilia pomona Kebun pemukiman dan
vegetasi tepi sungai
6 Kupu-kupu Cupa erymanthis Hutan kepungan sialang
dan hutan tepi sungai
(hulu)
7 Kupu-kupu Euploea camarelzeman Belukar mahang dan hutan
tepi sungai (hulu)
8 Kupu-kupu Euploea radamanthus Belukar mahang dan hutan
tepi sungai (hulu)
9 Kupu-kupu Melanitis leda Kebun pemukiman

7
10 Kupu-kupu Neptis hylas Kebun pemukiman, hutan
kepungan sialang
11 Kupu-kupu Graphium agamemnon Kebun pemukiman, hutan
kepungan sialang, hutan
tepi sungai (hulu) dan tepi
sungai
12 Kupu-kupu Graphium doson Kebun pemukiman, hutan
kepungan sialang, hutan
tepi sungai (hulu) dan tepi
sungai
13 Kupu-kupu Hypolimnas bolina Lingkungan pemukiman
14 Kupu-kupu Idea stoli Hutan kepungan sialang
dan hutan tepi sungai
(hulu)
15 Kupu-kupu Papilio memnon Kebun pemukiman
16 Kupu-kupu Vindula dejone Belukar dan tepi sungai
17 Lebah kelulut Heterotrigona itama Hutan kepungan sialang
hitam tepi sungai
18 Lebah sialang Apis dorsata Hutan kepungan sialang
19 Lebah yuan Apis cerana Kebun pemukiman
20 Ngiang-ngiang Cryptotympana diomedea Pemukiman dan pos
hijau penjagaan KPH
21 Penyengat Vespula vespa Belukar dan hutan tepi
sungai
22 Tawon kayu Xylocopa confusa Pemukiman, pondok
mandah Batang Wat

Serangga yang paling menarik yang ditemukan di lapangan antara lain berupa lebah
sialang (Apis dorsata) ang memiliki perilaku membangun sarang secara mengelompok
pada satu pohon besar yang disebut pohon sialang. Menurut penuturan warga yang
berprofesi sebagai pengambil madu lebah sialang, di sepanjang sempadan aliran Sungai
Rawa terdapat sekitar 30 pohon sialang, yang biasanya membentuk sistem vegetasi
yang disebut “kepungan sialang.” Vegetasi ini berupa satu atau beberapa pohon sialang
yang dikelilingi oleh pohon-pohon lain yang berukuran lebih kecil. Pohon sialang,
umumnya pulai rawa (Alstonia sp.) selalu berukuran besar dengan tinggi berkisar 40-50
m dengan diameter tajuk 30-40 m. Kepungan sialang beserta prosesi pengambilan
madu berpotensi menjadi suatu daya tarik ekowisata.

8
Salah satu contoh pohon sialang
dalam sebuah kepungan sialang
yang terdapat tak jauh dari tepi
Sungai Rawa. Pada lokasi yang
sama terdapat empat pohon lain.

b. Ikan
Spesies ikan yang dijumpai pada saat survei pengumpulan data terdiri dari 12 spesies.
Jumlah ini diyakini masih belum menunjukkan semua spesies yang sebenarnya ada.

Spesies ikan yang dijumpai dalam aliran Sungai Rawa dan lingkungan sekelilingnya

No. Nama Umum Nama Ilmiah Jenis Lingkungan


1 Gabus (lompong) Channa striata Rawa, alur sungai, parit
2 Julung Hemiramphodon pogonognathus Aliran Sungai Rawa (hulu)
3 Keli (lele) Clarias meladerma Rawa, alur sungai, parit
4 Keli (lele) Clarias teysmani Aliran Sungai Rawa (hulu)
5 Kepar Belontia hasseltii Rawa, alur sungai, parit
6 Pantau Rasbora sp. Aliran Sungai Rawa (hulu)
7 Pepuyu Anabas testudineus Aliran Sungai Rawa (hulu)
8 Perut-perut Osteochilus sp. Aliran Sungai Rawa (hulu)
9 Sepat Trichogaster pectoralis Rawa, alur sungai, parit

9
No. Nama Umum Nama Ilmiah Jenis Lingkungan
10 Tapah Wallago leri Aliran Sungai Rawa (hulu)
11 Toman Channa micropeltes Aliran Sungai Rawa (hulu)
12 Tuakang Helostoma temmincki Rawa, alur sungai, parit

c. Reptilia
Spesies reptilia yang dijumpai ada dua, yaitu biawak (Varanus salvator) dan buaya
muara (Crocodylus porosus). Biawak jauh lebih saring dijumpai dari pada buaya. Hewan
ini berkeliaran baik di tepi aliran Sungai Rawa maupun dalam belukar-belukar tepi jalan
desa yang tidak jauh dari pariit atau genangan rawa. Buaya di Sungai Rawa sebenarnya
terdiri dari dua spesies. Selain buaya katak, penduduk Rawa Mekar Jaya yang
berpenghidupan sebagai nelayan sungai menuturkan adanya buaya moncong panjang
atu sinyulong (Tomistoma schlegelii). Dalam hal ini, menurut penuturan mereka, buaya
katak lebih disegani karena kadang-kadang bersifat agresif. Meskipun demikian,
peluang untuk menjumpai keduanya saat ini sudah sangat kecil. Hal ini
mengindikasikan kalau populasi keduanya sangat kecil.

d. Burung
Keberadaan fauna burung sangat penting bagi sebuah kawasan ekowisata. Burung bisa
memberikan sensasi visual sekaligus auditoris. Para penggemar pengamatan burung
(birding) sering rela mengunjungi tempat-tempat terpencil agar bisa menemukan atau
melihat secara langsung spesies-spesies burung tertentu. Oleh karenanya, dalam
perjalanan yang telah dilakukan juga dilakukan pengamatan fauna burung yang ada di
sepanjang sempadan aliran Sungai Rawa. Dalam hal ini, telah dijumpai setidaknya 27
spesies. Jumlah ini diyakini masih belum menunjukkan semua spesies yang sebenarnya
ada.

Spesies burung yang dijumpai di lingkungan sekeliling aliran Sungai Rawa

No. Nama Umum Nama Ilmiah Jenis Lingkungan


1 Alap-alap Falco sp. Belukar tepi jalan dan sungai
2 Beo (tiung) Gracula religiosa Hutan tepi sungai (hulu)
3 Bentet coklat Lanius triginus Belukar tepi jalan
4 Bentet kelabu Lanius schach Belukar tepi jalan
5 Betet Psittacula alexandri Belukar tepi sungai
6 Betet ekor-panjang Psittacula longicauda Hutan tepi sungai (hulu)
7 Bondol rawa Lonchura malacca Belukar tepi jalan dan sungai

10
8 Bubut alang-alang Centropus bengalensis Belukar tepi sungai
9 Bubut besar Centropus sinensis Belukar dan hutan tepi jalan
dan tepi sungai
10 Burung gereja Passer montanus Pemukiman tepi sungai
11 Cekakak belukar Halcyon smyrnensis Aliran Sungai Rawa
12 Cica daun Chloropsis cochinchinensis Hutan tepi sungai (hulu)
13 Cucak kutilang Pycnonotus aurigaster Belukar tepi jalan dan sungai,
pemukiman
14 Cucak (merbah) Pycnonotus goiaver Belukar tepi jalan dan sungai,
pemukiman
15 Elang bondol Heliastur indus Belukar tepi sungai (hilir)
16 Elang brontok Spizaetus cirrhatus Hutan tepi sungai (hulu)
17 Gagak Corvus macrohynchos Kebun sawit, belukar dan
hutan tepi sungai
18 Jalak (kerak) kerbau Acridotheres javanicus Kebun pemukiman, kebun
sawit dan belukar tepi sungai
19 Kareo padi Amaurornis phoenicurus Belukar tepi jalan dan tepi
sungai
20 Kipasan belang Rhipidura javanica Belukar mahang tepi sungai
21 Kirik-kirik biru Merops viridis Belukar dan hutan tepi
sungai
22 Kokokan laut Butorides striatus Tepi sungai waktu surut
23 Kucica kampung Copsychus saularis Kebun pemukiman dan
kebun sawit tepi sungai
24 Layang-layang api Hirundo rustica Belukar tepi sungai
25 Mandar Gallinula sp.
26 Perenjak Jawa Prinia familiaris Kebun pemukiman dan
belukar tepi sungai
27 Perenjak perut Prinia flaviventris Belukar tepi sungai
kuning
28 Perkutut Geopelia striata Belukar tepi jalan dan tepi
sungai
29 Punai gading Treron vernans Belukar tepi jalan dan tepi
sungai
30 Puyuh batu Coturnix chinensis Belukar tepi jalan dan tepi
sungai
31 Srigunting batu Dricurus paradiseus Hutan tepi sungai (hulu)
32 Srigunting Sumatera Dricurus sumatranus Hutan tepi sungai (hulu)
33 Tekukur Streptopelia chinensis Kebun pemukiman dan
kebun sawit tepi sungai
34 Walet Collocalia sp. Pemukiman tepi sungai
(dekat rumah walet)

e. Mamalia
Jenis mamalia yang dijumpai pada saat survei pengumpulan data hanya terdiri dari tiga
spesies primata dan tiga spesies rodentia.

11
Spesies burung yang dijumpai di lingkungan sekeliling aliran Sungai Rawa

No. Nama Umum Nama Ilmiah Jenis Lingkungan


1 Bajing Callosciurus notatus Kebun pemukiman dan
kebun sawit tepi sungai
2 Bajing dua warna Ratufa bicolor Hutan tepi sungai (hulu)
3 Bajing tiga warna Callosciurus prevostii Hutan tepi sungai (kepungan
sialang) dan hutan desa
(hulu)
4 Beruk Macaca nemestrina Belukar dan hutan tepi
sungai
5 Monyet ekor panjang Macaca fascicularis Belukar dan hutan tepi
sungai
6 Ungko Hyalobates agilis Hutan kepungan sialang tepi
jalan

Diantara spesies-spesies mamalia yang ditemukan, yang paling umum adalah monyet
ekor panjang (Macaca fascicularis), sedangkan yang paling langka ungko (Hyalobates
agilis). Di beberapa titik di tepi Sungai Rawa (koordinat terlampir) terdapat pohon-
pohon yang digunakan tempat rehat (roosting sites) oleh kedua spesies primata ini pada
sore hingga pagi hari.

Menurut penuturan warga Kampung Rawa Mekar Jaya yang cukup sering menjelajahi
Hutan Desa yang berada di sebelah hulu aliran Sungai Rawa, hingga saat ini sebenarnya
masih terdapat landak (Hystrix brachyurus), kancil (Tragulus javanicus), babi jenggot
(Sus barbatus), rusa (Cervus unicolor), kucing hutan (Felis bengalensis), beruang
(Helarctos malayanus), dan bahkan harimau Sumatera (Panthera tigris sumatrae) dalam
hutan ini.

12

Anda mungkin juga menyukai