PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sejak 18 Agustus 1945, secara epistomologis, Pancasila dikaji oleh
para ahli dan juga diuji oleh berbagai peristiwa-peristiwa yang mencoba
merongrong kemerdekaan dan keutuhan Republik Indonesia. Secara empiris
dan kenegaraan, Pancasila telah menunjukkan ketangguhannya hingga pada
saat ini. Pengujian secara kognitif telah dilakukan oleh para ahli dengan
berbagai pendekatan. Notonegoro dengan analisis teori causal, Driarkara
dengan pendekatan antroplogi metafisik, Eka Darmaputra dengan etika,
Suwarno dengan pendekatan historis, filosofis dan sosio-yuridis, Gunawan
Setiardja dengan analisis yuridis ideologis (Dimyati, 2006) dan bayak para
ahli dan kalangan akademisi membuktikan Pancasila sebagai filsafat
Sejak dulu, ilmu pengetahuan mempunyai posisi penting dalam aktivitas
berpikir manusia. Istilah ilmu pengetahuan terdiri dari dua gabungan kata
berbeda makna, ilmu dan pengetahuan. Segala sesuatu yang kita ketahui
merupakan definisi pengetahuan, sedangkan ilmu adalah pengetahuan tentang
suatu bidang yang disusun secara sistematis menurut metode tertentu.
Sikap kritis dan cerdas manusia dalam menanggapi berbagai peristiwa di
sekitarnya, berbanding lurus dengan perkembangan pesat ilmu pengetahuan.
Namun dalam perkembangannya, timbul gejala dehumanisasi atau penurunan
derajat manusia. Hal tersebut disebabkan karena produk yang dihasilkan oleh
manusia, baik itu suatu teori maupun materi menjadi lebih bernilai ketimbang
penggagasnya. Itulah sebabnya, peran Pancasila harus diperkuat agar bangsa
Indonesia tidak terjerumus pada pengembangan ilmu pengetahuan yang saat
ini semakin jauh dari nilai-nilai kemanusiaan. Nilai –nilai Pancasila
sesungguhnya telah tertuang secara filosofis-ideologis dan konstitusional di
dalam UUD 1945 baik sebelum amandemen maupun setelah amandemen.
Nilai –nilai Pancasila ini juga telah teruji dalam dinamika kehidupan
1
berbangsa pada berbagai periode kepemimpinan Indonesia. Hal ini sebenarnya
telah menjadi kesadaran bersama bahwa Pancasila merupakan tatanan nilai
yang digali dari nilai-nilai dasar budaya bangsa Indonesia, yaitu kelima sila
yang merupakan kesatuan yang bulat dan utuh sehingga pemahaman dan
pengamalannya harus mencakup semua nilai yang terkandung di dalamnya.
Hanya saja perlu diakui bahwa meski telah terjadi amandemen hingga ke-4,
namun dalam implementasi Pancasila masih banyak terjadi distorsi dan
kontroversi yang menyebabkan praktek kepemimpinan dan pengelolaan
bangsa dan Negara cukup memprihatinkan. Bukti-bukti empiris menunjukkan
hampir semua inovasi teknologi merupakan hasil dari suatu kolaborasi,
apakah itu kolaborasi antar-pemerintah, antar-universitas, antar-perusahaan,
antar-ilmuwan, atau kombinasi dari semuanya. Aktivitas ini pun relatif belum
terfasilitasi dengan baik dalam beberapa kebijakan pemerintah
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana pancasila sebagai dasar nilai pengembangan ilmu?
2. Bagaimana pancasila sebagai nilai ketuhanan?
3. Bagaimana pancasila sebagai nilai persatuan?
4. Bagaimana pancasila sebagai nilai kemanusiaan?
C. Tujuan
1. Dapat mengetahui pancasila sebagai dasar nilai pengembangan ilmu
2. Dapat memahami pancasila sebagai nilai ketuhanan
3. Dapat mengetahui pancasila sebagai nilai persatuan
4. Dapat memahami pancasila sebagai nilai kemanusiaan
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
ayat (1) tentang kebebasan memeluk agama, Undang-Undang Dasar Tahun
1945, yang berbunyi:
4
merupakan usaha pencarian titik temu dalam semangat gotong-royong untuk
menyediakan landasan moral yang kuat bagi kehidupan politik berdasarkan
moral ketuhanan. Ketuhanan dalam pancasila menjadi nilai yang sangat
penting, bagaimana tidak, jika nilai ketuhanan tersebut dapat kita aplikasikan
secara bertanggung jawab, pasti sila-sila selanjutnya akan mengikuti, karena
pancasila syarat akan nilai ketuhanan, sehingga dapat dipastikan tidak
bertentangan dengan agama. Menurut Wahyudi (2016) dijelaskan bahwa:
5
Nilai kemanusiaan ialah Suatu perbuatan dikatakanbaik apabila sesuai dengan
nilainilai kemanusiaan.Prinsip pokok dalam nilai kemanusiaan Pancasilaadala
h keadilan dan keadaban. Keadilan mensyaratkankeseimbangan, antara lahir d
an batin, jasmani danrohani, individu dan sosial, makhluk bebas mandiri dan
makhluk Tuhan yang terikat hukumhukum Tuhan.Keadaban mengindikasikan keun
ggulan manusiadibanding dengan makhluk lain, yaitu hewan,tumbuhan, dan b
enda tak hidup. Karena itu perbuatanitu dikatakan baik apabila sesuai dengan
nilai-nilaikemanusiaan yang didasarkan pada konsep keadilandan keadaban
6
bangsanya yang bisa diperkenalkan dengan bangsa lain. Namun dalam sisi
yang lain, memiliki suku bangsa yang sangat beraneka ragam dalam satu
negara tentunya hal ini menjadikan negara Indonesia sangat rentan dan mudah
terpecah belah untuk diadu domba. Sehingga negara ini bisa hancur apabila
antar suku bngsa ini tidak bisa bersatu. Bahwasannya memang sangat tidak
mudah untuk menyatukan bangsa dengan latar belakang kebudayaan yang
berbeda tersebut. Tetapi hal tersebut tak menjadikan negara Indonesia gentar
akan perbedaan yang ada, sebagai bangsa kita tentunya harus menjunjung
tingga nilai-nilai persatuan dan kesatuan tanah air Indonesia sehingga kelak
kita bisa menjadi negara pemersatu yang bisa menjadi contoh bagi negara-
negara lain. Negara Kesatuan Republik Indonesia memiliki falsafah dan
pedoman hidup bangsa yang bisa dijadikan pijakan yaitu pancasila dan UUD
1945. Di dalam pancasila terdapat lima sila yang sudah mutlak dibuat oleh
leluhur Indonesia agar bangsa Indonesia senantiasa tidak membeda-bedakan
agama, ras, suku, budaya dan bahasa yang ada di Indonesia serta menjunjung
tinggi persatuan dan kesatuan sehingga dapat mewujudkan keadilan sosial
bagi seluruh rakyat Indonesia. Kita sebagai bangsa harus mampu memahami
semua yang ada di bumi Indonesia adalah satu yang harus kita jaga dan
pertahankan yaitu keutuhan bangsa. Bangsa Indonesia yang beragam ini
dipersatukan dalam bingkai pancasila. Terdiri dari lima sendi utama penyusun
pancasila yaitu Ketuhanan Yang Maha Esa, kemanusian yang adil dan
beradab, persatuan Indonesia, kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat dalam
permusyawaratan perwakilan, dan keadilan sosial bagi seluruh rakyat
Indonesia. Negara Indonesia begitu sebutannya, dalam pembukaan UUD 1945
sudah terkandung bahwa Indonesia adalah negara yang harus melindungi
segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dengan
berdasar atas persatuan agar terwujud keadilan bagi segenap bangsanya. Jadi,
negara Indonesia harus mampu mengatasi segala paham golongan, mengatasi
segala paham perseorangan. Negara harus menghendaki persatuan dan
kesatuan bagi segenap bangsa Indonesia seluruhnya. Inilah suatu dasar negara
7
yang sudah mutlak dan tidak boleh dilupakan. Pada tahun ini bangsa kita
mengalami perpecahan antar umat agama yang dicampur dengan masalah
politik, hal ini sangat disayangkan sekali jika bangsa kita ini menjadi terpecah
belah. Persatuan dan kesatuan yang harus kita jaga malah menjadi sebuah
ajang kompetesi yang dipermainkan, akibatnya timbulah permusuhan yang
berkoar-koar menebar perpecahan umat yang membuat Indonesia jatuh dalam
lubang hitam. Namun hal tersebut tak berlangsung lama, dengan semua
konflik yang muncul walaupun larinya kejalur hukum akhirnya Indonesia
menjadi bersatu kembali. Kita sebagai bangsa yang baik harus menjaga diri
kita agar tidak mudah terprovokasi dengan orang yang sengaja mengadu
domb bangsa ini demi kepentingan diri dan golongannya. Apakah kita rela
jika negara Indonesia ini hancur? apakah kita bisa hidup ditengah-tengah
konflik perpecahan antar umat manusia? tentunya jika kita menoleh sedikit
pada negara syuriah dan iraq yang hancur karena bangsanya sendiri yang
disebabkan besarnya perbedaan pendapat dan kesalahpahaman yang ada di
negara tersebut, kita pasti tidak mau jika tanah air Indonesia kita berujung
pada peperangan antar bangsa yang berkepanjangan seprti itu. Maka
janganlah kita mudah untuk diadu domba dengan isu-isu yang yang tidak
benar (hoaks) baik dalam sosial media maupun dalam lingkungan sekitar.
Dengan semangat NKRI maka bangsa ini akan menjadi bangsa yang bersatu
atas dasar Bhineka Tunggal Ika
BAB III
8
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pancasila suatu sumber orientasi dan arah pengembangan ilmu.
Dalam konteks Pancasila sebagai dasar nilai mengandung dimensi ontologis,
epistemologis dan aksiologis. Dimensi ontologis berarti ilmu pengetahuan
sebagai upaya manusia untuk mencari kebenaran yang tidak mengenal titik
henti, atau ”an unfinished journey”. Ilmu tampil dalam fenomenanya sebagai
masyarakat, proses dan produk.
B. Saran
Semoga, apa yang kita pelajari dalam makalah ini dapat kita pelajari
dengan sungguh-sungguh, dan dapat kita terapkan dengan baik. Demikian
makalah ini kami buat, semoga makalah ini bermanfaat bagi kita semua baik
kami yang membuat maupun anda yang membaca, kami menyadari bahwa
makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh sebab itu, ktitik dan saran
yang bersifat membangun dari pembaca kami harapkan demi kesempurnaan
makalah ini.
DAFTAR PUSTAKA
9
Iriyanto, Ws, 2009, Bahan Kuliah Filsafat Ilmu, Pascasarjana, Semarang.
Kunto Wibisono, 1985, Arti Perkembangan Menurut Positivisme, Gadjah Mada
Press, Yogyakarta.
10