Anda di halaman 1dari 9

TUGAS 2

MATA KULIAH PERPAJAKAN

DOSEN PENGAMPU :

Nurmala Sari, S.Pd., M.Pd

DISUSUN OLEH :

Nadya Agustin Dwi Putri

NIM. A1A119047

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN EKONOMI

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS JAMBI

2020
TUGAS 2

1. Jelaskan prosedur pembayaran, pelaporan, dan penagihan Pajak ? (Poin 60)


Jawab:

Prosedur Pembayaran Pajak

1. Pembayaran dan penyetoran pajak dilakukan ke Kas Negara melalui:

1) layanan dengan menggunakan Sistem Elektronik (https://sse.pajak.go.id), dan


2) layanan pada loket/teller (over the counter) pada pada Bank Persepsi/Pos Persepsi/Bank
Devisa Persepsi/Bank Persepsi Mata Uang Asing.

2. Pembayaran dan penyetoran pajak dilakukan dengan menggunakan Surat Setoran Pajak
(SSP) atau sarana administrasi lain yang disamakan dengan SSP. 
3. Sarana administrasi lain ini dapat berupa: 

1) BPN atas pembayaran dan penyetoran pajak melalui sistem pembayaran pajak secara
elektronik atau dengan datang langsung ke Bank Persepsi
2) SSPCP atas pembayaran dan penyetoran PPh Pasal 22 impor, PPN impor, dan PPnBM
impor serta PPN Hasil Tembakau Buatan Dalam Negeri;
3) Bukti Pbk atas pembayaran dan penyetoran pajak melalui Pemindahbukuan; atau
4) bukti penerimaan pajak lainnya sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

4. SSP atau sarana administrasi lain tersebut dinyatakan sah, dalam hal telah divalidasi dengan
NTPN. Dikecualikan dari ketentuan ini, Bukti Pbk dinyatakan sah dalam hal telah
ditandatangani oleh Pejabat yang berwenang untuk menerbitkan Bukti Pbk. 
5. Pembayaran yang dilakukan oleh Wajib Pajak diakui sebagai pelunasan kewajiban sesuai
dengan tanggal bayar yang tertera pada BPN atau tanggal bayar berdasarkan validasi MPN
pada SSP atau sarana administrasi lain yang disamakan dengan SSP. 
6. Satu formulir SSP hanya dapat digunakan untuk pembayaran: (kecuali untuk Wajib Pajak
dengan kriteria tertentu sebagaimana dimaksud dalam Penjelasan Pasal 3 ayat (3a) Undang-
Undang KUP yang dapat membayar PPh Pasal 25 untuk beberapa Masa Pajak dalam satu
SSP) 

1) 1 (satu) jenis pajak,


2) 1 (satu) Masa Pajak atau Tahun Pajak atau bagian Tahun Pajak, dan
3) 1 (satu) surat ketetapan pajak, Surat Tagihan Pajak, Surat Ketetapan Pajak PBB atau
Surat Tagihan Pajak PBB,

Prosedur Pelaporan Pajak

Penyampaian pelaporan SPT Tahunan dapat dilakukan dengan berbagai cara. Selain disampaikan
secara langsung ke Kantor Pelayanan Pajak (KPP), SPT Tahunan juga dapat disampaikan dengan
cara mengirimkan lewat jasa pos/ekspedisi, lapor online melalui website 
https://djponline.pajak.go.id atau melalui  Aplication Service Provider (ASP).

Jika penyampaian SPT Tahunan dengan datang langsung ke Kantor Pelayanan Pajak (KPP),
wajib pajak (WP) dapat melaporkan SPT Tahunan ke seluruh KPP terdekat sampai dengan
tanggal 31 Maret untuk Wajib Pajak Orang Pribadi dan 30 April untuk Wajib Pajak Badan. WP
hanya perlu membawa formulir SPT Tahunan yang telah diisi dengan benar, lengkap, dan jelas.
Kemudian formulir tersebut diserahkan secara langsung ke petugas pajak pada KPP. WP akan
mendapatkan tanda terima pelaporan SPT Tahunan yang telah dilaporkan tersebut. Bukti
pelaporan SPT Tahunan disimpan jika suatu waktu dibutuhkan.
Selanjutnya, dalam hal penyampaian SPT Tahunan dilakukan melalui pos, perusahaan jasa
ekspedisi, atau jasa kurir, WP menyampaikan SPT Tahunan dalam amplop tertutup yang telah
dilekatkan lembar informasi bertuliskan nama WP, Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP), tahun
pajak, status SPT Tahunan (Nihil/Kurang Bayar/Lebih Bayar), Jenis SPT (SPT Tahunan/SPT
Tahunan Pembetulan Ke-…), nomor telepon, pernyataan, dan tanda tangan WP. Selanjutnya
berkas SPT Tahunan tersebut dikirimkan ke alamat KPP sesuai tempat Anda terdaftar. Satu Surat
Tercatat (Bukti Pengiriman atau Tanda Terima berkas) hanya berlaku untuk satu SPT. Tanda
bukti dan tanggal pengiriman surat dianggap sebagai tanda bukti dan tanggal penerimaan SPT
sepanjang SPT yang dilaporkan telah lengkap. Simpan bukti pengiriman, jangan sampai hilang.

Setelah penjelasan penyampaian SPT dengan datang langsung ke KPP dan pengiriman berkas
SPT melalui pos/ekspedisi, sekarang penjelasan mengenai penyampaian SPT yang kekinian dan
bisa dilakukan di mana saja, dan kapan saja. Pelaporan SPT Tahunan secara online melalui e-
filing maupun e-form merupakan cara penyampaian SPT yang cocok untuk Anda yang sibuk.
Tidak punya waktu luang untuk datang langsung ke KPP? Tenang… Anda dapat melaporkan
SPT Tahunan secara online melalui laman https://djponline.pajak.go.id. Semua dapat mengakses
laman tersebut kapan saja dan di mana saja. Hanya membutuhkan koneksi internet, sehingga
wajib pajak tidak perlu repot-repot untuk mengantri di KPP. Laman
website https://djponline.pajak.go.id dapat diakses melalui PC, handphone, maupun tablet yang
terkoneksi dengan jaringan internet.

Mungkin bagi masyarakat generasi 80-an ke bawah beranggapan bahwa lapor pajak secara
cara online lebih sulit. Padahal, lapor melalui e-filing itu sangatlah mudah. Semudah
mengirimkan chatting ke orang lain. WP hanya perlu login dan mengisi formulir yang tersedia
sesuai dengan profil masing-masing WP. Untuk lapor secara online melalui e-filing, wajib pajak
memerlukan nomor Electronic Filing Identification Number (e-FIN) yang bisa didapatkan
dengan datang langsung ke KPP. Setelah mempunyai EFIN, wajib pajak melakukan aktivasi
akun kemudian isi formulir SPT yang tersedia. Mudah bukan?

Selain ketiga cara yang sudah saya sebutkan di atas, penyampaian SPT Tahunan dapat dilakukan
dengan mengakses laman website Aplication Service Provider (ASP).  Untuk melakukan e-
filing melalui ASP, wajib pajak harus memenuhi prasyarat sebagai berikut :
1. WP mengajukan surat permohonan untuk memiliki e-FIN dan Sertifikat (digital certificate)
dari Direktorat Jenderal Pajak (DJP) melalui KPP tempat di mana WP terdaftar. Bentuk surat
permohonan dapat dilihat pada lampiran PER-36/PJ/2013.

2. Setelah mendapatkan e-FIN, wajib pajak harus mendaftarkan diri melalui website perusahaan
penyedia jasa aplikasi (ASP).

3. Setelah mendaftarkan diri, wajib pajak akan memperoleh digital certificate dari DJP melalui
Perusahaan Penyedia Jasa Aplikasi.

4. Perusahaan penyedia jasa aplikasi akan memberikan informasi mengenai tata cara
pelaksanaan e-filing, aplikasi, dan petunjuk penggunaan e-SPT dan e-SPTy serta informasi
lainnya.

Jika syarat sudah terpenuhi, lantas bagaimana cara pelaporan SPT Tahunan melalui ASP ?

Berikut cara pelaporan SPT melalui Penyedia Jasa Aplikasi (ASP) antara lain:

1. e-SPT dan e-SPTy yang telah diisi dan dilengkapi sesuai dengan ketentuan beserta


keterangan dan/atau dokumen lain yang harus dilampirkan dalam SPT dan/atau
Pemberitahuan Perpanjangan SPT Tahunan dibubuhi tanda tangan elektronik atau tanda
tangan digital dan disampaikan secara elektronik ke Direktorat Jenderal Pajak rnelalui suatu
Perusahaan Penyedia Jasa Aplikasi (ASP)

2. Dalam hal SPT dan Pemberitahuan Perpanjangan SPT Tahunan menunjukkan adanya
kewajiban pembayaran pajak, wajib pajak wajib mencantumkan Nomor Transaki
Penerimaan Negara (NTPN) pada e-SPT dan e-SPTy sebagai bukti pembayaran yang telah
divalidasi.

3. Wajib pajak yang menyampaikan SPT dan /atau Pemberitahuan Perpanjangan SPT Tahunan
secara elektronik melalui Penyedia Jasa Aplikasi (ASP) tidak diwajibkan menyampaikan
induk SPT dan SSP dalam bentuk kertas (hardcopy) sepanjang SSP tersebut telah
mendapatkan NTPN dan NTPN tersebut telah dicantumkan dalam SPT yang dimaksud.
4. Apabila e-SPT dan e-SPTy sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dinyatakan lengkap oleh
Direktorat Jenderal Pajak, maka kepada wajib pajak diberikan Bukti Penerimaan Elektronik.

5. Penyampaian SPT dan Pemberitahuan Perpanjangan SPT Tahunan secara elektronik (e-
filing) dapat dilakukan selama 24 (dua puluh empat) jam sehari dan 7 (tujuh) hari seminggu
dengan standar Waktu Indonesia Bagian Barat (WIB).

Prosedur Penagihan Pajak

1. Penagihan Seketika dan Sekaligus.

Penagihan seketika dan sekaligus adalah tindakan penagihan pajak yang dilaksanakan


juru sita pajak kepada penaggung pajak tanpa menunggu tanggal jatuh tempo
pembayaran.

a) Kata “SEKETIKA” mengandung arti bahwa penagihan pajak dilakukan saat itu juga
tanpa menunggu tanggal jatuh tempo.
b) Kata “SEKALIGUS” mengandung arti bahwa penagihan pajak meliputi seluruh utang
pajak dari semua jenis pajak, masa    pajak, tahun pajak.

Jadi, juru sita pajak akan melaksanakan penagihan atas utang pajak sebelum surat tagihan
pajak atau surat ketetapan pajak jatuh tempo. Tujuannya adalah mencegah terjadinya
utang pajak yang tidak dapat ditagih. Apabila saat dilakukan penagihan seketika dan
sekaligus penanggung pajak belum membayar maka juru sita pajak akan menunggu
pembayaran sampai dengan tanggal jatuh tempo.

2. Surat Teguran

Surat teguran atau surat peringatan adalah surat yang diterbitkan pejabat (Pihak yang
berwenang menerbitkan surat teguran dan surat lain yang digunakan untuk melaksanakan
penagihan pajak) apabila dalam waktu tujuh hari setelah tanggal jatuh tempo surat
ketetapan, penanggung pajak belum melunasi utang pajaknya. Tujuan diterbitkannya
surat teguran adalah memberi peringatan kepada penanggung pajak agar segera melunasi
utang pajak sehingga tidak perlu dilakukan penagihan secara paksa.

3. Surat Paksa

Surat paksa adalah surat yang diterbitkan apabila 21 hari setelah jatuh tempo surat
teguran penanggung pajak tidak melunasi utang pajaknya. Surat paksa ini harus dilunasi
dalam waktu 2x24 jam.

4. Surat Sita

Surat sita adalah surat yang diterbitkan apabila dalam waktu 2x24 jam penanggung pajak
belum membayar utang pajaknya. Penerbitan surat sita ini dibebani biaya pelaksanaan
sita sebesar Rp 75.000 (tujuh puluh lima ribu rupiah) dan ditanggung penanggung pajak.
Penyitaan ini tidak ditujukan untuk menjual barang milik penanggung pajak, melainkan
hanya digunakan sebagai jaminan agar penanggung pajak melunasi utang pajaknya.
Dengan demikian, penanggung pajak masih memiliki kesempatan untuk melunasi utang
pajaknya sampai dengan dilakukannya penyitaan. Penyitaan dilaksanakan oleh juru sita
pajak dengan disaksikan oleh sekurang-kurangnya 2 (dua) orang yang telah dewasa,
penduduk Indonesia, dikenal oleh juru sita pajak, dan dapat dipercaya.

5. Lelang

Apabila dalam waktu 14 hari setelah dilakukan penyitaan utang pajak belum dibayar


maka akan dilakukan tindakan penyitaan. Dalam hal penanggung pajak belum membayar
biaya atas penagihan paksa dan pelaksanaan sita maka biaya tersebut akan digabungkan
dengan biaya iklan untuk pengumuan lelang dalam surat kabar dan biaya pada saat
pelelangan

2. Carilah artikel tentang pelanggaran pajak yang terjadi di Indonesia serta sanksi yang
dikenakan (contoh kasus Gayus Tambunan)? Berilah ulasan terkait pelanggaran yang
dilakukan dan apa bentuk sanksi yang diperoleh atas pelanggaran? (Poin 40)
Jawab:

Jika seorang wajib pajak tidak sengaja/alpa dalam menyampaikan Surat Pemberitahuan atau
menyampaikan Surat Pemberitahuan tetapi isinya tidak benar atau tidak lengkap sehingga
menyebabkan kerugian pada pendapatan negara dan perbuatan tersebut merupakan perbuatan
setelah perbuatan yang pertama kalinya, maka didenda paling sedikit 1 (satu) kali jumlah pajak
terutang yang tidak atau kurang dibayar dan paling banyak 2 (dua) kali jumlah pajak terutang
yang tidak atau kurang dibayar, atau dipidana kurungan paling singkat 3 (tiga) bulan atau paling
lama 1 (satu) tahun.

 
Pengenaan sanksi pidana merupakan upaya terakhir untuk meningkatkan kepatuhan Wajib Pajak.
Namun, bagi Wajib Pajak yang melanggar pertama kali tidak dikenai sanksi pidana, tetapi
dikenai sanksi administrasi. Oleh karena itu, Wajib Pajak yang karena kealpaannya tidak
menyampaikan Surat Pemberitahuan atau menyampaikan Surat Pemberitahuan, tetapi isinya
tidak benar atau tidak lengkap, atau melampirkan keterangan yang isinya tidak benar sehingga
dapat menimbulkan kerugian pada pendapatan negara tidak dikenai sanksi pidana apabila
kealpaan tersebut pertama kali dilakukan Wajib Pajak. Dalam hal ini, Wajib Pajak tersebut wajib
melunasi kekurangan pembayaran jumlah pajak yang terutang beserta sanksi administrasi berupa
kenaikan sebesar 200% (dua ratus persen) dari jumlah pajak yang kurang dibayar.[13]
 
Lain halnya jika perbuatan dengan sengaja menyampaikan surat pemberitahuan dengan tidak
benar. Perbuatan tersebut dapat dipidana dengan pidana penjara paling singkat 6 (enam) bulan
dan paling lama 6 (enam) tahun dan denda paling sedikit 2 (dua) kali jumlah pajak terutang yang
tidak atau kurang dibayar dan paling banyak 4 (empat) kali jumlah pajak terutang yang tidak atau
kurang dibayar.
Contoh seperti kasus Direktur sebuah perusahaan jasa transportasi, CV. Bumi Raya dihukum 7
bulan penjara dan denda Rp 11,74 miliar terkait tindak pidana perpajakan. Terdakwa bernama
Soetijono (64) itu menyampaikan surat pemberitahuan (SPT) masa pajak pertambahan nilai
(PPN) dengan isi yang tidak sesuai kenyataan. Hukuman tersebut diketok majelis hakim yang
diketuai hakim Moh. Zaenal Arifin di Pengadilan Negeri Semarang, Hakim menilai Soetijono
terbukti menyampaikan SPT masa PPN masa pajak Januari-Desember 2007 dengan tidak benar.

Perbuatan curang ini dilakukan Soetijono dengan membuat faktur pajak yang tidak berdasarkan
transaksi ekonomi yang sebenarnya. Selain itu berdasarkan keterangan saksi dari pihak-pihak
perusahaan, tidak ada yang melakukan transaksi jual beli dengan CV Bumi Raya dalam perkara
itu. Soetijono terbukti melakukan tindak pidana melanggar Pasal 39 ayat (1) huruf c jo pasal 43
Undang-Undang Nomor 6 tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan yang
telah diubah dengan UU RI Nomor 16 tahun 2000. Maka sesuai dengan hukuman yang telah
ditetapkan diberi hukuman 7 bulan penjara dan denda Rp 11,74 miliar.

Artikel :
https://news.detik.com/berita/d-3342607/kasus-pajak-direktur-di-semarang-dihukum-7-
bulan-penjara

Anda mungkin juga menyukai