Anda di halaman 1dari 16

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.

id
perpustakaan.uns.ac.id 6
digilib.uns.ac.id

b. Morfologi Seledri

Seledri merupakan tanaman setahun atau dua tahun. Tanaman ini

terdiri atas daun, tangkai daun, batang, dan akar. Terna, tumbuh tegak,

tinggi sekitar 50 cm dengan bau aromatik yang khas. Batang bersegi,

beralur, beruas, tidak berambut, bercabang banyak, berwarna hijau

pucat. Daun majemuk menyirip ganjil dengan anak daun 3–7 helai.

Anak daun bertangkai yang panjangnya 1–2,7 cm, helaian daun tipis

dan rapuh, pangkal dan ujung runcing, tepi beringgit, panjang 2–7,5

cm, lebar 2–5 cm, pertulangan menyirip, berwarna hijau keputih-

putihan. Bunga majemuk berbentuk payung, 8–12 buah, kecil-kecil,

berwarna putih, mekar secara bertahap. Buahnya buah kotak, kecil

berbentuk kerucut, panjang 1-1,5 mm, berwarna hijau kekuningan

(Dalimartha, 2000).

Seledri berasal dari daerah subtropik Eropa dan Asia, dan

merupakan tanaman dataran tinggi, yang ditemukan pada ketinggian di

atas 900 m dpl. Di daerah ini, seledri yang tumbuh memiliki tangkai yang

menebal (Dalimartha, 2000).

c. Kandungan dan Manfaat Seledri

Herba seledri mangandung flavonoid, saponin, tannin 1%, minyak

atsiri 0,033%, flavo-glukosida (apiin), apigenin, kolin, lipase, asparagin,

zat pahit, vitamin (A, B, dan C). Akar mengandung asparagin, manit,

zat pati, lendir, minyak atsiri, pentosan, glutamin, dan tirosin. Biji

mengandung apiin, minyak menguap, apigenin, dan alkaloid. Apigenin


perpustakaan.uns.ac.id 7
digilib.uns.ac.id

berkhasiat hipotensif (Dalimartha, 2000).

Bagian dari seledri yang dapat digunakan adalah seluruh herba,

akar, dan biji dari buah masak. Akar seledri berkhasiat memicu enzim

pencernaan dan peluruh kencing (diuretik), sedangkan buah atau bijinya

sebagai pereda kejang (antispasmodik), menurunkan kadar asam urat

darah, antirematik, peluruh kencing (diuretik), peluruh kentut

(karminatif), afrodisiak, dan penenang (sedatif). Herba berbau aromatik,

rasanya manis, sedikit pedas, dan sifatnya sejuk. Herba berkhasiat tonik,

memacu enzim pencernaan (stomatik), menurunkan tekanan darah

(hipotensif), penghenti perdarahan (hemostatis), peluruh kencing

(diuretik), peluruh haid, peluruh kentut (karminatif), mengeluarkan asam

urat darah yang tinggi, pembersih darah, dan memperbaiki fungsi hormon

yang terganggu.

Dan dari penelitian menunjukkan bahwa herba seledri memiliki daya

hambat terhadap pertumbuhan jamur Pityrosporum ovale, dan pada

konsentrasi 10 % dapat berfungsi sebagai antiketombe dan memiliki

kestabilan fisik yang baik pada formulasi sampo (Mataharanti et al.,

2012).

2. Ekstrak

Ekstrak adalah sediaan kering, kental atau cair dibuat dengan menyari

simplisia nabati atau hewani menurut cara yang cocok diluar pengaruh cahaya

matahari langsung. Ekstrak kering harus mudah digerus menjadi serbuk (Anonim,

1979).
perpustakaan.uns.ac.id 8
digilib.uns.ac.id

3. Metode Ekstraksi

Ekstraksi yaitu penarikan zat yang diinginkan dari bahan obat dengan

menggunakan pelarut yang dipilih disesuaikan dengan zat yang akan dilarutkan.

Proses ekstraksi adalah dengan mengumpulkan zat aktif dari bahan mentah obat

dan mengeluarkannya dari bahan-bahan sampingan yang tidak diperlukan (Ansel,

1989).

Ada beberapa metode yang dipakai untuk ekstraksi yaitu metode maserasi,

perkolasi, dan soxhletasi untuk mengekstraksi atau penyari bahan. Metode

ekstraksi dipilih berdasarkan beberapa faktor seperti sifat dari bahan mentah obat,

daya penyesuaian dengan tiap macam metode ekstraksi dan kepentingan dalam

memperoleh ekstrak yang sempurna atau mendekati sempurna dari obat

(Ansel,1989).

Pada pembuatan sampo dengan ekstrak seledri ini digunakan metode

maserasi. Maserasi merupakan proses paling tepat untuk obat yang sudah halus

memungkinkan untuk direndam dalam menstrum sampai meresap ke dalam sel,

sehingga zat – zat yang mudah larut akan melarut (Ansel, 1989). Maserasi adalah

proses pengekstrakan simplisia dengan menggunakan pelarut dengan beberapa

kali pengocokan atau pengadukan pada temperatur kamar (Harborne, 1987).

Maserasi digunakan untuk penyarian simplisia yang mengandung zat aktif

yang mudah larut dalam cairan penyari, tidak mengandung zat yang mudah

mengembang dalam cairan penyari, tidak mengandung benzoid, stirak, dan lain-

lain (Anonim, 1986).


perpustakaan.uns.ac.id 9
digilib.uns.ac.id

4. Cairan Penyari

Sistem pelarut yang digunakan harus dipilih berdasarkan kemampuannya

dalam melarutkan jumlah yang maksimum dari zat aktif dan seminimum mungkin

bagi unsur yang tidak diinginkan. Pemilihan cairan penyari harus

mempertimbangkan banyak faktor lain : murah dan mudah diperoleh, stabil secara

fisika dan kimia, bereaksi netral, tidak mudah menguap dan tidak mudah terbakar,

selektif, tidak mempengaruhi zat yang berkhasiat, diperbolehkan oleh peraturan.

Pelarut yang digunakan sebagai cairan penyari antara lain : air, eter atau campuran

etanol-air (Anonim, 1979).

5. Sediaan Sampo

Sampo merupakan sediaan kosmetika yang digunakan untuk mencuci

(keramas) rambut, sehingga kulit kepala dan rambut menjadi bersih, dan rambut

menjadi lebih lembut, berkilau, dan mudah diatur. Sedangkan sampo antijamur

adalah sampo yang digunakan selain untuk membersihkan juga untuk mencegah

dan menghilangkan jamur penyebab infeksi kulit kepala. Sampo antijamur sering

diedarkan dengan berbagai nama, seperti sampo obat (medicare) dan sampo

klinik (Anonim, 1985). Kandungan kimia sampo antiketombe yang biasa beredar

dipasaran adalah zinc pyrithione, asam salisilat, selenium sulfida, dan ketokonazol

(Mottram dan Less, 2000).

Jenis-jenis sampoo :

a. Liquid Sampoo (Sampo Cair)

b. Lotion Sampoo (Sampo Losio)

c. Creme Paste Sampoo (Sampo Pasta Krim)


perpustakaan.uns.ac.id 10
digilib.uns.ac.id

d. Gel Sampoo (Sampo Jeli)

e. Aerosol Sampoo (Sampo Erosol)

f. Dry Sampoo (Sampo Serbuk) (Anonim, 2011).

Standar mutu sampo menurut Badan Standarisasi Nasional Indonesia.

Standar Mutu Sampo (SNI 06-2692-1992) berdasarkan Karakteristik Syarat Cara

Pengujian.

Tabel I. Mutu Sampo Berdasarkan SNI 06-2692-1992


Kharakteristik Syarat Pengujian
Bentuk
Cair Tidak ada yang mengendap Organoleptik
Emulsi Rata-rata dan tidak pecah Organoleptik
Pasta Tidak ada gumpalan dikertas Organoleptik
Batangan Rata-rata dan seragam Organoleptik
Serbuk Rata-rata dan seragam Organoleptik
Zat aktif permukaan dihitung 4,5 Potentiometric titration
Na Lauryl Sulfat (SLS) dan assembly
atau non ionic % b/b minimal
nilai pH Larutan 10% b/v 5,0-9,0 pH meter
Kadar air dan zat lainnya 95,5 Oven 105oC
menguap % b/v maksimal
Viskositas 400-4000 cP (Schmit & Rheometer Brookfield
William)
Alkali bebas 0 -

6. Kosmetik

Kosmetik adalah sediaan atau paduan bahan yang untuk digunakan pada

bagian luar badan (kulit, rambut, kuku, bibir dan organ kelamin bagian luar), gigi

dan rongga mulut untuk membersihkan, menambah daya tarik, mengubah

penampakan, melindungi supaya tetap dalm keadaan baik, memperbaiki bau

badan tetapi tidak dimaksudkan untuk mengobati atau menyembuhkan suatu

penyakit (Iswari, 2007).

Komposisi utama dari kosmetik adalah bahan dasar yang berkhasiat, bahan

aktif dan ditambah bahan tambahan lain seperti : bahan pewarna, bahan pewangi,
perpustakaan.uns.ac.id 11
digilib.uns.ac.id

pada pencampuran bahan-bahan tersebut harus memenuhi kaidah pembuatan

kosmetik ditinjau dari berbagai segi teknologi pembuatan kosmetik termasuk

farmakologi, farmasi, kimia teknik dan lainnya (Wasitaatmadja, 1997).

7. Emulsi

Emulsi adalah sediaan yang mengandung bahan obat cair atau cairan obat

terdispersi dalam cairan pembawa distabilkan dengan zat pengemulsi atau

surfaktan yang cocok (Anonim, 1979).

Ada 3 teori tentang pembentukan emulsi , yaitu :

a. Teori Tegangan Permukaan

Teori ini menjelaskan bahwa emulsi terjadi bila ditambahkan suatu substansi

yang menurunkan tegangan antar muka diantara 2 cairan yang tidak

bercampur.

b. Teori Orientasi Bentuk Baji

Teori ini menjelaskan fenomena terbentuknya emulsi dengan dasar adanya

kelarutan selektif dari bagian molekul emulgator, ada bagian yang bersifat

suka terhadap air atau mudah larut dalam air (hidrofil) dan ada bagian yang

suka dengan minyak atau larut dalam minyak (lipofil).

c. Teori Film Plastik

Teori ini menjelaskan bahwa emulgator ini mengendap pada permukan

masing-masing butir tetesan fase dispersi dalam bentuk film yang plastis

(Anief, 2000).
perpustakaan.uns.ac.id 12
digilib.uns.ac.id

Dalam membuat emulsi dapat dilakukan dengan 3 metode , yaitu :

a. Metode Gom Basah ( Metode Inggris )

Yaitu dengan membuat mucilago yang kental dengan sedikit air lalu

ditambahkan minyak sedikit demi sedikit dengan diaduk cepat. Bila emulsi

terlalu kental, ditambahkan air sedikit demi sedikit agar mudah diaduk dan

diaduk lagi ditambah sisa minyak. Bila semua minyak sudah masuk

ditambahkan air sambil diaduk sampai volume yang dikehendaki. Cara ini

digunakan terutama bila emulgator yang akan dipakai berupa cairan atau

harus dilarutkan dulu dengan air.

b. Metode Gom Kering

Metode ini juga disebut metode 4:2:1 (4 bagian minyak, 2 bagian air dan 1

bagian gom). Selanjutnya sisa air dan bahan lain ditambahkan. Caranya ialah

4 bagian minyak dan 1 bagian gom diaduk dan dicampur dalam mortir yang

kering dan bersih sampai tercampur benar, lalu ditambahkan 2 bagian air

sampai terjadi corpus emulsi. Tambahkan sirup dan tambahkan sisa air sedikit

demi sedikit, bila ada cairan alkohol hendaklah ditambahkan setelah

diencerkan sebab alkohol dapat merusak emulsi.

c. Metode HLB

Dalam hal ini berhubungan dengan sifat-sifat molekul surfaktan mengenal

sifat relatif dari keseimbangan HLB (Anief, 2000).


perpustakaan.uns.ac.id 13
digilib.uns.ac.id

Ketidakstabilan emulsi dapat digolongkan sebagai berikut , yaitu :

a. Flokulasi dan Creaming

Merupakan pemisahan dari emulsi menjadi beberapa lapis cairan, dimana

masing-masing lapis mengandung fase dispersi yang berbeda.

b. Koalesen dan pecahnya emulsi ( Craking atau breaking )

Pecahnya emulsi yang bersifat tidak dapat kembali. Penggojokkan sederhana

akan gagal untuk mengemulsi kembali butir-butir tetesan dalam bentuk

emulsi yang stabil.

c. Inversi adalah peristiwa berubahnya tipe emulsi M/A ke tipa A/M atau

sebaliknya (Anief, 1996).

8. Surfaktan

Surfaktan merupakan senyawa aktif penurun tegangan permukaan yang

dapat diproduksi secara sintesis kimiawi ataupun biokimiawi. Surfaktan memiliki

gugus hidrofobik dan hidrofilik dalam satu molekul. Pembentukan film pada

antar muka fasa menurunkan energi antar muka. Surfaktan dimanfaatkan sebagai

bahan penggumpal, pembasah, pembusaan, emulsifier oleh industri farmasi,

industri kosmetika, industri kimia, industri pertanian, industri pangan (Hill,

1996).

Penambahan surfaktan dalam larutan akan menyebabkan turunnya

tegangan permukaan larutan. Setelah mencapai konsentrasi tertentu, tegangan

permukaan akan konstan walaupun konsentrasi surfaktan ditingkatkan. Bila

surfaktan ditambahkan melebihi konsentrasi ini maka surfaktan mengagregasi

membentuk misel. Konsentrasi terbentuknya misel ini disebut Critical


perpustakaan.uns.ac.id 14
digilib.uns.ac.id

Micelle Concentration (CMC). Tegangan permukaan akan menurun hingga

CMC tercapai. Setelah CMC tercapai, tegangan permukaan akan konstan

yang menunjukkan bahwa antar muka menjadi jenuh dan terbentuk misel

yang berada dalam keseimbangan dinamis dengan monomernya (Genaro,

1990).

Klasifikasi surfaktan berdasarkan muatannya dibagi menjadi empat

golongan, yaitu :

a. Surfaktan anionik yaitu surfaktan yang bagian alkilnya terikat pada suatu

anion. Contohnya adalah garam alkana sulfonat, garam olefin sulfonat,

garam sulfonat asam lemak rantai panjang.

b. Surfaktan kationik yaitu surfaktan yang bagian alkilnya terikat pada suatu

kation. Contohnya yaitu garam alkil trimethil ammonium, garam dialkil-

dimethil ammonium dan garam alkil dimethil benzil ammonium.

c. Surfaktan nonionik yaitu surfaktan yang bagian alkilnya tidak bermuatan.

Surfaktan nonionok memiliki kesetimbangan hidrofilik-lipofilik yang

seimbang didalam molekulnya. Tidak seperti surfaktan anionik dan kationik,

surfaktan nonionik tidak mudah dipengaruhi oleh perubahan pH dan adanya

elektrolit. Contoh surfaktan nonionik adalah ester gliserin asam lemak, ester

sorbiton asam lemak, ester sukrosa asam lemak, polietilena alkil amina,

glaukamina, alkil poliglukosida, mono alkanol amina, dialkanol amina,

glaukamina, alkil poliglukosida, mono alkanol amina, dialkanol amina dan

alkil amina oksida.


perpustakaan.uns.ac.id 15
digilib.uns.ac.id

d. Surfaktan amfoter yaitu surfaktan yang bagian alkilnya mempunyai muatan

positif dan negatif. Contohnya surfaktan yang mengandung asam amino,

betain, fosfobetain.

9. Antifungi

Penyakit infeksi merupakan masalah kesehatan di masyarakat yang tidak

pernah dapat diatasi secara tuntas dan masih menjadi penyakit utama penyebab

kematian di dunia termasuk Indonesia. Penyakit ini dapat disebabkan oleh

beberapa mikroorganisme seperti bakteri, virus, parasit, dan jamur (Jawetz et al.,

2005).

Antifungi/antimikroba adalah suatu bahan yang dapat mengganggu pertum-

buhan dan metabolisme mikroorganisme. Pemakaian bahan antimikroba merupakan

suatu usaha untuk mengendalikan bakteri maupun jamur, yaitu segala kegiatan yang

dapat menghambat, membasmi, atau menyingkirkan mikroorganisme. Tujuan utama

pengendalian mikroorganisme untuk mencegah penyebaran penyakit dan infeksi,

membasmi mikroorganisme pada inang yang terinfeksi, dan mencegah pembusu-

kan dan perusakan oleh mikroorganisme. Ada beberapa hal yang harus dipenuhi

oleh suatu bahan antimikroba, seperti mampu mematikan mikroorganisme, mudah

larut dan bersifat stabil, tidak bersifat racun bagi manusia dan hewan, tidak berga-

bung dengan bahan organik, efektif pada suhu kamar dan suhu tubuh, tidak menim-

bulkan karat dan warna, berkemampuan menghilangkan bau yang kurang sedap,

murah dan mudah didapat (Pelczar dan Chan, 1988).

10. Pityrosporum ovale L.

Klasifikasi jamur Pityrosporum ovale L. adalah sebagai berikut :

Kingdom : Fungi
perpustakaan.uns.ac.id 16
digilib.uns.ac.id

Divisi : Basidiomycota

Subdivisi : Ustilaginomycotina

Class : Exabasidiomycetes

Ordo : Malasseziales

Genus : Malassezia

Spesies : Pityrosporum ovale L.

B. Uraian Bahan Penelitian

Berdasarkan formulasi dari sampo ekstrak etanol daun seledri, bahan-bahan

kimia yang terdapat dalam satu formulasi terdiri dari Tween 80, Span 80,

Cocamide DEA, Cocamidopropyl betain (CAB-30), Methylparaben, Parfum Apel,

dan Aqua Destilata. Fungsi dari masing-masing bahan adalah :

1. Tween 80

Ester asam lemak polioksietilen sorbitan monooleat (polisorbat 80)

merupakan surfaktan nonionik yang larut dalam air yang membantu

terbentuknya emulsi M/A. Pemerian Tween 80 adalah cairan seperti minyak

berwarna putih bening atau kekuningan, sedikit berasa seperti basa, berbau

khas. Kelarutannya larut dalam etanol dan air, tidak larut dalam minyak

mineral dan minyak nabati. pH larutan 6-8 untuk 5% zat (w/v) dalam larutan

berair. Stabilitasnya stabil bila dicampurkan dengan elektrolit, asam lemah

dan basa lemah. Konsentrasi lazimnya apabila digunakan sendiri adalah 1 –

15 %, dan apabila dikombinasi dengan surfaktan hidrofobik adalah 1 – 10 %

(Rowe, et al., 2009).


perpustakaan.uns.ac.id 17
digilib.uns.ac.id

2. Span 80

Ester asam lemak sorbitan monooleat (Span 80) adalah surfaktan

nonionik yang larut dalam minyak yang menunjang terbentuknya emulsi

A/M. Pemerian Span 80 adalah cairan kental berwarna krem sampai

kecoklatan, rasanya khas, dan berbau khas. Kelarutannya larut atau terdispersi

dalam minyak, larut dalam banyak pelarut organik, tidak larut dalam air,

tetapi dapat terdispersi secara perlahan. pH larutan < 8. Stabilitasnya stabil

jika dicampurkan dengan asam lemah dan basa lemah. Konsentrasi lazimnya

apabila digunakan sendiri adalah 1 – 15 %, dan apabila dikombinasi dengan

surfaktan hidrofilik adalah 1 – 10 % (Rowe, et al., 2009).

3. Cocamide DEA

Cocamide DEA merupakan bahan yang berbentuk cairan padat

berwarna bening dan memiliki bau yang khas. DEA merupakan senyawa

organik dengan rumus HN (CH 2CH2OH)2. Seperti amina organik lainnya,

DEA bertindak sebagai basa lemah. Mencerminkan karakter hidrofilik

kelompok alkohol, DEA larut dalam air, dan bahkan higroskopis.

Penambahan bahan ini dapat meningkatkan kekentalan sampo. Dalam

sediaan, bahan ini berfungsi sebagai zat pengental.

4. Cocamidopropyl betain (CAB-30)

Cocamidopropyl betain merupakan cairan dengan penampakan bening

kekuningan dan memiliki bau yang khas. Bahan ini merupakan jenis

surfaktan amfoterik dengan pH 6,0-7,5 yang umumnya digunakan untuk

aplikasi umum dalam sediaan surfaktan sebagai pembersih.


perpustakaan.uns.ac.id 18
digilib.uns.ac.id

5. Methylparaben

Pemerian Methylparaben adalah berbentuk kristal tidak berwarna

atau serbuk kristal berwarna putih, tidak berbau atau hampir tidak berbau dan

sedikit mempunyai rasa panas. Kelarutannya larut dalam 5 bagian

propilenglikol P, 3 bagian etanol (95 %) P, 60 bagian gliserin P, dan 400

bagian air. Khasiatnya adalah sebagai zat pengawet (Anonim, 1979).

Konsentrasi lazimnya adalah 0,02 % - 0,3 % (Rowe, et al., 2009).

6. Parfum Apel

Parfum atau bahan pewangi (fragrance) merupakan bahan yang sering

ditambahkan agar sampo memiliki bau yang menarik. Pada formula ini

digunakan parfum yang terbuat dari minyak buah apel hijau.

7. Aqua Destilata

Aqua destilata atau air suling memiliki rumus kimia H 2O, air suling

dibuat dengan menyuling air yang dapat diminum. Cairan jernih, tidak

berwarna, tidak berbau, dan tidak memiliki rasa. Kegunaannya adalah sebagai

pelarut (Anonim, 1979).

C. Kerangka Penelitian

Penelitian terdahulu (Sukandar et al., 2006) menyatakan bahwa terdapat

aktivitas antijamur pada ekstrak etanol daun seledri. Penelitian berikutnya

(Mataharanti et al., 2012), menyatakan bahwa esktrak etanol seledri dapat dibuat

dalam bentuk sediaan sampo. Penelitian tersebut menunjukkan ekstrak etanol

seledri dengan konsentrasi 10 % mempunyai aktivitas antifungi paling baik.


perpustakaan.uns.ac.id 19
digilib.uns.ac.id

Pembuatan sediaan sampo ekstrak seledri pada penelitian ini menggunakan

variasi jenis surfaktan. Perbedaan jenis surfaktan dimaksudkan untuk mengetahui

surfaktan terbaik yang mempunyai sifat fisik serta sifat kimia sampo yang paling

stabil. Pada penelitian ini digunakan Tween 80 dengan konsentrasi 15 %, Span 80

dengan konsentrasi 15 %, serta kombinasi Tween 80 dan Span 80 dengan

konsentrasi masing-masing 6 %. Tween 80 dan Span 80 merupakan surfaktan

nonionik golongan sorbitan yang sering digunakan dalam kosmetik, produk

makanan dan sediaan farmasetika baik dalam penggunaan secara peroral,

parenteral maupun topikal. Sorbitan bersifat tidak larut dalam air dan larut dalam

minyak, dan stabil pada suhu tinggi dan tidak beracun (Stockburgerg, 1981).

Keunggulan surfaktan golongan sorbitan dibandingkan dengan golongan lain

adalah lebih aman (tidak toksik) dan tidak mengiritasi, serta limbahnya lebih

aman bagi lingkungan. Span 80 bersifat hidrofobik dengan nilai HLB sebesar 4,3

yang akan menghasilkan sediaan emulsi yang bertipe A/M, sedangkan Tween 80

bersifat hidrofilik dengan nilai HLB sebesar 15 yang akan menghasilkan sediaan

emulsi yang bertipe M/A.

Masing-masing formula sampo dilakukan uji sifat fisik yang meliputi

organoleptis, uji viskositas, dan uji pengukuran tinggi busa. Dan dilakukan uji

sifat kimia yaitu uji pH, serta dilakukan uji iritasi dan uji kesukaan. Setelah

dilakukan uji sifat fisik dan uji sifat kimia, dapat ditentukan jenis surfaktan yang

paling stabil untuk pembuatan sampo ekstrak etanol daun seledri. Data yang

diperoleh kemudian dilakukan analisis dengan pendekatan secara teoritis dan

pendekatan statistik dengan menggunakan one-way ANOVA.


perpustakaan.uns.ac.id 20
digilib.uns.ac.id

D. Hipotesis

1. Penggunaan Tween 80, Span 80 serta kombinasi Tween 80 dan Span 80

sebagai surfaktan dalam pembuatan sampo ekstrak etanol daun seledri (Apium

graveolens L.) diduga berpengaruh terhadap kestabilan sifat fisik sampo yaitu

organoleptis, viskositas dan tinggi busa serta berpengaruh terhadap sifat

kimia sampo yaitu derajat keasaman (pH).

2. Jenis surfaktan dalam pembuatan sampo ekstrak etanol daun seledri (Apium

graveolens L.) yang paling stabil adalah Tween 80 yang ditentukan dengan uji

sifat fisik meliputi organoleptis, viskositas, dan tinggi busa serta uji sifat

kimia berupa pH.

Anda mungkin juga menyukai