b. Nasionalisme
Nasionalisme adalah pondasi bagi aparatur sipil negara untuk
mengaktualisasikan dengan semangat nasionalisme yang kuat dalam
menjalankan tugasnya sebagai pelaksana kebijakan publik, pelayan publik,
dan perekat dan pemersatu bangsa. Nasionalisme merupakan kecintaan
terhadap bangsa dan tanah air yang didasarkan pada nilai-nilai Pancasila.
1. Sila 1 (Nilai Ketuhanan)
Sebagai landasan rohani dan moral dalam berkehidupan, nilai-nilai ketuhanan
akan memperkuat pembentukan karakter dan kepribadian, melahirkan etos
kerja yang positif.
1) Sila 2 (Nilai Kemanusiaan)
Penghormatan terhadap Hak Asasi Manusia, saling menghargai antar
sesama, mengakui persamaan derajat tanpa membeda-bedakan suku,
keturunan, agama, jenis kelamin, kedudukan sosial, warna kulit dan
sebagainya.
2) Sila 3 (Nilai Persatuan dan Kesatuan)
Bekerjasama demi persatuan dan kesatuan bangsa, dengan menjunjung tinggi
persaudaraan, perdamaian, keadilan, dan menempatkan kepentingan publik
daripada kepentingan sendiri.
3) Sila 4 (Nilai Permusyawaratan)
Perwujudan dari demokrasi permusyawaratan yakni kerakyatan
(penghormatan terhadap suara rakyat), permusyawaratan (kekeluargaan) dan
hikmat kebijaksanaan.
4) Sila 5 (Nilai Keadilan)
Mengembangkan sikap adil terhadap semua tingkat sistem kemasyarakatan,
menyediakan kesetaraan kesempatan dalam proses fasilitas akses informasi
dan layanan.
c. Etika Publik.
Etika publik adalah refleksi tentang norma yang menentukan baik/buruk
perilaku, tindakan dan keputusan untuk mengarahkan kebijakan publik dalam
rangka menjalankan tanggung jawab pelayanan publik.
Nilai-nilai dasar etika publik berdasarkan undang-undang ASN :
1) Tanggung Jawab
2) Tidak Diskriminatif / netralitas
3) Profesional
4) Jujur, Cepat, Akurat, Santun, Tanggap
5) Transparan
Dimensi etika publik:
1) Dimensi kualitas pelayanan public
2) Dimensi modalitas
3) Dimensi Tindakan Integritas Publik
d. Komitmen Mutu
1) Efektifitas, Tingkat ketercapaian target yang telah direncanakan, baik
menyangkut jumlah maupun mutu hasil kerja, diukur dari kepuasan dan
terpenuhinya kebutuhan pelanggan.
2) Efisiensi, Merupakan tingkat ketepatan realisasi penggunaan sumber
daya sehingga dapat diketahui ada tidaknya pemborosan sumber daya,
penyalahgunaan alokasi, penyimpangan prosedur dan mekanisme yang
keluar alur.
3) Inovasi, Hasil pemikiran baru yang akan memotivasi setiap individu untuk
membangun karakter sebagai aparatur yang diwujudkan dalam bentuk
profesionalisme layanan public yang berbeda dari sebelumnya.
4) Orientasi mutu, Mencerminkan nilai keunggulan produk/jasa yang
diberikan kepada pelanggan sesuai dengan kebutuhan dan keinginannya,
bahkan melampaui harapannya. Mutu merupakan salah satu standar
yang menjadi dasar unutk mengukur capaian hasil kerja.
e. Anti Korupsi
menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia “korupsi” diartikan sebagai
penyelewengan atau penyalahgunaan uang Negara (perusahaan) untuk
keuntungan pribadi atau orang lain. Pada dasarnya sebab manusia
terdorong untuk melakukan korupsi adalah karena factor dari individu itu
sendiri seperti sifat tamak, gaya hidup konsumtif, moral yang lemah terhadap
godaan, dan factor lingkungan seperti lingkungan kerja yang korup dan
memarjinalkan orang yang baik.
Korupsi sangat berpengaruh buruk terhadap pembangunan dan
kesejahteraan masyarakat. Korupsi berdampak menghancurkan tatanan
bidang kehidupan masyarakat, berbangsa dan bernegara, mulai dari bidang
sosial budaya, ekonomi serta psikologi masyarakat. Oleh karena itu, kita
wajib berpartisipasi dengan menunjukan sikap antikorupsi. Tindakan
membangun sikap antikorupsi sederhana, misalnya dengan cara bersikap
jujur dalam kehidupan sehari-hari, menghindari perilaku yang merugikan
kepentingan orang banyak, menghindari konflik kepentingan dalam
hubungan kerja, dan melaporkan pada penegak hukum apabila menjadi
korban perbuatan korupsi.
8) Manajemen PPPK
• penetapan kebutuhan
• pengadaan
• penilaian kinerja
• perjanjian kerja
• penggajian dan tunjangan
• pengembangan kompetensi
• penghargaan
• disiplin
• pemutusan hubungan
• perlindungan.
b. Pelayanan Publik
1) Definisi Pelayanan Publik
Pelayanan publik adalah kegiatan atau rangkaian kegiatan dalam rangka
pemenuhan kebutuhan pelayanan sesuai dengan peraturan perundang-
undangan bagi setiap warga Negara dan penduduk atas barang, jasa,
dan/atau pelayanan administratif yang disediakan oleh penyelenggara
pelayanan publik yaitu setiap institusi penyelenggara Negara, korporasi,
lembaga independen yang dibentuk berdasarkan undang-undang untuk
kegiatan pelayanan publik, dan badan hukum lain yang dibentuk semata-
mata untuk kegiatan pelayanan publik.
2) Penyelenggaraan Pelayanan Publik
Pelayanan Publik dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
• Pelayanan Administratif yaitu pelayanan yang menghasilkan berbagai
bentuk dokumen resmi yang dibutuhkan oleh publik;
• Pelayanan Barang yaitu pelayanan yang menghasilkan berbagai
bentuk/jenis barang yang digunakan oleh publik;
• Pelayanan Jasa yaitu pelayanan yang menghasilkan berbagai jasa
yang dibutuhkan oleh publik; dan
• Pelayanan Regulatif yaitu pelayanan melalui penegakan hukum dan
peraturan perundang-undangan, maupun kebijakan publik yang
mengatur sendi-sendi kehidupan masyarakat;
3) Tujuan Pelayanan Publik
Untuk mencapai kepuasan itu dituntut kualitas pelayanan yang tercermin
dari:
• Transparansi
• Akuntabilitas
• Kondisional
• Partisipatif
• Kesamaan hak
c. Whole of Government (WOG)
Whole-of-Government atau disingkat WoG adalah sebuah pendekatan
penyelenggaraan pemerintahan yang menyatukan upaya-upaya kolaboratif
pemerintahan dari keseturuhan sektor dalam ruang lingkup koordinasi yang
lebih luas guna mencapai tujuan-tujuan pembangunan kebijakan,
manajemen program dan pelayanan publik. Terdapat beberapa cara
pendekatan WoG yang dapat dilakukan baik dari sisi penataan institusi
formal maupun informal. Dalam praktek WoG memiliki beberapa tantangan,
yaitu kapasitas SDM dan institusi, nilai dan budaya organisasi,
kepemimpinan. Terdapat beberapa alasan yang menyebabkan WoG menjadi
penting dan tumbuh sebagai pendekatan yang mendapatkan perhatian dari
pemerintah. Oleh karenanya WoG juga dikenal sebagai pendekatan
interagency, yaitu pendekatan yang melibatkan sejumlah kelembagaan yang
terkait dengan urusan-urusan yang relevan.