Anda di halaman 1dari 40

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Islam merupakan agama yang bersifat universal serta dapat memberikan
tuntutan dan pandangan bagi kehidupan umat manusia. Kita dapat melihat peranan
positif yang dibawah oleh Islam di masa kejayaannya dahulu dengan melihat
perkembangan peradaban umat manusia. Sebagai suatu ajaran, Islam merupakan
suatu sistem kehidupan yang seharusnya dijalankan oleh manusia selaku khalifah
Allah SWT dimuka bumi ini. Oleh karena syariah Islam merupakan syariah yang
bersifat komprehensif dan juga universal. Dengan penjelasan hal tersebut
menunjukkan bahwa syariah yang berada dalam ajaran islam mencakup berbagai
aspek kehidupan manusia dengan sang khalik, Allah SWT. Selain itu, ibadah juga
berfungsi sebagai sarana untuk secara terus-menerus memperingatkan umat
manusia untuk selalu menjalankan tugasnya di muka bumi ini secara baik dan juga
bertanggung jawab. Sedangkan syariah di dalam hal muamalah berfungsi sebagai
suatu aturan main bagi umat manusia dalam rangka menjalankan fungsi sosialnya
dimuka bumi. Termasuk dalam hal ini adalah peranan manusia dalam menjalankan
sector muamalah yang berkaitan dengan harta dan ekonomi.
Secara umum, tugas manusia sebagai khalifah dimuka bumi ini adalah dalam
rangka mewujudkan kesejahteraan hidup umat manusia sebagai bagian dari ibadah
kepada Allah SWT, Sang Maha Pencipta. Hal ini ditegaskan Allah SWT dalam QS
Lukman (31) ayat 20 yang mengatakan :
“Tidaklah kamu perhatikan sesungguhnya Allah telah menundukkan untuk
(kepentingan) –mu apa yang di langit dan apa yang di bumi dan menyempurnakan
untukmu nikmat –Nya lahir dan batin, dan diantara manusia ada yang membantah
tentang (keesaan) Allah tanpa ilmu pengetahuan atau petunjuk dan tanpa kitab
yang memberi penerangan”.
Umat manusia dalam rangka mewujudkan kesejahteraan di muka bumi ini
sangat berkaitan dengan kegiatan ekonomi. Dalam pandangan islam, kegiatan

1
ekonomi yang sesuai dan dianjurkan adalah melalui kegiatan bisnis dan juga
investasi. Beberapa perintah dalan dua hal tersebut disampaikan secara eksplisit
dan juga implisit dalam kitab suci Al-Qur’an dan juga sunnah Rasulullah SAW.
Sistem ekonomi yang dikembangkan pada dasarnya memiliki tujuan untuk
mewujudkan tingkat pertumbuhan ekonomi umat manusia dalam jangka panjang
dan juga dalam rangka memaksimalkan tingkat kesejahteraan umat manusia.
Dalam ekonomi Islam, bisnis dan etika tidak harus dipandang sebagai dua
hal yang bertentangan, sebab, bisnis yang merupakan symbol dari urusan duniawi
juga dianggap sebagai bagian integral dar hal-hal yang bersifat investasi akhirat.
Artinya jika tujuan bisnis dan upaya investasi akhirat (diniatkan sebagai ibadah dan
merupakan totalitas kepatuhan kepada Tuhan), maka bisnis dengan sendirinya
harus sejalan dengan kaidah-kaidah moral yang berlandaskan keimanan kepada
akhirat.
Di Indonesia, mayoritas masyarakatnya beragam Islam. Tidak bisa dipungkiri
lagi tidak sedikit umat muslim ingin melakukan aktivitas ekonomi (muamalah)
sesuai dengan syariat Islam. Agama Islam menganjurkan umatnya melakukan
aktivitas ekonomi sesuai dengan syariat islam, yaitu dengan cara yang baik dan
benar, serta melarang penimbunan barang, atau membiarkan harta tidak produktif
(mubazir), sehingga aktivitas ekonomi yang dilakukan dapat meningkatkan
kesejahteraan umat. Saat ini bisnis syariah berkembang pesat di Indonesia dan
terjadi di berbagai sector, selayaknya kita menyambut baik kehadiran sebuah bisnis
yang dijalankan sesuai dengan prinsip-prinsip syariah yang mencerminkan perilaku
yang baik dan taas azas.
Berbicara mengenai ekonomi, tentunya kita tidak asing dengan istilah Pasar
keuangan (Financial Market), pasar keuangan mempunyai peranan penting dalam
perekonomian suatu negara, karena dapat mempertemukan antara pihak yang
memiliki kelebihan dana dengan pihak yang membutuhkan dana. Tanpa adanya
financial market, maka peminjam uang (kreditur) akan mengalami kesulitan dalam
menemukan debitur yang bersedia untuk memberikan pinjaman kepadanya.

2
Financial market dapat dibagi menjadi dua, yakni pasar uang (Money
Market), dan pasar modal (Capital Market). Pasar uang merupakan pertemuan
antara permintaan dan penawaran dana jangka pendek. Sedangkan pasar modal
memperjualbelikan efek (surat berharga/securities) seperti saham, obligasi,
derivatif, dan reksa dana (mutual funds) (Sri Hermuningsih, 2012: 56).
Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa dalam Islam mengatur
segala aspek kehidupan manusia dengan sangat sempurna. Begitu juga dengan
selalu sesuatu tentang kegiatan ekonomi Islam, salah satunya adalah berinvestasi
secara syariah atau investasi syariah, pastinya ada beberapa hal yang harus
dipelajari dan ditaati dalam berinvestasi secara syariah. Berdasarkan itulah penulis
menyusun sebuah makalah yang berjudul “Investasi Di pasar Modal Syariah Dalam
Kajian Islam”.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas dapat ditarik beberapa masalah yang harus di
bahas dalam makalah ini :
1. Apa yang dimaksud dengan Investasi?
2. Bagaimana Investasi dalam Perspektif Islam?
3. Apa dan Bagaimana Etika Investasi Syariah?
4. Apa Perbedaan antara Pasar Modal Konvensional dan Syariah?
5. Apa Isu Syariah Dalam Investasi Pasar Modal?
6. Apa saja Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Minat Masyarakat Berinvestasi Di
Pasar Modal Syariah Melalui Bursa Galeri Investasi UISI?

3
C. Tujuan
1. Mengetahui dan Memahami Apa itu Investasi
2. Mengetahui Bagaimana Investasi Dalam perspektif Islam
3. Mengetahui dan Memahami Apa dan Bagaimana Itu Etika Investasi Syariah
4. Mengetahui dan Memahami Apa Perbedaan Antara Pasar Modal Konvesional dan
Syariah
5. Mengetahui Apa Saja Isu Syariah Dalam Investasi Pasar Modal
6. Mengetahui Apa Saja Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Minat Mahasiswa
Berinvestasi Di Pasar Modal Melalui Bursa Galeri Investai UISI

4
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Investasi
Investasi merupakan kata yang sering dan banyak kita dengar dalam
berbagai kesempatan. Kata Investasi itu sendiri merupakan bahasa yang berasal
dari Bahasa Inggris yaitu Investment. Berikut ini beberapa pengertian tentan
Investasi:
1. Dalam pengertian Kamus Websters, kata Invest dapat didefinisikan sebagai
“to make use of future benefits or advantages and to commit money in order
to earn a financial return”. Secara teori, terhadap investasi yang lebih
beresiko, investor akan mengharapkan return yang lebih tinggi. Akan tetapi
ada pula investor yang dalam kegiatan investasinya tidak semata-mata
mempertimbangkan aspek finansial namun juga mempertimbangkan nilai-
nilai yang dianutnya, seperti ajaran agama.
2. Investasi sering diartikan sebagai kegiatan menyisihkan sebagian dana untuk
ditempatkan pada sarana investasi dengan harapan dapat memetik nilai
ekonomis di kemudian hari. Pada umumnya, investor akan memilih untuk
menginvestasikan dananya dengan petimbangan-pertimbangan finansial,
yaitu mempertimbangkan imbal hasil (return) dan risiko (risk) semata.
3. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, Investasi adalah penanaman uang
atau modal dalam suatu perusahaan atau proyek untuk tujuan memperoleh
keuntungan.
4. Dalam Kamus Istilah Pasar Modal dan Keuangan, kata Investasi diartikan
sebagai menanamkan uang atau modal dalam suatu perusahaan atau proyek
untuk tujuan memperoleh keuntungan.
5. Investasi merupakan sebuah penundaan konsumsi masa kini yang
dimasukkan ke dalam proses produksi yang produktif dan hasilnya untuk
konsumsi mendatang.

5
6. Investasi adalah pengorbanan nilai tertentu yang berlaku saat ini untuk
mendapatkan nilai di masa datang yang belum dapat dipastikan besarnya.
7. Investasi didefinisikan sebagai saham penukaran uang dengan bentuk
bentuk kekayaan lain seperti saham atau harta tidak bergerak yang
diharapkan dapat ditahan selama periode waktu tertentu supaya
menghasilkan pendapatan.
Kegiatan investasi yang dilakukan oleh manusia dalam masa sekarang ini
biasanya dibedakan menjadi dua, yaitu investasi yang dilakukan pada asset
keuangan dan investasi yang dilakukan pada asset yang rill, atau asset yang
berwujud. Investasi dalam asset keuangan bisa dilakukan pada pasar uang,
seperti pada sertifikat deposito, Surat Berharga Pasar Uang (SBPU), dan juga
pada instrument saham, obligasi, warrant, dan produk derivative lainnya di pasar
modal. Investasi yang dilakukan dalam bentuk asset rill dapat dilakukan dalam
bentuk pembangunan pabrik, pengembangan lahan perkebunan dan pertanian,
atau pembangunan gedung.
Investasi bisa dilakukan secara langsung dengan membeli langsung active
keuangan yang dapat diperjual belikan di pasar uang, pasar modal atau pasar
turunan. Sedangkan investasi yang tidak langsung dilakukan dengan membeli
saham dari perusahaan investasi yang mempunyai portfolio aktiva keuangan dari
perusahaan yang terdaftar di bursa efek Indonesia.
Orang yang melakukan investasi disebut investor, investor ada dua jenis
yaitu investor individual dan investor institutional. Investor individual terdiri dari
individu – individu yang melakukan investasi sedangkan investor institutional
terdiri dari perusahaan – perusahaan asuransi, lembaga penyimpanan semisal
bank, lembaga simpan pinjam dan lembaga dana pension (Siahaan, N.M, 2011).
Berbagai macam kegiatan investasi tersebut diatas pada umumnya memiliki
tujuan yang sama, profitabilitas atau penghasilan (return). Untuk sampai pada
tujuan akhir yang diharapkan, seorang investor harus mengambil keputusan
yang tepat untuk memilih objek serta mempertimbangkan waktu dan kondisi.
Pada umumnya hubungan antara risiko dan tingkat pengembalian yang

6
diharapkan bersifat linier. Artinya, semakin tinggi tingkat risiko, maka semakin
tinggi pula tingkat pengembalian yang diharapkan.
Dalam konteks perekonomian, ada beberapa motif mengapa seseorang
melakukan investasi, antara lain :
1. Untuk mendapatkan kehidupan yang lebih layak di masa yang akan
datang. Kebutuhan untuk mendapatkan hidup yang layak merupakan
keinginan setiap manusia, sehingga upaya untuk mencapai hal tersebut di
masa depan akan dilakukan.
2. Mengurangi tekanan inflasi, faktor inflasi tidak pernah dapat dihindarkan
dalam kehidupan ekonomi, yang dapat dilakukan adalah meminimalkan
risiko akibat adanya inflasi, hal demikian karena variabel inflasi dapat
mengoreksi seluruh pendapatan yang ada.
3. Sebagai usaha untuk menghemat pajak, dibeberapa negara belahan
dunia banyak melakukan kebijakan yang bersifat mendorong tumbuhnya
investasi dimasyarakat melalui pemberian fasilitas perpajakan kepada
masyarakat yang melakukan investasi pada usaha tertentu.

7
B. Investasi Dalam Perspektif Islam
Sebagai Agama yang bersifat paripurna dan juga komprehensif, Islam
juga memiliki aturan-aturan yang diterapkan secara universal tanpa memandang
agama ataupun kepercayaan yang dianut oleh seseorang. Termasuk mengatur
aktivitas manusia dalam bidang perekonominian. Termasuk juga kegiatan
investasi.
Investasi merupakan salah satu ajaran dari konsep Islam yang memenuhi
proses tadrij dan trichotomy pengetahuan. Konsep investasi selain sebagai
pengetahuan juga bernuansa spiritual karena menggunakan norma syariah,
sekaligus merupakan hakikat dari sebuah ilmu dan amal. Oleh karenanya
investasi sangat dianjurkan bagi setiap muslim.
Banyak yang tidak percaya bahwa konsep syariah Islam juga mengatur
tentang Investasi. Yang sebaliknya adalah justru investasi merupakan bagian
dari konsep ajaran Islam.
Dalam Islam, kegiatan berinvestasi termasuk kegiatan muamalah yang
mana hukum asal dari kegiatan muamalah adalah mubah (boleh), sehingga
berinvestasi dikatakan mubah (boleh) kecuali ada hukum akan larangan yang
mengikutinya (haram). Kegiatan berinvestasi dalam Islam oleh Dadan Muttaqien
(2009) merupakan kegiatan yang dilakukan oleh pemilik harta (investor)
terhadap pemilik usaha (emiten) untuk memberdayakan pemilik usaha dalam
melakukan kegiatannya, dimana pemilik harta (investor) berharap untuk
memperoleh manfaat tertentu yang mana kegiatan pembiayaan dan investasi
keuangan berdasarkan prinsip yang sama dengan kegiatan usaha lainnya yaitu
memelihara prinsip kehalalan dan keadilan. Berinvestasi dengan menggunakan
norma syariah, merupakan sebuah dari ilmu dan amal, oleh karena itu, investasi
sangat dianjurkan bagi muslim. Hal tersebut dijelaskan di dalam Al-Qur’an surat
al-hasyr ayat 18 yang Artinya:
“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah
setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat);

8
dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang
kamu kerjakan”.
Dari ayat diatas, penafsiran dari “hendaklah setiap diri memperhatikan
apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat)” yaitu melakukan investasi
akhirat dengan melakukan amal sholeh sejak dini untuk bekal di akhirat kelak.
Tidak terbatas oleh perihal tersebut, investasi membawa kemakmuran dan
kesejahteraan bagi pelakunya terutama untuk keturunannya yang mana
sepeninggalnya untuk ahli waris keturunannya tidak ditinggalkan dalam keadaan
miskin melainkan dalam keadaan lebih baik (kaya).
Sebagaimana dijelaskan dalam surat An-Nisa ayat 9 Yang Artinya:
“Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya
meninggalkan dibelakang mereka anak-anak yang lemah, yang mereka khawatir
terhadap (kesejahteraan) mereka. Oleh sebab itu hendaklah mereka bertakwa
kepada Allah dan hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang benar”.
Dari ayat diatas, dijelaskan bahwa pelarangan untuk meninggalkan
keturunan dalam keadaan lemah (miskin). Penggunaan investasi tidak hanya
untuk kepentingan diri sendiri melainkan untuk kemaslahatan (kesejahteraan)
bersama, sebagaimana peringatan dari Al-Qur’an surat At-Taubah ayat 85 Yang
Artinya:
“Dan janganlah harta benda dan anak-anak mereka menarik hatimu.
Sesungguhnya Allah menghendaki akan mengazab mereka di dunia dengan
harta dan anak-anak itu dan agar melayang nyawa mereka, dalam keadaan
kafir”.
Peringatan dari ayat diatas diperuntukkan untuk investor yang hanya
mencari keuntungan pribadi semata. Peringatan tersebut untuk menelaah tujuan
investasi yang diharapkan bukan hanya untuk kepentingan pribadi, tidak
melanggar rambu-rambu syariah berupa terbebas dari unsur riba, gharar
(ketidak pastian / spekulasi), maysir (judi), haram, subhat (diragukan), transaksi
memberi nilai manfaat dan menghindari transaksi yang zalim, uang sebagai alat
pertukaran bukan komoditas perdagangan, transaksi yang transparan yang tidak

9
menimbulkan kerugian atau unsur penipuan, risiko yang harus dikelola sehingga
tidak melebihi kemampuan penanggung risiko dan diperuntukkan untuk
kemaslahatan (kesejahteraan) bersama bagi investor dan penerima modal yang
jika ditelaah lagi membantu mengurangi jumlah pengangguran dan
perekonomian negara.
Dapat disimpulkan bahwa kegiatan Investasi merupakan bagian dari
kegiatan ekonomi. Dan kegiatan ini tidak bisa dilepaskan dari prinsip-prinsip
syariah. Investasi yang dilakukan secara syariah adalah investasi yang dilakukan
berdasarkan prinsip-prinsip syariah, baik investasi yang dilakukan pada sector rill
maupun sector keuangan. Dalam syariah Islam, investasi yang dilakukan
diharapkan adalah investasi yang akan memberikan manfaat bagi banyak pihak,
dan bukan investasi yang hanya menguntungkan satu pihak saja, sementara
pihak lain akan mengalami kerugian yang sangat besar.

10
C. Pengertian Etika Investasi Syariah
Salah satu kegiatan bisnis dalam ekonomi Islam adalah Investasi syariah,
dalam berinvestasi syariah ada landasan etika yang harus dipahami dan dimiliki
oleh pelaku investasi syariah. Dengan harapan esensial dan tujuan dari
berinvestasi itu sendiri memiliki makna bagi kehidupan dunia dan akhirat.
Definisi Etika secara etiomologi, Etika berasal dari Bahasa Yunani
(ethikos), dengan arti sebagai analisis konsep-konsep terhadap aturan benar
atau salah. Aplikasi kedalam watak moralitas atau tindakan-tindakan moral,
dengan bertanggungjawab penuh. Menurut K.Bertens dalam Buku Etika,
merumuskan pengertian etika kepada tiga pengertian juga, yaitu :
1. Pengertian dari nilai-nilai dan dan norma-norma moral yang menjadi
pegangan bagi seseorang atau suatu kelompok dalam mengatur tingkah
lakunya.
2. Pengertian dari kumpulan asas atau nilai- nilai moral atau kode etik
3. Etika merupakan sebagai ilmu tentang baik dan buruk
Menurut Ahmad Amin memberikan batasan bahwa etika atau akhlak
adalah ilmu yang menjelaskan arti yang baik dan buruk, menerangkan apa yang
seharusnya dilakukan oleh manusia kepada lainnya, menyatakan tujuan yang
harus dituju oleh manusia dalam perbuatan mereka dan menunjukkan jalan
untuk melakukan apa yang harus diperbuat.
Etika dapat diartikan sebagai sikap untuk memahami opsi-opsi yang harus
diambil di antara sekian banyak tindakan yang ada. Etika tidaklah ditafsir sebagai
sesuatu yang merampas kebebasan manusia dalam berbuat. Etika dalam dunia
bisnis dapat diartikan sebagai seperangkat nilai tentang baik, buruk, benar dan
salah dalam dunia bisnis berdasarkan pada prinsip-prinsip moralitas.
Dalam arti lain etika bisnis berarti seperangkat prinsip dan norma dimana
para pelaku bisnis harus komit padanya dalam bertransaksi, berperilaku, dan
berelasi guna mencapai “daratan” atau tujuan-tujuan bisnisnya dengan selamat.

11
Secara umum investasi dilakukan dengan mempertimbangkan aspek
keuangan saja. Tetapi ada pula investor yang kegiatan investasinya dengan
mempertimbangkan aspek nilai-nilai sosial dan agama. Investor yang telah
melakukan kegiatan tersebut dapat disebut Ethical Investment atau Socially
Responsible Investment (SRI). Perkembangan Ethical Investment di Indonesia
dikenal dengan investasi syariah sebagaimana Wilson (1997), Islamic Investment
dikatakan sebagai Ethical Investment, pada dasarnya sama-sama
mempertimbangkan nilai-nilai yang dianut dalam kegiatan investasi dan
melakukan proses Screening dalam pembentukan suatu sekuritas.
Konsep Investasi dalam ajaran Islam yang diwujudkan dalam bentuk
nonfinansial yang berimplikasi terhadap kehidupan ekonomi yang kuat, seperti
yang tertuang dalam Al- Qur’an surat An Nisa ayat 9, sebagai berikut :
“Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya
meninggalkan di belakang mereka anak-anak yang lemah, yang mereka khawatir
terhadap (kesejahteraan) mereka. Oleh sebab itu, hendaklah mereka bertakwa
kepada Allah dan hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang jujur”.
Ayat tersebut menganjurkan untuk berinvestasi dengan mempersiapkan
generasi yang kuat, baik aspek intelektualitas,fisik, maupun aspek keimanan
sehingga terbentuklah sebuah kepribadian yang utuh dengan kapasitas:
1. Memiliki akidah yang benar
2. Ibadah dengan cara yang benar
3. Memiliki akhlak yang mulia
4. Intelektualitas yang memadai
5. Mampu untuk bekerja/mandiri
6. Disiplin atas waktu
7. Bermanfaat bagi orang lain
Dengan tujuh bekal tersebut diharapkan sebuah generasi sebagai hasil
investasi jangka panjang para orang tua dapat menjalani kehidupan dengan baik,
sejahtera serta tentram.

12
Diantara rambu-rambu yang perlu dilakukan bila kita melakukan investasi
adalah sebagai berikut:
1. Investasi yang dilakukan harus terbebas dari unsur riba. Riba adalah
kegiatan untuk menambah harta yang dimiliki oleh manusia dengan cara
membuat harta yang tadinya tidak ada, menjadi ada. Hal ini sangat dikecam
oleh konsep ekonomi Islam.
2. Terhindar dari unsur grahar
3. Terhindar dari unsur judi (maisir)
4. Terhindar dari unsur haram. Investasi yang dilakukan oleh seorang investor
muslim diharuskan terhindar dari unsur haram. Sesuatu yang haram
merupakan segala sesuatu yang dilarang oleh Allah SWT dan Rasulullah
Muhammad SAW, didalam Al-Qur’an dan hadist. Kata haram sendiri secara
estiomologi berarti melarang. Sesuatu yang haram berarti sesuatu yang
dilarang untuk dilakukan.
5. Terhindar dari unsur syubhat, dalam berinvestasi seorang investor
disarankan menjauhi aktivitas investasi yang beraroma syubhat, karena jika
hal tersebut tetap dilakukan maka pada hakikatnya telah terjerumus pada
suatu yang haram, sebagaimana apa yang telah dinyatakan oleh para ulama
dan fuqaha dalam sebuah kaidah yang ada dalam konsep fiqih muamalah
yang menyatakan “Apabila berkumpul antara yang halal dan yang haram,
dimenangkan yang haram”.

13
D. Perbedaan Antara Pasar Modal Konvesional dan Syariah
Perbedaan mendasar pada pasar modal syariah dengan pasa modal
konvensional adalah seluruh saham yang tercatat di bursa dengan mengabaikan
aspek halal dan haram. Dalam indeks konvensional yang penting saham emiten
yang terdaftar (listing) sudah sesuai aturan (legal) akibatnya bukanlah suatu
persoalan jika ada emiten yang menjual sahamnya di bursa bergerak di sector
usaha yang bertentangan dengan Islam (bersifat merupak kehidupan
masyarakat).
Namun berbeda dengan indeks konvensional, dalam indeks syariah
seluruh saham emiten yang terdaftar (listing) sudah sesuai aturan (legal)
kemudian dilakukan screening dengan mempertimbangkan prinsip-prinsip syariah
sehingga dapat mengurangi hal-hal merusak kehidupan yang dapat ditimbulkan
dari indeks konvensional.
Pasar modal syariah relative lebih memiliki ketahanan terhadap krisis,
dibandingkan dengan pasar modal konvensional. Hal ini dikemukakan oleh
Ahmad dan Albaity, dikarenakan pasar modal syariah memiliki kemampuan yang
lebih baik untuk menyesuaikan diri terhadap perubahan dari gangguan krisis
eksternal. Pasar modal syariah menawarkan media investasi yang lebih aman
terhadap krisis sehingga, lembaga pasar modal dan keuangan Indonesia
diharapkan memberikan perhatian dan komitmennya dalam perkembangan pasar
modal syariah sebagai alternative investasi yang menguntungkan.
Jakarta Islamic Indek (JII) merupakan yang salah satu indeks saham yang
ada di Indonesia yang menghitung indkes harga rata-rata saham untuk jenis
saham –saham yang memenuhi kriteria atau prinsip syariah Islam. Jakarta
Islamic Indeks didirikan untuk merespon kebutuhan masyarakat terhadap
instrument syariah yang semakin berkembang. Tujuan pembentukan Jakarta
Islamic Indeks adalah untuk meningkatkan kepercayaan investor dan
memberikan manfaat bagi pemodal dalam menjalankan syariat Islam untuk
melakukan investasi di bursa efek. Jakarta Islamic Indeks juga diharapkan dapat
mendukung proses transparansi dan akuntabilitas saham berbasis syariah di

14
Indonesia. Dengan kata lain Jakarta Islamic Indeks menjadi pemandu bagi
investor yang ingin menanamkan dananya secara syariah tanpa takut tercampur
dengan cara dana ribawi. Selain itu, Jakarta Islamic Indeks menjadi tolak ukur
kinerja dalam memilih portofolio saham yang halal.

 Pasar Modal Konvensional


Pada Hakikatnya pasar modal ialah suatu kegiatan yang mempertemukan
penjual dan pembeli dana dalam jangka panjang. Undan-undang modal No.8
Tahun 1995 memberikan pengertian pasar modal yaitu kegiatan yang berkaitan
dengan efek. Pasar modal terdapat instrument keuangan yang diperjualbelikan
seperti saham, obligasi, warran, bukti right, dan sebagai produk trurunan
(derivatif) seperti option, forward, convertible bonds, futures, forwards, dan
swap. Sedangkan pada pasar uang instrumen keuangan yang diperjualbelikan
antara lain, surat berharga pasar uang (SBPU), treasure bills, commercial paper
dan lain-lain.
Bursa efek merupakan pihak yang menyelenggarakan dan menyediakan
sarana untuk perdagangan efek. Bursa efek menjadi tempat bertemunya penjual
dan pembeli efek (surat berharga). Kinerja Bursa Efek Indonesia dapat terpantau
dan teridentifikasi melalui pergerakan indeks harga saham. Indeks harga saham
adalah indicator atau cerminan pergerakan harga saham. Indeks merupakan
salah satu pedoman bagi investor untuk melakukan investasi di pasar modal,
khususnya saham. Saat ini Bursa Efek Indonesia memiliki 11 jenis indeks harga
saham, yang secara terus-menerus disebarluaskan melalui media cetak maupun
elektronik. Indeks-indeks tersebut adalah : IHSG (Indeks Harga Saham
Gabungan), IHSS (Indeks Harga Saham Sektoral), LQ45, JII (Jakarta Islamic
Indeks), Kompas 100, BISNIS 27, PEFINDO 25, SRI KEHATI, Indeks Papan
Utama (Main Board Indeks), Indeks Papan Pembangunan (Development Board
Indeks), dan IHSI (Indeks Harga Saham Individual).

15
 Pasar Modal Syariah
Pasar Modal Syariah adalah pasar modal yang dijalankan dengan prinsip-
prinsip syariah, setiap transaksi surat berharga di pasar modal dilaksanakan
sesuai dengan syariat Islam. Menurut Fatwa DSN-MUI nomor 40/DSN-
MUI/X/2003, Pasar Modal adalah kegiatan yang bersangkutan dengan
penawaran umum dan perdagangan efek, perusahaan public yang berkaitan
dengan efek yang diterbitkannya, serta lembaga-lembaga syariah adalah prinsip-
prinsip uang didasarkan atas ajaran Islam yang penetapannya dilakukan oleh
DSN-MUI, baik ditetapkan dalam fatwa ini maupun dalam fatwa terkait lainnya.
Dengan mengacu pada Fatwa DSN-MUI dapat disimpulkan bahwa pasar modal
syariah adalah komponen dan kegiatan yang ada pada pasar modal meliputi
produk, instrument dan operasionalnya dilaksanakan atas prinsip-prinsip syariah.
Fatwa DSN Nomor : 40/DSN-MUI/X/2003 tanggal 4 Oktober 2003 tentang Pasar
Modal dan Pedoman Umum Penerapan Prinsip Syari’ah di Bidang Pasar Modal
telah menentukan kriteria produk-produk investasi yang sesuai dengan ajaran
Islam. Pada intinya, produk tersebut harus memenuhi syarat, antara lain:
1. Jenis usaha, produk barang, jasa yang diberikan dan akad serta cara
pengelolaan perusahaan emiten atau perusahaan public yang menerbitkan
efek syariah tidak boleh bertentangan dengan prinsip-prinsip syariah.
2. Pelaksanaan transaksi harus menurut prinsip kehati-hatian serta tidak
diperbolehkan melakukan spekulasi dan manipulasi yang didalambya
mengandung unsur dharar, gharar, riba, maisir, riswah, maksiat dan
kezhaliman.

Contoh Perbandingan kinerja indeks dan kinerja reksadana antara basis syariah
dengan basis konvensional.
Perbandingan indeks dilakukan antara Jakarta Islamic Indeks (JII) sebagai
proxi investasi syariah dengan indeks LQ 45 sebagai proxi investasi konvensional.
Periode pengamatan yang digunakan adalah tahun 2008 sampai dengan 2011.
Perbandingan indeks dilakukan dengan membandingkan total return serta rata-

16
rata return bulanan dari masing-masing indeks, untuk kemudian dilakukan
pengujian dengan menggunakan uji-t antara JII dengan LQ-45. Dengan
demikian dapat diketahui apakah terdapat perbedaan yang signifikan antara
rata-rata return bulanan JII dengan rata-rata return bulanan LQ-45.
Return bulanan dari masing- masing indeks diperoleh dari persamaan:
Return bulanan = indeks t – indeks t-1
indeks t-1
indeks t = indeks pada bulan ke-t
indeks t-1 = indeks pada bulan sebelumnya

Hipotesa yang diajukan dari perbandingan indeks ini adalah:


Ho : tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara kinerja indeks saham-
saham syariah dengan kinerja indeks saham-saham konvensional
H1 : terdapat perbedaan yang signifikan antara kinerja indeks saham-saham
syariah dengan kinerja indeks saham-saham konvensional
Perbandingan kinerja reksadana dilakukan terhadap satu wakil reksadana
syariah dan satu wakil reksadana konvensional dan untuk menghindari bias
karena perbedaan kemampuan pengelolaan dari manajer investasi, maka
digunakan Reksadana Syariah (basis syariah) dan Reksadana Campuran (basis
konvensional) yang dikelola oleh manajer investasi yang sama, yaitu PT
Danareksa. Perbandingan juga dilakukan terhadap rata-rata return bulanan dari
setiap reksadana dengan menggunakan persamaan berikut:
Return bulanan= NAB t – NAB t-1 + distribusi pendapatan& keuntungan modal
NAB t-1
NAB t = Nilai Aktiva Bersih pada bulan ke-t
NAB t-1= Nilai Aktiva Bersih pada bulan sebelumnya
Setelah itu, kinerja reksadana diukur dengan model Sharpe. Menurut Sharpe,
kinerja reksadana dapat diprediksi dengan menggunakan dua ukuran, yaitu
expected rate of return (ER) yaitu return rata-rata dan predicted variability of risk

17
yang diekspresikan sebagai deviasi standar return (σ). Reksadana layak dibeli
jika memiliki excess return ((Rp – Rf) yang bernilai positif.
Berikut rumus indeks Sharpe:
R/Vs = (Rp – Rf)
σp
R/Vs = reward to variability ratio
Rp = average return portfolio
Rf = risk free rate
σp = deviasi standar return portofolio
Hipotesa untuk perbandingan kinerja reksadana ini adalah:
Ho.1 : tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara kinerja reksadana
syariah dengan kinerja reksadana konvensional.
H1.2 : terdapat perbedaan yang signifikan antara kinerja reksadana syariah
dengan kinerja reksadana konvensional
Penelitian ini menggunakan data-data indeks JII dan indeks LQ-45 yang
diperoleh dari Bursa Efek Indonesia (BEI).Data-data lain adalah NAB Reksadana
Syariah dan Reksadana Campuran dari PT Danareksa. Metode pengumpulan data
empiris dan keterangan-keterangan yang berkaitan dengan permasalahan
tersebut, dilakukan melalui studi kepustakaan dan konsultasi dengan pihak PT
Danareksa. Data-data yang akan dianalisis menggunakan data sekunder berupa
laporan publikasi PT BEI dan PT Danareksa pada periode 2008 sampai dengan
2011. Untuk pengujian hipotesis dari data-data tersebut digunakan metode uji
beda ratarata (uji-t)dengan menggunakan bantuan program SPSS.

Perbandingan Kinerja Indeks Syariah dan Indeks Konvensional


Penilaian kinerja indeks dilakukan dengan cara menilai return investasi
bulanan terhadap JII dan LQ-45 selama periode 1 Januari 2010 sampai dengan
31 Oktober 2012 yang diperoleh dari data harian JII dan LQ-45. LQ-45 dan JII
merupakan indeks bagi saham-saham liquid berkapitalisasi pasar besar, namun
JII hanya diambil dari Daftar Saham Syariah yang telah melalui proses screening

18
dalam hal kehalalannya oleh Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia
(DSNMUI). Untuk itu JII dipilih sebagai proxy mewakili investasi pada saham
syariah. Dari data, antara JII dengan LQ-45 dapat dikatakan kedua indeks
memiliki trend yang sama dalam keseluruhan periode penelitian. Periode dengan
return indeks tertinggi berada di bulan Agustus-September 2010 dan terendah di
bulan Januari 2011.

Perbandingan Kinerja Reksadana Syariah dan Reksadana Konvensional


Penilaian kinerja indeks dilakukan dengan cara menilai reward to
variability berdasarkan Indeks Sharpe (R/Vs) yang diperoleh dari return investasi
bulanan Reksadana syariah berimbang (RDSB) dan reksadana anggrek (RDAN)
selama periode 1 Januari 2010 sampai dengan 31 Oktober 2012 yang diperoleh
dari data harian JII dan LQ-45.
Dipilihnya kedua reksadana yang sama-sama dikelola oleh perusahaan
sekuritas yang sama, yaitu PT DIM dimaksudkan agar kekhawatiran adanya
kesalahan (misleading) sebagai akibat dari faktor manajemen dan keputusan
investasi dapat dihilangkan. Kedua reksadana tersebut juga sama-sama
reksadana berjenis campuran, sehingga dapat diperbandingkan secara langsung.
Dari data, return bulanan dari RDSB terlihat cenderung flat, artinya tidak
memiliki kenaikan/penurunan yang berarti, sedangkan gambar R/Vs RDSB lebih
terlihat dinamisasinya dengan angka tertinggi berada pada periode Oktober
2011, walaupun kecenderungan terakhir mengalami penurunan dengan angka
terendah selama periode penelitian. Berdasarkan data, terlihat trend return yang
datar, tidak terlihat jelas kenaikan/penurunannya, sehingga dapat dikatakan
return cenderung stabil. Trend R/Vs sangat terlihat kenaikan/penurunannya,
dimana R/Vs tertinggi pada periode Oktober 2011 dan di akhir periode penelitian
trend R/Vs mengalami penurunan sampai pada posisi terendah.
Dari data terlihat kecenderungan trend kenaikan/penurunan kinerja yang
hampir sama selama periode penelitian antara reksadana syariah berimbang
dengan reksadana anggrek. Namun, jika dilihat lebih cermat, maka akan nampak

19
bahwa R/ Vs RDSB lebih sering berada diatas posisi R/Vs RDAN. Jika ingin
dikatakan bahwa kinerja reksadana syariah berimbang sedikit lebih baik daripada
kinerja reksadana anggrek. Hal ini sesuai dengan karakteristik reksadana syariah
yang merupakan portofolio efek syariah dengan proses seleksi yang lebih ketat
dibandingkan efek konvensional, sehingga hasil investasi diharapkan lebih baik
dari sisi kehalalan maupun imbal hasilnya. Namun demikian adanya sedikit
perbedaan tidak dapat langsung disimpulkan bahwa memang ada perbedaan
antara kinerja investasi syariah dengan investasi konvensional, melainkan perlu
dilakukan pengujian lebih lanjut dengan alat-alat statistik untuk membuktikan
hipotesis yang telah dibuat sebelumnya.

Pengujian Hipotesis terhadap Perbandingan Kinerja Indeks


Adanya perbedaan terhadap cara pemilihan saham-saham yang
masuk dalam kelompok indeks JII yang melalui proses penyaringan terlebih
dahulu dalam hal kehalalannya dengan pemilihan saham-saham dalam kelompok
indeks LQ-45 menimbulkan dugaan adanya perbedaan antara kinerja JII sebagai
wakil indeks saham-saham syariah dengan kinerja LQ-45 sebagai wakil indeks
saham-saham konvensional dalam penelitian ini.

Hipotesa yang diajukan dari perbandingan indeks ini adalah:


Ho : tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara kinerjaindeks saham-
saham syariah dengan indeks saham-saham konvensional
H1 : terdapat perbedaan yang signifikan antara kinerja indeks saham-
saham syariah dengan indeks saham-saham konvensional
Pengujian dilakukan terhadap angka return bulanan antara JII dengan LQ45
dengan testing hipotesis perbedaan dua rata-rata (two different mean)
dengan significancy level 5%.
Berdasarkan hasil yang didapat menunjukkan bahwa kinerja JII dengan
kinerja LQ-45 tidak terdapat perbedaan yang signifikan, demikian pula antara
kinerja reksadana syariah dengan kinerja reksadana konvensional. Hal ini
menunjukkan bahwa instrumen berbasis syariah tidak kalah menguntungkan jika

20
dibanding dengan instrumen berbasis konvensional. Bahkan jika diamati lebih
cermat selama periode pengamatan terlihat kinerja reksadana syariah sedikit
lebih baik daripada kinerja reksadana konvensional. Untuk itu bagi investor yang
menginginkan cara berinvestasi sesuai prinsip Islam yaitu menghindari produk
dan transaksi haram, bathil, maisyir, gharar, dan ribasaat ini tidak perlu ragu.
Investor tersebut dapat menempatkan dananya pada instrument pasar modal
berbasis syariah, seperti saham syariah, sukuk, dan reksadana syariah, karena
dijamin kehalalan produknya dan memiliki imbal hasil yang tidak kalah dari
instrumen konvensional.

21
E. Isu Syariah Dalam Investasi Pasar Modal
Pasar keuangan (financial market) mempunyai peranan penting dalam
perekonomian suatu negara, karena dapat mempertemukan antara pihak yang
memiliki kelebihan dana dengan pihak yang membutuhkan dana. Tanpa adanya
financial market, maka peminjam uang (kreditur) akan mengalami kesulitan
dalam menemukan debitur yang bersedia untuk memberikan pinjaman
kepadanya.
Seperti kita ketahui bahwa industry pasar modal merupakan salah satu
tonggak penting dalam perekonomian dunia saat ini. Banyak industry dan
perusahaan yang menggunakan institusi pasar modal sebagai media untuk
menyerap investasi dan media untuk memperkuat posisi keuangannya. Secara
factual di dunia saat ini pasar modal telah menjadi financial nerve-centre (saraf
finansial dunia) dunia ekonomi modern. Bahkan perekonomian modern tidak
akan mungkin eksis tanpa adanya pasar modal yang terorganisir dengan baik.
Setiap hari terjadi transaksi triliun rupiah melalui institusi ini. Sebagaimana
institusi modern, pasar modal tidak terlepas dari berbagai kelemahan dan
kesalahan. Salah satunya adalah tindakan spekulasi.
Pada umumnya proses-proses transaksi bisnis yang terjadi dikendalikan
oleh spekulan. Mereka selalu memperhatikan perubahan pasar, membuat
berbagai analisis dan perhitungan, serta mengambil tindakan spekulasi didalam
pembelian maupun penjualan saham. Aktivitas inilah yang membuat pasar tetap
aktif. Tetapi, aktivitas ini tidak selamanya menguntungkan, terutama ketika
menimbulkan depresi yang luar biasa.
Dapat disimpulkan bahwa investasi merupakan salah satu kegiatan yang
diajarkan dalam Islam. Begitu juga dalam kegiatan perekonomian. Yang menjadi
pertanyaan adalah kegiatan investasi dalam perekonomian pasti akan
menimbulkan risiko. Bagimana Islam memandang faktor risiko tersebut?
Konsep syariah sama sekai tidak menegasikan faktor risiko tersebut.
Penyimpangan hasil dari kegiatan investasi tidak dapat dikategorikan sebagai
suatu tindakan yang dikategorikan sebagai tindakan yang spekulatif, sehingga

22
terkena hukum gharar, maupum maisir. Kegiatan ekonomi yang memiliki sifat
gharar adalah kegiatan ekonomi dimana terdapat ketidakpastian dalam suatu
akad transaksi dan transaksi tersebut juga dilakukan dalam suasana
ketidakpastian pula.

Beberapa transaksi yang dapat dikategorikan sebagai transaksi yang


berbau gharar dalam konsep keuangan syariah adalah tidak adanya kemampuan
dari pihak penjual surat berharga untuk dapat menyerahkan surat berharga pada
waktu yang dijanjikan, menjual surat berharga yang belum dimiliki, serta tidak
memiliki ketidakpastian akan waktu dan sifat dari surat berharga yang
ditransaksikan tersebut. Apalagi terdapat perbedaan yang nyata antara kegiatan
investasi dan juga kegiatan spekulasi.

Hakikat kegiatan yang berupa spekulasi dapat dirinci sebagai berikut, yaitu
spekulasi pada dasarnya bukan kegiatan investasi, meskipun antara keduanya
ada kemiripan. Perbedaan yang utama antara kegiatan investasi dan spekulasi
yang mendasar diantara keduanya adalah pada niat dari melakukan kegiatan
tersebut dan bukan pada bentuknya. Para spekulan di pasar modal membeli
sekuritas untuk mendapatkan keuntungan dnegan menjualnya kembali di masa
mendatang, bahkan kadang kala hal ini dilakukan dalam jangka pendek.
Sedangkan para investor membeli sekuritas dengan tujuan untuk berpasrtisipasi
secara langsung dalam bisnis.

Kedua, kegiatan spekulasi telah meningkatkan pendapatan tidak tercatat


bagi sekelompok orang dalam masyarakat, tanpa mereka memberikan kontribusi
apa pun, baik yang bersifat positif maupun produktif. Bahkan mereka telah
mengambil keuntungan di atas biaya masyarakat, yang bagaimanapun juga
sangat sulit untuk bisa dibenarkan secara ekonomi, sosialn, maupun moral.
Ketiga, adalah bahwa kegiatan spekulasi merupakan sumber penyebab
terjadinya krisis keuangan. Fakta menunjukkan bahwa aktifitas spekulan inilah
yang menimbulkan krisis di Wall Street tahun 1929, yang mengakibatkan depresi

23
yang luar biasa bagi perekonomian dunia di tahun 1930-an. Begitu pula dengan
devaluasi poundstreling tahun 1967, maupun krisis mata uang di tahun 1969 di
Indonesia kegiatan spekulasi juga menjadi penyebab krisis moneter yang parah
pada tahun 1997.
Pada tahun 2008, berbagai instrument keuangan yang spekulatif di
Amerika Serikat membuat negara itu mengalami krisis keuangan pada tahun
tersebut. Ini hanyalah sebagian contoh saja. Bahkan hingga saat ini, otoritas
moneter manapun maupun para ahli keuangan selalu disibukkan untuk
mengambil langkah-langkah guna mengantisipasi tindakan dan dampak yang
mungkin ditimbulkan oleh spekulan.
Dan yang terakhir adalah bahwa kegiatan spekulasi merupakan bagian
dari sikap mental “ingin cepat kaya”. Jika seseorang telah terjebak pada sikap
mental ini, maka ia akan berusaha menghalalkan segala macam cara tanpa
mempedulikan rambu-rambu agama dan etika.
Inilah yang berbeda di dalam sistem ekonomi syariah. Sistem ekonomi
syariah ini memberikan penenkanan bahwa dalam setiap aktivitas ekonomi yang
dilakukan umat manusia agar jangan sampai terjadi aktivitas yang tidak efektif
serta berindikasi pada pemborosan yang dilakukan oleh umat manusia. Karena
itu, dalam sistem ekonomi syariah sangat ditekankan bahwa investasi yang
dilakukan merupakan investasi yang akan memenuhi kebutuhsn hidup semua
orang tanpa kecuali serta terdapat pembagian pendapatan dan kekayaan yang
adil dan juga memberikan kesempatan kerja kepada setiap orang sehingga
setiap individu akan mendapatkan hak-haknya sesuai dengan kontribusi yang
dilakukannya masing-masing.
Dengan begitu tidak akan ada individu yang memiliki kekayaan secara
berlebihan ataupun melakukan eksploitasi atas individu yang lain. Semua aspek
dalam kehidupan harus dijalankan secara seimbang dalam menjalankan kegiatan
perekonomian. Termasuk dalam hal ini adalah kegiatan investasi yang dilakukan
oleh umat manusia.

24
Dalam melakukan investasi, ada 3 kategori investor yang perlu
diperhatikan, yaitu :
1. Investor yang dikategorikan sebagai investor yang berani dalam mengambil
risiko, atau risk taker investor
2. Investor yang bersikap netral dan moderat terhadap tingkat risiko dan juga
moderat terhadap risiko, atau risk neutral investor
3. Investor yang bersikap khawatir terhadap tingkat risiko, atau risk averse
investor
Selain itu, juga terdapat risiko yang akan dihadapi oleh suatu investasi.
Yang dimaksud dengan risiko investasi adalah “ a measurement of uncertainty
about outcomes from a given event. The graduate the variability of possible
outcomes, on both the high side and low side, the greater risk ”. Dalam dunia
pasar keuangan, risiko merupakan tingkat penyimpangan yang mungkin dapat
terjadi dari tingkat keuntungan yang diharapkan. Dalam investasi yang dilakukan
di dalam asset keuangan, maka terdapat beberapa risiko yang perlu
diperhatikan,yaitu :
1. Interest rate risk. Merupakan risiko yang berasal dari berbagai variabel
tingkat pengembalian akibat adanya perubahan tingkat suku bunga
2. Market risk. Merupakan faktor yang mempengaruhi semua surat berharga
dikarenakan adanya fluktuasi dalam keseluruhan pasar sehingga akan
berpengaruh pada semua surat berharga
3. Inflation risk. Merupakan faktor yang mempengaruhi semua surat berharga
dikarenakan adanya risiko tingkat daya beli. Jika terjadi kenaikan tingkat suku
bunga, maka akan mempengaruhi tingkat inflasi.
4. Business risk. Risiko yang dapat terjadi pada dunia bisni karena melakukan
pekerjaan dalam industry tertentu
5. Financial risk. Merupakan risiko yang dapat timbul karena adanya
penggunaan pembiayaan oleh perusahaan
6. Liquidity risk. Merupakan risiko yang berhubungan dengan pasar sekunder di
mana surat berharga diperdagangkan

25
7. Exchange rate risk. Merupakan risiko yang berasal dari variabel tingkat
pengembalian dari suatu surat berharga karena adanya fluktuasi dari nilai
mata uang
8. Country risk. Merupakan risiko yang menyangkut kondisi politik suatu negara

Dalam pasar keuangan, risiko dari investasi yang dilakukan dapat dibagi menjadi
dua, yaitu :
1. Risiko yang bersifat sistematis, dapat dilihat dari nilai beta saham dan
juga berpengaruh pada kondisi perusahaan yang menerbitkan saham
tersebut
2. Risiko yang bersifat tidak sistematis, merupakan risiko yang terjadi karena
adanya faktor-faktor yang cukup spesifik dalam suatu surat berharga.
Risiko ini dapat diminimalisir bila dalam melakukan investasi kita
melakukan diverisifikasi investasi. Atau melakukan investasi dalam suatu
portofolio.

26
F. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Minat Masyarakat Berinvestasi Di
Pasar Modal Syariah Melalui Bursa Galeri Investasi UISI
Munculnya pasar saham syariah adalah kunci untuk mengurangi risiko
ketidak pastian dalam pasar modal konvensional dan juga mengurangai skandal
keuangan di pasar modal internasional seperti kasus Enron, WorldCom, AOL,
Walt Disney, dan banyak yang lainnya (Muhsinhar, 2011), tidak hanya itu, pasar
saham syariah menampung masyarakat (muslim dan non muslim) dalam
kegiatan memperoleh keuntungan dan risikonya, meningkatkan performa, kinerja
dan sustainable dari perusahaan yang termasuk dalam bursa saham syariah
sesuai dengan harga saham, serta mengurangi terjadinya spekulasi di pasar
modal (Komariah, N., 2014).

Gambar 1: Statistika Saham Syariah, OJK *per November 2015 Sumber Data :
OJK, 2015

27
Dilihat dari grafik diatas, saham syairah dari tahun 2007 sampai November
2015 mengalamai kenaikan yang significant meskipun kenaikan dari tahun 2014
ketahun 2015 tidak tinggi. Indikasi tersebut masih menunjukkan perkembangan
berinvestasi terutama dalam perusahaan yang terjamin sesuai prinsip syariah
yang mana sudah terseleksi oleh DSN – MUI (dewan syariah nasional – majelis
ulama Indonesia)dan OJK (otoritas jasa keuangan) tentang proses, karakter dan
perusahaan yang memenuhi syarat saham syariah yang disebut business
screening dan juga penyeleksiaan pendapatan perusahaan yang disebut financial
screening.

Dalam praktiknya sistem keuangan Islam sudah menyiapkan tempat untuk


umat yang berkeinginan berinvestasi dalam bentuk pasar investasi keuangan
yang bisa memberikan jaminan kehalalannya. Penjaminan tersebut diatur dalam
dasar hokum pasar modal syariah di Indonesia yang mengacu pada peraturan
otoritas jasa keuangan yang terdiri dari POJK Nomor 15/POJK.04/2015 tentang
penerapan prinsip syariah di pasar modal, POJK Nomor 16/POJK.04/2015
tentang ahli syariah pasar modal, POJK Nomor 17/POJK.04/2015 tentang
penerbitan dan persyaratan efek syariah berupa saham oleh emiten syariah atau
perusahaan publik syariah, POJK Nomor 18/POJK.04/2015 tentang penerbitan
dan persyaratan sukuk, POJK Nomor 19/POJK.04/2015 tentang penerbitan dan
persyaratan reksa dana syariah dan POJK Nomor 20/POJK.04/2015 tentang
penerbitan dan persyaratan efek beragun asset syariah. Juga didukung oleh
fatwa DSN MUI nomer 20/DSN-MUI/IV/2001 tentang pedoman pelaksanaan
investasi untuk reksa dana syariah beserta penyempurnaan peraturan Bapepam-
LK Nomor IX.A. 13 tentang penerbitan efek syariah dan II.K.1 tentang kriteria
dan penerbitan daftar efek syariah (OJK, 2016).

Sebagai upaya untuk pengembangan perekonomian Indonesia sangat


diperlukannya peran investor yang mana Penelitian tentang peningkatan minat
berinvestasi di pasar modal syariah telah ditelaah oleh Bapepam LK pada tahun
2011 yang mana faktor yang mempengaruhi minat berinvestasi dikelompokkan

28
menjadi dua faktor yaitu internal dan eksternal. Faktor internal meliputi kehalalan
investasi, diversifikasi investasi, return investasi, dan pengetahuan investor,
sedangkan faktor eksternal meliputi regulasi, dan kondisi ekonomi atau sosial
faktor ekonomi. Kajian dari penelitian Adik Putri Sarah (2014) berupa faktor risiko
investasi, penerapan prinsip syariah, informasi produk, dan kepuasan
investorKajian oleh Dede Puad M et al (2016) mengenai factor perbedaan
gender, level pendapatan serta banyaknya kegiatan sosialisasi yang diterima
mahasiswa terhadap minat berinvestasi di pasar modal syariah. Diikuti juga oleh
faktor lain berupa motivasi dan pengetahuan tentang investasi (Kusmawati,
2011).

Kajian oleh Chambali M (2010) berupa faktor objective dan subjective.


Faktor objective meliputi teknologi, harga, faktor produksi, dan permintaan akan
barang pada masa datang, sedangkan faktor subjective yaitu pengalaman yang
dialami investor baik positif maupun negative.kajian oleh Diah Lukita Sari (2008)
berupa faktor usia, tingkat ekonomi dan peran kelompok referensi terhadap
minat berinvestasi di pasar modal syariah khususnya pada reksa dana syariah
yang mana didasarkan pada teori model hierarchy of effects dan teori dair Kotler
tentang kotak hitam pembeli yaitu faktor – faktor yang dapat mempengaruhi
keputusan pembeli dari kebudayaan, social, invidu dan psikologi. Kajian oleh Fikri
Indra Silmy (2011) berupa faktor persepsi, motivasi dan belajar terhadap
keputusan investasi saham syariah. Kajian oleh Ani Dewi (2014) tentang faktor
kebijakan dividen, suku bunga SBI dan nilai kurs terhadap investasi di Jakarta
Islamic Index (JII). Dan juga kajian oleh Eka sri wahyuni (2015) tentang faktor
teknikal yaitu berupa harga saham dan faktor fundamental berupa analisa suku
bunga berkaitan dengan keputusan investor untuk berinvestasi di saham syariah
Indonesia.

Banyak faktor yang mempengarui investor untuk berinvestasi. Dalam penilitian


ini, yang menjadi factor investor untuk berinvestasi berupa risiko, level

29
pendapatan, motivasi, pengetahuan tentang investasi, persepsi, motivasi, dan
belajar.

1. Faktor Risiko

Dalam berinvestasi mengandung unsur ketidakpastian atau risiko. Investor


tidak mengetahui dengan pasti hasil dari investasi yang dilakukannya. Dalam
kondisi tersebut, investor dikatakan mengalami risiko. Dalam kondisi tersebut,
investor tidak hanya mengharapkan keuntungan semata. Apabila investor
mengharapkan keuntungan yang tinggi, maka investor harus siap menanggung
risiko yang tinggi pula. Kemudahan dari berinvestasi pada sekuritas adalah
kemudahan untuk membentuk portfolio investasi yaitu dapat melakukan
difersifikasi investasi (pemilihan lebih dari satu investasi) pada berbagai
kesempatan investasi (Asba, M.Y.A., 2013).

Dalam investasi syariah, risiko tidaklah serupa dengan ketidakpastian


(uncertainty). Keduanya merupakan istilah yang serupa tapi tidak sama.
Keserupaan keduanya terletak pada pengertian mengenai adanya suatu kejadian
yang belum pasti di masa yang akan datang. Untuk istilah uncertainty,
ketidakpastian tersebut merujuk pada kejadian-kejadian yang tidak diharapkan
yang tidak diperkirakan (unexpected risk), sedangkan risiko dalam hal ini
dimaksudkan sebagi sesuatu yang dapat diperkirakan (expected risk).
Selanjutnya, perbedaan keduanya terletak pada estimasi atas ketidakpastian
tersebut. Unexpected risk dalam uncertainty kemungkinan muncul lebih dari
satu, namun probabilitas kemunculannya tidak dapat diketahui secara kuantitatif,
sedangkan risiko tingkat ketidakpastiannya dapat diukur secara kuantitatif.

Pengukuran risiko investasi secara kuantitatif dalam hal ini dapat


dilakukan dalam kondisi tersedianya informasi, sehingga perbedaan tersebut
mengerucut pada ketersediaan informasi. Dalam kajian fiqih muamalah, istilah
untuk menyebut ketidakpastian adalah gharar dan tadlis. Sepertihalnya
uncertainty dan risk. Seringkali kedua kata tersebut dipertukarkan sehingga

30
dikatakan uncertainty dan risk adalah gharar. Padahal keduanya terdapat
perbedaan yang mendasar sepertihalnya pembahasan diatas yaitu tentang
penyediaan informasi. Dalam gharar kurangnya pengetahuan informasi dialami
oleh kedua pihak yang berakad, sedangkan dalam tadlis hanya dialami oleh salah
satu pihak.

Ketidakjelasan terkait objek akad menjadi dilarangnya akad menurut


ulama yaitu meliputi 1) jenis, 2) spesifikasi, 3) atribut, 4) kuantitas, 5) esensi,
dan 6) waktu penyerahan. Yang mana risiko tersebut membuat garis besar
pembagian investor (Irkhami, N., 2010).

Ada tiga jenis investor yang jika dikaitkan dengan preferensinya yaitu 1)
investor yang menyukai risiko (risk seeker), 2) investor yang netral terhadap
risiko (risk neutral), dan 3) investor yang tidak menyukai risiko (risk averse)
(Halim, 2005). Tindakan minimal yang dilakukan untuk memanfaatkan kelebihan
dananya adalah menabung atau mendepositokan. Tindakan minimal ini dilakukan
oleh orang yang tergolong takut risiko (risk averse). Berbeda halnya dengan
orang yang tergolong penantang risiko (risk taker), mereka cenderung untuk
menginvestasikan dananya pada bentuk – bentuk investasi yang memberikan
keuntungan yang lebih besar meskipun risiko yang dihadapi juga besar, seperti
investasi pada saham (Kusmawati, 2011). Dalam kaitannya dengan investasi,
terdapat korelasi langsung antara pengembalian dengan risiko, yaitu semakin
tinggi pengembalian, semakin tinggi risiko. Oleh karena itu, investor harus
menjaga tingkat risiko dengan pengembalian yang seimbang (Siahaan, N.M,
2011).

Dari penilaian investasi model Markowitz menjelaskan bahwa risiko


investasi saham terdiri dari risiko tidak sistematis dan risiko sistematis. Risiko
tidak sistematis adalah risiko yang terkait dengan fluktuasi dan siklus bisnis dari
industry tertentu. Setiap industry memiliki karakteristik risiko khusus yang
dipengaruhi variable – variable ekonomi secara specific. Sehingga perusahaan –

31
perusahaan yang jenis usahanya sama akan mendapatkan risiko tidak sistematis
yang sama. Risiko ini juga biasa disebut dengan risiko bisnis. Risiko bisnis dapat
dikurangi dengan diversifikasi. Sedangkan risiko sistematis merupakan risiko
eksternal dari sebuah bisnis seperti inflasi, keadaan ekonomi global dan
sebagainya. risiko tersebut dapat diklasifikasikan menjadi empat hal:

a. Tidak mendapatkan dividen


b. Kerugian saat penjualan saham (capital loss)
c. Risiko likuiditas, yaitu liquiditas peusahaan yang minim. Sehingga saat dividen
harus dibagikan, investor tidak mendapatkan dividen karena likuiditas
perusahaan yang minim
d. Delisting atau penghapusan saham – saham yang dinilai tidak produktif, yang
menyebabkan tidak lakunya saham dibursa saat akan dijual (Silmy, F.I.,
2011).
Risiko likuiditas juga ditekankan oleh Moch Chambali (Chambali, M., 2010)
untuk obligasi yang mana ketika ada masalah dalam obligasi atau pasar masih
belum paham dengan keadaan obligasi, maka investor mengalami kesulitan
untuk melikuidnya menjadi dana. Sehingga timbul aksi jual yang sengaja
menekan harga dibawah par.
Berdasarkan penelitian Makaryanawati (2016), risiko likuiditas merupakan
satu faktor yang menentukan risiko investasi. Likuiditas diukur dengan rasio
keuangan. Jika rasio likuiditas tinggi, maka perusahaan akan semakin diminati
investor. Hal ini mengakibatkan harga saham naik dan risiko investasi menjadi
tinggi dan sebaliknya. Tidak hanya risiko yang mempengaruhi investor untuk
berinvestasi, terdapat faktor lain yang mempengaruhinya yaitu level pendapatan.

2. Faktor Level Pendapatan


MYA Asba (2013) menyebutkan faktor yang mempengaruhi konsumen
(investor) adalah faktor kepribadian yaitu keadaan ekonomi investor (level
pendapatan). Investasi pada pokoknya didasarkan atas teori produktivitas batas

32
(marginal productive) dari faktor produksi modal (capital). Dalam teori ini,
besarnya modal yang akan diinvestasikan dalam proses produksi ditentukan oleh
produktivitas marginalnya (perusahaan). Sehingga investor akan terus
meningkatkan investasinya bilamana produktivitas batas dari investasi masih
lebih tinggi dari pada tingkat bunga yang akan diterima (Pratama, D.I., 2013).
Dalam kaitannya, jika produktivitas perusahaan terbuka atau eminten meningkat
dan mendapatkan hasil yang maksimal sehingga menjadikan peningkatan
pembagian dividen ke investor, secara tidak langsung, pendapatan investor akan
meningkat.
Peningkatan produktivitas penerima modal akan meningkatkan nilai harga
saham sehingga bagi investor yang menyukai resiko tinggi untuk mendapatkan
return yang tinggi akan menambah jumlah investasinya kepada emiten atau
perusahaan terbuka tersebut. Yang dalam kaitannya, pendapatan investor akan
berhubungan significant positive terhadap minat berinvestasi diiringi dengan
peningkatan produktivitas penerima modal teruntuk investor risk seeker. Di lain
sisi, bagi investor risk averse dan risk neutral mungkin akan berbeda kondisi.
Oleh Karena itu, dalam penelitian ini akan mengupas hubungan tersebut. Faktor
lain yang berkaitan dengan minat investor berinvestasi adalah motivasi.

3. Faktor Motivasi
Motivasi dapat didefinisikan sebagai proses dimana individu mengenal
kebutuhannya dan mengambil tindakan untuk memuaskan kebutuhan tersebut.
Dalam kandungannya bahwa motivasi merupakan suatu proses dan proses ini
dapat menjelaskan perbedaan dalam intensitas perilaku konsumen (investor).
Kandungan lainnya dari definisi tersebut bahwa motivasi merupakan dorongan,
yaitu dorongan bagi manusia untuk mengambil tindakan tertentu dalam upaya
memuaskan kebutuhannya. David MecClelland mengembangkan teori motivasi
yang dikenal dengan McClelland’s theory of learned needs. Teori ini menyatakan
bahwa ada tiga kebutuhan dasar yang memotivasi seseorang individu untuk

33
berperilaku yaitu 1) kebutuhan untuk sukses, 2) kebutuhan untuk afiliasi
(membina hubungan sesame), 3) kebutuhan kekuasaan (2013).
Dalam kaitan teori tersebut dalam investasi, investor termotivasi untuk
berinvestasi dalam pemenuhan kebutuhan diri (kesuksesan dan return) juga
membantu perkembangan perekonomian dalam afiliasi dengan eminen atau
perusahaan terbuka, dan juga untuk kebutuhan kekuasaan yang terkait dengan
menjaga keterpenuhan kebutuhan diri atau keluarga dalam jangka waktu yang
lama (keturunan) dan bisa juga ditafsirkan untuk pengembangan kekuasaan
dalam investasi dalam rangka menjaga kestabilan perekonomian dengan menjadi
majoritas pemegang saham.
Di lain teori, berdasarkan teori Hull dapat diambil kesimpulan bahwa
motivasi seseorang sangat ditentukan oleh kebutuhan dalam dirinya dan faktor
kebiasaan dari pengalaman belajar sebelumnya. Sepertihalnya pengalaman
investor yang menjadikan kekuatan motivasinya untuk berinvestasi di pasar
modal. Berdasarkan teori lapangan dari kurt lewin, teori tersebut mengemukakan
bahwa perilaku seseorang merupakan fungsi dari seseorang terhadap
lingkungannya. Dalam kaitannya dengan investasi, investor dipengaruhi oleh
lingkungan investasi dan lingkungan pengembangan berinvestasi sehingga
termotivasi untuk berinvestasi (Silmy, F.I., 2011). Dalam pengembangan
motivasi tersebut, diperlukan faktor lain yang mempengaruhi investor
berinvestasi yaitu pengetahun tentang investasi.

4. Faktor Pengetahuan
Dalam proses keputusan berinvestasi, diperlukannya pengetahuan tentang
pengembalian, resiko, tipe produk investasi, untuk mendapatakan investasi yang
lengkap (Siahaan, N.M, 2011). Menurut Fikri (2011) dalam berinvestasi pada
level basic, para investor harus mengenal istilah – istilah dalam pasar modal
seperti saham, obligasi, reksadana dan sebaginya. Kemudian di level
intermediate, dituntut untuk pengetahuan tentang analisis teknikal dan

34
fundamental saham yang mana juga dilakukan simulasi perdagangan dalam
bursa efek sehingga lebih teknis mengetahui perdagangan dalam bursa efek.
Di level advance, investor sudah memiliki rekening efek yang langsung
bergerak dalam pasar modal syariah, obligasi, dan perkembangan pasar.
Menurut Kusmawati (2011) dalam penelitiannya menyatakan bahwa untuk
melakukan investasi di pasar modal diperlukan pengetahuan yang cukup,
pengalaman serta naluri bisnis untuk menganalisis efek – efek mana saja yang
akan dibeli. Pengetahuan yang memadai sangat diperlukan, seperti pada
instumen investasi saham, hal – hal yang sangat penting untuk diketahui adalah
bagaimana menilai kinerja perusahaan yang bersangkutan untuk beberapa tahun
belakangan. Pengetahuan investasi sangat diperlukan untuk menghindari
terjadinya kerugian saat berinvestasi di pasar modal. Pengetahuan investasi juga
sangat diperlukan untuk memperoleh return yang maksimal dari investasi yang
dilakukan. Untuk mengembangkan lebih luas lagi minat investor selain
pengetahuan, faktor persepsi investor terhadap pasar modal syariah.

5. Faktor Persepsi
Preferensi diartikan sebagai pilihan suka atau tidak suka seseorang
terhadap suatu produk barang atau jasa yang digunakan. Dalam arti yang lain,
persepsi merupakan seperangkat objek yang dinilai sesuai atau mendekati
kesesuaian dengan persyaratan yang dikehendaki oleh konsumen (investor).
Dalam teori persepsi dapat digunakan untuk menganalisis tingkat kepuasan bagi
konsumen (investor) dalam kaitannya minat investor untuk berinvestasi. Menurut
willian j. staton persepsi adalah pertalian investor berdasarkan pengalaman lalu
melalui stimulasi yang diterima indra (Mustofa, 2015). Rangsangan yang kuatlah
yang dapat memikat persepsi orang. Sehingga untuk menarik persepsi orang,
dibutuhkan pesan yang menonjol dibandingkan dengan produk lainnya.
Diperlukannya rangsangan untuk investor bukan hanya promosi akan tetapi
segala yang dibutuhkan investor. Image atau gambaran suatu produk sangat
penting di mata konsumen (investor).

35
Sebagaimana halnya dengan image label “syariah” dapat menimbulkan menarik
konsumen untuk menggunakan barang atau jasa tersebut sepertihalnya
perkembangan produk syariah dibidang perbankan, pasar modal dan lain
sebaginya. Dalam penelitian Fikri (2011), menghasilkan persepsi bahwa
perkembangan saham syariah sangat pesat, saham syariah diperuntukkan untuk
semua pihak, peningkatan investor berinvestasi di saham syariah, pergerakan
sasham syariah sama dengan saham lainnya, dan terdapat segi keuntungan dan
resiko dalam saham syariah. Dengan kata lain, persepsi tentang pasar saham
syariah atau pasar modal syariah menghasilkan hubungan positif dengan
peningkatan minat investor untuk berinvestasi yang diartikan semakin
bertumbuhnya pasar modal syariah, meningkat pula investor yang berinvestasi.
Dari penelitian Moch Chambali (2010) tersebut memberikan hasil bahwa semakin
tinggi derajat persepsi investor terhadap keamanan atas risiko pada produk
investasi syariah (sukuk SR 001), semakin tinggi minat berinvestasi pada produk
investasi syariah (sukuk SR 001). Ketika investor mendalami lebih dalam tentang
persepsi pasar modal syariah, diperlukan factor lain untuk meningkatkan minat
investasi yaitu belajar.

6. Faktor Belajar
Belajar adalah perubahan muatan dan organisasi dalam memori jangka
panjang yang mana belajar merupakan hasil dari informasi yang telah
didapatkan sebelumnya. Factor belajar dipengaruhi oleh beberapa pengaruh
yaitu 1) pengaruh keadaan yang mana mengacu pada pembelajaran berbasi
gabungan stimulus atau rangsangan, 2) pengaruh classical yaitu terbentuknya
respond dan stimulus yang dipelajari investor bukanlah informasi melainkan
emosi atau respon afektif, 3) importance yaitu semakin penting individu ingin
mempelajari, semakin efektif dan efisien individu tersebut dalam proses
pembelajaran, 4) reinforcement yaitu sesuatu yang meningkatkan kemungkinan
bahwa suatu respon akan diulangi diwaktu yang akan datang sebagi penguat, 5)
punishment (hukuman) yang mana menurunkan kemungkinan akan

36
pengulangan respon dimasa yang akan datang, punishment dilakukan untuk
mengetahui hal penting dari pengalaman yang dilakukan dengan dibantu
kekuatan pendorong, jika tidak akan mengurangi minat investor untuk
berinvestasi terutama bagi investor averse. 6) repetition yaitu peningkatan
kekuatan dan kecepatan pembelajaran semakin banyak waktu yang tertuang
untuk mendapatkan informasi, semakin besar kemungkinan untuk mempelajari
investasi lebih baik dan dalam serta effektif dan efficient (2011).
Pengaruh dari belajar tersebut akan meningkatkan kualitas investor untuk
menganalisa lebih baik dan tajam tentang pasar modal terutama didalam
perkembangan pasar modal syariah, sehingga dapat membedakan dengan baik
antara pasar modal syariah dengan konvensional yang mana investor akan
mendapatkan ketenangan dari berinvestasi baik dari informasi yang akurat dan
lengkap serta minat untuk berinvestasi di pasar modal syariah.

37
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Perkembangan investasi syariah di Indonesia tak terlepas dari
pengembangan keuangan syariah nasional, baik dari aspek kelembagaan
keuangan syariah dan infrastruktur penunjangnya, keahlian dan perangkat
regulasi serta sistem pengawasan, maupun awareness dan literasi masyarakat
terhadap layanan jasa keuangan syariah. Berbagai strategi aktivitas ekonomi
syariah yang secara timbal balik juga saling mendukung seperti industry
makanan, produk kosmetika dan obat-obatan halal, fashion muslim, dan
pariwisata syariah.
Bursa Efek Indonesia (BEI) mencatat jumlah investor syariah meningkat
53 persen pada tahun 2015 menjadi 4.257 investor dibandingkan dengan akhir
2014 sebanyak 2.795. Pasar modal syariah di Indonesia terus mengalami
perkembangan signifikan. Hal itu tidak lepas dari beberapa kegiatan edukasi dan
sosialisasi yang telah dilakukan untuk pengembangan investasi syariah di pasar
modal Indonesia selama 2015. Beberapa kegiatan diantaranya kegiatan sekolah
pasal modal syariah (SPMS) dengan totak peserta sebanyak 9.502 orang di
seluruh daerah di Indonesia untuk periode Januari hingga Desember 2015, atau
meningkat sebesar 8 persen dibanding tahun 2013.
Indonesia sebagai negara mayoritas beragama muslim, sejatinya industry
pasar modal syariah sudah berkembang pesat. Namun faktanya, kondisi tersebut
masih jauh dari harapan dan bahkan pengembangan pasar modal syariah belum
digarap optimal sehingga penetrasi pasar masih rendah ketimbang dengan
negara tetangga.

38
B. Saran
1. Perlu adanya karifan dari perilaku bisnis (pengusaha) muslim untuk
membentuk kehidupan ekonomi yang Islami. Hal ini guna memotivasi
meningkatkan image pelaku pasar terhadap keberadaan instrument pasar
modal yang sesuai dengan Islam
2. Diperlukan adanya rencana jangka pendek dan jangka panjang oleh Bapepam
untuk mengakomodir perkembangan instrument-instrument Islam dalam
pasar modal sekaligus merencanakan keberadaan pasar modal syariah di
tanah air
3. Perlu adanya kajian-kajian ilmiah mengenai pasar modal Islam, oleh karena
itu dukungan akademisi sangat diperlukan guna memberikan pemahaman
perlunya keberadaan pasar modal syariah

39
DAFTAR PUSTAKA

https://www.academia.edu/30476386/MAKALAH_INVESTASI_SYARIAH

Jurnal Ekonomi dan Bisnis Islam, Vol. 3, No. 1, Januari-Juni 2017 Ahmad Dahlan Malik :
ANALISA FAKTOR – FAKTOR YANG MEMPENGARUHI MINAT MASYARAKAT
BERINVESTASI DI PASAR MODAL SYARIAH MELALUI BURSA GALERI INVESTASI UISI

Jurnal Penelitian sosial keagamaan, Vol.17, No.1 Januari-Juni 2014 Ana Nurlita :


Investasi di Pasar Modal Syariah Dalam Kajian Islam 

Al-Iqtishad: Vol. VI No. 2, Juli 2014 Ida Syafrida, Indianik Aminah, Bambang Waluyo1 :
PERBANDINGAN KINERJA INSTRUMEN INVESTASI BERBASIS SYARIAH DENGAN
KONVENSIONAL PADA PASAR MODAL DI INDONESIA

40

Anda mungkin juga menyukai