Diusulkan oleh:
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2013
LEMBAR PENGESAHAN
Oleh:
Firman Hasan (C111 09 373)
Disampaikan dalam kompetisi karya tulis ilmiah Scientific Project and Olympiad
of Sriwijaya-Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya
(DR. dr. Anis Irawan Anwar, Sp.KK (K)) (DR.dr. Irfan Idris, M.Kes.)
NIP: 19620627 198903 1 001 NIP: 19671103 199802 1 001
ii
ABSTRAK
Infark Miokard Akut (IMA) merupakan salah satu penyakit jantung iskemik
dengan diagnosis rawat inap tersering di negara maju. Laju mortalitas awal (30
hari) pada IMA adalah 30% dan diperkirakan sekitar 1 diantara 25 pasien yang
tetap hidup pada perawatan awal meninggal dalam tahun pertama setelah IMA.
IMA adalah penyebab kematian nomor dua di negara berpenghasilan rendah
dengan angka mortalitas 2470000 (9,4%). Pada tahun 2002, penyakit IMA
merupakan penyebab kematian pertama dengan angka mortalitas 220000 (14%) di
Indonesia. Direktorat Jendral Yanmedik Indonesia pada tahun 2007
menginformasikan bahwa jumlah pasien penyakit jantung yang menjalani rawat
inap dan rawat jalan di rumah sakit di Indonesia adalah 239548 jiwa. Kasus
terbanyak adalah penyakit jantung iskemik dengan 110183 kasus. Care fatelity
rate (CFR) tertinggi terjadi pada infark miokard akut (13,49%) dan kemudian
diikuti oleh gagal jantung (13,42%) dan penyakit jantung lainnya (13,37%).
Penyebab utama IMA adalah aterosklerosis. Aterosklerosis merupakan suatu
proses pembentukan plak LDL di arteri yang melalui mekanisme autoimun dan
prosesnya melibatkan reaksi imun yang kompleks sehingga pengobatan terhadap
aterosklerosis dapat melalui jalur imunitas. Salah satu alternatif pencegahan
aterosklerosis dapat melalui vaksin dari suatu antigen. Antigen apolipoprotein B-
100 (apoB100) diketahui mampu menjadi modalitas vaksin dalam mencegah plak
aterosklerosis.
Vaksin antigen apoB100 berasal dari peptida (asam amino 3136-3155) agregat
LDL yang diekstraksi dari plasma. Peptida apoB100 dikonjugasikan dengan
subunit B Cholera toxin B (CTB) sehingga disebut vaksin apoB100-CTB.
Kemudian, vaksin ApoB100-CTB yang diperoleh dienkapsulasi dengan
menggunakan chitosan sehingga memiliki kemampuan penghantaran dan
stabilitas yang tinggi. Administrasi vaksin secara intranasal dipilih karena mukosa
lebih poten dalam menginduksi respon imun yang bersifat protektif dan
meningkatkan respon imun toleran.
Peranan vaksin apoB100-CTB nanopartikel-chitosan dalam menghambat
terbentuknya plak aterosklerosis dengan cara memicu repon sel T regulator. Sel T
regulator kemudian akan mengekspresikan mediator anti inflamasi IL-10 dan
TGF-B. Selain itu, vaksin ini juga memiliki efek dalam meningkatkan kadar igG
dan IgM sehingga meningkatkan uptake ox-LDL dan mengurangi tangkapan ox-
LDL oleh makrofag. Plak aterosklerosis yang terbentuk merupakan asal mula
terjadinya serangan Infark Miokard akut. Oleh karena itu, pencegahan terhadap
terbentuknya plak aterosklerosis ini diharapkan mampu mencegah Infark miokard.
Kata Kunci : Apolipoprotein B100, Cholera Toxin B, nanopartikel-chitosan,
Aterosklerosis, Infark Miokard Akut.
iii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, khaliah langit
dan bumi, yang telah melimpahkan rahmat dan anugerah-Nya sehingga penulis
dapat menyelesaikan karya tulis ilmiah dengan judul “optimalisasi vaksinasi
intranasal antigen fusi apolipoproteinB100-Cholera toxin B terenkapsulasi
nanopartikel-chitosan dalam mencegah plak aterosklerosis: alternatif terbaru
pencegahan infark miokard akut” dengan segala keterbatasan.
Pada kesempatan kali ini, penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-
besarnya kepada kepada Allah SWT yang telah memberikan jalan kepada kami
untuk menyelesaikan karya tulis ilmiah ini. Penulis juga mengucapkan terima
kasih kepada dokter pembimbing dan teman-teman atas bantuan dan motivasinya
sehingga penulisan karya ini dapat terselesaikan.
Dengan terselesaikannya karya tulis ilmiah ini, penulis memiliki harapan bahwa
karya tulis ilmiah ini dapat melengkapi berbagai ilmu pengetahuan tentang vaksin
apoB100-CTB nanopartikel-chitosan pada pencegahan infark miokard akut. Bagi
masyarakat, karya tulis ilmiah ini diharapkan dapat memberikan terapi
pencegahan yang efektif terhadap infark miokard akut.
Seperti peribahasa “Tak ada gading yang tak retak”, maka penulis menyadari
sepenuhnya bahwa karya tulis ilmiah ini masih jauh dari kesempurnaan sehingga
dengan rasa tulus penulis akan menerima kritik dan saran serta koreksi
membangun dari semua pihak.
Makassar, 02 Agustus 2013
Penulis
iv
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL................................................................................................i
LEMBAR PENGESAHAN.....................................................................................ii
ABSTRAK..............................................................................................................iii
KATA PENGANTAR............................................................................................iv
DAFTAR ISI............................................................................................................v
DAFTAR GAMBAR.............................................................................................vii
BAB I - PENDAHULUAN
II.1. Aterosklerosis............................................................................................5
II.2. Infark Miokard Akut (IMA)....................................................................10
II.3. Vaksin Apolipoprotein B-100..................................................................11
II.4. Chitosan...................................................................................................13
BAB III - METODE PENULISAN
v
IV.4. Kerangka Berpikir Hubungan Antara Vaksinasi Intranasal Fusi Antigen
ApoB100-CTB nanopartikel-chitosan Terhadap Pencegahan Infark
Miokard Akut...........................................................................................27
BAB V - PENUTUP
V.1 Kesimpulan..............................................................................................28
V.2 Saran........................................................................................................29
DAFTAR PUSTAKA
BIODATA PENULIS
vi
DAFTAR GAMBAR
PENDAHULUAN
Salah satu penyakit jantung yang memiliki jumlah kematian tersering adalah
penyakit jantung iskemik. Penyakit jantung iskemik adalah sekelompok sindrom
yang berkaitan erat dengan ketidakseimbangan antara kebutuhan oksigen
miokardium dan aliran darah. Penyakit ini merupakan penyebab pada sepertiga
kematian yang menimbulkan satu dari empat sindrom, bergantung pada kecepatan
dan keparahan penyempitan arteri koroner. Empat sindrom dan respon
miokardium diantaranya adalah berbagai bentuk angina pektoris, kematian
jantung mendadak, penyakit jantung iskemik kronis disertai gagal jantung
kongestif, bahkan Infark Miokard Akut.1
Menurut WHO pada tahun 2002 menyatakan bahwa penyakit Infark Miokard
Akut merupakan penyebab kematian utama di dunia. Terhitung sebanyak
7.200.000 (12,2%) kematian terjadi akibat IMA di seluruh dunia. Sementara di
Amerika Serikat, penderita IMA diperkirakan sekitar 1,5 juta per tahun dengan
kematian sekitar 500.000 orang. Pada kasus yang fatal, separuh pasien meninggal
sebelum sampai rumah sakit.3
Risiko IMA meningkat secara progresif seumur hidup antara usia 45 dan 54
tahun. Laki-laki memiliki kemungkinan terkena IMA empat sampai lima kali
dibandingkan perempuan. Hal tersebut dikarenakan adanya hormon estrogen pada
wanita. Namun, untuk penyakit jantung iskemik secara umum risiko penyakit
menjadi sama untuk kedua jenis kelamin setelah usia 80 tahun.4
2. Manfaat ilmiah secara umum adalah sebagai referensi yang sangat berharga
dalam menambah khasanah literatur studi tentang terapi pencegahan terbaru
infark miokard akut sehingga dapat mengurangi komplikasi
TINJAUAN PUSTAKA
II.1 Ateroskelerosis
Aterosklerosis adalah penyakit inflamasi dari dinding arteri yang disebabkan oleh
peningkatan kadar Low-Density Lipoprotein (LDL) di dalam darah. Aterosklerosis
melibatkan pembentukan lesi (plak) di arteri yang ditandai oleh proses inflamasi,
akumulasi lipid, kematian sel dan fibrosis. Pandangan sebelumnya bahwa
aterosklerosis sebagai penumpukan lipid patologis dalam dinding arteri telah
didefinisikan ulang dan lebih kompleks sebagai suatu konsep penyakit inflamasi.8
Lipid yang aktif akan melepaskan dan menginduksi sel endotel untuk
mengekspresikan leukocyte adhesion molecules, seperti vascular cell-adhesion
molecule 1 (VCAM1).8 Monosit dan sel T mengikat sel endotel yang
mengekspresikan VCAM1 melalui very late antigen 4 (VLA4) dan memberi
respon untuk memproduksi chemokin secara lokal dan akan masuk ke dalam
dinding pembuluh darah. CCL2 adalah chemokin pertama yang terbukti
mempengaruhi aterosklerosis. CCL2 dan reseptor CCR2 adalah molekul dominan
yang terlibat dalam perekrutan monosit dari sumsum tulang menuju ke dinding
pembuluh darah.8,11
Gambar 1. Proses Sel T dan Monosit memasuki sel endotel.8
Infark Miokard Akut adalah nekrosis sel miokardium akibat aliran darah ke otot
jantung yang terganggu. IMA biasanya disebabkan oleh aterosklerosis pembuluh
darah koroner. Nekrosis miokard akut terjadi akibat penyumbatan total arteri
koroner oleh trombus yang terbentuk pada plak aterosklerosis yang tidak stabil.
Hal tersebut diikuti ruptur plak pada arteri koroner dengan stenosis ringan. Faktor-
faktor yang mempermudah terjadinya IMA antara lain merokok, hipertensi,
obesitas, hiperkolesterolemia dan diabetes mellitus.13
Proses aterosklerosis sebagai penyebab infark miokard yang terjadi karena aliran
darah koroner menurun secara mendadak setelah oklusi trombus pada plak
aterosklerosis yang sudah ada sebelumnya.9,13 Ada dua penyebab utama trombosis
koroner yaitu plak yang pecah dan erosi endotel. 9 Plak pecah dapat ditemukan
dalam 60 sampai 70 persen kasus. Kasus ini sangat berbahaya karena
mengeluarkan material protrombotik dari inti fosfolipid yang terdapat pada plak,
faktor jaringan, dan molekul matriks platelet-adhesive ke darah. Penelitian
histologis menunjukkan plak koroner cenderung mengalami ruptur jika
mempunyai fibrous cap yang tipis dan inti kaya lipid sehingga menjadi trombus
pada lokasi ruptur yang mengalami oklusi arteri koroner. Oklusi arteri koroner
menyebabkan Spenurunan suplai oksigen dan peningkatan kebutuhan miokard
yang diperberat oleh obstruksi koroner.13
Keluhan utama IMA adalah sakit dada yang terutama dirasakan di daerah
sternum, bisa menjalar ke dada kiri atau kanan, ke rahang, ke bahu kiri dan kanan
dan pada lengan. Penderita melukiskan seperti tertekan, terhimpit, diremas-remas
atau kadang hanya sebagai rasa tidak enak di dada. Walaupun sifatnya dapat
ringan, tapi rasa sakit itu biasanya berlangsung lebih dari setengah jam. Jarang ada
hubungannya dengan aktivitas serta tidak hilang dengan istirahat atau pemberian
nitrat.13
Pada 25% episode IMA kematian terjadi mendadak dalam beberapa menit setelah
serangan.3 Oleh karena itu, banyak yang tidak sampai mendapat perawatan di
rumah sakit. Mortalitas keseluruhan 15-30% dari seluruh kasus. Risiko kematian
tergantung pada faktor usia penderita, riwayat penyakit jantung koroner, adanya
penyakit lain-lain dan luasnya infark. Mortalitas serangan akut naik dengan
meningkatnya umur. Kematian kira-kira 10-20% pada usia dibawah 50 tahun dan
20% pada usia lanjut. Beberapa komplikasi dari IMA diantaranya adalah
tromboembolisme, perikarditis, aneurisma ventrikel, syok kardiogenik, sinus
bradikardi, Fibrilasi atrium bahkan dapat menyebabkan gagal jantung.3,13
Autoantibodi untuk peptida apolipoprotein (apo) B-100 yang ada dalam plasma
manusia telah terbukti dalam menurunkan risiko gagal jantung. Penelitian
bertujuan untuk membuktikan bahwa vaksin peptida apo B-100 adalah
atheroprotective pada tikus yang kemudian diujicobakan pada manusia semakin
membuka harapan untuk kemajuan vaksin ini kedepannya. Namun, efektivitas
vaksin masih dipengaruhi oleh tingkat autoantibodi peptida spesifik yang sudah
ada.16
Penumpukan dari partikel LDL yang teroksidasi di bagian intima arteri diyakini
memainkan peran penting dalam perkembangan aterosklerosis. LDL teroksidasi
menjadi target respon imun adaptif oleh autoantibodi spesifik terhadap LDL
teroksidasi dan sel T.17 Modulasi respon imun terhadap partikel LDL yang
teroksidasi telah terbukti secara signifikan mengurangi perkembangan
aterosklerosis pada hewan yang mengalami hiperkolesterolemia. Hal tersebut
menunjukkan kemungkinan keberhasilan vaksin terapeutik terhadap
ateroskelsrosis. Penelitian terbaru mengungkapkan malondialdehyde (MDA) yang
merupakan hasil peroksidasi lipid LDL sebagai target utama respon autoimun
pada vaksin apo B-100 yang terlibat dalam proses aterosklerosis. Imunisasi pada
tikus yang mengalami hiperkolesterolemia dengan vaksin apo B-100 secara
signifikan mengurangi perkembangan aterosklerosis.17,18
Peptida apo B-100 diperoleh dari asam amino 661-680 (P45) dan 3136-3155
(P210). Asam amino tersebut dilakukan proses protein rekombinan dan
dikonjugasikan dengan chlolera toxin B (CTB) yang telah dilemahkan. CTB
adalah salah satu immunogen esofageal paling sering digunakan bersamaan
dengan antigen esofageal lainnya dan bekerja meningkatkan respon imun terhadap
antigen yang diberikan.6 Percobaan Roland Klingenberg menggunakan tikus
dengan menginduksi lipoprotein LDL yang analog terhadap lipoprotein LDL pada
manusia. Pada tikus asam amino yang digunakan adalah 323-339 dari ovalbumin
yang dikonjugasikan dengan CTB (OVA-CTB). OVA-CTB pada tikus dan apo B-
100 pada manusia memiliki fungsi yang sama sebagai vaksin atheroprothective.
Pada pecobaan tersebut, tikus betina yang berusia delapan minggu menerima
semprot vaksin melalui hidung dengan kedar 15 g/15 L. P210-CTB atau OVA-
CTB diberikan selama dua kali seminggu pada percobaan tersebut. Lesi dan
parameter kekebalan tubuh dianalisis setelah 12 minggu kemudian. Hasil dari
penelitian ini membuktikan bahwa imunisasi vaksin ini pada tikus dengan MDA
yang telah termodifikasi meningkatkan 50 kali TH2 spesifik untuk P 45 (IgG1)
dan menurunkan 48% progresivitas aterosklerosis.16
II.4 Chitosan
Chitosan adalah gula yang diperoleh dari hasil ekstrak rangka luar dari kerang
termasuk kepiting, lobster, serta udang. Chitosan merupakan senyawa berserat
yang dapat menghalangi penyerapan lemak makanan dan kolesterol. Bentuk
molekul chitosan merupakan suatu polisakarida berbentuk linier yang terdiri dari
monomer N-asetilglukosamin (G1cNAc) dan D-glukosamin (G1cN). Bentukan
derivatif deasetilasi dari polimer ini adalah kitin. Kitin merupakan jenis
polisakarida terbanyak ke dua di bumi setelah selulosa dan dapat ditemukan pada
eksoskeleton intervertebrata dan beberapa fungsi pada dinding selnya. Chitosan
memiki banyak bentuk yang unik dan memiliki manfaat yang banyak bagi
pangan, agrikultur, dan medis.19
Nanopartikel chitosan dianggap sangat baik untuk media penghantar obat atau
vaksin karena stabilitasnya, toksisitas rendah, metode preparasi sederhana dan
dapat menjadi bermacam cara penghantaran.7,19 Chitosan adalah polimer yang
memiliki kelebihan diantaranya murah, biokompatibel, biodegradable, tidak
beracun dan dapat larut dalam air. Pembuatan chitosan dalam bentuk nanopartikel
akan menambah kelebihan sebelumnya sehingga menjadikan chitosan lebih stabil,
meningkatkan daya adsorpsi, meningkatkan kemampuan penghantaran dan
menambah varietas dari obat yang dapat dihantarkan.19,20
BAB III
METODE PENULISAN
Karya tulis ilmiah ini merupakan suatu bentuk studi kepustakaan murni yang
diperoleh dari sumber pustaka yang relevan dengan topik permasalahan. Sumber
pustaka yang dipergunakan memiliki validitas dan relevansi yang dapat
dipertanggungjawabkan. Jenis data yang diperoleh berupa data sekunder yang
bersifat kuantitatif dan kualitatif.
Penulisan karya tulis ilmiah ini menggunakan metode telaah pustaka dari berbagai
sumber data yang telah teruji validitasnya, berhubungan satu sama lain, serta
mendukung uraian atau analisis pembahasan
Setelah itu, ApoB100 ditambahkan dengan pereaksi MDA. Secara singkat, MDA
dihasilkan dari reaksi asam 1,1,3,3-tetramethoxipropan dengan HCl (4M) selama
10 menit pada suhu 37o C. Setelah netralisasi larutan MDA, 100 µL MDA (0.5M)
ditambahkan ke 1 mg apoB100 atau 1 mg LDL. Setelah 3 jam proses inkubasi
pada suhu 37oC, MDA dihilangkan dengan proses dialisis. Selanjutnya, LDL
teroksidasi diproduksi dengan proses oksidasi selama 12 jam dengan 5 M CuSO4.
Tingkat oksidasi dievaluasi dengan spektrofluorometrik (eksitasi di 350 nm dan
emisi di 433 nm).5
Respon imun yang dihasilkan melalui imunisasi sangat bergantung terhadap jalur
imunisasi. Imunisasi secara subkutaneus umumnya dilakukan untuk memicu
respon inflamasi. Namun disisi lain, jalur mukosa sistem pernapasan dan sistem
pencernaan mengandung jaringan limfatik sehingga ketika terpapar antigen dapat
langsung memicu respon antiinflamasi dan immunosupresif. 5 Dalam karya ini
juga digunakan fragmen B dari Cholera Toxin. Fragmen B dari Cholera Toxin
tidak bersifat toksik. Cholera toksin sendiri memilki dua sub unit/fragmen yaitui
fragmen A (fragmen enzimatik) dan fragmen B (receptor binding fragmen).
Karena tidak bersifat toksik ini, subunit B dari Cholera toxin sering digunakan
sebagai adjuvan pada manusia. Subunit B dari Cholera Toxin diketahui dapat
memicu respon toleran terhadap berbagai antigen yang diinduksi secara mukosa.
Hal ini membuat antigen yang dikonjugasikan dengan subunit B dari Cholera
toxin dapat menjadi strategi baru dalam pengobatan penyakit autoimun dan respon
alergi, termasuk aterosklerosis.6
Efek ateroprotektif yang dihasilkan oleh antigen fusi apoB-100-CTB yaitu dapat
memicu produksi sel T reg. Sel T reg merupakan sel T yang dihasilkan oleh timus
sebagai respon keseimbangan terhadap klon sel T yang bersifat autoreaktif
terhadap self-antigen dengan cara menghapus klon sel T yang bersifat autoreaktif.
Sel T reg telah diketahui mempunyai asal-usul yang berbeda. 21,22 Secara garis
besar sel T regulator dibedakan menjadi dua jenis yakni sel T reg natural
(profesional) dan sel T reg hasil induksi. Sel T regulator natural (profesional)
merupakan populasi sel T yang mengekspresikan molekul CD25. Molekul CD25
adalah rantai alfa dari reseptor IL-2. Sel T regulator natural ditandai dengan CD4
dan CD25 (nT reg). Sel ini muncul dan mengalami maturasi pada organ timus saat
perkembangan awal suatu individu.22
Sampai saat ini ada satu keyakinan bahwa molekul intranukleus, Foxp3
merupakan penanda terpenting dari sel T reg. Foxp3 merupakan faktor transkripsi
yang keberadaannya mutlak diperlukan agar suatu individu hidup normal. Bukti
ini diperoleh dari penelitian menggunakan mencit knockout (knockout mice).
Penghapusan gen Foxp3 pada mencit menyebabkan mencit akan kehilangan sel T
reg.6 Sejauh ini diyakini bahwa kerja sel T reg terjadi melalui mekanisme kontak
antar sel. Kontak antar sel ini memberikan sinyal yang dapat mengaktifkan sel T
reg melalui jalur TCR (T cell receptor). Semua penelitian yang menggunakan
hewan dan manusia sebagai bahan percobaan telah melaporkan bahwa mekanisme
kerja sel T reg memerlukan kontak antara sel T reg dengan sel responder. Sel
responder yang dikultur tanpa kehadiran T reg akan berproliferasi sangat cepat.
Namun, dengan adanya T reg proliferasi dapat dihentikan secara sempurna.22
Para ilmuwan menduga kontak antar sel akan menimbulkan sinyal melalui TCR
akan mempengaruhi sel T reg mengekspresikan molekul pada permukaannya yang
digunakan untuk melakukan supressor. Namun, meskipun para ilmuwan berusaha
untuk mengetahui molekul yang terekspresi pada permukaan sel, sejauh ini masih
belum diketahui jawabannya. Hal yang diyakini diyakini sekarang bahwa T reg
menghambat aktivasi dan proliferasi sel responder dengan menekan sintesis IL-2
sel.23 Sel T regulator diyakini mempunyai asal yang berbeda-beda. 21,22 Salah satu
sel T regulator yang disebut sebagai ”natural atau profesional” diketahui terbentuk
di dalam organ timus dan mempunyi molekul yang ditandai dengan
CD4+CD25+Foxp3+. Foxp3 mempunyai peran sebagai faktor perkembangan sel
T regulator dan sekaligus mengendalikan fungsinya.. Sel T-regulator
mengekspresikan IL-10 dan TGF sebagai agen imunosupresif.6
Pada plak aterosklerosis ditemukan mengandung sedikit foxP3 sel T reg jika
dibandingkan dengan jaringan pembuluh darah normal atau lesi inflamasi pada
kulit dimana sel T reg sejumlah 25% dari sel T. Hal ini menunjukan ada gangguan
proteksi toleransi lokal pada daerah plak aterosklerosis. Pada penelitian yang
dilakukan oleh Sun, et. al. didapatkan bahwa tikus yang diberikan antigen yang
dikonjugasikan dengan protein yang bersifat non toxin yang berasal dari cholera
toxin B (CTB) dapat meningkatkan ekspresi dari foxp3, IL-10 dan TGF β.6
Selanjunya, efek lain yang dihasilkan oleh vaksinasi intranasal dari antigen fusi
apoB100-CTB yaitu dengan menginduksi respon imun humoral dan selular.
Imunisasi dengan menggunakan apoB100-CTB secara signifikan dapat
menginduksi peningkatan titer antibodi igG.5,21 Pembentukan plak aterosklerosis
sangat berkaitan dengan aktivasi dari sel B yang kemudian memicu pembentukan
igM dan igG sebagai autoantibodi anti ox-LDL. Aktivasi sel B sampai saat ini
sangat berhubungan dengan perlawanan terhadap aterosklerosis. Dari hasil
penelitian yang dilakukan oleh Sjogren didapatkan terdapat korelasi yang kuat
antara konsentrasi titer IgG yang tinggi terhadap penurunan plak aterosklerosis.18
IgG dapat mengenali p210 dalam molekul apoB100 yang diimunisasikan dan
menurunkan aterosklerosis pada pembuluh darah koroner hingga 45 %.
Peningkatan kadar IgM sebagai anti ox-LDL berperan dalam menurunkan
terbentuknya plak aterosklerosis. IgM dapat menghambat uptake ox-LDL oleh
makrofag pada lesi aterosklerosis sehingga dapat mencegah akumulasi ox-LDL di
dalam makrofag serta mencegah terbentuknya foam cell.5
Antigen yang telah menembus mukosa juga dieliminasi dan reaksi imun yang
terjadi diatur oleh sel-sel regulator. Hal ini untuk mencegah terjadinya respons
imun yang berlebihan yang akhirnya merugikan dikarenakan adanya paparan
antigen yang sangat banyak. Sistem imunitas sistemik bersifat memicu respons
imun oleh karena adanya paparan antigen.26
Jaringan mukosa ditemukan di saluran napas bagian atas, saluran cerna, saluran
genital dan kelenjar mammae. Mekanisme proteksi terhadap antigen pada mukosa
terdiri dari membran mukosa yang menutupi mukosa dan enzim adalah
perlindungan mekanik dan kimiawi yang sangat kuat, sistem imun mukosa innate
berupa eliminasi antigen dengan cara fagositosis dan lisis, sistem imun mukosa
adaptif dimana selain melindungi permukaan mukosa juga melindungi bagian
dalam badan dari masuknya antigen dari lingkungan. Sistem imun lokal ini
merupakan 80% dari semua imunosit tubuh pada orang sehat. Sel-sel ini
terakumulasi di dalam atau transit antara berbagai Mucosa-Assosiated Lymphoid
Ttisssue (MALT) bersama-sama membentuk sistem organ limfoid terbesar pada
mamalia.26
Sistem imun mukosa mempunyai tiga fungsi utama yaitu: (i) melindungi
membran mukosa dari invasif dan kolonisasi mikroba berbahaya yang mungkin
menembus masuk, (ii) melindungi pengambilan (uptake) antigen-antigen
terdegradasi meliputi protein-protein asing dari makanan yang tercerna, material
di udara yang terhirup dan bakteri komensal, (iii) melindungi berkembangnya
respon imun yang berpotensi merugikan terutama dari antigen-antigen bila
berhasil ke dalam tubuh.5 Oleh karena itu, MALT menyeleksi mekanisme efektor
yang sesuai dan mengatur intensitasnya untuk menghindari kerusakan jaringan
dan proses imun berlebih. Secara fungsional, MALT terdiri dari dua komponen
yaitu jaringan limfoid mukosa terorganisir dan sistem imunologi mukosa tersebar.
Sistem MALT terlihat sebagai suatu sistem imun kompartemenisasi yang bagus
dan fungsi esensialnya berdiri sendiri dari aparatus sistem imun.26
Antibodi IgA predominan sebagai mekanisme pertahanan humoral tetapi IgM dan
IgG juga diproduksi secara lokal dan berperan dalam mekanisme pertahanan
secara signifikan. Sel T limfosit sitolitik mukosa (CTL) mempunyai peran penting
dalam imunitas pembersihan patogen virus dan parasit intraseluler. Sel CTL ini
juga akan terlihat setelah pemberian imunisasi oral, nasal, rektal ataupun vaginal
dan yang terbaru perkutaneus.26
Sistem imun mukosa telah dikembangkan dengan berbagai cara untuk menjaga
toleransi terhadap self-antigen, antigen lingkungan pada mikroflora, antigen
makanan dan material udara terhirup. Tolerasi tersebut melalui mekanisme
aktifasi sel penginduksi kematian (induce-cell death), anergi dan yang paling
penting induksi sel T regulator.5 Anergi terhadap sel T antigen spesifik terjadi bila
inhalasi atau menelan sejumlah besar protein terlarut, dan penghilangan (deleting)
sel T spesifik terjadi setelah pemberian antigen dosis nonfisiologis secara masif.
Pada percobaan tikus sudah diketahui ada 4 sel T regulator yaitu (i) antigen-
induced CD4+ T helper 2 like cells yang memproduksi IL-4 dan IL-10, dan
antagonis sel efektor T helper 1, (ii) sel CD4+CD45RB yang memproduksi IL-10,
(iii) sel CD4+ dan CD8+ yang memproduksi TGF-β (T helper 3), (iv) Sel T reg
(CD4+CD25+) yang mensupresi proliferasi melalui suatu sel contact-dependent
mechanism.5,26
Meskipun in vitro, sel yang terakhir dapat dikembangkan menjadi suatu bentuk sel
antigen spesifik in vivo setelah imunisasi. Sel ini bisa juga mengubah aktivitas
supresor pada sel CD4+ lain dengan cara menginduksi ekspresi dari faktor
transkripsi Foxp3 dan atau ikatan MHC klas II dengan molekul LAG-3 pada sel
seperti infectious tolerance. Mereka juga mempunyai hubungan langsung antara
sel T inhibitor oleh Sel T reg , T helper 3, sel Tr 1. Selanjutnya natural human
CD4+CD25+ T reg mengekspresikan integrin α4β7 mukosa, ketika bersama sel T
CD4+ konvensional menginduksi sel T sekresi Tr 1 like IL 10 dengan aktivitas
supresor kuat terhadap sel T efektor, dimana α4β1 Treg –positif lain
memperlihatkan cara yang sama dengan cara menginduksi T helper 3-like TGF-β-
secreting supressor T cells.5
Data dari studi terakhir mengindikasikan bahwa kesemua sel regulator yang
berbeda tipenya dan mekanismenya dapat diinduksi atau ditambah (expand) oleh
adanya antigen mukosa mengawali terjadinya toleransi perifer. Sel T CD8+ γδ
intraepitelial mukosa respirasi dan usus juga dicurigai berperan dalam toleransi
mukosa. Jadi, mekanisme pertahanan mukosa dari autoagressive dan penyakit
alergi melibatkan berbagai tahap regulasi. Sedangkan aktivasi, survival dan
ekspansi sel regulator ini tampaknya dikontrol oleh jenis terspesialisasi APC,
khususnya sel dendritik jaringan spesifik meliputi sel dendritik di hati, plak
payeri, mukosa intestinal dan paru.26
Penggunaan partikel LDL sebagai partikel imunogen tidak begitu menarik untuk
dijadikan strategi vaksinasi oleh karena partikel ini dapat mengandung serta
memicu sitokin proinflamatori dan dapat berpotensi menjadi molekul yang
bersifat toxic seperti lipid dan endotoxin. Penelitian terbaru menunjukan partikel
kecil yang merupakan derivate dari LDL yang disebut apolipoproteinB100 secara
signifikan dapat bersifat ateroprotektif. Oleh karena itu, pemanfaatan apoB100
dapat dijadikan sebagai kandidat vaksin dalam melawan aterosklerosis.26
Adapun proses fusi protein ApoB100 dengan Cholera Toxin B merupakan proses
yang melibatkan perlekatan antara polipeptida yang berasal dari protein. Secara
khusus, fusi protein antigen ini dapat dilakukan dengan teknologi DNA
rekombinan.27 Fusi protein antigen ini dibuat dengan mengonjugasikan ikatan
kovalen antara partikel antigen dengan protein transpor Cholera Toxin B. 5,26
V.1 Kesimpulan
1. Proses preparasi berasal dari LDL yang dikumpulkan dari 10 donor plasma
manusia. Plasma ditambahkan dengan pelarut SDS dan peraksi MDA untuk
menghilangkan partikel dan agregat kompleks yang terdapat dalam plasma.
Kemudian plasma diinkubasi selama 3 jam pada suhu 37 oC. LDL diekstraksi
dari plasma dan peptida apoB100 (asam amino 3136-3155) diisolasi dari
lipoprotein LDL dengan proses ultrasentrifugasi dan lipolisasi. Peptida
apoB100 dikonjugasikan dengan subunit B Cholera toxin B (CTB) sehingga
dinamakan vaksin apoB100-CTB. Vaksin ApoB100-CTB yang diperoleh
dienkapsulasi dengan menggunakan chitosan dengan metode complex
coacervation. Setelah proses preparasi nanopartikel-chitosan selesai, vaksin
ApoB100-CTB dimasukkan ke dalam nanopartikel-chitosan dan divorteks
selama 30 detik sehingga menghasilkan vaksin yang memiliki kemampuan
penghantaran dan stabilitas yang tinggi.
2. Peranan vaksin intranasal apoB100-CTB nanopartikel-chitosan dalam
mencegah pembentuk plak aterosklerosis adalah menghambat terbentuknya
plak aterosklerosis dengan cara memicu respon sel T regulator. Sel T reg akan
mengekspresikan mediator anti inflamasi (IL-10 dan TGF-β) yang bersifat
imunosupresif sehingga dapat meningkatkan toleransi terhadap self antigen
dalam hal ini adalah LDL. Selain itu, vaksin apoB100-CTB meningkatkan
kadar igG dan IgM dan memicu uptake ox-LDL sehingga mengurangi
tangkapan ox-LDL oleh makrofag. Proses ini menyebabkan tidak terbentuknya
foam cell yang merupakan asal mula terbentuknya plak dan lesi aterosklerosis.
Administrasi vaksin secara intranasal dipilih karena mukosa lebih poten dalam
menginduksi respon imun yang bersifat protektif dan meningkatkan respon
imun toleran.
V.2 Saran
Dari karya tulis ilmiah yang telah dijabarkan di atas, adapun berbagai saran yang
ingin penulis sampaikan antara lain:
1. Penelitian pada vaksin apoB100-CTB dan nanopartikel chitosan masing-
masing telah terbukti mampu menjadi modalitas pengembangan vaksinasi
aterosklerosis secara intranasal. Namun, penulis berharap agar adanya
penelitian selanjutnya untuk mengembangkan vaksin apoB100-CTB dan
nanopartikel-chitosan sehingga dapat menjadi suatu luaran berupa produk
paten yang bermanfaat bagi masyarakat.
2. Penggunaan vaksin apoB100-CTB telah diuji secara laboratorik dan terbukti
mampu memberi dampak efektif dalam pencegahan aterosklerosis tetapi
diperlukan penelitian lebih lanjut pada hewan tingkat tinggi ataupun manusia
untuk mengetahui kadar normal bagi manusia.
DAFTAR PUSTAKA
Prestasi Ilmiah:
Juara 2 Karya tulis Ilmiah National Hasanuddin Scientific Fair 2012
Juara 3 Karya Tulis Ilmiah,Temu Ilmiah Nasional (TEMILNAS) 2011,Padang
Juara 3 Proposal Penelitian Multicenter, Temu Ilmiah Nasional (TEMILNAS)
2011,Padang
Juara 3 Kompetisi Karya Tulis Mahasiswa, Fakultas Kedokteran Unhas
Juara 3 Karya Tulis Ilmiah National Pepton Gamamed Fair UGM 2012
Juara 1 Karya tulis Ilmiah National Hasanuddin Scientific Fair 2013
Delegate of 9th Warsaw International Medical Congress 2013,Poland
BIODATA PENULIS 2
Pengalaman Organisasi:
Anggota Divisi Pendidikan Badan Eksekutif Mahasiswa Kema Fakultas
Kedokteran Universitas Hasanuddin Periode 2012-2013
Anggota Divisi Kaderisasi dan Pengembangan Sumber Daya Manusia
LDF Medical Muslim Family FK Unhas Periode 2012-2013
Anggota Divisi Human Development Medical Youth Research Club FK
Unhas Periode 2012-2013
Koordinator Divisi Human Development Medical Youth Research Club
FK Unhas Periode 2013-2014