1.konsep Segitiga Daya
1.konsep Segitiga Daya
Telah dipahami dan dianalisa tentang teori daya listrik pada arus bolak-balik, bahwa
disipasi daya pada beban reaktif (induktor dan kapasitor) relatif kecil, namun fakta
menunjukkan bahwa pada beban reaktif terjadi sentakan arus dan tegangan jatuh pada
terminalnya, ini memberi kesan seolah-olah beban reaktif benar-benar mendisipasi daya
secara nyata. Fakta ini disebut sebagai Daya Reaktif (Reactive Power) yang dimensi ukurnya
dalam satuan VAR (Volt-Amps-Reaktif) bukan dalam satuan Watt.
Simbol matematika untuk daya reaktif disepakati adalah Q dan besar daya sebenarnya
yang digunakan atau yang hilang (disipasi daya) dalam rangkaian disebut Daya Aktif (True
Power) yang dimensi ukurnya dalam satuan Watt dan disepakati dilambangkan dengan huruf
besar P. Kombinasi dari daya reaktif dan daya aktif disebut Daya Semu (Apparent Power)
yang merupakan produk dari suatu rangkaian yang memiliki tegangan dan arus tanpa merujuk
pada sudut phasa. Dimensi ukur dari daya semu dalam satuan VA (Volt-Amps) dan
kesepakatan lambang dengan huruf S.
Sebagai sebuah kaidah, daya aktif merupakan fungsi dari elemen rangkaian disipasi
yang umumnya berupa resistansi (R) dan daya reaktif merupakan fungsi dari suatu elemen
rangkaian reaktansi (X) dan umumnya dapat berupa induktansi (L) atau capasitansi (C). Daya
semu adalah fungsi dari suatu rangkaian impedansi total (Z). Karena kita berurusan dengan
perhitungan besaran skalar dari daya yang kompleks mulai dari besaran seperti tegangan, arus
dan impedansi maka harus diwakili oleh magnitudo polar, bukan dengan bilangan riil atau
imajiner dari komponen rectangular.
Sebagai contoh, jika menghitung daya aktif dari arus dan resistansi, harus
menggunakan magnitudo polar untuk arus dan bukan hanya bilangan riil atau imajiner saja
bagian dari arus dan jika menghitung daya semu dari tegangan dan impedansi, kedua besaran
komplek tersebut sebelumnya harus diturunkan atau direduksi ke magnitudo polar mereka
untuk aritmatika skalar. Ada beberapa persamaan yang menghubungkan ketiga jenis daya
yaitu resistansi, reaktansi dan impedansi yang semuanya menggunakan besaran skalar:
Perlu diketahui bahwa ada dua persamaan untuk perhitungan daya aktif dan daya
reaktif dan ada tiga persamaan untuk perhitungan daya semu. Periksa rangkaian berikut dan
lihat bagaimana ketiga jenis daya saling berhubungan: sebuah beban resistif murni pada
Gambar.1, beban reaktif murni pada Gambar.2 dan beban campuran resistif dan reaktif pada
Gambar.3 di bawah ini.
Ketiga jenis daya aktif, reaktif, dan semu berhubungan satu sama lain dalam bentuk
trigonometri. Hubungan antara daya tersebut dinamakan Segi Tiga Daya (The Power
Triangle) seperti diperlihatkan pada Gbr.4 di atas.
Dengan menggunakan hukum rumus trigonometri dapat dihitung panjang dari setiap
sisi atau jumlah besaran seluruh daya, jika telah diketahui panjang dua sisi lainnya atau
panjang salah satu sisi dengan sudutnya.
Kesimpulan:
Energi yang disipasi atau dihamburkan oleh beban disebut sebagai daya aktif. Daya
aktif dilambangkan oleh huruf P dan diukur dalam satuan W (Watt).
Energi hanya terserap dan kembali ke sumbernya karena sifat beban yang reaktif ini
maka disebut sebagai daya reaktif. Daya reaktif dilambangkan dengan huruf Q dan diukur
dalam satuan VAR (Volt-Amps-reaktif). Energi total dalam rangkaian arus bolak-balik, baik
dihamburkan, diserap ataupun yang kembali disebut sebagai daya semu. Daya semu
dilambangkan dengan huruf S dan diukur dalam satuan VA (Volt-Amps).
Ketiga jenis daya secara trigonometri terkait satu sama lain. Dalam segi tiga siku-siku,
P adalah garis mendatar yang mengapit sudut, Q adalah garis tegak dihadapan sudut dan S
adalah garis sisi miring dan mengapit sudut. Sudut yang diapit garis adalah sudut phasa
rangkaian impedansi (Z).
Wattmeter adalah instrumen pengukur daya listrik yang pembacaannya dalam satuan
watt dimana merupakan kombinasi voltmeter dan amperemeter.
Dalam pengoperasiannya harus memperhatikan petunjuk yang ada pada manual book
atau tabel yang tertera pada wattmeter. Demikian juga dalam hal pembacaannya harus
mengacu pada manual book yang ada.
Watmetter dibagi menjadi 3, yaitu:
2.wattmeter induksi
Perbedaan dengan wattmeter jenis dinamometer adalah wattmeter induksi hanya dapat
dipakai dengan suplai listrik bolak balik sedangkan wattmeter jenis dinamometer dapat
dipakai baik dengan suplai listrik bolak balik atau searah.Kelebihan dan keterbatasan
wattmeter induksi yaitu wattmeter induks imempunyai skala lebar, bebas pengaruh medan
liar, serta mempunyai peredaman bagus. Selain itu, alat ukur ini juga bebas dari error akibat
frekuensi.
1. Masukan Kabel Power Sumber ( In Put ) Pada Terminal WATT & 10 A, Sesuai Petunjuk
Pada Watt Meter Digital Yang Bertuliskan “ POWER SOURCE “.
2. Masukan Kabel Beban ( Out Put ) Pada Terminal COM & V, Sesuai Petunjuk Pada Watt
Meter Digital Yang Bertuliskan “ LOAD “.
3. Setelah Kabel In Put ( Power Source ) & Out Put ( Load ) Terpasang, Hidupkan Watt
Meter Digital Dengan Menggeser Tombol Pada Posisi ON.
4. Tekan Tombol Pilihan Watt 1 ( 2000 W ) atau Watt 2 ( 6000 W – X10 W) Tergantung Dari
Beban Yang Akan Di Ukur.
5. Apabila Pada Layar Tidak Tertulis Nol Maka Perlu Di Setting Watt Zero Adjust Agar
Tampilan Pada Layar Bernilai Nol.
6. Masukan Kabel In Put ( Power Source ) Pada Stop Kontak Agar Beban / Load Dapat
Bekerja.
7. Lihat Hasil Tampilan Pada Layar, Apabila Menggunakan Batas Ukur Yang Watt 1 ( 2000
W ) Maka Tampilan Pada Layar Merupakan Hasil Pengukuran Daya Pada Beban / Load.
8. Apabila Menggunakan Batas Ukur Yang Watt 2 ( 6000 W ), Maka Hasil Pada Layar Di
Kalikan 10 Baru Ketahuan Hasilnya.
9. Apabila Sudah Selesai Dalam Pengukuran Daya, Matikan Watt Meter Digital Dengan
Menggeser Tombol Pada Posisi OFF.
PENGUKURAN DAYA ARUS SEARAH (DC)
Gambar 4: Mengukur daya tiga fase dengan satu wattmeter. Pengukuran seperti
gambar 4 diatas dilakukan untuk jaringan tiga fase beban simetri, daya masing-masing fase
sama besar P1 = P2 = P3 Besar daya yang diserap beban tiga fase pada gambar 4, dirumuskan
sebagai P = U . I . C.
Dalam sistem listrik arus bolak-balik, jenis beban dapat diklasifikasikan menjadi 3 macam,
yaitu :
Beban resistif (R) yaitu beban yang terdiri dari komponen tahanan ohm saja
(resistance), seperti elemen pemanas (heating element) dan lampu pijar. Beban jenis ini
hanya mengkonsumsi beban aktif saja dan mempunyai faktor daya sama dengan satu.
Tegangan dan arus sefasa. Persamaan daya sebagai berikut :
P = VI
Dengan :
Beban induktif (L) yaitu beban yang terdiri dari kumparat kawat yang dililitkan pada
suatu inti, seperti coil, transformator, dan solenoida. Beban ini dapat mengakibatkan
pergeseran fasa (phase shift) pada arus sehingga bersifat lagging. Hal ini disebabkan oleh
energi yang tersimpan berupa medan magnetis akan mengakibatkan fasa arus bergeser
menjadi tertinggal terhadap tegangan. Beban jenis ini menyerap daya aktif dan daya reaktif.
Persamaan daya aktif untuk beban induktif adalah sebagai berikut :
P = VI cos φ
Dengan :
Dengan :
XL = reaktansi induktif
F = frekuensi (Hz)
L = induktansi (Henry)
Beban kapasitif (C) yaitu beban yang memiliki kemampuan kapasitansi atau
kemampuan untuk menyimpan energi yang berasal dari pengisian elektrik (electrical
discharge) pada suatu sirkuit. Komponen ini dapat menyebabkan arus leading terhadap
tegangan. Beban jenis ini menyerap daya aktif dan mengeluarkan daya reaktif. Persamaan
daya aktif untuk beban induktif adalah sebagai berikut :
P = VI cos φ
Dengan :
Dengan :
XL = reaktansi kapasitif
f = frekuensi
C = kapasitansi (Farad)
DAFTAR PUSTAKA
http://saranabelajar.wordpress.com/2010/02/18/karakteristik-beban-pada-sistem-arus-listrik-
bolak-balik-ac/