Disusun oleh :
Pepi Arifiyani
Sinta Agustina
Kelompok XI-D
Pembimbing :
dr. Doddy Rizqi Nugraha., Sp. PD
Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta
karunia-Nya, sehingga saya bisa menyelesaikan tugas laporan kasus ini dengan judul “Syok
Sepsis & Syok Kardiogenik “. Tugas laporan kasus ini diajukan untuk memenuhi tugas
dalam Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Dalam di Rumah Sakit Umum Daerah Waled
Kabupaten Cirebon.
Dalam penulisan laporan kasus ini penulis banyak menemukan kesulitan. Namun
berkat dorongan dan bimbingan dari berbagai pihak, akhirnya laporan kasus ini dapat
diselesaikan. Oleh karena itu penulis mengucapkan terimakasih kepada dr. Doddy Rizqi
Nugraha., Sp. PD selaku pembimbing.
Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam laporan kasus ini, Oleh karena
itu, penulis mengharapkan berbagai kritik dan saran yang bersifat membangun dalam tema
dan judul yang diangkat dalam laporan kasus ini. Akhir kata semoga laporan kasus ini
bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi pihak-pihak yang membutuhkan umumnya.
Penulis
BAB I
LAPORAN KASUS
KASUS 1
1.1. IDENTITAS PASIEN
Nama : Tn. S
Umur : 58 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Alamat : Babakan, Kab. Cirebon
Pekerjaan : Buruh
Pendidikan : SMP
Status Perkawinan : Menikah
Agama : Islam
TGL MRS : 11 Oktober 2020
1.2 ANAMNESIS
Keluhan Utama
Sesak 1 minggu SMRS
1.5 Penatalaksanaan
Farmakologi
a. IGD
O2 3 lpm
IVFD RL 500 cc/8 jam
Pantoprazole 1x40 mg iv
Santagesik 3x1 kp iv
Ondansentron 3x4 mg iv
Clanexi 3x1 gr iv
NAC 3x200 mg PO
Combivent/8 jam
NaCl 3% 500
b. Ruang Seruni
O2 4 lpm NK
Diet DM 1700 kkal
IVFD NS 500 cc/8jam
IVFD NaCl 3% 500 cc/24 jam
Meropenem 3x1 gr iv ( dalam D5% 200 cc 2 jam )
Levofloksasin 1x750 iv
Resfar 1 vial dalam D5% 300 cc 4 jam, 1x per hari selama 3 hari lalu NAC
2x600 mg PO
Combivent / 8 jam
PCT 4x500 mg PO
Novorapid sliding scale/ 8 jam
Pantoprazole 1x40 mg
Lovenox 1x0,2 cc selama 3 hari
Cek BTA, gene expert, AGD, UR, CR, OT, PT, D-dimer, profil lipid
1.6 Prognosis
Quo ad Vitam : Ad Bonam
Quo ad Functionam : Ad Malam
Qua ad Sanationam : Ad Bonam
KASUS 2
1.1. IDENTITAS PASIEN
Nama : Tn. S
Umur : 40 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Alamat : Cirebon
Pekerjaan : Petani
Pendidikan : SMP
Status Perkawinan : Menikah
Agama : Islam
TGL MRS : 14 Oktober 2020
1.2 ANAMNESIS
Keluhan Utama
Sesak nafas sejak 1 bulan SMRS
1.5 Penatalaksanaan
Farmakologi
Tatalaksana IGD :
c. Ruang Seruni
- Advice dr. Doddy Rizqi Nugraha, Sp. PD
- IVFD Futrolit 500 cc/8 jam
- Pantoprazole 1x40 mg
- Ceftizoxime 3x1
- Ondansentron 3x4 mg
- Santagesik 3x1 mg
- Nebu combivent/8jam
- Nac 3x200
- OAT 4FDC 1x3 tab
- Digoxin 1x1
- R/ USG Thorax
- Loading RL 1000-2000 cc bila MAP <70
- Drip Vascon 0.05-0.2 meq/kgbb/menit target MAP > 70 TD : 90/60 mmHg post
pemberian vascon
- Curcuma 3x1
1.6 Prognosis
Quo ad Vitam : Ad Bonam
Quo ad Functionam : Ad Malam
Qua ad Sanationam : Ad Malam
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 SEPSIS
2.1.1 Definisi
Arti kata sepsis dalam bahasa Yunani adalah pembusukan. Menurut Kamus Kedokteran
Dorland, sepsis adalah adanya mikroorganisme pathogen atau toksinnya di dalam darah atau
jaringan lain.16 Berdasarkan konsensus America College of Chest Physian and Society of
Critical Medicine (ACPP/SCCM Consensus conference) tahun 1992, sepsis didefinisikan
sebagai respon inflamasi karena infeksi . Respon inflamasi sistemik ditandai dengan
manifestasi dua atau lebih keadaan sebagai berikut :
1. Suhu lebih > 380 C atau < 360 C
2. Frekuensi denyut jantung > 90 x / menit
3. Frekuensi pernapasan > 20 x / menit atau PaCO2 < 32 mmHg
4. Hitung Leukosit > 12.000 / mm3, < 4.000 / mm3 atau ditemukan > 10 % sel darah
putih muda ( batang ) Apabila keadaan diatas tanpa disertai adanya infeksi maka disebut
Systemic Inflamatory Response Syndrome ( SIRS ).
Sepsis berat merupakan keadaan sepsis yang disertai dengan disfungsi organ,hipoperfusi
atau hipotensi . Gangguan perfusi ini mungkin juga disertai dengan asidosis laktat, oliguri,
atau penurunan status mental secara mendadak . Syok sepsis adanya sepsis yang
menyebabkan kondisi syok dengan hipotensi walaupun telah dilakukan resusitasi cairan .
Bila keadaan syok septik tidak segera ditangani dengan baik maka dapat berlanjut menjadi
kondisi klinis yang lebih parah yaitu MODS yang berarti munculnya penurunan fungsi
sejumlah organ ( paru – paru, ginjal, kulit, ginjal).
2.1.2 Patofisiologi
Perjalanan terjadinya sepsis merupakan mekanisme yang kompleks, antara mikroorganisme
penginfeksi, dan imunitas tubuh manusia sebagai penjamu . Saat ini sepsis tidak hanya
dipandang sebagai respon inflamasi yang kacau tetapi juga meliputi ketidakseimbangan
proses koagulasi dan fibrinolisis . Hal ini merupakan mekanisme – mekanisme penting dari
patofisiologi sepsis yang dikenal dengan kaskade sepsis. Mikroorganisme penyebab sepsis
terutama bakteri gram negative dapat melepaskan endotoksinnya ke dalam plasma yang
kemudian akan berikatan dengan Lipopolysaccarida binding protein ( LBP ). Kompleks
yang terbentuk dari ikatan tersebut akan menempel pada reseptor CD 14 yeng terdapat
dipermukaan monosit, makrofag, dan neutrofil, sehingga sel – sel tadi menjadi teraktivasi.
Makrofag, monosit, makrofag, dan netrofil yang teraktivasi inilah yang melepaskan mediator
inflamasi atau sitokin proinflamatory seperti TNF α dan IL -11 1β , IL – 2 , IL – 6, interferon
gamma , platelet activating factor ( PAF ) , dimana dalam klinis akan ditandai dengan
timbulnya gejala – gejala SIRS. Sitokin proinflamasi ini akan mempengaruhi beberapa organ
dan sel seperti di hipotalamus yang kemudian menimbulkan demam, takikardi, dan takipneu.
Terjadinya hipotensi dikarenakan mediator inflamasi juga mempengaruhi dinding pembuluh
darah dengan menginduksi proses sintesis Nitrit oxide ( NO ) . Akibat NO yang berlebih ini
terjadi vasodilatasi dan kebocoran plasma kapiler, sel – sel yang terkait hipoksia yang bila
berlangsung ama terjadi disfungsi organ, biasanya hal ini sering terjadi bila syok septik yang
ditangani dengan baik. Selain respon inflamasi yang sistemik, sepsis juga menimbulkan
kekacauan dari sistem koagulasi dan fibrinolisis . Paparan sitokin proinflamasi ( TNF – α ,
IL - 1β , IL – 6 ) juga menyebabkan kerusakan endotel, akibatnya neutrofil dapat migrasi,
platelet mudah adhesi ke lokasi jejas. Rusaknya endotel yang berlebihan ini akan
mengekpresikan atau mengaktifasikan TF, yang kita
ketahui dapat menstimulasi cascade koagulasi dari jalur ekstrinsik memproduksi trombin
dan fibrin.Pembentukan trombin selain menginduksi perubahan fibrinogen menjadi fibrin,
juga memiliki efek inflamasi pada sel endotel, makrofag, dan monosit sehingga terjadi
pelepasan TF, TNF – α yang lebih banyak lagi . Selain itu trombin juga menstimulasi
degranulasi sel mast yang kemudian meningkatkan permeabilitas pembuluh darah dan
menyebabkan kebocoran kapiler. Bila sistem koagulasi teraktivasi secara otomatis tubuh
juga akan mengaktifasi sistem fibrinolisis untuk mencegah terjadinya koagulasi yang
berlebihan. Akan tetapi dalam sepsis, TNF – α mempengaruhi system antikoagulasi alamiah
tubuh yang mengganggu aktivitas dari antitrombin III , protein C , protein S , Tissue Factor
Protein Inhibitor ( TFPI ) dan Plasminogen Activator Inhibitor – I ( PAI – I ) sehingga
bekuan yang terbentuk tidak dapat didegradasi . Akibatnya formasi fibrin akan terus
tertimbun di pembuluh darah ,
membentuk sumbatan yang mengurangi pasokan darah ke sel sehingga terjadi kegagalan
organ.
2.1.3 Klasifikasi
Tabel 1 . Klasifikasi sepsis.
Kriteria Gejala
SIRS Temperatur > 38 0 C atau 36 0C
HR > 90 per menit
RR > 20 per menit atau
PaCO2 < 4,27 kPa Leukosit > 12.000/mm3 atau < 4000/mm3 atau neutofil imatur >
10% Sepsis SIRS dengan suspek infeksi
2.2.1 Definisi
darah, otot jantung sendiri menerima darah yang tidak mencukupi dan mengalami
kerusakan perfusi jaringan (Muttaqin, 2009).
Keadaan hipoperfusi ini memperburuk penghantaran oksigen dan zat-zat gizi,
dan pembuangan sisa-sisa metabolic pada tingkat jaringan. Hipoksia jaringan akan
menggeser metabolisme dan jalur oksidatif ke jalur anaerobic, yang mengakibatkan
pembentukan asam laktat. Kekacauan metabolism yang progresif menyebabkan syok
menjadi berlarut-larut, yang pada puncaknya akan menyebabkan kemunduran sel dan
kerusakan multisystem (Muttaqin, 2009).
2.2.2 Etiologi
1. Infark Miokardium : jantung yang rusak tidak dapat memompa darah dan
curah jantung tiba-tiba menurun. Tekanan sistolik menurun akibat
kegagalan mekanisme kompensasi. Jantung akan melakukan yang terbaik
pada setiap kondisi, sampai akhirnya pompa jantung tidak dapat
memperfusi dirinya sendiri
2. Aritmia Ventrikel yang Mematikan : pasien dengan takikardia terus
menerus akan dengan cepat menjadi tidak stabil. Tekanan darah sistolik
dan curah jantung menurun karena denyut jantung yang terlalu cepat
menurunkan waktu pengisian ventrikel. Takikardia ventrikel dan fibrasi
ventrikel dapat terjadi karena iskemia miokardium setelah infark
miokardium akut
3. Gagal Jantung Stadium Akhir : jaringan parut di miokardium akibat
serangan jantung sebelumnyaa, dilatasi ventrikel, dan iskemia miokardium
kronis merusak otot jantung, dan gerak dinding menjadi tidak
terkoordinasi (ruang ventrikel tidak padat memompa secara bersamaan.
2.2.3 Patofisiologi
Keluhan dada pada infark miokard akut biasanya didaerah substernal, rasa
seperti ditekan, diperas, diikat, rasa dicekik, dan disertai rasa takut. Rasa nyeri
menjalar ke leher, rahang, lengan dan punggung. Nyeri biasanya hebat dann
berlangsung lebih dari
½ jam, tidak menghilang dengan obat-obatan nitrat. Syok kardiogeenik yang berasal
dari penyakit jantung lainnya, keluhan sesuai dengan penyakit dasarnya.
Tanda penting yang muncul pada syok kardiogenik adalah sebagai berikut
(Yudha, 2011) :
Menurut Muttaqin 2009 Syok dapat dibagi menjadi tiga tahap yang semakin
lama semakin berat :
1. Tahap I, syok terkompensasi (non-progresif) ditandai dengan respons
kompensatorik, dapat menstabilkan sirkulasi, mencegah kemunduran lebih lanjut
2. Tahap II, tahap progresif, ditandai dengan manisfestasi sistemis dari hipoperfusi
dan keemunduran fungsi organ
3. Tahap III, refrakter (irreversible), ditandai dengan kerusakan sel yang hebat tidak
pdapat lagi dihindari, yang pad akhirnya menuju ke kematian
2.2.6 Komplikasi
Menurut buku yang di tulis oleh Aspiani 2015 komplikasi yang muncul dari
syok kardiogenik adalah :
2. Disritmia
4. Stroke
5. Tromboemboli
2.2.7 Pemeriksaan Penunjang
1. Penatalaksanaan Medis