Judul buku
1. Filsafat Pendidikan
Nim :2211111017
Buku yang saya analisis berjudul Filsafat Pendidikan Dr. H. Amka, M.Si.ini adalah
buku yang bagus dan lengkap, di dalam buku ini memiliki 6 bab yang masing-masing bab
memiliki rincian yang menarik. Filsafat di gambarkan sedemikian rupa agar pembacadapat
memahami betul apa sebenarnya filsafat itu.
Oleh karena itu dengan banyaknya sumber informasi tentang filsafat dapat
memudahkan kita untuk memperoleh ilmu yang akan membawa kita menjadi bijaksana.
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan rahmatnya
penulis bisa menyelesaikan critical book Filsafat Pendidikan. penulis menyadari bahwa
kelancaran pembuatanCRITICAL BOOK REPORT INI adalah berkat bantuan dan motivasi
dari dosen pengampuh mata kuliah Filsafat pendidikan. Oleh karena itu penulis ingin
menyampaikan terima kasih kepada dosen yang telah membantu dalam kelancaran
penulisan CRITICAL BOOK REPOR ini. Dalam penulisan CRITICAL BOOK REPORT ini,
penulis telah berusaha menyajikan yang terbaik Namun, mungkin masih ada kesalahan
dalam Penulisannya, Penulis berharap mendapat kritikan dan masukan dari para pembaca.
Penulis juga berharap semoga CRITICAL BOOK REPORT ini dapat memberikan informasi
serta mempunyai nilai manfaat bagi orang lain.
1
DAFTAR ISI
Bab I PENDAHULUAN
D. Manfaat CBR...................................................................................................4
A. Buku 1................................................................................................. 5
B. Buku 2.........................................................................................12
1. Buku 1................................................................. 17
2. Buku 2.................................................. 17
Bab IV Penutup
Kesimpulan........................................................................................18
Saran......................................................................................... 19
Daftar pustaka.........................................................................................19
2
BAB I
PENDAHULUAN
B. Latar Belakang
Filsafat adalah ilmu pengetahuan yang menyelidiki segala sesuatu yang ada secara
mendalam sampai pada hakikatnya dengan menggunakan akal atau pikiran. Filsafat bukan
mempersoalkan fenomena atau gejala gejala atau peristiwa peristiwa,akan tetapi yang
dicari adalah hakikat dari suatu gejala atau fenomena atau peristiwa. Filsafat adalah usaha
untuk menegtahui segala sesuatu,keberadaan dari segala sesuatu. Filsafat bertujuan untuk
mencari hakikat dari segala sesuatu gejala atau fenomena secara mendalam. Filsafat
pendidikan berusaha mencari yang fundamental yang berkaitan dengan proses
pendidikan,mendalami konsep konsep pendidikan dan memahami sebab sebab yang
hakiki yang berkaitan dengan masalah pendidikan.
Tujuan Penulisan Critical Book Report ini adalah ntuk mengulas isi setiap materi yang
dibahas dalam sebuah buku. Mencari dan mengetahui informasi yang ada dalam buku yang
dikritikalisasi. Melatih diri untuk berfikir kritis dalam mencari informasi yang di berikan
oleh setiap materi yang ada dalam sebuah buku. Membandingkan isi buku pada
implikasinya terhadap pada kehidupan nyata.
3
D. Manfaat Penulisan CBR
Manfaat Penulisan Critical Book Report ini Agar pembaca maupun penulis tanggap
terhadap hal-hal penting yang ada didalam buku ini. Untuk memahami tentang pelajaran
mengenai Filsafat Pendidikan yang ada dalam buku ini. Untuk menambah pengetahuan
tentang bagaimana mempelajari filsafat pendidikan itu untuk Mahasiswa. Melatih
Kemampuan penulis dalam mengkritikalisasi sebuah buku dan membandingkannya
dengan buku yang lain.
E. Identitas Buku
Identitas Buku 1
Kota terbit:sidoarjo
ISBN : 978-623-7169-27-7
Identitas buku 2
4
Judul buku : Filsafat Dalam Pendidikan
Kota terbit:jember
ISBN : 978-602-414-018-2
BAB II
RINGKASAN BUKU
Filsafat mulai berkembang dan berubah fungsi, dari sebagai induk ilmu pengetahuan
menjadi semacam pendekatan perekat kembali sebagai ilmu pengetahuan yang telah
berkembang pesat dan terpisah satu dengan lainnya. Jadi, jelaslah bagi kita bahwa filsafat
berkembang sesuai perputaran zaman. Paling tidak, sejarah filsafat lama membawa
5
manusia untuk mengetahui cerita dalam katagori filsafat spiritualisme kuno.Kira-
kira1200-
yang lahir di tepi sebuah sungai, yang ditolong oleh Ahura Mazda dalam masa
pemerintahan raja-raja Akhamania (550-530 SM). Timur jauh yang termasuk dalam
wilayah Timur jauh ialah Cina India dan jepang. Di India berkembang filsafat Spiritualisme,
Hinduisme, dan Buddhisme. Sedangkan di Jepang berkembang Shintoisme. Begitu juga di
Cina berkembang, Taoisme, dan Komfusianisme.
C. Tujuan Pendidikan
Ada empat macam tujuan pendidikan yang tingkatandan luasnya berlainan, yaitu tujuan
pendidikan nasional, tujuan institusional, tujuan kurikuler, dan tujuan instruksional.
Tujuan filsafat pendidikan juga dapat dilihat dari beberapa aliran filsafat pendidikan
yang dapat mengembangkan pendidikan itu sendiri, yaitu :
a. Idealisme
b. Realisme
c. Pragmatisme
d. Humanisme
e. Behaviorisme
f. Konstruktivisme
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa tujuanfilsafat adalah mencari hakikat
kebenaran sesuatu, baik dalam logika (kebenaran berpikir), etika (berperilaku), maupun
metafisika (hakikat keaslian).
6
Para pendidik harus memahami bahwa filsafat pendidikan juga memberikan sesuatu
yang berbeda dalam wawasan dan aktivitas pendidikan itu sendiri. Maka perlunya
menggunakan ide-ide filosofis dan pola-pola pemikiran agar dapat menjadikan aktivitas
mereka pada taraf kesadaran etis. Bukannya sekedar rutinitas. Hanya saja ini tidak berarti
bahwa pendidik harus menerima pemikiran filsafat apa adanya. Mereka harus tetap
menguji pemikiran filsafat sesuai dengan konteks sosial peserta didik. Ketika kondisi
berubah maka perspektif dan wawasan harus diuji kembali.
Ontologi adalah bagian filsafat yang paling umum, atau merupakan bagian dari
metafisika, dan metafisika merupakan salah satu bab dari filsafat. Obyek telaah ontologi
adalah yang ada tidak terikat pada satu perwujudan tertentu, ontologi membahas tentang
yang ada secara universal, yaitu berusaha mencari inti yang dimuat setiap kenyataan yang
meliputi segala realitas dalam semua bentuknya.
Pengetahuan yang telah didapatkan dari aspek ontologi selanjutnya digiring ke aspek
epistemologi untuk diuji kebenarannya dalam kegiatan ilmiah. Menurut Ritchie Calder
proses kegiatan ilmiah dimulai ketika manusia mengamati sesuatu. Kajian epistemologi
membahas tentang bagaimana proses mendapatkan ilmu pengetahuan, hal-hal apakah
yang harus diperhatikan agar mendapatkan pengetahuan yang benar, apa yang disebut
kebenaran dan apa kriterianya. Objek telaah epistemologi adalah mempertanyakan
bagaimana sesuatu itu datang, bagaimana kita mengetahuinya, bagaimana kita
membedakan dengan lainnya, jadi berkenaan dengan situasi dan kondisi ruang serta waktu
mengenai sesuatu hal.
Berbicara tentang ilmu akan membicarakan pula tentang etika, karena sesungguhnya
etika erat hubungannya dengan ilmu. Bebas nilai atau tidaknya ilmu merupakan masalah
7
rumit, jawabannya bukan sekadar ya atau tidak. Sebenarnya sejak saat pertumbuhannya
ilmu sudah terkait dengan masalah-masalah moral namun dalam perspektif yang berbeda.
Pembahasan tentang nilai akan dibicarakan tentang nilai sesuatu, nilai perbuatan, nilai
situasi, dan nilai kondisi. Segala sesuatu kita beri nilai. Pemandangan yang indah, akhlak
anak terhadap orang tuanya dengan sopan santun, suasana lingkungan dengan
menyenangkan dan kondisi badan dengan nilai sehat.
A. Progresivisme
B. Konstruktivisme
Dalam pandangan konstruktivisme, belajar adalah kegiatan aktif dimana peserta didik
membangun sendiri pengetahuannya. Peserta didik mencari sendiri makna yang dipelajari.
Hal ini merupakan proses menyesuaikan konsep dan ide-ide baru dengan kerangka
berpikir yang telah ada dalam pikiran siswa.
C. Humanistik
3. metode scholastisism,
Peranan pendidikan di dalam kehidupan manusia, lebih-lebih dalam zaman modern ini
diakui sebagai sesuatu kekuatan yang menentukan prestasi dan produktivitas
seseorang. Tidak ada suatu fungsi dan jabatan di dalam masyarakat tanpa melalui
proses pendidikan. Seluruh aspek kehidupan memerlukan proses pendidikan dalam
arti demikian, terutama berlangsung di dalam dan oleh lembaga-lembaga pendidikan
formal (sekolah, universitas). Akan tetapi scope pendidikan lebih dari padanya hanya
pendidikan formal itu. Di dalam masyarakat keseluruhan terjadi pula proses
pendidikan kembangan kepribadian manusia. Proses pendidikan yang berlangsung di
dalam kehidupan sosial yang disebut pendidikan informal ini, bahkan berlangsung
sepanjang kehidupan manusia.
Aksiologi membahas tentang nilai secara teoretis yang mendasar dan filsafati, yaitu
membahas nilai sampai pada hakikatnya. Karena aksiologi membahas tentang nilai secara
filsafati, maka juga disebut philosophy of value (filsafat nilai). Aksiologi adalah cabang
Filsafat yang menganalisis tentang hakikat nilai yang meliputi nilai-nilai kebenaran,
keindahan, kebaikan, dan religius.
Nilai-nilai Budaya
Nilai-nilai budaya adalah jiwa kebudayaan dan menjadi dasar dari segenap wujud
kebudayaan. Tata hidup merupakan pencerminan yang konkret dari nilai budaya yang
bersifat abstrak. Kegiatan manusia dapat ditangkap oleh panca indra, sedangkan nilai
budaya hanya dapat ditangkap oleh budi manusia. Nilai budaya dan tata hidup manusia
ditopang oleh perwujudan kebudayaan yang berupa sarana kebudayaan.
Manusia hidup selalu dihadapkan kepada berbagai ancaman, baik ancaman yang
bersifat fisik, seperti gangguan binatang buas, gangguan alam, ancaman manusia maupun
ancaman yang bersifat psikis, yaitu segala yang membuat jiwa merasa tidak aman.
10
Inilah fungsi yang tertinggi dan pada fungsi ini terletak perbedaan antara manusia dan
makhluk apa pun.
Karakter yang berlandaskan falsafah Pancasila artinya setiap aspek karakter harus
dijiwai ke lima sila Pancasila secara utuh dan komprehensif yang dapat dijelaskan sebagai
berikut:
4. Bangsa yang Demokratis dan Menjunjung Tinggi Hukum dan Hak Asasi Manusia
11
Dalam mata ‘pisau’ filsafat ketiga unsur pembentuk manusia untuk hidup secara lebih
baik bisa dilihat dan dijelaskan secara lebih dalam pokok-pokok berikut:
Guru harus mampu melibatkan semua pemangku kepentingan (siswa, guru bidang
studi, orang tua, kepala sekolah) di dalam mensukseskan pelaksanaan programnya. Mulai
dari program pelayanan dasar yang berupa rancangan kurikulum bimbingan yang berisi
materi tentang pendidikan karakter, seperti kerja sama, keberagaman, kejujuran,
menangani kecemasan, membantu orang lain, persahabatan, cara belajar, menejemen
konflik, pencegahan penggunaan narkotika, dan sebagainya.
A. Pendahuluan
Landasan filosofis pendidikan perlu dikuasai oleh para pendidik, adapun alasannya
antara lain: Pertama, karena pendidikan bersifat normatif, maka dalam rangka pendidikan
di perlukan asumsi yang bersifat normatif pula. Asumsi-asumsi pendidikan yang bersifat
normatif itu antara lain dapat bersumber dari filsafat. Landasan filosofis pendidikan yang
bersifat preskriptif dan normatif akan memberikan petunjuk tentang apa yang seharusnya
di dalam pendidikan atau apa yang dicita-citakan dalam pendidikan. Kedua, bahwa
pendidikan tidak cukup dipahami hanya melalui pendekatan ilmiah yang bersifat parsial
dan deskriptif saja, melainkan perlu dipandang pula secara holistik.
Beberapa hal seputar filsafat dan filsafat dalam pendidikan sebagai berikut :
1. Pengertian Filsafat
Filsafat diartikan sebagai suatu sikap seseorang yang sadar dan dewasa dalam
memikirkan segala sesuatu secara mendalam dan ingin melihat dari segi yang luas dan
menyeluruh dengan segala hubungan.
12
Peranan filsafat dalam pendidikan ditinjau dari tiga lapangan filsafat, yaitu :
a. Metafisika
b. Epistemologi
c. Aksiologi
1. Ontologi ilmu pendidikan yang membahas tentang hakikat subtansi dan pola
organisasi ilmu pendidikan;
2. Epistomologi ilmu pendidikan yang membahas tentang hakikat objek formal dan
material ilmu pendidikan;
3. Metodologi ilmu pendidikan, yang membahas tentang hakikat cara-cara kerja dalam
menyusun ilmu pendidikan; dan
4. Aksiologi ilmu pendidikan yang membahas tentang hakikat nilai kegunaan teoritis dan
praktis ilmu pendidikan.
Konsep filsafat (umum) Idealisme (hakikat: realitas, manusia, pengetahuan, dan nilai)
sebagaimana telah dipahami melalui uraian terdahulu berimplikasi terhadap konsep
pendidikannya. Implikasi tersebut sebagaimana diuraikan berikut ini:
1. Tujuan Pendidikan adalah untuk membantu perkembangan pikiran dan diri pribadi
(self) siswa.
3. Metode Pendidikan sebagai cara untuk sampai pada tujuan dikondisikan struktur dan
atmosfer kelas memberikan kesempatan kepada siswa untuk berpikir, dan untuk
menggunakan kriteria penilaian moral dalam situasi-situasi kongkrit dalam konteks
pelajaran.
13
Realisme merupakan aliran filsafat yang luas dan bervariasi. meliputi materialisme juga
pandangan yang mendekati kepada idealisme. Titus dkk. , (1979) antara lain
mengidentifikasi tiga jenis Realisme, yaitu Realisme Mekanis, Realisme Objektif, dan
Realisme Pluralistik. Tampak bahwa Realisme cukup rumit untuk bisa dijelaskan secara
ringkas dengan harapan mencakup semua jenis Realisme yang ada.
Filsuf Pragmatisme menolak dualisme antara subjek (manusia) yang mempersepsi dengan
objek yang dipersepsi. Manusia adalah kedua-duanya dalam dunia yang dipersepsinya dan
dari dunia yang ia persepsi. Segala sesuatu dapat diketahui melalui pengalaman, adapun
cara-cara memperoleh pengetahuan yang diandalkan adalah metode ilmiah atau metode
sains sebagai mana disarankan oleh John Dewey. Pengalaman tentang fenomena
menentukan pengetahuan. Karena fenomena terus menerus berubah, maka pengetahuan
dan kebenaran tentang fenomena itu pun mungkin berubah.
A. Pendahuluan
Hubungan filsafat dengan pendidikan dapat diketahui, bahwa filsafat akan menelaah
suatu realitas dengan lebih luas, sesuai dengan ciri berpikir filsafat, yaitu radikal,
sistematis, dan universal. Konsep tentang dunia dan pandangan tentang tujuan hidup
tersebut akan menjadi landasan dalam menyusun tujuan pendidikan.
Kebenaran ilmiah tidak bisa dilepaskan dari makna dan fungsi ilmu itu sendiri sejauh
mana dapat digunakan dan dimanfaatkan oleh manusia. Di samping itu proses untuk
mendapatkannya haruslah melalui tahap-tahap metode ilmiah. Kriteria ilmiah dari suatu
ilmu memang tidak dapat menjelaskan fakta dan realitas yang ada. Apalagi terhadap fakta
dan kenyataan yang berada dalam lingkup religi ataupun yang metafisika dan mistik,
ataupun yang non ilmiah lainnya. Di sinilah perlunya pengembangan sikap dan kepribadian
yang mampu meletakkan manusia dalam dunianya.
Para filosof memberikan sebutan kepada manusia sesuai dengan kemampuan yang
dapat dilakukan manusia di bumi ini; (Hamdani Ihsan dan Fuad Ihsan,2007:49)
Nilai atau value, berasal dari bahasa Latin valare atau bahasa Prancis Kuno valoir yang
artinya nilai. Sebatas arti denotatifnya, valare, valoir, value atau nilai dapat dimaknai
sebagai harga.
Nilai adalah makna yang ada di belakang fenomena kehidupan. Ketika nilai berubah,
fenomena dapat mengikuti perubahan nilai.
Pendidikan merupakan suatu pemikiran yang praktis dan membutuhkan teori dalam
menciptakan sistem pendidikan yang ideal. Oleh sebab itu pendidikan harus berangkat dari
filsafat yang berorientasi pendidikan. Apalagi jika ada beberapa pertanyaan radikal tentang
pendidikan yang berhubungan dengan ilmu-ilmu sosial dan alam. Landasan filsafat
pendidikan memberi perspektif filosofis yang seyogyanya merupakan “kacamata” yang
dikenakan dalam memandang menyikapi serta melaksanakan tugasnya. Berpikir filosofis
pada satu sisi dan di pihak lain pengalaman dan penyelidikan empiris berjalan secara
simultan. Maka filsafat merupakan suatu pengetahuan teoretis dan pedagogik merupakan
pengetahuan praktis yang menentukan suatu pendidikan yang efektif.
Manusia adalah makhluk terbaik yang diciptakan Allah di alam ini. Struktur manusia
terdiri atas unsur jasmaniah (fisiologis) dan rohaniah (psikologis). Dalam struktur
jasmaniah dan rohaniah itu, Allah memberikan seperangkat kemampuan dasar yang
memiliki kecenderungan berkembang. Dalam pandangan agama (Islam) kemampuan dasar
atau pembawaan itu disebut fitrah. Kata ini mengandung sejumlah pengertian ditinjau dari
berbagai sudut pandang oleh para pemikir muslim. Sebagian mereka mengartikan fitrah
15
sebagai potensi beragama yang dibawa manusia semenjak di dalam rahim ketika
mengikat perjanjian dengan Tuhan, sebagian lainnya mengartikan sebagai kemampuan-
kemampuan jasmaniah dan rohaniah.
A. Pendahuluan
Kata Rekonstruksionisme bersal dari bahasa Inggris reconstruct, yang berarti menyusun
kembali.
Tokoh aliran idealisme adalah Plato (427-374 SM), murid Sokrates. Aliran idealisme
merupakan suatu aliran ilmu filsafat yang mengagungkan jiwa.
Aliran ini berpendapat bahwa dunia rohani dan dunia materi merupakan hakikat yang
asli dan abadi.
Aliran ini berpandangan bahwa hakikat realisme adalah materi, bukan spiritual, atau
super natural.
Dipandang sebagai filsafat Amerika asli. Namun sebenarnya berpangkal pada filsafat
empirisme Inggris, yang berpendapat bahwa manusia dapat mengetahui apa yang manusia
alami.
MASALAH PENDIDIKAN
A. Pendahuluan
Sebagaimana diketahui bahwa manusia adalah sebagai khalifah Allah di bumi, Sebagai
khalifah, manusia mendapat kuasa dan wewenang untuk melaksanakannya, dengan
demikian pendidikan merupakan urusan hidup dan kehidupan manusia dan merupakan
tanggung jawab manusia itu sendiri.
Pendekatan filosofi yaitu suatu pendekatan untuk menelaah dan memecahkan masalah-
masalah pendidikan dengan menggunakan metode filsafat.
16
BAB III
PEMBAHASAN
A. Kelebihan Dan Kelemahan
*KELEBIHAN
1. Penjelasan di dalam buku ini sangat luas dan jelas sehingga dapat mudah untuk
dipahami
2. Penjelasannya secara umum dan banyak berpatokan pada para ahli sehingga banyak
kesimpulan yang didapat dari berbagai sumber
5. Isi yang terdapat didalam buku ini sudah mencakup semua dari judul buku
*KELEMAHAN
1. Di dalam buku ini sangat jarang sekali menyertakan contoh di dalam penjelasannya
*KELEBIHAN
1.Isi yang terdapat di dalam buku ini sudah mencakup semua dari judul buku
*KELEMAHAN
3. Penjelasan nya terlalu banyak diulang sehingga terlalu panjang dan sulit dipahamI
17
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pendidikan mempunyai arti yang luas sehingga banyak arti yang mengemukakan
arti dari pendidikan. Dari pengertian para ahli maka dapat kita simpulkan baha
pengertian Pendidikan adalah bimbingan atau pertolongan yang diberikan oleh orang
dewasa kepada perkembangan anak untuk mencapai kedewasaannya dengan tujuan agar
anak cukup cakap melaksanakan tugas hidupnya sendiri tidak dengan bantuan orang
lain. Dalam mempelajari filsafat pendidikan terdapat sistematika filsafat pendidikan yang
terdiri dari tiga yaitu ontologi, epistemologi, dan aksiokologi. Ketiga hal tersebut
merupakan cabang dari filsafat pendidikan. Filsafat pendidikan bukan hanya memiliki
cabang-cabang saja tetapi juga memiliki aliran filsafat pendidikan yang terdiri dari
progresivisme, konstruktivisme, dan humanistik.
pendidikan perlu dikuasai oleh para pendidik, adapun alasannya antara lain:
Pertama, karena pendidikan bersifat normatif, maka dalam rangka pendidikan
diperlukan asumsi yang bersifat normatif pula. Asumsi-asumsi pendidikan yang bersifat
normatif itu antara lain dapat bersumber dari filsafat. Landasan filosofis pendidikan yang
bersifat preskriptif dan normatif akan memberikan petunjuk tentang apa yang
seharusnya di dalam pendidikan atau apa yang dicita-citakan dalam pendidikan. Kedua,
bahwa pendidikan tidak cukup dipahami hanya melalui pendekatan ilmiah
yang bersifat parsial dan deskriptif saja, melainkan perlu dipandang pula secara holistik.
Adapun kajian pendidikan secara holistik dapat diwujudkan melalui pendekatan filosofis.
Ada berbagai aliran filsafat pendidikan, antara lain Idealisme, Realisme, Pragmatisme,
dan sebagainya.
18
Filsafat pendidikan juga mempunyai cabang dan aliran. Selain itu, didalam filsafat
pendidikan mempunyai hubungan antara filsafat, Manusia, dan pendidikan. Bukan hanya
itu saja filsafat pendidikan juga mempunyai peranan, fungsi, dan pendekatan filsafat
dalam memecahkan masalah pendidikan. Jadi sudah jelas bahwa filsafat pendidikan ini
sangat banyak pengaruh nya pada manusia dalam berpendidikan. Karena banyak sekali
peranan penting filsafat pendidikan terhadap manusia sehingga filsafat pendidikan
mampu memberikan pengaruh baik terhadap karakteristik manusia.
B. Saran
Buku ini sudah cocok dipakai bagi orang-orang yang ingin belajar atau ingin
lebih mengetahui awal mula atau sejarah dari filsafat pendidikan. Namun, akan lebih
bagus lagi jika semua kekeurangan-kekuranngan yang didapat dari buku utama
maupun pembanding lebih di perbaiki atau di revisi supaya lebih lengkap dan
bagus. Agar orang-orang dapat memahami lebih lengkap dan benar tentang sejarah
awalnya filsafat pendidikan. Karena kedua buku ini juga sudah benar-benar sangat
baik menjelaskan tentang filsafat pendidikan dimana buku ini bukan nya
menjelaskan secara umum saja tetapi juga mengambil penjelasan dari para ahli
sehingga banyak pengetahuan luas yang terdapat dalam buku ini mengenai filsafat
pendidikan.
Daftar pustaka
Abdul Muis Thabrani. 2015. Filsafat Dalam Pendidikan. Jember. IAIN Jember Press
19