FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS TANJUNGPURA PONTIANAK 2021 REVIEW JURNAL 1 A. Judul Jurnal Perancangan aplikasi sistem penilaian kinerja karyawan dengan metode Management By Objective (MBO) pada PT PLN Maninjau Bukittinggi. B. Permasalahan Bersama dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang begitu pesat dewasa ini, kapasitas sumber daya manusia dan kehandalan kualitas sangat dibutuhkan untuk meningkatkan kualitas perusahaan secara keseluruhan. Untuk memenuhi kebutuhan permintaan akan sumber daya manusia yang berkualifikasi, PLTA Maninjau yang merupakan cabang dari PT PLN dan berada dibawah Sektor Pembangkitan Bukittinggi, telah mencoba mempersiapkan tenaga kerja yang mampu memenuhi kebutuhan permintaan bisnis. Salah satu cara untuk melakukan hal ini adalah dengan menilai performansi pekerja. Penilaian performansi pekerja yang dilakukan pada PLTA Maninjau saat ini belum mampu melihat performansi dan pencapaian dari setiap pekerja. PLTA Maninjau harus meningkatkan proses penilaian pegawai-pegawai mereka, harus berupaya mempersiapkan tenaga kerja yang dapat memenuhi persyaratan yang dituntut oleh dunia usaha. C. Metode yang Digunakan Metode yang dapat digunakan untuk menilai performansi pegawai di PT PLN Maninjau adalah Management By Objective (MBO). MBO adalah suatu pendekatan yang terorganisir dan sistematis yang menjadikan manajemen fokus kepada sasaran kerja dan pencapaian hasil terbaik yang mungkin tercapai dari sumber daya yang tersedia. Penilaian kinerja karyawan dengan metode MBO dan bisa dilakukan dengan komputerisasi. Penilaian kinerja yang terkomputerisasi akan memudahkan pimpinan sebagai pengguna melakukan evaluasi terhadap pencapaian karyawannya, melihat perkembangan karyawan dari waktu ke waktu, dan bisa memberikan perbaikan untuk ke depannya. Berdasarkan kebutuhan untuk mendapatkan data yang cepat dan mudah digunakan, maka dirancanglah aplikasi penilaian kinerja karyawan dengan menggunakan metode MBO. D. Langkah-langkah Penyelesaian Langkah-langkah dalam melakukan penilaian dengan metode Management By Objective (MBO) adalah: 1. Mendefinisikan tujuan perusahaan Tujuan dari PLTA Maninjau sama dengan visi perusahaan yang terintegrasi secara keseluruhan pada semua cabang PLN, yakni diakui sebagai perusahaan kelas dunia yang bertumbuh-kembang unggul dan terpercaya dengan bertumpu pada potensi insani. PLTA Maninjau percaya bahwa sumber daya manusia yang dimiliki mampu meningkatkan kinerja dari PLTA tersebut. 2. Mendefenisikan job description masing-masing karyawan Job description merupakan gambaran tanggung jawab dari masing-masing karyawan yang berguna untuk mendapatkan tujuan yang akan dicapai oleh perusahaan. Job description ini bisa disebut sebagai langkah-langkah dalam mencapai tujuan perusahaan. 3. Membuat standar performansi atau Sasaran Kerja Individu (SKI) Sasaran kerja individu (SKI) merupakan target pencapaian oleh masing- masing karyawan pada tiap periodenya. SKI ini dirumuskan oleh manajer bersama dengan karyawan pada bidangnya masing-masing. 4. Penentuan bobot indikator dan target output Penentuan bobot indikator dan target output merupakan nilai yang diberikan pada SKI yang telah ditentukan dan capaian yang akan diharapkan terhadap kinerja karyawan. E. Hasil Berdasarkan hasil analisa daa yang telah dilakukan, dapat diketahui bahwa desain aplikasi dilakukan dengan tahapan survei terhadap sistem, analisis sistem, perancangan sistem penilaian performansi menggunakan metode MBO, perancangan aplikasi penilaian performansi pekerja dan pembuatan aplikasi, beserta verifikasi dan validasi. Pembuatan aplikasi dilakukan menggunakan Microsoft Excell. Implementasi dilakukan setelah aplikasi tersebut divalidasi. Implementasi didasarkan pada performansi pekerja pada periode terkini, yaitu semester sebelumnya (Januari-Juni) yang dilakukan pada bulan Juni 2013. Berdasarkan validasi yang dilakukan, dapat disimpulkan bahwa aplikasi layak digunakan oleh PLTA Maninjau untuk menilai performansi karyawan. Kinerja karyawan pada PLTA Maninjau saat ini mempunyai pencapaian sasaran kinerja yang bagus dengan pencapaian rata-rata 80% dan 6 orang yang berada di bawah 78%. Untuk pencapaian sasaran kerja, nilai minimal pencapaian sasaran kerja adalah 84%, sedangkan pencapaian perilaku kerja karyawan dalam menyelesaikan pekerjaannya, umumnya tercapai, dan 4 orang yang berada di bawah nilai 5. Hal ini menunjukkan bahwa performansi pekerja PLTA Maninjau memiliki kinerja yang baik. REVIEW JURNAL 2 A. Judul Jurnal Rancang model penilaian kinerja karyawan dengan metode 360 degree di Departemen Warehouse PT IFL. B. Permasalahan Penilaian kinerja merupakan sebuah alat yang digunakan oleh perusahaan untuk mengevaluasi dan menilai kinerja dan perilaku karyawannya. Proses penilaian yang terjadi saat ini adalah penilaian yang dilakukan oleh 1 level di atas yang dinilai. Proses yang seperti ini sering menimbulkan masalah karena dianggap bias dan bersifat subjektif yang memberikan hasil yang tidak adil. Proses penilaian sering menimbulkan kesalahan–kesalahan, seperti penilai enggan memberikan nilai yang tinggi kepada bawahannya (Tipe Central Tendency) atau penilai berada dalam pengaruh pengalaman kesan buruk di masa lalu (Halo Effect Error). Hasil penilaian sering dianggap tidak adil dibandingkan dengan karayawan yang lainnya pada level setingkat. Penilaian menjadi alat untuk menjatuhkan pihak yang tidak disukai dan menaikkan image pihak yang disukai. Penilaian yang dilakukan 1 kali dalam setahun memberikan dampak yang besar bagi karyawan karena mempengaruhi besaran kenaikan gaji yang akan mereka terima. Oleh karena itu, sebuah perusahaan harus merumuskan proses penilaian kinerja yang dapat mengubah pola perusahaan dengan lebih baik. C. Metode yang Digunakan Metode yang dapat digunakan untuk menilai performansi pegawai di Departemen Warehouse PT IFL adalah metode penilaian kinerja 360 derajat. Dalam sistem penilaian kinerja 360 derajat karyawan menerima feedback dari berbagai sumber termasuk dari dirinya sendiri sehingga memiliki standar obyektif dalam mengevaluasi kinerja, mengurangi resiko terjadinya diskriminasi dan efek-efek pribadi dalam penilaian kinerja, serta mampu mengembangkan kerja sama yang erat di kalangan anggota tim. D. Langkah-langkah Penyelesaian Adapun langkah-langkah dalam penilaian kinerja dengan sistem penilaian 360 derajat adalah sebagai berikut : 1. Mengembangkan kuesioner Kuesioner yang digunakan untuk sistem penilaian kinerja 360 derajat memuat pertanyaan-pertanyaan dengan menggunakan sistem skala 1-5. 2. Memastikan kepercayaan para partisipan Langkah-langkah harus diambil untuk memastikan kepercayaan terhadap hasil umpan balik yang didapatkan. 3. Menyediakan pelatihan atau orientasi Seringkali proses umpan balik melibatkan satu atau lebih kuesioner, informasi yang rahasia dan keterlibatan dari berbagai divisi di dalam organisasi. 4. Pengawasan umpan balik dari kuesioner Distribusikan kuesioner dengan mencantumkan instruksi sehingga mencegah kesalahpahaman. 5. Analisis data Analisis data akan meliputi penilaian rata-rata. E. Hasil Adapun hasil yang diperoleh berdasarkan analisa data yang telah dilakukan adalah sebagai berikut. 1. Pelaku dan Variabel Penilaian Untuk membuat model penilaian kinerja karyawan dengan empat orang penilai, yaitu atasan langsung, rekan sejawat, diri sendiri, dan bawahan. Variabel–variabel yang digunakan adalah integritas, orientasi terhadap kualitas, orientasi terhadap pelanggan, kolaborasi, komunikasi, keterampilan, loyalitas, perencanaan dan pengorganisasian, serta coaching. 2. Pembobotan Penilai dan Hasil Penilaian Pada proses pengisian form penilaian, setiap variable akan disertai indikator perilaku dari kemampuan pribadi dideskripsikan secara kuantitatif, dengan parameter angka. Masing – masing point indikator penilaian kinerja diberi dengan nilai 1 – 5, dengan nilai 5 = Sangat Baik, 4 = Baik, 3 = Cukup, 2 = Kurang, 1 = Sangat kurang. 3. Uji Konsistensi Bobot Penilaian Untuk menguji konsistensi besarnya bobot yang diberikan oleh masing– masing penilai dilakukan dengan memperoleh nilai hasil konsistensi indeks dan eigenvector dari matriks perbandingan berpasangan penilai. Untuk mendapatkan nilai eigenvector diperoleh dengan mengalikan setiap bobot baris dari perbandingan berpasangan lalu dipangkatkan 1/ n, dimana n = 4. Selanjutnya dari hasil eigenvector akan diperoleh nilai bobot prioritas dan bobot sintesa. Bobot prioritas masing–masing penilai diperoleh dari nilai eigenvector masing–masing dibagi eigenvector penilai. Bobot sintesa diperoleh dari penjumlahan baris berpasangan yang telah di normalisasikan. 4. Desain Model Penilaian Kinerja Model penilaian dengan konsep 360 derajat merupakan penilaian yang sangat baru bagi perusahaan dan maisng-masing depatermen, termasuk Depatermen Warehouse. Model 360 derajat dilakukan dengan mengandalkan penilaian dari 4 orang penilai, sehingga lebih dianggap objektif. 5. Verifikasi dan Validasi Berdasarkan verifikasi melalui wawancara dengan pihak management sumber daya manusia (HR) menyatakan bahwa ada beberapa hal yang menjadi penilaian terhadap model penilaian kinerja ini, yaitu penilaian dengan metode 360 derajat memerlukan waktu yang lebih lama dalam menilai karyawan, sehingga perlu dilakukan 1 bulan sebelum tanggal tempo penilaian akhir. Proses penilaian juga menilai dengan lebih tepat setiap kompetensi karyawan, sehingga lebih tepat sasaran sesuai bidang dan kompetensi. 6. Model Penilaian Kinerja Karayawan dengan 360 Derajat Penilaian kinerja karyawan dengan menggunakan konsep 360 derajat dituang dalam bentuk form penilaian. Penilaian terhadap atasan (section head) dan karyawan (loader, stocke keeper) tidak dapat disamakan. REVIEW JURNAL 3 A. Judul Jurnal Analisis Penilaian Kinerja Pada Operator Departemen Produksi Cixing Perusahaan Textile Menggunakan Metode Analytical Hierarchy Process (AHP) pada PT Buana Intisari Garmen. B. Permasalahan Dewasa ini model fashion di dunia semakin berkembang dan beragam. Dari hari ke hari terdapat model fashion baru yang diciptakan baik oleh perorangan atau kelompok fashion tertentu terutama dari Negara-negara di Eropa dan Amerika sehingga langsung banyak diminati orang. Kemudian diikuti munculnya keinginan masyarakat tertentu untuk memiliki pakaian sesuai selera fashion-nya sehingga ada keinginan untuk membuat model pakaiannya sendiri baik dalam partai kecil maupun besar. PT Buana Intisari Garmen merupakan perusahaan yang bergerak dibidang pembuatan pakaian atau tekstil. Hasil produksinya adalah sweater yang akan di ekspor ke negara-negara seperti Jepang, Amerika, Eropa, dan lain-lain. Tingkat performansi yang diinginkan perusahaan sebesar 90 %. Dalam prosesnya Departemen Cixing memiliki rata- rata tingkat performansi yang masih kurang dari standar yang telah ditetapkan perusahaan sebesar 70%-85%. penyebab utama performance Departemen Cixing yang masih rendah adalah faktor operator dan hal tersebut menyebabkan masih banyak produk yang mengalami defect sehingga permintaan tidak dapat dipenuhi. Oleh karena itu, diperlukan pengukuran kinerja yang tepat agar hasil pengukurannya dapat menjadi ukuran tingkat performansi operator saat bekerja sehingga perusahaan dapat memenuhi permintaan dan tetep dipercaya oleh konsumen. C. Metode yang Digunakan Metode yang dapat digunakan untuk menilai performansi pegawai di PT Buana Intisari Garmen adalah metode Analytical Hierarchy Process (AHP). AHP digunakan untuk menurunkan skala rasio dari beberapa perbandingan berpasangan yang bersifat diskrit maupun kontinu. Perbandingan berpasangan tersebut dapat diperoleh melalui pengukuran aktual maupun pengukuran relatif dari derajat kesukaan, atau kepentingan atau perasaan. Dengan demikian metode ini sangat berguna untuk membantu mendapatkan skala rasio dari hal-hal yang semula sulit diukur seperti pendapat, perasaan, prilaku dan kepercayaan. D. Langkah-langkah Penyelesaian Adapun langkah-langkah penilaian kinerja karyawan dengan Metode Analytical Hierarchy Process (AHP) pada PT Buana Intisari Garmen adalah sebagai berikut : 1. Penentuan Variabel Penelitian Penentuan variabel yang dalam penelitian ini berdasarkan gabungan dari variabel yang telah ditetapkan oleh PT Buana Intisari Garmen dan penelitian yang pernah dilakukan sebelumnya. Hasil penggabungan variabel tersebut adalah 4 kriteria dan 22 sub-kriteria. 2. Penyebaran Kuisioner Data yang akan diambil dalam penelitian ini adalah penilaian responden terhadap operator menggunakan kuisioner perbandingan berpasangan. Penentuan respondennya yaitu sebanyak 5 orang yang terdiri dari 2 supervisor dan 3 team leader. Setelah data yang dibutuhkan sudah terkumpul maka akan dilakukan pembobotan terhadap kriteria dan sub-kriteria serta perhitungannnya. 3. Pengolahan Data dengan Expert Choice Expert Choice adalah sebuah perangkat lunak yang mendukung collaborative decision dan sistem perangkat keras yang memfasilitasi grup mambuat keputusan yang lebih efisien, analitis, dan yang dapat dibenarkan. Software ini memungkinkan interaksi real-time dari tim manajemen untuk mencapai consensus on decisions. Pengolahan data yang dilakukan pada penelitian ini menggunakan software expert choice untuk masing–masing kriteria dan sub-kriteria. E. Hasil Adapun hasil yang diperoleh berdasarkan analisa data yang telah dilakukan dapat diketahui bahwa hasil bobot total dari setiap kriteria dan sub-kriteria adalah kriteria kualitas kerja dengan sub-kriteria Kuantitas sebesar 0,029; kualitas 0,042, ketepatan waktu 0,052; efektifitas kerja 0,052; mencapai standard 0,044; pengabdian 0,031; sistematis 0,041;. Kriteria kualitas pribadi dengan sub- kriteria mengorganisir 0,016; disiplin 0,021; kompetensi 0,018, bekerja sama 0,024: selera humor 0,023; instruksi pemimpin 0,028; pendapat/ide 0,024; berpakaian baik 0,026; kriteria pengetahuan dan kemampuan dengan sub- kriteria pengetahuan sebesar 0,061; kemampuan 0,067; implementasi kebijakan 0,062; komunikasi 0,064; kepemimpinan 0,062; kriteria faktor luar dengan sub- kriteria 0,119; dan keterlibatan aktifitas non-organisir 0,095. Selanjutnya bobot dari masing-masing kriteria dan sub-kriteria perbandingan berpasangan diperoleh menggunakan software expert choice dan didapatkan kriteria teringgi adalah pengetahuan dan kemampuan sebesar 0,316 dan terendah adalah Kulaitas pribadi sebesar 0,180. Sementara itu bobot tertinggi dari sub-kriteria adalah kontribusi kepada masyarakat sebesar 0,555 dan terendah mengorganisir sebesar 0,087. Berdasakan hasil pengolahan penilaian kinerja terdapat 11 operator yang bekinerja sesuai standard dan 19 operator yang bekinerja di bawah standar dari total 30 operator yang dinilai. Hasil penilaian kinerja tersebut digunakan sebagai bahan evaluasi untuk perbaikan kinerja dari masing-masing operator.