Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Makalah ini Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah
Bank dan Lembaga Keuangan Non Bank pada Program Studi
Perbankan Syariah
OLEH:
NURUL ZAHRANI
NIM. 01185135
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan
rahmat, hidayah-Nya sehingga saya bisa menyelesaikan makalah ini dalam waktu
yang tepat.
Makalah ini saya kerjakan untuk memenuhi tugas serta memenuhi kewajiban
saya sebagai Mahasiswa. Makalah ini tidak akan terselesaikan tanpa orang-orang
yang begitu berarti bagi kami, maka dari itu kami berterima kasih sebesar-besarnya
kepada Teman-teman semua yang telah memberikan support kepada kami sehingga
kami bisa bekerja semaksimal mungkin.
Akhir kata “Tiada Gading Yang Tak Retak” demikian pula dengan tugas ini
yang tentu saja masih banyak kekurangannya. Maka dari itu kritik serta saran yang
membangun sangat kami harapkan demi pemicu agar kami bisa menyusun laporan
lebih baik lagi.
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii
BAB I PENDAHULUAN 1
A. Latar Belakang 1
B. Rumusan Masalah 1
C. Tujuan Penulisan 1
BAB II PEMBAHASAN 2
A. Produk Bank Syariah 2
B. Jasa Bank Syariah 4
BAB III PENUTUP 10
A. Simpulan 10
B. Saran 10
DAFTAR PUSTAKA 11
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Bank Syariah adalah lembaga keuangan yang berbasis Syariah Islam.
Secara makro bank syariah memposisikan dirinya sebagai pemain aktif daam
mendukung dan memainkan kegiatan investassi di masyarakat untuk melakukan
di sekitar nya. Di satu sisi bank syariah mendororng dan mengajak masyarakat
untuk ikut aktif berinvestasi melalui berbagai produkny, sedangkan di sisi lain
bank syariah aktif untuk melakukan investasi di masyarakat. Selain itu, secara
mikro bank syariah merupakan lembaga keuangan yang menjamin seluruh
aktifitas operasinya, termasuk produk dan jasa keuagan yan g ditawarkan, telah
sesuai dengan prinsip islam.1
Berbeda dengan produk dan jasa keuangan bank konvensional, produk dan
jasa keuangan bank syariah tidka terlepas dari jenis akad yang digunakan. Jenis
akad yang dingunakan oleh suatu produk biasanya melekat pada nama produk
tabungan yang mengunakan akad mudarabah, sedangkan tabungan wadi’ah
berarti produk tabungan yang menggunakan akad wadi’ah. Hal ini berarti segala
ketentuan mengenai akad wadi’ah berlaku untuk wadi’ah
Oleh sebab itu, melalui makalah ini pemakalah akan membahas apa saja
akad- akad yang terdapat pada bank syariah dan bagaimana penerapannya,
menjelaskan konsep dasar dari akad itu sendiri.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Produk Bank Syariah?
2. Bagaimana Jasa bank Syariah Syariah?
1
Muhammad, Manajemen Perbankan Syari’ah, (Yogyakarta: UPP AMP YKPN, 2005),
h.263.
1
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui Produk Bank Syariah
2. Untuk mengetahui Jasa bank Syariah Syariah
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
Murabahah adalah istilah dalam Fikih Islam yang berarti suatu bentuk
jual beli tertentu ketika penjual menyatakan biaya perolehan barang, meliputi
harga barang dan biaya-biaya lain yang dikeluarkan untuk memperoleh barang
tersebut, dan tingkat keuntungan yang diinginkan.2
Rukun dari akad murabahah yang ahrus dipenuhi dalam transaksi ada
beberapa, yaitu:
a. Pelaku akad, yaitu ba’i (penjual) adalah pihak yang memiliki barang untuk
dijual, dan musytari (pembeli) adalah pihak yang memerlukan dan akan
membeli barang;
b. Objek akad, yaitu mabi’ (barang dagangan) dana tasaman (harga); dan
c. Shighah, yaitu ijab dan qabul.
Beberapa syarat pokok murabahah menurut Usmani (1999), antara lain
scbagai berikut.
a. Murabahah merupakan salah satu bentuk jual beli ketika penjual secara
eksplisit menyatakan biaya perolehan barang yang akan dijualnya dan
menjual kepada orang lain dengan menambahkan tingkat keuntungan yang
diinginkan.
b. Tingkat keuntungan dalam murabahah dapat ditentukan berdasarkan
kesepakatan bersama dalam bentuk persentase tertentu dari biaya.
c. Semua biaya yang dikeluarkan penjual dalam rangka memperoleh barang,
seperti biaya pengiriman, pajak, dan sebagainya dimasukkan ke dalam
biaya perolehan.akan tetapi, pengeluaran yang timbul karena usaha, tidak
boleh dimasukkan dalam harga suatu transaksi.
d. Murabahah dikatakan sah hanya ketika biaya-biaya perolehan barang
dapat ditentukan secara pasti. Jika biaya-biaya tidak dapat dipastikan,
barang/komoditas tersebut tidak dapat dijual.
3. Musyarakah
2
Andri Soemitra, Bank dan Lembaga Keuangan Syariah, (Jakarta: Kencana, 2009), h. 74.
4
Musyarakah merupakan istilah yang sering dipakai dalam konteks skim
pembiayaan Syariah. Istilah ini berkonotasi lebih terbatas dari pada istilah
syirkah yang lebih umum digunakan dalam fikih Islam (Usmani, 1999).
Musyarakah merupakan akad bagi hasil ketika dua atau lebih
pengusaha pemilik dana/modal bekerja sama sebagai mitra usaha, rnembiayai
investasi usaha baru atau yang sudah berjaian. Mitra usaha pemilik modal
berhak ikut serta dalam manajemen perusahaan, tetapi itu tidak merupakan
keharusan. Para pihak dapat membagi pekerjaan mengelola usaha sesuai
kesepakatan dan mereka juga dapat meminta gaji/upah untuk tenaga dan
keahlian yang mereka curahkan untuk usaha tersebut.
Musyarakah pada umumnya merupakan perjanjian yang berjalan terus
sepanjang usaha yang dibiayai bersama terus beroperasi. Meskipun demikian,
perjanjian musyarakah dapat diakhiri dengan atau tanpa menutup usaha.
Apabila usaha ditutup dan dilikuidasi, maka masing-masing mitra usaha
mendapat basil likuidasi aset sesuai nisbah penyertaannya. Apabila usaha
terus berjalan, maka mitra usaha yang ingin mengakhiri perjanjian dapat
menjual sahamnya ke mitra usaha yang lain dengan harga yang disepakati
bersama.
Rukun dari akad musyarakah yang harus dipenuhi dalam transaksi ada
beberapa, yaitu:
a. pelaku akad, yaitu para mitra usaha;
b. objek akad, yaitu modal (mal), kerja (dharabah), dan keuntungan (ribh);
c. shighah, yaitu Ijab dan Qabul.
Syarat dari akad musyarakah yaitu :
Akad harus dilaksanakan atas persetujuan para pihak tanpa adanya tekanan,
penipuan, atau penggambaran yang keliru, dan sebagainya.
4. Qardh
Qardh merupakan pinjaman kebajikan tanpa imbalan, biasanya untuk
pembelian barang-barang fungible (yaitu Barang yang dapat diperkirakan dan
5
diganti sesuai berat, ukuran, dan jumlahnya). Objek dan pinjaman qardh
biasanya adalah uang atau alat tukar lainnya (Saleh, 1992), yang merupakan
transaksi pinjaman murni tanpa bunga ketika peminjam mendapatkan uang
tunai dari pemilik dana (dalam hal ini bank) dan hanyamengembalikan pokok
utang pada waktu tertentu di masa yang akan datang. Peminjam atas prakarsa
sendiri dapat mengembalikan lebih besar sebagai ucapan terima kasih.
Rukun dari akad Qardh atau Qardhul Hasan dalam transaksi ada
beberapa:
a. pelaku akad, yaitu muqtaridh (peminjam), pihak yang membutuhkan pihak
yang memiliki dana, dan muqridh (pemberi pinjaman),
b. objek akad, yaitu gardh (dana);
c. tujuan, yaitu ‘iwad berupa pinjaman tanpa imbalan (pinjam Rp.X,-
dikembalikan Rp.X,-); dan
d. shighah, yaitu Ijab dan Qabul.
Sedangkan syarat dari akad Qardh atau Qardhtul Hasan yang harus
dipenuhi dalam transaksi, yaitu:
a. kerelaan kedua belah pihak; dan
b. dana digunakan untuk sesuatu yang bermanfaat dan halal.
5. Rahn
Rahn adalah pelimpahan kekuasaan oleh satu pihak kepada pihak lain
(bank) dalam hal-hal yang boleh diwakilkan. Atas jasanya, maka penerima
kekuasaan dapat meminta imbalan tertentu dari pemberi amanah.
Rukun dari akad rahn yaitu:
a. Pelaku akad, yaitu rahin (yang menyerahkan barang), dan
murtahin(penerima barang)
6
b. Objek akad, yaitu marhun (barang jaminan) dan marhun bih
(pembiayaan); dan
c. Shighah, yaitu ijab dan qabul.
Sedangakn syaratnya yaitu:
a. Pemeliharaan dan penyimpanan jaminan; dan
b. Penjualan jaminan
B. Pelayanan Jasa
Selain menjalankan fungsinya sebagai penghubung antara pihak yang
kelebihan dana dan kekurangan dana, bank syariah dapat pula melakukan
berbagai pelayanan jasa perbankan kepada nasabah dengan mendapat imbalan
berupa sewa atau keuntungan. Jasa perbankan tersebut antara lain berupa:3
1. Sharf (valuta asing)
Pada prinsipnya jual beli valuta asing sejalan dengan prinsip sharf .
jual beli mata uang yang tidak sejenis ini, penyerahannya harus dilakukan
pada waktu yang sama. Bank mengambil keuntungan dari jual beli valuta
asing ini. Prinsip ini dipraktikan pada bank syariah devisa yang memiliki ijin
untuk melakukan jual beli valuta asing.
Dasar hukum sharf: Dari Abu Hurairah dari nabi SAW, bersabda:
“(boleh menjual) emas dengan emas dengan setimbang, sebanding, dan perak
dengan perak setimbang sebanding.” (H.R. Ahmad, Muslim, & Nasa’i).
2. Wadi’ah
Jenis produk jasa tambahan yang dapat diterapkan adalah wadiah,
namun wadiah yang diterapkan adalah wadiah yad al-amanah. Aplikasi
perbankan wadiah yad al-amanah adalah penyewaan kotak simpanan sebagai
sarana penitipan barang berharga nasabah. Bank mendapat imbalan dari sewa
tersebut.
3
M. Nur Rianto Al Arif, Dasar-dasar pemasaran, (Bandung: Alfabeta, 2012), h. 58.
7
Akad berpola titipan (Wadi'ah) ada dua, yaitu Wadi’yad Amanah dan
Wadi’ah yad Dhamanah. pada awalnya,bentuk yad al-amanah `tangan
amanah,' yang kernudian dalam perkembangannya memunculkan yadh-
dharnanah `tangan penanggung: Aia Wadi' ah yad Dharnanah ini akhirnya
banyak dipergunakan dalam aplikasi perbankan syariah dalam produk-produk
pendanaan.4
a. Wadi’ah yad Amanah
Secara umum Wadi’ah adalah titipan murni dari pihak penitip
kepada pihak penyimpan (muwaddi') yang mempunyai barang/aset kepada
pihak penyimpan (mustawda’) yang diberi amanah/ kepercayaan, baik
individu maupun badan hukum, tempat barang yang dititipkan harus
dijaga dari kerusakan, kerugian, keamanan, dan keutuhannya, dan
dikembalikan kapan saja penyimpan menghendaki.
Barang/aset yang dititipkan adalah sesuatu yang berharga yang
dapat berupa uang, barang, dokumen, surat berharga, atau barang berharga
lainnya. Biaya penitipan boleh dibebankan kepada pihak penitip sebagai
kompenjsasi atas tanggung jawab pemeliharaan.
Pihak penyimpan tidak boleh menggunakan atau memanfaatkan
barang/aset yang dititipkan, melainkan hanya menjaganya. Selain itu,
barang/aset yang dititipkan tidak boleh dicampuradukkan dengan
barang/aset lain, melainkan harus dipisahkan untuk masing-masing
barang/aset penitip.
4
Zainul Arifin, Dasar-dasar Manajemen Bank Syari’ah, (Jakarta: Alvabeta bekerjasama
dengan Tazkia Institut, 2002), h. 51.
8
bahwa pihak penyimpan bertanggung jawab atas segala kerusakan atau
kehilangan yang terjadi pada barang/aset titipan.
Hal ini berarti bahwa pihak penyimpan sekaligus penjamin
keamanan barang/aset yang dititipkan. Ini juga berarti bahwa pihak
penyimpan telah mendapatkan izin dari pihak penitip untuk
mempergunakan barang/aset yang dititipkan tersebut untuk aktivitas
perekonomian tertentu, dengan catatan bahwa pihak penyimpan akan
mengembalikan barang/aset yang dititipkan secara utuh pada saat
penyimpan menghendaki. Hal ini sesuai dengan anjuran dalam Islam
agar aset selalu diusahakan untuk tujuan produktif (tidak idle didiamkan
saja).
9
BAB III
PENUTUP
A. Simpulan
Dalam bahasan fiqh muamalah dibedakan antara akad dan wa’ad
meskipun keduanya merupakan bentuk sebuah perjanjian. Akad merupakan suatu
kesepakatan bersama antara kedua belah pihak atau lebih baik secara lisan,
isyarat, maupun tulisan yang memiliki implikasi hukum yang mengikat untuk
melaksanakannya. Sedangkan Wa’ad adalah janji antara satu pihak kepada pihak
lainnya,pihak yang diberi janji tidak memikul kewajiban apa-apa terhadap pihak
lainnya.
Ditinjau dari dari segi ada atau tidaknya Kompensasi akad dapat
dibedakan atas akad tabaurru’ dan tijarah. Akad tabarru’ merupakan segala
macam perjanjian yang menyangkut transaksi nirlaba yang tidak mencari
keuntungan (not for profit). Sedangkan akad tijarah Tijarah adalah akad yang
berorientasi pada keuntungan komersial ( for propfit oriented).
Berdasar tingkat kepastian dari hasil yang diperoleh akad tijarah dibagi
menjadi dua yaitu Natural Uncertainty contracts adalah kontrak/akad dalam bisnis
yang tidak memberikan kepastian pendapatan, baik dari segi jumlah maupun
waktunya. Sedangkan Natural Certainty Contracts adalah kontrak/akad dalam
bisnis yang memberikan kepastian pembayaran, baik dari segi jumlah maupun
waktunya.
B. Saran
Kepada para pembaca agar lebih banyak membaca buku-buku atau materi
yang berhubungan dengan akad-akad pada bank syariah agar dapat lebih
menambah pengetahuan tentang hal tersebut.
10
DAFTAR RUJUKAN
Ascarya, Akad dan Produk Bank Syariah, (jakarta: Rajawali Pers, 2013)
11