Anda di halaman 1dari 297

TESIS

EVALUASI PROGRAM PENANGGULANGAN COVID-19 DI


KOTA PALOPO TAHUN 2020

EVALUATION OF COVID-19 TREATMENT PROGRAMS IN


PALOPO CITY YEAR 2020

SRI HASTARI RAHAYU

K012191035

PROGRAM STUDI S2 KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2021
TESIS

EVALUASI PROGRAM PENANGGULANGAN COVID-19 DI


KOTA PALOPO TAHUN 2020

Disusun dan diajukan oleh

Sri Hastari Rahayu

K012191035

PROGRAM STUDI S2 KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2021

ii
LEMBAR PENGESAHAN

EVALUASI PROGRAM PENANGGULANGAN COVID-19 DI


KOTA PALOPO TAHUN 2020

Disusun dan diajukan oleh

SRI HASTARI RAHAYU


K012191035

Telah dipertahankan di hadapan Panitia ujian yang dibentuk dalam rangka


Penyelesaian Studi Program Magister Program Studi Kesehatan
Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Hasanuddin
pada tanggal 05 Februari 2021 dan dinyatakan telah memenuhi syarat
kelulusan.

Menyetujui,

Pembimbing Utama, Pembimbing Pendamping,

Prof. Dr. Darmawansyah, SE., M.Si Prof. Dr. H. Indar, SH., MPH.
NIP. 19640424 199103 1 002 NIP. 19531110 198601 1 001

Dekan Fakultas, Ketua Program Studi,

Dr. Aminuddin Syam, SKM.,Mkes.,M.Med.Ed Prof. Dr. Masni, Apt.,MSPH


NIP. 19670617 199903 1 001 NIP. 19590605 198601 2 001

iii
PERNYATAAN KEASLIAN

Yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama : Sri Hastari Rahayu


NIM : K012191035
Program studi : Kesehatan Masyarakat
Jenjang : S2

Menyatakan dengan ini bahwa karya tulisan saya berjudul :

Evaluasi Program Penanggulangan Covid-19 di Kota Palopo Tahun


2020

adalah karya tulisan saya sendiri dan bukan merupakan pengambilan


alihan tulisan orang lain bahwa Tesis yang saya tulis ini benar-benar
merupakan hasil karya saya sendiri.

Apabila di kemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan bahwa sebagian


atau keseluruhan tesis ini hasil karya orang lain, maka saya bersedia
menerima sanksi atas perbuatan tersebut.

Makassar, 05 Februari 2021

Yang menyatakan
Materai
6000

Sri Hastari Rahayu

iv
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh,

Alhamdulillahi rabbil aalamiin, “segala puji bagi Allah, Tuhan semesta

alam”.

Puji dan syukur kehadirat Allah Swt atas segala rahmat dan karunia-

Nya, nikmat iman, kesehatan dan kekuatan yang tiada henti diberikan

kepada hamba-Nya sehingga dapat menyelesaikan penulisan tesis ini.

Salam dan salawat kepada junjungan kita, Rasulullah Muhammad Saw,

Hamba Allah yang paling sempurna dan semoga kita senantiasa

mengikuti jalan beliau. Perkenankan pula penulis menyampaikan rasa

terima kasih dan penghargaan sebesar-besarnya kepada Bapak Prof. Dr.

Darmawansyah, SE., M.Si selaku Pembimbing Utama dan Bapak Prof. Dr.

H. Indar, SH., MPH. selaku Pembimbing Pendamping, yang tidak pernah

lelah ditengah kesibukannya dengan penuh kesabaran memberikan

arahan, perhatian, motivasi, masukan dan dukungan moril yang sangat

bermanfaat bagi penyempurnaan penyusunan dan penulisan tesis ini.

Rasa hormat dan terima kasih penulis sampaikan pula kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Amran Razak, SE, M.Sc, Ibu Dr. Apik Indarty

Moedjiono, SKM.,M.Si, dan Ibu Dr. Vonni Polopadang, SKM.,M.Kes

yang telah banyak memberikan masukan serta arahan dalam

penyempurnaan penyusunan dan penulisan tesis ini.

v
2. Ibu Prof. Dr. Dwia Aries Tina Palubuhu, M.A selaku Rektor Universitas

Hasanuddin, Bapak Prof. Dr. Ir. Jamaluddin Jompa, M.Sc selaku

Direktur Program Pascasarjana Universitas Hasanuddin, Bapak Dr.

Aminuddin Syam, S.K.M.,Mkes.,M.Med.Ed selaku Dekan Fakultas

Kesehatan Masyarakat Universitas Hasanuddin, Ibu Prof. Dr. Masni,

Apt.,MSPH selaku Ketua Program Studi Kesehatan Masyarakat

Program Pascasarjana Universitas Hasanuddin, beserta seluruh tim

pengajar pada Konsentrasi Administrasi Kebijakan Kesehatan yang

telah memberikan ilmu dan bimbingan selama penulis mengikuti

pendidikan.

3. Walikota Palopo serta para Satuan Gugus Tugas Percepatan

Penanganan Corona Virus Disease di Kota Palopo yang telah banyak

membantu dalam pelaksanaan penelitian ini.

4. Bapak/ibu/saudara(i) yang bertindak sebagai peer support maupun

informan yang telah meluangkan waktunya untuk membantu dan

mengikuti penelitian ini serta dukungan, motivasi dan doanya.

5. Teman-teman seperahu seperjuangan yang senantiasa memberikan

semangat, motivasi, kerjasama, kebersamaan, keceriaan, dan

kenangan indah selama pendidikan dan dalam penyusunan tesis ini.

Teristimewa tesis ini ananda persembahkan kepada kedua orang

tuaku yang terkasih dan tersayang Ayahanda Aiptu Jamaluddin dan

Ibunda Nurhaedah.,S.Pd atas segala doa, dukungan, dan semangat yang

tak ternilai. Penulis sadar bahwa tesis ini masih jauh dari kesempurnaan,

vi
oleh karena itu, besar harapan penulis kepada pembaca atas

kontribusinya baik berupa saran dan kritik yang sifatnya membangun demi

kesempurnaan tesis ini. Akhirnya semoga Allah SWT senantiasa

melimpahkan rahmatNya kepada kita semua dan apa yang disajikan

dalam tesis ini dapat bermanfaat bagi kita semua, Aamiin.

Makassar, 05 Februari 2021

Sri Hastari Rahayu

vii
ABSTRAK
SRI HASTARI RAHAYU. Evaluasi Program Penanggulangan Covid-19 di
Kota Palopo Tahun 2020 (dibimbing oleh Darmawansyah dan Indar).
Jumlah Kasus Covid-19 Di Provinsi Sul-Sel per 1 Agustus 2020 dari 24
kabupaten/Kota, kota palopo tercatat di urutan 16 dengan jumlah kasus
terkonfirmasi positif sebanyak 58 kasus. Kasus Covid-19 Tergolong
Rendah, tetapi kota Palopo ditetapkan masuk zona merah dikarenakan
memiliki CFR sebesar 5,7 persen sementara yang ditetapkan Nasional
harusnya 4,8 persen. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengevaluasi
program penangulangan Covid-19 di Kota Palopo melalui tiga pertanyaan
utama yaitu Kriteria Epidemiologi, Kriteria Sistem kesehatan dan Kriteria
Surveilans Kesehatan Masyarakat.
Jenis penelitian yang digunakan yaitu penelitian kualitatif dengan
pendekatan studi kasus instrumental. Informan sebanyak 8 orang yang
dibagi menjadi 2 yaitu informan kunci sebanyak 6 orang dan 2 informan
tambahan. Teknik pengumpulan data menggunakan teknik wawancara
mendalam, teknik observasi dan teknik dokumentasi. Kebasahan data
menggunakan triangulasi yaitu triangulasi sumber data, triangulasi teori,
dan triangulasi metode.
Hasil penelitian penanggulangan Covid-19 di Kota Palopo berdasarkan
kriteria epidemiologi, kriteria sistem kesehatan dan kriteria surveilans
kesehatan masyarakat, terdapat 24 indikator yang dapat dievaluasi
dimana pada kriteria epidemiologi menunjukkan terdapat 5 indikator yang
tidak terpenuhi sesuai kriteria, sementara pada kriteria sistem pelayanan
kesehatan menunjukkan terdapat 1 indikator yang tidak terpenuhi dan
pada kriteria sistem surveilans kesehatan masyarakat menunjukkan
terdapat 2 indikator yang tidak terpenuhi. Diharapkan pemerintah
mengeluarkan peraturan berupa sanksi bagi para kontak erat pasien
Covid-19 yang menolak untuk dilakukan pengambilan spesimen,
diharapkan seluruh fasyankes tetap melakukan skrining di setiap pintu
masuk untuk mencegah adanya infeksi di fasyankes, diharapkan pula
sistem surveilans tetap diterapkan dan diperkuat di fasilitas tertutup dan
kelompok rentan serta pemerintah membentuk tim khusus untuk
memberikan edukasi terus menerus kepada masyarakat mengenai covid-
19.

Kata Kunci: Evaluasi, Penanggulangan, Epidemiologi, Sistem Kesehatan,


Surveilans Kesehatan Masyarakat

viii
ABSTRACT
SRI HASTARI RAHAYU. Evaluation of the Covid-19 Treatment Program
in Palopo City in 2020 (Supervisor by Darmawansyah and Indar)
Number of Covid-19 Cases in South Sulawesi Province as of August 1,
2020, from 24 districts/cities, Palopo city was listed in 16th place with 58
confirmed positive cases. Covid-19 cases are classified as low, but the city
of Palopo is designated into the red zone because it has a CFR of 5.7
percent, while the National set should be 4.8 percent. The purpose of this
study was to evaluate the Covid-19 prevention program in Palopo City
through three main questions, namely Epidemiological Criteria, Health
System Criteria, and Public Health Surveillance Criteria.
The type of research used is qualitative research with an instrumental
case study approach. There were 8 informants divided into 2, namely 6
key informants and 2 additional informants. Data collection techniques
using indepth interviews, observation techniques, and documentation
techniques. Data wetness uses triangulation, namely triangulation of data
sources, theory triangulation, and triangulation of methods.
The results of the Covid-19 response research in Palopo City based on
epidemiological criteria, health criteria and public health surveillance
criteria, there are 24 indicators that can be evaluated where the
epidemiological criteria show that there are 5 indicators that do not meet
the criteria, while the health service criteria show that there are 1
unfulfilled indicators and the criteria for public health surveillance indicate
that there are 2 indicators that are not met. It is hoped that the government
will issue a regulation in the form of sanctions for close contacts of Covid-
19 patients who refuse to take specimens, it is hoped that all health
facilities will continue to screen at the entrance to prevent infection at the
health facilities, it is also hoped that the surveillance system will continue
to be applied and implemented in closed facilities and vulnerable groups
and the government formed a special team to provide continuous
education to the public about covid-19.

Keywords : Evaluation, Prevention, Epidemiology, Health Systems,


Public Health Surveillance

ix
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL............................................................................... ii
LEMBAR PENGESAHAN........................................................................ iii
PERNYATAAN KEASLIAN..................................................................... iv
KATA PENGANTAR................................................................................ v
ABSTRAK................................................................................................ viii
DAFTAR ISI.............................................................................................. x
DAFTAR TABEL ..................................................................................... xii
DAFTAR GAMBAR ................................................................................. xiii
DAFTAR ISTILAH DAN SINGKATAN.................................................... xiv
DAFTAR LAMPIRAN .............................................................................. xv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang......................................................................... 1
B. Rumusan Masalah .................................................................. 7
C. Tujuan Penelitian ..................................................................... 8
D. Manfaat Penelitian ................................................................... 8
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Umum tentang Evaluasi Program............................. 10
B. Tinjauan Umum tentang Tentang Penanggulangan Wabah
Penyakit Menular Berdasarkan Peraturan Pemerintah
Republik Indonesia Nomor 40 Tahun 1991............................. 20
C. Tinjauan Umum tentang Covid-19........................................... 23
D. Pedoman Pencegahan Dan Pengendalian Coronavirus
Disease (Covid-19) Revisi Ke-5 Kementerian Kesehatan
Republik Indonesia................................................................... 33
E. Peraturan Walikota Palopo Nomor 10 Tahun 2020 Tentang
Pedoman Pelaksanaan Tatanan Kebiasaan Baru pada Kondisi
Pandemi Corona Virus Disease 2019 di Kota Palopo............. 42
F. Tabel Sintesa........................................................................... 47

x
G. Kerangka Teori......................................................................... 53
H. Kerangka Konsetual................................................................. 53
I. Defenisi Konseptual................................................................. 54
J. Alur Penelitian.......................................................................... 58
BAB III METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian........................................................................ 59
B. Lokasi dan Waktu Penelitian.................................................... 59
C. Informan Penelitian.................................................................. 60
D. Instrumen Penelitian................................................................. 61
E. Teknik Pengumpulan Data....................................................... 61
F. Sumber Data............................................................................ 63
G. Analisis Data............................................................................ 63
H. Keabsahan Data....................................................................... 64
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian........................................ 67
B. Hasil Penelitian......................................................................... 72
C. Pembahasan............................................................................
............................................................................................132
D. Keterbatasan Penelitian...........................................................
............................................................................................180
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan...............................................................................
............................................................................................182
B. Saran........................................................................................
............................................................................................186
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................
............................................................................................................187
LAMPIRAN

xi
DAFTAR TABEL

Tabel 1 Sintesa Hasil Penelitian Yang Relevan....................................... 47


Tabel 2 Kriteria Epidemiologi.................................................................... 54
Tabel 3 Kriteria Sistem Pelayanan Kesehatan......................................... 55
Tabel 4 Kriteria Surveilans Kesehatan Masyarakat................................. 56
Tabel 5 Matriks 1 Karateristik Informan.................................................... 73

xii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Kerangka Teori Penelitian.................................................... 53


Gambar 2.2 Kerangka Konseptual........................................................... 53

xiii
DAFTAR ISTILAH DAN SINGKATAN

Istilah/Singkatan Kepanjangan/Pengertian
Asimtomatik Kasus konfirmasi tanpa gejala
CFR Case Fatality Rate adalah angka kematian yang
disebabkan oleh penyakit tertentu pada periode
waktu tertentu dibagi jumlah kasus dari penyakit
tersebut.
CKD Chronic Kidney Disease adalah penyakit ginjal
yang telah berlangsung lama sehingga
menyebabkan gagal ginjal.
Eksposur Risiko yang timbul dari sumber daya internal
atau berasal dari sumber daya eksternal
Immunocompromise Kondisi dimana orang tidak memiliki sistem imun
d yang baik, sehingga rentan terkena virus
Longitudinal Metode penelitian yang didasarkan pada masa
tertentu yang relative lama untuk mengetahui
karakter tertentu
Merestrukturisasi Penataan kembali
Onset Serangan atau permulaan
Prognosis Istilah kedokteran yang mengaju kepada prediksi
menganai perkembangan suatu penyakit
RT-PCR Reserve-transcriptase Polymerase Chain
Reaction adalah teknik pemeriksaan virus RNA
dengan mengubahnya dulu menjadi DNA dan
mendeteksinya dengan PCR.
SARSCov-2 Severe Acute Respiratori Sydrome adalah
infeksi saluran pernafasan berat disertai dengan
gejala saluran pencernaan akibat Coronavirus.
SARS Severe Acute Respiratori Sydrome adalah
infeksi saluran pernafasan berat disertai dengan
gejala saluran pencernaan.
Simtomatik Kasus probable atau konfirmasi yang bergejala
Telemedicine Pemakaian telekomunikasi untuk memberikan

xiv
informasi dan pelayanan medis jarak jauh
Triase klinis Proses penentuan atau seleksi pasien yang
diprioritaskan untuk mendapat penanganan
terlebih dahulu
Troponin Molekul protein yang dilepaskan ke aliran darah
ketika otot jantung rusak akibat serangan
jantung atau penyakit jantung serius

DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN 1 Lembaran Penjelasan untuk Informan


LAMPIRAN 2 Formulir Persetujuan
LAMPIRAN 3 Pedoman Wawancara
LAMPIRAN 4 Lembar Observasi
LAMPIRAN 5 Telaah Dokumen
LAMPIRAN 6 Matriks Wawancara
LAMPIRAN 7 SK Pembimbing
LAMPIRAN 8 SK Penguji
LAMPIRAN 9 Surat Pengambilan Data Awal
LAMPIRAN 10 Surat Izin Penelitian
LAMPIRAN 11 Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian
LAMPIRAN 12 SK Komite/Tim/Koordinator PPI di Salah Satu Rumah
Sakit di Kota Palopo
LAMPIRAN 13 Pelaporan Harian Perkembangan Situasi Covid-19 di
Kota Palopo
LAMPIRAN 14 Sistem Informasi dan Manajemen Data Pengelolaan
Pelacakan Kontak dan Data Mengenai Covid-19 di
Kota Palopo
LAMPIRAN 15 Data Rekapitulasi Covid-19 di Kota Palopo Tahun
2020
LAMPIRAN 16 Data Angka Kematian Akibat Penyakit Selain Covid-
19 di Rumah Sakit

xv
LAMPIRAN 17 Data Angka Kematian Karena Pneumonia pada
Setiap Kelompok Usia
LAMPIRAN 18 Dokumentasi
LAMPIRAN 19 Daftar Riwayat Hidup

xvi
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Suatu bentuk pneumonia yang tidak diketahui pertama kali terdeteksi

di Wuhan, ibu kota Provinsi Hubei, China, dan melaporkan ke kantor

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) di Wuhan pada 31 Desember 2019.

WHO mendeklarasikan "Darurat Kesehatan Masyarakat dan Keprihatinan

Internasional" pada 30 Januari 2020, dan memberi nama Covid-19 pada

penyakit coronavirus baru pada 11 Februari 2020. Pada 26 Februari 2020,

penyakit ini telah terdeteksi di semua benua, kecuali Antartika.

Pembaruan tentang penyakit ini telah menjadi berita utama di seluruh

dunia setiap hari sepanjang tahun 2020 (McAleer, 2020).

Dengan belum tersedianya vaksin, intervensi non-farmasi menjadi

harapan dalam upaya negara untuk mencegah infeksi baru. Penerapan

Intervensi kesehatan masyarakat yang klasik untuk memperlambat

transmisi dan menghindari pelonggaran sistem kesehatan. Isolasi,

karantina, menjaga jarak sosial, dan penahanan komunitas sedang

dilaksanakan dengan cepat (Cohen & Kupferschmidt, 2020). Tindakan ini

telah terbukti berhasil memperlambat transmisi seperti terlihat pada Cina

dan Korea Selatan, telah menyebabkan penahanan dari virus (Baye,

2020; Maier & Brockmann, 2020)


2

Covid-19 yang sekarang menyebar dari Cina ke 26 negara-negara di

seluruh dunia sepertinya tidak mematikan seperti virus corona lain

termasuk SARS (Severe Acute Respiratory Syndrome) dan MERS (Middle

East Respirtory Syndrome). Organisasi Kesehatan Dunia mengatakan

pada briefing 17 Februari, Direktur Utama WHO, Tedros Adhanom

Ghebreyesus mengatakan bahwa lebih dari 80% pasien covid-19 memiliki

penyakit ringan dan akan sembuh dan ada sebesar 2% kasus fatal yang

dilaporkan. Sebagai perbandingan, tahun 2003 wabah SARS memiliki

angka kematian sekitar 10% (8098 kasus dan 774 kematian), sementara

MERS membunuh 34% orang dengan penyakit antara tahun 2012 dan

2019 (2494 kasus dan 858 kematian) (Mahase, 2020).

Namun, meskipun angka kematian lebih rendah, sejauh ini covid-19

menunjukkan lebih banyak kematian (1871) dari gabungan SARS dan

MERS (1632). Informasi terbaru dari Komisi Kesehatan Nasional China

mengatakan bahwa pada 17 Februari sebanyak 72.436 kasus infeksi yang

terkonfirmasi dan 1.868 kematian di negara tersebut. Lebih dari 12.500

pasien sembuh dan dipulangkan dari rumah sakit, sementara itu, sekitar

58.000 pasien terkonfirmasi (termasuk 11741 dalam kondisi serius) dan

6.242 dengan dugaan kasus yang masih ada (Mahase, 2020).

Pandemi virus corona 2019-2020 dilaporkan telah menyebar ke

Indonesia pada 2 Maret 2020. COVID-19 menyebar ke Indonesia ketika

seorang instruktur tari dan ibunya terinfeksi dari warga negara Jepang

(Ratcliffe, 2020). Pada 9 April, pandemi telah menyebar ke semua provinsi


3

di Indonesia setelahnya gorontalo mengkonfirmasi kasus pertamanya,

dengan Jakarta, Jawa Barat, dan Jawa Timur menjadi provinsi yang paling

parah. Sejauh ini, per tanggal 16 April 2020 Indonesia telah mencatat 496

kematian, lebih banyak daripada negara Asia Tenggara lainnya. Angka

kematian juga menjadi salah satu negara yang tertinggi di dunia (Barker,

2020; Setiawan, 2020)

Berkaitan dengan kebijakan penanggulangan wabah penyakit menular,

Indonesia telah memiliki Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1984 tentang

Wabah Penyakit Menular, Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun 1991

tentang Penangulangan Wabah Penyakit Menular, dan Peraturan Menteri

Kesehatan Nomor 1501/Menkes/Per/X/2010 tentang Jenis Penyakit

Menular Tertentu Yang Dapat Menimbulkan Wabah dan Upaya

Penanggulangan. Untuk itu dalam rangka upaya penanggulangan dini

wabah Covid-19, Menteri Kesehatan telah mengeluarkan Keputusan

Menteri Kesehatan Nomor HK.01.07/MENKES/104/2020 tentang

Penetapan Infeksi Novel Coronavirus (Infeksi 2019-nCoV) sebagai Jenis

Penyakit Yang Dapat Menimbulkan Wabah dan Upaya

Penanggulangannya (Kementerian Kesehatan Republik Indonesia,

2020a).

Penetapan didasari oleh pertimbangan bahwa Infeksi Novel

Coronavirus (Infeksi 2019-nCoV) telah dinyatakan WHO sebagai

Kedaruratan Kesehatan Masyarakat yang Meresahkan Dunia

(KKMMD)/Public Health Emergency of International Concern (PHEIC).


4

Selain itu meluasnya penyebaran Covid-19 ke berbagai negara dengan

risiko penyebaran ke Indonesia terkait dengan mobilitas penduduk,

memerlukan upaya penanggulangan terhadap penyakit tersebut

(Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2020a).

Peningkatan jumlah kasus berlangsung cukup cepat, dan menyebar ke

berbagai negara dalam waktu singkat. Sampai dengan tanggal 9 Juli

2020, WHO melaporkan 11.84.226 kasus konfirmasi dengan 545.481

kematian di seluruh dunia (Case Fatality Rate/CFR 4,6%). Kasus

meningkat dan menyebar dengan cepat di seluruh wilayah Indonesia.

Sampai dengan tanggal 9 Juli 2020 Kementerian Kesehatan melaporkan

70.736 kasus konfirmasi COVID-19 dengan 3.417 kasus meninggal (CFR

4,8%) (Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2020a).

Berdasarkan panduan WHO, terdapat 4 skenario transmisi pada

pandemi COVID-19 yaitu, wilayah yang belum ada kasus (No Cases),

wilayah dengan satu atau lebih kasus, baik kasus import ataupun lokal,

bersifat sporadik dan belum terbentuk klaster (Sporadic Cases), wilayah

yang memiliki kasus klaster dalam waktu, lokasi geografis, maupun

paparan umum (Clusters of Cases) dan wilayah yang memiliki transmisi

komunitas (Community Transmission). Setiap provinsi dan kabupaten/kota

harus dapat memetakan skenario transmisi di wilayahnya. Suatu wilayah

dapat memiliki lebih dari 1 skenario transmisi pada wilayah yang lebih

kecil, misalnya beberapa kabupaten/kota di suatu provinsi atau beberapa

kecamatan di suatu kabupaten/kota. Inti utama dalam skenario


5

penanggulangan adalah sebanyak mungkin kasus berada pada klasternya

dan berhasil dilakukan penanggulangan (minimal 80%), setelah dilakukan

penanggulangan terjadi penurunan jumlah kasus minimal 50% dari

puncak tertinggi selama minimal 2 minggu dan terus turun 3 minggu

selanjutnya (Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2020a).

Sulawesi Selatan pada awal bulan juli melaporkan sebanyak enam

wilayah kabupaten kota yang telah masuk ke zona hijau yakni, Kota

Palopo, Kabupaten Bantaeng, Kabupaten Barru, Kabupaten Tana Toraja,

Kabupaten Toraja Utara, dan Kabupaten Wajo (Ariefana, 2020). Kota

Palopo tercatat masih berada di zona hijau pada awal bulan juli. Bahkan

per tanggal 30 Mei sampai per 17 juni 2020, kota Palopo tidak mencatat

adanya penambahan kasus terkonfirmasi positif covid-19 (Dinas

Kesehatan Kota Palopo, 2020b).

Per 28 Juli 2020, kota Palopo di Sulawesi Selatan ditetapkan sebagai

zona merah penyebaran covid-19 bersama 52 kabupaten/kota se

Indonesia oleh Satuan Tugas Penanganan Covid-19 tingkat Nasional

(Redaksi, 2020). Jumlah Kasus Covid-19 Di Provinsi Sul-Sel per 1

Agustus 2020 dari 24 kabupaten/Kota, kota palopo tercatat di urutan 16

dengan jumlah kasus terkonfirmasi positif sebanyak 58 kasus. Kasus

Covid-19 Tergolong Rendah, tetapi kota Palopo Ditetapkan Masuk Zona

Merah dikarenakan memiliki CFR sebesar 5,7 persen, sementara yang di

tetapkan Nasional harusnya 4,8 persen (Dinas Kesehatan Kota Palopo,

2020a).
6

Hal ini memerlukan strategi penanggulangan sesuai dengan transmisi

yang terjadi baik di tingkat nasional maupun provinsi, dengan tujuan

memperlambat dan menghentikan laju transmisi/penularan, dan menunda

penyebaran penularan, menyediakan pelayanan kesehatan yang optimal

untuk pasien, terutama kasus kritis, meminimalkan dampak dari pandemi

COVID-19 terhadap sistem kesehatan, pelayanan sosial, kegiatan di

bidang ekonomi, dan kegiatan sektor lainnya (Kementerian Kesehatan

Republik Indonesia, 2020a).

Berdasarkan hasil wawancara dengan Kepada Bidang P2P Dinas

Kesehatan Kota Palopo mengemukakan bahwa program-program

penanggulangan Covid-19 yang dilaksanakan berpedoman pada

Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Covid-19 Revisi Ke-5 oleh

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia dimana pelaksanaanya juga

dilaksanakan berdasarkan Peraturan Walikota Palopo Nomor 10 Tahun

2020 tentang Pedoman Pelaksanaan Tatanan Kebiasan Baru pada

Kondisi Corona Virus Disease 2019 di Kota Palopo.

Dengan adanya penambahan kasus dalam rentang waktu yang dekat

pada pertengahan bulan juli ke awal agustus 2020 di kota Palopo, maka

diperlukan adanya evaluasi dalam pelaksanaan program-program

penanggulangannya agar dapat diketahui tingkat kemajuan program,

tingkat pencapaian berdasarkan tujuan dan hal-hal apa saja yang perlu

dilakukan di masa mendatang.


7

Kriteria yang perlu dievaluasi untuk menilai keberhasilan

penanggulangan dikelompokkan menjadi tiga domain melalui tiga

pertanyaan utama yaitu Kriteria Epidemiologi, Kriteria Sistem kesehatan

dan Kriteria Surveilans Kesehatan Masyarakat. Ambang batas yang

ditentukan sebagai indikasi untuk menilai keberhasilan penanggulangan

dapat digunakan jika tersedia informasi epidemiologi COVID-19. Dari 3

kriteria tersebut, terdapat 24 indikator yang dapat dievaluasi untuk

melakukan penyesuaian. Keberhasilan pencapaian indikator dapat

mengarahkan suatu wilayah untuk melakukan persiapan menuju tatanan

normal baru produktif dan aman dengan mengadopsi adaptasi kebiasaan

baru (Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2020a).

Atas dasar tersebut maka peneliti tertarik untuk meneliti mengenai

Evaluasi Program Penanggulangan Covid-19 di Kota Palopo.

Penyusunannya menghasilkan pertanyaan-pertanyaan yang didasarkan

pada strategi dan indikator penanggulangan pandemi oleh Kementerian

Kesehatan Republik Indonesia pada pedoman pencegahan dan

pengendalian Covid-19 oleh Kementerian Kesehatan Republik Indonesia

Revisi ke-5.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang di paparkan maka yang menjadi

rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana Kriteria Epidemiologi pada program penanggulangan

Covid-19 di Kota Palopo?


8

2. Bagaimana Kriteria Sistem Kesehatan pada program penanggulangan

Covid-19 di Kota Palopo?

3. Bagaimana Kriteria Surveilans Kesehatan Masyarakat pada program

penanggulangan Covid-19 di Kota Palopo?

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Melakukan Evaluasi Program Penanggulangan Covid-19 di Kota

Palopo untuk untuk memantau kemajuan program selama program

berlangsung, untuk memberikan balikan (feedback) bagi perbaikan dan

penyempurnaan program, sehingga pelaksanaan dan hasil atau

dampak yang ditimbulkan menjadi lebih baik.

2. Tujuan Khusus

a. Untuk menganalisis Kriteria Epidemiologi pada program

penanggulangan Covid-19 di Kota Palopo.

b. Untuk menganalisis Kriteria Sistem Kesehatan pada program

penanggulangan Covid-19 di Kota Palopo.

c. Untuk menganalisis Kriteria Surveilans Kesehatan Masyarakat

pada program penanggulangan Covid-19 di Kota Palopo.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Ilmiah

Memperlambat dan menghentikan laju transmisi/penularan, dan

menunda penyebaran penularan, menyediakan pelayanan kesehatan

yang optimal untuk pasien, terutama kasus kritis dan meminimalkan


9

dampak dari pandemi COVID-19 terhadap sistem kesehatan,

pelayanan sosial, kegiatan di bidang ekonomi, dan kegiatan sektor

lainnya.

2. Manfaat bagi institusi

Sebagai bahan masukan bagi setiap pemangku kepentingan dalam

hal ini pemerintah kota dalam menjalankan program penanggulangan

Covid-19 di kota Palopo.

3. Manfaat Bagi Peneliti

Penelitian ini merupakan proses belajar dan menambah

pengalaman serta kemampuan untuk mengaplikasikan ilmu

pengetahuan yang telah diperoleh saat perkuliahan.


10

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Umum tentang Evaluasi Program

1. Pengertian Evaluasi

Secara harfiah asal kata evaluasi yaitu to evaluate dengan awalan

(prefix) e- dan akhiran (suffix) –tion. Evaluasi memiliki arti menilai atau

memberi nilai. Evaluasi merupakan bagian integral dari proses

manajemen promosi kesehatan (Notoatmodjo, 2010). Evaluasi

merupakan kegiatan penilaian dengan membandingkan antara hasil

pencapaian program dengan tujuan yang telah ditetapkan

(Notoatmodjo, 2011).

Sedangkan menurut Wirawan (2012:7) evaluasi adalah: “Riset

untuk mengumpulkan, menganalisis, dan menyajikan informasi yang

bermanfaat mengenai objek evaluasi, selanjutnya menilainya dan

membandingkannya dengan indikator evaluasi dan hasilnya

dipergunakan untuk mengambil keputusan mengenai objek evaluasi

tersebut” (Wirawan, 2012).

Evaluasi dapat diartikan sebagai sebuah tahapan penilaian yang

ditujukan kepada objek evaluasi, untuk mengetahui keadaan suatu

objek dengan menggunakan instrumen dan hasilnya dideskripsikan


11

dalam bentuk informasi (Amantha, 2013). Evaluasi merupakan bagian

dari sistem manajemen yaitu perencanaan, organisasi, pelaksanaan,


12

monitoring dan evaluasi. Tanpa evaluasi, maka tidak akan diketahui

bagaimana kondisi objek evaluasi tersebut dalam rancangan,

pelaksanaan serta hasilnya (Setiawati, 2015).

Pemahaman mengenai pengertian evaluasi dapat berbeda-beda

sesuai dengan pengertian evaluasi yang bervariatif oleh para pakar

evaluasi. Menurut Stufflebeam dalam Lababa (2008), evaluasi adalah

“the process of delineating, obtaining, and providing useful information

for judging decision alternatives," Artinya evaluasi merupakan proses

menggambarkan, memperoleh, dan menyajikan informasi yang

berguna untuk merumuskan suatu alternatif keputusan. Masih dalam

Lababa (2008), Worthen dan Sanders mendefenisikan “evaluasi

sebagai usaha mencari sesuatu yang berharga (worth) (Setiawati,

2015).

Sesuatu yang berharga tersebut dapat berupa informasi tentang

suatu program, produksi serta alternatif prosedur tertentu”. Tague-

Sutclife (1996 : 1-3), mengartikan evaluasi sebagai "a systematic

process of determining the extent to which instructional objective are

achieved by pupils". Evaluasi bukan sekadar menilai suatu aktivitas

secara spontan dan insidental, melainkan merupakan kegiatan untuk

menilai sesuatu secara terencana, sistematik, dan terarah berdasarkan

tujuan yang jelas (Setiawati, 2015).

Dari pengertian-pengertian tentang evaluasi yang telah

dikemukakan beberapa ahli di atas, dapat ditarik benang merah


13

tentang evaluasi yakni evaluasi merupakan sebuah proses yang

dilakukan oleh seseorang untuk melihat sejauh mana keberhasilan

sebuah program. Keberhasilan program itu sendiri dapat dilihat dari

dampak atau hasil yang dicapai oleh program tersebut. (Sudharsono

dalam Lababa, 2008). Jadi evaluasi bukan merupakan hal baru dalam

kehidupan manusia sebab hal tersebut senantiasa mengiringi

kehidupan seseorang. Seorang manusia yang telah mengerjakan

suatu hal, pasti akan menilai apakah yang dilakukannya tersebut telah

sesuai dengan keinginannya semula (Setiawati, 2015).

2. Tujuan Evaluasi

Evaluasi dilaksanakan untuk mencapai berbagai tujuan sesuai

dengan obyek evaluasinya. Menurut Wirawan (2012: 22-23) ada

beberapa tujuan evaluasi di antaranya adalah (Wirawan, 2012) :

a. Mengukur pengaruh program terhadap masyarakat.

b. Menilai apakah program telah dilaksanakan sesuai rencana.

c. Mengukur apakah pelaksnaan program sesuai dengan standar.

d. Evaluasi program dapat mengidentifikasi dan menentukan

manadimensi program yang jalan, mana yang tidak berjalan.

e. Pengembangan staf program.

f. Memenuhi ketentuan undang-undang.

g. Akreditasi program.

h. Mengukur cost effectifenis dan cost efficiency.

i. Mengambil keputusan mengenai program.


14

j. Akuntabilias.

k. Memberikan balikan kepada pimpinan dan program.

l. Mengembangkan teori evaluasi dan riset evaluasi.

Setiap kegiatan yang dilaksanakan pasti mempunyai tujuan,

demikian juga dengan evaluasi. Menurut Arikunto (2002 : 13), ada dua

tujuan evaluasi yaitu tujuan umum dan tujuan khusus. Tujuan umum

diarahkan kepada program secara keseluruhan, sedangkan tujuan

khusus lebih difokuskan pada masing-masing komponen (Setiawati,

2015).

Menurut Crawford (2000 ; 30) dalam sutopo (2006), tujuan dan atau

fungsi evaluasi adalah (Sutopo, 2006):

a. Untuk mengetahui apakah tujuan-tujuan yang telah ditetapkan telah

tercapai dalam kegiatan.

b. Untuk memberikan objektivitas pengamatan terhadap prilaku hasil.

c. Untuk mengetahui kemampuan dan menentukan kelayakan.

d. Untuk memberikan umpan balik bagi kegiatan yang dilakukan.

Pada dasarnya tujuan akhir evaluasi adalah untuk memberikan

bahan-bahan pertimbangan untuk menentukan/membuat kebijakan

tertentu, yang diawali dengan suatu proses pengumpulan data

yang sistematis.

3. Evaluasi Program

Evaluasi program adalah langkah awal pengumpulan data yang

tepat agar dapat dilanjutkan dengan pemberian tindak lanjut yang tepat
15

pula. Evaluasi program sangat penting dan bermanfaat terutama bagi

para pengambil keputusan. Sedangkan evaluator adalah orang yang

melakukan evaluasi. Banyak ragam atau jenis evaluasi yang dipakai

sebagai strategi atau pedoman kerja pelaksanaan evaluasi program

(Amantha, 2013). Hamalik (2003:212) mengemukakan bahwa model

atau jenis evaluasi program tersebut adalah (Hamalik, 2003):

a. Evaluasi perencanaan dan pengembangan. Sasaran utamanya

adalah memberikan bantuan kepada penyusun program dengan

cara menyediakan informasi yang diperlukan dalam rangka

mendesain suatu program. Hasil evaluasi dapat digunakan untuk

meramalkan implementasi program dan kemungkinan tercapai

tidaknya program di kemudian hari.

b. Evaluasi monitoring dilakukan dengan tujuan untuk memeriksa

apakah program mencapai sasaran efektif. Apakah hal-hal dan

kegiatan yang telah didesain secara spesifik dalam program itu

terlaksana sebagaimana mestinya. Kenyataan tidak jarang program

justru tidak mencapai sasaran, karena apa yang telah didesain

dalam program tidak dapat dilaksanakan dengan berbagai alasan

seperti pengadaan personil, fasilitas, perlengkapan, biaya, dan

faktor-faktor penyebab lainnya.

c. Evaluasi dampak, bertujuan menilai seberapa jauh program dapat

memberikan pengaruh tertentu pada sasaran yang telah

ditetapkan, apakah program berdampak positif atau justru


16

sebaliknya. Dampak tersebut diukur berdasarkan kriteria-kriteria

keberhasilan, sehingga program tersebut perlu di spesifikasi agar

dapat diamati dan diukur setelah program itu dilaksanakan.

d. Evaluasi efisiensi, dimaksud untuk menilai berapa besar tingkat

efisiensi suatu program. Apakah program mampu memberikan

keuntungan memadai ditinjau dari segi biaya yang dikeluarkan,

tenaga yang digunakan dan waktu yang terpakai.

e. Evaluasi program komprehensip, yaitu dampak menyeluruh

terhadap program yang meliputi; implementasi program, dampak

atau pengaruh setelah program dilaksanakan dan tingkat efisiensi

program.

Terdapat beberapa model evaluasi lainnya yang populer

diantaranya menurut Tayibnapis (2008: 13-22) membedakan model

evaluasi program (Tayibnapis, 2008):

a. CIPP Evaluation Model, dikembangkan oleh stufflebeam, adalah

ahli yang mengusulkan pendekatan yang berorientasi kepada

pemegang keputusan. Ia merumuskan evaluasi sebagai “suatu

proses menggambarkan, memperoleh dan menyediakan informasi

yang berguna untuk menilai alternatif keputusan”.

b. Evaluasi model UCLA, dikembangkan oleh Alkin. Alkin

mendefinisikan evaluasi sebagai suatu proses meyakinkan

keputusan, memilih informasi yang tepat, mengumpulkan, dan

menganalisis informasi sehingga dapat melaporkan ringkasan data


17

yang berguna bagi pembuat keputusan an memilih beberapa

alternatif.

c. Model Brinkerhoff, mengemukakan tiga golongan evaluasi yang

disusun berdasarkan penggabungan elemen-elemen yang sama,

seperti evaluator-evaluator lain, diantaranya 1). Fixed vs emergent

evaluator design. 2). Formatif vs sumatif evaluation, 3).

Experimental and quasi experimental design vs natural/unobtrusive

inquiry.

d. Model Stake atau Countenance, penekanan yang umum atau hal

yang penting dalam model ini ialah bahwa evaluator yang membuat

penilaian tentang program yang dievaluasi. Stake mengatakan

bahwa description di suatu pihak berbeda dengan judgment atau

menilai.

Selanjutnya Wirawan (2012:17) mengelompokkan evaluasi

program menjadi 3 bagian yang berbeda yaitu (Wirawan, 2012):

a. Evaluasi Proses (process evaluation) yaitu meneliti dan menilai

apakah intervensi atau layanan program telah dilaksanakan seperti

yang direncanakan, dan apakah target populasi yang direncanakan

telah dilayani.

b. Evaluasi manfaat (outcome evaluation) meneliti, menilai, dan

menentukan apakah program telah menghasilkan perubahan yang

diharapkan.
18

c. Evaluasi akibat (impact evaluation) dimana melihat perbedaan yang

ditimbulkan sebelum dan setelah adanya program tersebut.

Menurut fungsinya, evaluasi program dapat dibagi menjadi tiga

jenis, yaitu evaluasi formatif, evaluasi sumatif, dan evaluasi diagnostik

(Arifin, 2019).

a. Evaluasi Formatif.

Evaluasi formatif dimaksudkan untuk memantau kemajuan

program selama program berlangsung, untuk memberikan balikan

(feedback) bagi perbaikan dan penyempurnaan program, sehingga

pelaksanaan dan hasil atau dampak yang ditimbulkan menjadi lebih

baik. Teknik dan instrument evaluasi yang digunakan sangat

bervariasi bergantung dengan karakteristik materi program yang

akan dinilai. Tujuan utama evaluasi formatif adalah untuk

memperbaiki bagian atau komponen program yang dianggap

kurang baik, bukan untuk menentukan tingkat keberhasilan

program. Evaluasi formatif sesungguhnya merupakan evaluasi

acuan patokan. Jika hasil evaluasi formatif tidak digunakan untuk

kepentingan perbaikan program, berarti tidak termasuk evaluasi

formatif.

Hasil evaluasi formatif sangat bermanfaat bagi pengembang

program yaitu:

1) Untuk mengetahui hingga mana materi program dapat

dilaksanakan sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan,


19

sehingga dapat diambil keputusan, apakah suatu materi

program itu perlu diulang atau tidak. Jika harus diulang, strategi

apa yang akan ditempuh dan bagaimana prosedurnya.

2) Untuk memprediksi hasil evaluasi sumatif. Evaluasi formatif

merupakan evaluasi dari kesatuan-kesatuan unit program,

sedangkan evaluasi sumatif merupakan evaluasi dari

keseluruhan program yang sudah disampaikan. Dengan

demikian, beberapa hasil evaluasi formatif dapat dipergunakan

sebagai bahan untuk memprediksi evaluasi sumatif.

3) Hasil evaluasi formatif dapat langsung dimanfaatkan sebagai

balikan yang sangat berguna bagi pengembang program,

sehingga dapat diketahui bagian-bagian mana dari materi

program yang harus diperbaiki dan bagian-bagian mana yang

dapat dilanjutkan.

b. Evaluasi Sumatif.

Istilah “sumatif” berasal dari kata “sun” yang berarti “total

obtained by adding together items, numbers or amounts.” Evaluasi

sumatif berarti evaluasi yang dilakukan jika seluruh program telah

selesai dilaksanakan. Tujuan evaluasi sumatif adalah untuk

menentukan tingkat keberhasilan program secara keseluruhan.

Hasil evaluasi sumatif juga dapat dimanfaatkan untuk perbaikan

program secara keseluruhan. Adapun fungsi utama evaluasi

sumatif adalah:
20

1) Untuk menentukan tingkat keberhasilan program selama

periode waktu tertentu, dan

2) Untuk memprediksi berhasil tidaknya program pada waktu

berikutnya dengan kondisi yang sama.

Agar fungsi perdiksi ini dapat berjalan dengan baik, maka para

pengembang program perlu memperhatikan hal-hal berikut:

1) Program berikutnya harus mempunyai hubungan dengan

program yang sudah ditempuhnya.

2) Program berikutnya memiliki karakteristik yang sama dengan

program sebelumnya.

3) Hasil evaluasi sumatif dapat digunakan untuk menentukan

program berikutnya.

4) Hasil evaluasi sumatif dapat digunakan untuk menyempurnakan

program, seperti merumuskan kembali tujuan program,

menyusun atau menata ruang lingkup materi program, metode

dan prosedur, media dan sumber, partisipan, waktu dan biaya,

dan sebagainya.

c. Evaluasi Diagnostik.

Evaluasi diagnostik dimaksudkan untuk mengetahui kesulitan

atau kelemahan program berdasarkan hasil evaluasi formatif

sebelumnya. Evaluasi diagnostik memerlukan analisis terhadap

satu atau beberapa bidang program yang diperkirakan merupakan

kesulitan bagi pelaksana program di lapangan. Analisis tersebut


21

difokuskan pada kesulitan atau kelemahan program. Evaluasi

diagnostik biasanya dilaksanakan sebelum suatu unit program

dimulai. Tujuannya adalah untuk menjajaki tingkat penguasaan

pelaksana program dalam melaksanakan suatu program.

B. Tinjauan Umum tentang Tentang Penanggulangan Wabah

Penyakit Menular Berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik

Indonesia Nomor 40 Tahun 1991.

Dalam rangka pelaksanaan Undang-undang tentang Wabah Penyakit

Menular yang telah diundangkan melalui Undang-undang Nomor 4 Tahun

1984, perlu diatur lebih lanjut berbagai ketentuan pelaksanaannya melalui

Peraturan Pemerintah. Pokok-pokok materi yang perlu diatur menyangkut

penetapan dan pencabutan daerah tertentu sebagai daerah wabah, tata

cara penanggulangan, upaya-upaya penanggulangan, peran serta

masyarakat, penghargaan bagi pihak-pihak yang membantu

penanggulangan wabah maupun hal teknis lainnya yang secara

keseluruhan dicakup dalam satu Peraturan Pemerintah tentang

Penanggulangan Wabah Penyakit Menular.

Penanggulangan wabah penyakit menular merupakan bagian dari

pelaksanaan pembangunan kesehatan. Dalam upaya penanggulangan

wabah penyakit menular, harus dilakukan secara terpadu dengan upaya

kesehatan lain, yaitu upaya pencegahan, penyembuhan dan pemulihan

kesehatan. Oleh karena itu penanggulangannya harus dilakukan secara

dini. Penanggulangan secara dini dimaksudkan untuk mencegah


22

timbulnya kejadian luar biasa dari suatu penyakit wabah yang dapat

menjurus terjadinya wabah yang dapat mengakibatkan malapetaka.

Hal ini disebabkan karena wabah penyebarannya dapat berlangsung

secara cepat, baik melalui perpindahan, maupun kontak hubungan

langsung atau karena jenis dan sifat dari kuman penyebab penyakit

wabah itu sendiri. Fakta lain yang dapat menimbulkan wabah penyakit

menular, dapat disebabkan karena kondisi masyarakat dari satu wilayah

tertentu kurang mendukung antara lain kesehatan lingkungan yang kurang

baik atau gizi masyarakat yang belum baik.

Penanggulangan wabah penyakit menular bukan hanya semata

menjadi wewenang dan tanggung jawab Departemen Kesehatan, tetapi

menjadi tanggung jawab bersama. Oleh karena itu dalam pelaksanaan

penanggulangannya memerlukan keterkaitan dan kerjasama dari berbagai

lintas sektor Pemerintah dan masyarakat. Berbagai lintas sektor

Pemerintah misalnya Departemen Pertahanan Keamanan, Departemen

Penerangan, Departemen Sosial, Departemen Keuangan dan

Departemen Dalam Negeri. Keterkaitan sektor-sektor dalam upaya

penanggulangan wabah tersebut sesuai dengan tugas, wewenang dan

tanggung jawabnya dalam upaya penanggulangan wabah. Selain itu

dalam upaya penanggulangan wabah tersebut, masyarakat juga dapat

diikutsertakan dalam penanggulangannya, yang keseluruhannya harus

dilaksanakan secara terpadu.


23

Presiden Republik Indonesia menetapkan dalam peraturan pemerintah

ini yang dimaksud dengan:

1. Wabah Penyakit Menular yang selanjutnya disebut wabah adalah

pengertian Wabah sebagaimana dimaksud dalam Undang-undang

Nomor 4 Tahun 1984 tentang Wabah Penyakit Menular.

2. Daerah Wabah adalah suatu wilayah yang dinyatakan terjangkit

wabah.

3. Wilayah adalah wilayah administratif sebagaimana dimaksud dalam

Undang-undang Nomor 5 Tahun 1974 tentang Pokok-pokok

Pemerintahan Di Daerah.

4. Data Epidemi adalah data yang berisikan keadaan wabah penyakit

menular pada suatu wilayah.

5. Penyelidikan Epidemiologis adalah penyelidikan terhadap seluruh

penduduk dan makhluk hidup lainnya, benda dan lingkungan yang

diduga ada kaitannya dengan terjadinya wabah.

6. Upaya Penanggulangan adalah segala upaya yang ditujukan untuk

memperkecil angka kematian, membatasi penularan serta penyebaran

penyakit agar wabah tidak meluas ke daerah lain.

7. Kejadian Luar Biasa (KLB) adalah timbulnya atau meningkatnya

kejadian kesakitan/kematian yang bermakna secara epidemiologis

pada suatu daerah dalam kurun waktu tertentu, dan merupakan

keadaan yang dapat menjurus pada terjadinya wabah.


24

8. Kepala Wilayah/Daerah adalah Gubernur Kepala Daerah Tingkat I

atau Bupati/Walikotamadya Kepala Daerah Tingkat II atau Camat.

9. Menteri adalah Menteri yang bertanggung jawab di bidang kesehatan.

C. Tinjauan Umum tentang Covid-19

1. Pengertian Covid-19

Penyakit coronavirus (COVID-19) adalah penyakit menular yang

disebabkan oleh coronavirus yang baru ditemukan. Sebagian besar

orang yang terinfeksi virus COVID-19 akan mengalami penyakit

pernapasan ringan hingga sedang dan sembuh tanpa memerlukan

perawatan khusus. Orang yang lebih tua, dan mereka yang memiliki

masalah medis mendasar seperti penyakit kardiovaskular, diabetes,

penyakit pernapasan kronis, dan kanker lebih mungkin

mengembangkan penyakit serius (World Health Organization, 2020b).

Coronavirus merupakan keluarga besar virus yang menyebabkan

penyakit pada manusia dan hewan. Pada manusia biasanya

menyebabkan penyakit infeksi saluran pernapasan, mulai flu biasa

hingga penyakit yang serius seperti Middle East Respiratory Syndrome

(MERS) dan Sindrom Pernafasan Akut Berat/ Severe Acute

Respiratory Syndrome (SARS). Coronavirus jenis baru yang ditemukan

pada manusia sejak kejadian luar biasa muncul di Wuhan Cina, pada

Desember 2019, kemudian diberi nama Severe Acute Respiratory

Syndrome Coronavirus 2 (SARS-COV2), dan menyebabkan penyakit


25

Coronavirus Disease-2019 (COVID-19) (Kementerian Kesehatan

Republik Indonesia, 2020b).

COVID-19 disebabkan oleh SARS-COV2 yang termasuk dalam

keluarga besar coronavirus yang sama dengan penyebab SARS pada

tahun 2003, hanya berbeda jenis virusnya. Gejalanya mirip dengan

SARS, namun angka kematian SARS (9,6%) lebih tinggi dibanding

COVID-19 (kurang dari 5%), walaupun jumlah kasus COVID-19 jauh

lebih banyak dibanding SARS. COVID-19 juga memiliki penyebaran

yang lebih luas dan cepat ke beberapa negara dibanding SARS.

(Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2020b)

WHO mengumumkan Covid-19 menjadi nama resmi dari penyakit

yang disebabkan oleh virus Corona yang berasal dari Wuhan, China.

Nama tersebut diberikan Dirjen WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus

di Jenewa, Swiss pada Selasa, 11 Februari 2020. Singkatan Covid-19

juga memiliki rincian, seperti "co" berarti corona, "vi" mengacu ke virus,

"d" untuk diseases, dan 19 merupakan tahun wabah penyakit pertama

kali diidentifikasi pada 31 Desember 2019 (Margareth, 2020).

Tedros menjelaskan nama tersebut dipilih untuk menghindari

stigmatisasi, sebagaimana panduan penamaan virus yang dikeluarkan

WHO pada 2015. Nama virus atau penyakit itu tidak akan merujuk

pada letak geografis, hewan, individu, atau kelompok orang.

Sebelumnya, WHO memberikan nama sementara untuk virus Cor ona

ini dengan sebutan 2019-nCoV. Sedangkan Komisi Kesehatan


26

Nasional China menyebut sementara Novel

Coronavirus Pneumonia (NCP) (Margareth, 2020).

2. Cara Hidup Virus Covid-19 Menurut

Para Ahli

Cara Hidup Virus Covid-19 Menurut Para Ahli dalam (Laudia Tysara,

2020):

a. Virus Corona Tidak Hidup

Virus Corona ini sulit untuk dibunuh. Virus ini telah

menghabiskan miliaran tahun untuk bisa menyempurnakan caranya

bertahan hidup. Menurut para ilmuwan itu bukan kebetulan.

Keberadaan virus Corona ini mirip sekali dengan zombie, mudah

ditangkap dan sulit dibunuh. Bahkan mereka masih bisa bertahan

di atas kardus hingga 24 jam dan pada plastik dan stainless

steel hingga tiga hari. Tetapi menurut Pusat Pengendali dan

Pencegahan Penyakit (CDC) Amerika Serikat, belum diketahui

secara pasti apakah seseorang bisa terinfeksi virus COVID-19

ketika menyentuh benda-benda ini, yang kemudian juga menyentuh

mulut, hidung, dan mata.

b. Virus Corona Membutuhkan Inang

Meski sulit dibunuh, virus ini tetap lemah. karena ia

membutuhkan inang untuk bisa berkembang biak. Saat di luar

inang, virus tidak aktif. Mereka tidak bisa melakukan metabolisme,

gerakan, dan kemampuan untuk bereproduksi. Pada tahun 2014


27

para ilmuwan menemukan virus yang membeku di lapisan es

selama 30.000 tahun. Kemudian setelah dihidupkan kembali, virus

tersebut dapat menginfeksi Amoeba sebagai inangnya. Ketika virus

menemukan inang, mereka menggunakan protein yang ada di

permukaannya untuk membuka kunci. Kemudian menyerang sel

yang menurutnya tidak membahayakan. Lalu mereka

mengendalikan mesin molekuler sel-sel itu untuk melakukan

reproduksi dan mengumpulkan bahan yang dibutuhkan untuk

menggandakan diri. Dilansir dari Washingtonpost, Jumat

(27/3/2020) menurut Profesor Virologi Cornell University Gary

Whittaker, ini adalah sebuah peralihan virus antara hidup dan tidak

hidup.

c. Virus Corona Memiliki Kekuatan Lebih Besar

Virus Corona ini memiliki paku protein seperti titik-titik mahkota

yang menghiasi dirinya. Dan mereka tiga kali lebih besar dan kuat

dari patogen (virus, bakteri, kuman) yang menyebabkan demam

berdarah. Mereka juga dapat menghasilkan protein tambahan,

untuk mendukung keberhasilannya mempertahankan diri. Selain

itu, dilansir dari Washingtonpost, Jumat (27/3/2020) menurut

seorang Ahli Virus di Universitas Texas Medical Branch, virus

Corona ini memiliki tiga palu pelindung berbeda yang masing-

masing digunakan untuk situasi yang berbeda pula dalam

mempertahankan diri. Di antara alat pertahanan itu, ada


28

protein proofreading yang memungkinkan virus Corona untuk

memperbaiki kesalahan saat proses replikasi (penggandaan DNA

untuk memperbanyak diri) berlangsung.

d. Virus Corona Memiliki Inang Perantara

Para ilmuwan percaya bahwa virus SARS memang berasal dari

kelelawar yang mampu mencapai manusia. Mereka mencapai

manusia melalui kucing dan luwak yang di jual di pasar hewan.

Sedangkan untuk virus COVID-19 ini ternyata juga dapat ditelusuri

sampai pada kelelawar. Namun mereka diperkirakan memiliki inang

perantara yaitu trenggiling bersisik atau Pangoli yang saat ini

terancam punah.

e. Virus Corona Membuat 10.000 Salinan Diri

Begitu berada di dalam sel, virus COVID-19 ini dapat membuat

10.000 salinan diri hanya dengan hitungan jam. Sedangkan untuk

orang yang terinfeksi, dalam hitungan beberapa hari akan

membawa ratusan juta partikel virus dalam setiap satu sendok teh

darahnya.

f. Proses Infeksi Virus Corona Menyerang Sistem Kekebalan Tubuh

Sebelum benar-benar terinfeksi oleh virus COVID-19, tubuh

akan merespon serangan itu dengan sistem kekebalan tubuh

secara maksimal. Saat serangan ini berlangsung, orang yang

terinfeksi akan mengalami peningkatan suhu tubuh sehingga

menyebabkan demam. Kemudian kumpulan sel darah putih


29

pemakan kuman akan mengerumuni wilayah yang sudah terinfeksi

oleh virus COVID-19. Nah, respon inilah yang kemudian membuat

orang merasakan tubuhnya menjadi sakit.

g. Virus Corona Hidup Di Saluran Pernafasan

Virus pernafasan seperti COVID-19 ini cenderung menginfeksi

dan bereplikasi di dua tempat yaitu di hidung, tenggorokan, dan

paru-paru. Hal inilah yang membuat orang-orang sekarang diminta

menjaga jarak untuk menghindari penularan. Dan rajin mencuci

tangan menggunakan sabun atau antiseptik. Mereka hidup di

tempat yang mudah bagi mereka untuk menularkan, seperti di

hidung dan tenggorokan. Atau berada di paru-paru dengan tingkat

penularan lebih rendah tetapi jauh lebih mematikan.

3. Tanda dan gejala umum infeksi

COVID-19

Tanda dan gejala umum infeksi COVID-19 antara lain gejala

gangguan pernapasan akut seperti demam, batuk dan sesak napas.

Masa inkubasi rata-rata 5-6 hari dengan masa inkubasi terpanjang 14

hari. Pada kasus COVID-19 yang berat dapat menyebabkan

pneumonia, sindrom pernapasan akut, gagal ginjal, dan bahkan

kematian. Tanda-tanda dan gejala klinis yang dilaporkan pada

sebagian besar kasus adalah demam, dengan beberapa kasus

mengalami kesulitan bernapas, dan hasil rontgen menunjukkan infiltrat


30

pneumonia luas di kedua paru (Kementerian Kesehatan Republik

Indonesia, 2020a).

COVID-19 mempengaruhi orang yang berbeda dengan cara yang

berbeda. Kebanyakan orang yang terinfeksi akan mengembangkan

penyakit ringan hingga sedang dan sembuh tanpa dirawat di rumah

sakit. Gejala paling umum yaitu demam, batuk kering, kelelahan.

Gejala yang kurang umum yaitu sakit dan nyeri, sakit tenggorokan,

diare, konjungtivitis, sakit kepala, kehilangan rasa atau bau, ruam pada

kulit, atau perubahan warna jari tangan atau kaki. Gejala serius yaitu

kesulitan bernafas atau sesak nafas, nyeri atau tekanan dada,

kehilangan bicara atau bergerak. Rata-rata dibutuhkan 5-6 hari dari

saat seseorang terinfeksi virus untuk menunjukkan gejala, namun

dapat memakan waktu hingga 14 hari (World Health Organization,

2020b).

4. Cara Penyebaran Virus Covid-19

Virus COVID-19 menyebar terutama melalui tetesan air liur atau

keluar dari hidung ketika orang yang terinfeksi batuk atau bersin

(World Health Organization, 2020b). Mereka melepaskan seperti

tetesan cairan yang juga terdapat virus corona. Kebanyakan tetesan

atau cairan itu jatuh pada permukaan dan benda di dekatnya, seperti

meja, atau telepon. Orang bisa terpapar atau terinfeksi COVID-19

dengan menyentuh permukaan atau benda yang terkontaminasi dan

kemudian menyentuh mata, hidung, atau mulut. Jika berdiri pada jarak
31

1 atau 2 meter dari seseorang dengan COVID-19, dapat terjangkir

melalui batuk termasuk saat mereka menghembuskan napas. Dengan

kata lain, COVID-19 menyebar serupa cara penyebaran untuk flu.

(Debora, 2020).

5. Cara Mencegah Dari Virus Covid-19

Untuk mencegah infeksi dan memperlambat transmisi COVID-19,

lakukan hal berikut (World Health Organization, 2020b):

a. Cuci tangan Anda secara teratur dengan sabun dan air, atau

bersihkan dengan usapan berbasis alkohol.

b. Pertahankan jarak minimal 1 meter antara Anda dan orang yang

batuk atau bersin.

c. Hindari menyentuh wajah Anda.

d. Tutupi mulut dan hidung Anda saat batuk atau bersin.

e. Tetap di rumah jika Anda merasa tidak sehat.

f. Jangan merokok dan aktivitas lain yang melemahkan paru-paru.

g. Berlatih menjaga jarak dengan menghindari perjalanan yang tidak

perlu dan menjauh dari kelompok besar orang.

Menurut WHO dalam (Hafizh, 2020), ini 4 rekomendasi cara agar

Anda bisa terlindung dari Virus Corona Covid-19:

a. Cuci tangan Cuci tangan dengan sabun dan air bersih yang

mengalir. Pastikan seluruh bagian tangan, termasuk punggung

tangan dan sela jari-jari ikut dicuci. Cuci tangan setidaknya 20

detik.
32

b. Tutup mulut dan hidung jika batuk Tutup mulut dan hidung dengan

tisu saat Anda batuk atau bersin. Kemudian buang tisu ke tempat

sampah dan cuci tangan Anda. Jika Anda tidak memiliki tisu,

gunakan siku Anda untuk menutupnya, alih-alih menggunakan

telapak tangan.

c. Cari pertolongan medis Segera cari pertolongan medis jika Anda

demam, batuk, dan sesak napas, dan bagikan riwayat perjalanan

Anda kepada kepada petugas kesehatan.

d. Hindari kontak langsung di tempat ramai Jika mengunjungi pasar di

daerah yang terkena virus corona Covid-19, hindari kontak

langsung dengan hewan hidup dan permukaan yang telah

bersentuhan dengan hewan.

Beberapa cara yang bisa dilakukan untuk mencegah penularan

virus covid-19 menurut (Kementerian Kesehatan Republik Indonesia,

2020b):

a. Menjaga kesehatan dan kebugaran agar stamina tubuh tetap prima

dan sistem imunitas / kekebalan tubuh meningkat.

b. Mencuci tangan dengan benar secara teratur menggunakan air dan

sabun atau hand-rub berbasis alkohol. Mencuci tangan sampai

bersih selain dapat membunuh virus yang mungkin ada di tangan

kita, tindakan ini juga merupakan salah satu tindakan yang mudah

dan murah. Sekitar 98% penyebaran penyakit bersumber dari


33

tangan. Karena itu, menjaga kebersihan tangan adalah hal yang

sangat penting.

c. Ketika batuk dan bersin, tutup hidung dan mulut Anda dengan tisu

atau lengan atas bagian dalam (bukan dengan telapak tangan).

d. Hindari kontak dengan orang lain atau bepergian ke tempat umum.

e. Hindari menyentuh mata, hidung dan mulut (segitiga wajah).

Tangan menyentuh banyak hal yang dapat terkontaminasi virus.

Jika kita menyentuh mata, hidung dan mulut dengan tangan yang

terkontaminasi, maka virus dapat dengan mudah masuk ke tubuh

kita.

f. Gunakan masker dengan benar hingga menutupi mulut dan hidung

ketika Anda sakit atau saat berada di tempat umum.

g. Buang tisu dan masker yang sudah digunakan ke tempat sampah

dengan benar, lalu cucilah tangan Anda.

h. Menunda perjalanan ke daerah/ negara dimana virus ini ditemukan.

i. Hindari bepergian ke luar rumah saat Anda merasa kurang sehat,

terutama jika Anda merasa demam, batuk, dan sulit bernapas.

Segera hubungi petugas kesehatan terdekat, dan mintalah bantuan

mereka. Sampaikan pada petugas jika dalam 14 hari sebelumnya

Anda pernah melakukan perjalanan terutama ke negara terjangkit,

atau pernah kontak erat dengan orang yang memiliki gejala yang

sama. Ikuti arahan dari petugas kesehatan setempat.


34

j.  Selalu pantau perkembangan penyakit COVID-19 dari sumber

resmi dan akurat. Ikuti arahan dan informasi dari petugas

kesehatan dan Dinas Kesehatan setempat. Informasi dari sumber

yang tepat dapat membantu Anda melindungi dari Anda dari

penularan dan penyebaran penyakit ini.

D. Pedoman Pencegahan Dan Pengendalian Coronavirus Disease

(Covid-19) Revisi Ke-5 Kementerian Kesehatan Republik

Indonesia.

Pedoman ini meliputi beberapa pokok bahasan yaitu: strategi

dan indikator penanggulangan, surveilans epidemiologi, diagnosis

laboratorium, manajemen klinis, pencegahan dan pengendalian

penularan, komunikasi risiko dan pemberdayaan masyarakat,

penyediaan sumber daya, dan pelayanan kesehatan esensial.

1. Strategi Dan Indikator

Penanggulangan Pandemi.

Strategi penanggulangan sesuai dengan transmisi yang terjadi baik

di tingkat nasional maupun provinsi, dengan tujuan:

a. Memperlambat dan menghentikan laju transmisi/penularan, dan

menunda penyebaran penularan.

b. Menyediakan pelayanan kesehatan yang optimal untuk pasien,

terutama kasus kritis.


35

c. Meminimalkan dampak dari pandemi COVID-19 terhadap sistem

kesehatan, pelayanan sosial, kegiatan di bidang ekonomi, dan

kegiatan sektor lainnya.

Strategi yang komprehensif perlu disusun dalam dokumen

Rencana Operasi (Renops) Penanggulangan COVID-19 yang

melibatkan lintas sektor. Renops mencakup (1) Koordinasi,

perencanaan dan monitoring; (2) komunikasi risiko dan pemberdayaan

Masyarakat (3) Surveilans, Tim Gerak Cepat (TGC), Analisis Risiko,

Penyelidikan Epidemiologi; (4) Pintu Masuk negara/ Wilayah,

Perjalanan Internasional dan transportasi (5) Laboratorium; (6)

Pengendalian Infeksi; (7) Manajemen Kasus; (8) Dukungan

Operasional dan Logistik; (9) Keberlangsungan pelayanan dan sistem

esensial dan memperhatikan kondisi transmisi di komunitas atau

kondisi kapasitas terbatas dan kondisi yang memerlukan bantuan

kemanusiaan.

Berdasarkan panduan WHO, terdapat 4 skenario transmisi pada

pandemi COVID-19 yaitu:

a. Wilayah yang belum ada kasus (No Cases)

b. Wilayah dengan satu atau lebih kasus, baik kasus import ataupun

lokal, bersifat sporadik dan belum terbentuk klaster (Sporadic

Cases)

c. Wilayah yang memiliki kasus klaster dalam waktu, lokasi geografis,

maupun paparan umum (Clusters of Cases)


36

d. Wilayah yang memiliki transmisi komunitas (Community

Transmission)

Setiap provinsi dan kabupaten/kota harus dapat memetakan

skenario transmisi di wilayahnya. Suatu wilayah dapat memiliki lebih

dari 1 skenario transmisi pada wilayah yang lebih kecil, misalnya

beberapa kabupaten/kota di suatu provinsi atau beberapa kecamatan

di suatu kabupaten/kota. Inti utama dalam skenario penanggulangan

adalah sebanyak mungkin kasus berada pada klasternya dan berhasil

dilakukan penanggulangan (minimal 80%), setelah dilakukan

penanggulangan terjadi penurunan jumlah kasus minimal 50% dari

puncak tertinggi selama minimal 2 minggu dan terus turun 3 minggu

selanjutnya.

Kriteria yang perlu dievaluasi untuk menilai keberhasilan

dikelompokkan menjadi tiga domain melalui tiga pertanyaan utama

yaitu:

a. Kriteria Epidemiologi - Apakah epidemi telah terkendali? (Ya atau

tidak)

b. Kriteria Sistem kesehatan - Apakah sistem kesehatan mampu

mendeteksi kasus COVID-19 yang mungkin kembali meningkat?

(Ya atau tidak)

c. Kriteria Surveilans Kesehatan Masyarakat - Apakah sistem

surveilans kesehatan masyarakat mampu mendeteksi dan


37

mengelola kasus dan kontak, dan mengidentifikasi kenaikan jumlah

kasus? (Ya atau tidak)

Ambang batas yang ditentukan sebagai indikasi untuk menilai

keberhasilan penanggulangan dapat digunakan jika tersedia informasi

epidemiologi COVID-19. Dari 3 kriteria tersebut, terdapat 24 indikator

yang dapat dievaluasi untuk melakukan penyesuaian. Penilaian ini

sebaiknya dilakukan setiap minggu di tingkat kabupaten/kota/provinsi.

2. Surveilans Epidemiologi.

Tujuan umum kegiatan surveilans antara lain:

a. Memantau tren penularan COVID-19 pada tingkat nasional dan

global.

b. Melakukan deteksi cepat pada wilayah tanpa transmisi virus dan

monitoring kasus pada wilayah dengan transmisi virus termasuk

pada populasi rentan.

c. Memberikan informasi epidemiologi untuk melakukan penilaian

risiko tingkat nasional, regional, dan global.

d. Memberikan informasi epidemiologi sebagai acuan

kesiapsiasiagaan dan respon penanggulangan.

e. Melakukan evaluasi terhadap dampak pandemi pada sistem

pelayanan kesehatan dan sosial.

Pada bagian ini, dijelaskan definisi operasional kasus COVID-19

yaitu Kasus Suspek, Kasus Probable, Kasus Konfirmasi, Kontak Erat,

Pelaku Perjalanan, Discarded, Selesai Isolasi, dan Kematian. Untuk


38

Kasus Suspek, Kasus Probable, Kasus Konfirmasi, Kontak Erat, istilah

yang digunakan pada pedoman sebelumnya adalah Orang Dalam

Pemantauan (ODP), Pasien Dalam Pengawasan (PDP), Orang Tanpa

Gejala (OTG).

3. Diagnosis Laboratorium.

Pengambilan dan pemeriksaan spesimen dari pasien yang

memenuhi definisi kasus suspek COVID-19 merupakan prioritas untuk

manajemen klinis/pengendalian wabah, harus dilakukan secara cepat.

Spesimen tersebut dilakukan pemeriksaan dengan metode deteksi

molekuler/NAAT (Nucleic Acid Amplification Test) seperti RT-PCR

(termasuk Tes Cepat Molekuler/TCM yang digunakan untuk

pemeriksaan TB dan mesin PCR Program HIV AIDS dan PIMS yang

digunakan untuk memeriksa Viral Load HIV).

Hasil tes pemeriksaan negatif pada spesimen tunggal, terutama jika

spesimen berasal dari saluran pernapasan atas, tidak menyingkirkan

kemungkinan tidak adanya infeksi.Beberapa faktor yang dapat

menyebabkan hasil negatif pada pasien yang terinfeksi meliputi:

a. kualitas spesimen yang tidak baik, mengandung sedikit material

virus.

b. spesimen yang diambil pada masa akhir infeksi atau masih sangat

awal.

c. spesimen tidak dikelola dan tidak dikirim dengan transportasi yang

tepat.
39

d. kendala teknis yang dapat menghambat pemeriksaan RT-PCR

(seperti mutasi pada virus).

Jika hasil negatif didapatkan dari pasien dengan kecurigaan tinggi

suspek terinfeksi virus COVID-19 maka perlu dilakukan pengambilan

dan pengujian spesimen berikutnya, termasuk spesimen saluran

pernapasan bagian bawah (lower respiratory tract). Koinfeksi dapat

terjadi sehingga pasien yang memenuhi kriteria suspek harus di

lakukan pemeriksaan COVID-19 meskipun patogen lain ditemukan.

4. Manajemen Klinis.

Manajemen klinis adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan oleh

tenaga medis dan tenaga kesehatan untuk menegakkan diagnosis,

melaksanakan tata laksana pengobatan dan tindakan terhadap pasien

COVID-19 sesuai indikasi klinis. Tenaga medis yang terlibat sebagai

Dokter Penanggung Jawab Pelayanan (DPJP) adalah dokter spesialis

paru, dokter penyakit dalam, dokter sub spesialis penyakit dalam paru,

dokter sub spesialis penyakit dalam tropik infeksi, dokter anak, dokter

anak sub spesialis paru, dan dokter spesialis lain atau dokter sub

spesialis lain sesuai dengan kebutuhan medis. Dalam hal di rumah

sakit tidak terdapat dokter spesialis, maka dokter umum dapat

merawat pasien COVID-19 sesuai dengan kewenangannya. Tenaga

kesehatan yang terlibat dalam pelayanan COVID-19 adalah perawat

dan tenaga kesehatan lainnya sesuai kebutuhan medis pasien.


40

Manajemen klinis merupakan tugas melaksanakan tata kelola klinis

secara optimal dan berkualitas, supaya pasien mendapatkan

pelayanan yang komprehensif berfokus pada pasien (patien centered

care) secara berkesinambungan sesuai kebutuhan medis pasien,

berbasis keselamatan pasien.

Adapun ruang lingkup manajemen klinis meliputi:

a. Pelayanan COVID-19 di fasyankes baik di Fasilitas Kesehatan

Tingkat Pertama (FKTP) maupun di Fasilitas Kesehatan Rujukan

Tingkat Lanjut (FKRTL) meliputi triase awal, anamnesis secara

komprehensif, mulai dari keluhan yang disesuaikan dengan gejala

klinis, riwayat penyakit terdahulu dan riwayat penyakit penyerta,

termasuk latar belakang contact tracing, surveillance di daerahnya,

pemeriksaan fisik didukung dengan pemeriksaan penunjang yang

distandarkan sebagai penunjang diagnosis, sampai pasien

mendapatkan terapi, serta pemulangan dengan kriteria sembuh,

atau belum sembuh, sehingga pasien dapat melanjutkan isolasi

mandiri.

b. Menjelaskan kriteria pasien masuk rawat inap dan kriteria pasien

pulang rawat, pada pasien dengan kriteria dan pasien kondisi

tertentu (dengan penyakit penyerta, dengan co-insidens dan

dengan komplikasi).

5. Pencegahan Dan Pengendalian

Penularan.
41

a. Pencegahan dan Pengendalian di Masyarakat.

Masyarakat memiliki peran penting dalam memutus mata rantai

penularan COVID-19 agar tidak menimbulkan sumber penularan

baru. Mengingat cara penularannya berdasarkan droplet infection

dari individu ke individu, maka penularan dapat terjadi baik di

rumah, perjalanan, tempat kerja, tempat ibadah, tempat wisata

maupun tempat lain dimana terdapat orang berinteaksi sosial.

b. Pencegahan dan Pengendalian Infeksi di Fasyankes.

Pencegahan dan Pengendalian Infeksi di Fasyankes meliputi:

1) Prinsip Pencegahan dan Pengendalian Faktor Risiko COVID-19

di Fasilitas Pelayanan Kesehatan.

2) Strategi Pencegahan dan Pengendalian Infeksi di Fasilitas

Pelayanan Kesehatan.

3) Pencegahan dan Pengendalian Infeksi di Fasyankes Pra

Rujukan.

4) Pencegahan dan Pengendalian Infeksi untuk Pemulasaraan

Jenazah.

6. Komunikasi Risiko Dan

Pemberdayaan Masyarakat.

Komunikasi risiko dan pemberdayaan masyarakat (KRPM)

merupakan komponen penting yang tidak terpisahkan dalam

penanggulangan tanggap darurat kesehatan masyarakat, baik secara

lokal, nasional, maupun internasional. KRPM dapat membantu


42

mencegah infodemic (penyebaran informasi yang salah/hoaks),

membangun kepercayaan publik terhadap kesiapsiagaan dan respon

pemerintah sehingga masyarakat dapat menerima informasi dengan

baik dan mengikuti anjuran pemerintah. Dengan demikian, halhal

tersebut dapat meminimalkan kesalahpahaman dan mengelola

isu/hoaks terhadap kondisi maupun risiko kesehatan yang sedang

terjadi. Yang tidak kalah pentingnya, KRPM bertujuan untuk dapat

mengubah perilaku hidup masyarakat.

KRPM menggunakan strategi yang melibatkan masyarakat dalam

kesiapsiagaan dan respon serta mengembangkan intervensi yang

dapat diterima dan efektif untuk menghentikan penyebaran wabah

yang semakin meluas serta dapat melindungi individu dan komunitas.

Di sisi lain, upaya ini juga sangat penting untuk pengawasan,

pelaporan kasus, pelacakan kontak, perawatan orang sakit dan

perawatan klinis, serta pengumpulan dukungan masyarakat lokal untuk

kebutuhan logistik dan operasional.

7. Penyediaan Sumber Daya.

Penyediaan sumber daya untuk respon pengendalian COVID-19

harus dilakukan untuk mendukung penyelenggaraan respon medis dan

laboratorium serta respon komponen lain. Penyediaan sumber daya ini

perlu dilakukan oleh Pemerintah Pusat bekerja sama dengan

Pemerintah Daerah.

8. Pelayanan Kesehatan Esensial.


43

Pelayanan kesehatan esensial adalah pelayanan kesehatan rutin

dasar yang kebutuhannya akan terus ada di masyarakat dan perlu

diprioritaskan keberlanjutannya selama situasi pandemi. Pelayanan

kesehatan esensial dalam hal ini dilaksanakan untuk mendukung

tercapainya Standar Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan melalui

Upaya Kesehatan Masyarakat (UKM) esensial maupun Upaya

Kesehatan Perseorangan (UKP). Pada saat pandemi berlangsung,

sistem kesehatan dihadapkan pada tantangan menjaga keseimbangan

antara pemenuhan kebutuhan penanganan pandemi di satu sisi, serta

pemenuhan pelayanan kesehatan rutin di sisi lain. Keterbatasan

berbagai sumber daya menyebabkan pengalihtugasan hampir semua

lini di sistem kesehatan untuk merespon kebutuhan pandemi. Namun

jika kebutuhan pelayanan kesehatan rutin dasar tidak terpenuhi,

dikhawatirkan hal ini dapat menyebabkan peningkatan angka

kesakitan dan kematian karena berbagai kondisi kesehatan lainnya

yang sebenarnya bisa dicegah atau diobati. Untuk mengantisipasi hal

tersebut, sistem kesehatan perlu disiapkan supaya dapat beradaptasi

untuk memastikan bahwa masyarakat tetap bisa mendapatkan

pelayanan kesehatan yang diperlukan selama wabah berlangsung.

E. Peraturan Walikota Palopo Nomor 10 Tahun 2020 Tentang

Pedoman Pelaksanaan Tatanan Kebiasaan Baru Pada

Kondisi Pandemi Corona Virus Disease 2019

Di Kota Palopo.
44

BAB II pada pasal 2 membahas mengenai maksud dan tujuan

peraturan walikota Palopo Nomor 10 Tahun 2020 yang dimaksudkan

sebagai pedoman dalam pelaksanaan tatanan kebiasaan baru pada

kondisi pandemi Covid-19. Sementara pada pasal 3 membahas

mengenai tujuan peraturan walikota ini yaitu:

1. Memberikan pedoman bagi

masyarakat agar dapat melakukan adaptasi dan perubahan perilaku

dalam menjalankan aktivitas normal dengan memperhatikan Protokol

Kesehatan di kondisi pandemic covid-19.

2. Meningkatkan partisipasi semua

pemangku kepentingan dalam penerapan tatanan kebiasaan baru

secara terintegrasi dan efektif;dan

3. Meningkatkan koordinasi,

harmonisasi dan sinkronisasi kebijakan tentang tatanan kebiasaan

baru antara pemerintah daerah, pemangku kepentingan dan

masyarakat di daerah.

Pada Bab III pasal 4 menyangkut ruang lingkup peraturan walikota

yang meliputi pelaksanaan, pencegahan dan/atau penanganan Covid-19,

pentahapan, pendanaan dan sanksi. Sementara pada pasal 5 Bab ini

membahas mengenai pelaksanaan tatanan kebiasaan baru meliputi:

1. Dalam upaya pencegahan

dan pengendalian Covid-19 di berbagai aspek kehidupan masyarakat

yang meliputi kesehatan, pendidikan, keagaaman, social, ekonomi,


45

dan budaya di daerah, maka setiap orang, pimpinan,

pengelola/penyelenggara, penanggung jawab kegiatan atau pelaku

usaha wajib melaksanakan tananan kebiasan baru.

2. Dalam pelaksanaan

tatanan kebiasaan baru sebagaimana dimaksud pada ayat (1), setiap

orang wajib:

a. Memastikan diri dalam kondisi sehat sebelum keluar rumah.

b. Menjaga kebersihan tangan dengan sering mencuci tangan pakai

sabun atau menggunakan cairan pembersih tangan/hand sanitizer,

dan perilaku hidup bersih dan sehat.

c. Menggunakan masker dan menjaga jarak minimal 1 (satu) meter

pada saat di luar rumah.

d. Menghindari kerumunan dan keramaian (social distancing) pada

saat diluar rumah.

e. Melakukan isolasi mandiri baik di rumah atau ruang isolasi sesuai

protocol kesehatan bagi:

1) Orang tanpa gejala

2) Orang dalam pemantauan, atau

3) Pasien dalam pengawasan dengan gejala ringan

f. Bersedia dilakukan pemeriksaan lanjutan bagi yang terduga Covid-

19 sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang

kesehatan.
46

3. Dalam pelaksanaan

tatanan kebiasaan baru sebagaimana dimaksud pada ayat (1), setiap

pimpinan, pengelola/penyelenggara, penanggung jawab kegiatan atau

pelaku usaha wajib:

a. Menyediakan sarana untuk cuci tangan menggunakan air mengalir

dan sabun dan/atau cairan pembersih tangan/hand sanitizer di

berbagai lokasi strategis sesuai dengan jumlah yang dibutuhkan.

b. Menyediakan alat pengukur suhu tubuh dan melakukan

pemeriksaan suhu tubuh.

c. Membersihkan ruangan, lokasi kegiatan, atau peralatan secara

rutin dengan disinfektan.

d. Menyediakan media komunikasi, informasi dan edukasi mengenai

pencegahan dan pengendalian Covid-19 di lokasi strategis.

e. Membersikan perhatian khusus bagi setiap orang yang mempunyai

penyakit penyerta dan/atau kondisi yang dapat berakibat fatal

apabila terpapar Covid-19 antara lain:

1) Penderita tekanan darah tinggi

2) Pengidap penyakit jantung

3) Pengidap diabetes

4) Penderita penyakit paru-paru

5) Penderita kanker

6) Ibu hamil, dan

7) Berusia lebih dari 60 (enam puluh) tahun.


47

Adapun pada pasal 6 membahas mengenai tatanan kebiasaan baru

sebagaimana dalam pasal 5 ayat (1), meliputi:

1. Kegiatan bekerjan di tempat kerja

2. Kegiatan pembelajaran di sekolah

dan/atau institusi pendidikan lainnya, serta kegiatan penerimaan

peserta didik baru.

3. Kegiatan keagamaan di rumah ibadah

4. Kegiatan di tempat olahraga dan

taman.

5. Kegiatan di pertokoan, mal, pusat

perbelanjaan atau toko modern.

6. Kegiatan di pasar dan pedagang kaki

lima.

7. Kegiatan sosial dan budaya.

8. Pergerakan orang dan barang

menggunakan media transportasi.

9. Kegiatan di restoran, rumah makan,

cafe atau warkop.

10. Kegiatan di hotel, wisma, penginapan,

homestay atau villa.

11. Kegiatan di tempat konstruksi

12. Kegiatan di tempat hiburan dan

rekreasi;dan
48

13. Kegiatan penyelenggaraan event,

pertemuan atau resepsi.


49

F. Tabel Sintesa

Tabel 1. Sintesa Hasil Penelitian yang Relevan

NO. PENELITI (TAHUN) JUDUL DAN NAMA DESAIN PENELITIAN SAMPEL TEMUAN
DAN SUMBER JURNAL
JURNAL
1. (Blasi et al., 2020) Reaksi dan tindakan Data telah diperoleh secara Unit onkologi medis Melaporkan 956 percakapan di antara 19 unit onkologi medis terkait
pencegahan ahli onkologi retrospektif dari waktu yang yang menghadapi dengan reaksi terhadap peristiwa penting, seperti penyebaran
https://www.ncbi.nlm.nih medis terhadap terkait wabah COVID-19 epidemi, peraturan dan pedoman Pemerintah selama 4 minggu
.gov/pmc/articles/PMC7 Pandemi COVID-19: analisis percakapan melalui di Italia Selatan. pengamatan. Data menunjukkan kesadaran masalah yang
289620/pdf/can-14- laporan berbasis obrolan grup berbasis signifikan terkait dengan penyebaran COVID-19 di antara ahli
1046.pdf messenger WhatsApp dari messenger WhatsApp onkologi dan difusi tindakan penanggulangan yang cepat. Tindakan
Italia antara direktur medis milik yang diambil berkaitan dengan waktu yang bijaksana untuk
Sekolah Tinggi Kepala Sekolah Tinggi Direktur peristiwa penting. Korelasi antara percakapan dan volume aktivitas
Ahli Onkologi Medis Onkologi Medis Italia. unit onkologi ditemukan. Dengan menganalisis analisis sentimen
Jumlah keseluruhan, data mentah, persentase emosi positif
Ecancermedicalscience intensitas, dan tren waktu berkurang selama beberapa minggu. Peningkatan emosi negatif
percakapan yang terkait yang signifikan diamati saat wabah berdampak pada sistem
dengan reaksi selama 4 perawatan kesehatan. sistem pesan instan WhatsApp tampaknya
minggu menjadi alat yang berguna untuk berbagi berita dan reaksi
observasi terkait peristiwa ahli onkologi medis untuk segera menerapkan langkah-langkah
krusial yang terjadi antara kesehatan yang diperlukan dan menjawab kebutuhan dan
24 Februari dan pertanyaan sebagian besar pasien kanker dalam skenario pandemi
28 Maret, 2020 disertakan. Covid-19.
Analisis sentimen
percakapan juga dilakukan.
2. (Ding et al., 2020) Global COVID-19: Metode Analisis isi, Tindakan dan Pada tanggal 29 Maret 2020, Cina telah melaporkan 82419
Peringatan dan saran konsultasi ahli, dan analisis pengalaman China diagnosis yang dikonfirmasi, dan angka kematian adalah 4,01%;
https://www.ncbi.nlm.nih berdasarkan pengalaman kata frekuensi tinggi dalam menanggapi Sementara itu, global telah melaporkan 5.96042 diagnosis yang
.gov/pmc/articles/PMC7 China diterapkan dalam penelitian COVID-19 dikonfirmasi, dan angka kematian adalah 4,76%.
244931/pdf/jogh-10- ini. Data dan informasi Meskipun tingkat kematian COVID-19 tidak terlalu tinggi, namun
011005.pdf Journal of Global Health yang relevan dikumpulkan tingkat bahayanya tidak diabaikan. Sepuluh fakta selama epidemi
dari situs resmi, COVID-19 di Txiongkok telah dirangkum dalam penelitian tersebut,
50

NO. PENELITI (TAHUN) JUDUL DAN NAMA DESAIN PENELITIAN SAMPEL TEMUAN
DAN SUMBER JURNAL
JURNAL
pengalaman terakumulasi termasuk: COVID-19 sangat menular dan dapat menyebar melalui
di Tiongkok selama banyak saluran; meskipun orang tua dan orang dengan penyakit
pertempuran dasar penyakit rentan, orang muda juga bisa menjadi korban; isolasi
terhadap novel adalah cara efektif yang paling utama untuk mengurangi risiko
coronavirus, dan saran dari COVID-19, dan bencana sekunder yang ditimbulkan oleh COVID-19
beberapa ahli. harus ditekankan sebelumnya. Saran para ahli terutama mencakup:
materi, pencegahan dan pengendalian, patogen, propaganda,
pendidikan, kebersihan, teknologi, perawatan medis, perencanaan
keseluruhan, kebijakan, kepanikan, dll. Perhatian utama para ahli
berasal dari empat aspek: publisitas dan pendidikan, berbagai mata
pelajaran, bahan medis dan konstruksi hukum.
3. (Adhikari et al., 2020) Epidemiologi, penyebab, Tinjauan pelingkupan Epidemiologi, Penelitian sejauh ini menunjukkan bahwa asal mula virus tersebut
manifestasi klinis dilakukan mengikuti penyebab, terkait dengan pasar makanan laut di Wuhan, tetapi asosiasi hewan
https://www.ncbi.nlm.nih dan diagnosis, kerangka metodologis yang diagnosis klinis, tertentu belum dikonfirmasi. Gejala yang dilaporkan termasuk
.gov/pmc/articles/PMC7 pencegahan dan disarankan oleh Arksey pencegahan dan demam, batuk, kelelahan, pneumonia, sakit kepala, diare,
079521/pdf/40249_202 pengendalian dan pengendalian hemoptisis, dan dispnea. Tindakan preventif seperti masker, praktik
0_Article_646.pdf penyakit coronavirus O'Malley. covid-19 kebersihan tangan, menghindari kontak publik, deteksi kasus,
(COVID-19) selama pelacakan kontak, dan karantina telah dibahas sebagai cara untuk
periode awal wabah: mengurangi penularan. Sampai saat ini, tidak ada pengobatan
tinjauan pelingkupan. antivirus spesifik yang terbukti efektif; karenanya,
orang yang terinfeksi terutama mengandalkan pengobatan
Infectious Diseases of simtomatik dan perawatan suportif.
Poverty
4. (Zhong et al., 2020) Pengetahuan, sikap, dan Kuesioner KAP online yang KAP warga Survei (n = 6.910), 65,7% adalah perempuan, 63,5% memiliki gelar
praktik terhadap COVID- dikembangkan sendiri diisi Tionghoa sarjana atau lebih, dan 56,2% terlibat dalam kerja mental. Tingkat
https://www.ncbi.nlm.nih 19 oleh para peserta. COVID-19 selama kebenaran keseluruhan dari kuesioner pengetahuan adalah 90%.
.gov/pmc/articles/PMC7 di antara penduduk periode Mayoritas responden (97,1%) memiliki keyakinan bahwa China
098034/pdf/ijbsv16p174 Tionghoa selama periode peningkatan pesat dapat memenangkan pertempuran melawan COVID-19. Hampir
5.pdf peningkatan pesat wabah. semua peserta (98.0%) memakai masker saat berpergian dalam
wabah COVID-19: beberapa hari terakhir. Di banyak logistik analisis regresi, skor
penampang online survey pengetahuan COVID-19 (OR: 0,75-0,90, P <0,001) signifikan terkait
cepat. dengan kemungkinan yang lebih rendah dari sikap negatif dan
praktik pencegahan terhadap COVID-19. Sebagian besar penduduk
International Journal of Tionghoa dengan status sosial ekonomi yang relatif tinggi,
Biological Sciences khususnya wanita
51

NO. PENELITI (TAHUN) JUDUL DAN NAMA DESAIN PENELITIAN SAMPEL TEMUAN
DAN SUMBER JURNAL
JURNAL
berpengetahuan tentang COVID-19, memiliki sikap optimis, dan
memiliki praktik yang sesuai COVID-19. Program pendidikan
kesehatan yang bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan
COVID-19 sangat membantu Penduduk Tionghoa memiliki sikap
optimis dan mempertahankan praktik yang tepat.
5. (Kang, Choi, Kim, & Intubasi trakea darurat Studi ini mengeksplorasi Pasien dengan Teramati penyebaran spasial pandemi COVID-19 di China. Hasilnya
pada 202 pasien dengan dinamika epidemi spasial COVID-19 di menunjukkan bahwa sebagian besar model, kecuali model
Choi, 2020)
COVID-19 di Wuhan, COVID-19 di Cina daratan. Wuhan sambungan berbasis perawatan medis, menunjukkan spasial yang
Cina: pelajaran yang Moran's I signifikan
https://www.ncbi.nlm.nih didapat dan rekomendasi Statistik spasial dengan asosiasi infeksi COVID-19 mulai sekitar 22 Januari 2020. Analisis
.gov/pmc/articles/PMC7 ahli internasional. berbagai definisi tetangga spasial sangat membantu dalam memahami penyebaran penyakit
194591/pdf/main.pdf digunakan untuk menular, dan
International Journal of melakukan pengujian asosiasi spasial adalah kunci penyebaran spasial selama tahap
Infectious Diseases apakah a awal pandemi COVID-19 di daratan Cina.
ada asosiasi spasial infeksi
COVID-19.
6. (Jin et al., 2020) Rute penularan infeksi Cross-sectional, berbasis Petugas kesehatan 103 staf profesional dengan COVID-19 menyelesaikan kuesioner
yang dirasakan, praktek rumah sakit tunggal yang terinfeksi di dan dimasukkan (tingkat tanggapan: 98,1%). Dari mereka, 87 kasus
https://www.ncbi.nlm.nih pengendalian infeksi, tersier (84,5%) mengira mereka terinfeksi di lingkungan kerja di rumah
.gov/pmc/articles/PMC7 psikososial rumah sakit sakit, satu (1,0%)
211983/pdf/40779_202 perubahan, dan perawatan akut di mengira infeksi mereka disebabkan oleh lingkungan laboratorium,
0_Article_254.pdf pengelolaan COVID-19 Wuhan dan 5 (4,9%) mengira mereka terinfeksi di kehidupan sehari-hari
petugas kesehatan yang atau lingkungan komunitas. Pengambilan tenggorokan dan
terinfeksi di tersier pemeriksaan fisik adalah prosedur yang diamati karena
rumah sakit perawatan kemungkinan besar penyebab infeksi mereka berasal dari perawat
akut di Wuhan: survei dan dokter masing-masing. Empat puluh tiga (41,8%) mengira
lintas seksi infeksi mereka terkait dengan alat pelindung, penggunaan alat
umum (masker dan sarung tangan). Tiga teratas gejala yang
Military Medical Research ditampilkan sebelum diagnosis adalah demam (41,8%), lesu
(33,0%) dan nyeri otot (30,1%). Setelah diagnosis, 88,3% staf
mengalami tekanan psikologis atau perubahan emosional selama
masa isolasi mereka 11,7% hampir tidak mengalami perubahan
emosional. Arbidol (Umifenovir; obat anti-influza; 69,2%) adalah
obat yang paling banyak
biasanya digunakan untuk menargetkan infeksi pada gejala ringan
52

NO. PENELITI (TAHUN) JUDUL DAN NAMA DESAIN PENELITIAN SAMPEL TEMUAN
DAN SUMBER JURNAL
JURNAL
dan sedang.
7. (X. Chen et al., 2020) Kebersihan Tangan, Studi cross-sectional dan Sekolah Dasar Statistik deskriptif digunakan untuk memahami status kebersihan
Perilaku Memakai masker kuantitatif Pelajar di Wuhan, tangan dan pemakaian masker di antara siswa sekolah dasar di
https://www.ncbi.nlm.nih dan Faktor Terkait selama Cina Wuhan, Cina. Analisis regresi logistik biner dilakukan untuk
.gov/pmc/articles/PMC7 Epidemi COVID-19: mengidentifikasi faktor risiko yang mempengaruhi perilaku mencuci
215913/pdf/ijerph-17- Studi Lintas Bagian di tangan dan memakai masker. p <0,05 (dua sisi) dianggap signifikan
02893.pdf Sekolah Dasar dalam statistik. 42,05% siswa sekolah dasar menunjukkan perilaku
Pelajar di Wuhan, Cina mencuci tangan yang baik, sedangkan 51,60% berperilaku baik
dalam penggunaan masker. Jenis kelamin, nilai, sejarah keluar,
International Journal of pekerjaan ayah, latar belakang pendidikan ibu, dan mengisi waktu
Environmental Research out survei secara signifikan terkait dengan kebersihan tangan,
and Public Health sedangkan tingkat pendidikan ibu, latar belakang, dan tempat
tinggal dikaitkan dengan pemakaian masker. Perilaku mencuci
tangan dan pemakaian masker di kalangan siswa sekolah dasar
dipengaruhi oleh jenis kelamin, kelas, pemberitahuan teman dan
faktor lainnya, oleh karena itu, orang tua harus melakukan upaya
bimbingan perilaku, pemerintah harus memperbesar publisitas
menengah.
8. (X. Lai et al., 2020) Akankah petugas Studi cross-sectional Petugas kesehatan Total 1386 peserta disurvei. Risiko wabah meningkatkan perilaku
kesehatan memperbaiki dilakukan di dua rumah di Cina pencegahan dan pengendalian infeksi yang dilaporkan sendiri
https://www.ncbi.nlm.nih infeksi sakit tersier setiap item (koefisien bervariasi dari 0,029 hingga 0,151).
.gov/pmc/articles/PMC7 pencegahan dan Mempertimbangkan tingkat risiko yang berbeda, petugas kesehatan
289224/pdf/13756_202 pengendalian perilaku dari bagian risiko tinggi memiliki praktik yang dilaporkan sendiri lebih
0_Article_746.pdf sebagai baik di sebagian besar perilaku pencegahan dan pengendalian
Risiko muncul dan infeksi (koefisien berkisar antara 0,027 hingga 0,149). Petugas
meningkatnya COVID-19 kesehatan di area yang terpengaruh risiko memiliki kepatuhan yang
pada dilaporkan sendiri lebih tinggi dalam beberapa perilaku pencegahan
Cina? dan pengendalian infeksi (koefisien berkisar dari 0,028 hingga
0,133). Namun, petugas kesehatan yang menghubungi pasien yang
Antimicrobial Resistance dicurigai memiliki kepatuhan yang dilaporkan sendiri lebih rendah di
and Infection Control beberapa Pencegahan dan pengendalian infeksi perilaku (koefisien
bervariasi dari - 0,159 hingga - 0,087).
9. (J. Kang et al., 2020) Tanggapan Korea Selatan Rangkuman harian Pusat 4 pemimpin tim Hasilnya, alat uji diagnostik COVID-19 dengan cepat
untuk menghentikan Pengendalian dan pengendalian dikembangkan, memungkinkan deteksi dini yang ekstensif kasus
pandemi COVID-19. Pencegahan Penyakit infeksi, 1 perawat potensial. Langkah kunci lainnya adalah melacak kasus,
53

NO. PENELITI (TAHUN) JUDUL DAN NAMA DESAIN PENELITIAN SAMPEL TEMUAN
DAN SUMBER JURNAL
JURNAL
https://www.ajicjournal.o Korea ditinjau secara gawat darurat, dan menemukan individu yang terpapar, mengoordinasikan penugasan
rg/action/showPdf? American Journal of menyeluruh. 1 dokter penyakit kasus dengan fasilitas perawatan kesehatan, dan pemeriksaan
pii=S0196- Infection Control menular di Korea klinik selektif untuk pengunjung yang memasuki rumah sakit dengan
6553%2820%2930360- mengenakan wajib masker. Akibatnya, setelah mengatasi puncak
6 awal wabah, yang terkait dengan kelompok agama, Korea telah
mampu mempertahankan kasus baru setiap hari sekitar 100 dan
kurang dari 50 kasus harian di minggu kedua bulan April.
10. (Mansyur & Kartika, Analisis Kebijakan Content analisis. Pemerintah Daerah Langkah-langkah kebijakan dan aksi gerak cepat dapat dilakukan
Pemerintah Daerah Dki Jakarta, Jawa oleh pemerintah masingmasing daerah dalam mencegah
2020)
Dalam Pencegahan Barat, Jawa Timur, penyebaran Virus Covid-19 sudah tepat, akan tetapi lambannya
Coronavirus Disease Jawa Tengah. pemerintah pusat dalam mengambil komando sangat disayangkan.
http://almishbahjurnal.c (Covid-19) Dengan Peran pemerintah pusat saat ini seolah-olah hanya melakukan
om/index.php/al- Pendekatan Komunikasi, beberapa strategi komunikasi saja dan tidak komprehensif, berupa
mishbah/article/view/18 Media Dan Budaya. teknik koersif yang masih berupa instruksi tanpa tindakan sanksi
4 Jurnal Ilmu Dakwah dan dan juga informatif kepada pemerintah daerah. Pemerintah pusat
Komunikasi. maupun daerah mestinya segera menyusun rencana dan
tatalaksana penanganan covid-19 yang menjadikan aspek
Komunikasi dan Budaya sebagai ujung tombak. Karena, jika
keadaan makin memburuk dan pelampung ekonomi warga sudah
tenggelam, maka kekacauan sosial hanya akan dapat diredakan
lewat usaha-usaha represif yang beresiko memakan korban jiwa.
11. (Sampurno, Budaya Media Sosial, Virtual etnografi. Masyarakat dan Masyarakat lebih mudah untuk menangkap apa yang menjadi isi
Kusumandyoko, & Edukasi Masyarakat dan dengan melibatkan pesan atau materi pengetahuan yang ingin disampaikan, terutama
Pandemi Covid-19. komunikasi media terkait Covid-19 yang sedang marak dewasa ini. Pendidikan dengan
Islam, 2020)
massa. cara dan media apapun adalah bagian yang sangat integral dari
Jurnal Sosial & Budaya masyarakat Indonesia yang dipercaya mampu membentuk individu
https://www.researchgat Syar-i. dan mengajarkan mereka tentang bagaimana bertindak dan
e.net/profile/Muchamma berperilaku dalam situasi tertentu. masyarakat yang dapat
d_Bayu_Tejo_Sampurn membantunya berkembang menjadi individu yang lebih mampu
o/publication/34063124 menyesuaikan dan bermanfaat dalam lingkungannya dalam
8_Budaya_Media_Sosi penaggulangan Covid-19, setidaknya dengan mengedukasi perilaku
al_Edukasi_Masyarakat masyarakat dalam lingkungan sekitar. Peran media sosial dalam
_dan_Pandemi_COVID- edukasi kesehatan masyarakat, untuk sebagian besar dapat
19/links/5ed703944585 dikreditkan dengan munculnya teknologi yang memungkinkan
1529452a4521/Budaya- individu untuk mempercepat penyebaran informasi terkati Covid-19.
54

NO. PENELITI (TAHUN) JUDUL DAN NAMA DESAIN PENELITIAN SAMPEL TEMUAN
DAN SUMBER JURNAL
JURNAL
Media-Sosial-Edukasi- Teknologi telah menjadi fasilitator yang hebat; bahkan fungsi
Masyarakat-dan- masyarakat telah berubah dengan teknologi. Melalui media sosial,
Pandemi-COVID-19.pdf masyarakat dengan mudah berbagi informasi terkait Covid-19.
12. (Hidayat & Langkah – Langkah Kualitatif deskriptif. Kementrian Hukum Ditengah pendemi seperti ini Lembaga pemasayrakatan menjadi
Strategis Untuk Mencegah dan Ham terkhusus sorotan utama karena kondisi nyata yang dilapangan masih
Pemasyarakatan, 2020)
Pandemi Covid-19 Di pada terjadinya Overcrowding sehingga dalam pencegahan dan
Lembaga Pemasyarkatan pemasayrakatan. mengikuti kebijakan pemerintah belum maksimal, maka dari
http://ojs.poltekkes- Indonesia. pemasyrakatan dalam hal ini memberikan langkah-langkah strategis
malang.ac.id/index.php/j dalam pencegahan Covid-19 yaitu kerja dari rumah atau Work Form
pk/article/download/149 Jurnal Pendidikan House, menerapkan protokol kesehatan yang ketat di lapas,
4/233. Kesehatan melakukan penudaan, pengalihan jenis tahanan dan melakukan
sidang melalui Video Conference, melakukan pembebasan
narapidana melalui program asimilasi dan hak integrasi, serta
berkerjasama dengan dinas kesehatan setempat.

G. Kerangka Teori

Kriteria evaluai untuk menilai


keberhasilan Indikator
penanggulangan pada Penanggulangan
Pedoman Pencegahan dan Epidemi pada
Evaluasi Program
Pengendalian Covid-19 oleh Pedoman
Penanggulangan
Kemenkes RI Rev-5: Pencegahan dan
Covid-19 di Kota
Kriteria Epidemiologi Pengendalian
Palopo
Kriteria Sistem kesehatan Covid-19 oleh
Kriteria Surveilans Kemenkes RI
Kesehatan Masyarakat Rev-5
55

Gambar 2.1
(Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2020a)

H. Kerangka Konseptual

Evaluasi Program Penanggulangan Covid-19 di


Kota Palopo

Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Covid-19 oleh


Kemenkes RI Rev-5

Kriteria Epidemiologi
Kriteria Sistem kesehatan 24 Indikator
Kriteria Surveilans Kesehatan Penanggulangan Epidemi
Masyarakat

Gambar 2.2
Kerangka Konseptual Evaluasi Program Penanggulangan Covid-19.
56

I. Defenisi Konseptual

1. Tabel 2 Kriteria Epidemiologi

Kriteria Epidemiologi Penjelasan


Penurunan minimal 50% angka Indikator penurunan penularan setara
kasus konfirmasi baru dari dengan penurunan setengah dari
puncak tertinggi selama 3 jumlah kasus (50%) selama 3 minggu
minggu berturut-turut dan terus dari puncak tertinggi. Strategi ini
menurun pada minggu-minggu mengharuskan untuk memperbanyak
selanjutnya pemeriksaan RT-PCR, dengan
prioritas pemeriksaan RT-PCR pada
kasus suspek.
Jumlah spesimen positif (untuk Positivity rate dalam 2 minggu
keperluan diagnosis) pada terakhir=
semua kasus dalam 2 minggu Jumlah kasus positif
terakhir <5% ────────────────────
(Jumlah kasus positif + Jumlah kasus
*Evaluasi melalui tren tetap negatif diagnosis)
dibutuhkan dan tidak terjadi *dengan syarat surveilans berjalan
perubahan pada uji lab atau optimal dan kapasitas lab mampu
strategi pengukuran melakukan pemeriksaan 1/1000
penduduk per-minggu
57

Jumlah spesimen positif Melalui surveilans Sentinel ILI


COVID19 pada Sentinel ILI (Influenza like illness) dan SARI
(Influenza like illness) dan SARI (severe acute respiratory infection),
(severe acute respiratory rendahnya % spesimen yang positif
infection) dalam 2 minggu COVID-19 menunjukkan rendahnya
terakhir < 5% transmisi di populasi.

Positivity rate pada sentinel ILI dan


SARI dalam 2 minggu terakhir =
Jumlah kasus positif COVID-19
────────────────────
(Jumlah kasus positif COVID-19 +
Jumlah kasus negatif diagnosis)
≥80% kasus konfirmasi berasal Indikator ini menunjukkan rantai
dari daftar kontak dan dapat penularan telah dapat diidentifikasi
diidentifikasi kelompok klasternya dan dilakukan upaya
dalam 2 minggu terakhir penanggulangan.
Penurunan jumlah kasus Penurunan jumlah kematian ini
kematian, baik kasus probable menunjukkan bahwa jumlah kasus
maupun kasus konfirmasi dalam COVID-19 menurun dan tata laksana
3 minggu terakhir medis membaik.
Penurunan jumlah pasien dirawat Kriteria ini mengindikasikan adanya
dan kasus kritis yang butuh ICU penurunan jumlah kasus di populasi.
pada kasus konfirmasi dalam 2 Penetapan ini apabila kualitas
mingggu terakhir perawatan di rumah sakit belum
berubah.
Penurunan kematian karena Ketika kasus pneumonia tidak dapat
pneumonia pada setiap dilakukan pemeriksaan RT-PCR,
58

kelompok usia penurunan kematian karena


pneumonia secara tidak langsung
akan mengindikasikan pengurangan
kematian karena COVID-19.

2. Tabel 3 Kriteria Sistem Pelayanan Kesehatan

Kriteria Sistem Pelayanan Penjelasan


Kesehatan
Seluruh pasien COVID-19 dapat Ini menunjukkan bahwa sistem
memperoleh tatalaksana sesuai kesehatan telah kembali ke keadaan
standar di mana semua kondisi (staf, tempat
Semua pasien bukan COVID-19 tidur, obat-obatan, peralatan, dan
yang memiliki kondisi parah lain-lain) tersedia untuk memberikan
memperoleh tatalaksana sesuai standar perawatan yang sama
standar seperti sebelum krisis.
Tidak ada peningkatan kematian
akibat penyakit selain COVID-19
di rumah sakit
Sistem pelayanan kesehatan Ini menunjukkan bahwa sistem
dapat mengatasi peningkatan kesehatan dapat berjalan ketika
lebih dari 20% kasus COVID-19 harus mengatasi lonjakan kasus saat
melonggarnya pembatasan sosial.
Indikator ini termasuk staf, peralatan,
tempat tidur, dan lainlain yang
jumlahnya memadai.
59

Terdapat komite/tim/ koordinator Komite/tim/koordinator PPI


PPI di seluruh fasyankes dan mengindikasikan kemampuan untuk
penanggung jawab PPI di koordinasi, supervisi, pelatihan
seluruh dinas kesehatan sebagai aktivitas PPI termasuk di
kabupaten/kota (1 orang puskesmas/FKTP lainnya.
petugas PPI terlatih per 250
tempat tidur)
Seluruh fasyankes dapat skrining terhadap COVID-19 Hal ini
melakukan skrining terhadap untuk meyakinkan bahwa seluruh
COVID-19 pasien yang datang ke fasyankes di
skrining untuk gejala COVID-19
untuk mencegah infeksi di fasyankes
Seluruh fasyankes memiliki Sistem kesehatan memiliki kapasitas
mekanisme isolasi suspek memadai untuk isolasi seluruh pasien
COVID-19 COVID-19

3. Tabel 4 Kriteria Surveilans Kesehatan Masyarakat

Kriteria Surveilans Kesehatan Penjelasan


Masyarakat
Sistem Surveilans
60

Setiap kasus baru dapat Ada sistem surveilans COVID-19


diidentifikasi, dilaporkan dan yang mencakup keseluruhan wilayah
dianalisis kurang dari 24 jam. dan semua orang serta komunitas
Penemuan kasus baru yang berisiko. Surveilans yang
dilaporkan kepada Dinas komprehensif mencakup surveilans
Kesehatan Kabupaten/Kota di tingkat masyarakat, tingkat
(notifikasi) sesuai dengan pelayanan kesehatan primer, di
formulir notifikasi penemuan rumah sakit, dan pada wilayah yang
kasus COVID-19 di Fasyankes memiliki surveilans sentinel ILI/SARI
sebagaimana terlampir. dan penyakit-penyakit saluran
pernapasan lain.
Perkembangan situasi COVID- Kriteria ini mengindikasikan adanya
19 di daerah dilaporkan oleh kebijakankebijakan kesehatan
Dinas Kesehatan masyarakat yang sesuai sehingga
Kabupaten/Kota secara berkala notifikasi kasus COVID-19 dari
harian kepada Dinas Kesehatan semua fasyankes segera
Provinsi dan Kementerian disampaikan.
Kesehatan sesuai dengan
formulir laporan harian agregat
(formulir 4) melalui sistem
pelaporan harian online sesuai
pembahasan pada bagian
pencatatan pelaporan (BAB III)
Laporan mencakup:
b. Jumlah suspek
c. Jumlah probable
d. Jumlah konfirmasi
e. Jumlah kematian
61

f. Jumlah kontak erat


g. Jumlah kasus rawat RS
h. Jumlah kasus yang diambil
specimen
Sistem surveilans diterapkan Ini mengindikasikan otoritas
dan diperkuat di fasilitas tertutup kesehatan telah mengidentifikasi
(seperti lapas, panti jompo, panti populasi khusus yang rentan dan
rehabilitasi, asrama, pondok melakukan surveilans pada populasi
pesantren, dan lain-lain) dan ini.
pada kelompok-kelompok
rentan
Surveilans kematian COVID-19 Menunjukkan kemampuan melacak
dilakukan di Rumah Sakit dan jumlah kematian COVID-19 dengan
masyarakat cepat dan handal. Jika
memungkinkan dikeluarkan SMPK
(Sertifikat Medis Penyebab
Kematian) COVID19. Pendekatan
lain yang dilakukan dalam surveilans
kematian adalah laporan dari pusat
keagamaan atau tempat
pemakaman.
Investigasi (Penyelidikan) kasus
Tim Gerak Cepat COVID-19 Ukurannya adalah kemampuan
berfungsi dengan baik di melakukan penyelidikan kasus dan
berbagai tingkat administrasi klaster COVID-19.
90% kasus suspek diisolasi dan Ini menunjukkan bahwa investigasi
dilakukan pengambilan dan isolasi kasus baru dilakukan
spesimen dalam waktu kurang cukup cepat untuk meminimalkan
62

dari 48 jam sejak munculnya timbulnya kasus sekunder.


gejala
Lama hasil pemeriksaan Lab. Kriteria ini harus ditetapkan untuk
keluar sejak spesimen memperbaiki sistem manajemen
dikirimkan dan diterima hasilnya pemeriksaan spesimen.
adalah 3x24 jam
Pelacakan Kontak (Contact Tracing)
>80% kasus baru dapat Ini menunjukkan kapasitas pelacakan
diidentifikasi kontak eratnya dan kasus dan kontak adequate
mulai dilakukan karantina dalam
waktu <72 jam setelah kasus
baru di konfirmasi
>80% kontak dari kasus baru Kontak harus dipantau setiap hari
dipantau selama 14 hari sejak selama 14 hari dan idealnya umpan
kontak terakhir balik tidak boleh terlewat selama
lebih dari dua hari.
Menggunakan sistem informasi Sementara pelacakan data kontak
dan manajemen data tersedia dapat diolah manual pada skala kecil,
untuk mengelola pelacakan pelacakan kontak skala besar dapat
kontak dan data terkait lainnya didukung oleh perangkat elektronik.

J. Alur Penelitian

Identifikasi Masalah

Penyusunan Kriteria
Evaluasi
Turun Lapangan 63

Penemuan 6 Penemuan 2
Informan Kunci Informan Tambahan

Wawancara Informan

Pengecakan Lapangan Sebagai


Pelengkap Penelitian

Analisis Hasil Penelitian

Hasil Penelitian
(Berdasarkan Pedoman Pencegahan dan
Pengendalian Covid-19 oleh Kemenkes RI evisi
ke-5)
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan pendekatan studi

kasus instrumental berfokus pada satu isu atau persoalan tertentu yang

digunakan untuk mendapatkan informasi mengenai proses pelaksanaan

program Penanggulangan Covid-19 di kota Palopo. Penelitian ini

menggunakan metode evaluasi formatif dimaksudkan untuk memantau

kemajuan program selama program berlangsung, untuk memberikan

balikan (feedback) bagi perbaikan dan penyempurnaan program,

sehingga pelaksanaan dan hasil atau dampak yang ditimbulkan menjadi

lebih baik.

B. Lokasi dan Waktu Penelitian

1. Lokasi

Penelitian dilakukan di wilayah kota Palopo, sebab dalam penelitian

ini akan meneliti mengevaluasi program penanggulangan Covid-19

yang telah dijalankan di kota Palopo.

2. Waktu

Penelitian dilaksanakan selama 1 Bulan dimulai bulan September

sampai dengan Oktober 2020.

64
65

C. Informan Penelitian

. Menurut Sugiyono Informan penelitian terbagi menjadi dua yaitu

(Sugiyono, 2009):

1. Informan Kunci

Informan kunci adalah yang sangat memahami dan dapat

memberikan penjelasan berbagai hal yang berkaitan dengan penelitian

(Sugiyono, 2009). Informan kunci dipilih secara purposive sampling

yaitu teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu. yang

dimaksud Informan kunci disini adalah satuan gugus tugas percepatan

penanganan covid-19 kota Palopo dalam hal ini:

a. Ketua gugus tugas percepatan penanganan covid-19 kota Palopo.

b. Salah satu bagian perencanaan, data, pakar, dan analisis gugus

tugas percepatan penanganan covid-19 kota Palopo.

c. Salah satu bagian operasi gugus tugas percepatan penanganan

covid-19 kota Palopo.

d. Salah satu bagian pencegahan gugus tugas percepatan

penanganan covid-19 kota Palopo.

e. Salah satu bagian penanganan gugus tugas percepatan

penanganan covid-19 kota Palopo.

f. Salah satu koordinator Lapangan gugus tugas percepatan

penanganan covid-19 kota Palopo.


66

2. Informan Tambahan

Informan tambahan adalah siapa saja yang ditemukan diwilayah

penelitian yang diduga dapat memberikan informasi tentang masalah

yang diteliti (Sugiyono, 2009). Pemilihan Informan tambahan dilakukan

dengan cara snowballing yaitu pertama kali peneliti mencari seorang

informan dan selanjutnya peneliti meminta kepada informan untuk

memperkenalkan temannya kepada peneliti untuk dijadikan informan

dan seterusnya (Evi Martha, 2016).

D. Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah pedoman

wawancara dan catatan (notes) yang telah disiapkan, kamera, telepon

genggam, dan ballpoint. Kamera digunakan untuk melakukan observasi

untuk mendokumentasikan kejadian penting yang berkaitan dengan

penelitian. Telepon genggam digunakan sebagai perekam suara,

sedangkan ballpoint digunakan untuk menuliskan informasi yang

didapatkan dari informan penelitian.

E. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah

teknik wawancara mendalam, teknik observasi dan teknik dokumentasi.

Berikut ini akan dijelaskan teknik-teknik pengumpulan data yang

digunakan oleh peneliti sebagai berikut:


67

1. Teknik Wawancara

Mendalam.

Wawancara mendalam (in-depth interview) adalah proses

memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya

jawab sambil bertatap muka antara pewawancara dengan informan

atau orang yang diwawancarai, dengan atau tanpa menggunakan

pedoman (guide) wawancara (Sutopo, 2006). Wawancara dalam

penelitian ini menggunakan pedoman wawancara yang telah disusun

berdasarkan pedoman pencegahan dan pengendalian Covid-19 oleh

kemenkes RI Rev-5.

2. Teknik Observasi.

Observasi adalah teknik pengumpulan data, dimana peneliti

melakukan pengamatan secara langsung ke objek penelitian untuk

melihat dari dekat kegiatan yang dilakukan (Riduwan, 2004).

Observasi dalam penelitian ini digunakan untuk memperoleh

gambaran program penanggulangan covid-19 di Kota Palopo.

3. Teknik

Dokumentasi.

Dokumentasi merupakan salah satu cara yang dapat dilakukan

peneliti kualitatif untuk mendapatkan gambaran dari sudut pandang

subjek melalui suatu media tertulis dan dokumen lainnya yang ditulis

atau dibuat langsung oleh subjek yang bersangkutan (Herdiansyah,

2010). Dokumentasi dalam penelitian yang digunakan berupa


68

dokumen yang berkaitan dengan program penanggulangan covid-19 di

Kota Palopo.

F. Sumber Data

Ada dua macam sumber data dalam penelitian ini, yaitu :

1. Data Primer

Data primer ialah data yang berasal dari sumber asli atau pertama.

Data ini tidak tersedia dalam bentuk terkompilasi ataupun dalam

bentuk file-file. Data ini harus dicari melalui narasumber atau dalam

istilah teknisnya responden, yaitu orang yang kita jadikan objek

penelitian atau orang yang kita jadikan sebagai sarana mendapatkan

informasi ataupun data (Narimawati, 2008).

2. Data sekunder

Data sekunder adalah data yang mengacu pada informasi

yang dikumpulkan dari sumber yang telah ada. Sumber data sekunder

adalah catatan atau dokumentasi perusahaan, publikasi pemerintah,

analisis industri oleh media, situs Web, internet dan seterusnya

(Sekaran, 2011).

G. Analisis Data

Analisis data dalam penelitian ini terdapat 3 (tiga) tahap yakni:

1. Reduksi Data

Menurut Sugiyono (2010: 338) mereduksi data berarti merangkum,

memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting,

dicari tema dan polanya dan membuang hal yang tidak perlu. Dengan
69

demikian data yang telah direduksi akan memberikan gambaran yang

lebih jelas, dan mempermudah peneliti untuk melakukan pengumpulan

data selanjutnya, dan mencarinya bila diperlukan (Sugiyono, 2010).

2. Penyajian Data

Penyajian data adalah kegiatan ketika sekumpulan informasi

disusun, sehingga memberi kemungkinan akan adanya penarikan

kesimpulan. Bentuk penyajian data kualitatif berupa teks naratif

(berbentuk catatan lapangan), matriks, grafik, jaringan dan bagan

(Sugiyono, 2010).

3. Penarikan Kesimpulan

Penarikan kesimpulan adalah hasil analisis yang dapat digunakan

untuk mengambil tindakan Kesimpulan awal yang dikemukakan masih

bersifat sementara, dan akan mengalami perubahan apabila tidak

ditemukan buktibukti yang kuat yang mendukung pada tahap

pengumpulan data berikutnya. Tetapi apabila kesimpulan yang

dikemukakan pada tahap awal didukung oleh bukti-bukti yang valid

dan konsisten saat peneliti kembali ke lapangan mengumpulkan data,

maka kesimpulan yang dikemukakan merupakan kesimpulan yang

kredibel (Sugiyono, 2010).

H. Keabsahan Data

Peneliti menggunakan triangulasi  untuk memperoleh kebenaran

tingkat tinggi jika didekati dari berbagai sudut pandang. Memotret

fenomena tunggal dari sudut pandang yang berbeda-beda akan


70

memungkinkan diperoleh tingkat kebenaran yang handal.  Karena itu,

triangulasi ialah usaha mengecek kebenaran data atau informasi yang

diperoleh peneliti dari berbagai sudut pandang yang berbeda dengan cara

mengurangi sebanyak  mungkin bias  yang terjadi pada saat pengumpulan

dan analisis data (Rahardjo, 2010).

Triangulasi yang dilakukan dalam penelitian ini adalah triangulasi

sumber data, triangulasi teori, dan triangulasi metode.

1. Triangulasi Sumber Data

Triangulasi sumber data adalah pengumpulan data dari beragam

sumber yang saling berbeda dengan menggunakan suatu metode

yang sama (Denzin, 1970). Triangulasi sumber data dilakukan dengan

wawancara mendalam informan penelitian yang memiliki fungsi yang

berbeda-beda.

2. Triangulasi Teori

Triangulasi teori adalah penggunaan sejumlah perspektif atau teori

dalam menafsir seperangkat data (Denzin, 1970). Triangulasi teori

yang digunakan adalah hasil wawancara informan. Berbagai perspektif

atau teori yang didapatkan di lapangan maka peneliti akan memilih

teori yang relevan dengan masalah yang diteliti.

3. Triangulasi Metode

Triangulasi metode adalah penggunaan sejumlah metode

pengumpulan data dalam suatu penelitian (Denzin, 1970). Triangulasi

metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah memadukan


71

wawancara mendalam, observasi lapangan peneliti dan penelusuran

dokumen yang berikatan dengan penelitian.


BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian


1. Sejarah Singkat Kota Palopo

Kota Palopo, dahulu disebut Kota Administratip (Kotip) Palopo,

merupakan Ibu Kota Kabupaten Luwu yang dibentuk berdasarkan

Peraturan Pemerintah ( PP ) Nomor Tahun 42 Tahun 1986. Seiring

dengan perkembangan zaman, tatkala gaung reformasi bergulir dan

melahirkan UU No. 22 Tahun 1999 dan PP 129 Tahun 2000, telah

membuka peluang bagi Kota Administratif di Seluruh Indonesia yang

telah memenuhi sejumlah persyaratan untuk dapat ditingkatkan

statusnya menjadi sebuah daerah otonom.

Ide peningkatan status Kotip Palopo menjadi daerah otonom,

bergulir melalui aspirasi masyarakat yang menginginkan peningkatan

status kala itu, yang ditandai dengan lahirnya beberapa dukungan

peningkatan status Kotip Palopo menjadi Daerah Otonom Kota Palopo

dari beberapa unsur kelembagaan penguat seperti:

a. Surat Bupati Luwu No. 135/09/TAPEM Tanggal 9 Januari 2001,

Tentang Usul Peningkatan Status Kotip Palopo menjadi Kota

Palopo.

72
73

b. Keputusan DPRD Kabupaten Luwu No. 55 Tahun 2000 Tanggal 7

September 2000, tentang Persetujuan Pemekaran/Peningkatan

Status Kotip Palopo menjadi Kota Otonomi,

73
74

c. Surat Gubernur Propinsi Sulawesi Selatan No. 135/922/OTODA

tanggal 30 Maret 2001 Tentang Usul Pembentukan Kotip Palopo

menjadi Kota Palopo;

d. Keputusan DPRD Propinsi Sulawesi Selatan No. 41/III/2001

tanggal 29 Maret 2001 Tentang Persetujuan Pembentukan Kotip

Palopo menjadi Kota Palopo;

Hasil Seminar Kota Administratip Palopo Menjadi Kota Palopo;

Surat dan dukungan Organisasi Masyarakat, Oraganisasi Politik,

Organisasi Pemuda, Organisasi Wanita dan Organisasi Profesi; Pula di

barengi oleh Aksi Bersama LSM Kabupaten Luwu memperjuangkan

Kotip Palopo menjadi Kota Palopo, kemudian dilanjutkan oleh Forum

Peduli Kota.

Akhirnya, setelah Pemerintah Pusat melalui Depdagri meninjau

kelengkapan administrasi serta melihat sisi potensi, kondisi wilayah

dan letak geografis Kotip Palopo yang berada pada Jalur Trans

Sulawesi dan sebagai pusat pelayanan jasa perdagangan terhadap

beberapa kabupaten yang meliputi Kabupaten Luwu, Luwu Utara,

Tana Toraja dan Kabupaten Wajo serta didukung dengan sarana dan

prasarana yang memadai, Kotip Palopo kemudian ditingkatkan

statusnya menjadi Daerah Otonom Kota Palopo.

Tanggal 2 Juli 2002, merupakan salah satu tonggak sejarah

perjuangan pembangunan Kota Palopo, dengan di tanda tanganinya

prasasti pengakuan atas daerah otonom Kota Palopo oleh Bapak


75

Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia , berdasarkan Undang-

Undang No. 11 Tahun 2002 tentang Pembentukan Daerah Otonom

Kota Palopo dan Kabupaten Mamasa Provinsii Sulawesi Selatan ,

yang akhirnya menjadi sebuah Daerah Otonom, dengan bentuk dan

model pemerintahan serta letak wilayah geografis tersendiri, berpisah

dari induknya yakni Kabupaten Luwu.

Diawal terbentuknya sebagai daerah otonom, Kota Palopo hanya

memiliki 4 Wilayah Kecamatan yang meliputi 19 Kelurahan dan 9

Desa. Namun seiring dengan perkembangan dinamika Kota Palopo

dalam segala bidang sehingga untuk mendekatkan pelayanan

pelayanan pemerintahan kepada masyarakat, maka pada tahun 2006

wilayah kecamatan di Kota Palopo kemudian dimekarkan menjadi 9

Kecamatan dan 48 Kelurahan.

2. Letak Geografis.

Kota Palopo secara geografis terletak antara 2º53’15” - 3º04’08”

Lintang Selatan dan 120º03'10" - 120º14'34" Bujur Timur. Kota Palopo

yang merupakan daerah otonom kedua terakhir dari empat daerah

otonom di Tanah Luwu. Secara Geografis Kota Palopo Kurang Lebih

375 Km dari Kota Makassar ke arah Utara dengan posisi antara 120

derajat 03 sampai dengan 120 derajat 17,3 Bujur Timur dan 2 derajat

53,13 sampai dengan 3 derajat 4 Lintang Selatan, pada ketinggian 0

sampai 300 meter di atas permukaan laut.


76

Kota Palopo di bagian sisi sebelah Timur memanjang dari Utara ke

Selatan merupakan dataran rendah atau Kawasan Pantai seluas

kurang lebih 30% dari total keseluruhan, sedangkan lainnya bergunung

dan berbukit di bagian Barat, memanjang dari Utara ke Seatan,

dengan ketinggian maksimum adalah 1000 meter di atas permukaan

laut. Kota Palopo sebagai sebuah daerah otonom hasil pemekaran dari

Kabupaten Luwu, dengan batas-batas :

a. Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Walenrang

Kabupaten Luwu

b. Sebelah Timur dengan Teluk Bone

c. Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Bua Kabupaten

Luwu

d. Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Tondon Nanggala

Kabupaten Tana Toraja.

3. Luas Wilayah.

Luas wilayah administrasi Kota Palopo sekitar 247,52 kilometer

persegi atau sama dengan 0,39% dari luas wilayah Propinsi Sulawesi

Selatan. Secara administratif Kota Palopo terbagi menjadi 9

Kecamatan dan 48 Kelurahan. Sebagian besar Wilayah Kota Palopo

merupakan dataran rendah sesuai dengan keberadaanya sebagai

daerah yang terletak di pesisir pantai. Sekitar 62,00 persen dari luas

Kota Palopo merupakan daerah dataran rendah dengan ketinggian 0-

500 m dari permukaan laut, 24,00 persen terletak pada ketinggian 501-
77

1000 m sekitar 14,00 persen yang terletak diatas ketinggian lebih dari

1000 m. Dari segi luas nampak bahwa Kecamatan terluas adalah

Kecamatan Wara Barat dengan luas 54,13 km2 dan yang tersempit

adalah Kecamatan Wara Utara dengan luas 10,58 km2.

4. Visi dan Misi Kota Palopo 2018-

2023.

a. Visi :

Visi Kota Palopo 2018-2023 adalah “Terwujudnya Palopo

Sebagai Kota Maju, Inovatif dan Berkelanjutan Pada Tahun 2023”.

b. Misi :

1) Melaksanakan layanan pendidikan, kesehatan serta jaminan

dan perlindungan sosial untuk kelompok rentan.

2) Mewujudkan lingkungan yang layak huni melalui

pengembangan infrastruktur perkotaan, penataan permukiman,

sanitasi, dan ruang terbuka hijau.

3) Memodemisasi layanan publik, meningkatkan kualitas aparatur

dan tata kelola pemerintahan, serta mendorong partisipasi

public dalam pembangunan.

4) Mendorong kewirausahan berbasis jasa dan niaga melalui

peningkatan keterampilan hidup, permodalan, dan

pendampingan bisnis.

5) Mewujudkan iklim yang toleran terhadap pengemabngan

pariwisata dan ekonomi yang bercirikan nilai budaya luwu.


78

B. Hasil Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Kota Palopo. Fokus penelitian pada

wilayah kota palopo dimana pada penelitian ini melihat bagaimana

program penanggulangan covid-19 di kota palopo. Dalam penelitian ini

teknik pengumpulan data diperoleh berdasarkan hasil wawancara

mendalam (in-depth interview), observasi dan dokumen. Peneliti berperan

sebagai instrument penelitian dan instrument lainnya sifatnya hanya

sebagai pendukung peneliti. Pelaksanaannya dibantu dengan alat

perekam suara, menggunakan kamera untuk melakukan dokumentasi

hasil penelitian dalam bentuk gambar, pedoman wawancara, lembar

observasi, catatan lapangan serta alat tulis menulis untuk membuat

catatan proses penelitian.

1. Karakteristik Informan

Informan pada penelitian ini adalah informan yang pilih sebagai

informan yang dapat memberikan informasi sesuai penelitian yakni

informan kunci adalah ketua gugus tugas percepatan penanganan

covid-19 kota Palopo, salah satu bagian perencanaan, data, pakar,

dan analisis gugus tugas percepatan penanganan covid-19 kota

Palopo, salah satu bagian operasi gugus tugas percepatan

penanganan covid-19 kota Palopo, salah satu bagian pencegahan

gugus tugas percepatan penanganan covid-19 kota Palopo, salah satu

bagian penanganan gugus tugas percepatan penanganan covid-19


79

kota Palopo, salah satu koordinator lapangan gugus tugas percepatan

penanganan covid-19 kota Palopo. Informan tambahan sebanyak dua

orang adalah pelaksana dalam penaganan covid-19 di salah satu

rumah sakit di Kota Palopo yakni RSUD Sawerigading dalam hal ini

sebagai rumah sakit penyangga di kota Palopo dan salah satu

pelaksana dalam penanganan covid-19 di salah satu puskesmas di

Kota Palopo.

Tabel 5. Matriks 1 Karateristik Informan.

No. Inisial Umur (Tahun) Jabatan di Satgas Covid


Kota Palopo
1. MI 48 Juru Bicara (Perwakilan
Ketua Satgas)
2. SA 36 Perencanaan, Data, Pakar
dan Analisis
3. SH 42 Operasi
4. ML 57 Pencegahan
5. ID 28 Penanganan
6. AR 35 Koordinator Lapangan
7. SS 48 Pelaksana Program
8. IA 36 Pelaksana Program
Sumber: Data Primer

Berdasarkan matriks 4.1 diatas dapat diliat bahwa yang menjadi

perwakilan ketua satgas dalam melakukan wawancara adalah juru

bicara gugus tugas percepatan penanganan covid-19 di Kota Palopo,

sementara informan yang lain adalah sesuai dengan jabatannya

masing-masing pada gugus tugas percepatan penanganan covid-19 di


80

Kota Palopo. Sementara pada pelaksana program dimana SS adalah

salah satu pelaksana program di salah satu puskesmas di Kota Palopo

sedangkan IA adalah salah satu pelaksana program di salah satu

rumah sakit di Kota Palopo.

2. Kriteria Epidemiologi pada

program penanggulangan Covid-19 di Kota Palopo.

a. Tren kasus konfirmasi baru dari puncak tertinggi selama 3 minggu

berturut-turut dan terus menurun pada minggu-minggu selanjutnya.

Penurunan minimal 50% angka kasus konfirmasi baru dari

puncak tertinggi selama 3 minggu berturut-turut dan terus menurun

pada minggu-minggu selanjutnya dengan mengharuskan untuk

memperbanyak pemeriksaan RT-PCR, dengan prioritas

pemeriksaan RT-PCR pada kasus suspek. Berikut kutipan hasil

wawancara:

“…Lagi meningkat. Sekarang 144 kasus per tanggal 14 september


2020 ini. Ada 100 yang sembuh, 8 yang meninggal dunia, yang lain
ada yang dirawat di rumah sakit dan diisolasi mandiri…”
(MI, 48 Tahun-Juru Bicara Satgas Covid-19 Kota Palopo)
“…Sekarang itu banyak kasus sudah 100an lebih, 8 mi
meninggal…”
(AR, 35 Tahun-Koordinator Lapangan Satgas Covid-19 Kota
Palopo)

“…Perkembangannya akhir-akhir ini bertambah terus kasusnya


karena begitumi juga sekarang sudah bebas keluar masuk…”
(SS, 48 Tahun-Pelaksana Program Penanggulangan Covid-19
Kota Palopo)

“..Di kota palopo ini ee kasusnya sekarang memang bertambah


terus…”
(ID, 28 Tahun-Penanganan Satgas Covid-19 Kota Palopo)
81

“…Ee ini kita kalau mulai dari lintang juli kemarin itu sudah naik.
karena sudah ada pcm jadi amat sangat membantu kasusnya juga
cepat diketahui jadi kita banyak tracing nah tracing itu karena kita
aktif yah sudah jadi itu tinggi kasusnya. Sampai jadi zona merah.
Meningkat ini kasus ini perhari. Mungkin itu juga dulu karena ada
pembatasan sekarang kan sudah lalu lalang orang. Mungkin juga
orang sudah jenuh mengaku ini sudah biasa kesadaran itu sudah
mulai mengikis. Sekarang itu di tempa-tempat makan itu sudah
ramai dulukan hampir tidak ada. Itu lagi dikembalikan lagi
kesadaran…”
(SH, 42 Tahun-Operasi Satgas Covid-19 Kota Palopo)

“…Kalau kasus disini ee karena itu kan tergantung dari


pemeriksaan tergantung dari permintaan toh. Lumayan sih
banyak…”
(IA, 36 Tahun- Pelaksana Program Penanggulangan Covid-
19 Kota Palopo)

Berdasarkan hasil wawancara informan diatas mengenai tren

kasus konfirmasi 3 minggu berturut-turut dan selanjutnya diketahui

tren kasus mengalami peningkatan disebakan bebasnya akses

keluar masuk kota Palopo, aktifnya dilakukan tracing kontak karena

telah tersedianya PCM (tes cepat molekuler) di Kota Palopo, serta

mengikisnya kesadaran masyarakat hingga per tanggal 14

september 2020 jumlah kasus sebanyak 144 kasus konfirmasi

positif, 100 yang telah sembuh dan 8 meninggal dunia.

Dengan berkembangnya kasus disebabkan oleh berbagai faktor

penyebabnya sehingga diperlukannya berbagai intervensi dalam

upaya penanganannya yang diharapkan dapat menurukan tren

angka kasus konfirmasi positif di masyarakat. Selain itu

diperlukannya edukasi pada masyarakat yang memiliki

pengetahuan yang kurang mengenai penyakit Covid-19.


82

Hal ini diperkuat dengan adanya informasi yang dikemukakan

oleh informan mengenai dilakukannya edukasi kepada masyarakat

disertai dengan upaya penanganan covid-19 yang dilakukan.

Sesuai dengan Peraturan Walikota Nomor 10 Tahun 2020. Berikut

kutipan hasil wawancara:

“…Maret sampai September kita sebenarnya ada tren kenaikan


kasus dan case fatality rate kita juga semakin meningkat jadi
jumlah kasus sampai hari ini adalah 144 tanggal 14 september
2020. Jumlah meninggal ada 8. jadi untuk penangananya kita
sama ji edukasi ee pada masyarakat terus ada perwal yang dibuat
untuk pendisiplinan apa lagi namanya pelaksaan protokol
kesehatan penanggulangan covid yang sudah dilaksanakan lintas
sektor termasuk untuk pelaksanaan utamanya itu dari satpol pp jadi
itu setiap hari saat ini satpol pp melakukan swiping pada
masyarakat jadi semuanya masyarakat yang tidak menggunakan
masker itu didenda sesuai yang tertera di perwal nomor 10 tahun
2020. Kita sekarang rata-rata 3 atau 4 kasus per hari. Seandainya
kita bisa semua periksa sampel di sawerigading tiap hari mungkin
itu ta 5 ta 6, hanya kita kan kirim separuh nanti 3 hari baru ada…”
(SA, 38 Tahun-Perencanaan, Data, Pakar, dan Analisis Satgas
Covid-19 Kota Palopo)
Ungkapan lain yang juga menjadi penyebab meningkatnya

kasus konfirmasi juga dikemukakan oleh informasi dibawah ini,

berikut kutipan hasil wawancara:

“…Mengenai kasus konfirmasi itu ada pengaruhnya sama ini new


normal dengan adanya new normal sesuai dengan perwal pak
walikota jadi meningkat kasus karena masyarakat itu kayaknya ada
yang memberikan informasi yang menyesatkan seperti ini dianggap
bahwa covid ini adalah ada unsur politiknya ada unsur proyek itu
faktornya disengaja oleh pemerintah itu yang menyesatkan
masyarakat sehingga petugas kesehatan itu tidak bisa bekerja
dengan sendirinya tanpa dukungan stakeholder…”
(ML, 57 Tahun-Pencegahan Satgas Covid-19 Kota Palopo)

Berdasarkan hasil wawancara informan diatas diketahui

penyebab meningkatnya kasus konfirmasi juga dipengaruhi oleh


83

adanya new normal serta masyarakat tidak memiliki kepercayaan

mengenai penyakit covid-19 sehingga tenaga kesehatan

membutuhkan dukungan stakeholder.

Adanya new normal mengharuskan kegiatan dilakukan tetap

berjalan seperti sebelumnya tetapi dengan tetap menjalankan

protokol kesehatan dengan baik membuat masyarakat banyak tidak

memperhatikan imbauan tersebut sehingga berdampak pada

meningkatnya kasus konfirmasi di tengah masyarakat.

b. Jumlah spesimen positif pada semua kasus dalam 2 minggu

terakhir.

Jumlah spesimen positif pada semua kasus dalam 2 minggu

terakhir <5% yang dinilai dari banyaknya jumlah kasus positif

dibandingkan dengan jumlah kasus positif kemudian dijumlahkan

dengan jumlah kasus negatif diagnosis. Berikut kutipan hasil

wawancara:

“…Saat ini 144 kasus positif…”


(MI, 48 Tahun-Juru Bicara Satgas Covid-19 Kota Palopo)

“…Yah itu kalo positif konfirmasi itu sampai hari ini per tanggal 14
september 2020 144 kasus positif…”
(SA, 38 Tahun-Perencanaan, Data, Pakar, dan Analisis Satgas
Covid-19 Kota Palopo)

“…Sekarang sudah 100 lebih sekarang. Bertambah terus tiap hari


jadi kita tracing itu tiap hari lumayan…”
(SH, 42 Tahun-Operasi Satgas Covid-19 Kota Palopo)

“…Jumlah penderitanya itu ada datanya di pak SA. Ada sembuh


sekian ada yang meninggal sekian ada yang ee semantara dirawat
sekian ada memang dokumennya pada tim yang menangani…”
(ML, 57 Tahun-Pencegahan Satgas Covid-19 Kota Palopo)
84

“…kalo jumlahnya bertambah terus positif…”


(ID, 28 Tahun-Penanganan Satgas Covid-19 Kota Palopo)

“…jumlahnya itu dilaporkan kemarin 100an lebih tapi bertambah


lagi itu, sudah banyak sekali sekarang tiap hari dilaporkan..”
(AR, 35 Tahun-Koordinator Lapangan Satgas Covid-19 Kota
Palopo)

Berdasarkan hasil wawancara informan diketahui bahwa jumlah

spesimen positif per tanggal 14 september 2020 sebanyak 144

kasus dimana dokumen covid-19 ditangani oleh tim yang

menangani.

Sedangkan pada informan tambahan pada waktu yang berbeda

hasil wawancaranya sebagai berikut:

“…kalau tidak salah sesuai data itu bertambah lagi kasus


konfirmasi 6 kemarin jadi 161 kasus per tanggal 17 september
2020, kalau kemarinnya bertambah juga..”
(SS, 48 Tahun-Pelaksana Program Penanggulangan Covid-19
Kota Palopo)

“…Kalau positif dari awal itu sekitar 170an mungkin bertambah


karena ada lagi katanya pemeriksaan kemarin itu tambah 5 jadi
mungkin hamper 200an lah…”
(IA, 36 Tahun- Pelaksana Program Penanggulangan Covid-
19 Kota Palopo)

Berdasarkan hasil wawancara mengenai jumlah spesimen

positif pada semua kasus dalam 2 minggu terakhir didapatkan

jumlah kasus per tanggal 14 september ke tanggal 17 september

2020 meningkat dimana per tanggal 14 september jumlah

spesimen positif sebanyak 144 kasus menjadi 161 kasus per

tanggal 17 september, bertambah 17 kasus dalam 3 hari

setelahnya.
85

Ditemukannya kasus yang masih bertambah setiap harinya

menunjukkan masih adanya peluang meningkatnya penambahan

kasus konfirmasi ditengah masyarakat untuk minggu berikutnya di

Kota Palopo dimana jumlah pemeriksaan spesimen positif yang

dilakukan pemeriksaan juga sangat mempengaruhi peningkatan

kasus konfirmasi.

c. Jumlah spesimen positif Covid-19 pada penyakit seperti influenza

dan infeksi saluran pernapasan akut yang parah dalam 2 minggu

terakhir.

Melalui surveilans pada penyakit seperti influenza dan infeksi

saluran pernapasan akut yang parah dalam 2 minggu terakhir

dimana rendahnya % spesimen yang positif covid-19 menunjukkan

rendahnya transmisi di populasi. Berikut kutipan hasil wawancara:

“…Jumlahnya yah kurang tau berapa tapi gejalanya seperti itu


bahkan ada banyak yang sesak juga ya. Ada juga yang penyakit
jantung, ada diabetes, ada juga penyakit penyerta lainnya seperti si
A dan lain-lainlah…”
(MI, 48 Tahun-Juru Bicara Satgas Covid-19 Kota Palopo)

“…Kalo jumlahnya tidak ada disebutkan berapa, tapi seperti itu


ada…”
(SA, 38 Tahun-Perencanaan, Data, Pakar, dan Analisis Satgas
Covid-19 Kota Palopo)

“…Ee kalo kami ini sampai sekarang ee juga belum ada laporan
seperti itu cuman jumlah positif saja..”
(ID, 28 Tahun-Penanganan Satgas Covid-19 Kota Palopo)

“…Kurang tau kalau itu..”


(AR, 35 Tahun-Koordinator Lapangan Satgas Covid-19 Kota
Palopo)
86

“…jumlahnya tidak ada. Cuman salah satu itu penyakitnya sesuai


dengan hasil labnya dokter itu yang ada penyakit penyertanya toh
termasuk itu sesak panas apalagi jantung gula. Termasuk itu
semua…”
(SS, 48 Tahun-Pelaksana Program Penanggulangan Covid-19
Kota Palopo)

Berdasarkan hasil wawancara informan diatas diketahui bahwa

tidak tersedianya jumlah kasus konfimasi dengan gejala seperti

influenza dan infeksi saluran pernapasan akut yang parah tetapi

gejala yang diderita adalah seperti itu namun pada umumnya gejala

yang diderita oleh pasien covid-19 adalah sesak yang disertai

dengan penyakit penyertanya.

Pasien konfirmasi covid-19 ditemukan dengan berbagai gejala

yang berbeda bahkan ditemukan banyaknya kasus-kasus dengan

tanpa gejala menyebabkan tingginya angka tracing kontak di

masyarakat yang mengharuskan untuk ditindaklajuti bila termasuk

dalam bagian kontak erat pasien konfrimasi positif covid-19.

Hal ini juga dikemukakan oleh hasil wawancara informan

dibawah ini:

“…Jumlahnya hmm tidak tau berapa.. tapi kalau orang yang sudah
pengalaman itu yang kenna saya wawancarai langsung gejala
awalnya itu dia rasakan itu sakit seluruh badannya, nafsu
makannya berkurang kemudian dia gelisah batuk kemudian sesak
ciri khasnya itu sesak diseratai dengan flu berlendir dia punya
dahak…”
(ML, 57 Tahun-Pencegahan Satgas Covid-19 Kota Palopo)

Hasil wawancara pada informan diatas menunjukkan gejala lain

yang diderita oleh pasien konfirmasi adalah sakit seluruh badan,

nafsu makan berkurang, batuk yang disertai sesak sebagai gejala


87

khas dari penyakit covid-19 disertai flu yang berlendir. Adapun

mengenai kasus yang tidak bergejala dikemukakan oleh informan

dibawah ini:

“…Untuk palopo sendiri sebenarnya dek lebih banyak sebenarnya


yang tanpa bergejala. Kalau sekarang lebih banyak ditemukan itu
orang yang dirumah sakit yang sudah ada indikasi penyakit lainnya
yang awalnya. Tapi kalau mau dibandingkan lebih banyak yang
tanpa gejala…”
(SH, 42 Tahun-Operasi Satgas Covid-19 Kota Palopo)

“…Tidak semua. Ada istilahnya yang tanpa gejala. Cuman


kebanyakan itu yang masuk itu kan di skrining lewat rapid kalau
rapinya reaktif langsung ada pengajuan usulan untuk swab nah
disitu yang menentukan tapi kan kebijakan rumah sakit hampir
semua kayaknya setiap pasien yang mau operasi ataukah yang
mau melahirkan wajib periksa rapid nah dirapidnya itu yang
menentukan biasa di swab atau tidaknya. Kalau rapidnya reaktif
langsung di swab kalau ee pasiennya setuju karena banyak juga
pasien begitu yang tidak setuju. Tapi kalau pasiennya di rapid
direaktif langsung di masukkan di ruang isolasi…”
(IA, 36 Tahun- Pelaksana Program Penanggulangan Covid-
19 Kota Palopo)

Berdasarkan hasil wawancara diatas diketahui bahwa

ditemukan banyaknya pasien konfirmasi dengan tanpa gejala

dibanding dengan bergejala. Namun pada dasarnya adalah pasien

dengan pada awalnya telah menderita penyakit yang dideritanya

kemudian jika melakukan pengobatan maka akan dilakukan rapid

test dengan kebijakan dilakukan isolasi hasil positif.

Tingginya angka spesimen yang positif dilapangan

menunjukkan tingginya trasmisi di populasi dimana di Kota Palopo

sendiri angka spesimen positif dengan gejala yang berbeda

maupun tanpa bergejala masih mengalami peningkatan.


88

d. Asal kasus konfirmasi dan waktu mengidentifikasi kelompok

klasternya.

Jika >80% asal kasus konfirmasi berasal dari daftar kontak dan

dapat diidentifikasi kelompok klasternya dalam 2 minggu terakhir

dimana indikator ini menunjukkan rantai penularan telah dapat

diidentifikasi dan dilakukan upaya penanggulangannya. Berikut

kutipan hasil wawancara:

“…Kasusnya dari kontaknya kebanyakan.Biasanya kalau dapat


biasanya paling lama 2 hari lah. Paling lama ya bisa juga di dapat
sebentar misalnya dia tergantung juga ini biasanya di rumah sakit
dia langsung cek toh diambil sampelnya biasa dari lapkesda ambil
biasa juga dari kalo dari rs sawerigading dia sendiri yang ambil…”
(MI, 48 Tahun-Juru Bicara Satgas Covid-19 Kota Palopo)

“..Kan kita sekarang sudah transmisi lokal. Kalau setiap kasus baru
itu bisa memakan waktu sampai 2 hari untuk menemukan kontak
erat. Kontaknya ini rata-rata dari situ ji juga keluarganya,
temannya. kemudian di swab bisa sampai 2 atau 3 hari baru kita
menemukan kasus-kasus baru biasanya dari kontak erat kasus
baru konfirmasi positif kalau sampai dengan hasilnya toh
pemeriksaannya kan hasil positif itu sekarang kan kita ada 2
pemeriksaan sekarang ada di sawerigading ee kita juga biasa kirim
di BBLK (Balai Besar Laboratorium Kesehatan) makassar. Ini
BBLK yang memakan waktu lama itu biasa 2 sampai 3 hari baru
keluar hasil. Kalau sawerigading pagi kita bawa malam sudah
keluar hasilnya. Itu tes PCM kalau sawerigading tes cepat molikuler
untuk covid-19…”
(SA, 38 Tahun-Perencanaan, Data, Pakar, dan Analisis Satgas
Covid-19 Kota Palopo)

“…Biasanya si kalau kemarin ada kasus pasiennya positif 3 atau 4


hari kemudian diswab kontaknya baru ditemukanmi kalau ada yang
positif…”
(IA, 36 Tahun- Pelaksana Program Penanggulangan Covid-19
Kota Palopo)

Berdasarkan wawancara dengan informan diatas diketahui

bahwa asal kasus konfrimasi pada umumnya adalah berasal dari


89

kontaknya yakni keluarga atau teman dari pasien konfirmasi

dimana Kota Palopo sendiri termasuk dalam kategori transmisi

lokal. Untuk mengidentifikasi kelompok klasternya memakan waktu

2 hari yang kemudian dilakukan pemeriksaan yang apabila hasil

telah keluar maka kasus-kasus baru akan ditemukan kembali.

Upaya penanggulangan yang dilakukan guna mengurangi

resiko adanya klaster baru adalah pemeriksaan lab yang cepat

dimana hasil pemeriksaan yang keluar dengan cepat sangat

mempengaruhi cepatnya ditemukan klaster-klaster baru yang

muncul dari kontak sebelumnya.

Informasi yang juga menjadi penyebab lamanya

mengindentifikasi kelompok klaster kasus konfirmasi adalah

pekerjaan dari pasien sebagaimana dikemukakan oleh informan

dibawah ini:

“…Sebenarnya itu tergantung pekerjaannya, jumlah orang dalam


rumahnya. Karena kan misalnya begini misalnya dia dalam rumah
cuman 2 orang dan cuman ibu rumah tangga otomatiskan sedikit
juga kontaknya tapi kalau sudah bekerja terus anaknya juga
bekerja ini otomatis tracingnya panjang biasanya kita itu klaster
yang paling lama itu 2 hari tapi biasa juga 1 hari selesai kalau
sedikit…”
(SH, 42 Tahun-Operasi Satgas Covid-19 Kota Palopo)

Berdasarkan hasil wawancara Pemeriksaan lab kasus

konfirmasi berbeda-beda tergantung tingkat keparahan kasus.

Namun apabila kontak dari pasien konfirmasi adalah pasien

dengan tanpa gejala maka pada umumnya hanya dilakukan


90

karantina mandiri dirumah masing-masing. Hal lain juga yang

mempengaruhi resiko adanya kelompok klaster keluarga yang

menjadi kontak erat dari pasien konfrimasi positif. Berikut kutipan

hasil wawancara:

“…Hmm seperti keluarganya kalau ada yang sudah positif itu kalau
mau di rapid itu nanti setelah 4 hari baru bisa di rapid tetapi itu kan
isolasi. Pertama itu kalau sudah ada keluarganya yang positif itu
maka keluarga yang lain itu di isolasi sebelum dia di ambil rapidnya
kecuali kalau mau di swab langsung di tindaki kalau dia itu
penderita langsung di ee.. swab di rumah sakit sawerigading
karena hasilnya sudah cepat itu sudah ada. Kalau penderitanya
masih tanpa gejala itu ee.. dilabkesda karena dibawa lagi swabnya
ke Makassar karena itu kan tidak terlalu berat yah dianggap bahwa
tidak terlalu membahayakan kalau tidak secapatnya diambil
hasilnya kecuali kalau dia sudah penderita itu maka dia swabnya
itu di periksa sawerigading karena 2 jam atau 1 jam itu sudah ada
hasilnya. Kalau semua mau diarahkan ke sawerigading, di
sawerigading dikasih bahan itu hanya beberapa saja jumlahnya
tidak bisa semua kecuali kalau cito baru secepatnya kalau dia
sudah penderita…”
(ML, 57 Tahun-Pencegahan Satgas Covid-19 Kota Palopo)

Indentifikasi asal kasus konfirmasi beserta lama waktu

mengindetifikasi kelompok klasternya dilakukan oleh para petugas

kesehatan dengan tracing yang cepat maka memakan waktu

penemuan kasus dengan cepat yang dimana para petugas

kesehatan bekerja sama dengan lintas sektor lainnya. Hal ini juga

dikemukakan oleh wawancara informan dibawah ini:

“…Ee untuk mengidentfikasi klasternya sa kira ee dari dinas


kesehatan juga kemarin sama kita, kita tracing dulu diliat dan untuk
mengetahui klasternya dimana, dinas kesehatan juga ee kembali
ee menanyakan sama ee siapa namanya sama apa pasiennya ee
sudah dari mana ditracing akhirnya ketemu dimana..”
(ID, 28 Tahun-Penanganan Satgas Covid-19 Kota Palopo)
91

“…Ee sebenarnya kalau sudah kita tau adami 1 yang misalnya


positif tim puskesmas langsung turun ada surveilansnya teman
puskesmas yang turun tracing semua…”
(AR, 35 Tahun-Koordinator Lapangan Satgas Covid-19 Kota
Palopo)

“…Cepat itu. Ada informasi dari dinas dan rumah sakit langsung
kita tindaklajuti ke wilayah masing-masing alamatnya itu kerja
sama lagi dengan RT RW pak lurah babinsa ee semua itu. Jadi
kami ada salah satu tim yang turun tim puskesmas lurah babinsa rt
rw polisi semuanya turun itu kalau ada informasi kalau ada positif
kita sama-sama turun…”
(SS, 48 Tahun-Pelaksana Program Penanggulangan Covid-19
Kota Palopo)

Ditemukannya kasus-kasus dengan klaster yang berasal dari

kelompoknya dengan tracing kontak yang aktif menunjukkan

identifikasi dan upaya penanggulangan dapat dilakukan dengan

baik dalam rentang 2 minggu terakhir.

e. Jumlah kasus kematian, baik kasus probable maupun kasus

konfirmasi dalam 3 minggu terakhir.

Penurunan jumlah kasus kematian, baik kasus probable

maupun kasus konfirmasi dalam 3 minggu terakhir menunjukkan

bahwa jumlah kasus covid-19 menurun dan tata laksana medis

membaik. Berikut kutipan hasil wawancara:

“…Kalau yang positif 8 yang meninggal. Kalo yang probable 2 per


tanggal 14 september 2020…”
(MI, 48 Tahun-Juru Bicara Satgas Covid-19 Kota Palopo)

“Kematian itu sekarang ada 8 kasus kematian karena covid.


Probable itu ada 2 tanggal 14 september 2020. probable itu 1 dia
suspek tapi dia menolak untuk dilakukan swab dia meninggal
makanya dia dikatakan probable…”
(SA, 38 Tahun-Perencanaan, Data, Pakar, dan Analisis Satgas
Covid-19 Kota Palopo)
92

“…Hari ini 14 september 2020 sudah 8 dari 100 lebih kasus


positif…”
(SH, 42 Tahun-Operasi Satgas Covid-19 Kota Palopo)

“…Untuk kota palopo hari ini 16 september 2020 yang meninggal


itu sudah 8 orang…”
(ML, 57 Tahun-Pencegahan Satgas Covid-19 Kota Palopo)

“…Kalau jumlah kematiannya ee.. secara keseluruhan sudah 8


kayaknya..”
(ID, 28 Tahun-Penanganan Satgas Covid-19 Kota Palopo)

“…Kalau kasus kematiannya itu berapa itu sekarang hmm…


lumayan juga itu ada datanya…”
(SS, 48 Tahun-Pelaksana Program Penanggulangan Covid-19
Kota Palopo)

“…Kasus kematian itu sudah 8 kira-kira kemarin..”


(IA, 36 Tahun- Pelaksana Program Penanggulangan Covid-19
Kota Palopo)

Dari hasil wawancara informan diatas menunjukkan pada

rentang waktu 14 sampai 16 september kasus kematian pasien

konfrimasi positif sebanyak 8 orang sementara probabale sebanyak

2 orang, dimana tidak ada peningkatan pada rentang waktu yang

dekat tersebut.

Sementara pada tanggal 18 september ditemukan kembali

kasus kematian yang bertambah 1 dari kasus konfrimasi positif

covid-19 menunjukkan masih bertambahnya kasus kematian akibat

covid-19 ditengah masyarakat. Berikut hasil kutipan wawancara:

“…Kalau kematian ini sudah 9 meninggal tanggal berapa hari ini


ee.. 18 september 2020. kemarin itu pasien sementara perjalanan
ke Makassar meinggal di jalan satu orang, satu itu pasien
dirumahnya karena dia keluar paksa dari rumah sakit. Ada satu
orang itu di carede sempat ricuh. Kita dengar berkelahi orang gara-
gara tidak terima dibilangi warganya positif…”
93

(AR, 35 Tahun-Koordinator Lapangan Satgas Covid-19 Kota


Palopo)

Pada kasus yang ditemukan terjadinya ricuh antar warga

disebabkan tidak terimanya ditemukan kasus konfirmasi positif

covid-19 diwilayah mereka dimana pasien covid-19 tersebut adalah

pasien dengan positif covid-19 tetapi memaksa keluar dari rumah

sakit.

Kurangnya edukasi masih menjadi alasan adanya kejadian ricuh

yang terjadi di masyarakat. Pemahaman akan pentingnya protokol

kesehatan serta menaati imbauan yang telah ditetapkan oleh

pemerintah masih sangat minim di tengah masyarakat. Maka dari

itu diperlukannya tindak lanjut dari pihak pemerintah untuk lebih

meningkatkan edukasi kepada masyarakat mengenai penyakit

covid-19 ini.

f. Jumlah pasien dirawat dan kasus kritis yang butuh ICU pada kasus

konfirmasi dalam 2 minggu terakhir.

Penurunan jumlah pasien dirawat dan kasus kritis yang butuh

ICU pada kasus konfirmasi dalam 2 minggu terakhir

mengindikasikan adanya penurunan jumlah kasus di populasi.

Berikut kutipan hasil wawancara:

“…Rata-rata kita ini dirujuk ke Makassar Rata-rata isolasi mandiri


kalau di palopo rata rata kita rujuk ke Makassar semua kan ada itu
intruksi dari gubernur bahwa semua yang positif semua dirujuk dulu
ke Makassar jadi ee.. banyak yang meninggal di Makassar ada
juga yang meninggal di jalan. Ada 2 yang meninggal di perjalanan.
Ada juga yang sebenarnya KTP palopo tapi meninggal di
Makassar. Dia sudah lama di Makassar jadi bukan disini toh jadi
94

beberapa juga data seperti itu. Ada juga yang sudah lama di
Makassar hmm.. sakit di Makassar meninggal di Makassar terus
ada yang masuk di data di palopo yah macam-macam juga. Jadi
macam-macam…”
(MI, 48 Tahun-Juru Bicara Satgas Covid-19 Kota Palopo)

Berdasarkan hasil wawancara diatas diketahui bahwa pasien

dengan kasus kritis dan membutuhkan perawatan adalah pasien

yang melakukan perawatan di rumah sakit rujukan di Kota

Makassar sesuai dengan instruksi dari gubernur yang mewajibkan

pasien untuk dirujuk jika ditemukan kasus konfirmasi positif.

Berbeda dengan kasus tanpa gejala maka akan dilakukan di kota

Palopo tepatnya dirumah masing-masing.

Hal yang sama juga diungakapkan oleh beberapa informan

dibawah ini:

“…Rata-rata yang meninggal itu kritis tapi kami disini dirawat di


Makassar…”
(ML, 57 Tahun-Pencegahan Satgas Covid-19 Kota Palopo)

“…Kalau yang dirawat saya kira dirujuk ke makassar yang lainnya


itu yang orang tanpa gejala yang kontak langsung dan kontak erat
itu dirumah saja dan tidak ada ee.. apa keluhan yang berarti
sehingga dirumah saja…”
(ID, 28 Tahun-Penanganan Satgas Covid-19 Kota Palopo)

“…Kalau kita kan misalnya kritis itu harus di rujuk di Makassar. Kita
kan disini bukan rumah sakit rujukan untuk penanganan covid jadi
kalau ada pasien yang harus perawatan intensif yang perawatan
extra toh harus ke Makassar kecuali kalau misalnya dia ee apa lagi
namanya di ee.. isolasi mandiri itu bisa dirumah…”
(AR, 35 Tahun-Koordinator Lapangan Satgas Covid-19 Kota
Palopo)

“…Kalau itu di rumah sakit yang tangani tapi kalo ada positif dirujuk
ke Makassar biasanya..”
(SS, 48 Tahun-Pelaksana Program Penanggulangan Covid-19
Kota Palopo)
95

Pada kasus dirumah sakit yang merupakan rumah sakit

penyangga maka jika ditemukan pasien konfrimasi maka dilakukan

penanganan dahulu jika masuk dalam kondisi yang tidak bagus,

apabila kondisi pasien tersebut telah membaik maka kemudian

dilakukan rujukan ke rumah sakit rujukan di Kota Makassar.

Hal ini didukung oleh jawaban informasi dibawah ini dimana

masih banyaknya kasus konfirmasi yang ditemukan dirumah sakit

kemudian dilakukan penangan sesuai standar rumah sakit. berikut

kutipan hasil wawancara:

“…Kalau yang kritis itu kan disini bukan rumah sakit rujukan dia
cuman rumah sakit penyangga saja kalau disini kalau ada yang
positif langsung dirujuk cuman kalau perawatan covid disini cuman
sekedar transit saja peyangga kalau dia memungkikan untuk
dirujuk ya dirujuk kalau tidak memungkinkan untuk dirujuk misalkan
kondisinya tidak bagus biasanya ditangani dulu. Contohnya
kemarin ada yang positif di kamar bersalin itukan ditunggu dulu
sampai dia melahirkan nah setelah itu baru bisa dirujuk…”
(IA, 36 Tahun- Pelaksana Program Penanggulangan Covid-
19 Kota Palopo)

“…Kalau dia ditemukan dengan penyakit penyertanya di rumah


sakit. Itu ee.. lumayan ya sekarang itu di karena kemarin kayak
kemarin itu jumlah yang diperiksa itu 5, positif 4 lumayan tinggi.
Kan sekarang itu rata-rata yang di rumah sakit itu yang diperiksa
diperiksa covidnya bahkan itu memang sudah standarnya di rumah
sakit…”
(SH, 42 Tahun-Operasi Satgas Covid-19 Kota Palopo)

Kasus yang bermasalah juga ditemukan di tengah masyarakat

dimana ditemukannya kasus probable yang menolak untuk

dilakukan swab kemudian meninggal seperti ungkapan informan

dibawah ini:
96

“…Rata-rata pasien yang meninggal itu dirawat butuh icu memang


kritis makanya meninggal. Yang probable kemarin itu yang 1 yang
dirawat di Makassar menolak swab terus meninggal…”
(SA, 38 Tahun-Perencanaan, Data, Pakar, dan Analisis Satgas
Covid-19 Kota Palopo)

Kasus kritis yang membutuhkan ICU rata-rata adalah kasus

kematian yang dilaporkan. Untuk mengindikasi adanya penuruan

jumlah kasus di populasi dinilai dari penurunan jumlah pasien

dirawat dan kritis, sementara Kota Palopo sendiri tidak merawat

pasien covid -19 yang mengalami kondisi kritis dan membutuhkan

ICU.

g. Angka kematian karena pneumonia di setiap kelompok usia.

Penurunan kematian karena pneumonia pada setiap kelompok

usia secara tidak langsung akan mengindikasikan pengurangan

kematian karena covid-19. Berikut kutipan hasil wawancara:

“…Kasus kematian karena pneumonia itu kurang tau ee.. tapi rata-
rata pneumonia ini 8 orang ini saya tidak tau yang probable ya
kayaknya rata-rata pneumonia ini semua ini yang meninggal…”
(MI, 48 Tahun-Juru Bicara Satgas Covid-19 Kota Palopo)

“…Rata-rata yang meninggal itu karena pneumonia sepertinya.jadi


yang meninggal akibat covid itu sudah ada penyakit
penyertanya…”
(SS, 48 Tahun-Pelaksana Program Penanggulangan Covid-19
Kota Palopo)

“…Yang saya liat kemarin datanya untuk pneumonia plus covid


sudah ada 3 kasus yang sudah meninggal rata-rata meninggal
yang pneumonia…”
(SA, 38 Tahun-Perencanaan, Data, Pakar, dan Analisis Satgas
Covid-19 Kota Palopo)

Berdasarkan hasil wawancara dengan informan diatas diketahui

bahwa kasus kematian karena pneumonia adalah rata-rata kasus


97

yang tercacat meninggal akibat covid-19. untuk kasus kematian

akibat pneumonia pada setiap kelompok usia tidak diketahui secara

jelasnya.

Hal ini juga dikemukakan oleh informan dibawah ini yang

mengatakan bahwa tidak mengetahui secara rinci bagaimana

kasus kematian akibat pneumonia pada setiap kelompok usia,

namun terdapat kematian akibat pneumonia hal ini dikarenakan

pada saat pandemi petugas kesehatan hanya berfokus pada data

mengenai covid saja. Berikut kutipan hasil wawancara:

“…Saya tidak tau lebih jelasnya. Rata-rata saya liat itu ada yang
masuk dengan mag akut terus yah memang juga yah batuk terus
ada yang dm. awalnya yah itu menurut pengakuannya dia. kalau
untuk pneumonia ada tapi tidak semua…”
(SH, 42 Tahun-Operasi Satgas Covid-19 Kota Palopo)

“…Ada juga tapi rata-rata sekarang dibahas covid jadi begitumi…”


(ML, 57 Tahun-Pencegahan Satgas Covid-19 Kota Palopo)

“…Kalo angka kematiannya karena memang disini kita adalah kota


tua banyak orang-orang tua disini tapi datanya itu di rumah sakit
jadi kurang tau ya..”
(ID, 28 Tahun-Penanganan Satgas Covid-19 Kota Palopo)

“…Kurang tau juga kalo itu…”


(AR, 35 Tahun-Koordinator Lapangan Satgas Covid-19 Kota
Palopo)

Pandangan mengenai penyakit covid-19 merubah pola pikir

masyarakat. Timbulnya tingkat kecemasan yang tinggi dan rasa

takut terhadap covid-19 menyebabkan penyakit yang mengarah ke

Covid-19 menjadi penyakit yang ditakuti oleh masyarakat. Hal ini

juga diungkapkan oleh informan dibawah ini:


98

“…Banyak yang menderita pneumonia tp kalau yang meninggal


mungkin beberapa. Andai tidak ada covid dianggap biasa yang
pneumonia cuman kebetulan saat pandemic jadi pneumonia itu
menakutkan sekali padahal kalau dipikir tahun-tahun sebelumnya
itu pneumonia tb kan banyak sekali…”
(IA, 36 Tahun- Pelaksana Program Penanggulangan Covid-19
Kota Palopo)

3. Kriteria Sistem Pelayanan

Kesehatan pada program penanggulangan Covid-19 di Kota Palopo.

a. Seluruh pasien Covid-19 memperoleh tatalaksana sesuai standar.

Seluruh pasien Covid-19 memperoleh tatalaksana sesuai

standar yang menunjukkan bahwa sistem kesehatan telah kembali

ke keadaan dimana semua kondisi (staf, tempat, tidur, obat-obatan,

peralatan dan lain-lain) tersedia untuk memberikan standar

perawatan yang sama seperti sebelum kritis. Berikut kutipan hasil

wawancara:

“…Iya kalau menurut kami ya sesuai standar karena itu kan rata-
rata dirujuk ke Makassar toh…”
(MI, 48 Tahun-Juru Bicara Satgas Covid-19 Kota Palopo)

“…Iya tetap. Pelaksanaannya tetap…”


(IA, 36 Tahun- Pelaksana Program Penanggulangan Covid-
19 Kota Palopo)

“…Iya dia peroleh sesuai standar…”


(ML, 57 Tahun-Pencegahan Satgas Covid-19 Kota Palopo)

Berdasarkan hasil wawancara diatas diketahui bahwa

tatalaksana pasien covid-19 dilaksanakan sesuai standar dimana

pasien covid-19 dilakukan rujukan ke rumah sakit rujukan di Kota

Makassar. Hal ini dilaksanakan sesuai dengan pedoman revisi-5

dimana pasien covid-19 dilakukan pemantauan yang apabila terjadi


99

perburukan gejala maka dilakukan rujukan dan tetap ditangani

sesuai protocol penanganan. Berikut kutipan hasil wawancara:

“…Iya. Jadi semua pasien covid-19 disini semua tatalaksananya


sesuai standar termasuk yang bergejala dan tidak bergejala. Kalau
yang tidak bergejala kita isolasi mandiri sesuai dengan pedoman
revisi-5 dan itu tetap di pantau selama 10 hari dari petugas
puskesmas jadi kalau dia ada perburukan gejala kita rujuk dia di
rumah sakit rujukan di Makassar tapi tetap ji semua ditangani
sesuai protocol penanganan covid…”
(SA, 38 Tahun-Perencanaan, Data, Pakar, dan Analisis Satgas
Covid-19 Kota Palopo)

Hal ini juga didukung oleh ungkapan informan dibawah ini yang

menunjukkan bahwa penanganan covid tetap dilakukan sampai

kepada pasca pasien terkonfirmasi dinyatakan sembuh disertai

dengan himbauan kepada masyarakat agar menjaga kesehatan

serta dilakukannya pengeceakan pola hidup masyarakat. Berikut

kutipan hasil wawancara:

“…Iya. Ee.. kalau itu saya juga bisa katakan sesuai karena ee..
sangat betul-betul kita menerapkan yang namanya standar protokol
covid untuk dalam rangka penanganannya sampai kepada ee..
setelah pasca ee apa orang tersebut kita nyatakan atau dinas
kesehatan dalam hal ini disektornya mengatakan bahwa sudah
ee..negative baru kita itupun masih warga kita himbau supaya kita
saling jaga yang sudah kenna juga jangan terlalu berkeliaran
karena kewaspadaan sebenarnya yang paling besar itu antara
masyarakat dan masyarakat karena kita dari satgas covid hanya
selalu menghimbau mengecek dan juga kita juga selalu turun ke
masyarakat melihat bagaimana pola hidup dari masyarakat itu
sendiri..”
(ID, 28 Tahun-Penanganan Satgas Covid-19 Kota Palopo)

Diterapkan tatalaksana sesuai standar menunjukkan tersedia

kondisi sistem pelayanan kesehatan yang masih memadai. Hal ini

mempengaruhi dalam penanganan kasus covid-19 di masyarakat.


100

Dimana pelaksanaan tatalaksana yang baik dapat mengurangi

resiko peningkatan kasus di masyarakat.

Pelaksanaan tatalaksana pada pasien covid-19 dilakukan

dengan memperhatikan resiko yang akan timbul pada petugas

kesehatan. Maka dari itu petugas kesehatan harus selalu

menggunakan APD, masker, cuci tangan serta selalu melakukan

edukasi mengenai covid-19. Hal ini diuangkapkan oleh informan

dibawah ini:

“…Iya makanya itu kita ini tim harus pakai APD, masker cuci
tangan, jaga jarak. Kita tim itu selalu sampaikan ke masyarakat
tidak boleh keluar kalau tidak pakai masker cuci tangan jaga jarak
dan pkoknya imunnya diperkuat. Kemudian kalau ada yang
dicurigai itu disampaikan kalau jangan ada yang keluar rumah
isolasi mandiri dulu ini perintah dari pemerintah…”
(SS, 48 Tahun-Pelaksana Program Penanggulangan Covid-
19 Kota Palopo)

Adapun ungkapan lain dikemukakan oleh informan dibawah ini

yang menunjukkan bahwa pasien konfirmasi positif akan dilakukan

tindakan penanganan di rumah sakit maka tidak dapat mengontrol

jalannya penanganan di rumah sakit dikarenakan memiliki tugas

yang berbeda-beda dalam menanggulangi covid-19 di Kota Palopo.

Hal ini diungkapkan oleh informan dibawah ini:

“…Kalau dirumah sakit harusnya tapi kita kan tidak bisa mengontrol
karena rananya berbeda…”
(SH, 42 Tahun-Operasi Satgas Covid-19 Kota Palopo)

“…Kalau itu kan tergantung rumah sakit sebenarnya itu


penangannya. Karena kalau selama ini yah.. alhamdulillah setiap
ada pasien yang ee butuh perawatan dibawa kerumah sakit nanti
rumah sakit yang ee arahkan. Kalau misalnya rujukannya harus ke
Makassar ke Makassar…”
101

(AR, 35 Tahun-Koordinator Lapangan Satgas Covid-19 Kota


Palopo)

b. Semua pasien bukan Covid-19 yang memiliki kondisi parah

memperoleh tatalaksana sesuai standar.

Seluruh pasien bukan Covid-19 memperoleh tatalaksana sesuai

standar yang menunjukkan bahwa sistem kesehatan telah kembali

ke keadaan dimana semua kondisi (staf, tempat, tidur, obat-obatan,

peralatan dan lain-lain) tersedia untuk memberikan standar

perawatan yang sama seperti sebelum kritis. Berikut kutipan hasil

wawancara:

“…Iya tetap kita skrining juga…”


(MI, 48 Tahun-Juru Bicara Satgas Covid-19 Kota Palopo)

“…Iya pokoknya semua harus sesuai standar…”


(SS, 48 Tahun-Pelaksana Program Penanggulangan Covid-19
Kota Palopo)

“…Kalau bukan covid juga tetap dilaksanakan…”


(IA, 36 Tahun- Pelaksana Program Penanggulangan Covid-19
Kota Palopo)

“…Iya. Karena semenjak yang bukan covid itu semua yang masuk
di rumah sakit itu pasti akan dilakukan sesuai standar protocol
kesehatan…”
(SH, 42 Tahun-Operasi Satgas Covid-19 Kota Palopo)

Berdasarkan hasil wawancara diatas menunjukkan tatalaksana

pada pasien yang bukan covid-19 tetap dilaksanakan, serta tetap

dilakukannya skrining. Pasien dengan kasus bukan covid-19 akan

dilakukan penanganan sesuai diagnosis selain covid. Hal ini

diungkapkan oleh informan dibawah ini:


102

“…Kalau pasien yang bukan covid kita sudah tidak melakukan


penanganan terutama yang kita swab negative kecuali dia di rumah
sakit tetap dia penanganan sesuai dengan diagnosis selain
covid…”
(SA, 38 Tahun-Perencanaan, Data, Pakar, dan Analisis Satgas
Covid-19 Kota Palopo)

Kasus konfrimasi positif ditemukan selain dengan berbagai

gejala yang berbeda-beda juga banyak ditemukan tidak bergejala.

Oleh karena itu tatalaksana yang dilakukan kepada seluruh pasien

harus selalu sesuai dengan standar protokol kesehatan yang ada

tanpa membeda-bedakan pasien dengan tingkat gejala berat

sedang, ringan, maupun tanpa gejala.

Hal ini juga diungkapkan oleh informan yaitu tatalaksana sesuai

standar dilaksanakan dikarenakan terdapatnya orang dengan tanpa

gejala dengan alasan mengurangi resiko adanya penularan pada

orang lain. Selanjutnya jika terjadi perburukan gejala maka akan

ditindaklanjuti oleh petugas kesehatan. Berikut kutipan hasil

wawancara:

“…Semua pasien memperoleh tatalaksana sesuai standar karena


ini juga kan ada dikatakan orang tanpa gejala jadi pokoknya
semua. Karena itu dia jangan sampai kita anggap bahwa tidak ada
penyakit yang diderita ini terus menularkan ke orang lain…”
(ML, 57 Tahun-Pencegahan Satgas Covid-19 Kota Palopo)

“…Ya. Kalau yang tidak ee.. selama begini selama orang tersebut
tidak ada keluhan saya kira ee.. dimana-mana juga pasti
menerapkan protokol kesehatan, kita dalam hal ini tidak ada
membedakan. Kecuali ada sedikit apa ada gejala yang dirasakan
nah baru kita turun…”
(ID, 28 Tahun-Penanganan Satgas Covid-19 Kota Palopo)
103

Informasi tambahan juga diungkapkan oleh informan dibawah

ini yang mengungkapkan bahwa di masyarakat banyak yang

menolak untuk memeriksakan kesehatan mereka meskipun

merasakan keluhan dengan gejala mengarah covid-19 diakibatkan

karena takut dan alasan lainnya. Maka masyarakat mayoritas akan

memilih untuk tinggal di rumah dengan menjaga kesehatan

mereka, mengonsumsi vitamin maupun isolasi mandiri di rumah

mereka masing-masing. Berikut kutipan hasil wawancara:

“…Iya. Tetap anu ji. Jadi kalau pasien bukan covid tetap juga.
Sebenarnya itu orang banyak tidak mau walau cuman batuk dlu
biasa takutmi itu periksa dirinya karena nanti dikira corona. Jadi
banyak itu cuman dirumah saja yang penting dia minum vitamin
tetapi kalau ktia tau ada yang begitu langsung ada yang
melaporkan ee.. biarmi dia dirumah isolasi mandiri toh yang
penting ee.. daya tahan tubuhnya minum vitamin banyak-
banyak…”
(AR, 35 Tahun-Koordinator Lapangan Satgas Covid-19 Kota
Palopo)

Pandangan masyarakat saat ini terhadap covid-19 sangat

mempengaruhi perilaku masyarakat dalam penanganan melawan

covid-19. Banyaknya pasien tanpa gejala juga memiliki resiko lebih

besar dalam penularan ke orang lain. Maka dari itu solusi terbaik

adalah tatalaksana sesuai standar kepada seluruh pasien covid-19

maupun bukan covid-19.

c. Angka kematian akibat penyakit selain Covid-19 di rumah sakit.

Tidak ada peningkatan kematian akibat penyakit selain covid-19

di rumah sakit menunjukkan bahwa sistem kesehatan telah kembali

ke keadaan dimana semua kondisi (staf, tempat, tidur, obat-obatan,


104

peralatan dan lain-lain) tersedia untuk memberikan standar

perawatan yang sama seperti sebelum kritis. Berikut kutipan hasil

wawancara:

“…Kalau selain covid itu datanya saya tidak tau juga kalo itu tapi
ada…”
(MI, 48 Tahun-Juru Bicara Satgas Covid-19 Kota Palopo)

“…Ya.. ada tapi kita tidak tau bagaimana itu penyakit apa…”
(SS, 48 Tahun-Pelaksana Program Penanggulangan Covid-19
Kota Palopo)

“…Kalo angka kematian saya kira ee.. seperti biasa ada. Kalo
jumlahnya tidak tau berapa juga. Dirumah sakit itu mungkin lebih
tau…”
(ID, 28 Tahun-Penanganan Satgas Covid-19 Kota Palopo)

“…meninggal itu pasti ada bukan covid tapi tidak tau dek berapa…”
(SH, 42 Tahun-Operasi Satgas Covid-19 Kota Palopo)

“…Kalau angka kematian penyakit lain sampai saat ini kita belum
dapat datanya khusus karena ee.. masih fokus sama data covid-19
tapi ada itu tapi itu dirumah sakit…”
(SA, 38 Tahun-Perencanaan, Data, Pakar, dan Analisis Satgas
Covid-19 Kota Palopo)

Berdasarkan hasil wawancara diatas diketahui bahwa angka

kematian akibat penyakit selain covid-19 di rumah sakit diketahui

bahwa para satgas Covid-19 di Kota Palopo tidak memiliki data

mengenai anga kematian tersebut dikarenakan hanya berfokus

pada data mengenai covid-19 tetapi terdapat kematian akibat

penyakit lain di rumah sakit yang tersedia di rumah sakit.

Penyakit-penyakit tidak menular menjadi penyakit yang banyak

menimbulkan kematian di rumah sakit. namun pada saat pandemi

pasien yang masuk ke rumah sakit sangat minim dibandingkan


105

sebelum pandemi yang juga diakibatkan karena faktor psikis

terhadap covid-19. Hal ini diungkapkan oleh informan dibawah ini:

“…Banyak. Seperti penyakit penyakit menular penyakit-penyakit


tidak menular. Kebanyakan penyakit-penyakit tidak menular
sekarang itu seperti jantung diabetes ya.. itu sekarang…”
(ML, 57 Tahun-Pencegahan Satgas Covid-19 Kota Palopo)

“…Kayaknya selama pandemi ini kan jarang pasien, tidak seperti


sebelum pandemi disini kadang satu minggu itu kalau ada satu.
Karena kan pasien juga kurang selama pandemi toh, kurang yang
masuk ke rumah sakit mungkin karena faktor psikis takut Karena ini
covid atau bagaimana…”
(IA, 36 Tahun- Pelaksana Program Penanggulangan Covid-19
Kota Palopo)

Masalah utama yang menjadi faktor yang sangat mempengaruhi

dalam penanggulangan covid-19 ini adalah pola pikir masyarakat.

Masyarakat juga merupakan faktor penentu dalam mengurangi

peningkatan angka kasus konfirmasi covid-19. Kerjasama antar

petugas kesehatas lintas sektor maupun masyarakat dalam

penanggulangan covid-19 sangat dibutuhkan.

Pada kasus yang dikemukakan oleh informan dibawah ini

menunjukkan bahwa pemahaman masyarakat masih sangat minim

mengenai penyakit covid-19 disertai kepercayaan yang kurang juga

masih menjadi faktor penyebab masih meningkatnya kasus

konfirmasi positif covid-19. Berikut kutipan hasil wawancara:

“…Selama corona ini apa di banyak orang ee.. meninggal itu


disangkut pautkan dengan ini. Jadi tidak ditau mi penyakit ini mi ga
yang betul betul murni misal tbc atau apa…”
(AR, 35 Tahun-Koordinator Lapangan Satgas Covid-19 Kota
Palopo)
106

d. Sistem pelayanan kesehatan dapat mengatasi peningkatan kasus

Covid-19.

Sistem pelayanan kesehatan dapat mengatasi peningkatan

lebih dari 20% kasus Covid-19 yang menunjukkan bahwa sistem

kesehatan dapat berjalan ketika harus mengatasi lonjakan kasus

saat melonggarnya pembatasan sosial. Indikator ini termasuk staf,

peralatan, tempat tidur, dan lain-lain yang jumlahnya memadai.

Berikut kutipan hasil wawancara:

“…Itu lagi kalo pelayanannya bisa mengatasi Alhamdulillah…”


(AR, 35 Tahun-Koordinator Lapangan Satgas Covid-19 Kota
Palopo)

“…kalau kita yah sebisanya..”


(SS, 48 Tahun-Pelaksana Program Penanggulangan Covid-19
Kota Palopo)

“…Harusnya iya karena kan pada saat masuk skrining dulu itu kan
maksudnya upaya pencegahan juga..”
(SH, 42 Tahun-Operasi Satgas Covid-19 Kota Palopo)

“…Bisa karena istilahnya kan ada melalui sop mereka masing-


masingkan. Standar itu menjadi pegangan…”
(IA, 36 Tahun- Pelaksana Program Penanggulangan Covid-
19 Kota Palopo)

Berdasarkan hasil wawancara informan diatas diketahui bahwa

pelayanan kesehatan dapat mengatasi peningkatan kasus covid-

19. Dilakukannya skrining sebagai upaya pencegahan serta

penanganan kasus yang sesuai standar masing-masing pelayanan

kesehatan.

Pada awal pandemi Kota Palopo masuk dalam kategori zona

hijau pada peta resiko tingkat penularan di daerah dimana pada


107

saat new normal dilaksanakan peningkatan kasus mulai terjadi

dimana sistem isolasi mandiri menjadi salah satu penyebab

munculnya klaster keluarga. Berikut kutipan wawancara:

“…Yah awal-awal kita zona hijau tapi karena mungkin sekarang


mungkin masyarakat menganggap sudah new normal toh sudah
normal nah ini yang banyak terjadi ini sekarang. Kalau itu tadi
sistem isolasi mandiri itu banyak yang kenna keluarganya, klaster
keluarga ya…”
(MI, 48 Tahun-Juru Bicara Satgas Covid-19 Kota Palopo)

Dalam mengatasi peningkatan kasus yang terjadi maka petugas

kesehatan yang bertugas dalam penanganan covid-19 berusaha

untuk semaksimal mungkin selalu melakukan tracing untuk mencari

daftar kontak kasus konfirmasi. Pelayanan kesehatan juga tersedia

dengan baik dan siap siaga dalam 24 jam serta dilakukannya

pelaporan pada para pendatang yang memasuki daerah kota

Palopo. Hal ini diungkapkan informan dibawah ini:

“…Kita usahakan disini maksimal selalu turun tracing. Seperti ada


yang positif kenalannya itu keluarganya itu siapa yang dia temani
berinteraksi pasien siapa yang dia temani kontak itu lagi yang
ditangani…”
(ML, 57 Tahun-Pencegahan Satgas Covid-19 Kota Palopo)

“..Oh iya saya kira iya sangat begitu. Saya juga setuju karena disini
dari pelayanan kesehatan kita sangat dekat apa, faskes
puskesmas itu selalu standby jadi kami ada ee grup yang siaga
mau jam berapa malampun mau jam berapa pun kita hubungi,
setiap ada orang pendatang kami wajib melaporkan, diliat dulu
semua dari suhu tubuhnya atau apanya kalau memang bisa di
kasih tinggal, dikasih tinggal kalau memang tidak dikasih pulang…”
(ID, 28 Tahun-Penanganan Satgas Covid-19 Kota Palopo)

Pada dasarnya pelayanan kesehatan yang tersedia di Kota

Palopo masih dalam kondisi yang baik dimana tersedinya fasilitas


108

kesehatan yang masih memadai serta pelayanan kesehatan yang

aktif menjadi salah satu upaya yang optimal dalam melakukan

upaya pencegahan.

Hal ini juga sejalan dengan ungkapkan oleh informan dibawah

ini dimana pelayanan kesehatan telah melakukan upaya

pencegahan sesuai dengan fungsinya. Penemuan kasus baru yang

cepat dan aktif untuk mencegah terjadinya penularan di daerah

serta dalam pula dalam proses pemantauan kasus. Berikut kutipan

hasil wawancara:

“…Kalau diliat dari fungsinya semua sudah laksanakan semua


untuk pencegahan. Cepat dan aktif. Ketika ada kasus positif cepat
diadakan rujukan untuk mengantisipasi terjadi penularan di daerah
to makanya dia cepat melakukan rujukan kalau rumah sakit
sekarang sebenarnya dia sudah punya tempat isolasi semua
artinya pencegahan penularan sudah terkendali disana karena
sudah tersedia ruang isolasi. Kalau puskesmas kan lebih kepada
ee.. surveilans, surveilans di puskesmas itu aktif tiap hari
melakukan skrining melakukan pemantauan kasus-kasus misalnya
dia kontak erat tetapi tidak di swab dipantau sampai selesai jadi
saya kira masih optimal untuk melakukan upaya pencegahan
karena aktif juga tracing kontak puskesmas dan penemuan kasus
secara aktif dilapangan itu lebih cepat menemukan kasus-kasus
baru supaya dia tidak menulari orang-orang lain…”
(SA, 38 Tahun-Perencanaan, Data, Pakar, dan Analisis Satgas
Covid-19 Kota Palopo)

e. Terdapat komite/tim/ koordinator PPI di seluruh fasyankes dan

penanggung jawab PPI di seluruh dinas kesehatan kota.

Komite/tim/ koordinator PPI mengindikasikan kemampuan untuk

koordinasi, supervise, pelatihan sebagai aktivitas PPI termasuk di

Puskesmas/FKTP lainnya. Berikut kutipan hasil wawancara:


109

“…Iya ada…”
(MI, 48 Tahun-Juru Bicara Satgas Covid-19 Kota Palopo)

“…Ada…”
(SH, 42 Tahun-Operasi Satgas Covid-19 Kota Palopo)

“…Ada tim-timnya…”
(ID, 28 Tahun-Penanganan Satgas Covid-19 Kota Palopo)

“…Ada timnya itu…”


(AR, 35 Tahun-Koordinator Lapangan Satgas Covid-19 Kota
Palopo)

“…Oh iya ada disini…”


(IA, 36 Tahun- Pelaksana Program Penanggulangan Covid-19
Kota Palopo

Berdasarkan hasil wawancara informan diatas diketahui bahwa

terdapat komite/tim/koordinator PPI di fasilitas kesehatan, dalam

hal ini di rumah sakit maupun puskesmas. Dimana di rumah sakit

terdapat koordinator PPI sementara puskesmas adalah

penanggung jawabnya. Hal ini juga diungkapkan oleh informan

dibawah ini. Berikut kutipan hasil wawancara:

“…Kalau koordinatornya itu ada di rumah sakit sawerigading. Yang


jelas ada…”
(SA, 38 Tahun-Perencanaan, Data, Pakar, dan Analisis Satgas
Covid-19 Kota Palopo)

“…Ada itu, di semua rumah sakit, puskesmas. Karena semua


rumah sakit itu puskesmas juga ada standar-standarnya yang
harus dipenuhi…”
(ML, 57 Tahun-Pencegahan Satgas Covid-19 Kota Palopo)

“…Ada. Kalau di tingkat puskesmas itu penanggung jawabnya itu


adalah surveilans…”
(SS, 48 Tahun-Pelaksana Program Penanggulangan Covid-19
Kota Palopo)
110

Komite/tim/koordinator PPI dibutuhkan dalam upaya

mengindikasi adanya kemampuan koordinasi dengan para

penanggung jawab penanganan kasus covid-19 sehingga dapat

mengelola informasi terutama mengenai covid-19 secara aktif dan

terkoordinir dengan baik.

f. Seluruh fasyankes melakukan skrining terhadap Covid-19.

Skrining terhadap covid-19 untuk meyakinkan bahwa seluruh

pasien yang datang ke fasyankes di skrining untuk gejala covid-19

untuk mencegah infeksi di fasyankes. Berikut kutipan hasil

wawancara:

“…Iya rata-rata saya liat skrining semua itu rata-rata itu…”


(MI, 48 Tahun-Juru Bicara Satgas Covid-19 Kota Palopo)

“…Semua tetap mulai dari puskesmas skring rumah sakit juga


skrining. Indikasinya itu ada tenda-tendanya toh tenda-tenda yang
ada di rumah sakit itu puskesmas juga itu tempat tempat skrining
awal sebenarnya pasien. Jadi semua pasien di skrining sebelum
melakukan pelayanan…”
(SA, 38 Tahun-Perencanaan, Data, Pakar, dan Analisis Satgas
Covid-19 Kota Palopo)

“…Iya melakukan skrining…”


(SH, 42 Tahun-Operasi Satgas Covid-19 Kota Palopo)

“…Iya setiap hari…”


(ML, 57 Tahun-Pencegahan Satgas Covid-19 Kota Palopo)

“…Iya kalau skrining secara menyeluruh ada…”


(ID, 28 Tahun-Penanganan Satgas Covid-19 Kota Palopo)

Berdasarkan hasil wawancara informan diatas menunjukkan

fasyankes tetap melakukan skrining terhadap covid-19 secara

menyeluruh dimana indikasinya adalah pada tenda-tenda yang


111

tersedia di rumah sakit maupun puskesmas sebelum melakukan

pelayanan.

Sementara menurut beberapa informan di bawah ini sedikit

berbeda yang diketahui saat ini skrining tidak lagi dilakukan secara

rutin di 3 pintu masuk akan tetapi dilakukan oleh petugas surveilans

puskesmas berkoordinasi dengan para RT RW wilayah masing-

masing. Sementara di rumah sakit skrining dilakukan pada saat

pasien hendak melakukan tindakan operasi. Berikut kutipan hasil

wawancara:

“…Iya teman-teman puskesmas itu selalu skrining. Dulu itu rutin di


3 pintu tapi sekarang kan dihilangkan posko jadi teman-teman
puskesmas sekarang yang turun skring orang-orang pendatang
itu…”
(AR, 35 Tahun-Koordinator Lapangan Satgas Covid-19 Kota
Palopo)

“…Kalau orang kesehatan tetap skrining. Contohnya itu kalau ada


pendatang baru RT RW laporkan kita turun skrining…”
(SS, 48 Tahun-Pelaksana Program Penanggulangan Covid-19
Kota Palopo)

“…Kalau skrining sekarang tidak mi cuman itu saja misalkan ada


pasien kebetulan mau sesar operasi terus kalau misalkan ada
pasien yang masuk di ugd dengan keluhan sesak atau flu dan
sebagainya yang mengarah ke covid baru dilakukan skrining tapi
skriningnya lewat rapid tes dengan pemeriksaan rontgen nah kalau
dari hasil disitu sudah mengarah ke covid baru diarahkan swab.
Kalau kita mau skrining semua pasien kayaknya tidak…”
(IA, 36 Tahun- Pelaksana Program Penanggulangan Covid-
19 Kota Palopo)

Skiring sangat penting dilakukan guna menjadi upaya

pencegahan awal penyakit covid-19 di seluruh fasilitas kesehatan.

Melakukan skrining mengurangi adanya resiko penularan penyakit


112

covid-19. Tindakan ini menentukan langkah selanjutnya pada

pasien dimana menjaga keamanan pada pasien beserta orang

disekitarnya.

g. Seluruh fasyankes memiliki mekanisme isolasi suspek Covid-19.

Seluruh fasyankes memiliki mekanisme isolasi suspek Covid-19

menunjukkan sistem keehatan memiliki kapasitas memadai untuk

isolasi seluruh pasien covid-19. Berikut kutipan hasil wawancara:

“…Iya begitu semua…”


(MI, 48 Tahun-Juru Bicara Satgas Covid-19 Kota Palopo)

“…Iya, ada…”
(SH, 42 Tahun-Operasi Satgas Covid-19 Kota Palopo)

“…Iya. Semua intruksi semua dari pusat provinsi kami


laksanakan…”
(ML, 57 Tahun-Pencegahan Satgas Covid-19 Kota Palopo)

“…ada dirumah sakit saya rasa kalo itu…”


(ID, 28 Tahun-Penanganan Satgas Covid-19 Kota Palopo)

“…Kalau itu dirumah sakit…”


(AR, 35 Tahun-Koordinator Lapangan Satgas Covid-19 Kota
Palopo)

“…Dirumah sakit ada…”


(SS, 48 Tahun-Pelaksana Program Penanggulangan Covid-19
Kota Palopo)

“…Ada, ada memang ruangannya…”


(IA, 36 Tahun- Pelaksana Program Penanggulangan Covid-
19 Kota Palopo)

Berdasarkan hasil wawancara dengan informan diatas

menunjukkan bahwa fasilitas kesehatan memiliki mekanisme isolasi

suspek covid-19 yang tersedia di rumah sakit yang dilaksanakan

sesuai dengan intruksi dari pusat maupun provinsi.


113

Kasus suspek dilakukan penanganan di puskesmas maupun

rumah sakit. dimana pada puskesmas jika terdapat suspek covid-

19 maka dilakukan isolasi mandiri jika terdapat perburukan gejala

maka dirujuk ke rumah sakit untuk dilakukan pemeriksaan

spesimen dan apabila positif maka akan dilakukan rujukan ke

rumah sakit rujukan di Kota Makassar. Berikut kutipan hasil

wawancara:

“…Iya pasti. Jadi semua suspek itu ada yang ditangani di


puskesmas ada yang dirumah sakit. Kalau di puskesmas itu
melalui penemuan aktif toh, jadi kalau dia suspek dengan gejala-
gejala covid dianggap suspek oleh dokter kemudian kalau suspek
itu pastinya dilakukan isolasi mandiri. Kalau dia ada perburukan
gejala suspek dia dirujuk ke rumah sakit sampai di rumah sakit
dilakukan swab kalau dia positif dirujuk ke Makassar, kalau dia
negatif dilayani sesuai dengan indikasi penyakit yang selain
diagnosis covid…”
(SA, 38 Tahun-Perencanaan, Data, Pakar, dan Analisis Satgas
Covid-19 Kota Palopo)

Tersedianya isolasi suspek di fasilitas kesehatan menimbulkan

resiko penularan yang rendah di fasilitas kesehatan. Tersedianya

isolasi suspek berarti terdapat sistem pelayanan kesehatan

tersedia dengan baik. Meskipun untuk Kota Palopo sendiri kasus

suspek jika dinyatakan positif maka langsung dilakukan rujukan

kasus di rumah sakit rujukan di Kota Makassar.

4. Kriteria Surveilans

Kesehatan Masyarakat pada program penanggulangan Covid-19 di

Kota Palopo.
114

a. Sistem Surveilans

1) Setiap kasus baru dapat diidentifikasi, dilaporkan dan dianalisis

kurang dari 24 jam dan penemuan kasus baru dilaporkan

kepada Dinas Kesehatan Kota.

Setiap kasus baru dapat diidentifikasi, dilaporkan dan

dianalisis kurang dari 24 jam dan penemuan kasus baru

dilaporkan kepada Dinas Kesehatan Kota menunjukkan

terdapat sistem surveilans covid-19 yang mencakup

keseluruhan wilayah dan semua orang serta komunitas yang

berisiko. Surveilans yang komprehensif mencakup surveilans di

tingkat masyarakat, tingkat pelayanan kesehatan primer, di

rumah sakit, dan pada wilayah yang memiliki surveilans

penyakit seperti influenza atau system pernapasan akut dan

peanyakit-penyakit saluran pernapasan lain. Berikut kutipan

hasil wawancara:

“…Iya secepatnya dilaporkan…”


(ML, 57 Tahun-Pencegahan Satgas Covid-19 Kota
Palopo)

“…Iya. Kalau dilaporkan ini tidak butuh waktu lama…”


(ID, 28 Tahun-Penanganan Satgas Covid-19 Kota Palopo)

“…Iye. Pokoknya kalau ada kasus itu langsung dilaporkan


teman-teman puskesmas itu langsung turun…”
(AR, 35 Tahun-Koordinator Lapangan Satgas Covid-19
Kota Palopo)
115

“…Iya 24 jam dilaporkan karena ini kasus ini masuk dirumah


sakit ini ada gejala ada positif ini langsung ada laporan
ditemukan 1x24 jam. Tidak ada yang disembunyikan…”
(SS, 48 Tahun-Pelaksana Program Penanggulangan
Covid-19 Kota Palopo)

“…Iya kurang 24 jam dilaporkan…”


(IA, 36 Tahun- Pelaksana Program Penanggulangan Covid-
19 Kota Palopo)

“…Iya kita selalu melaporkan dibawah 24 jam karena kita


anu toh update terus toh. Kalau kami setiap hari lapor…”
(MI, 48 Tahun-Juru Bicara Satgas Covid-19 Kota Palopo)

Berdasarkan hasil wawancara infoman diatas diketahui

bahwa identifikasi, pelaporan analisis kasus dilaporkan kurang

dari 24 jam pada saat penemuan kasus baru dimana pelaporan

setiap kasus dilakukan setiap ada perkembangan dari setiap

kasus tersebut.

Penemuan kasus dilakukan dengan respon yang sangat

cepat. konfirmasi kasus kurang dari 24 jam yang pada saat

dilaporkan maka tim gerak cepat melakukan notifikasi kasus

secara cepat dan melakukan tracing serta penyelidikan

epidemiologi. Berikut kutipan hasil wawancara:

“…Iya, penemuan kasus itu kita sekarang responnya sangat


cepat. Ketika ada kasus positif konfirmasi kurang dari 24 jam
pasti dilaporkan pada saat dilaporkan langsung dilakukan
tracing kontak secepatnya. Kan disini ada tim gerak cepat jadi
mulai dari rumah sakit pelaporan notifikasi kasus positif tim
gerak cepat langsung bergerak melakukan tracing dan
penyelidikan epidemiologi…”
(SA, 38 Tahun-Perencanaan, Data, Pakar, dan Analisis
Satgas Covid-19 Kota Palopo)
116

Pelaporan juga dilakukan berdasarkan intruksi dari walikota

Palopo yang mengharuskan melakukan pelaporan setiap jam 4

setiap harinya. Hal ini diungkapkan oleh informan dibawah ini:

“…Iya. Karena kita itu jam 4 sore itu sudah ada laporannya
masuk. Walikota itu sudah wanti-wanti kita semuanya pokoknya
data positif hari ini harus dilaporkan hari ini jam 4 paling
lambat…”
(SH, 42 Tahun-Operasi Satgas Covid-19 Kota Palopo)

Penemuan kasus yang cepat dan dilaporkan kurang dari 24

jam merupakan langkah yang baik dalam penemuan kasus-

kasus baru dikarenakan memungkinkannya dilakukan tracing

yang cepat sehingga dapat meminimalisir terjadinya tingkat

penularan yang tinggi.

2) Perkembangan situasi Covid-19 di daerah dilaporkan oleh Dinas

Kesehatan Kota secara berkala harian kepada Dinas Kesehatan

Provinsi dan Kementerian Kesehatan.

Perkembangan situasi Covid-19 di daerah dilaporkan oleh

Dinas Kesehatan Kota secara berkala harian kepada Dinas

Kesehatan Provinsi dan Kementerian Kesehatan

mengindikasikan adanya kebijakan-kebijakan kesehatan

masyarakat yang sesuai sehingga notifikasi kasus covid-19 dari

semua fasyankes segera disampaikan. Berikut kutipan hasil

wawancara:

“…Iya harian…”
(MI, 48 Tahun-Juru Bicara Satgas Covid-19 Kota Palopo)
117

“…Iye harian…”
(SH, 42 Tahun-Operasi Satgas Covid-19 Kota Palopo)

“…Kalau untuk pelaporannya kita rutin laporkan tiap hari…”


(ID, 28 Tahun-Penanganan Satgas Covid-19 Kota Palopo)

“…Dilaporkan tiap hari itu setiap waktu dilaporkan…”


(AR, 35 Tahun-Koordinator Lapangan Satgas Covid-19 Kota
Palopo)

“…Harian. Pokoknya setiap ada kasus langsung lapor…”


(SS, 48 Tahun-Pelaksana Program Penanggulangan Covid-
19 Kota Palopo)

“…Iya harian, kalau misalkan kalau ada pasien yang positif


langsung dilapor…”
(IA, 36 Tahun- Pelaksana Program Penanggulangan
Covid-19 Kota Palopo)

Berdasarkan hasil wawancara informan diatas diketahui

bahwa perkembangan situasi covid-19 di daerah dilaporkan

secara berkala harian dimana setiap penemuan kasus

ditemukan maka pelaporan kasus tersebut dilakukan segera.

Pelaporan juga dilakukan dalam pemetaan harian yang berupa

kasus positif, kontak erat, suspek maupun probable. Hal ini

diungkapkan informan dibawah ini:

“…Iya kita laporkan kasus positif itu perhari termasuk kontak


eratnya, suspek berapa probable berapa jadi kita juga laporkan
dalam bentuk pemetaan perhari…”
(SA, 38 Tahun-Perencanaan, Data, Pakar, dan Analisis
Satgas Covid-19 Kota Palopo)

Pelaporan kasus secara berkala harian dengan

memanfaatkan media sosial yang tersedia dapat memberikan

informasi kepada seluruh masyarakat dengan terbuka sehingga


118

pengetahuan tentang perkembangan kasus juga dapat diakses

oleh seluruh masyarakat.

Hal ini juga diungkapkan oleh informan dibawah ini dimana

pelaporan harian dilakukan oleh tim yang bertugas. Tersedianya

informasi dalam bentuk WA (whats up) untuk masyarakat untuk

mengetahui perkembangan kasus yang dilaporkan tiap harinya.

Berikut kutipan hasil wawancara:

“…Setiap hari itu karena ada memang timnya. Timnya itu juga
ada wa untuk masyarakat jadi bagaimana setiap hari
perkembangannya itu dilaporkan…”
(ML, 57 Tahun-Pencegahan Satgas Covid-19 Kota Palopo)

3) Sistem surveilans diterapkan dan diperkuat di fasilitas tertutup

(seperti lapas, panti jompo, panti rehabilitasi, asrama, pondok

pesantren, dan lain-lain) dan pada kelompok-kelompok rentan.

Sistem surveilans diterapkan dan diperkuat di fasilitas

tertutup (seperti lapas, panti jompo, panti rehabilitasi, asrama,

pondok pesantren, dan lain-lain) dan pada kelompok-kelompok

rentan mengindikasikan otoritas kesehatan telah

mengidentifikasi populasi khusus yang rentan dan melakukan

surveilans pada populasi ini. Berikut kutipan hasil wawancara:

“…Iya surveilans dilakukan tetap…”


(MI, 48 Tahun-Juru Bicara Satgas Covid-19 Kota Palopo)

“…Iya tetap dilakukan…”


(ML, 57 Tahun-Pencegahan Satgas Covid-19 Kota Palopo)

“…Iya diterapkan…”
(AR, 35 Tahun-Koordinator Lapangan Satgas Covid-19 Kota
Palopo)
119

“…Iya tetap dilakukan selalu….”


(IA, 36 Tahun- Pelaksana Program Penanggulangan Covid-
19 Kota Palopo)

“…Iya semuanya kegiatan surveilans tetap dilakukan disemua


tempat termasuk di tempat yang beresiko terjadi penularan
yang aktif memerlukan pemantauan…”
(SA, 38 Tahun-Perencanaan, Data, Pakar, dan Analisis
Satgas Covid-19 Kota Palopo)

Berdasarkan hasil wawancara informan diatas diketahui

bahwa sistem surveilans diterapkan dan diperketat di tempat

tertutup atau rentan untuk mengurasi resiko terjadi penularan

yang aktif memerlukan pemantauan.

Pemantauan pada tempat-tempat yang rentan dan beresiko

berguna guna mengurangi resiko penularan. Sistem surveilans

yang berjalan dengan baik terutama pada tempat yang

diperlukan berdampak pada memaksimalkan penanganan pada

penyakit covid-19 .

Edukasi mengenai pentingnya mematuhi protokol kesehatan

pada tempat-tempat yang beresiko dan rentan serta

memberikan teguran atau sanksi kepada para pemilik tempat

yang beresiko menimbulkan kerumunan agar juga tetap

menjalankan protocol kesehatan serta menyediakan tempat cuci

tangan sebelum memasuki tempat tersebut. Dalam hal ini

imbauan RT RW juga memiliki peran yang penting. Berikut

kutipan hasil wawancara:


120

“…Kalau rentan itu tetap disampaikan harus memakai masker


pokoknya protocol kesehatan selalu disampaikan itu…”
(SS, 48 Tahun-Pelaksana Program Penanggulangan Covid-
19 Kota Palopo)

“…Saya kira kembali kepada imbauan kami ke RT RW jadi RT


RW melihat tempat tempat seperti itu jalan. Tapi kami selalu
imbauan ke masyarakat…”
(ID, 28 Tahun-Penanganan Satgas Covid-19 Kota Palopo)

“…Iya teman-teman dari teman-teman promkes kemarin


mereka sudah jalan bagaimana menjalanan protokol kesehatan
di tempat-tempat seperti itu sudah jalan semua. Kalau ada
tempat yang tidak sesuai dengan protokol kesehatan itu
menjadi teguran untuk pemiliknya makanya minimal didepan di
tempat tempat umum harus ada tempat cuci tangan di depan
pengunjungnya memakai masker…”
(SH, 42 Tahun-Operasi Satgas Covid-19 Kota Palopo)

4) Surveilans kematian Covid-19 dilakukan di Rumah Sakit dan

masyarakat.

Surveilans kematian Covid-19 dilakukan di Rumah Sakit dan

masyarakat menunjukkan kemampuan melacak jumlah

kematian covid-19 dengan cepat dan handal jika memungkinkan

dikeluarkan SMPK (Sertifikat Medis Penyebab Kematian) covid-

19 atau pendekatan lain dilakukan dalam surveilans kematian

adalah laporan dari pusat keagamaan atau tempat pemakaman.

Berikut kutipan hasil wawancara:

“…surveilans kematian dilakukan sesuai protokol tapi rata-


rata yang meninggal tidak di Kota Palopo…”
(MI, 48 Tahun-Juru Bicara Satgas Covid-19 Kota Palopo)

“…ee meninggal disini di Makassar semua, jadi belum ada


kayaknya dikubur di Kota Palopo…”
(IA, 36 Tahun- Pelaksana Program Penanggulangan
Covid-19 Kota Palopo)
121

“…Sepertinya tetap dilaksanakan karena kalau ada kasus itu


kita selalu laporkan kasus kematiannya juga begitu…”
(ID, 28 Tahun-Penanganan Satgas Covid-19 Kota Palopo)

“…Iya. Teman-teman puskesmas yang turun…”


(AR, 35 Tahun-Koordinator Lapangan Satgas Covid-19 Kota
Palopo)

“…Kalau ada positif yang meninggal itu yah harus dikubur


sesuai dengan protokol kesehatan ada petugasnya sendiri.
Kalau memang meninggal dirumah sakit langsung dikubur tapi
kita disini meninggal di Makassar rata-rata…”
(SS, 48 Tahun-Pelaksana Program Penanggulangan Covid-
19 Kota Palopo)

Berdasarkan hasil wawancara informan diatas diketahui

bahwa surveilans kematian covid-19 tetap dilaksanakan di

rumah sakit maupun masyarakat dikarenakan pelaoporan

kematian selalu dilakukan dan dilaksanakan oleh tim yang

menangani. Akan tetapi di Kota Palopo sendiri kasus meninggal

merupakan kasus yang dilakukannya rujukan di rumah sakit

Kota Makassar.

Pelaksanaan surveilans kematian covid-19 perlu dilakukan

sesuai dengan standar protokol kesehatan. Pelaporan yang aktif

serta proses pemakaman yang sesuai menunjukkan

kemampuan tenaga kesehatan dalam menangani kejadian

kasus kematian yang ada.

Kasus kematian diserahkan kepada pemerintah setempat.

Apabila kasus kematian adalah kasus rujukan di Kota Makassar

maka juga dilakukan dengan standar protokol kesehatan. Dan

jika kasus kematian adalah kasus meninggal di Kota Palopo


122

maka pemakaman dilakukan ditempat yang menerima

pemakanan kasus covid-19 yang dilaksanakan sesuai standar

protocol kesehatan pula. Berikut kutipan hasil wawancara:

“…Kalau ada kejadian dirumah sakit tetap dilakukan begitu juga


di masyarakat diserahkan di pemerintah setempat. Begitu pula
kalau dikirim ke Makassar tetap juga dikasih APD yang
mensholatkan. Tapi kalau meninggal disini dimana saja kuburan
yang menerima tapi tetap sesuai protokol kesehatan…”
(ML, 57 Tahun-Pencegahan Satgas Covid-19 Kota Palopo)

Ditemukannya satu kasus konfirmasi yang meninggal di Kota

Palopo diungkapkan oleh informan dibawah ini, dimana proses

pengurusan jenazahnya dilakukan oleh tim satgas covid

berdasarkan standar protokol kesehatan yang ditetapkan.

Berikut kutipan hasil wawancara:

“…Kita di palopo dek kan bukan rumah sakit rujukan covid jadi
selama ini dek ee... kalau ada kematian rata-rata yang
meninggal itu sudah perawatan di Makassar atau dalam
perjalanan ke Makassar jadi kuburannya tetap di gowa kecuali
memang ada satu kasus kemarin ada disini dikuburkan tapi
untuk pengurusan jenazah apa semuanya itu tetap dari teman-
teman JA yang membantu sesuai dengan standar…”
(SH, 42 Tahun-Operasi Satgas Covid-19 Kota Palopo)

Berdasarkan hasil wawancara dengan informan mengenai

surveilans kematian covid-19 dilakukan di rumah sakit dan

masyarakat menunjukkan kasus kematian yang terlaporkan di

Kota Palopo rata-rata meninggal di Kota Makassar dan terdapat

juga kasus yang meninggal pada saat menuju perjalanan ke

Makassar untuk dilakukan rujukan kasus konfirmasi. Sementara


123

ada satu kasus ditemukan menurut informan dibawah ini,

berikut kutipan hasil wawancara:

“…Iya kalau kita kan semua kasus kematian itu harus 100% itu
kita dapatkan di rumah sakit ditemukan kasus kemudian
meninggal penaganannya itu sesuai penanganan covid mulai
pengulasan jenazah sampai di penguburannya. Kalau di carede
kemarin itu ada satu kasus kemarin itu karena itu kasus
sebenarnya dia positif dua hari dia sudah didiagnosa positif
mau dirujuk mengamuk warga, keluarganya minta dipulangkan
tidak mau dirujuk dua hari di rawat di rumah dengan bantuan
oksigen kan diluar kendali mi akhirnya meninggal itu tidak
penanganan covid. Dia sesak kan dia positif mau dirujuk dia
menolak, dia meminta tidak mau dirujuk dia pulang paksa tanda
tangan pernyataan. Jadi semua keluarganya di tracing untuk
saat ini kita isolasi dulu karena masih berduka nanti baru di
swab. Kita sudah temukan semua kontaknya ada sembilan
orang kalau tidak salah itu kontak eratnya termasuk yang
memandikan itu toh ada semuaya mi disitu nah sekarang
disolasi sekarang hanya pengawasan ji…”
(SA, 38 Tahun-Perencanaan, Data, Pakar, dan Analisis
Satgas Covid-19 Kota Palopo)

Berdasarkan hasil wawaancara informan diatas

menunjukkan ada satu kasus ditemukan terkonfirmasi positif

dengan gejala kritis tetapi memaksa untuk pulang paksa tanpa

perawatan sesuai protokol kesehatan kemudian meninggal

dunia dan dikuburkan tanpa surveilans kematian covid-19.

Hal ini menunjukkan bahwa pengetahuan masyarakat

mengenai penyakit covid-19 masih sangat minim. Kurangnya

edukasi menjadi salah satu penyebab hal tersebut. Tenaga

kesehatan diperlukan dalam hal ini untuk memberikan

penyuluhan mengenai penyakit covid-19 dan pentingnya

mematuhi protokol kesehatan.


124

b. Investigasi (Penyelidikan) kasus

1) Tim Gerak Cepat COVID-19 berfungsi dengan baik di berbagai

tingkat administrasi.

Tim Gerak Cepat COVID-19 berfungsi dengan baik di

berbagai tingkat administrasi dengan ukurannya adalah

kemampuan melakukan penyeledikan kasus dan klaster covid-

19. Berikut kutipan hasil wawancara:

“…Kalau saya menurut saya iya…”


(MI, 48 Tahun-Juru Bicara Satgas Covid-19 Kota Palopo)

“…Iya..”
(SH, 42 Tahun-Operasi Satgas Covid-19 Kota Palopo)

“…Iya sangat baik. Jadi dimana pun tim gerak cepat covid itu
bergerak dengan baik…”
(ML, 57 Tahun-Pencegahan Satgas Covid-19 Kota Palopo)

“…Alhamdulillah sampai saat ini masih efektif…”


(ID, 28 Tahun-Penanganan Satgas Covid-19 Kota Palopo)

“…Iya sesuai dan bagusji…”


(AR, 35 Tahun-Koordinator Lapangan Satgas Covid-19 Kota
Palopo)

“…Iya karena kita tetap saling berkoordinasi bersama-sama…”


(IA, 36 Tahun- Pelaksana Program Penanggulangan Covid-
19 Kota Palopo)

Berdasarkan hasil wawancara informan diatas diketahui

bahwa tim gerak cepat covid-19 berfungsi dengan baik di

berbagai tingkat administrasi dan masih efektif dilakukan

dimana tim-tim yang menangani saling berkoordinasi bersama-

sama.
125

Dimulai dari tingkat puskesmas sampai dinas kesehatan

dilakukan pelaporan kasus yang cepat sehingga dapat

melakukan tracing untuk melakukan penemuan kasus-kasus

baru dengan cepat pula. Komunikasi dari lintas sektor dan

pemerintah setempat juga dilakukan yang masing-masing telah

memiliki protop masing-masing yang telah ditetapkan. Berikut

kutipan hasil wawancara:

“…Semua berfungsi ee.. mulai dari tingkat puskesmas sampai


dinas, jadi mereka itu setiap ada kasus terlapor langsung dia
turun cepat melakukan tracing temuan kasus-kasus baru toh
melalui kontak erat melalui pasien konfirmasi…”
(SA, 38 Tahun-Perencanaan, Data, Pakar, dan Analisis
Satgas Covid-19 Kota Palopo)

“…Iya. Terutama itu TGCnya tetap kita membangun komunikasi


dari rumah sakit dari lurah RT RW atau pemerintah dinas
kesehatan itu tidak bisa lepas komunikasi langkah-langkah apa
yang dilakukan yang ada positif, yang meninggal sudah ada
protap protapnya semua itu…”
(SS, 48 Tahun-Pelaksana Program Penanggulangan Covid-
19 Kota Palopo)

Tim gerak cepat covid melakukan penyelidikan kasus dan

klaster covid-19 yang cepat dan aktif berfungsi dalam

mengurangi timbulkan klaster baru di masyarakat. Tim gerak

cepat covid-19 membantu mengurangi bertambahnya kasus-

kasus konfrimasi positif covid-19.

2) Kasus suspek diisolasi dan dilakukan pengambilan spesimen

dalam waktu kurang dari 48 jam sejak munculnya gejala.

Kasus suspek diisolasi dan dilakukan pengambilan

spesimen dalam waktu kurang dari 48 jam sejak munculnya


126

gejala menunjukkan bahwa investasi dan isolasi kasus baru

dilakukan cukup cepat untuk meminimalkan timbulnya kasus

sekunder. Berikut kutipan hasil wawancara:

“…ya sudah pasti diisolasi dulu diambil spesimennya kalau


sudah ditau itu dia pernah kontak…”
(MI, 48 Tahun-Juru Bicara Satgas Covid-19 Kota Palopo)

“…Pokoknya kalau ada yang sudah ada dicurigai itu sudah


harus langsung diswab…”
(SS, 48 Tahun-Pelaksana Program Penanggulangan Covid-
19 Kota Palopo)

Berdasarkan hasil wawancara informan diatas dketahui

bahwa kasus suspek diisolasi dahulu kemudian dilakukan

pengambilan spesimen jika telah diketahui merupakan kasus

yang telah kontak dengan kasus konfirmasi positif covid-19

maupun yang sedang dicurigai.

Permintaan dokter juga menjadi faktor penentu apakah

pasien dilakukan pengambilan spesimen. Jika memiliki kondisi

yang mengarah ke covid-19 maka disarankan untuk melakukan

pengambilan spesimen. Tapi pada umumnya jika termasuk

dalam kontak erat pasien covid-19 maka dilakukan pengambilan

spesimen yang berulang-ulang dan tetap dilakukan isolasi pada

kasus tersebut. Berikut kutipan hasil wawancara:

“…Tidak menentu si. Karena kita kan mengacu pada


permintaan dokter saja. Kalau dokter yang melihat gejalanya
kondisi pasien mengarah ke covid terus dia mengirim pengantar
lab untuk swab langsung pada hari itu juga kita swab. Tapi
kebanyakan itu dari pengalaman yang sudah kontak itu
misalnya hari ini juga dia hasilnya positif yang sudah kontak itu
biasanya 5 sampai 7 hari dilakukan mi rapid kalau memang
127

reaktif rapidnya langsung di swab kalau dia nonreaktif 10 hari


lagi diulang lagi. Kemudian diulang lagi hari ke 14 dengan hari
21 itu diulang terus kalau memang rapidnya non reaktif tapi
selama itu diisolasi ji…”
(IA, 36 Tahun- Pelaksana Program Penanggulangan Covid-
19 Kota Palopo)

Kasus lain juga mengatakan bahwa pengambilan spesimen

dilakukan dengan melihat keadaan pada setiap kasus suspek.

Jika kasus tanpa gejala maka dilakukan karantina mandiri

dirumah masing-masing. Dilakukan isolasi pada suspek

dipantau secara intens oleh dinas kesehatan. Adapaun jika

muncul gejala pada saat dilakukan isolasi maka akan dilakukan

pengambilan spesimen secara langsung. Berikut kutipan hasil

wawancara:

“…Kita liat juga keadaanya, ada yang harus segera diambil, tapi
kalau dianggap tidak bahaya itumi diisolasi baru diambil
spesimennya dan dikirim ke Makassar…”
(ML, 57 Tahun-Pencegahan Satgas Covid-19 Kota Palopo)

“…Biasa lambat biasa cepat. Tergantung lagi dia bergejala atau


tidak. Kan kalo bergejala langsung diswab itu langsung.
Biasanya kalo tidak itu karantina saja dirumahnya…”
(AR, 35 Tahun-Koordinator Lapangan Satgas Covid-19 Kota
Palopo)

“…Iya saya kira begitu, karena dari kemarin yang diisolasi


dirumah memang intens sekali pihak dari dinas kesehatan
apakah itu di ambil spesimennya atau bagaimana saya kira
kayaknya itu setelah gejala muncul…”
(ID, 28 Tahun-Penanganan Satgas Covid-19 Kota Palopo)

Hal lain juga diungkapkan oleh informan dibawah ini dimana

ditemukannya kasus yang menolak untuk dilakukan

pengambilan spesimen meskipun kasus suspek tersebut telah


128

menimbulkan gejala. maka pada kasus tersebut hanya

dilakukan karantina yang akan dipantau oleh petugas yang

menangani. Berikut kutipan hasil wawancara:

“…Iya semua kasus suspek sekarang kita lakukan swab tes


kecuali ada apa lagi namanya.. satu atau dua orang yang
menolak tidak mau di swab maunya dia tetap di karantina saja
selama 10 hari ada memang juga tetap dilakukan swab. Tapi
secara prosedur kita lakukan ji hanya kadang kan namanya
manusia tidak semua punya sifat yang sama karakter yang
sama, ada yang menolak keras tidak mau…”
(SA, 38 Tahun-Perencanaan, Data, Pakar, dan Analisis
Satgas Covid-19 Kota Palopo)

“…Ada yang memang langsung dilakukan swab, ada yang


dirapid ada yang ee... sama sekali tidak diperiksa tapi mereka
langsung karantina. Kita juga turun pada saat ada kasus itu
disampaikan cuman kan kadang-kadang masyarakatnya ada
yang memang tidak mau bahkan menolak mentah-mentah. Tapi
ada juga yang meminta di swab. Tapi kadang-kadang ada juga
ah biarmi karantina mandiri saja tanpa perlu mereka tau dia
positif atau tidak tapi memang karantina dan diawasi sama RT,
kelurahan kan memang kelurahan sudah ada satgas masing-
masing dan mereka memantau ini orang memang stay
dirumahnya…”
(SH, 42 Tahun-Operasi Satgas Covid-19 Kota Palopo)

Berdasarkan hasil wawacara di atas diketahui kasus suspek

dilakukan isolasi secara mandiri jika tanpa gejala namun

pengambilan spesimen dilakukan setelah munculnya gejala.

namun timbulnya masalah pada kasus-kasus suspek yang

menolak untuk dilakukan pengambilan spesimen meskipun

suspek tersebut telah mencul gejala yang mengarah ke covid.

Hal ini memungkinkan timbulnya kasus sekunder pada kasus-

kasus tersebut.
129

3) Hasil pemeriksaan Lab keluar sejak spesimen dikirimkan dan

diterima hasilnya 3x24 jam.

Lama hasil pemeriksaan Lab keluar sejak spesimen

dikirimkan dan diterima hasilnya adalah 3x24 jam, kriteria ini

harus ditetapkan untuk memperbaiki sistem manajemen

pemeriksaan spesimen. Berikut kutipan hasil wawancara:

“…Iya bahkan ada yang dibawah itu. Rata-rata paling lama


kalau dikirim ke balai pusat laboratorium kesehatan Makassar
tapi ada juga kalau disini PCM ada tes cepat molekuler…”
(MI, 48 Tahun-Juru Bicara Satgas Covid-19 Kota Palopo)

“…Iya paling lama hasilnya kita keluar itu 3 hari, kalau untuk
rumah sakit pcm kita pake 1x24 sudah kita terima kecuali
pengiriman sampel yang lama karena butuh proses perjalanan
jauh terus sampel antri disana jadi paling cepat itu 2 hari paling
lama 3 hari…”
(SA, 38 Tahun-Perencanaan, Data, Pakar, dan Analisis
Satgas Covid-19 Kota Palopo)

“…Sama ji lambat juga tergantung. Karena ada pernah staf


saya disini juga positif cepat keluar juga 1 hariji. Tapikan
sekarang ada alatnya di rampoang sekarang jadi bisa cepat…”
(AR, 35 Tahun-Koordinator Lapangan Satgas Covid-19 Kota
Palopo)

“…Tergantung dari hasil labnya. Sekarang itu agak cepat


diterima hasilnya. Di rs sawerigading sudah ada…”
(SS, 48 Tahun-Pelaksana Program Penanggulangan Covid-
19 Kota Palopo)

“…Iya, kalau dikirm ke Makassar 2 sampai 3 hari diterima


hasilnya…”
(ML, 57 Tahun-Pencegahan Satgas Covid-19 Kota Palopo)

Iya 3 hari. Kalau kami kan dikirim ke Makassar. Dan dimakassar


juga katanya dari dinas kesehatan sampaikan itu antri jadi
begitu agak lama.
(ID, 28 Tahun-Penanganan Satgas Covid-19 Kota Palopo)
130

Berdasarkan hasil wawancara infroman diatas diketahui

bahwa hasil pemeriksaan lab bergantung pada tes yang

dilakukan. Namun pada umumnya jika pemeriksaan lab dikirim

ke balai pusat laboratorium kesehatan Makassar maka akan

hasil yang diterima memakan waktu 2 sampai 3 hari akan tetapi

kota Palopo telah menyediakan PCM atau tes cepat molekuler

di Rumah Sakit Umum Sawerigading yang hasil tes keluar

memakan waktu 1x24 jam.

. Akan tetapi saat ini bahan untuk pemeriksaan PCM alatnya

sangat terbatas maka khusus kasus tanpa gejala dilakukan

pemeriksaan lab di balai pusat laboratorium kesehatan yang

kemudian akan dikirim di Makassar dan diterima hasilnya

memakan waktu 2-3 hari. Namun pada saat ini dikarenakan

tidak tersedia PCM disebabkan bahan yang habis maka semua

pemeriksaan lab dikirimkan ke Makassar. Berikut kutipan hasil

wawancara:

“…Tergantung. Kita kan sebenarnya sudah ada pcm


sebenarnya. Cuman persoalannya dek alatnya terbatas jadi
awalnya itu bulan tujuh bulan delapan kemarin itu semuanya di
layani kemarin disini tanpa kami mengirim ke Makassar, cuman
sekarang karena terbatas jadi ee.. yang jalani untuk PCM
disana itu pasien-pasien yang sudah masuk di rumah sakit.
Tapi kalau tanpa gejala pada saat di rapid dia reaktif kami ambil
di labkesda untuk pemeriksaan swabnya kemudian dikirim ke
Makassar. Jadi biasanya kami terima itu hasil dari makassar itu
2 sampai 3 hari, tapi selama menunggu hasil itu suspek itu
sudah harus karatina sambil menunggu hasilnya…”
(SH, 42 Tahun-Operasi Satgas Covid-19 Kota Palopo)
131

“…Kalau disini dulu kan sampel diterima rumah sakit lain


mengirim kesini kemudian running selama 51 menit jadi sekitar
90 menit itu sudah ada hasil yang dilaporkan terus kalau saat ini
kan tidak ada bahan jadi kami mengirim ke Makassar kalau
kami ambil swab ini pagi nanti ada tim yang kirim ke Makassar
sampelnya, tiba besoknya sorenya itu kemungkinan sudah ada
hasilnya jadi 2-3 hari itu sudah ada hasilnya. Kalau disini kita
pakai kan PCM kalau di Makassar kan PCR…”
(IA, 36 Tahun- Pelaksana Program Penanggulangan

Covid-19 Kota Palopo)

Berdasarkan hasil wawancara dengan informan penelitian

mengenai lama hasil pemeriksaan lab. keluar sejak spesimen

dikirimkan dan diterima hasilnya adalah 3x24 jam menunjukkan

kriteria ini sudah memenuhi dalam penerapan sistem

manajemen pemeriksaan spesimen.

c. Pelacakan Kontak (Contact Tracing)

1) Kasus baru dapat diidentifikasi kontak eratnya dan mulai

dilakukan karantina dalam waktu <72 jam setelah kasus baru di

konfirmasi.

Jika >80% Kasus baru dapat diidentifikasi kontak eratnya

dan mulai dilakukan karantina dalam waktu <72 jam setelah

kasus baru di konfirmasi menunjukkan kapasitas pelacakan

kasus dan kontak adequate. Berikut kutipan hasil wawancara:

“…kalo ada kasus baru langsung dikarantina…”


(MI, 48 Tahun-Juru Bicara Satgas Covid-19 Kota Palopo)

“…Iya semuanya…”
(SH, 42 Tahun-Operasi Satgas Covid-19 Kota Palopo)

“…Kalau itu saya kira iya dikarantina langsung…”


(ID, 28 Tahun-Penanganan Satgas Covid-19 Kota Palopo)
132

“…Iya di karantina disuruh karantina kalau sudah ditau dia


sudah kontak erat itu…”
(AR, 35 Tahun-Koordinator Lapangan Satgas Covid-19 Kota
Palopo)

“…Iya harus dikarantina…”


(SS, 48 Tahun-Pelaksana Program Penanggulangan Covid-
19 Kota Palopo)

“…Dikarantina tetap…”
(IA, 36 Tahun- Pelaksana Program Penanggulangan Covid-
19 Kota Palopo)

Berdasarkan hasil wawancara informan diatas diketahui

bahwa identfikasi kontak erat dan karantina dilakukan segera

pada saat penemuan kasus-kasus baru dari kontak kasus

konfrimasi positif covid-19.

Karantina dilakukan di rumah sakit yang telah disediakan

namun jika pasien bersedia. Jika tidak maka karantina dilakukan

di rumah masing-masing dimana akan dilakukan pemantauan

aktif terhadap kasus tersebut. Berikut kutipan hasil wawancara:

“…Iya tetap dikarantina. Itumi di rumah sakit tentara di karantina


kalau dia mau. Tapi kalau tidak mau dia diisolasi dirumah tapi
tetap di awasi oleh petugas diantar makanan tidak boleh juga
keluar-keluar rumah. Dan kerja sama disni RT, RW, lurah untuk
mengawasi masyarakatnya karena petugas kesehatannya kan
teknisinya…”
(ML, 57 Tahun-Pencegahan Satgas Covid-19 Kota Palopo)

Karantina dilakukan pada kasus kontak erat yang telah

dilakukan tracing oleh tim gerak cepat dimana kasus kontak erat

jika hasil pemeriksaan spesimen positif maka karantina berlanjut

begitupun jika hasil pemeriksaan negatif maka pada saat itu


133

dianggap karantina telah selesai. Hal ini diunkapkan oleh

infroman dibawah ini:

“…Iya pasti itu jadi setiap kasus konfirmasi positif semua kontak
erat pada hari itu kan langsung turun TGC tracing, sebelum
dilakukan swab dia sudah harus karantina isolasi sampai keluar
hasil swab, kalau keluar hasil swab negatif hari itu dianggap
bebas kalau dia positif lanjut. Tapi kalau tidak mau swab tetap
kita karantina. Kalau dia misalnya tidak mau swab tapi dia
masuk kategori kontak erat dan kita keluarkan keterangan
isolasi mandiri…”
(SA, 38 Tahun-Perencanaan, Data, Pakar, dan Analisis
Satgas Covid-19 Kota Palopo)

Identifikasi kontak erat dari kasus baru dan mulai dilakukan

karantina dalam waktu <72 jam setelah kasus di konfirmasi

menunjukkan pelacakan kontak berjalan dengan cepat dan baik

berdampak untuk mengurasi resiko timbulnya kasus-kasus baru

sehingga membantu dalam proses penanganan covid-19.

2) Kontak dari kasus baru dipantau selama 14 hari sejak kontak

terakhir.

<80% kontak dari kasus baru dipantau selama 14 hari sejak

kontak terakhir dan harus dipantau setiap hari dan idealnya

umpan balik tidak boleh terlewat selama lebih dari dua hari.

Berikut kutipan hasil wawancara:

“…Dipantau terus 14 hari…”


(MI, 48 Tahun-Juru Bicara Satgas Covid-19 Kota Palopo)

“…Iya. Dipantau 14 hari, diberikan makanan pokok vitamin dan


sebagainya…”
(ID, 28 Tahun-Penanganan Satgas Covid-19 Kota Palopo)

“…Iye dipantau tetap itu…”


134

(AR, 35 Tahun-Koordinator Lapangan Satgas Covid-19 Kota


Palopo)

“…Iya dipantau terus. …”


(ML, 57 Tahun-Pencegahan Satgas Covid-19 Kota Palopo)

“…Dipantau. Kalau sudah ada yang diisolasi mandiri…”


(SS, 48 Tahun-Pelaksana Program Penanggulangan Covid-
19 Kota Palopo)

“…Iya dipantau terus kondisinya terus disuruh cek ulang dalam


14 hari terus diulang lagi di hari ke 21…”
(IA, 36 Tahun- Pelaksana Program Penanggulangan Covid-
19 Kota Palopo)

Berdasarkan wawancara infroman diatas diketahui bahwa

pemantauan dilakukan pada kasus baru selama 14 hari pada

saat dilakukan karantina dimana selama proses karantina

diberikan makanan pokok, vitamin dan lainnya serta dlakukan

pengecakan secara berulang pada hari ke 14 kemudian

dilakukan pengulangan pada hari ke 21.

Pemantauan kasus baru yang dipantau dilakukan oleh tim

puskesmas yang dikoordinaskan pada puskesmas wilayah kerja

pada kasus konfrimasi positif. Dimana tim dari dinas kesehatan

pada hari pertama akan turun untuk pemantauan kemudian

selanjutnya diserahkan pada tim puskesmas bersama lintas

sektor terkait. Berikut kutipan hasil wawancara:

“…Itu pasti. Sudah pasti di pantau sama tim puskesmas jadi


tiap ada kasus konfirmasi kita koordinasikan ke puskesmas
wilayah jadi penanggung jawab pemantauan itu dilakukan di
puskesmas wilayah kerja positif…”
(SA, 38 Tahun-Perencanaan, Data, Pakar, dan Analisis
Satgas Covid-19 Kota Palopo)
135

“…Iya di pantau. Kalau di dinas kesehatan itu hari pertama


memang turun tapi untuk pemantaun selanjutnya dikembalikan
ke puskesmas jadi selama 14 hari itu mereka yang pantau
dengan satgas dari kelurahan…”
(SH, 42 Tahun-Operasi Satgas Covid-19 Kota Palopo)

Pemantauan kasus secara rutin dilaksanakan untuk

mendeteksi kasus sejak dini. Kasus kontak baru yang dipantau

selama 14 hari mengurangi resiko penyebaran covid-19 dimana

pada rentang waktu tersebut berkaitan dengan bagaimana virus

berkembang dan beresiko menimbulkan penyebaran kepada

orang lain.

3) Pelacakan kontak menggunakan sistem informasi dan

manajemen data tersedia untuk mengelola pelacakan kontak

dan data terkait lainnya.

Menggunakan sistem informasi dan manajemen data

tersedia untuk mengelola pelacakan kontak dan data terkait

lainnya, sementara pelacakan data kontak dapat diolah manual

pada skala kecil, pelacakan kontak skala besar dapat didukung

oleh perangkat elektronik. Berikut kutipan hasil wawancara:

“…iya ada, tapi sama tim yang pegang…”


(MI, 48 Tahun-Juru Bicara Satgas Covid-19 Kota Palopo)

“…Iya pakai…”
(ML, 57 Tahun-Pencegahan Satgas Covid-19 Kota
Palopo)

“… kalau saya taunya pelacakan dari orang ke orang,


wawancara saja…”
(AR, 35 Tahun-Koordinator Lapangan Satgas Covid-19
Kota Palopo)
136

“…Kalau setahu saya pakai. Tapi kontaknya biasa itu dari


penyampainnya orang ke orang saja biasanya kita telusuri…”
(IA, 36 Tahun- Pelaksana Program Penanggulangan Covid-
19 Kota Palopo)

Berdasarkan hasil wawancara infroman diatas diketahui

bahwa system informasi dan manajemen data tersedia untuk

mengelola pelacakan kontak dan data terkait lainnya digunakan

oleh tim terkait dalam penanganan covid-19. Namun biasanya

pelacakan kontak dilakukan dengan wawancara dari orang ke

orang lain.

Hal ini juga diungkapkan oleh informan dibawah ini dimana

pelacakan kontak pada umumnya berupa mencari infomasi dari

orang ke orang, melakukan wawancara, menghubungi kontak

tersedia untuk melakukan kunjungan langsung kepada kasus

kontak erat. Berikut kutipan hasil wawancara:

“…Kalau kami pada saat ada kasus positif wawancara langsung


dengan si pasien kemudian kami telusuri melalui versinya si
pasien itu akan kami telusuri meminta nomor telfonnya untuk
menghubungi via telfon kalau tidak memungkinkan kami untuk
kunjungan langsung…”
(SH, 42 Tahun-Operasi Satgas Covid-19 Kota Palopo)

“…Saya kira yang saya liat apa yang dilakukan teman-


teman di puskesmas yah itu menayakan saja dimana dari mana
siapa yang ditemui yah itu untuk melihat ee… apanya yah
melihat orangnya dari mana asalnya dan itu saja kalau
manajemen datanya mungkin ada tapi saya tidak tau
manajemen apa yang digunakan…”
(ID, 28 Tahun-Penanganan Satgas Covid-19 Kota
Palopo)

“…Iya termasuk itu data siapa namanya dimana alamatnya apa


gejalanya selalu ditanyakan semua itu karena ada memang
sudah format dari dinas. Tertutama itu pendatang baru. Bahkan
137

yang kontak langsung dengan yang positif itu juga diawasi ada
gejalanya apa begini begini diambil nomornya, dia juga di ambil
nomornya petugas selalu kontek kontek dengan petugas…”
(SS, 48 Tahun-Pelaksana Program Penanggulangan Covid-
19 Kota Palopo)

Infroman mengenai pelacakan kontak diperkuat dengan

ungkapan informan dibawah ini dimana pelacakan kontak

dengan system informasi dan manajemn data didasarkan pada

pedoman yang ada, notifikasi dari lintas sektor kepada keluarga

pasien yang kemudian datanya dikelolah dan ditelusuri

kontaknya bersama tim yang menangani dan kemudian

diidentfikasi masing-masing oleh dinas kesehatan untuk

selanjutnya dilakukan pengambilan spesimen. Berikut kutipan

hasil wawancara:

“…Iya. Jadi untuk pelacakan kontak itu diawali dengan alur-alur


yang memang sudah disepakati melalui pedoman yang ada jadi
pertama ee.. apalagi ee.. notifikasi dari RT, RW terus keluarga
pasien biasanya kalau kita tidak dapat dari keluarga pasien kita
cari ee.. apa lagi namanya data dari RT RW atau kelurahan jadi
itu yang kita telusur jadi sistem penelusurannya itu memang
melalui dari RT RW atau keluarga biasanya kita telfon kalau kita
memang tidak dapat orangnya kita telfon setelah itu kita
sampaikan ke puskesmas, puskesmas langsung turun tracing
mencari data-datanya, data kemudian dikirim ke dinas dinas
mengidentifikasi satu satu kemudian di swab dibuatkan jadwal
swab di labkesda…”
(SA, 38 Tahun-Perencanaan, Data, Pakar, dan Analisis
Satgas Covid-19 Kota Palopo)

Tersedianya pengelolaan pelacakan kontak berupa sistem

informasi dan manajemen data berfungsi dalam mempermudah

dalam proses tracing kontak kasus-kasus baru. Dimana dapat


138

mengelolah dengan baik data-data yang tersedia untuk

kebutuhan data terkait lainnya.

C. Pembahasan

Kriteria yang perlu dievaluasi untuk menilai keberhasilan

penanggulangan dikelompokkan menjadi tiga domain melalui tiga

pertanyaan utama yaitu Kriteria Epidemiologi, Kriteria Sistem kesehatan

dan Kriteria Surveilans Kesehatan Masyarakat.. Dari 3 kriteria tersebut,

terdapat 24 indikator yang dapat dievaluasi. Penelitian ini dilakukan pada

masa sebelum vaksinasi tersedia dan mulai dilakukan. Penelitian ini

berfokus pada kasus covid-19 yang terjadi di Kota Palopo. Berikut uraian

pembahasan hasil penelitian:

1. Kriteria

Epidemiologi.

a. Tren kasus konfirmasi baru dari puncak tertinggi selama 3 minggu

berturut-turut dan terus menurun pada minggu-minggu selanjutnya.

Penelitian dilakukan oleh peneliti dimulai pada tanggal 14

september dengan melihat puncak tertinggi tren kasus konfirmasi

dimulai pada bulan juli menuju bulan agustus 2020 dengan

perkembangan kasus yang terus meningkat. Hasil penelitian yang

dilakukan diketahui adanya tren kenaikan kasus dengan case

fatality rate yang juga meningkat dengan rata-rata penambahan

kasus 3 atau 4 kasus per harinya. Hal ini juga disebabkan karena
139

telah tersedia PCM atau tes cepat molekuler di Rumah Sakit

Sawerigading Kota Palopo.

PCM atau tes cepat molekuler digunakan guna mendeteksi

adanya apakah seseorang menderita Covid-19 dengan hasil tes

yang cepat dan akurat. Tersedianya tes ini memudahkan para

tenaga kesehatan untuk mendeteksi kasus-kasus dengan cepat

sehingga kontak lebih cepat ditemukan. Namun hal ini juga

berdampak pada tingginya angka kasus pemeriksaan yang

dilakukan maka angka kasus juga akan meningkat.

Namun penyebab terus meningkatnya kasus perharinya juga

disebabkan karena bebasnya para pendatang dalam akses jalan

keluar masuk Kota Palopo tanpa adanya pembatasan yang dulunya

dilakukan di 3 pintu masuk di Kota Palopo. Hal ini sejalan dengan

temuan penelitian yang dilakukan oleh Hien Lau, dkk (2020)

menunjukkan tingkat pertumbuhan yang menurun secara signifikan

dan peningkatan waktu dua kali lipat kasus diamati, yang

kemungkinan besar karena tindakan penguncian China.

Pengurungan yang lebih ketat dari orang-orang di daerah berisiko

tinggi tampaknya berpotensi memperlambat penyebaran COVID-19

(Lau et al., 2020).

Faktor lain yang juga sangat mempengaruhi disebabkan oleh

pola pikir masyarakat yang mengganggap bahwa tidak adanya

penyakit seperti covid-19, rendahnya pengetahuan masyarakat dan


140

sikap kurang peduli menyebabkan kurangnya kesadaran

masyarakat akan pentingnya selalu menjalankan protokol

kesehatan dalam kehidupan sehari-hari.

Perilaku hidup bersih dan sehat merupakan starategi yang

dapat mencegah penyebaran Covid-19. Masyarakat terus dihimbau

untuk meningkatkan perilaku hidup bersih dan sehat dalam upaya

pencegahan penyebaran Covid-19, karena perilaku masyarakat

sangat berperan penting dalam penurunan angka penyebaran

Covid-19. PHBS merupakan salah satu starategi dalam

pencegahan penyebaran Covid -19 yang sangat efektif dan mudah

dilakukan oleh semua lapisan masyarakat. Maka masyarakat perlu

dihimbau secara terus menerus melakukan gerakan PHBS yang

dapat menjadi kunci pencegahan penyebaran Covid-19 pada masa

pandemik ini (Karo, 2020).

Berdasarkan data kasus konfirmasi dalam 3 minggu dimulai per

tanggal 27 juli sampai per tanggal 16 agustus 2020 sebanyak 34

kasus, kemudian 3 minggu berikutnya per tanggal 17 agustus

sampai per tanggal 6 september 2020 sebanyak 29 kasus, dan

pada 3 minggu terakhir penelitian per tanggal 7 september sampai

per tanggal 27 september sebanyak 77 kasus konfirmasi. Hal ini

menunjukkan terjadi penurunan di 3 minggu kedua per tanggal 17

agustus sampai per tanggal 6 september 2020 sebanyak 5 kasus


141

sementara pada 3 minggu setelahnya terjadi penambahan 48

kasus.

Hal ini menunjukkan tidak adanya penurunan minimal 50%

angka kasus konfirmasi baru dari puncak tertinggi selama 3 minggu

berturut-turut sehingga pentingnya mematuhi prokol kesehatan

sesuai dengan pedoman yang berlaku dan mematuhi peraturan

Walikota Palopo Nomor 10 Tahun 2020.

Penelitian lain yang dilakukan di Amerika serikat mengenai

upaya yang dilakukan untuk mengatasi tren kasus Covid-19 yang

terjadi melalui penelitian mengenai Prediksi COVID-19 di Amerika

Serikat menggunakan Google tren deret waktu yang menunjukkan

dalam pemantauan dan peramalan epidemi dan wabah, terbukti

bahwa infodemiologi melalui pendekatan data Google Trends dan

COVID-19 dapat membantu pembuat kebijakan kesehatan

masyarakat dalam menangani masalah yang paling penting,

penggemukan kurva, mengalokasikan sumber daya kesehatan, dan

meningkatkan efektivitas dan kesiapan masing-masing dalam

sistem perawatan kesehatan (Amaryllis & Konstantinos, 2020).

Hasil penelitian diatas dapat dijadikan acuan untuk menemukan

solusi terbaru dalam mengatasi peningkatan tren kasus yang terjadi

di Kota Palopo melalui pendekatan data google trens yang juga

disesuaikan dengan masalah yang terjadi didaerah. Pendekatan

yang dilakukan berdasarkan penelitian terdahulu yang terbukti


142

dapat memberikan solusi dalam mengatasi masalah yang ada juga

dikembangkan dengan penanganan sesuai dengan masalah yang

terjadi di masyarakat.

b. Jumlah spesimen positif pada semua kasus dalam 2 minggu

terakhir.

Hasil penelitian dengan data jumlah kasus positif per tanggal 14

september sebanyak 144 kasus konfrimasi sampai dengan per

tanggal 27 september 2020 sebanyak 193 kasus, dengan total

penambahan 49 kasus konfirmasi positif pada semua kasus pada 2

minggu terakhir. Sedangkan pada 2 minggu sebelumnya

penambahan kasus positif per tanggal 31 agustus ke tanggal 13

september 2020 terjadi penambahan 35 kasus konfirmasi positif.

Hal ini menunjukkan terjadi peningkatan 14 kasus konfrimasi di

banding 2 minggu sebelumnya. Untuk melihat jumlah spesimen

positif pada semua kasus dalam 2 minggu terakhir <5% yang

dihitung sebagai berikut:

Positivity rate dalam 2 minggu terakhir =

Jumlah kasus positif Covid-19


=¿
Jumlah kasus positif Covid -19+ jumlah kasus negatif diagnosis

49
= 0,4 atau 40%
49 + 60

Jadi, jumlah spesimen positif pada semua kasus dalam 2

minggu yaitu 40% dimana masih sangat jauh dengan syarat angka
143

positivity rate yang ditetapkan organisasi kesehatan dunia (WHO)

yakni standar persentase kasus positif tidak lebih dari 5%.

Case fatality ratio (CFR) adalah proporsi individu yang

didiagnosis dengan penyakit yang meninggal karena penyakit itu

dan oleh karena itu merupakan ukuran keparahan di antara kasus

yang terdeteksi. CFR yang dapat diandalkan yang dapat digunakan

untuk menilai tingkat kematian suatu wabah dan mengevaluasi

setiap tindakan kesehatan masyarakat yang diterapkan umumnya

diperoleh pada akhir wabah, setelah semua kasus telah

diselesaikan (individu yang terkena dampak meninggal atau pulih).

Namun, kalkulasi ini mungkin tidak berlaku untuk epidemi yang

sedang berlangsung, karena ini membuat dua asumsi (World

Health Organization, 2020c):

Asumsi 1 yaitu kemungkinan untuk mendeteksi kasus dan

kematian konsisten selama wabah. Pada awal wabah, surveilans

cenderung lebih fokus pada pasien bergejala yang mencari

perawatan, sehingga kasus yang lebih ringan dan asimtomatik

cenderung tidak terdeteksi, yang mengarah pada perkiraan CFR

yang berlebihan, perkiraan yang terlalu tinggi ini dapat menurun

seiring dengan meningkatnya pengujian dan penemuan kasus aktif.

Salah satu metode untuk menjelaskan hal ini adalah dengan

menghapus dari analisis kasus-kasus yang terjadi sebelum


144

pembentukan pengawasan yang kuat, termasuk penerapan definisi

kasus yang jelas (metode yang disebut sensor kiri).

Asumsi 2 yaitu semua kasus yang terdeteksi telah diselesaikan

(yaitu, kasus yang dilaporkan telah pulih atau meninggal). Selama

epidemi yang sedang berlangsung, beberapa kasus aktif yang

sudah terdeteksi mungkin kemudian mati, menyebabkan perkiraan

CFR yang diremehkan sebelum kematiannya. Efek ini ditekankan

dalam epidemi yang tumbuh cepat (misalnya selama fase

pertumbuhan eksponensial COVID-19).

Dalam pandemi COVID-19, WHO (World Heath Organization)

telah melihat variasi yang luas dalam perkiraan CFR yang mungkin

menyesatkan. Setiap negara sulit untuk dibandingkan karena

sejumlah alasan. Mungkin lebih atau kurang untuk mendeteksi dan

melaporkan semua kematian karena COVID-19 (World Health

Organization, 2020c).

Selanjutnya, setiap negara mungkin menggunakan definisi

kasus yang berbeda dan strategi pengujian atau menghitung kasus

secara berbeda (misalnya, dengan kasus ringan tidak sedang diuji

atau dihitung). Kualitas perawatan atau intervensi yang berbeda

digunakan pada berbagai tahap penyakit juga mungkin berperan.

Terakhir, profil pasien (misalnya usia, jenis kelamin, etnis, dan

penyakit penyerta yang mendasarinya) dapat bervariasi antar

Negara (World Health Organization, 2020c).


145

c. Jumlah spesimen positif Covid-19 pada penyakit seperti influenza

dan infeksi saluran pernapasan akut yang parah dalam 2 minggu

terakhir.

Hasil penelitian diketahui bahwa pasien dengan kasus

konfirmasi positif menunjukkan gejala-gejala seperti influenza dan

saluran pernapasan akut yang parah dengan disertai beberapa

penyakit penyertanya. Akan tetapi di Kota Palopo sendiri lebih

banyak yang dengan tanpa gejala yang dikonfirmasi positif covid-

19. Berdasarkan data per tanggal 14 september ke 27 september

jumlah spesimen positif covid-19 pada penyakit seperti influenza

dan infeksi saluran pernapasan akut yang parah sebanyak 11

kasus.

Dibandingkan dengan 2 minggu sebelumnya kasus konfirmasi

positif pada penyakit seperti influenza dan infeksi saluran

pernapasan akut yang parah sebanyak 13 kasus. Oleh karena itu

untuk melihat rendahnya % spesimen yang positif covid-19 yang

menunjukkan rendahnya transmisi di populasi dapat dihitung

sebagai berikut:

Positivity rate pada penyakit seperti influenza dan infeksi saluran

pernapasan akut yang parah dalam 2 minggu terakhir =

Jumlah kasus positif Covid-19


=¿
Jumlah kasus positif Covid -19+ jumlah kasus negatif diagnosis

49
= 0,4 atau 40%
49 + 60
146

Jadi, positivity rate pada penyakit seperti influenza dan infeksi

saluran pernapasan akut yang parah dalam 2 minggu terakhir yaitu

40%. Hal ini menunjukkan masih tingginya % spesimen yang positif

covid-19 yang menunjukkan tingginya transmisi di populasi.

Hasil penelitian lain mengenai memprediksi hasil yang parah

pada penyakit terkait Covid-19 hanya dengan menggunakan

demografi, komorbiditas dan gejala pada pasien menunjukkan

gejala paling umum termasuk batuk (82%), sesak nafas (75%), dan

demam/menggigil (77%), dengan 96% melaporkan setidaknya satu

dari ini. Analisis regresi logistik multivariabel menemukan bahwa

bertambahnya usia, sesak nafas, jenis kelamin, status

immunocompromised dan CKD (Chronic kidney disease) adalah

prediktor signifikan dari infeksi Covid-19 yang parah (Ryan et al.,

2020).

Dari hasil penelitian diatas menunjukkan pada setiap wilayah

gejala yang ditimbulkan akibat penyakit covid-19 berbeda-beda

yang disebabkan oleh faktor karakteristik masyarakat yang terdapat

di wilayah tersebut. Namun pada umumnya gejala yang ditunjukkan

pada penderita covid-19 adalah sesak nafas atau mengalami

infeksi saluran pernapasan akut yang parah.

Hal ini juga didukung oleh hasil penelitian mengenai gejala

pasien rawat jalan covid-19 di Amerika Serikat menunjukkan pada

infeksi awal, mereka dengan infeksi SARS-CoV-2 yang dikonfirmasi


147

dan kemungkinan memiliki profil gejala yang sama, dengan demam

kemungkinan besar dalam kasus yang dikonfirmasi (P = 0,002).

Kasus yang dikonfirmasi tidak menunjukkan perbedaan yang

signifikan secara statistik dibandingkan dengan kasus yang tidak

dikonfirmasi dalam frekuensi gejala pada titik waktu mana pun.

Gejala yang paling sering dilaporkan pada orang dengan infeksi

terkonfirmasi adalah batuk (82%), demam (67%), kelelahan (62%),

dan sakit kepala (60%), dengan hanya 52% yang melaporkan

demam dan batuk (Pullen et al., 2020).

d. Asal kasus konfirmasi dan waktu mengidentifikasi kelompok

klasternya.

Hasil penelitian menunjukkan asal kasus konfirmasi adalah

klaster keluarga, teman atau kenalan pasien covid-19. Dengan

lama penemuan kasus memakan waktu 2 sampai 3 hari dengan

melihat latar belakang dari si pasien yang juga mempengaruhi

proses tracing kontaknya. Dimana jika si pasien covid-19 adalah

pekerja di suatu instansi maka akan lebih berpotensi memiliki

kontak erat yang cukup banyak dibandingkan apabila si pasien

covid-19 adalah seorang pengangguran.

Berdasarkan data kontak erat kasus konfirmasi oleh dinas

kesehatan Kota Palopo menunjukkan asal kasus konfirmasi positif

per tanggal 14 september sampai tanggal 27 september 2020

adalah dari 144 kasus menjadi 193 kasus dimana jumlah


148

pertambahan kasus konfirmasi positif adalah 49 kasus yang

diantaranya 24 kasus berasal dari asal kasus konfirmasi positif dan

25 lainnya adalah kasus baru.

Untuk melihat apakah rantai penularan telah dapat diidentifikasi

dan dilakukan upaya penanggulangannya adalah dengan melihat

jika >80% asal kasus konfirmasi berasal dari daftar kontak dan

dapat diidentifikasi kelompok klasternya dalam 2 minggu terakhir,

hasilnya menunjukkan bahwa 24 kasus berasal dari asal kasus

konfirmasi dari 49 total kasus pada rentang waktu 14 september ke

27 september yang berarti hanya 49,5% asal kasus konfirmasi

berasal dari daftar kontak kasus positif covid-19.

Hal ini sejalan dengan penelitian Yuki Furuse, dkk (2020) yaitu

penemuan dan investigasi kasus aktif adalah kunci untuk

membangun hubungan dengan kasus lain atau peristiwa

penularan. Mendeteksi kelompok kasus dapat mengarah pada

karantina kontak dekat yang efektif dan identifikasi faktor risiko

untuk pembentukan kelompok tersebut. Hasil temuan memberikan

informasi dan wawasan lebih lanjut tentang kelompok kasus

COVID-19 di komunitas yang dapat membantu upaya berkelanjutan

untuk mengekang pandemi global (Furuse et al., 2020).

Data kasus COVID-19 di Amerika Serikat telah diperbarui setiap

hari di tingkat kabupaten sejak kasus pertama dilaporkan pada

Januari 2020. Saat ini tidak ada penelitian yang menunjukkan


149

kebaruan pengawasan COVID-19 harian menggunakan teknik

deteksi cluster ruang-waktu. Peneliti menggunakan statistik

pemindaian ruang-waktu prospektif Poisson untuk mendeteksi

kelompok harian COVID-19 di tingkat kabupaten di 48 AS dan

Washington DC yang bersebelahan saat pandemi berlangsung,

biasanya menemukan peningkatan kelompok risiko relatif yang

sangat stabil (Hohl, Delmelle, Desjardins, & Lan, 2020).

Pelacakan harian dari kelompok ruang-waktu yang signifikan

dapat memfasilitasi pengambilan keputusan dan alokasi sumber

daya kesehatan masyarakat dengan mengevaluasi dan

memvisualisasikan ukuran, risiko relatif, dan lokasi yang

diidentifikasi sebagai hotspot COVID-19 (Hohl et al., 2020).

e. Jumlah kasus kematian, baik kasus probable maupun kasus

konfirmasi dalam 3 minggu terakhir.

Hasil penelitian menunjukkan jumlah kasus kematian dalam 3

minggu terakhir per tanggal 7 september sampai tanggal 27

september 2020 untuk kasus positif sebanyak 10 kasus meninggal

dan untuk kasus probable sebanyak 2 kasus kematian. Sementara

pada 3 minggu sebelumnya per tanggal 17 agustus sampai per

tanggal 6 september kasus kematin konfirmasi positif sebanyak 1

kasus dan tidak ada kematian untuk kasus probable. Hal ini berarti

adanya peningkatan kasus kematian baik kasus probable maupun

kasus konfirmasi dalam 3 minggu terakhir yang menunjukkan


150

bahwa jumlah kasus covid-19 meningkat dan tata laksana medis

belum membaik.

Sementara sejak Desember 2019, ada lebih dari 7000000 kasus

yang dikonfirmasi dan lebih dari 400000 kematian yang

dikonfirmasi di seluruh dunia. Di Amerika Serikat, ada lebih dari 20

00000 kasus yang dikonfirmasi dan lebih dari 110000 kematian

yang dikonfirmasi (Hohl et al., 2020).

Penelitian lain mengenai kematian akibat Covid-19 dari 23

pekerja perawatan kesehatan di Tiongkok menunjukkan 3 dari

mereka meninggal pada akhir januari, 17 meninggal pada februari,

dan 3 meninggal pada awal maret. Infeksi pada pasien mungkin

disebabkan oleh tindakan pencegahan yang tidak memadai dan

perlindungan yang tidak memadai pada tahap awal epidemi. Hal ini

menunjukkan bahwa tindakan pencegahan yang memadai dengan

penegakan yang ketat dapat mencegah petugas kesehatan

terinfeksi SARS-CoV-2 dan risiko kematian selanjutnya (Zhan, Qin,

Xue, & Zhu, 2020).

Hasil penelitian diatas menunjukkan bahwa kasus kematian

yang terjadi baik pada kasus-kasus pasien masyarakat umum dan

petugas kesehatan yang memiliki resiko yang besar untuk terpapar

covid-19 dapat diminimalisir upaya pencegahannya dengan

melakukan tindakan pencegahan yang memadai dan upaya

perlindungan kesehatan yang juga memadai.


151

f. Jumlah pasien dirawat dan kasus kritis yang butuh ICU pada kasus

konfirmasi dalam 2 minggu terakhir.

Hasil penelitian menunjukkan pada kasus dengan pasien yang

dirawat hingga mengalami kondisi kritis yang butuh ICU adalah

pasien dengan status dirujuk ke Makassar dikarenakan Kota

Palopo tidak merawat pasien covid-19 tetapi hanya sebagai rumah

sakit penyangga dalam penanganan pasien covid-19. Pada kasus

konfirmasi positif yang tanpa gejala maka akan dilakukan isolasi

mandiri.

Berdasarkan data kasus konfirmasi positif yang dirawat dan

kasus kritis yang membutuhkan ICU dalam rentang waktu per

tanggal 14 september sebanyak 144 kasus ke tanggal 27

september 2020 sebanyak 193 kasus, dimana jumlah kasus pada

rentang waktu tersebut sebanyak 49 kasus, dengan 17 kasus

diantaranya mengalami kondisi krtis dan butuh perawatan di rumah

sakit, dimana dari 17 kasus tersebut 4 yang sementara dirawat di

salah satu rumah sakit peyangga di Kota Palopo, 2 diantaranya

meninggal dunia. Jadi, terdapat 32 kasus konfirmasi dengan tanpa

gejala yang melakukan isolasi mandiri. Sementara 2 minggu

sebelumnya dilaporkan 19 kasus yang butuh perawatan dan kritis.

Hal ini menunjukkan adanya penurunan jumlah kasus di populasi.

Penelitian yang dilakukan mengenai krisis perawatan kritis dan

beberapa rekomendasi selama epidemi covid-19 di Cina


152

menunjukkan dalam konteks tim multidisiplin, ahli intensif harus

bertindak sebagai pemimpin, memastikan bahwa pasien yang

parah menerima perawatan standar. Singkatnya, epidemi covid-19

telah menempatkan beban besar pada sistem perawatan

kesehatan Tiongkok. Krisis ini secara dramatis mempengaruhi

pemberian perawatan kritis karena kurangnya sumber daya,

kurangnya model prediksi dan tentu saja kurangnya farmakoterapi

yang efektif (Xie et al., 2020).

Solusi yang diberikan pada penelitian diatas adalah harus ada

fokus pada pasien berisiko tinggi, misalnya, laki-laki,> 60 tahun,

dan pasien dengan penyakit penyerta. Selain itu, protokol standar

untuk infeksi SARS-CoV-2 harus direkomendasikan oleh

Organisasi Kesehatan Dunia diterapkan secara luas (World Health

Organization, 2020a). Sangat penting bagi staf dilatih untuk

menggunakan protokol standar untuk manajemen, yang dapat

membantu menerapkan ventilasi berbasis bukti dan perawatan ICU

umum dalam menghadapi keadaan dengan beban kerja yang luar

biasa (Xie et al., 2020).

g. Angka kematian karena pneumonia di setiap kelompok usia.

Hasil penelitian menunjukkan kasus kematian karena

pneumonia pada semua kelompok usia adalah rata-rata penderita

covid-19 yang meninggal dunia. Berdasarkan data per tanggal 14

september 2020 dengan angka kematian akibat covid-19 adalah 8


153

kasus dengan rata-rata menderita penyakit pneumonia. Tetapi

pada rentang tanggal 14 september ke 27 september dengan

kasus 1 kematian karena pneumonia. Dibandingkan dengan angka

kematian periode 2 minggu sebelumnya dengan angka 3 kematian

karena pneumonia. Hal ini berarti adanya penurunan kematian

karena pneumonia pada setiap kelompok usia yang secara tidak

langsung akan mengindikasikan pengurangan kematian karena

covid-19.

Sementara berdasarkan data di rumah sakit penyangga di Kota

Palopo yaitu Rumah Sakit Sawerigading untuk kasus meninggal

akibat pneumonia pada setiap kelompok usia pada bulan agustus

sebanyak 1 kasus kematian. Jika dibandingkan pada bulan

sebelumnya yaitu pada bulan juli dengan 5 kasus kematian karena

pneumonia. Hal ini menunjukkan adanya penurunan kematian

akibat penyakit pneumonia pada setiap kelompok usia pada

rentang bulan juli ke bulan agustus 2020 di Kota Palopo.

Penelitian juga dilakukan mengenai prediktor kematian untuk

pasien dengan pneumonia COVID-19 yang disebabkan oleh

SARSCoV-2 menunjukkan semua parameter klinis dan

laboratorium dikumpulkan secara prospektif dari sekelompok

pasien dengan Pneumonia COVID-19 yang dirawat di Rumah Sakit

Paru Wuhan (Kota Wuhan, Hubei Provinsi, Cina) antara 25

Desember 2019 dan 7 Februari 2020. Logistik univariat dan


154

multivariate regresi dilakukan untuk menyelidiki hubungan antara

setiap variabel dan risiko kematian Pasien pneumonia COVID-19.

Secara total, 179 pasien pneumonia COVID-19 (97 laki-laki dan 82

perempuan) diikutsertakan saat ini studi prospektif, 21 di antaranya

meninggal (Du et al., 2020).

Berdasarkan penelitian diatas hasil dari analisis regresi logistik

univariat dan multivariat mengungkapkan kardiovaskular atau

penyakit serebrovaskular dan troponin jantung dikaitkan dengan

peningkatan risiko kematian akibat pneumonia COVID-19. Jenis

kelamin, usia, penyakit penyerta, dan jantung troponin tetap

sebagai prediktor mortalitas tinggi dari pneumonia COVID-19 (Du et

al., 2020).

Hasil penelitian diatas menunjukkan bahwa angka kematian

penyakit pneumonia pada umumnya berhubungan dengan faktor

jenis kelamin, usia maupun penyakit penyertanya. Namun pada

pasien dengan penderita pneumonia disertai dengan covid-19

maka akan lebih beresiko untuk mengalami kematian akibat

penyakit tersebut.

2. Kriteria Sistem

Pelayanan Kesehatan.

a. Seluruh pasien Covid-19 memperoleh tatalaksana sesuai standar.

Hasil penelitian menunjukkan pada tatalaksana pasien covid-19

dilakukan pada semua kasus bergejala maupun tidak bergejala


155

dengan berpatokan kepada pedoman yang ada. Selanjutnya pada

kasus perawatan dilakukan di rumah sakit rujukan di Kota

Makassar. Untuk melihat apakah sistem kesehatan di Kota Palopo

telah kembali ke keadaan di mana semua kondisi (staf, tempat,

tidur, obat-obatan, peralatan, lain-lain) tersedia untuk memberikan

standar perawatan yang sama seperti sebelum kritis, dikarenakan

Kota Palopo hanya merupakan rumah sakit penyangga covid-19

maka untuk semua kasus keadaan sistem kesehatan masih sama

pada saat sebelum dan sesudah kritis.

Pentingnya dilakukannya tatalaksana sesuai standar

dikemukakan dari hasil penelitian oleh Isngadi, dkk (2020) yaitu

pada contoh kasus tatalaksana anestesi pada operasi obstetri

dengan COVID-19 harus memperhatikan beberapa hal dengan

tujuan pengendalian infeksi untuk mencegah penularan COVID-19,

kepada petugas kesehatan, anak yang baru dilahirkan serta orang

lain lingkungan sekitar. Tenaga kesehatan yang terpapar COVID-

19 berisiko terinfeksi apabila tidak menggunakan alat pelindung diri

(APD) sesuai standar, sehingga penggunaan APD sesuai standart

secara benar sangat penting,untuk mencegah tertularnya COVID-

19 pada petugas (Isngadi, Septica, & Chandra, 2020).

Penelitian juga dilakukan mengenai pengamatan klinis dan

manajemen pasien covid-19 menunjukkan peneliti

memperkenalkan pendekatan tim untuk mengelola pasien covid-19.


156

Untuk pasien yang sakit parah atau kritis, selain saluran

pernapasan, perawatan suportif, evaluasi dan perawatan

multiorgan yang tepat waktu sangat penting dilakukan. Keputusan

medis dan intervensi secara hati-hati disesuaikan dengan

karakteristik unik setiap pasien (Li, Lu, & Zhang, 2020).

Hasil penelitian mengenai perawatan pasien COVID-19 di

Medical College Hospital di Bangladesh menunjukkan tampaknya

sebagian besar pasien covid-19 dapat dikelola secara memadai

oleh standar manajemen perawatan dengan dukungan obat.

Namun, diagnosis dini dan rawat inap dengan perawatan yang

memadai mungkin menjadi variabel penting untuk kelangsungan

hidup yang lebih baik (Bhuyan et al., 2020).

Hal ini menunjukkan bahwa pentingnya dilakukan tatalaksana

sesuai standar kepada pasien covid-19 yang berguna untuk

mengurangi resiko terjadinya kejadian yang tidak diinginkan dan

juga merupakan upaya dari penanggulangan yang dilakukan di

masyarakat.

b. Semua pasien bukan Covid-19 yang memiliki kondisi parah

memperoleh tatalaksana sesuai standar.

Hasil penelitian menunjukkan pada kasus bukan pasien covid-

19 yang memiliki kondisi parah akan dilakukan penanganan sesuai

diagnosis penyakit yang diderita dengan tetap dilakukannya

skrining terhadap pasien tersebut. Sama halnya dengan


157

tatalaksana pasien covid-19 pada seluruh pasien bukan Covid-19

apabila memperoleh tatalaksana sesuai standar maka

menunjukkan bahwa sistem kesehatan telah kembali ke keadaan

dimana semua kondisi (staf, tempat, tidur, obat-obatan, peralatan

dan lain-lain) tersedia untuk memberikan standar perawatan yang

sama seperti sebelum kritis, dimana di Kota Palopo jumlah

kunjungan di rumah sakit lebih sedikit pada saat pandemi

dikarenakan faktor psikis yang dirasakan oleh masyarakat. Jadi

keadaan sistem kesehatan masih sama dengan keadaan sebelum

kritis.

Setelah menerapkan kriteria evaluasi klinis standar untuk

perawatan pasien covid-19 yang tepat, termasuk pertimbangan

prognosis, jika rumah sakit kemudian ternyata tidak dapat

memberikan perawatan yang optimal (misalnya, karena

ketidakseimbangan antara jumlah pasien dan ketersediaan tempat

tidur), penyedia layanan kesehatan, ventilator, dan obat-obatan di

ICU), menjadi perlu untuk mengevaluasi, kasus per kasus,

bagaimana mencapai keadilan dan kebaikan terbaik untuk

sejumlah besar pasien (The Lancet, 2020).

Oleh karena itu, solusi alternatif wajib dicari termasuk

meningkatkan ketersediaan tempat tidur dan penyedia layanan

kesehatan, menerapkan pendekatan alternatif, meskipun kurang

optimal (jika sesuai), memindahkan pasien ke unit klinis lain, dll.


158

Membuat keputusan ini dengan benar juga melibatkan pemulihan

peran politik kedokteran dan sains (The Lancet, 2020).

Contoh pada kasus di Wuhan China yang menunjukkan bahwa

covid-19 dikaitkan dengan penyakit parah yang membutuhkan

perawatan intensif. Pesatnya peningkatan jumlah kasus covid-19

mulai tahun 2019 disorot mengenai bagaimana sistem kesehatan

dengan cepat dapat untuk memberikan layanan yang memadai.

Menekankan pentingnya kapasitas sistem kesehatan dalam

perawatan pasien yang kritis dengan covid-19 (Wu & McGoogan,

2020)

Hasil penelitian diatas menunjukkan bahwa sistem pelayanan

kesehatan yang baik harus tersedia untuk melakukan perawatan

dengan cepat dan memadai pada pasien yang memiliki kondisi

parah baik pasien tersebut merupakan pasien covid-19 maupun

bukan pasien covid-19.

c. Angka kematian akibat penyakit selain Covid-19 di rumah sakit.

Hasil penelitian menunjukkan pada saat pandemi covid-19

dikarenakan pasien yang berobat di rumah sakit lebih sedikit maka

angka kematian penyakit lain selain covid-19 di rumah sakit juga

menurun. Untuk data kematian pasien dengan selain covid-19 di

rumah sakit pada bulan agustus sebanyak 59 kasus kematian. Jika


159

dibandingkan pada bulan juli jumlah kematian sebanyak 73 kasus.

Hal ini menunjukkan tidak ada peningkatan kematian akibat

penyakit selain covid-19 di rumah sakit pada rentang bulan juli ke

bulan agustus 2020 yang menunjukkan bahwa sistem kesehatan

masih dalam keadaan dimana semua kondisi (staf, tempat, tidur,

obat-obatan, peralatan dan lain-lain) tersedia untuk memberikan

standar perawatan yang sama seperti sebelum kritis.

Hasil penelitian dilakukan mengenai gangguan ginjal dikaitkan

dengan kematian pasien covid19 di rumah sakit menunjukkan

bahwa pasien dengan gangguan ginjal memiliki risiko kematian

yang lebih tinggi di rumah sakit. Peningkatan kreatinin serum,

peningkatan nitrogen urea, cedera ginjal akut, proteinuria dan

hematuria merupakan faktor risiko independen untuk kematian di

rumah sakit setelahnya menyesuaikan usia, jenis kelamin,

keparahan penyakit, jumlah leukosit dan jumlah limfosit (Cheng et

al., 2020).

Penelitian juga dilakukan di Amerika Serikat yang meninjukkan

peningkatan kematian mingguan karena sebab atau kematian yang

disebabkan terkena pneumonia/influenza/covid-19. Perkiraan ini

dibandingkan dengan laporan kematian yang dikaitkan dengan

covid-19 dan dengan data pengujian. Terdapat sekitar 781.000

kematian total di Amerika Serikat dari 1 Maret sampai 30 Mei 2020,

mewakili 122.300 lebih kematian daripada yang biasanya


160

diharapkan pada saat tahun tersebut. Ada 95.235 yang dilaporkan

kematian secara resmi dikaitkan dengan COVID-19 dari 1 Maret

hingga 30 Mei 2020 (Weinberger et al., 2020).

Berdasarkan hasil penelitian diatas menunjukkan bahwa angka

kematian yang terjadi mayoritas telah dikaitkan dengan penyakit

covid-19. Kematian yang terjadi disebabkan oleh beragam

penyebab penyakit yang berbeda di setiap wilayah. Namun angka

kematian pada masa pandemi covid-19 merupakan angka

kematian tertinggi dibandingkan dengan kematian dengan penyakit-

penyakit lainnya.

d. Sistem pelayanan kesehatan dapat mengatasi peningkatan kasus

Covid-19.

Hasil penelitian menunjukkan penanganan kasus yang

meningkat dimulai pada bulan juli dan menuju puncak pada bulan

september dilakukan penanganan yang cepat dan aktif dengan

memaksimalkan tracing kontak dan segera melakukan rujukan

ketika ditemukannya kasus baru konfirmasi positif dengan tujuan

untuk mengantisipasi terjadi penularan di daerah. Per tanggal 14

september ke 27 september 2020 kasus bertambah menjadi 49

kasus dimana 2 minggu sebelumnya penambahan kasus

konfirmasi positif sebanyak 35 kasus yang berarti terjadi

peningkatan penambahan kasus konfirmasi.


161

Berdasarkan indikator staf, peralatan, tempat tidur dan lain-lain

yang jumlahnya memadai pada saat adanya lonjakan kasus, Kota

Palopo sendiri hanya menyediakan perawatan sementara dimana

jika terdapat kasus konfirmasi yang membutuhkan perawatan maka

akan segera di rujuk ke Makassar dan apabila ditemukannya kasus

konfirmasi dengan tanpa gejala maka akan dilakukan isolasi

mandiri. Hal ini menunjukkan tersedianya sistem kesehatan yang

jumlahnya masih memadai dalam mengatasi peningkatan kasus

covid-19 di Kota Palopo.

Penelitian yang dilakukan di Afrika Selatan menunjukkan efek

covid-19 pada sistem kesehatan Afrika Selatan sangat penting

untuk mengidentifikasi tantangan dan bertindak tepat waktu untuk

mencapai keseimbangan antara mengelola keadaan darurat dan

mempertahankan layanan kesehatan. Peneliti menerapkan

kerangka sistem kesehatan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO)

untuk menilai efek covid-19 pada sistem kesehatan Afrika Selatan,

dan mengusulkan solusi untuk mengatasi kesenjangan tersebut,

dengan fokus pada human immunodeficiency virus (HIV) dan

memperluas program imunisasi (EPI) (Nyasulu & Pandya, 2020).

Hasil dari penelitian diatas menunjukkan berdampak langsung

pada sistem kesehatan, berdampak negatif pada fungsinya, karena

menipisnya sumber daya untuk mengatasi keadaan darurat sangat

menonjol. Pengalihan tenaga kesehatan, penangguhan layanan,


162

berkurangnya perilaku pencarian kesehatan, tidak tersedianya

pasokan, penurunan pemantauan data, dan krisis pendanaan

merupakan beberapa tantangan yang dicatat (Nyasulu & Pandya,

2020).

Dalam keadaan darurat seperti itu, kemampuan untuk

memberikan layanan penting bergantung pada kapasitas dasar

sistem kesehatan. Peneliti menganjurkan kolaborasi erat antara

layanan esensial dan tim covid-19 untuk mengidentifikasi prioritas,

merestrukturisasi layanan penting untuk mengakomodasi jarak fisik,

mempromosikan pengalihan tugas di tingkat primer,

mengoptimalkan penggunaan teknologi berbasis seluler/ web untuk

pemberian layanan/pelatihan/pemantauan dan melibatkan sektor

swasta dan departemen non-kesehatan untuk meningkatkan

kapasitas manajemen. Respons strategis yang direncanakan

dengan demikian dapat membantu mengurangi efek merugikan dari

pandemi sambil mencegah morbiditas dan mortalitas dari penyakit

yang dapat dicegah pada populasi (Nyasulu & Pandya, 2020).

e. Terdapat komite/tim/ koordinator PPI di seluruh fasyankes dan

penanggung jawab PPI di seluruh dinas kesehatan kota.

Hasil penelitian menunjukkan terdapat tim PPI di rumah sakit

dengan penanggung jawabnya adalah tim surveilans di puskesmas.

Berdasarkan observasi lapangan peneliti untuk tim PPI di rumah

sakit terdapat SK yang mengikat sementara untuk penanggung


163

jawab di puskesmas hanya sekedar pemberian tanggung jawab

berupa perintah dari pemerintah setempat. Hal ini menunjukan

adanya kemampuan untuk koordinasi, supervisi, pelatihan sebagai

aktivitas PPI termasuk di puskesmas/FKTP lainnya.

Penelitian lain juga dilakukan mengenai bagaimana

telemedicine membantu memerangi wabah covid19 menunjukkan

bahwa telemedicine telah diakui sebagai teknologi terobosan dalam

memerangi epidemi (Williams & Bisaga, 2016). Menggabungkan

fungsi percakapan online dan pertukaran data klinis real-time,

telemedicine dapat memberikan dukungan teknis untuk kebutuhan

yang muncul akan digitalisasi alur kerja. Saat menghadapi

penyebaran epidemi yang cepat, kemampuan untuk memberikan

perawatan klinis pada waktu yang tepat membutuhkan efektivitas

mekanisme koordinasi relasional antara otoritas pemerintah, rumah

sakit, dan pasien (Gittell, 2016).

Berdasarkan penelitian diatas menunjukkan bahwa kemampuan

koordinasi yang dilakukan juga dapat berupa telemedicine yang

telah terbukti dapat memerangi epidemi yang terjadi. Tersedianya

tim/koordinator dalam penanganan covid-19 dengan bantuan

telemedicine juga dapat membantu jalannya penanggulangan

covid-19 di seluruh fasilitas kesehatan.

Hal ini didukung oleh hasil penelitian sebelumnya yang

menunjukkan bahwa sering, tepat waktu, akurat, dan komunikasi


164

terfokus pemecahan masalah di antara staf klinis dari rumah sakit

di berbagai tingkatan di sistem perawatan kesehatan sangat

penting untuk meminimalkan risiko yang timbul dalam menangani

pasien sebaik mungkin yang terInfeksi covid-19 (Gittell, 2016).

Namun, kami menemukan bahwa kualitas komunikasi yang tinggi

tidak selalu dipertahankan selama koordinasi telemedicine. Oleh

karena itu, sistem pembelajaran telemedicine platform untuk

perawatan virus corona dikembangkan di seluruh rumah sakit yang

terhubung, berfungsi sebagai sumber otoritatif menyeluruh untuk

pengambilan keputusan diagnostik dan berbagi pengetahuan untuk

pengobatan (Zhai et al., 2020).

Platform ini dapat mengumpulkan catatan pasien COVID-19 di

126 rumah sakit yang terhubung dan berkembang pesat untuk

memungkinkan kolaborasi terbuka dengan pemangku kepentingan

utama seperti pemerintah otoritas, lembaga penelitian dan

laboratorium. Pelajaran yang didapat dari krisis ini dapat

memberikan wawasan untuk memandu institusi kesehatan

masyarakat saat menerapkan telemedicine untuk meningkatkan

ketahanan untuk wabah epidemi di masa depan (Zhai et al., 2020).

f. Seluruh fasyankes melakukan skrining terhadap Covid-19.

Hasil penelitian menunjukkan pada awal pandemi dimana Kota

Palopo melakukan pembatasan keluar masuk di 3 pintu masuk

pada para pendatang yang masuk ke wilayah Kota Palopo dengan


165

melakukan pemeriksaan suhu badan, pendataan, maupun

penyemprotan disinfektan serta di seluruh fasyankes menyediakan

skrining di setiap pintu masuk pelayanan kesehatan.

Berdasarkan observasi lapangan peneliti tidak ditemukan lagi

fasyankes yang melakukan skrining terhadap covid-19 pada saat

sebelum pemberian pelayanan kesehatannya. Hal ini dikecualikan

di rumah sakit pada saat ingin dilakukan tindakan operasi maka

akan diskrining melalui rapid terlebih dahulu. Tetapi untuk semua

pasien yang ingin memperoleh layanan kesehatan tidak dilakukan

skrining seperti awal pandemi. Hal ini menunjukkan berpontensi

adanya penyebaran covid-19 di fasyankes.

Hasil penelitian yang menunjukkan pentingnya dilakukan

skrining dilakukan oleh Katelyn Gostic, dkk (2020) yaitu studi kasus

pada skrining wisatawan yang digunakan untuk membatasi

penyebaran COVID-19 lebih lanjut setelah kemunculannya baru-

baru ini, dan skrining gejala telah menjadi alat yang ada di mana-

mana dalam respons global. Bahkan dengan asumsi kasus terbaik,

kami memperkirakan bahwa skrining akan melewatkan lebih dari

setengah orang yang terinfeksi. Temuan ini dapat mendukung

kebijakan berbasis bukti untuk memerangi penyebaran COVID-19,

dan perencanaan prospektif untuk mengurangi patogen yang

muncul di masa depan (Gostic, Gomez, Mummah, Kucharski, &

Lloyd-Smith, 2020)
166

Penelitian lain dilakukan mengenai skrining covid-19 di fasilitas

perawatan terampil menunjukkan peran penyebaran Covid-19

dengan gejala dan tanpa gejala di fasilitas keperawatan berpotensi

untuk menyebar di tempat lain atau tempat tertutup seperti fasilitas

pemasyarakatan. Hasil pengamatan yang dilakukan menunjukkan

terlalu mengandalkan skrining verbal dan protokol pemeriksaan

suhu tubuh. Hal ini mungkin tidak cukup untuk mengatasi wabah

Covid-19, karena asimtomatik dengan eksposur yang diketahui

dipindahkan dari unit yang dikarantina ke unit yang tidak

dikarantina tanpa pengujian lebih lanjut (Krsak, Henao-Martínez, &

Franco-Paredes, 2020).

Peneliti menyarankan untuk menambah protokol berdasarkan

panduan Pusat untuk Pengendalian dan Pencegahan Penyakit

(CDC) dengan kombinasi serosurveillance dan tes RT-PCR.

Protokol pengujian yang lebih luas digabungkan seperti metode

murah dengan tes RT-PCR dan tindakan lain yang diperlukan

(Krsak et al., 2020).

g. Seluruh fasyankes memiliki mekanisme isolasi suspek Covid-19.

Hasil penelitian menunjukkan isolasi supek covid-19 yang

tersedia hanya di rumah sakit sementara puskesmas melakukan

penemuan kasus suspek yang kemudian selanjutnya akan

diserahkan ke rumah sakit. Untuk menilai apakah sistem kesehatan

memiliki kapasitas memadai untuk isolasi seluruh pasien covid-19


167

yaitu di Kota Palopo sendiri jika suspek adalah kasus tanpa gejala

maka di isolasi mandiri. Jika terdapat perburukan gejala maka

rumah sakit akan menangani dengan melakukan pengambilan

swab kemudian di rujuk ke Kota Makassar jika hasil yang keluar

adalah positif covid-19. Hal ini menunjukkan sistem kesehatan

masih memiliki kapasitas yang memadai untuk isolasi seluruh

pasien covid-19.

Hasil penelitian di China menunjukkan bahwa tren epidemi

terutama bergantung pada karantina dan dugaan kasus. Jumlah

kumulatif yang diprediksi dari kasus yang dikarantina dan dicurigai

hampir mencapai keadaan statis dan titik beloknya telah tercapai,

dengan puncak epidemi yang ditemukan. Perkiraan menunjukkan

jumlah reproduksi berjalana efektif menggunakan metode model-

free dan model-based menurun, serta infeksi baru, sementara pada

kasus baru yang dilaporkan terjadi peningkatan (Tang et al., 2020).

Sebagian besar kasus yang terinfeksi telah dilakukan karantina

atau dimasukkan ke dalam kelas yang dicurigai. Analisis

ketidakpastian mengungkapkan bahwa berakhirnya epidemi masih

belum pasti maka penting untuk dilakukan terus peningkatan

strategi karantina dan isolasi serta meningkatkan tingkat deteksi di

daratan Cina (Tang et al., 2020).

Hasil penelitian lain juga dilakukan mengenai strategi

pengelompokan dan isolasi baru untuk kasus covid-19


168

menunjukkan selama pandemi semua pasien yang berisiko tinggi

membutuhkan isolasi. Oleh karena itu, dirawat di kamar hunian

tunggal dan dilindungi dari paparan. Penerapan alat triase klinis

untuk memandu keputusan isolasi dapat mengurangi risiko

penularan covid-19 yang didapat di rumah sakit terutama ke

individu yang beresiko terbesar penyakit parah (Patterson et al.,

2020).

Berdasarkan hasil penelitian diatas menunjukkan bahwa isolasi

pada kasus dugaan covid-19 maupun pada kasus covid-19 sangat

dipenting dilakukan guna mengurasi resiko paparan yang terjadi

pada tempat yang telah beresiko untuk terpapar maupun pada

kelompok orang-orang yang lebih beresiko terpapar covid-19.

3. Kriteria Sistem

Surveilans Kesehatan Masyarakat.

a. Sistem Surveilans

1) Setiap kasus baru dapat diidentifikasi, dilaporkan dan dianalisis

kurang dari 24 jam dan penemuan kasus baru dilaporkan

kepada Dinas Kesehatan Kota.

Hasil penelitian menunjukkan pada saat identfikasi kasus

kemudian dianalisi dan ditemukan adanya kasus baru maka

pelaporannya dilakukan segera pada waktu 1x24 pada saat

penemuan kasus tersebut kepada Dinas Kesehatan Kota

Palopo. Hal ini menunjukkan terdapat sistem surveilans covid-


169

19 yang mencakup keseluruhan wilayah dan semua orang serta

komunitas yang beresiko.

Surveilans yang komprehensif mencakup surveilans di

tingkat masyarakat dalam hal ini adalah RT, RW, Babinsa, lurah

dan lain-lain, tingkat pelayanan kesehatan primer yaitu tim

surveilans di puskesmas, di rumah sakit yaitu tim surveilans di

rumah sakit, dan pada wilayah yang memiliki surveilans sentinel

seperti penyakit influenza/penyakit saluran pernapasan akut dan

penyakit-penyakit saluran pernapasan lain dalam hal ini sama

halnya dengan koordinator lapangan pada wilayah kacamatan

yaitu camat, lurah, babinsa, babinkamtibmas, RT, RW, maupun

tokoh masyarakat lainnya.

Kepastian kasus yang tinggi dan identifikasi kontak yang

cepat memungkinkan respons kesehatan masyarakat yang

efektif dan pengurangan penularan penyakit. Secara

internasional, kasus terus meningkat. Tingkat kenaikan mulai

melambat di beberapa daerah, meskipun terlalu dini untuk

mengatakan apakah tren ini akan bertahan. Interpretasi

epidemiologi internasional harus dilakukan dengan hati-hati

karena berbeda dari satu negara ke negara lain tidak hanya

tergantung pada dinamika penyakit, tetapi juga pada perbedaan

dalam deteksi kasus, pengujian dan tindakan kesehatan

masyarakat yang dilaksanakan (Team, 2020).


170

Penelitian di China juga menunjukkan untuk membantu

analisis dan pelacakan epidemi covid-19 maka mengumpulkan

dan mengkurasi data tingkat individu dari laporan kesehatan

nasional, provinsi, dan kota, sebagai informasi tambahan dari

laporan online. Semua data diberi kode geografis dan, jika

tersedia disertakan gejala, tanggal kunci (tanggal onset, masuk,

dan konfirmasi), dan riwayat perjalanan. Data rinci, waktu nyata,

dan kuat untuk wabah penyakit yang muncul penting yang dapat

membantu menghasilkan bukti kuat untuk mendukung dan

menginformasikan pengambilan keputusan kesehatan

masyarakat (B. Xu et al., 2020).

2) Perkembangan situasi Covid-19 di daerah dilaporkan oleh Dinas

Kesehatan Kota secara berkala harian kepada Dinas Kesehatan

Provinsi dan Kementerian Kesehatan.

Hasil penelitian menunjukkan pelaporan perkembangan

situasi covid-19 di Kota Palopo oleh Dinas Kesehatan Kota

dilaporkan secara berkala harian, dimana tiap harinya pelaporan

kasus dilaporkan paling lambat jam 4 sore dikarenakan

merupakan jadwal pelaporan tiap hari yang diberikan oleh

Walikota Palopo.

Berdasarkan data kumulatif harian covid-19 yang dilaporkan

adalah kontak erat dalam hal ini jumlah kontak erat, jumlah

kontak erat yang dalam proses karantina, dan jumlah discarded


171

kontak erat, suspek dalam hal ini jumlah suspek, jumlah suspek

dalam proses isolasi, jumlah suspek yang discarded, jumlah

probable, kasus konfirmasi dalam hal ini jumlah kasus

konfrimasi yang simtomatik maupun asimtomatik, jumlah kasus

konfirmasi yang telah selesai isolasi, jumlah kasus meninggal,

jumlah kasus yang dirawat di Rumah Sakit yang masing-masing

dilaporkan per kecamatan di Kota Palopo.

Berdasarkan pelaporan di atas, untuk data kumulatif harian

pelaporan kasus yang tidak dilaporkan adalah hanya jumlah

kasus yang di ambil spesimennya. Hal ini menunjukkan

kebijakan-kebijakan kesehatan masyarakat telah cukup sesuai

sehingga notifikasi kasus covid-19 dari semua fasyankes segera

disampaikan.

Pandemi penyakit coronavirus 2019 (covid-19) sedang

dalam proses berbeda dengan bencana penyakit menular

lainnya yang sebelumnya telah melanda umat manusia dalam

jumlah besar informasi yang dihasilkan setiap hari, yang

meliputi perkiraan harian dari data kejadian dan kematian

penyakit. Selain memberikan informasi yang dapat

ditindaklanjuti kepada otoritas kesehatan masyarakat tentang

tren pandemi, insiden harian mencerminkan proses penyakit

dalam populasi yang rentan dan karenanya mencerminkan

patogenesis COVID-19, respons kesehatan masyarakat, dan


172

diagnosis dan pelaporan (Bergman, Sella, Agre, & Casadevall,

2020).

Hasil penelitian yang dilakukan di China mengenai

epidemiologi global covid-19 menunjukkan bahwa beberapa

langkah efektif dalam penanggulangan covid-19 adalah

termasuk membatasi perjalanan dari China, mengontrol

distribusi masker, penyelidikan ekstensif penyebaran COVID-

19, dan konferensi pers sekali sehari oleh pemerintah untuk

menginformasikan dan mendidik masyarakat (C.-C. Lai et al.,

2020).

3) Sistem surveilans diterapkan dan diperkuat di fasilitas tertutup

(seperti lapas, panti jompo, panti rehabilitasi, asrama, pondok

pesantren, dan lain-lain) dan pada kelompok-kelompok rentan.

Hasil penelitian menunjukkan pada fasilias tertutup maupun

pada kelompok-kelompok rentan dilakukan pemantauan disertai

dengan selalu melakukan imbauan kepada masyarakat.

Berdasarkan hasil observasi lapangan peneliti surveilans tidak

lagi dilakukan maupun diperketat. Akan tetapi tim dari dinas

kesehatan melakukan turun lapangan tiap malamnya selama 5

hari dimulai pada tanggal 21 sampai 25 september 2020 untuk

melakukan rapid tes massal pada tempat-tempat yang beresiko.

Hal ini menunjukkan otoritas kesehatan masih belum


173

mengidentifikasi populasi khusus yang rentan dan melakukan

surveilans pada populasi ini.

Pentingnya dilakukan sistem surveilans juga dikemukakan

oleh Raquel Martins Lana, dkk (2020) menunjukkan dalam

beberapa tahun terakhir kemunculan kembali penyakit infeksi

seperti flu burung (influenza A H5N1) pada tahun 2003, SARS

pada tahun 2002/2003, influenza A (H1N1) pada tahun 2009,

dan Zika pada tahun 2015 menimbulkan berbagai pertanyaan

tentang peran surveilans epidemiologi. Pandemi lebih sering

terjadi, dan sejak 2018 Organisasi Kesehatan Dunia (WHO)

telah mengakui perlunya persiapan untuk mengantisipasi

munculnya patogen baru (Lana et al., 2020).

Munculnya penyakit baru menyebabkan dampak yang jauh

melampaui kasus dan kematian yang ditimbulkannya. Hal ini

juga menciptakan konteks yang ideal yang membutuhkan

sistem kesehatan masyarakat nasional untuk memvalidasi

sistem surveilans dan perawatan kesehatan mereka untuk

deteksi dan respons yang tepat waktu dalam berbagai kasus

(Lana et al., 2020).

Kolaborasi yang efektif antara semua pihak yang terlibat

dalam pengawasan dan respons terhadap ancaman yang

muncul diperlukan untuk dideteksi kasus yang diimpor lebih


174

awal dan untuk menerapkan langkah-langkah pengendalian

yang memadai (Stoecklin et al., 2020).

4) Surveilans kematian Covid-19 dilakukan di Rumah Sakit dan

masyarakat.

Hasil penelitian menunjukkan untuk surveilans kematian

covid-19 dikarenakan rata-rata kasus kematian akibat covid-19

adalah kasus yang telah dirujuk di Kota Makassar sehingga

untuk pemakamannya dikubur di pemakaman covid-19 di

kabupaten gowa Sulawesi Selatan. Adapun ditemukannya 1

kasus pasien konfirmasi positif dengan kasus kritis dan menolak

untuk dilakukan rujukan di rumah sakit rujukan di Kota

Makassar. Kemudian pasien pulang dengan menandatangani

surat pernyataan. Pada saat dipulangkan mengalami kematian

di tempat tinggalnya dimana masyarakat dan keluarga menolak

untuk penangannya sehingga kasus kematian tersebut tidak

ditangani sesuai surveilans kematian covid-19.

Hal ini beresiko berdampak timbulnya klaster baru pada

kasus kematian yang terjadi. Dimana semua orang-orang yang

termasuk dalam proses penguburan jenazah kasus tersebut

merupakan kontak erat kasus tersebut. Akan tetapi dinas

kesehatan sendiri telah mengindentifikasi semua kontak erat

tersebut untuk dilakukan tindakan pengambilan spesimen.


175

Untuk menilai kemampuan melacak jumlah kematian covid-

19 dengan cepat dan handal maka dapat dikatakan Kota Palopo

memiliki kemampuan tersebut dimana Kota Palopo jika terdapat

pasien covid-19 maka akan dilakukan rujukan pasien ke Kota

Makassar yang jika terjadi kasus kematian maka akan

dikiburkan di pemakanan khusus covid-19. Di Kota Palopo juga

tidak terdapat pemakaman khusus pasien covid-19 sehingga

jika terdapat kematian yang tiba-tiba maka akan dikuburkan di

pemakaman yang mau menerima pasien covid-19 untuk

dikuburkan. Jadi pelaporan mengenai jumlah kematian covid-19

dilakukan koordinasi antara rumah sakit rujukan dan rumah

sakit penyangga.

Penelitian yang dilakukan di Amerika Serikat menunjukkan

cluster teratas dengan angka kematian tinggi mencakup area di

dalam dan sekitar Kota New York, New Orleans, dan Chicago,

tetapi terdapat juga beberapa kelompok pedesaan kecil.

Kelompok teratas untuk lonjakan baru-baru ini dengan insiden

dan mortalitas termasuk sebagian besar dari Midwest, Wilayah

Atlantik Tengah, dan beberapa area yang lebih kecil di sekitar

New York dan New England. Surveilans spasial covid-19 dapat

bermanfaat bagi departemen kesehatan masyarakat dalam

upaya untuk meminimalkan kematian akibat penyakit tersebut.

Hal ini juga dapat diterapkan di wilayah yang lebih kecil dengan
176

data yang lebih terperinci (Amin, Hall, Church, Schlierf, &

Kulldorff, 2020).

Berdasarkan penelitian diatas menunjukkan bahwa

pelaksaan surveilans sangat penting dilakukan baik di rumah

sakit maupun di masyarakat yang dalam hal ini surveilans

kematian atau bahkan surveilans yang berguna untuk

meminimalkan kematian akibat covid-19. Selain itu surveilans

merupakan hal yang mendasar yang harus dilakukan dalam

penanggulangan covid-19.

b. Investigasi (Penyelidikan) kasus

1) Tim Gerak Cepat COVID-19 berfungsi dengan baik di berbagai

tingkat administrasi.

Hasil penelitian menunjukkan Tim Gerak Cepat covid-19

selalu berkoordinasi dengan baik dari tingkat puskesmas

sampai dinas, dimana selalu berkoordinasi dengan tim di rumah

sakit maupun tim tingkat RT/RW. Berdasarkan ukuran

kemampuan dalam melakukan penyelidikan kasus dan klaster

covid-19, tim gerak cepat covid-19 di Kota Palopo melakukan

tracing setiap ditemukannya kasus baru konfirmasi positif, yang

biasanya memakan waktu 2 sampai 3 hari untuk semua kasus

tracing dengan kontak yang banyak, jika tracing kontak sedikit

maka biasanya akan memakan waktu 1 hari saja. Hal ini


177

menunjukkan tim gerak cepat covid-19 di Kota Palopo berfungsi

dengan baik di berbagai tingkat administrasi.

Hasil penelitian di kota di Wuhan, provinsi Hubei,

menunjukkan bahwa covid-19 terkendali di China, dengan

beberapa gelombang kecil yang disebabkan oleh impor kasus

(C. Chen et al.; J. Xu et al.) Semua kasus telah dihentikan di

China dalam waktu 2–4 minggu, dengan rata-rata beberapa

kasus dan ratusan kasus per gelombang. Untuk kasus covid-19

peneliti percaya bahwa temuan kasus aktif di tingkat komunitas

menjadi kunci pencapaian di China (Z. Li et al., 2020; Zhou et

al., 2020).

Pelacakan Kontak dianggap sebagai langkah pertama dan

paling efektif untuk mengatasi wabah, karena sumber daya

untuk pengujian massal dan sejumlah besar vaksin sangat tidak

mungkin tersedia untuk digunakan segera. Pelacakan kontak

yang efektif dapat memungkinkan masyarakat untuk membuka

kembali dari penguncian bahkan sebelum ketersediaan vaksin

(Dar, Lone, Zahoor, Khan, & Naaz, 2020).

Hasil penelitian yang dilakukan di Jerman menunjukkan

bahwa perspektif kesehatan masyarakat, berdasarkan

pengalaman pada kasus SARS menunjukkan bahwa sistem

pengujian intensif, maupun pelacakan kontak sangat penting


178

dilakukan dalam tindakan pengendalian yang berhasil (Reintjes,

2020).

Berdasarkan penelitian diatas menunjukkan pada tim gerak

cepat covid di berbagai tingkat administrasi jika dijalankan

dengan baik maka proses penanganan kasus dari segi

pelacakan kontak maupun koordinasi yang dijalankan akan

berjalan dengan sesuai dan memungkinkan untuk

penanggulangan covid-19 yang efektif.

2) Kasus suspek diisolasi dan dilakukan pengambilan spesimen

dalam waktu kurang dari 48 jam sejak munculnya gejala.

Hasil penelitian menunjukkan jika terdapat kasus suspek

covid-19 maka akan dilakukan pengambilan spesimen pada

saat itu juga tetapi terdapat beberapa kasus yang menolak jika

suspek tersebut tidak merasakan gejala apapun dan meminta

untuk melakukan isolasi mandiri saja. Berbeda dengan suspek

dengan gejala maka akan langsung dilakukan pengambilan

spesimen dengan tanpa adanya penolakan dari suspek

tersebut.

Hal ini menunjukkan bahwa investigasi dan isolasi kasus

baru dilakukan cukup cepat akan tetapi karena tidak semua

suspek mengizinkan untuk pengambilan spesimen maka akan

menimbilkan resiko timbulnya kasus sekunder contohnya klaster

keluarga.
179

Hal mengenai pentingnya investasi dan isolasi kasus baru

juga diungkapkan dari hasil penelitian oleh Leon Caly, dkk

(2020) yaitu kemampuan untuk dengan cepat mengidentifikasi,

menyebarkan, dan melakukan isolasi SARS-CoV-2 secara

global merupakan langkah penting dalam upaya ilmiah

kolaboratif dalam menanggapi keadaan darurat kesehatan

masyarakat (Caly et al., 2020).

Pentingnya dilakukan pengambilan spesimen juga

diungkapkan pada penelitian yang dilakukan di Korea yang

merancang dan menerapkan penyaringan yang aman dan

efisien untuk covid-19, melalui pusat penyaringan drive-through

(DT). Langkah-langkah DT center meliputi registrasi,

pemeriksaan, pengumpulan spesimen, dan instruksi. Seluruh

layanan membutuhkan waktu sekitar 10 menit untuk satu

peserta tes tanpa meninggalkan mobilnya.(Eastin & Eastin,

2020)

Peningkatan kapasitas pengujian lebih dari 100 tes per hari

dan pencegahan infeksi silang antara testis di ruang tunggu

adalah keuntungan utama, sementara perlindungan staf dari

suasana luar merupakan tantangan yang dihadapi. Hal ini dapat

diterapkan di negara lain untuk mengatasi wabah COVID-19

global dan diubah sesuai dengan situasi mereka sendiri (Eastin

& Eastin, 2020).


180

3) Hasil pemeriksaan Lab keluar sejak spesimen dikirimkan dan

diterima hasilnya 3x24 jam.

Hasil penelitian menunjukkan hasil pemeriksaan lab keluar

jika dikirimkan ke Balai Pusat Laboratorium Kesehatan

Masyarakat maka akan diterima hasilnya 2 atau 3 hari setelah

spesimen dikirimkan. Namun di Rumah Sakit Sawerigading

telah menyediakan pemeriksaan PCM atau tes cepat molekuler

untuk covid-19 yang hanya membutuhkan waktu 1x24 jam untuk

menunggu hasil yang keluar tetapi pada saat ini tidak

tersedianya bahan untuk pemeriksaan PCM dikarenakan bahan

yang tidak tersedia. Oleh karena itu pada saat ini semua kasus

dilakukan pengambilan spesimen di labkesda lalu dilakukan

pengiriman di Kota Makassar.

PCM atau tes cepat molekuler sendiri hanya digunakan

untuk kasus yang kritis jika kasus dengan tanpa gejala atau

tidak membutuhkan penanganan segera maka pengambilan

spesimen dilakukan di labkesda di Kota Palopo kemudian

spesimennya dikirim ke Kota Makassar yang memakan waktu 2

sampai 3 hari untuk hasil yang diterima. Hal ini menunjukkan

sistem manajemen pemeriksaan spesimen sudah membaik.

Infeksi SARS-CoV-2 dapat menyebabkan penyakit ringan

dan menghasilkan tes positif hingga 18 hari setelah diagnosis,

tanpa bukti penularan ke kontak dekat. Data ini dapat


181

menginformasikan strategi kesehatan masyarakat untuk

mengelola individu dengan infeksi asimtomatik atau penyakit

ringan (Scott et al., 2020).

Berdasarkan hal tersebut maka pada kasus covid-19 dengan

tanpa gejala masih memiliki resiko untuk positif dalam waktu 2

minggu. Maka pada kasus tersebut jika memungkinkan untuk

pengambilan spesimen maka akan mengurangi resiko

penularan pada kelompok klaster kasus tersebut. Pengambilan

spesimen tersebut juga harus disertai dengan karantina pada

saat kasus ditemukan.

c. Pelacakan Kontak (Contact Tracing)

1) Kasus baru dapat diidentifikasi kontak eratnya dan mulai

dilakukan karantina dalam waktu <72 jam setelah kasus baru di

konfirmasi.

Hasil penelitian menunjukkan pada setiap penemuan kasus

baru akan mulai dikarantina pada saat ditemukannya kasus

tersebut. Sebelum pengambilan spesimen sampai hasil

spesimen keluar dimana jika hasil yang keluar negatif maka

akan dinyatakan bebas dari karantina sementara jika hasilnya

positif maka karantina berlanjut pada kasus tersebut. Hal ini

menunjukkan kapasitas pelacakan kasus dan kontak adequate.

Hasil penelitian oleh Salathe Marce, dkk (2020)

mengungkapkan bahwa pengujian, diikuti dengan pelacakan


182

kontak dan isolasi mereka dengan hasil tes positif telah

diterapkan oleh semua negara yang berhasil mengendalikan

virus SARSCoV-2. Isolasi kasus dan isolasi diri secara hati-hati

dengan mengurangi kontak adalah langkah-langkah kunci untuk

mengendalikan virus. Tindakan ini dapat mencegah terjadinya

kelompok baru rantai transmisi (Salathé et al., 2020).

Hasil penelitian lain juga menunjukkan pada kluster familial

terinfeksi COVID-19 telah dilaporkan di rumah atau rumah sakit,

terutama tanpa gejala yang jelas (Chan et al., 2020). 5% dari

infeksi COVID-19 tidak menunjukkan gejala kasus (Tian et al.,

2020). Jika kasus asimtomatik tidak dapat ditemukan atau

diisolasi dengan tepat untuk observasi medis, mereka akan

melakukannya menyebarkan virus ke kontak dekat lainnya

dengan cepat. Oleh karena itu, untuk mengidentifikasi dan

mengontrol kasus asimtomatik, sebagai serta karantina dini

untuk kontak dekat mereka terutama dalam keluarga

merupakan langkah penting untuk dicegah penularan infeksi

COVID-19 (Zhang, Tian, Lou, & Chen, 2020).

Penelitian juga dilakukan di China yang menunjukkan

melalui penyelidikan epidemiologi, peneliti mengamati

penularan asimtomatik yang khas ke anggota keluarga yang

tinggal bersama, yang bahkan menyebabkan pneumonia

COVID-19 yang parah. Secara keseluruhan, pembawa


183

asimtomatik diidentifikasi dari kontak dekat cenderung sakit

ringan selama rawat inap (Hu et al., 2020).

Namun, masa penularannya bisa sampai tiga minggu dan

pasien yang dikomunikasikan bisa mengembangkan penyakit

parah. Hasil ini menyoroti pentingnya pelacakan kontak dekat

dan pengawasan secara longitudinal melalui tes asam nukleat

virus. Rekomendasi isolasi lebih lanjut dan uji asam nukleat

berkelanjutan mungkin juga direkomendasikan untuk pasien

yang dipulangkan (Hu et al., 2020).

2) Kontak dari kasus baru dipantau selama 14 hari sejak kontak

terakhir.

Hasil penelitian menunjukkan pemantauan pada kontak dari

kasus baru tetap dilakukan setiap hari, dimana pada hari

pertama tim dari dinas kesehatan turun memantau yang

setelahnya dilakukan oleh tim puskesmas di wilayah kerja

masing-masing. Berdasarkan observasi lapangan peneliti,

menunjukkan pemantauan tetap dilakukan oleh tim puskesmas

tiap harinya dengan melakukan pengecekan kondisi masing-

masing.

Hasil penelitian mengenai tujuan dari pemantauan kasus

covid-19 oleh (Rachel M. Burke, dkk (2020) mengungkapkan

pada tanggal 20 Januari 2020, negara bagian dan departemen

kesehatan lokal di Amerika Serikat, bekerja sama dengan tim


184

yang dikerahkan dari CDC, mulai mengidentifikasi dan

memantau semua orang yang dianggap memiliki kontak dekat

pasien dengan COVID-19 terkonfirmasi. Tujuan ini upaya untuk

memastikan evaluasi cepat dan perawatan pasien, batasi

penularan lebih lanjut, dan lebih memahami faktor risiko untuk

transmisi (Burke, 2020).

Hasil penelitian diatas menunjukkan peran pentingnya

dilakuan karantina selama 14 hari dimana pada kasus dengan

kontak dari kasus covid-19 yang tidak menunjukkan gejala pada

awal terkonfirmasi maka diperlukannya dilakukan karantina

pada kasus tersebut dimana pada waktu tersebut merupakan

masa inkubasi pada penyakit covid-19.

Hasil penelitian lain juga menunjukkan pentingnya dilakukan

pemantauan selama 14 dikarenakan covid-19 paling menular

sekitar waktu timbulnya gejala, dan infektivitas menurun dengan

cepat. setelah itu dapat sembuh sekitar 10 hari pada pasien

yang sakit ringan-sedang dan 15 hari pada pasien yang sakit

parah dan immunocompromised. Interval terpanjang yang

terkait dengan virus yang berkompeten untuk replikasi sejauh ini

adalah 20 hari sejak onset gejala (Rhee, Kanjilal, Baker, &

Klompas, 2020).
185

3) Pelacakan kontak menggunakan sistem informasi dan

manajemen data tersedia untuk mengelola pelacakan kontak

dan data terkait lainnya.

Hasil penelitian menunjukkan terdapat sistem informasi dan

manajemen data tersedia pada pengelolaan pelacakan kontak

dan data terkait sesuai dengan pedoman yang tersedia.

Berdasarkan observasi peneliti sistem informasi dan

manajemen data yang digunakan pada pelacakan kontak

berupa pengisian manual data pada skala kecil dan pelacakan

kontak skala besar dalam bentuk exel dalam hal ini didikung

oleh perangkat elektronik.

Fungsi dari sistem informasi dan manajemen data yang

digunakan untuk mengelola pelacakan kontak dan data terkait

adalah untuk membantu gugus tugas covid1-9 dalam

melakukan evaluasi dan menentukan kebijakan berikutnya,

misalnya bagaimana pola penyebaran pandemi dari suatu zona

merah ke daerah lain serta efektivitas karantina wilayah

(Utantoro, 2020).

Berdasarkan tersedianya pelacakan kontak menggunakan

sistem informasi dan manajemen data tersedia untuk mengelola

pelacakan kontak dan data terkait lainnya di Kota Palopo maka

memudahkan tugas gugus tugas covid-19 dalam

menjalankannya tugasnya.
186

Tidak ada bukti empiris keefektifan pelacakan kontak

otomatis (mengenai kontak yang diidentifikasi atau

pengurangan transmisi) yang diidentifikasi. Empat dari tujuh

termasuk studi pemodelan yang menyarankan bahwa

mengendalikan covid-19 membutuhkan penggunaan populasi

yang tinggi dari aplikasi pelacakan kontak otomatis di samping

langkah-langkah pengendalian lainnya. Studi pelacakan kontak

yang sebagian otomatis umumnya melaporkan identifikasi

kontak dan tindak lanjut yang lebih lengkap dibandingkan

dengan sistem manual (Braithwaite, Callender, Bullock, &

Aldridge, 2020).

Pelacakan kontak otomatis berpotensi mengurangi transmisi

dengan penyerapan populasi yang memadai. Namun,

kekhawatiran tentang privasi dan kesetaraan harus

dipertimbangkan. Studi prospektif yang dirancang dengan baik

diperlukan mengingat kesenjangan dalam bukti efektivitas, dan

untuk menyelidiki integrasi dan efek relatif dari sistem manual

dan otomatis. Oleh karena itu, pelacakan kontak manual skala

besar masih menjadi kunci di sebagian besar konteks

(Braithwaite et al., 2020).

D. Keterbatasan Penelitian

1. Penelitian ini menggunakan pendekatan

studi kasus dengan melihat evaluasi program penanggulangan covid-


187

19 di Kota Palopo sehingga tidak dapat digunakan untuk menentukan

kebijakan terbaru di tempat lain.

2. Penelitian ini tidak melakukan metode

FGD dikarenakan kondisi lapangan disaat pandemi covid-19 serta

tidak dapat pula dilakukan secara daring dikarenakan pada rentang

bulan september menuju bulan oktober Kota Palopo berada di zona

merah dimana para informan tidak memiliki jadwal kosong yang

bersamaan diakibatkan lebih berfokus pada penanggulangan covid-19

yang sedang dijalankan sehingga hasil penelitian masih kurang

mendetail dan jauh dari kesempurnaan.


BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan mengenai evaluasi

program penanggulangan covid-19 di Kota Palopo, maka dapat ditarik

kesimpulan bahwa:

Kriteria Epidemiologi
Indikator Hasil Apakah epidemi
telah terkendali?
Ya Tidak
Tren kasus konfirmasi baru Adanya tren kenaikan kasus dengan ✓
dari puncak tertinggi selama case fatality rate yang juga meningkat
3 minggu berturut-turut dan dengan rata-rata penambahan kasus 3
terus menurun pada atau 4 kasus per harinya.
minggu-minggu selanjutnya.
Jumlah spesimen positif Jumlah spesimen positif pada semua ✓
pada semua kasus dalam 2 kasus dalam 2 minggu yaitu 40%
minggu terakhir. dimana masih sangat jauh dengan
syarat angka positivity rate yang
ditetapkan organisasi kesehatan dunia
(WHO) yakni standar persentase
kasus positif tidak lebih dari 5%.
Jumlah spesimen positif positivity rate pada penyakit seperti ✓
Covid-19 pada penyakit influenza dan infeksi saluran
seperti influenza dan infeksi pernapasan akut yang parah dalam 2
saluran pernapasan akut minggu terakhir yaitu 40%. Hal ini
yang parah dalam 2 minggu menunjukkan masih tingginya %
terakhir. spesimen yang positif covid-19 yang
menunjukkan tingginya transmisi di
populasi.
Asal kasus konfirmasi dan lama penemuan kasus memakan ✓
waktu mengidentifikasi waktu 2 sampai 3 hari dan 49,5% asal
kelompok klasternya kasus konfirmasi berasal dari daftar
kontak kasus positif covid-19. jadi
rantai penularan belum dapat
diidentifikasi dan dilakukan upaya
penanggulangannya dikarenakan
masih berada di bawah angka >80%
asal kasus konfirmasi berasal dari
daftar kontak.
Jumlah kasus kematian, Adanya peningkatan kasus kematian ✓
baik kasus probable baik kasus probable maupun kasus
maupun kasus konfirmasi konfirmasi dalam 3 minggu terakhir

188
189

Kriteria Epidemiologi
Indikator Hasil Apakah epidemi
telah terkendali?
Ya Tidak
dalam 3 minggu terakhir. yang menunjukkan bahwa jumlah
kasus covid-19 meningkat dan tata
laksana medis belum membaik.
Jumlah pasien dirawat dan penurunan kasus konfirmasi yang ✓
kasus kritis yang butuh ICU butuh perawatan dan kasus kritis yang
pada kasus konfirmasi butuh ICU dibadingkan yang
dalam 2 minggu terakhir. dilaporkan 2 minggu sebelumnya. Hal
ini menunjukkan adanya penurunan
jumlah kasus di populasi.
Angka kematian karena penurunan kematian karena ✓
pneumonia di setiap pneumonia pada setiap kelompok usia
kelompok usia. yang secara tidak langsung akan
mengindikasikan pengurangan
kematian karena covid-19.

Kriteria Sistem Pelayanan Kesehatan


Indikator Hasil Apakah sistem kesehatan
mampu mendeteksi kasus
Covid-19 yang mungkin
kembali meningkat?
Ya Tidak
Seluruh pasien Covid- Tatalaksana pasien covid-19 ✓
19 memperoleh dilakukan pada semua kasus
tatalaksana sesuai bergejala maupun tidak
standar. bergejala dengan berpatokan
kepada pedoman yang ada.
Semua pasien bukan Kasus bukan pasien covid-19 ✓
Covid-19 yang yang memiliki kondisi parah
memiliki kondisi parah akan dilakukan penanganan
memperoleh sesuai diagnosis penyakit
tatalaksana sesuai yang diderita.
standar.
Angka kematian akibat Tidak ada peningkatan ✓
penyakit selain Covid- kematian akibat penyakit
19 di rumah sakit selain covid-19 di rumah sakit
pada rentang bulan juli ke
bulan agustus 2020.
Sistem pelayanan Penanganan kasus yang ✓
kesehatan dapat meningkat dimulai pada bulan
mengatasi juli dan menuju puncak pada
peningkatan kasus bulan september dilakukan
Covid-19. penanganan yang cepat dan
aktif dengan memaksimalkan
tracing kontak dan segera
melakukan rujukan ketika
ditemukannya kasus baru
konfirmasi positif dengan
tujuan untuk mengantisipasi
terjadi penularan di daerah.
190

Kriteria Sistem Pelayanan Kesehatan


Indikator Hasil Apakah sistem kesehatan
mampu mendeteksi kasus
Covid-19 yang mungkin
kembali meningkat?
Ya Tidak
Terdapat komite/tim/ Terdapat tim PPI di rumah ✓
koordinator PPI di sakit dengan penanggung
seluruh fasyankes dan jawabnya adalah tim
penanggung jawab surveilans di puskesmas. Hal
PPI di seluruh dinas ini menunjukan adanya
kesehatan kota. kemampuan untuk
koordinasi, supervisi,
pelatihan sebagai aktivitas
PPI termasuk di
puskesmas/FKTP lainnya.
Seluruh fasyankes Tidak ditemukan lagi ✓
melakukan skrining fasyankes yang melakukan
terhadap Covid-19. skrining terhadap covid-19
pada saat sebelum
pemberian pelayanan
kesehatannya.
Seluruh fasyankes Isolasi supek covid-19 yang ✓
memiliki mekanisme tersedia hanya di rumah sakit
isolasi suspek Covid- sementara puskesmas
19. melakukan penemuan kasus
suspek yang kemudian
selanjutnya akan diserahkan
ke rumah sakit. Namun untuk
kasus suspek ditemukan
banyak dengan tanpa gejala
maka hanya dilakukan isolasi
mandiri dirumah

Kriteria Sistem Surveilans Kesehatan Masyarakat


Indikator Hasil Apakah sistem surveilans
kesehatan masyarakat mampu
mendeteksi dan mengelola kasus
dan kontak, dan mengidentifikasi
kenaikan jumlah kasus?
Ya Tidak
Setiap kasus baru Pada saat identfikasi kasus ✓
dapat diidentifikasi, kemudian dianalisis dan
dilaporkan dan ditemukan adanya kasus
dianalisis kurang dari baru maka pelaporannya
24 jam dan penemuan dilakukan segera pada
kasus baru dilaporkan waktu 1x24 pada saat
kepada Dinas penemuan kasus tersebut
Kesehatan Kota. kepada Dinas Kesehatan
Kota Palopo.
Perkembangan situasi Dilaporkan secara berkala ✓
Covid-19 di daerah harian, dimana tiap harinya
dilaporkan oleh Dinas pelaporan kasus dilaporkan
191

Kriteria Sistem Surveilans Kesehatan Masyarakat


Indikator Hasil Apakah sistem surveilans
kesehatan masyarakat mampu
mendeteksi dan mengelola kasus
dan kontak, dan mengidentifikasi
kenaikan jumlah kasus?
Ya Tidak
Kesehatan Kota paling lambat jam 4 sore.
secara berkala harian
kepada Dinas
Kesehatan Provinsi
dan Kementerian
Kesehatan.
Sistem surveilans Surveilans tidak lagi ✓
diterapkan dan dilakukan maupun
diperkuat di fasilitas diperketat.
tertutup (seperti lapas,
panti jompo, panti
rehabilitasi, asrama,
pondok pesantren, dan
lain-lain) dan pada
kelompok-kelompok
rentan.
Surveilans kematian dikarenakan rata-rata ✓
Covid-19 dilakukan di kasus kematian akibat
Rumah Sakit dan covid-19 adalah kasus
masyarakat. yang telah dirujuk di Kota
Makassar sehingga untuk
pemakamannya dikubur di
pemakaman covid-19 di
kabupaten gowa Sulawesi
Selatan.
Tim Gerak Cepat Tim Gerak Cepat covid-19 ✓
COVID-19 berfungsi selalu berkoordinasi
dengan baik di dengan baik dari tingkat
berbagai tingkat puskesmas sampai dinas,
administrasi. dimana selalu
berkoordinasi dengan tim
di rumah sakit maupun tim
tingkat RT/RW.
Kasus suspek diisolasi investigasi dan isolasi ✓
dan dilakukan kasus baru dilakukan
pengambilan cukup cepat tetapi karena
spesimen dalam waktu tidak semua suspek
kurang dari 48 jam mengizinkan untuk
sejak munculnya pengambilan spesimen
gejala. maka masih beresiko
timbulnya kasus sekunder
contohnya klaster keluarga.
Hasil pemeriksaan Lab Hasil pemeriksaan lab ✓
keluar sejak spesimen keluar jika dikirimkan ke
dikirimkan dan Balai Pusat Laboratorium
diterima hasilnya 3x24 Kesehatan Masyarakat
jam. maka akan diterima
hasilnya 2 atau 3 hari
192

Kriteria Sistem Surveilans Kesehatan Masyarakat


Indikator Hasil Apakah sistem surveilans
kesehatan masyarakat mampu
mendeteksi dan mengelola kasus
dan kontak, dan mengidentifikasi
kenaikan jumlah kasus?
Ya Tidak
setelah spesimen
dikirimkan.
Kasus baru dapat Setiap penemuan kasus ✓
diidentifikasi kontak baru akan mulai
eratnya dan mulai dikarantina pada saat
dilakukan karantina ditemukannya kasus
dalam waktu <72 jam tersebut.
setelah kasus baru di
konfirmasi.
Kontak dari kasus baru Pemantauan pada kontak ✓
dipantau selama 14 dari kasus baru tetap
hari sejak kontak dilakukan setiap hari, oleh
terakhir. tim puskesmas tiap
harinya dengan melakukan
pengecekan kondisi
masing-masing.
Pelacakan kontak Sistem informasi dan ✓
menggunakan sistem manajemen data yang
informasi dan digunakan pada pelacakan
manajemen data kontak berupa pengisian
tersedia untuk manual data pada skala
mengelola pelacakan kecil dan pelacakan kontak
kontak dan data terkait skala besar dalam bentuk
lainnya. excel dalam hal ini didikung
oleh perangkat elektronik.

B. Saran

1. Diharapkan pemerintah

mengeluarkan peraturan berupa sanksi bagi para kasus kontak erat

pasien covid-19 yang menolak untuk dilakukan pengambilan spesimen

agar mengurangi resiko adanya klaster sekunder.

2. Diharapkan seluruh fasyankes

tetap melakukan skrining di setiap pintu masuk untuk mencegah

adanya infeksi di fasyankes.


193

3. Diharapkan sistem surveilans

tetap diterapkan dan diperkuat di fasilitas tertutup dan kelompok

rentan.

4. Diharapkan pemerintah

membentuk tim khusus untuk memberikan edukasi terus menerus

kepada masyarakat mengenai covid-19.


DAFTAR PUSTAKA

Adhikari, S. P., Meng, S., Wu, Y.-J., Mao, Y.-P., Ye, R.-X., Wang, Q.-Z., . .
. Raat, H. (2020). Epidemiology, causes, clinical manifestation and
diagnosis, prevention and control of coronavirus disease (COVID-
19) during the early outbreak period: a scoping review. Infectious
diseases of poverty, 9(1), 1-12.
Amantha, G. K. (2013). Evaluasi Pelaksanaan Sapta Pesona Pada Objek
Wisata Lembah Hijau Bandar Lampung. Universitas Lampung,
Bandar Lampung.
Amaryllis, M., & Konstantinos, G. (2020). COVID-19 predictability in the
United States using Google Trends time series. Scientific Reports
(Nature Publisher Group), 10(1).
Amin, R., Hall, T., Church, J., Schlierf, D., & Kulldorff, M. (2020).
Geographical surveillance of COVID-19: Diagnosed cases and
death in the United States. MedRxiv.
Ariefana, P. (2020). 7 Kabupaten/Kota di Sulawesi Selatan Zona Merah
Virus Corona, suara.com. Retrieved from
https://www.suara.com/news/2020/07/07/040500/7-kabupatenkota-
di-sulawesi-selatan-zona-merah-virus-corona?page=all
Arifin, Z. (2019). Evaluasi Program. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Barker, A., Souisa, Hellena. (2020). Coronavirus Covid-19 Death Rate in
Indonesia Is the Highest in the World. Experts Say It’s Because
Reported Case Numbers Are Too Low. ABC News.
Baye, K. (2020). COVID-19 prevention measures in Ethiopia.
Bergman, A., Sella, Y., Agre, P., & Casadevall, A. (2020). Oscillations in
US COVID-19 incidence and mortality data reflect diagnostic and
reporting factors. Msystems, 5(4).
Bhuyan, M. A., Al Mahtab, M., Ashab, E., Haque, M. J., Hoque, S. M. M.,
Huq, A. F., . . . Mahtab, M. (2020). Treatment of COVID-19 Patients
at a Medical College Hospital in Bangladesh. Euroasian journal of
hepato-gastroenterology, 10(1), 27.
Blasi, L., Bordonaro, R., Borsellino, N., Butera, A., Caruso, M., Cordio,
S., . . . Parra, H. S. (2020). Reactions and countermeasures of
medical oncologists towards the incoming COVID-19 pandemic: a
WhatsApp messenger-based report from the Italian College of
Chief Medical Oncologists. ecancermedicalscience, 14.
Braithwaite, I., Callender, T., Bullock, M., & Aldridge, R. W. (2020).
Automated and partly automated contact tracing: a systematic
review to inform the control of COVID-19. The Lancet Digital
Health.
Burke, R. M. (2020). Active monitoring of persons exposed to patients with
confirmed COVID-19—United States, January–February 2020.
MMWR. Morbidity and mortality weekly report, 69.

194
Caly, L., Druce, J., Roberts, J., Bond, K., Tran, T., Kostecki, R., . . .
Seemann, T. (2020). Isolation and rapid sharing of the 2019 novel
coronavirus (SARS‐CoV‐2) from the first patient diagnosed with
COVID‐19 in Australia. Medical Journal of Australia.
Chan, J. F.-W., Yuan, S., Kok, K.-H., To, K. K.-W., Chu, H., Yang, J., . . .
Poon, R. W.-S. (2020). A familial cluster of pneumonia associated
with the 2019 novel coronavirus indicating person-to-person
transmission: a study of a family cluster. The Lancet, 395(10223),
514-523.
Chen, C., Zhao, X., Wang, D., Li, J., Wang, A., & Wu, D. The Initial Case
of COVID-19—Shulan City, Jilin Province, China, May 8, 2020.
China CDC Weekly, 2020, 2 (25): 458− 9.
Chen, X., Ran, L., Liu, Q., Hu, Q., Du, X., & Tan, X. (2020). Hand Hygiene,
Mask-Wearing Behaviors and Its Associated Factors during the
COVID-19 Epidemic: A Cross-Sectional Study among Primary
School Students in Wuhan, China. International journal of
environmental research and public health, 17(8), 2893.
Cheng, Y., Luo, R., Wang, K., Zhang, M., Wang, Z., Dong, L., . . . Xu, G.
(2020). Kidney impairment is associated with in-hospital death of
COVID-19 patients. MedRxiv.
Cohen, J., & Kupferschmidt, K. (2020). Countries test tactics in
‘war’against COVID-19: American Association for the Advancement
of Science.
Dar, A. B., Lone, A. H., Zahoor, S., Khan, A. A., & Naaz, R. (2020).
Applicability of mobile contact tracing in fighting pandemic (covid-
19): Issues, challenges and solutions. Computer Science Review,
100307.
Debora, Y. (2020). Cara Virus Corona COVID-19 Menyebar Menurut
WHO. Retrieved Mei 13, 2020, from https://tirto.id/cara-virus-
corona-covid-19-menyebar-menurut-who-eBPk
Denzin, N. K. (1970). The Research Act in Sociology. Chicago: Aldine.
Dinas Kesehatan Kota Palopo. (2020a). Evaluasi Penanganan Covid-19
Kota Palopo Agustus 2020. Kota Palopo.
Dinas Kesehatan Kota Palopo. (2020b). Laporan Perkembangan Kasus
Coronavirus Desease-19 (Covid-19) Di Kota Palopo Per 24 Maret
S.D. 2 April 2020.
Ding, Z., Xie, L., Guan, A., Huang, D., Mao, Z., & Liang, X. (2020). Global
COVID-19: Warnings and suggestions based on experience of
China. Journal of Global Health, 10(1).
Du, R.-H., Liang, L.-R., Yang, C.-Q., Wang, W., Cao, T.-Z., Li, M., . . . Zhu,
Q. (2020). Predictors of mortality for patients with COVID-19
pneumonia caused by SARS-CoV-2: a prospective cohort study.
European Respiratory Journal, 55(5).
Eastin, T., & Eastin, C. (2020). Drive-Through Screening Center for
COVID-19: A Safe and Efficient Screening System Against Massive
Community Outbreak: Kwon KT, Ko JH, Shin H, et al. J Korean

195
Med Sci. Published online March 16, 2020. The Journal of
Emergency Medicine, 58(4), 712.
Evi Martha, S. K. (2016). Metodologi Penelitian Kualitatif. Jakarta: PT
RajaGrafindo Persada.
Furuse, Y., Sando, E., Tsuchiya, N., Miyahara, R., Yasuda, I., Ko, Y. K., . .
. Shobugawa, Y. (2020). Clusters of coronavirus disease in
communities, Japan, January–April 2020. Emerging infectious
diseases, 26(9), 2176.
Gittell, J. H. (2016). Rethinking autonomy: Relationships as a source of
resilience in a changing healthcare system. Health Services
Research, 51(5), 1701.
Gostic, K., Gomez, A. C., Mummah, R. O., Kucharski, A. J., & Lloyd-
Smith, J. O. (2020). Estimated effectiveness of symptom and risk
screening to prevent the spread of COVID-19. Elife, 9, e55570.
Hafizh, M. N. (2020). 4 Cara Mencegah Virus Corona Covid-19 Menurut
WHO. Retrieved Mei 13, 2020, from
https://ayobandung.com/read/2020/03/04/81430/4-cara-mencegah-
virus-corona-covid-19-menurut-who
Hamalik, O. (2003). Kurikulum dan pembelajaran. Jakarta: PT Bumi
Aksara.
Herdiansyah, H. (2010). Metodologi Penelitian Kualitatif untuk Ilmu-ilmu
Sosial. Jakarta: Salemba Humanika.
Hidayat, R. H., & Pemasyarakatan, P. I. (2020). Langkah–Langkah
Strategis Untuk Mencegah Pandemi Covid-19 Di Lembaga
Pemasyarkatan Indonesia.
Hohl, A., Delmelle, E. M., Desjardins, M. R., & Lan, Y. (2020). Daily
surveillance of COVID-19 using the prospective space-time scan
statistic in the United States. Spatial and Spatio-temporal
Epidemiology, 34, 100354.
Hu, Z., Song, C., Xu, C., Jin, G., Chen, Y., Xu, X., . . . Zheng, Y. (2020).
Clinical characteristics of 24 asymptomatic infections with COVID-
19 screened among close contacts in Nanjing, China. Science
China Life Sciences, 63(5), 706-711.
Indar. (2019). Etikolegal Dalam Pelayanan Kesehatan. Pustaka Pelajar,
Yogyakarta.
Indar. (2019). Konsep dan Perspektif Etika dan Hukum Kesehatan
Masyarakat. Pustaka Pelajar, Yogyakarta
Isngadi, I., Septica, R. I., & Chandra, S. (2020). Tatalaksana Anestesi
pada Operasi Obstetri dengan Covid-19. Jurnal Anestesi Obstetri
Indonesia, 3(1), 35-46.
Jin, Y.-H., Huang, Q., Wang, Y.-Y., Zeng, X.-T., Luo, L.-S., Pan, Z.-Y., . . .
Huang, X. (2020). Perceived infection transmission routes, infection
control practices, psychosocial changes, and management of
COVID-19 infected healthcare workers in a tertiary acute care
hospital in Wuhan: a cross-sectional survey. Military Medical
Research, 7, 1-13.

196
Kang, D., Choi, H., Kim, J.-H., & Choi, J. (2020). Spatial epidemic
dynamics of the COVID-19 outbreak in China. International Journal
of Infectious Diseases.
Kang, J., Jang, Y. Y., Kim, J., Han, S.-H., Lee, K. R., Kim, M., & Eom, J. S.
(2020). South Korea's Reponses to Stop the COVID-19 Pandemic.
American Journal of Infection Control.
Karo, M. B. (2020). Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) Strategi
Pencegahan Penyebaran Virus Covid-19. Paper presented at the
Prosiding Seminar Nasional Hardiknas.
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. (2020a). Pedoman
Pencegahan Dan Pengendalian Coronavirus Disease (Covid-19)
Revisi Ke-5. Kementerian Kesehatan RI.
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. (2020b). Pertanyaan dan
Jawaban Terkait Covid-19. from Maret, 2020
https://www.kemkes.go.id/folder/view/full-content/structure-faq.html
Krsak, M., Henao-Martínez, A. F., & Franco-Paredes, C. (2020).
Screening for COVID-19 in skilled nursing facilities. N Engl J Med,
383, 190-193.
Lai, C.-C., Wang, C.-Y., Wang, Y.-H., Hsueh, S.-C., Ko, W.-C., & Hsueh,
P.-R. (2020). Global epidemiology of coronavirus disease 2019:
disease incidence, daily cumulative index, mortality, and their
association with country healthcare resources and economic status.
International journal of antimicrobial agents, 105946.
Lai, X., Wang, X., Yang, Q., Xu, X., Tang, Y., Liu, C., . . . Zhang, X.
(2020). Will healthcare workers improve infection prevention and
control behaviors as COVID-19 risk emerges and increases, in
China? Antimicrobial Resistance & Infection Control, 9(1), 1-9.
Lana, R. M., Coelho, F. C., Gomes, M. F. d. C., Cruz, O. G., Bastos, L. S.,
Villela, D. A. M., & Codeço, C. T. (2020). The novel coronavirus
(SARS-CoV-2) emergency and the role of timely and effective
national health surveillance. Cadernos de saude publica, 36,
e00019620.
Lau, H., Khosrawipour, V., Kocbach, P., Mikolajczyk, A., Schubert, J.,
Bania, J., & Khosrawipour, T. (2020). The positive impact of
lockdown in Wuhan on containing the COVID-19 outbreak in China.
Journal of travel medicine, 27(3), taaa037.
Laudia Tysara. (2020). 9 Cara Hidup Virus Corona COVID-19 Menurut
Para Ahli, Perlu Diwaspadai, Liputan6. Retrieved from
https://hot.liputan6.com/read/4212951/9-cara-hidup-virus-corona-
covid-19-menurut-para-ahli-perlu-diwaspadai
Li, T., Lu, H., & Zhang, W. (2020). Clinical observation and management
of COVID-19 patients. Emerging Microbes & Infections, 9(1), 687-
690.
Li, Z., Chen, Q., Feng, L., Rodewald, L., Xia, Y., Yu, H., . . . Chen, W.
(2020). Active case finding with case management: the key to
tackling the COVID-19 pandemic. The Lancet.

197
Mahase, E. (2020). Coronavirus: covid-19 has killed more people than
SARS and MERS combined, despite lower case fatality rate: British
Medical Journal Publishing Group.
Maier, B. F., & Brockmann, D. (2020). Effective containment explains
subexponential growth in recent confirmed COVID-19 cases in
China. Science, 368(6492), 742-746.
Mansyur, M., & Kartika, T. (2020). Analisis Kebijakan Pemerintah Daerah
Dalam Pencegahan Coronavirus Disease (Covid-19) Dengan
Pendekatan Komunikasi, Media Dan Budaya.
Margareth, R. (2020). Pengertian Corona Vs Covid-19. Retrieved from
https://www.tagar.id/pengertian-corona-vs-covid19
McAleer, M. (2020). Prevention is better than the cure: Risk management
of COVID-19: Multidisciplinary Digital Publishing Institute.
Narimawati, U. (2008). Metodologi Penelitian Kualitatif dan Kuantitatif,
Teori dan Aplikasi. Bandung: Agung Media.
Notoatmodjo, S. (2010). Promosi Kesehatan Teori & Aplikasi. Jakarta:
Rineka Cipta.
Notoatmodjo, S. (2011). Promosi Kesehatan Ilmu & Seni. Jakarta: Rineka
Cipta.
Nyasulu, J., & Pandya, H. (2020). The effects of coronavirus disease 2019
pandemic on the South African health system: A call to maintain
essential health services. African Journal of Primary Health Care &
Family Medicine, 12(1).
PalopoKota.go.id. (2019). Portal Resmi Pemerintah Kota Palopo.
Patterson, B., Marks, M., Martinez-Garcia, G., Bidwell, G., Luintel, A.,
Ludwig, D., . . . Logan, S. (2020). A Novel Cohorting and Isolation
Strategy for Suspected COVID-19 Cases during a Pandemic.
Journal of Hospital Infection.
Pullen, M. F., Skipper, C. P., Hullsiek, K. H., Bangdiwala, A. S., Pastick, K.
A., Okafor, E. C., . . . Galdys, A. (2020). Symptoms of COVID-19
outpatients in the United States. Paper presented at the Open
forum infectious diseases.
Rahardjo, M. (2010). Triangulasi dalam Penelitian Kualitatif. Retrieved
from https://www.uin-malang.ac.id/r/101001/triangulasi-dalam-
penelitian-kualitatif.html
Ratcliffe, R. (2020). First coronavirus cases confirmed in Indonesia amid
fears nation is ill-prepared for outbreak., Guardian News & Media
Limited. Retrieved from
https://www.theguardian.com/world/2020/mar/02/firstcoronavirus-
cases-confirmed-in-indonesia-amid-fears-nation-is-ill-prepared-
foroutbreak
Razak, A., Harpina, S., & Adrianto, R. (2020). Political Commitment of
Local Government in Handling Stunting During the Covid-19
Pandemic: A Case Study of Enrekang District. Medico Legal
Update, 20(4), 2173-2181.

198
Redaksi. (2020). Palopo Zona Merah Covid-19, Ini Berbagai Upaya akan
Dilakukan Bebaskan Palopo dari Corona., KoranSeru!Ya. Retrieved
from https://koranseruya.com/palopo-zona-merah-covid-19-ini-
berbagai-upaya-akan-dilakukan-bebaskan-palopo-dari-corona.html
Reintjes, R. (2020). Lessons in contact tracing from Germany: British
Medical Journal Publishing Group.
Rhee, C., Kanjilal, S., Baker, M., & Klompas, M. (2020). Duration of severe
acute respiratory syndrome coronavirus 2 (SARS-CoV-2) infectivity:
when is it safe to discontinue isolation? Clinical Infectious Diseases.
Riduwan. (2004). Metode dan Teknik Menyusun Tesis. Bandung: Alfabeta.
Ryan, C., Minc, A., Caceres, J., Balsalobre, A., Dixit, A., Ng, B. K., . . .
Fung, C. (2020). Predicting severe outcomes in Covid-19 related
illness using only patient demographics, comorbidities and
symptoms. The American Journal of Emergency Medicine.
Salathé, M., Althaus, C. L., Neher, R., Stringhini, S., Hodcroft, E., Fellay,
J., . . . Wilder-Smith, A. (2020). COVID-19 epidemic in Switzerland:
on the importance of testing, contact tracing and isolation. Swiss
medical weekly, 150(11-12), w20225-.
Sampurno, M. B. T., Kusumandyoko, T. C., & Islam, M. A. (2020). Budaya
Media Sosial, Edukasi Masyarakat, Dan Pandemi COVID-19.
Salam: Jurnal Sosial dan Budaya Syar-i, 7(5).
Scott, S. E., Zabel, K., Collins, J., Hobbs, K. C., Kretschmer, M. J., Lach,
M., . . . Maldonado, K. (2020). First mildly ill, nonhospitalized case
of coronavirus disease 2019 (COVID-19) without viral transmission
in the United States—Maricopa County, Arizona, 2020. Clinical
Infectious Diseases, 71(15), 807-812.
Sekaran, U. (2011). Research Methods For Business (Metode Penelitian
Untuk Bisnis). Jakarta: Salemba Empat.
Setiawan, A. R. (2020). Scientific Literacy Worksheets for Distance
Learning in the Topic of Coronavirus 2019 (COVID-19).
Setiawati, I. R. (2015). Evaluasi Program Nasional Pemberdayaan
Masyarakat Mandiri Perdesaan (Pnmp-Mpd) Universitas Lampung,
Bandar Lampung.
Stoecklin, S. B., Rolland, P., Silue, Y., Mailles, A., Campese, C.,
Simondon, A., . . . Bassi, C. (2020). First cases of coronavirus
disease 2019 (COVID-19) in France: surveillance, investigations
and control measures, January 2020. Eurosurveillance, 25(6),
2000094.
Sugiyono. (2009). Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta.
Sugiyono. (2010). Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif,
kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta.
Sutopo, H. (2006). Metode Penelitian Kualitatif
Tang, B., Xia, F., Tang, S., Bragazzi, N. L., Li, Q., Sun, X., . . . Wu, J.
(2020). The effectiveness of quarantine and isolation determine the
trend of the COVID-19 epidemics in the final phase of the current
outbreak in China. International Journal of Infectious Diseases.

199
Tayibnapis, F., Yusuf. (2008). Evaluasi Program dan Instrumen Evaluasi.
Jakarta: Rineka Cipta.
Team, C.-N. I. R. S. (2020). COVID-19, Australia: Epidemiology Report 13
(Reporting week to 23: 59 AEST 26 April 2020). Communicable
diseases intelligence (2018), 44.
The Lancet. (2020). Health and medicine in 2019: what have we learned?
Lancet (London, England), 394(10216), 2201.
Tian, S., Hu, N., Lou, J., Chen, K., Kang, X., Xiang, Z., . . . Liu, D. (2020).
Characteristics of COVID-19 infection in Beijing. Journal of
Infection.
Utantoro, A. (2020). Sistem Informasi untuk Analisi Sebaran Covid-19.
Retrieved Sept 19, 2020, from
https://m.mediaindonesia.com/read/detail/303020-sistem-informasi-
untuk-analisis-sebaran-covid-19
Weinberger, D. M., Chen, J., Cohen, T., Crawford, F. W., Mostashari, F.,
Olson, D., . . . Simonsen, L. (2020). Estimation of excess deaths
associated with the COVID-19 pandemic in the United States,
March to May 2020. JAMA Internal Medicine, 180(10), 1336-1344.
Williams, A. R., & Bisaga, A. (2016). From AIDS to opioids—how to
combat an epidemic. New England Journal of Medicine, 375(9),
813-815.
Wirawan. (2012). Evaluasi:Teori, Model, Standar, Aplikasi, dan Profesi.
Depok: PT Raja Grafindo Persada.
World Health Organization. (2020a). Clinical management of severe acute
respiratory infection when novel coronavirus ( 2019-nCoV) infection
is suspected: interim guidance, 28 January 2020: World Health
Organization.
World Health Organization. (2020b). Coronavirus Disease (Covid-19). Mei
13, 2020, from https://www.who.int/health-
topics/coronavirus#tab=tab_1
World Health Organization. (2020c). Estimating mortality from COVID-19:
Scientific brief.
Wu, Z., & McGoogan, J. M. (2020). Characteristics of and important
lessons from the coronavirus disease 2019 (COVID-19) outbreak in
China: summary of a report of 72 314 cases from the Chinese
Center for Disease Control and Prevention. Jama, 323(13), 1239-
1242.
Xie, J., Tong, Z., Guan, X., Du, B., Qiu, H., & Slutsky, A. S. (2020). Critical
care crisis and some recommendations during the COVID-19
epidemic in China. Intensive care medicine, 1-4.
Xu, B., Gutierrez, B., Mekaru, S., Sewalk, K., Goodwin, L., Loskill, A., . . .
Cobo, M. M. (2020). Epidemiological data from the COVID-19
outbreak, real-time case information. Scientific data, 7(1), 1-6.
Xu, J., Zhang, Y., Zhao, X., Wang, D., Dai, W., & Jiao, G. A reemergent
case of COVID-19—Harbin City, Heilongjiang Province, China, April
9, 2020. China CDC Wkeely 2020; 2 (25): 460− 2.

200
Zhai, Y., Wang, Y., Zhang, M., Gittell, J. H., Jiang, S., Chen, B., . . . Wang,
X. (2020). From isolation to coordination: how can telemedicine
help combat the Covid-19 outbreak? MedRxiv.
Zhan, M., Qin, Y., Xue, X., & Zhu, S. (2020). Death from Covid-19 of 23
health care workers in China. New England Journal of Medicine.
Zhang, J., Tian, S., Lou, J., & Chen, Y. (2020). Familial cluster of COVID-
19 infection from an asymptomatic. Critical Care, 24, 1-3.
Zhong, B.-L., Luo, W., Li, H.-M., Zhang, Q.-Q., Liu, X.-G., Li, W.-T., & Li,
Y. (2020). Knowledge, attitudes, and practices towards COVID-19
among Chinese residents during the rapid rise period of the
COVID-19 outbreak: a quick online cross-sectional survey.
International journal of biological sciences, 16(10), 1745.
Zhou, L., Wu, Z., Li, Z., Zhang, Y., McGoogan, J. M., Li, Q., . . . Qi, X.
(2020). 100 Days of COVID-19 Prevention and Control in China.
Clinical Infectious Diseases.

201
L
A
M
P
I
R
A
N
Lampiran 1.

LEMBAR PENJELASAN UNTUK INFORMAN


Assalamu’alaikum Warahmatullahi wabarakatuh

Mohon maaf saya menyita waktu Bapak/Ibu beberapa menit. Saya


Sri Hastari Rahayu, Mahasiswa Program Magister Kesehatan
Masyarakat Universitas Hasanuddin Konsentrasi Administrasi Kebijakan
Kesehatan bermaksud untuk meminta data/informasi kepada Bapak/Ibu
terkait dengan penelitian tesis saya dengan judul “Evaluasi Program
Penanggulangan Covid-19 di Kota Palopo Tahun 2020”
Tujuan penelitian ini adalah untuk melakukan evaluasi program
penanggulangan Covid-19 di Kota Palopo dan kami mengumpulkan
informasi tentang hal-hal yang berkaitan dengan program
penanggulangan di kota Palopo. Penelitian ini bersifat sukarela. Saya
selaku peneliti akan menjaga kerahasiaan identitas dan informasi yang
akan diberikan oleh Bapak/Ibu jika bersedia menjadi informan, sehingga
saya sangat berharap Bapak/Ibu menjawab pernyataan dengan jujur
tanpa keraguan. Jika Bapak/Ibu ingin jawaban yang diberikan tidak
diketahui orang lain, maka wawancara singkat bisa dilakukan secara
tertutup.
Bila selama penelitian ini berlangsung atau saat wawancara singkat
informan ingin mengundurkan diri karena sesuatu hal (misalnya: sakit atau
ada keperluan lain yang mendesak) maka informan dapat
mengungkapkan langsung kepada peneliti. Hal-hal yang tidak jelas dapat
menghubungi saya (Sri Hastari Rahayu, SKM/085299927902).

Palopo, 2020
Peneliti,

Sri Hastari Rahayu, SKM


(No.Hp 085299927902)
Lampiran 2.

FORMULIR PERSETUJUAN

Yang bertanda tangan dibawah ini:


Nama :
Tanggal lahir/umur :
Alamat :
No. Hp :
Setelah mendengar/membaca dan mengerti penjelasan yang
diberikan mengenai apa yang dilakukan pada penelitian dengan judul
“Evaluasi Program Penanggulangan Covid-19 di Kota Palopo Tahun
2020”, maka saya bersedia berpartisipasi dalam penelitian ini. Saya
mengerti bahwa pada penelitian ini maka ada beberapa pertanyaan-
pertanyaan yang harus saya jawab, dan sebagai informan saya akan
menjawab pertanyaan yang diajukan dengan jujur.
Saya menjadi informan bukan karena adanya paksaan dari pihak
lain, tetapi karena keinginan saya sendiri dan tidak ada biaya yang akan
ditanggungkan kepada saya sesuai dengan penjelasan yang sudah
dijelaskan oleh peneliti.
Saya percaya bahwa keamanan dan kerahasiaan data yang
diperoleh dari saya sebagai informan akan terjamin dan saya dengan ini
menyetujui semua informasi dari saya yang dihasilkan pada penelitian ini
dapat dipublikasikan dalam bentuk lisan maupun tulisan dengan tidak
mencantumkan nama. Bila terjadi perbedaan pendapat dikemudian hari,
kami akan menyelesaikannya secara kekeluargaan.

Palopo, 2020
Informan

(________________)

Penanggung Jawab Penelitian :


Nama : Sri Hastari Rahayu, SKM
Alamat : Jalan Kutilang 1 no.762 Perumnas, Kota Palopo
Tlp/HP : 085299927902
Email : srihastari91@gmail.com
Lampiran 3.

EVALUASI PROGRAM PENANGGULANGAN COVID-19 DI KOTA


PALOPO TAHUN 2020
PEDOMAN WAWANCARA

A. Identitas Informan.
Nama Informan :
Umur :
Pendidikan :
Jabatan :
Masa kerja :
Hari/Tanggal :

B. Pertanyaan.
1. Kriteria Epidemiologi
a. Tren kasus konfirmasi baru dari puncak tertinggi selama 3
minggu berturut-turut dan minggu-minggu selanjutnya.
b. Jumlah spesimen positif pada semua kasus dalam 2 minggu
terakhir.
c. Jumlah spesimen positif Covid-19 pada penyakit seperti
influenza dan infeksi saluran pernapasan akut yang parah
dalam 2 minggu terakhir.
d. Asal kasus konfirmasi dan waktu mengidentifikasi kelompok
klasternya.
e. Jumlah kasus kematian, baik kasus probable maupun kasus
konfirmasi dalam 3 minggu terakhir.
f. Jumlah pasien dirawat dan kasus kritis yang butuh ICU pada
kasus konfirmasi dalam 2 minggu terakhir.
g. Angka kematian karena pneumonia di setiap kelompok usia.
2. Kriteria Sistem kesehatan
a. Seluruh pasien Covid-19 memperoleh tatalaksana sesuai
standar.
b. Semua pasien bukan Covid-19 yang memiliki kondisi parah
memperoleh tatalaksana sesuai standar.
c. Angka kematian akibat penyakit selain Covid-19 di rumah
sakit.
d. Sistem pelayanan kesehatan dapat mengatasi peningkatan
kasus Covid-19.
e. Terdapat komite/tim/ koordinator PPI di seluruh fasyankes
dan penanggung jawab PPI di seluruh dinas kesehatan kota.
f. Seluruh fasyankes melakukan skrining terhadap Covid-19.
g. Seluruh fasyankes memiliki mekanisme isolasi suspek
Covid-19.
3. Kriteria Surveilans Kesehatan Masyarakat
a. Sistem Surveilans
1) Setiap kasus baru dapat diidentifikasi, dilaporkan dan
dianalisis kurang dari 24 jam dan penemuan kasus baru
dilaporkan kepada Dinas Kesehatan Kota.
2) Perkembangan situasi Covid-19 di daerah dilaporkan
oleh Dinas Kesehatan Kota secara berkala harian
kepada Dinas Kesehatan Provinsi dan Kementerian
Kesehatan.
3) Sistem surveilans diterapkan dan diperkuat di fasilitas
tertutup (seperti lapas, panti jompo, panti rehabilitasi,
asrama, pondok pesantren, dan lain-lain) dan pada
kelompok-kelompok rentan.
4) Surveilans kematian Covid-19 dilakukan di Rumah Sakit
dan masyarakat.
b. Investigasi (Penyelidikan) kasus
1) Tim Gerak Cepat COVID-19 berfungsi dengan baik di
berbagai tingkat administrasi.
2) Kasus suspek diisolasi dan dilakukan pengambilan
spesimen dalam waktu kurang dari 48 jam sejak
munculnya gejala.
3) Hasil pemeriksaan Lab keluar sejak spesimen dikirimkan
dan diterima hasilnya 3x24 jam.
c. Pelacakan Kontak (Contact Tracing)
1) Kasus baru dapat diidentifikasi kontak eratnya dan mulai
dilakukan karantina dalam waktu <72 jam setelah kasus
baru di konfirmasi.
2) Kontak dari kasus baru dipantau selama 14 hari sejak
kontak terakhir.
3) Pelacakan kontak menggunakan sistem informasi dan
manajemen data tersedia untuk mengelola pelacakan
kontak dan data terkait lainnya.
Lampiran 4.

LEMBAR OBSERVASI

No. Item yang di observasi Keterangan


Ya Tidak Tidak
Semua
1. Kondisi (staf, tempat tidur, obat-obatan, ✓
peralatan, dan lain-lain) tersedia untuk
memberikan standar perawatan yang
sama sebelum kritis.
2. Staf, peralatan, tempat tidur, dan lain-lain ✓
jumlahnya memadai.
3. Skrining fasyankes terhadap Covid ✓
4. Tersedianya isolasi suspek di seluruh ✓
fasyankes
5. Pelaporan kasus baru kurang dari 24 jam ✓
6. Pelaporan Kasus secara berkala harian ✓
7. Sistem surveilans diterapkan dan ✓
diperkuat di fasilitas tertutup dan rentan
8. Surveilans kematian covid dilakukan di ✓
RS dan masyarakat
9. Tim Gerak Cepat Covid berfungsi dengan ✓
baik di tingkat administrasi
10. Pengambilan spesimen kasus kurang dari ✓
48 jam sebelum muncul gejala
11. Spesimen dikirim dan diterima hasilnya ✓
3x24 jam
12. Kasus diidentifikasi dan dilakukan ✓
karantina <72 jam setelah kasus baru
dikonfirmasi
13. Pemantauan kasus selama 14 hari sejak ✓
kontak terakhir
Lampiran 5.

TELAAH DOKUMEN

No. Jenis Data Dokumen Keterangan


1 2 3
1. Kasus konfirmasi baru Dinas Kesehatan ✓
dari puncak tertinggi
selama 3 minggu
berturut-turut dan
minggu-minggu
selanjutnya.
2. Jumlah spesimen positif Dinas Kesehatan ✓
2 minggu terakhir
3. Jumlah spesimen positif Dinas Kesehatan ✓
pada penyakit seperti
influenza dan saluran
pernapasan akut berat
4. Daftar kontak erat Dinas Kesehatan ✓
5. Kasus kematian baik Dinas Kesehatan ✓
probable maupun
konfirmasi
6. Pasien dirawat dan Dinas Kesehatan ✓
butuh ICU pada kasus
konfirmasi
7. Kematian karena Rumah Sakit ✓
pneumonia
8. SK Rumah Sakit ✓
Komite/tim/koordinator Puskesmas ✓
PPI di seluruh fasyankes Dinas Kesehatan ✓
9. Pelaporan harian Dinas Kesehatan ✓
perkembangan situasi
covid-19
10. Sistem informasi dan Dinas Kesehatan ✓
manajemen data
tersedia untuk
mengelola pelacakan
kontak dan data terkait

Keterangan:
1. Ada dan lengkap
2. Ada dan tidak lengkap
3. Tidak ada
Lampiran 6.

MATRIKS WAWANCARA

KRITERIA EPIDEMIOLOGI
Tren Kasus Konfirmasi Baru Dari Puncak Tertinggi Selama 3 Minggu Berturut-Turut dan Terus Menurun Pada Minggu-Minggu Selanjutnya.
JAWABAN INFORMAN REDUKSI TEKNIK PENGUMPULAN DATA KESIMPULAN
“…Lagi meningkat. Sekarang 144 kasus per Terjadi peningkatan kasus yang pada Teknik Wawancara Mendalam & Tren kasus konfirmasi Di Kota
tanggal 14 september 2020 ini. Ada 100 yang saat ini per tanggal 14 september 2020 Dokumentasi. Palopo mengalami peningkatan
sembuh, 8 yang meninggal dunia, yang lain ada yaitu sebanyak 144 kasus konfirmasi dimulai pada bulan Juli. Adanya tes
yang dirawat di rumah sakit dan diisolasi positif dengan 8 kasus kematian PCM di salah satu rumah sakit di
mandiri…” (MI, 48 Tahun-Juru Bicara Satgas sementara kasus konfirmasi yang Kota Palopo yaitu rumah sakit
Covid-19 Kota Palopo) lainnya sedang di rawat di rumah sakit Sawerigading juga menjadi alasan
maupun melakukan isolasi mandiri. adanya penambahan kasus yang
“…Maret sampai September kita sebenarnya Pada bulan maret sampai September meningkat. Hal ini dikarenakan
ada tren kenaikan kasus dan case fatality rate terdapat tren kenaikan kasus dengan adanya pemeriksaan specimen
kita juga semakin meningkat jadi jumlah kasus case fatality raet yang juga meningkat. dengan cepat dan banyaknya
sampai hari ini adalah 144 tanggal 14 Dengan jumlah kasus per tanggal 14 sampel diperiksa menyebabkan
september 2020. Jumlah meninggal ada 8. jadi september 2020 sebanyak 144 kasus adanya kasus tiap harinya.
untuk penangananya kita sama ji edukasi ee dengan 8 jumlah kematian. Sementara Sementara faktor lain yang juga
pada masyarakat terus ada perwal yang dibuat penanganan yang dilakukan dengan menentukan yaitu kesadaran
untuk pendisiplinan apa lagi namanya tetap melakukan edukasi kepada masyarakat yang mulai kurang
pelaksaan protokol kesehatan penanggulangan masyarakat. Terdapat perwal yang serta tidak adanya pembatasan
covid yang sudah dilaksanakan lintas sektor dikeluarkan oleh pemerintah daerah pada akses keluar masuk Kota
termasuk untuk pelaksanaan utamanya itu dari untuk pendisiplinan protokol kesehatan Palopo bagi para pendatang dari
satpol pp jadi itu setiap hari saat ini satpol pp penanggulangan covid yang telah luar daerah.
melakukan swiping pada masyarakat jadi dilaksanakan oleh lintas sektor. Saat ini
semuanya masyarakat yang tidak satpol pp melakukan swiping kepada
menggunakan masker itu didenda sesuai yang masyarakat yang tidak menggunakan
tertera di perwal nomor 10 tahun 2020. Kita masker sesuai dengan perwal nomor
sekarang rata-rata 3 atau 4 kasus per hari. 10 tahun 2020. Saat ini penambahan
Seandainya kita bisa semua periksa sampel di kasus per harinya yaitu 3 sampai 4
KRITERIA EPIDEMIOLOGI
Tren Kasus Konfirmasi Baru Dari Puncak Tertinggi Selama 3 Minggu Berturut-Turut dan Terus Menurun Pada Minggu-Minggu Selanjutnya.
JAWABAN INFORMAN REDUKSI TEKNIK PENGUMPULAN DATA KESIMPULAN
sawerigading tiap hari mungkin itu ta 5 ta 6, kasus per hari. Tetapi jika di rumah
hanya kita kan kirim separuh nanti 3 hari baru sakit sawerigading dapat melakukan
ada…” (SA, 38 Tahun-Perencanaan, Data, pemeriksaan tiap harinya maka
Pakar, dan Analisis Satgas Covid-19 Kota memungkinkan penambahan kasus
Palopo) dapat bertambah 5 atau 6 kasus tiap
harinya. Jadi sampel diperiksa hanya
setengah dari jumlah sampel yang
diambil specimen dan dilakukan
pengiriman sampel setengahnya yang
membutuhkan waktu 3 smapai 4 hari
untuk hasilnya.
“…Ee ini kita kalau mulai dari lintang juli Mulai bulan juli tren kasus sudah
kemarin itu sudah naik. karena sudah ada pcm meningkat. Dikarenakan telah
jadi amat sangat membantu kasusnya juga tersedianya PCM yang sangat
cepat diketahui jadi kita banyak tracing nah membantu untuk hasil yang cepat
tracing itu karena kita aktif yah sudah jadi itu sehingga tracing juga aktif dilakukan.
tinggi kasusnya. Sampai jadi zona merah. Saat ini Kota Palopo masuk zona
Meningkat ini kasus ini perhari. Mungkin itu juga merah. Asalan lain yang
dulu karena ada pembatasan sekarang kan memungkinkan dikarenkan dulunya
sudah lalu lalang orang. Mungkin juga orang terdapat pembatasan di 3 pintu masuk
sudah jenuh mengaku ini sudah biasa Kota Palopo . hal juga yang menjadi
kesadaran itu sudah mulai mengikis. Sekarang alasan karena masyarakat sudah mulai
itu di tempa-tempat makan itu sudah ramai jenuh sehingga kesadaran mulai
dulukan hampir tidak ada. Itu lagi dikembalikan mengikis.
lagi kesadaran…” (SH, 42 Tahun-Operasi
Satgas Covid-19 Kota Palopo)
“…Mengenai kasus konfirmasi itu ada Penambahan kasus konfirmasi
pengaruhnya sama ini new normal dengan berhubungan dengan kebijakan new
adanya new normal sesuai dengan perwal pak normal. Penyebab lainnya juga
walikota jadi meningkat kasus karena dikarenakan adanya informasi yang
masyarakat itu kayaknya ada yang memberikan menyesatkan dikalangan masyarakat
KRITERIA EPIDEMIOLOGI
Tren Kasus Konfirmasi Baru Dari Puncak Tertinggi Selama 3 Minggu Berturut-Turut dan Terus Menurun Pada Minggu-Minggu Selanjutnya.
JAWABAN INFORMAN REDUKSI TEKNIK PENGUMPULAN DATA KESIMPULAN
informasi yang menyesatkan seperti ini yang menganggap bahwa covid-19
dianggap bahwa covid ini adalah ada unsur adalah suatu unsur proyek dari
politiknya ada unsur proyek itu faktornya pemerintah. Maka peningkatan kasus
disengaja oleh pemerintah itu yang yang terjadi tidak bisa hanya di atasi
menyesatkan masyarakat sehingga petugas oleh petugas keehatan saja tanpa kerja
kesehatan itu tidak bisa bekerja dengan sama dari stakeholder.
sendirinya tanpa dukungan stakeholder…” (ML,
57 Tahun-Pencegahan Satgas Covid-19 Kota
Palopo)
“..Di kota palopo ini ee kasusnya sekarang Di Kota Palopo ini kasus konfirmasi
memang bertambah terus…” sedang mengalami peningkatan.
(ID, 28 Tahun-Penanganan Satgas Covid-19
Kota Palopo)
“…Sekarang itu banyak kasus sudah 100an Saat ini kasus sudah terdapat 100 lebih
lebih, 8 mi meninggal…” (AR, 35 Tahun- kasus konfirmasi dengan 8 kasus
Koordinator Lapangan Satgas Covid-19 Kota kematian.
Palopo)
“…Perkembangannya akhir-akhir ini bertambah Perkembangan kasus konfirmasi saat
terus kasusnya karena begitumi juga sekarang ini terus bertambah yang disebabkan
sudah bebas keluar masuk…” (SS, 48 Tahun- oleh bebasnya akses keluar masuk di
Pelaksana Program Penanggulangan Covid- daerah.
19 Kota Palopo)
“…Kalau kasus disini ee karena itu kan Perkembangan kasus konfirmasi
tergantung dari pemeriksaan tergantung dari meningkat bergantung dari banyaknya
permintaan toh. Lumayan sih banyak…” (IA, 36 permintaan pemeriksaan dengan kasus
Tahun- Pelaksana Program Penanggulangan yang lumayan banyak pada saat ini
Covid-19 Kota Palopo)
KRITERIA EPIDEMIOLOGI
Jumlah Spesimen Positif Pada Semua Kasus Dalam 2 Minggu Terakhir
JAWABAN INFORMAN REDUKSI TEKNIK PENGUMPULAN DATA KESIMPULAN
“…Saat ini 144 kasus positif…” (MI, 48 Tahun- Jumlah specimen positif saat ini 144 Teknik Wawancara Jumlah specimen positif dalam 2 minggu
Juru Bicara Satgas Covid-19 Kota Palopo) kasus. Mendalam & Dokumentasi. terakhir meningkat dengan jumlah kasus
“…Yah itu kalo positif konfirmasi itu sampai hari Saat ini per tanggal 14 september 2020 per tanggal 14 september 2020 yaitu 144
ini per tanggal 14 september 2020 144 kasus yaitu 144 kasus positif. kasus positif dan rentang tanggal 17
positif…” september 2020 kasus sebanyak 161
(SA, 38 Tahun-Perencanaan, Data, Pakar, kasus. Jumlah kasus masih bertambah
dan Analisis Satgas Covid-19 Kota Palopo) dikarenakan masih adanya penambahan
“…Sekarang sudah 100 lebih sekarang. Saat ini kasus sebanyak 100 lebih pemeriksaan spesimen.
Bertambah terus tiap hari jadi kita tracing itu tiap kasus yang bertambah tiap harinya
hari lumayan…” sehingga tracing kontaknya juga
(SH, 42 Tahun-Operasi Satgas Covid-19 Kota banyak.
Palopo)
“…Jumlah penderitanya itu ada datanya di pak Data mengenai covid-19 saat ini
SA. Ada sembuh sekian ada yang meninggal dikelolah oleh tim yang menangani.
sekian ada yang ee semantara dirawat sekian
ada memang dokumennya pada tim yang
menangani…”
(ML, 57 Tahun-Pencegahan Satgas Covid-19
Kota Palopo)
“…kalo jumlahnya bertambah terus positif…” Jumlah kasus positif terus bertambah.
(ID, 28 Tahun-Penanganan Satgas Covid-19
Kota Palopo)
“…jumlahnya itu dilaporkan kemarin 100an lebih Data pelaporan kasus positif sudah
tapi bertambah lagi itu, sudah banyak sekali mencapai 100 lebih yang bertambah
sekarang tiap hari dilaporkan..” terus dan dilaporkan tiap harinya.
(AR, 35 Tahun-Koordinator Lapangan Satgas
Covid-19 Kota Palopo)
“…kalau tidak salah sesuai data itu bertambah Kasus konfirmasi masih bertambah
lagi kasus konfirmasi 6 kemarin jadi 161 kasus dengan data per tanggal 17 september
per tanggal 17 september 2020, kalau 2020 kasus sebanyak 161 kasus.
KRITERIA EPIDEMIOLOGI
Jumlah Spesimen Positif Pada Semua Kasus Dalam 2 Minggu Terakhir
JAWABAN INFORMAN REDUKSI TEKNIK PENGUMPULAN DATA KESIMPULAN
kemarinnya bertambah juga..”
(SS, 48 Tahun-Pelaksana Program
Penanggulangan Covid-19 Kota Palopo)
“…Kalau positif dari awal itu sekitar 170an Kasus konfirmasi positif saat ini
mungkin bertambah karena ada lagi katanya mencapai 170 kasus dengan kasus
pemeriksaan kemarin itu tambah 5 jadi mungkin yang masih bertambah dikarenakan
hamper 200an lah…” terdapat hasil pemeriksaan tambahan
(IA, 36 Tahun- Pelaksana Program yang perkiraan kasus mencapai 200.
Penanggulangan Covid-19 Kota Palopo)

KRITERIA EPIDEMIOLOGI
Jumlah Spesimen Positif Covid-19 Pada Penyakit Seperti Influenza dan Infeksi Saluran Pernapasan Akut Yang Parah Dalam 2 Minggu Terakhir
JAWABAN INFORMAN REDUKSI TEKNIK KESIMPULAN
PENGUMPULAN DATA
“…Jumlahnya yah kurang tau berapa tapi Tidak disebutkannya berapa jumlah Teknik Wawancara Jumlah Spesimen Positif Covid-19 Pada
gejalanya seperti itu bahkan ada banyak yang kasus dengan gejala seperti seperti Mendalam & Dokumentasi. Penyakit Seperti Influenza Dan Infeksi
sesak juga ya. Ada juga yang penyakit jantung, influenza dan saluran pernapasan akut Saluran Pernapasan Akut Yang Parah
ada diabetes, ada juga penyakit penyerta yang parah dengan beberapa penyakit Dalam 2 Minggu Terakhir tidak dipaparkan
lainnya seperti si A dan lain-lainlah…” lainnya. untuk jumlahnya tetapi terdapat beberapa
(MI, 48 Tahun-Juru Bicara Satgas Covid-19 pasien dengan menderita penyakit tersebut.
Kota Palopo) Akan tetapi untuk Kota Palopo sendiri
mayoritas pasien konfirmasi positif dengan
“…Kalo jumlahnya tidak ada disebutkan berapa, Tidak disebutkannya berapa jumlah tanpa gejala.
tapi seperti itu ada…” kasus dengan gejala seperti seperti
(SA, 38 Tahun-Perencanaan, Data, Pakar, influenza dan saluran pernapasan akut
dan Analisis Satgas Covid-19 Kota Palopo) yang parah tetapi merupakan mayoritas
penyakit yang diderita.
“…Untuk palopo sendiri sebenarnya dek lebih Kota Palopo untuk kasus konfrimasi
banyak sebenarnya yang tanpa bergejala. lebih mayoritas dengan tanpa gejala.
KRITERIA EPIDEMIOLOGI
Jumlah Spesimen Positif Covid-19 Pada Penyakit Seperti Influenza dan Infeksi Saluran Pernapasan Akut Yang Parah Dalam 2 Minggu Terakhir
JAWABAN INFORMAN REDUKSI TEKNIK KESIMPULAN
PENGUMPULAN DATA
Kalau sekarang lebih banyak ditemukan itu sedangkan untuk beberapa kasus
orang yang dirumah sakit yang sudah ada konfirmasi ditemukan di rumah sakit
indikasi penyakit lainnya yang awalnya. Tapi dengan penyakit yang telah diderita
kalau mau dibandingkan lebih banyak yang sebelumnya.
tanpa gejala…”
(SH, 42 Tahun-Operasi Satgas Covid-19 Kota
Palopo)

“…Jumlahnya hmm tidak tau berapa.. tapi kalau Tidak disebutkannya berapa jumlah
orang yang sudah pengalaman itu yang kenna kasus dengan gejala seperti seperti
saya wawancarai langsung gejala awalnya itu influenza dan saluran pernapasan akut
dia rasakan itu sakit seluruh badannya, nafsu yang parah, tetapi ditemukannya kasus
makannya berkurang kemudian dia gelisah dengan gejala seperti sakit seluruh
batuk kemudian sesak ciri khasnya itu sesak badan, nafsu makan berkurang,
diseratai dengan flu berlendir dia punya gelisah, batuk dan desertai flu yang
dahak…” berlendir.
(ML, 57 Tahun-Pencegahan Satgas Covid-19
Kota Palopo)

“…Ee kalo kami ini sampai sekarang ee juga Saat ini tidak disebutkannya berapa
belum ada laporan seperti itu cuman jumlah jumlah kasus dengan gejala seperti
positif saja..” seperti influenza dan saluran
(ID, 28 Tahun-Penanganan Satgas Covid-19 pernapasan akut yang parah
Kota Palopo)
“…Kurang tau kalau itu..” Tidak terlalu memahami mengenai
(AR, 35 Tahun-Koordinator Lapangan Satgas berapa jumlah kasus dengan gejala
Covid-19 Kota Palopo) seperti seperti influenza dan saluran
pernapasan akut yang parah
“…jumlahnya tidak ada. Cuman salah satu itu Tidak disebutkannya berapa jumlah
KRITERIA EPIDEMIOLOGI
Jumlah Spesimen Positif Covid-19 Pada Penyakit Seperti Influenza dan Infeksi Saluran Pernapasan Akut Yang Parah Dalam 2 Minggu Terakhir
JAWABAN INFORMAN REDUKSI TEKNIK KESIMPULAN
PENGUMPULAN DATA
penyakitnya sesuai dengan hasil labnya dokter kasus dengan gejala seperti seperti
itu yang ada penyakit penyertanya toh termasuk influenza dan saluran pernapasan akut
itu sesak panas apalagi jantung gula. Termasuk yang parah. Akan tetapi mayoritas
itu semua…” penyakit yang diderita disertai dengan
(SS, 48 Tahun-Pelaksana Program penyakit penyertanya.
Penanggulangan Covid-19 Kota Palopo)
“…Tidak semua. Ada istilahnya yang tanpa Tidak semua kasus konfirmasi dengan
gejala. Cuman kebanyakan itu yang masuk itu gejala influenza maupun sesak nafas.
kan di skrining lewat rapid kalau rapinya reaktif Dimana pada kasus pasien yang ingin
langsung ada pengajuan usulan untuk swab melakukan operasi maka dilakukan
nah disitu yang menentukan tapi kan kebijakan pengambilan spesimen maka hal
rumah sakit hampir semua kayaknya setiap tersebut sangat menentukan gejala
pasien yang mau operasi ataukah yang mau yang dideritanya.
melahirkan wajib periksa rapid nah dirapidnya
itu yang menentukan biasa di swab atau
tidaknya. Kalau rapidnya reaktif langsung di
swab kalau ee pasiennya setuju karena banyak
juga pasien begitu yang tidak setuju. Tapi kalau
pasiennya di rapid direaktif langsung di
masukkan di ruang isolasi…”
(IA, 36 Tahun- Pelaksana Program
Penanggulangan Covid-19 Kota Palopo)
KRITERIA EPIDEMIOLOGI
Asal Kasus Konfirmasi dan Waktu Mengidentifikasi Kelompok Klasternya.
JAWABAN INFORMAN REDUKSI TEKNIK KESIMPULAN
PENGUMPULAN DATA
“…Kasusnya dari kontaknya Per tanggal 14 september 2020, jumlah Teknik Wawancara Jumlah kasus kematian, baik kasus
kebanyakan.Biasanya kalau dapat biasanya kasus positif yang meninggal sebanyak Mendalam & Dokumentasi. probable maupun kasus konfirmasi pada
paling lama 2 hari lah. Paling lama ya bisa juga 8 kasus sementara kasus probable rentang tanggal 14 sampai 18 september
di dapat sebentar misalnya dia tergantung juga yang meninggal sebanyak 2 kasus. 2020 sebanyak 9 kasus sementara
ini biasanya di rumah sakit dia langsung cek toh probable sebanyak 2 kasus kematian
diambil sampelnya biasa dari lapkesda ambil dengan berbeda-beda pada penyebab
biasa juga dari kalo dari rs sawerigading dia setiap kematian kasus.
sendiri yang ambil…”
(MI, 48 Tahun-Juru Bicara Satgas Covid-19
Kota Palopo)
“..Kan kita sekarang sudah transmisi lokal. Per tanggal 14 september 2020, jumlah
Kalau setiap kasus baru itu bisa memakan kasus positif yang meninggal sebanyak
waktu sampai 2 hari untuk menemukan kontak 8 kasus sementara kasus probable
erat. Kontaknya ini rata-rata dari situ ji juga yang meninggal sebanyak 2 kasus.
keluarganya, temannya. kemudian di swab bisa
sampai 2 atau 3 hari baru kita menemukan
kasus-kasus baru biasanya dari kontak erat
kasus baru konfirmasi positif kalau sampai
dengan hasilnya toh pemeriksaannya kan hasil
positif itu sekarang kan kita ada 2 pemeriksaan
sekarang ada di sawerigading ee kita juga biasa
kirim di BBLK (Balai Besar Laboratorium
Kesehatan) makassar. Ini BBLK yang memakan
waktu lama itu biasa 2 sampai 3 hari baru
keluar hasil. Kalau sawerigading pagi kita bawa
malam sudah keluar hasilnya. Itu tes PCM kalau
sawerigading tes cepat molikuler untuk covid-
19…”
(SA, 38 Tahun-Perencanaan, Data, Pakar,
dan Analisis Satgas Covid-19 Kota Palopo)
KRITERIA EPIDEMIOLOGI
Asal Kasus Konfirmasi dan Waktu Mengidentifikasi Kelompok Klasternya.
JAWABAN INFORMAN REDUKSI TEKNIK KESIMPULAN
PENGUMPULAN DATA
“…Sebenarnya itu tergantung pekerjaannya, Per Per tanggal 14 september 2020,
jumlah orang dalam rumahnya. Karena kan jumlah kasus positif yang meninggal
misalnya begini misalnya dia dalam rumah sebanyak 8 kasus dengan jumlah
cuman 2 orang dan cuman ibu rumah tangga kasus konfirmasi sebanyak 100 lebih
otomatiskan sedikit juga kontaknya tapi kalau kasus positif.
sudah bekerja terus anaknya juga bekerja ini
otomatis tracingnya panjang biasanya kita itu
klaster yang paling lama itu 2 hari tapi biasa
juga 1 hari selesai kalau sedikit…”
(SH, 42 Tahun-Operasi Satgas Covid-19 Kota
Palopo)
“…Hmm seperti keluarganya kalau ada yang Per tanggal 16 september 2020, jumlah
sudah positif itu kalau mau di rapid itu nanti kasus positif yang meninggal sebanyak
setelah 4 hari baru bisa di rapid tetapi itu kan 8 kasus.
isolasi. Pertama itu kalau sudah ada
keluarganya yang positif itu maka keluarga yang
lain itu di isolasi sebelum dia di ambil rapidnya
kecuali kalau mau di swab langsung di tindaki
kalau dia itu penderita langsung di ee.. swab di
rumah sakit sawerigading karena hasilnya
sudah cepat itu sudah ada. Kalau penderitanya
masih tanpa gejala itu ee.. dilabkesda karena
dibawa lagi swabnya ke Makassar karena itu
kan tidak terlalu berat yah dianggap bahwa
tidak terlalu membahayakan kalau tidak
secapatnya diambil hasilnya kecuali kalau dia
sudah penderita itu maka dia swabnya itu di
periksa sawerigading karena 2 jam atau 1 jam
itu sudah ada hasilnya. Kalau semua mau
diarahkan ke sawerigading, di sawerigading
KRITERIA EPIDEMIOLOGI
Asal Kasus Konfirmasi dan Waktu Mengidentifikasi Kelompok Klasternya.
JAWABAN INFORMAN REDUKSI TEKNIK KESIMPULAN
PENGUMPULAN DATA
dikasih bahan itu hanya beberapa saja
jumlahnya tidak bisa semua kecuali kalau cito
baru secepatnya kalau dia sudah penderita…”
(ML, 57 Tahun-Pencegahan Satgas Covid-19
Kota Palopo)
“…Ee untuk mengidentfikasi klasternya sa kira Secara keseluruhan jumlah kematian
ee dari dinas kesehatan juga kemarin sama sebanyak 8 kasus.
kita, kita tracing dulu diliat dan untuk
mengetahui klasternya dimana, dinas
kesehatan juga ee kembali ee menanyakan
sama ee siapa namanya sama apa pasiennya
ee sudah dari mana ditracing akhirnya ketemu
dimana..”
(ID, 28 Tahun-Penanganan Satgas Covid-19
Kota Palopo)
“…Ee sebenarnya kalau sudah kita tau adami 1 Per tanggal 18 september 2020, jumlah
yang misalnya positif tim puskesmas langsung kasus positif yang meninggal sebanyak
turun ada surveilansnya teman puskesmas 9 kasus dengan kasus kematian pada
yang turun tracing semua…” saat perjalanan rujukan ke rumah sakit
(AR, 35 Tahun-Koordinator Lapangan Satgas rujukan dan kasus lainnya meninggal
Covid-19 Kota Palopo) pada saat perawatan di rumah.
“…Cepat itu. Ada informasi dari dinas dan Terdapat data mengenai jumlah kasus
rumah sakit langsung kita tindaklajuti ke wilayah kematiannya yang total keseluruhan
masing-masing alamatnya itu kerja sama lagi sudah cukup banyak.
dengan RT RW pak lurah babinsa ee semua itu.
Jadi kami ada salah satu tim yang turun tim
puskesmas lurah babinsa rt rw polisi semuanya
turun itu kalau ada informasi kalau ada positif
kita sama-sama turun…”
KRITERIA EPIDEMIOLOGI
Asal Kasus Konfirmasi dan Waktu Mengidentifikasi Kelompok Klasternya.
JAWABAN INFORMAN REDUKSI TEKNIK KESIMPULAN
PENGUMPULAN DATA
(SS, 48 Tahun-Pelaksana Program
Penanggulangan Covid-19 Kota Palopo)
“…Biasanya si kalau kemarin ada kasus Jumlah kasus kematian mencapai 8
pasiennya positif 3 atau 4 hari kemudian diswab kasus.
kontaknya baru ditemukanmi kalau ada yang
positif…”
(IA, 36 Tahun- Pelaksana Program
Penanggulangan Covid-19 Kota Palopo)

KRITERIA EPIDEMIOLOGI
Jumlah Kasus Kematian, Baik Kasus Probable Maupun Kasus Konfirmasi Dalam 3 Minggu Terakhir.
JAWABAN INFORMAN REDUKSI TEKNIK KESIMPULAN
PENGUMPULAN DATA
“…Kalau yang positif 8 yang meninggal. Kalo Per tanggal 14 september 2020, jumlah Teknik Wawancara Jumlah kasus kematian, baik kasus
yang probable 2 per tanggal 14 september kasus positif yang meninggal sebanyak Mendalam & Dokumentasi. probable maupun kasus konfirmasi pada
2020…” 8 kasus sementara kasus probable rentang tanggal 14 sampai 18 september
(MI, 48 Tahun-Juru Bicara Satgas Covid-19 yang meninggal sebanyak 2 kasus. 2020 sebanyak 9 kasus sementara
Kota Palopo) probable sebanyak 2 kasus kematian
“Kematian itu sekarang ada 8 kasus kematian Per tanggal 14 september 2020, jumlah dengan berbeda-beda pada penyebab
karena covid. Probable itu ada 2 tanggal 14 kasus positif yang meninggal sebanyak setiap kematian kasus.
september 2020. probable itu 1 dia suspek tapi 8 kasus sementara kasus probable
dia menolak untuk dilakukan swab dia yang meninggal sebanyak 2 kasus.
meninggal makanya dia dikatakan probable…”
(SA, 38 Tahun-Perencaan, Data, Pakar, dan
Analisis Satgas Covid-19 Kota Palopo)
“…Hari ini 14 september 2020 sudah 8 dari 100 Per Per tanggal 14 september 2020,
lebih kasus positif…” jumlah kasus positif yang meninggal
(SH, 42 Tahun-Operasi Satgas Covid-19 Kota sebanyak 8 kasus dengan jumlah kasus
KRITERIA EPIDEMIOLOGI
Jumlah Kasus Kematian, Baik Kasus Probable Maupun Kasus Konfirmasi Dalam 3 Minggu Terakhir.
JAWABAN INFORMAN REDUKSI TEKNIK KESIMPULAN
PENGUMPULAN DATA
Palopo) konfirmasi sebanyak 100 lebih kasus
positif.
“…Untuk kota palopo hari ini 16 september Per tanggal 16 september 2020, jumlah
2020 yang meninggal itu sudah 8 orang…” kasus positif yang meninggal sebanyak
(ML, 57 Tahun-Pencegahan Satgas Covid-19 8 kasus.
Kota Palopo)
“…Kalau jumlah kematiannya ee.. secara Secara keseluruhan jumlah kematian
keseluruhan sudah 8 kayaknya..” sebanyak 8 kasus.
(ID, 28 Tahun-Penanganan Satgas Covid-19
Kota Palopo)
“…Kalau kematian ini sudah 9 meninggal Per tanggal 18 september 2020, jumlah
tanggal berapa hari ini ee.. 18 september 2020. kasus positif yang meninggal sebanyak
kemarin itu pasien sementara perjalanan ke 9 kasus dengan kasus kematian pada
Makassar meinggal di jalan satu orang, satu itu saat perjalanan rujukan ke rumah sakit
pasien dirumahnya karena dia keluar paksa dari rujukan dan kasus lainnya meninggal
rumah sakit. Ada satu orang itu di carede pada saat perawatan di rumah.
sempat ricuh. Kita dengar berkelahi orang gara-
gara tidak terima dibilangi warganya positif…”
(AR, 35 Tahun-Koordinator Lapangan Satgas
Covid-19 Kota Palopo)
“…Kalau kasus kematiannya itu berapa itu Terdapat data mengenai jumlah kasus
sekarang hmm… lumayan juga itu ada kematiannya yang total keseluruhan
datanya…” sudah cukup banyak.
(SS, 48 Tahun-Pelaksana Program
Penanggulangan Covid-19 Kota Palopo)
“…Kasus kematian itu sudah 8 kira-kira Jumlah kasus kematian mencapai 8
kemarin..” kasus.
(IA, 36 Tahun- Pelaksana Program
Penanggulangan Covid-19 Kota Palopo)
KRITERIA EPIDEMIOLOGI
Jumlah Pasien Dirawat Dan Kasus Kritis Yang Butuh ICU Pada Kasus Konfirmasi Dalam 2 Minggu Terakhir.
JAWABAN INFORMAN REDUKSI TEKNIK KESIMPULAN
PENGUMPULAN DATA
“…Rata-rata kita ini dirujuk ke Makassar Rata- Mayoritas pasien konfirmasi adalah Teknik Wawancara Pada pasien yang membutuhkan perawatan
rata isolasi mandiri kalau di palopo rata rata kita pasien yang dilakukan rujukan ke Mendalam & Dokumentasi. dan kritis yang butuh icu pada kasus
rujuk ke Makassar semua kan ada itu intruksi rumah sakit di Kota Makassar sesuai konfirmasi akan dilakukan rujukan di rumah
dari gubernur bahwa semua yang positif semua dengan instruksi dari gubernur sakit rujukan di Kota Makassar dengan
dirujuk dulu ke Makassar jadi ee.. banyak yang sementara untuk beberapa kasus lain syarat memungkinkan untuk dirujuk jika
meninggal di Makassar ada juga yang dilakukan isolasi mandiri sedangkan tidak maka akan dilakukan penanganan
meninggal di jalan. Ada 2 yang meninggal di untuk data kasus kematiannya sendiri terlebih dahulu kemudian dilakukannya
perjalanan. Ada juga yang sebenarnya KTP berbeda-beda. rujukan. Dikarenakan Kota Palopo hanya
palopo tapi meninggal di Makassar. Dia sudah sebagai rumah sakit penyangga dimana
lama di Makassar jadi bukan disini toh jadi pada pasien yang kritis mayoritas adalah
beberapa juga data seperti itu. Ada juga yang pasien yang meninggal. Sementara kasus
sudah lama di Makassar hmm.. sakit di lain hanya dilakukan isolasi mandiri dirumah
Makassar meninggal di Makassar terus ada masing-masing.
yang masuk di data di palopo yah macam-
macam juga. Jadi macam-macam…” (MI, 48
Tahun-Juru Bicara Satgas Covid-19 Kota
Palopo)
“…Rata-rata pasien yang meninggal itu dirawat Mayoritas pasien yang membutuhkan
butuh icu memang kritis makanya meninggal. perawatan dan membutuhkan ICU
Yang probable kemarin itu yang 1 yang dirawat adalah pasien yang meninggal akibat
di Makassar menolak swab terus meninggal…” covid-19.
(SA, 38 Tahun-Perencaan, Data, Pakar, dan
Analisis Satgas Covid-19 Kota Palopo)
“…Kalau dia ditemukan dengan penyakit Pasien yang membutuhkan perawatan
penyertanya di rumah sakit. Itu ee.. lumayan ya dan butuh icu adalah pasien yang
KRITERIA EPIDEMIOLOGI
Jumlah Pasien Dirawat Dan Kasus Kritis Yang Butuh ICU Pada Kasus Konfirmasi Dalam 2 Minggu Terakhir.
JAWABAN INFORMAN REDUKSI TEKNIK KESIMPULAN
PENGUMPULAN DATA
sekarang itu di karena kemarin kayak kemarin ditemukan adalah pasien dengan
itu jumlah yang diperiksa itu 5, positif 4 lumayan penyakit penyertanya.
tinggi. Kan sekarang itu rata-rata yang di
rumah sakit itu yang diperiksa diperiksa
covidnya bahkan itu memang sudah standarnya
di rumah sakit…”
(SH, 42 Tahun-Operasi Satgas Covid-19 Kota
Palopo)
“…Rata-rata yang meninggal itu kritis tapi kami Mayoritas pasien yang meninggal
disini dirawat di Makassar…” adalah pasien yang kritis tetapi
(ML, 57 Tahun-Pencegahan Satgas Covid-19 perawatannya tidak dilakukan di Kota
Kota Palopo) Palopo.
“…Kalau yang dirawat saya kira dirujuk ke Pada pasien yang butuh perawatan
makassar yang lainnya itu yang orang tanpa maka akan dilakukan perawatan di
gejala yang kontak langsung dan kontak erat itu Kota Makassar sementara pada pasien
dirumah saja dan tidak ada ee.. apa keluhan dengan tanpa gejala maka akan
yang berarti sehingga dirumah saja…” dilakukan karantina dirumah masing-
(ID, 28 Tahun-Penanganan Satgas Covid-19 masing.
Kota Palopo)
“…Kalau kita kan misalnya kritis itu harus di Jika terdapat kasus kritis yang
rujuk di Makassar. Kita kan disini bukan rumah membutuhkan perawatan maka akan
sakit rujukan untuk penanganan covid jadi kalau dilakukan rujukan di Kota Makassar
ada pasien yang harus perawatan intensif yang dikarenakan di Kota Palopo bukan
perawatan extra toh harus ke Makassar kecuali merupakan rumah sakit rujukan untuk
kalau misalnya dia ee apa lagi namanya di ee.. pasien covid-19. Kecuali pada pasien
isolasi mandiri itu bisa dirumah…” yang isolasi mandiri dapat dilakukan di
(AR, 35 Tahun-Koordinator Lapangan rumah masing-masing.
Satgas Covid-19 Kota Palopo)
“…Kalau itu di rumah sakit yang tangani tapi Jika terdapat pasien konfirmasi positif
kalo ada positif dirujuk ke Makassar biasanya..” maka akan dilakukan rujukan di Kota
KRITERIA EPIDEMIOLOGI
Jumlah Pasien Dirawat Dan Kasus Kritis Yang Butuh ICU Pada Kasus Konfirmasi Dalam 2 Minggu Terakhir.
JAWABAN INFORMAN REDUKSI TEKNIK KESIMPULAN
PENGUMPULAN DATA
(SS, 48 Tahun-Pelaksana Program Makassar.
Penanggulangan Covid-19 Kota Palopo)
“…Kalau yang kritis itu kan disini bukan rumah Pada pasien dengan kondisi kritis
sakit rujukan dia cuman rumah sakit penyangga maka akan dilakukan rujukan
saja kalau disini kalau ada yang positif dikarenakan Kota Palopo hanya
langsung dirujuk cuman kalau perawatan covid sebagai rumah sakit penyangga bukan
disini cuman sekedar transit saja peyangga rumah sakit rujukan covid-19 jadi akan
kalau dia memungkikan untuk dirujuk ya dirujuk dilakukan rujukan jika pasien memiliki
kalau tidak memungkinkan untuk dirujuk kondisi yang memungkinkan untuk
misalkan kondisinya tidak bagus biasanya dilakukan rujukan dan jika tidak maka
ditangani dulu. Contohnya kemarin ada yang akan dilakukan penanganan terlebih
positif di kamar bersalin itukan ditunggu dulu dahulu kemudian dilakukan rujukan.
sampai dia melahirkan nah setelah itu baru bisa
dirujuk…”
(IA, 36 Tahun- Pelaksana Program
Penanggulangan Covid-19 Kota Palopo)

KRITERIA EPIDEMIOLOGI
Angka Kematian Karena Pneumonia Di Setiap Kelompok Usia.
JAWABAN INFORMAN REDUKSI TEKNIK KESIMPULAN
PENGUMPULAN DATA
“…Kasus kematian karena pneumonia itu Tidak mengetahui mengenai jumlah Teknik Wawancara Kasus kematian karena pneumonia
kurang tau ee.. tapi rata-rata pneumonia ini 8 pada kasus kematian karena Mendalam & Dokumentasi. mayoritas adalah kasus yang tercatat
orang ini saya tidak tau yang probable ya pneumonia tetapi mayoritas yang kematian akibat covid-19 dimana kasus
kayaknya rata-rata pneumonia ini semua ini meninggal akibat covid-19 adalah kematian adalah penderita dengan memiliki
yang meninggal…” (MI, 48 Tahun-Juru Bicara kasus pneumonia. penyakit penyertanya
Satgas Covid-19 Kota Palopo)
“…Yang saya liat kemarin datanya untuk Berdasarkan data untuk kasus
KRITERIA EPIDEMIOLOGI
Angka Kematian Karena Pneumonia Di Setiap Kelompok Usia.
JAWABAN INFORMAN REDUKSI TEKNIK KESIMPULAN
PENGUMPULAN DATA
pneumonia plus covid sudah ada 3 kasus yang pneumonia plus covid yang meninggal
sudah meninggal rata-rata meninggal yang sebanyak 3 kasus, akan tetapi yang
pneumonia…” (SA, 38 Tahun-Perencaan, meninggal mayoritas karena
Data, Pakar, dan Analisis Satgas Covid-19 pneumonia.
Kota Palopo)
“…Saya tidak tau lebih jelasnya. Rata-rata saya Tidak mengetahui mengenai jumlah
liat itu ada yang masuk dengan mag akut terus pada kasus kematian karena
yah memang juga yah batuk terus ada yang pneumonia. Akan tetapi mayoritas
dm. awalnya yah itu menurut pengakuannya penderita dengan keluahan berbeda-
dia. kalau untuk pneumonia ada tapi tidak beda namun terdapat kasus kematian
semua…” (SH, 42 Tahun-Operasi Satgas karena pneumona walaupun tidak
Covid-19 Kota Palopo) untuk semua kasus.
“…Ada juga tapi rata-rata sekarang dibahas Tidak mengetahui mengenai jumlah
covid jadi begitumi…” (ML, 57 Tahun- pada kasus kematian karena
Pencegahan Satgas Covid-19 Kota Palopo) pneumonia pada setiap kelompok usia
dikarenakan lebih terfokus pada data
kasus covid-19.
“…Kalo angka kematiannya karena memang Untuk data angka kematian karena
disini kita adalah kota tua banyak orang-orang pneumonia terdapat di rumah sakit.
tua disini tapi datanya itu di rumah sakit jadi
kurang tau ya..” (ID, 28 Tahun-Penanganan
Satgas Covid-19 Kota Palopo)
“…Kurang tau juga kalo itu…” (AR, 35 Tahun- Tidak mengetahui mengenai jumlah
Koordinator Lapangan Satgas Covid-19 Kota pada kasus kematian karena
Palopo) pneumonia di setiap kelompok usia.
“…Rata-rata yang meninggal itu karena Kasus kematian yang tercacat
pneumonia sepertinya.jadi yang meninggal mayoritas adalah karena pneumonia,
akibat covid itu sudah ada penyakit akan tetapi untuk kasus kematian
penyertanya…” (SS, 48 Tahun-Pelaksana akibat covid-19 adalah kasus kematian
Program Penanggulangan Covid-19 Kota yang disebabkan karena telah memiliki
KRITERIA EPIDEMIOLOGI
Angka Kematian Karena Pneumonia Di Setiap Kelompok Usia.
JAWABAN INFORMAN REDUKSI TEKNIK KESIMPULAN
PENGUMPULAN DATA
Palopo) penyakit penyertanya.
“…Banyak yang menderita pneumonia tp kalau Penderita penyakit pneumonia tercatat
yang meninggal mungkin beberapa. Andai tidak cukup banyak akan tetapi untuk kasus
ada covid dianggap biasa yang pneumonia yang meninggak terdapat beberapa
cuman kebetulan saat pandemic jadi saja.
pneumonia itu menakutkan sekali padahal
kalau dipikir tahun-tahun sebelumnya itu
pneumonia tb kan banyak sekali…” (IA, 36
Tahun- Pelaksana Program Penanggulangan
Covid-19 Kota Palopo)

KRITERIA SISTEM PELAYANAN KESEHATAN


Seluruh Pasien Covid-19 Memperoleh Tatalaksana Sesuai Standar
JAWABAN INFORMAN REDUKSI TEKNIK KESIMPULAN
PENGUMPULAN DATA
“…Iya kalau menurut kami ya sesuai standar Menurut kami pasien covid-19 Teknik Wawancara Seluruh pasien covid-19 memperoleh
karena itu kan rata-rata dirujuk ke Makassar memperoleh tatalksana sesuai standar Mendalam & Dokumentasi. tatalaksana sesuai standar dimana dalam
toh…” yang mayoritas pasien dilakukan penagannnya dilakukan mewajibakan
(MI, 48 Tahun-Juru Bicara Satgas Covid-19 rujukan di Kota Makassar. menggunakan protocol kesehatan yang
Kota Palopo) baik. Sementara untuk penanganan lebih
“…Iya. Jadi semua pasien covid-19 disini Seluruh pasien covid-19 semua lanjut pada pasien yang membutuhkan
semua tatalaksananya sesuai standar termasuk tatalaksananya dilakukan sesuai perawatan maka akan dilakukan rujukan di
yang bergejala dan tidak bergejala. Kalau yang dengan pedoman revisi-5 untuk smua Kota Makassar pada pasien tersebut.
tidak bergejala kita isolasi mandiri sesuai kasus bergejala maupun tidak
dengan pedoman revisi-5 dan itu tetap di bergejala dengan kasus yang tidak
pantau selama 10 hari dari petugas puskesmas bergejala dilakukan isolasi mandiri dan
jadi kalau dia ada perburukan gejala kita rujuk dilakukan pemantauan yang jika
dia di rumah sakit rujukan di Makassar tapi terdapat perburukan gejala maka
KRITERIA SISTEM PELAYANAN KESEHATAN
Seluruh Pasien Covid-19 Memperoleh Tatalaksana Sesuai Standar
JAWABAN INFORMAN REDUKSI TEKNIK KESIMPULAN
PENGUMPULAN DATA
tetap ji semua ditangani sesuai protocol dilakukan rujukan di rumah sakit
penanganan covid…” rujukan di Kota Makassar.
(SA, 38 Tahun-Perencaan, Data, Pakar, dan
Analisis Satgas Covid-19 Kota Palopo)
“…Kalau dirumah sakit harusnya tapi kita kan Jika pada rumah sakit maka baiknya
tidak bisa mengontrol karena rananya melakukan tatalaksana sesuai standar.
berbeda…”
(SH, 42 Tahun-Operasi Satgas Covid-19 Kota
Palopo)
“…Iya dia peroleh sesuai standar…” Pasien covid-19 memperoleh
(ML, 57 Tahun-Pencegahan Satgas Covid-19 tatalaksana sesuai standar.
Kota Palopo)
“…Iya. Ee.. kalau itu saya juga bisa katakan Pasien covid-19 memperoleh
sesuai karena ee.. sangat betul-betul kita tatalaksana sesuai standar
menerapkan yang namanya standar protokol dikarenakan di Kota Palopo
covid untuk dalam rangka penanganannya menerapkan standar protocol covid
sampai kepada ee.. setelah pasca ee apa dalam melakukan penanganannya.
orang tersebut kita nyatakan atau dinas Sementara kewaspadaan terbesar
kesehatan dalam hal ini disektornya adalah pola hidurp dari masyarakat
mengatakan bahwa sudah ee..negative baru setempat.
kita itupun masih warga kita himbau supaya kita
saling jaga yang sudah kenna juga jangan
terlalu berkeliaran karena kewaspadaan
sebenarnya yang paling besar itu antara
masyarakat dan masyarakat karena kita dari
satgas covid hanya selalu menghimbau
mengecek dan juga kita juga selalu turun ke
masyarakat melihat bagaimana pola hidup dari
masyarakat itu sendiri..”
(ID, 28 Tahun-Penanganan Satgas Covid-19
KRITERIA SISTEM PELAYANAN KESEHATAN
Seluruh Pasien Covid-19 Memperoleh Tatalaksana Sesuai Standar
JAWABAN INFORMAN REDUKSI TEKNIK KESIMPULAN
PENGUMPULAN DATA
Kota Palopo)
“…Kalau itu kan tergantung rumah sakit Tatalaksana pasien sangat bergantung
sebenarnya itu penangannya. Karena kalau di rumah sakit dalam melakukan
selama ini yah.. alhamdulillah setiap ada pasien penanganannya akan tetapi pasien
yang ee butuh perawatan dibawa kerumah sakit covid yang telah dilaporkan menerima
nanti rumah sakit yang ee arahkan. Kalau tatalaksana yang sesuai dimana pasien
misalnya rujukannya harus ke Makassar ke yang butuh perawatan maka akan
Makassar…” dilakukan rujukan ke Kota Makassar.
(AR, 35 Tahun-Koordinator Lapangan
Satgas Covid-19 Kota Palopo)
“…Iya makanya itu kita ini tim harus pakai APD, Pasien covid-19 memperoleh
masker cuci tangan, jaga jarak. Kita tim itu tatalaksana sesuai standar dimana
selalu sampaikan ke masyarakat tidak boleh pada tim dalam penanganan pasien
keluar kalau tidak pakai masker cuci tangan konfirmasi harus menerapkan protocol
jaga jarak dan pkoknya imunnya diperkuat. kesehatan dengan baik. Tim juga
Kemudian kalau ada yang dicurigai itu selalu mengeduksi ke masyarakat
disampaikan kalau jangan ada yang keluar mengenai protocol kesehatan covid-19.
rumah isolasi mandiri dulu ini perintah dari
pemerintah…”
(SS, 48 Tahun-Pelaksana Program
Penanggulangan Covid-19 Kota Palopo)
“…Iya tetap. Pelaksanaannya tetap…” Dilaksanakan tatalaksana yang sesuai
(IA, 36 Tahun- Pelaksana Program standar pada pasien covid-19.
Penanggulangan Covid-19 Kota Palopo)
KRITERIA SISTEM PELAYANAN KESEHATAN
Semua Pasien Bukan Covid-19 Yang Memiliki Kondisi Parah Memperoleh Tatalaksana Sesuai Standar.
JAWABAN INFORMAN REDUKSI TEKNIK KESIMPULAN
PENGUMPULAN DATA
“…Iya tetap kita skrining juga…” Pasien yang bukan covid-19 akan tetap Teknik Wawancara Pada pasien yang bukan covid-19 maka
(MI, 48 Tahun-Juru Bicara Satgas Covid-19 dilakukan skrining. Mendalam & Dokumentasi. akan dilakukan tatalaksana sesuai standar
Kota Palopo) tanpa membeda-bedakan setiap kasus yang
“…Kalau pasien yang bukan covid kita sudah jika hasil spesimen yang keluar ada dimana dalam penanganan
tidak melakukan penanganan terutama yang kita adalah pasien dengan swab negative diterapakannya protokol kesehatan yang
swab negative kecuali dia di rumah sakit tetap atau bukan covid-19 maka tidak lagi sesuai.
dia penanganan sesuai dengan diagnosis selain dilakukan penanganan akan tetapi jika
covid…” pasien tersebut berada pada rumah
(SA, 38 Tahun-Perencaan, Data, Pakar, dan sakit maka akan dilakukan
Analisis Satgas Covid-19 Kota Palopo) penanganan sesuai dengan diagnosis
selain covid.
“…Iya. Karena semenjak yang bukan covid itu Pasien yang bukan covid-19 akan
semua yang masuk di rumah sakit itu pasti akan dilakukan penanganan sesuai standar
dilakukan sesuai standar protocol kesehatan…” protokol kesehatan.
(SH, 42 Tahun-Operasi Satgas Covid-19 Kota
Palopo)
“…Semua pasien memperoleh tatalaksana Semua pasien memperoleh
sesuai standar karena ini juga kan ada dikatakan tatalaksana sesuai standar
orang tanpa gejala jadi pokoknya semua. Karena dikarenakan ditemukannya beberapa
itu dia jangan sampai kita anggap bahwa tidak kasus tanpa gejala jadi perlunya
ada penyakit yang diderita ini terus menularkan dilakukan pengananan yang sesuai.
ke orang lain…”
(ML, 57 Tahun-Pencegahan Satgas Covid-19
Kota Palopo)
“…Ya. Kalau yang tidak ee.. selama begini Semua kasus akan diterapkan
selama orang tersebut tidak ada keluhan saya protokol kesehatan dan tidak
kira ee.. dimana-mana juga pasti menerapkan membeda-bedakan setiap kasus yang
protokol kesehatan, kita dalam hal ini tidak ada ada.
membedakan. Kecuali ada sedikit apa ada gejala
yang dirasakan nah baru kita turun…”
KRITERIA SISTEM PELAYANAN KESEHATAN
Semua Pasien Bukan Covid-19 Yang Memiliki Kondisi Parah Memperoleh Tatalaksana Sesuai Standar.
JAWABAN INFORMAN REDUKSI TEKNIK KESIMPULAN
PENGUMPULAN DATA
(ID, 28 Tahun-Penanganan Satgas Covid-19
Kota Palopo)
“…Iya. Tetap anu ji. Jadi kalau pasien bukan Jadi, jika bukan pasien covid maka
covid tetap juga. Sebenarnya itu orang banyak akan tetap dilaksanakan tatalaksana
tidak mau walau cuman batuk dlu biasa takutmi sesuai standar. Dalam banyak kasus
itu periksa dirinya karena nanti dikira corona. terjadi masyarakat tidak lagi
Jadi banyak itu cuman dirumah saja yang memeriksakan diri ke fasyankes
penting dia minum vitamin tetapi kalau ktia tau dikarenakan faktor psikis, jadi banyak
ada yang begitu langsung ada yang melaporkan ditemukannya kasus yang melakukan
ee.. biarmi dia dirumah isolasi mandiri toh yang isolasi mandiri.
penting ee.. daya tahan tubuhnya minum vitamin
banyak-banyak…”
(AR, 35 Tahun-Koordinator Lapangan Satgas
Covid-19 Kota Palopo)
“…Iya pokoknya semua harus sesuai standar…” Semua tatalaksana harus sesuai
(SS, 48 Tahun-Pelaksana Program standar.
Penanggulangan Covid-19 Kota Palopo)
“…Kalau bukan covid juga tetap dilaksanakan…” Jika pasien bukan covid maka akan
(IA, 36 Tahun- Pelaksana Program tetap dilakukan tatalaksana sesuai
Penanggulangan Covid-19 Kota Palopo) standar.

KRITERIA SISTEM PELAYANAN KESEHATAN


Angka Kematian Akibat Penyakit Selain Covid-19 Di Rumah Sakit.
JAWABAN INFORMAN REDUKSI TEKNIK KESIMPULAN
PENGUMPULAN DATA
“…Kalau selain covid itu datanya saya tidak tau Terdapat data mengenai kematian Teknik Wawancara Terdapat data mengenai kematian selain
juga kalo itu tapi ada…” selain covid-19 tapi tidak mengetahui Mendalam & Dokumentasi. covid-19 tapi tidak mengetahui mengenai
(MI, 48 Tahun-Juru Bicara Satgas Covid-19 mengenai data tersebut. data tersebut. Namun banyak ditemukannya
KRITERIA SISTEM PELAYANAN KESEHATAN
Angka Kematian Akibat Penyakit Selain Covid-19 Di Rumah Sakit.
JAWABAN INFORMAN REDUKSI TEKNIK KESIMPULAN
PENGUMPULAN DATA
Kota Palopo) kasus meninggal seperti jantung maupun
“…Kalau angka kematian penyakit lain sampai Terdapat data mengenai kematian penyakit tidak menular lainnya. Semnetara
saat ini kita belum dapat datanya khusus karena selain covid-19 tapi tidak mengetahui kunjungan di rumah sakit berkurang yang
ee.. masih fokus sama data covid-19 tapi ada itu mengenai data tersebut dikarenakan juga mempengarui data angka kematian
tapi itu dirumah sakit…” terfokus pada data mengenai covid- penyakit.
(SA, 38 Tahun-Perencaan, Data, Pakar, dan 19.
Analisis Satgas Covid-19 Kota Palopo)
“…meninggal itu pasti ada bukan covid tapi tidak Terdapat data mengenai kematian
tau dek berapa…” selain covid-19 tapi tidak mengetahui
(SH, 42 Tahun-Operasi Satgas Covid-19 Kota mengenai data tersebut.
Palopo)
“…Banyak. Seperti penyakit penyakit menular Banyak ditemukan kasus kematian
penyakit-penyakit tidak menular. Kebanyakan selain bukan covid-19 seperti jantung
penyakit-penyakit tidak menular sekarang itu diabetes dan penyakit tidak menular
seperti jantung diabetes ya.. itu sekarang…” lainnya.
(ML, 57 Tahun-Pencegahan Satgas Covid-19
Kota Palopo)
“…Kalo angka kematian saya kira ee.. seperti Terdapat data mengenai kematian
biasa ada. Kalo jumlahnya tidak tau berapa juga. selain covid-19 tapi rumah sakit
Dirumah sakit itu mungkin lebih tau…” mungkin mengetahui mengenai data
(ID, 28 Tahun-Penanganan Satgas Covid-19 tersebut.
Kota Palopo)
“…Selama corona ini apa di banyak orang ee.. Selama pandemi data kasus
meninggal itu disangkut pautkan dengan ini. Jadi meninggal banyak disangkut-pautkan
tidak ditau mi penyakit ini mi ga yang betul betul dengan covid oleh karena itu tidak
murni misal tbc atau apa…” mengetahui lebih jelas mengenai data
(AR, 35 Tahun-Koordinator Lapangan Satgas tersebut.
Covid-19 Kota Palopo)
“…Ya.. ada tapi kita tidak tau bagaimana itu Terdapat data mengenai kematian
penyakit apa…” selain covid-19 tapi tidak mengetahui
KRITERIA SISTEM PELAYANAN KESEHATAN
Angka Kematian Akibat Penyakit Selain Covid-19 Di Rumah Sakit.
JAWABAN INFORMAN REDUKSI TEKNIK KESIMPULAN
PENGUMPULAN DATA
(SS, 48 Tahun-Pelaksana Program mengenai data tersebut.
Penanggulangan Covid-19 Kota Palopo)
“…Kayaknya selama pandemi ini kan jarang Selama pandemi dikarenakan pasien
pasien, tidak seperti sebelum pandemi disini yang melakukan perawatan di rumah
kadang satu minggu itu kalau ada satu. Karena sakit berkurang dikarenakan faktor
kan pasien juga kurang selama pandemi toh, psikis dan lain-laian maka data yang
kurang yang masuk ke rumah sakit mungkin meninggal juga berkurang.
karena faktor psikis takut Karena ini covid atau
bagaimana…”
(IA, 36 Tahun- Pelaksana Program
Penanggulangan Covid-19 Kota Palopo)

KRITERIA SISTEM PELAYANAN KESEHATAN


Sistem Pelayanan Kesehatan Dapat Mengatasi Peningkatan Kasus Covid-19.
JAWABAN INFORMAN REDUKSI TEKNIK KESIMPULAN
PENGUMPULAN DATA
“…Yah awal-awal kita zona hijau tapi karena Pada awal pandemi Kota Palopo Teknik Wawancara Sistem pelayanan kesehatan dapat
mungkin sekarang mungkin masyarakat adalah kategori kota dengan zona Mendalam & Dokumentasi. menangani peningkatan kasus covid-19
menganggap sudah new normal toh sudah hijau. Akan tetapi pada saat new dimana dilakukannya penanganan yang
normal nah ini yang banyak terjadi ini sekarang. normal masyarakat menanggapi cepat dan aktif dalam melakukan tracing
Kalau itu tadi sistem isolasi mandiri itu banyak dengan sikap yang biasa maka hal kontak, rujukan pasien, skrining maupun
yang kenna keluarganya, klaster keluarga ya…” tersebut juga mempengaruhi pemantauan kasus serta tersedianya
(MI, 48 Tahun-Juru Bicara Satgas Covid-19 perkembangan kasus yang dimana fasyankes yang terjangkau dan setiap saat.
Kota Palopo) banyaknya ditenmukan kasus dengan
klaster keluarga.
“…Kalau diliat dari fungsinya semua sudah Berdasarkan semua fungsinya maka
laksanakan semua untuk pencegahan. Cepat semua telah melaksanakan
dan aktif. Ketika ada kasus positif cepat pencegahan. Saat ini penanganan
KRITERIA SISTEM PELAYANAN KESEHATAN
Sistem Pelayanan Kesehatan Dapat Mengatasi Peningkatan Kasus Covid-19.
JAWABAN INFORMAN REDUKSI TEKNIK KESIMPULAN
PENGUMPULAN DATA
diadakan rujukan untuk mengantisipasi terjadi dilakukan cepat dan aktif, aktif dalam
penularan di daerah to makanya dia cepat penemuan kasus, tracing kontak dan
melakukan rujukan kalau rumah sakit sekarang melakukan rujukan serta cepat dan
sebenarnya dia sudah punya tempat isolasi aktif melakukan skrining dan
semua artinya pencegahan penularan sudah pemantauan kasus-kasus kontak erat
terkendali disana karena sudah tersedia ruang
isolasi. Kalau puskesmas kan lebih kepada ee..
surveilans, surveilans di puskesmas itu aktif tiap
hari melakukan skrining melakukan pemantauan
kasus-kasus misalnya dia kontak erat tetapi tidak
di swab dipantau sampai selesai jadi saya kira
masih optimal untuk melakukan upaya
pencegahan karena aktif juga tracing kontak
puskesmas dan penemuan kasus secara aktif
dilapangan itu lebih cepat menemukan kasus-
kasus baru supaya dia tidak menulari orang-
orang lain…”
(SA, 38 Tahun-Perencaan, Data, Pakar, dan
Analisis Satgas Covid-19 Kota Palopo)
“…Harusnya iya karena kan pada saat masuk Semua pelaksanannya dilakukan
skrining dulu itu kan maksudnya upaya dapat menangani kasus dimana selalu
pencegahan juga..” dilakukannya skrining sebagai upaya
(SH, 42 Tahun-Operasi Satgas Covid-19 Kota pencegahan.
Palopo)
“…Kita usahakan disini maksimal selalu turun Penanganan selalu dilaksanakan
tracing. Seperti ada yang positif kenalannya itu maksimal dimana selalu
keluarganya itu siapa yang dia temani dilakukanannya skrining.
berinteraksi pasien siapa yang dia temani kontak
itu lagi yang ditangani…”
(ML, 57 Tahun-Pencegahan Satgas Covid-19
KRITERIA SISTEM PELAYANAN KESEHATAN
Sistem Pelayanan Kesehatan Dapat Mengatasi Peningkatan Kasus Covid-19.
JAWABAN INFORMAN REDUKSI TEKNIK KESIMPULAN
PENGUMPULAN DATA
Kota Palopo)
“..Oh iya saya kira iya sangat begitu. Saya juga Pelaksanaan pencegahan dapat
setuju karena disini dari pelayanan kesehatan menangani peningkatan kasus
kita sangat dekat apa, faskes puskesmas itu dimana fasyankes yang tersedia
selalu standby jadi kami ada ee grup yang siaga sangat terjangkau dan selalu tersedia
mau jam berapa malampun mau jam berapa pun setiap saat.
kita hubungi, setiap ada orang pendatang kami
wajib melaporkan, diliat dulu semua dari suhu
tubuhnya atau apanya kalau memang bisa di
kasih tinggal, dikasih tinggal kalau memang tidak
dikasih pulang…”
(ID, 28 Tahun-Penanganan Satgas Covid-19
Kota Palopo)
“…Itu lagi kalo pelayanannya bisa mengatasi Pelayanan kesehatan dapat
Alhamdulillah…” menangani peningkatan kasus.
(AR, 35 Tahun-Koordinator Lapangan Satgas
Covid-19 Kota Palopo)
“…kalau kita yah sebisanya..” Selalu diusahakan dilakukan
(SS, 48 Tahun-Pelaksana Program penanganan.
Penanggulangan Covid-19 Kota Palopo)
“…Bisa karena istilahnya kan ada melalui sop Pelayanan kesehatan dapat
mereka masing-masingkan. Standar itu menjadi menangani peningkatan kasus dan
pegangan…” melalui sop penanganannya masing-
(IA, 36 Tahun- Pelaksana Program masing.
Penanggulangan Covid-19 Kota Palopo)
KRITERIA SISTEM PELAYANAN KESEHATAN
Terdapat Komite/Tim/ Koordinator PPI di Seluruh Fasyankes dan Penanggung Jawab PPI Di Seluruh Dinas Kesehatan Kota
JAWABAN INFORMAN REDUKSI TEKNIK KESIMPULAN
PENGUMPULAN DATA
“…Iya ada…” Terdapat komite/tim/koordinator PPI di Teknik Wawancara Terdapat komite/tim/koordinator PPI di
(MI, 48 Tahun-Juru Bicara Satgas Covid-19 seluruh fasyankes. Mendalam & Dokumentasi. seluruh fasyankes dimana pada rumah sakit
Kota Palopo) terdapat koordinator PPI semenatara pada
“…Kalau koordinatornya itu ada di rumah sakit Terdapat koordinator PPI di rumah puskesmas terdapat penanggung jawabnya
sawerigading. Yang jelas ada…” sakit sawergading.
(SA, 38 Tahun-Perencaan, Data, Pakar, dan
Analisis Satgas Covid-19 Kota Palopo)
“…Ada…” Terdapat komite/tim/koordinator PPI di
(SH, 42 Tahun-Operasi Satgas Covid-19 Kota seluruh fasyankes.
Palopo)
“…Ada itu, di semua rumah sakit, puskesmas. Terdapat komite/tim/koordinator PPI di
Karena semua rumah sakit itu puskesmas juga seluruh fasyankes dikarenakan seagai
ada standar-standarnya yang harus dipenuhi…” salah satu terdapat standar yang
(ML, 57 Tahun-Pencegahan Satgas Covid-19 harus dipenuhi.
Kota Palopo)
“…Ada tim-timnya…” Terdapat tim-tim PPI di seluruh
(ID, 28 Tahun-Penanganan Satgas Covid-19 fasyankes.
Kota Palopo)
“…Ada timnya itu…” Terdapat tim-tim PPI di seluruh
(AR, 35 Tahun-Koordinator Lapangan Satgas fasyankes.
Covid-19 Kota Palopo)
“…Ada. Kalau di tingkat puskesmas itu Terdapat penanggung jawab PPI di
penanggung jawabnya itu adalah surveilans…” puskesmas yaitu tim surveilans
(SS, 48 Tahun-Pelaksana Program penaganan covid-19.
Penanggulangan Covid-19 Kota Palopo)
“…Oh iya ada disini…” Terdapat komite/tim/koordinator PPI di
(IA, 36 Tahun- Pelaksana Program seluruh fasyankes.
Penanggulangan Covid-19 Kota Palopo
KRITERIA SISTEM PELAYANAN KESEHATAN
Seluruh Fasyankes Melakukan Skrining Terhadap Covid-19.
JAWABAN INFORMAN REDUKSI TEKNIK KESIMPULAN
PENGUMPULAN DATA
“…Iya rata-rata saya liat skrining semua itu rata- Mayoritas fasyankes melakukan Teknik Wawancara Skrining tetap dilakukan di fasyankes tetapi
rata itu…” skrining. Mendalam & Observasi. tidak lagi dilakukan dipintu masuk
(MI, 48 Tahun-Juru Bicara Satgas Covid-19 fasyankes namun pada rumah sakit hanya
Kota Palopo) dilakukan pada pasien yang jika ingin
“…Semua tetap mulai dari puskesmas skring Dari tingkat puskesmas maupun melakukan operasi.
rumah sakit juga skrining. Indikasinya itu ada rumah sakit melakukan skrining
tenda-tendanya toh tenda-tenda yang ada di dengan indikasi berupa tempat
rumah sakit itu puskesmas juga itu tempat skrining di pintu masuk sebelum
tempat skrining awal sebenarnya pasien. Jadi melakukan pelayanan.
semua pasien di skrining sebelum melakukan
pelayanan…”
(SA, 38 Tahun-Perencaan, Data, Pakar, dan
Analisis Satgas Covid-19 Kota Palopo)
“…Iya melakukan skrining…” Fasyankes melakukan skrining.
(SH, 42 Tahun-Operasi Satgas Covid-19 Kota
Palopo)
“…Iya setiap hari…” Dilakukan skrining di fasyankes
(ML, 57 Tahun-Pencegahan Satgas Covid-19 setiap hari.
Kota Palopo)
“…Iya kalau skrining secara menyeluruh ada…” Fasyankes melakukan skrining.
(ID, 28 Tahun-Penanganan Satgas Covid-19
Kota Palopo)
“…Iya teman-teman puskesmas itu selalu Tim puskesmas selalu melakukan
skrining. Dulu itu rutin di 3 pintu tapi sekarang skrining yang dulunya dilakukan
kan dihilangkan posko jadi teman-teman secara rutun di 3 pintu masuk di Kota
KRITERIA SISTEM PELAYANAN KESEHATAN
Seluruh Fasyankes Melakukan Skrining Terhadap Covid-19.
JAWABAN INFORMAN REDUKSI TEKNIK KESIMPULAN
PENGUMPULAN DATA
puskesmas sekarang yang turun skring orang- Palopo.
orang pendatang itu…”
(AR, 35 Tahun-Koordinator Lapangan Satgas
Covid-19 Kota Palopo)
“…Kalau orang kesehatan tetap skrining. Tim kesehatan melakukan skrining
Contohnya itu kalau ada pendatang baru RT RW contohnya pada kasus jika terdapat
laporkan kita turun skrining…” pendatang baru dari luar daerah.
(SS, 48 Tahun-Pelaksana Program
Penanggulangan Covid-19 Kota Palopo)
“…Kalau skrining sekarang tidak mi cuman itu Skrining tidak lagi dilakukan untuk
saja misalkan ada pasien kebetulan mau sesar keseluruhan pasien tetapi di rumah
operasi terus kalau misalkan ada pasien yang sakit dilakukan pada pasien yang
masuk di ugd dengan keluhan sesak atau flu dan ingin melakukan tindakan operasi
sebagainya yang mengarah ke covid baru dengan skrining melalui rapid tes.
dilakukan skrining tapi skriningnya lewat rapid
tes dengan pemeriksaan rontgen nah kalau dari
hasil disitu sudah mengarah ke covid baru
diarahkan swab. Kalau kita mau skrining semua
pasien kayaknya tidak…”
(IA, 36 Tahun- Pelaksana Program
Penanggulangan Covid-19 Kota Palopo)

KRITERIA SISTEM PELAYANAN KESEHATAN


Seluruh Fasyankes Memiliki Mekanisme Isolasi Suspek Covid-19.
JAWABAN INFORMAN REDUKSI TEKNIK KESIMPULAN
PENGUMPULAN DATA
“…Iya begitu semua…” Terdapat mekanisme isolasi supspek Teknik Wawancara Terdapat mekanisme isolasi supspek covid-
(MI, 48 Tahun-Juru Bicara Satgas Covid-19 covid-19 di fasyankes. Mendalam & Observasi. 19 di di rumah sakit, dimana pada awalnya
KRITERIA SISTEM PELAYANAN KESEHATAN
Seluruh Fasyankes Memiliki Mekanisme Isolasi Suspek Covid-19.
JAWABAN INFORMAN REDUKSI TEKNIK KESIMPULAN
PENGUMPULAN DATA
Kota Palopo) suspek ditangani di puskesmas melalui
“…Iya pasti. Jadi semua suspek itu ada yang Terdapat mekanisme isolasi supspek penemuan aktif. Pada suspek yang tidak
ditangani di puskesmas ada yang dirumah sakit. covid-19 di fasyankes dimana pada mengalami perburukan gejala maka akan
Kalau di puskesmas itu melalui penemuan aktif awalnya suspek ditangani di dilakukan isolasi mandiri. Jika suspek
toh, jadi kalau dia suspek dengan gejala-gejala puskesmas melalui penemuan aktif. dengan hasil spesimen positif maka akan
covid dianggap suspek oleh dokter kemudian Pada suspek yang tidak mengalami langsung dilakukan rujukan ke Kota
kalau suspek itu pastinya dilakukan isolasi perburukan gejala maka akan Makassar.
mandiri. Kalau dia ada perburukan gejala suspek dilakukan isolasi mandiri. Jika suspek
dia dirujuk ke rumah sakit sampai di rumah sakit dengan hasil spesimen positif maka
dilakukan swab kalau dia positif dirujuk ke akan langsung dilakukan rujukan ke
Makassar, kalau dia negatif dilayani sesuai Kota Makassar.
dengan indikasi penyakit yang selain diagnosis
covid…”
(SA, 38 Tahun-Perencaan, Data, Pakar, dan
Analisis Satgas Covid-19 Kota Palopo)
“…Iya, ada…” Terdapat mekanisme isolasi supspek
(SH, 42 Tahun-Operasi Satgas Covid-19 Kota covid-19 di fasyankes.
Palopo)
“…Iya. Semua intruksi semua dari pusat provinsi Terdapat mekanisme isolasi supspek
kami laksanakan…” covid-19 di fasyankes sesuai intruksi
(ML, 57 Tahun-Pencegahan Satgas Covid-19 dari pusat.
Kota Palopo)
“…ada dirumah sakit saya rasa kalo itu…” Terdapat mekanisme isolasi supspek
(ID, 28 Tahun-Penanganan Satgas Covid-19 covid-19 di rumah sakit.
Kota Palopo)
“…Kalau itu dirumah sakit…” Terdapat mekanisme isolasi supspek
(AR, 35 Tahun-Koordinator Lapangan Satgas covid-19 di rumah sakit.
Covid-19 Kota Palopo)
“…Dirumah sakit ada…” Terdapat mekanisme isolasi supspek
(SS, 48 Tahun-Pelaksana Program covid-19 di rumah sakit.
KRITERIA SISTEM PELAYANAN KESEHATAN
Seluruh Fasyankes Memiliki Mekanisme Isolasi Suspek Covid-19.
JAWABAN INFORMAN REDUKSI TEKNIK KESIMPULAN
PENGUMPULAN DATA
Penanggulangan Covid-19 Kota Palopo)
“…Ada, ada memang ruangannya…” Terdapat mekanisme isolasi supspek
(IA, 36 Tahun- Pelaksana Program covid-19 di fasyankes.
Penanggulangan Covid-19 Kota Palopo)

KRITERIA SURVEILANS KESEHATAN MASYARAKAT


Sistem Surveilans
Setiap Kasus Baru Dapat Diidentifikasi, Dilaporkan dan Dianalisis Kurang Dari 24 Jam dan Penemuan Kasus Baru Dilaporkan Kepada Dinas Kesehatan Kota.
JAWABAN INFORMAN REDUKSI TEKNIK KESIMPULAN
PENGUMPULAN DATA
“…Iya kita selalu melaporkan dibawah 24 jam Pelaporan kasus dilaporkan dibawah Teknik Wawancara Pelaporan kasus dilaporkan 1x24 jam
karena kita anu toh update terus toh. Kalau kami 24 jam karena dilakukanya upadate Mendalam & Dokumentasi. kemudian dilakukan tracing secepatnya
setiap hari lapor…” yang terus menerus mengenai dengan notifikasi kasus dan dilakukannya
(MI, 48 Tahun-Juru Bicara Satgas Covid-19 perkembangan kasus konfrimasi. penyeledikikan epidemiologi dikarenakan
Kota Palopo) mengikuti arahan dari Walikota Palopo
“…Iya, penemuan kasus itu kita sekarang Pelaporan kasus dilaporkan sangat untuk melakukan pelaporan setiap hari
responnya sangat cepat. Ketika ada kasus positif cepat. Dimana dilaporkan kurang dari sebelum jam 4 sore.
konfirmasi kurang dari 24 jam pasti dilaporkan 24 jam kemudian dilakukan tracing
pada saat dilaporkan langsung dilakukan tracing secepatnya dengan notifikasi kasus
kontak secepatnya. Kan disini ada tim gerak dan dilakukannya penyeledikikan
cepat jadi mulai dari rumah sakit pelaporan epidemiologi.
notifikasi kasus positif tim gerak cepat langsung
bergerak melakukan tracing dan penyelidikan
epidemiologi…”
(SA, 38 Tahun-Perencaan, Data, Pakar, dan
Analisis Satgas Covid-19 Kota Palopo)
“…Iya. Karena kita itu jam 4 sore itu sudah ada Pelaporan dilaporkan dilakukan setiap
laporannya masuk. Walikota itu sudah wanti- harinya sebelum jam 4 sore mengikuti
KRITERIA SURVEILANS KESEHATAN MASYARAKAT
Sistem Surveilans
Setiap Kasus Baru Dapat Diidentifikasi, Dilaporkan dan Dianalisis Kurang Dari 24 Jam dan Penemuan Kasus Baru Dilaporkan Kepada Dinas Kesehatan Kota.
JAWABAN INFORMAN REDUKSI TEKNIK KESIMPULAN
PENGUMPULAN DATA
wanti kita semuanya pokoknya data positif hari perintah dari Walikota Palopo.
ini harus dilaporkan hari ini jam 4 paling
lambat…”
(SH, 42 Tahun-Operasi Satgas Covid-19 Kota
Palopo)
“…Iya secepatnya dilaporkan…” Pelaporan kasus dilakukan
(ML, 57 Tahun-Pencegahan Satgas Covid-19 secepatnya.
Kota Palopo)
“…Iya. Kalau dilaporkan ini tidak butuh waktu Pelaporan kasus dilakukan tidak
lama…” membutuhkan waktu yang lama.
(ID, 28 Tahun-Penanganan Satgas Covid-19
Kota Palopo)
“…Iye. Pokoknya kalau ada kasus itu langsung Pelaporan kasus dilakukan setiap
dilaporkan teman-teman puskesmas itu langsung ditemukannya kasus baru.
turun…”
(AR, 35 Tahun-Koordinator Lapangan Satgas
Covid-19 Kota Palopo)
“…Iya 24 jam dilaporkan karena ini kasus ini Pelaporan kasus dilakukan 1x24 jam.
masuk dirumah sakit ini ada gejala ada positif ini Tidak ada yang disembunyikan.
langsung ada laporan ditemukan 1x24 jam.
Tidak ada yang disembunyikan…”
(SS, 48 Tahun-Pelaksana Program
Penanggulangan Covid-19 Kota Palopo)
“…Iya kurang 24 jam dilaporkan…” Pelaporan kasus dilakukan kurang dari
(IA, 36 Tahun- Pelaksana Program 24 jam.
Penanggulangan Covid-19 Kota Palopo)
KRITERIA SURVEILANS KESEHATAN MASYARAKAT
Sistem Surveilans
Perkembangan Situasi Covid-19 Di Daerah Dilaporkan Oleh Dinas Kesehatan Kota Secara Berkala Harian Kepada Dinas Kesehatan Provinsi Dan Kementerian
Kesehatan.
JAWABAN INFORMAN REDUKSI TEKNIK KESIMPULAN
PENGUMPULAN DATA
“…Iya harian…” Perkembangan situasi covid-19 di Teknik Wawancara Pelaporan perkembangan situasi covid-19
(MI, 48 Tahun-Juru Bicara Satgas Covid-19 daerah dilaporkan secara harian. Mendalam & Dokumentasi. di daerah dilakukan secara harian dimana
Kota Palopo) setiap ditemukannya kasus baru maka
“…Iya kita laporkan kasus positif itu perhari Perkembangan situasi covid-19 di segera dilaporkan serta tersedianya media
termasuk kontak eratnya, suspek berapa daerah dilaporkan secara harian komunikasi untuk masyarakat.
probable berapa jadi kita juga laporkan dalam termasuk kontak erat, suspek,
bentuk pemetaan perhari…” probable.
(SA, 38 Tahun-Perencaan, Data, Pakar, dan
Analisis Satgas Covid-19 Kota Palopo)
“…Iye harian…” Perkembangan situasi covid-19 di
(SH, 42 Tahun-Operasi Satgas Covid-19 Kota daerah dilaporkan secara harian.
Palopo)
“…Setiap hari itu karena ada memang timnya. Pelaporan situasi covid-19 dilakukan
Timnya itu juga ada wa untuk masyarakat jadi oleh tim tiap harinya yang juga
bagaimana setiap hari perkambangannya itu tersedia media komunikasi untuk
dilaporkan…” masyarakat.
(ML, 57 Tahun-Pencegahan Satgas Covid-19
Kota Palopo)
“…Kalau untuk pelaporannya kita rutin laporkan Perkembangan situasi covid-19 di
tiap hari…” daerah dilaporkan secara harian.
(ID, 28 Tahun-Penanganan Satgas Covid-19
Kota Palopo)
“…Dilaporkan tiap hari itu setiap waktu Perkembangan situasi covid-19 di
dilaporkan…” daerah dilaporkan secara harian.
(AR, 35 Tahun-Koordinator Lapangan Satgas
Covid-19 Kota Palopo)
“…Harian. Pokoknya setiap ada kasus langsung Perkembangan situasi covid-19 di
KRITERIA SURVEILANS KESEHATAN MASYARAKAT
Sistem Surveilans
Perkembangan Situasi Covid-19 Di Daerah Dilaporkan Oleh Dinas Kesehatan Kota Secara Berkala Harian Kepada Dinas Kesehatan Provinsi Dan Kementerian
Kesehatan.
JAWABAN INFORMAN REDUKSI TEKNIK KESIMPULAN
PENGUMPULAN DATA
lapor…” daerah dilaporkan secara harian
(SS, 48 Tahun-Pelaksana Program dengan setiap ditemukannya kasus
Penanggulangan Covid-19 Kota Palopo) baru maka akan dilaporkan.
“…Iya harian, kalau misalkan kalau ada pasien Perkembangan situasi covid-19 di
yang positif langsung dilapor…” daerah dilaporkan secara harian
(IA, 36 Tahun- Pelaksana Program dengan setiap ditemukannya kasus
Penanggulangan Covid-19 Kota Palopo) baru maka akan dilaporkan.

KRITERIA SURVEILANS KESEHATAN MASYARAKAT


Sistem Surveilans
Sistem Surveilans Diterapkan Dan Diperkuat Di Fasilitas Tertutup (Seperti Lapas, Panti Jompo, Panti Rehabilitasi, Asrama, Pondok Pesantren, Dan Lain-Lain)
Dan Pada Kelompok-Kelompok Rentan.
JAWABAN INFORMAN REDUKSI TEKNIK KESIMPULAN
PENGUMPULAN DATA
“…Iya surveilans dilakukan tetap…” Surveilans dilakukan di tempat-tempat Teknik Wawancara Sistem surveilans diterapkan di tempat
(MI, 48 Tahun-Juru Bicara Satgas Covid-19 rentan dan bersiko. Mendalam & Observasi. tempat yang rentan dan beresiko dengan
Kota Palopo) selalu memberikan imbauan protokol
kesehatan dimana jika terdapat tempat
“…Iya semuanya kegiatan surveilans tetap Sistem surveilans diterapkan terutama yang tidak menerapkan protocol kesehatan
dilakukan disemua tempat termasuk di tempat pada tempat-tempat yang beresiko maka akan diberikan sanksi.
yang beresiko terjadi penularan yang aktif yang membutuhkan pemantauan yang
memerlukan pemantauan…” aktif.
(SA, 38 Tahun-Perencaan, Data, Pakar, dan
Analisis Satgas Covid-19 Kota Palopo)
“…Iya teman-teman dari teman-teman promkes Dari tim promkes menjalankan
kemarin mereka sudah jalan bagaimana protokol kesehatan di tempat-tempat
KRITERIA SURVEILANS KESEHATAN MASYARAKAT
Sistem Surveilans
Sistem Surveilans Diterapkan Dan Diperkuat Di Fasilitas Tertutup (Seperti Lapas, Panti Jompo, Panti Rehabilitasi, Asrama, Pondok Pesantren, Dan Lain-Lain)
Dan Pada Kelompok-Kelompok Rentan.
JAWABAN INFORMAN REDUKSI TEKNIK KESIMPULAN
PENGUMPULAN DATA
menjalanan protokol kesehatan di tempat-tempat beresiko dan rentan. Dimana pada
seperti itu sudah jalan semua. Kalau ada tempat tempat yang tidak menerapkan
yang tidak sesuai dengan protokol kesehatan itu protokol kesehatan yang sesuai maka
menjadi teguran untuk pemiliknya makanya akan diberikan teguran.
minimal didepan di tempat tempat umum harus
ada tempat cuci tangan di depan pengunjungnya
memakai masker…”
(SH, 42 Tahun-Operasi Satgas Covid-19 Kota
Palopo)
“…Iya tetap dilakukan…” Surveilans diterapkan di tempat
(ML, 57 Tahun-Pencegahan Satgas Covid-19 tempat yang rentan dan beresiko.
Kota Palopo)
“…Saya kira kembali kepada imbauan kami ke Berdasarkan kepatuhan pada imbauan
RT RW jadi RT RW melihat tempat tempat yang telah diberikan. Tetapi selalu
seperti itu jalan. Tapi kami selalu imbauan ke diberikan dimabuan ke masyarakat.
masyarakat…”
(ID, 28 Tahun-Penanganan Satgas Covid-19
Kota Palopo)
“…Iya diterapkan…” Surveilans diterapkan di tempat
(AR, 35 Tahun-Koordinator Lapangan Satgas tempat yang rentan dan beresiko.
Covid-19 Kota Palopo)
“…Kalau rentan itu tetap disampaikan harus Penyampaian protokol kesehatan
memakai masker pokoknya protocol kesehatan yang harus diterapkan di tempat
selalu disampaikan itu…” tempat yang rentan dan beresiko.
(SS, 48 Tahun-Pelaksana Program
Penanggulangan Covid-19 Kota Palopo)
“…Iya tetap dilakukan selalu….” Surveilans diterapkan di tempat
(IA, 36 Tahun- Pelaksana Program tempat yang rentan dan beresiko.
KRITERIA SURVEILANS KESEHATAN MASYARAKAT
Sistem Surveilans
Sistem Surveilans Diterapkan Dan Diperkuat Di Fasilitas Tertutup (Seperti Lapas, Panti Jompo, Panti Rehabilitasi, Asrama, Pondok Pesantren, Dan Lain-Lain)
Dan Pada Kelompok-Kelompok Rentan.
JAWABAN INFORMAN REDUKSI TEKNIK KESIMPULAN
PENGUMPULAN DATA
Penanggulangan Covid-19 Kota Palopo)

KRITERIA SURVEILANS KESEHATAN MASYARAKAT


Sistem Surveilans
Surveilans kematian Covid-19 dilakukan di Rumah Sakit dan masyarakat.
JAWABAN INFORMAN REDUKSI TEKNIK KESIMPULAN
PENGUMPULAN DATA
“…surveilans kematian dilakukan sesuai protokol Surveilans kematian covid-19 Teknik Wawancara Surveilans kematian covid-19 dilakukan jika
tapi rata-rata yang meninggal tidak di Kota dilakukan sesuai protocol kesehatan Mendalam & Observasi. ditemukan kasus kematian di rumah sakit
Palopo…” akan tetapi kasus meninggal tidak maupun masyarakat akan tetapi kasus
(MI, 48 Tahun-Juru Bicara Satgas Covid-19 berada di Kota Palopo. kematian yang dilaporkan adalah mayoritas
Kota Palopo) kasus yang sedang dilakukan perawatan di
“…Iya kalau kita kan semua kasus kematian itu Semua kasus kematian yang Kota Makassar dengan penguburan
harus 100% itu kita dapatkan di rumah sakit ditemukan adalah kasus yang dilakukan di gowa yang dilaksanakan
ditemukan kasus kemudian meninggal perawatannya di rumah sakit dan penanganan yang sesuai standar. Akan
penaganannya itu sesuai penanganan covid penanganannya sesuai dengan tetapi ditemukannya 1 kasus konfirmasi
mulai pengulasan jenazah sampai di penanganan covid. Akan tetapi yang menolak dilakukan rujukan dan
penguburannya. Kalau di carede kemarin itu ada ditemukannya 1 kasus konfirmasi yang meminta untuk dipulangkan kemudian
satu kasus kemarin itu karena itu kasus menolak dilakukan rujukan dan menandatangani pernyataan maka pada
sebenarnya dia positif dua hari dia sudah meminta untuk dipulangkan kemudian saat meninggal pasien tersubut
didiagnosa positif mau dirujuk mengamuk warga, menandatangani pernyataan maka penangananya tidak sesuai dengan
keluarganya minta dipulangkan tidak mau dirujuk pada saat meninggal pasien tersubut penanganan covid.
dua hari di rawat di rumah dengan bantuan penangananya tidak sesuai dengan
oksigen kan diluar kendali mi akhirnya meninggal penanganan covid.
itu tidak penanganan covid. Dia sesak kan dia
positif mau dirujuk dia menolak, dia meminta
KRITERIA SURVEILANS KESEHATAN MASYARAKAT
Sistem Surveilans
Surveilans kematian Covid-19 dilakukan di Rumah Sakit dan masyarakat.
JAWABAN INFORMAN REDUKSI TEKNIK KESIMPULAN
PENGUMPULAN DATA
tidak mau dirujuk dia pulang paksa tanda tangan
pernyataan. Jadi semua keluarganya di tracing
untuk saat ini kita isolasi dulu karena masih
berduka nanti baru di swab. Kita sudah temukan
semua kontaknya ada sembilan orang kalau
tidak salah itu kontak eratnya termasuk yang
memandikan itu toh ada semuaya mi disitu nah
sekarang disolasi sekarang hanya pengawasan
ji…”
(SA, 38 Tahun-Perencaan, Data, Pakar, dan
Analisis Satgas Covid-19 Kota Palopo)
“…Kita di palopo dek kan bukan rumah sakit Kota Palopo bukan merupakan rumah
rujukan covid jadi selama ini dek ee... kalau ada sakit rujukan covid maka kasus
kematian rata-rata yang meninggal itu sudah kematian yang dilaporkan adalah
perawatan di Makassar atau dalam perjalanan kasus yang telah dilakukan rujukan di
ke Makassar jadi kuburannya tetap di gowa Kota Makassar yang penguburannya
kecuali memang ada satu kasus kemarin ada dilaksanakan di gowa dengan
disini dikuburkan tapi untuk pengurusan jenazah penanganan yang sesuai standar.
apa semuanya itu tetap dari teman-teman JA
yang membantu sesuai dengan standar…”
(SH, 42 Tahun-Operasi Satgas Covid-19 Kota
Palopo)
“…Kalau ada kejadian dirumah sakit tetap Jika ditemukannya kasus kematian
dilakukan begitu juga di masyarakat diserahkan maka akan dilakukan penaganan
di pemerintah setempat. Begitu pula kalau sesuai protokol kesehatan di rumah
dikirim ke Makassar tetap juga dikasih APD yang sakit maupun masyarakat bahkan jika
mensholatkan. Tapi kalau meninggal disini kasus tersebut adalah kasus rujukan
dimana saja kuburan yang menerima tapi tetap di Makassar maka tetap dilakukan
KRITERIA SURVEILANS KESEHATAN MASYARAKAT
Sistem Surveilans
Surveilans kematian Covid-19 dilakukan di Rumah Sakit dan masyarakat.
JAWABAN INFORMAN REDUKSI TEKNIK KESIMPULAN
PENGUMPULAN DATA
sesuai protokol kesehatan…” penanganan yang sesuai standar.
(ML, 57 Tahun-Pencegahan Satgas Covid-19
Kota Palopo)
“…Sepertinya tetap dilaksanakan karena kalau Pelaksanaan surveilans kematian
ada kasus itu kita selalu laporkan kasus covid-19 tetap dilaksanakan.
kematiannya juga begitu…”
(ID, 28 Tahun-Penanganan Satgas Covid-19
Kota Palopo)
“…Iya. Teman-teman puskesmas yang turun…” Surveilans kematian covid
(AR, 35 Tahun-Koordinator Lapangan Satgas dilaksanakan oleh tim puskesmas.
Covid-19 Kota Palopo)
“…Kalau ada positif yang meninggal itu yah Jika terdapat kasus positif dan
harus dikubur sesuai dengan protokol kesehatan meninggal dunia maka
ada petugasnya sendiri. Kalau memang penguburannya dilakukan sesuai
meninggal dirumah sakit langsung dikubur tapi dengan protokol kesehatan. Namun
kita disini meninggal di Makassar rata-rata…” kasus meninggal adalah kasus yang
(SS, 48 Tahun-Pelaksana Program perawatan di Kota Makassar.
Penanggulangan Covid-19 Kota Palopo)
“…ee meninggal disini di Makassar semua, jadi Kasus kematian yang dilaporkan
belum ada kayaknya dikubur di Kota Palopo…” adalah kasus kematian yang dilakukan
(IA, 36 Tahun- Pelaksana Program perawatan di Kota Makassar.
Penanggulangan Covid-19 Kota Palopo)
KRITERIA SURVEILANS KESEHATAN MASYARAKAT
Investigasi (Penyelidikan) Kasus
Tim Gerak Cepat COVID-19 Berfungsi Dengan Baik di Berbagai Tingkat Administrasi.
JAWABAN INFORMAN REDUKSI TEKNIK KESIMPULAN
PENGUMPULAN DATA
“…Kalau saya menurut saya iya…” Menurut saya, tim gerak gepat covid- Teknik Wawancara Tim gerak gepat covid-19 berfungsi dengan
(MI, 48 Tahun-Juru Bicara Satgas Covid-19 19 berfungsi dengan baik di berbagai Mendalam & Observasi. baik di berbagai tingkat administrasi dimana
Kota Palopo) tingkat administrasi. mulai dari puskesmas sampai dinas
“…Semua berfungsi ee.. mulai dari tingkat Tim gerak cepat covid semua kesehatan dilakukan komunikasi yang baik
puskesmas sampai dinas, jadi mereka itu setiap berfungsi dengan baik dimulai dari dengan berbagai lintas sektor dengan
ada kasus terlapor langsung dia turun cepat tingkat puskesmas sampai dinas selalu aktif dalam penemuan kasus-kasu
melakukan tracing temuan kasus-kasus baru toh kesehatan dimana aktif dalam baru.
melalui kontak erat melalui pasien konfirmasi…” melakukan tracing dalam penemuan
(SA, 38 Tahun-Perencaan, Data, Pakar, dan kasus-kasus baru.
Analisis Satgas Covid-19 Kota Palopo)
“…Iya..” Tim gerak gepat covid-19 berfungsi
(SH, 42 Tahun-Operasi Satgas Covid-19 Kota dengan baik di berbagai tingkat
Palopo) administrasi.
“…Iya sangat baik. Jadi dimana pun tim gerak Tim gerak gepat covid-19 berfungsi
cepat covid itu bergerak dengan baik…” dengan baik di berbagai tingkat
(ML, 57 Tahun-Pencegahan Satgas Covid-19 administrasi.
Kota Palopo)
“…Alhamdulillah sampai saat ini masih efektif…” Tim gerak gepat covid-19 berfungsi
(ID, 28 Tahun-Penanganan Satgas Covid-19 dengan efektif.
Kota Palopo)
“…Iya sesuai dan bagusji…” Tim gerak gepat covid-19 berfungsi
(AR, 35 Tahun-Koordinator Lapangan Satgas dengan baik di berbagai tingkat
Covid-19 Kota Palopo) administrasi.
“…Iya. Terutama itu TGCnya tetap kita Tim gerak gepat covid-19 berfungsi
membangun komunikasi dari rumah sakit dari dengan baik di berbagai tingkat
lurah RT RW atau pemerintah dinas kesehatan administrasi, dimana selalu
itu tidak bisa lepas komunikasi langkah-langkah berkomunikasi dengan baik di
apa yang dilakukan yang ada positif, yang berbagai lintas sektor dengan protap
KRITERIA SURVEILANS KESEHATAN MASYARAKAT
Investigasi (Penyelidikan) Kasus
Tim Gerak Cepat COVID-19 Berfungsi Dengan Baik di Berbagai Tingkat Administrasi.
JAWABAN INFORMAN REDUKSI TEKNIK KESIMPULAN
PENGUMPULAN DATA
meninggal sudah ada protap protapnya semua yang tersedia.
itu…”
(SS, 48 Tahun-Pelaksana Program
Penanggulangan Covid-19 Kota Palopo)
“…Iya karena kita tetap saling berkoordinasi Tim gerak gepat covid-19 berfungsi
bersama-sama…” dengan baik di berbagai tingkat
(IA, 36 Tahun- Pelaksana Program administrasi.
Penanggulangan Covid-19 Kota Palopo)

KRITERIA SURVEILANS KESEHATAN MASYARAKAT


Investigasi (Penyelidikan) Kasus
Kasus Suspek Diisolasi dan Dilakukan Pengambilan Spesimen Dalam Waktu Kurang dari 48 Jam Sejak Munculnya Gejala.
JAWABAN INFORMAN REDUKSI TEKNIK KESIMPULAN
PENGUMPULAN DATA
“…ya sudah pasti diisolasi dulu diambil Pengambilan spesimen dilakukan Teknik Wawancara Pengambilan spesimen suspek dilakukan
spesimennya kalau sudah ditau itu dia pernah apabila diketahui adalah kasus kontak Mendalam & Observasi. bergantung pada kasus itu sendiri. Dimana
kontak…” erat sementara tetap dilakukan isolasi terdapat kasus yang segera dilakukan
(MI, 48 Tahun-Juru Bicara Satgas Covid-19 pada kasus tersebut. pengambilan spesimen, akan tetapi
Kota Palopo) terdapat juga kasus yang menolak untuk
“…Iya semua kasus suspek sekarang kita Semua kasus suspek dilakukan dilakukan pengambilan spesimen.
lakukan swab tes kecuali ada apa lagi namanya.. sesuai prosedur dimna pengambilan Beberapa kasus juga dilakukan
satu atau dua orang yang menolak tidak mau di spesimen pada saat diketahui, namun pengambilan spesimen apabila ditemukan
swab maunya dia tetap di karantina saja selama terdapat beberapa kasus yang dengan gejala sedangkan pada kasus
10 hari ada memang juga tetap dilakukan swab. menolak untuk pengambilan tanpa gejala maka akan di karantina
Tapi secara prosedur kita lakukan ji hanya spesimen dan memilih untuk isolasi mandiri saja. Dalam beberapa kasus yang
KRITERIA SURVEILANS KESEHATAN MASYARAKAT
Investigasi (Penyelidikan) Kasus
Kasus Suspek Diisolasi dan Dilakukan Pengambilan Spesimen Dalam Waktu Kurang dari 48 Jam Sejak Munculnya Gejala.
JAWABAN INFORMAN REDUKSI TEKNIK KESIMPULAN
PENGUMPULAN DATA
kadang kan namanya manusia tidak semua mandiri. berbeda isolasi kasus pada semua kasus
punya sifat yang sama karakter yang sama, ada tetap dilakukan segara pada saat
yang menolak keras tidak mau…” penemuan suspek.
(SA, 38 Tahun-Perencaan, Data, Pakar, dan
Analisis Satgas Covid-19 Kota Palopo)
“…Ada yang memang langsung dilakukan swab, Terdapat beberapa kasus supek
ada yang dirapid ada yang ee... sama sekali dilakukan langsung untuk
tidak diperiksa tapi mereka langsung karantina. pengambilan spesimen, terdapat pula
Kita juga turun pada saat ada kasus itu kasus suspek yang tidak dilakukan
disampaikan cuman kan kadang-kadang pengambilan spesimen dan hanya
masyarakatnya ada yang memang tidak mau melakukan karantina mandiri saja
bahkan menolak mentah-mentah. Tapi ada juga dengan tetap dilakukannya
yang meminta di swab. Tapi kadang-kadang ada pemantauan pada kasus tersebut.
juga ah biarmi karantina mandiri saja tanpa perlu
mereka tau dia positif atau tidak tapi memang
karantina dan diawasi sama RT, kelurahan kan
memang kelurahan sudah ada satgas masing-
masing dan mereka memantau ini orang
memang stay dirumahnya…”
(SH, 42 Tahun-Operasi Satgas Covid-19 Kota
Palopo)
“…Kita liat juga keadaanya, ada yang harus Dengan melihat kondisi yang ada,
segera diambil, tapi kalau dianggap tidak bahaya dimana beberapa kasus segera
itumi diisolasi baru diambil spesimennya dan dilakukan pengambilan spesimen, jika
dikirim ke Makassar…” tanpa gejala maka akan dilakukan
(ML, 57 Tahun-Pencegahan Satgas Covid-19 diisolasi terlebih dahulu.
Kota Palopo)
“…Iya saya kira begitu, karena dari kemarin yang Pengambilan spesimen dilakukan
diisolasi dirumah memang intens sekali pihak segera akan tetapi jika kasus suspek
KRITERIA SURVEILANS KESEHATAN MASYARAKAT
Investigasi (Penyelidikan) Kasus
Kasus Suspek Diisolasi dan Dilakukan Pengambilan Spesimen Dalam Waktu Kurang dari 48 Jam Sejak Munculnya Gejala.
JAWABAN INFORMAN REDUKSI TEKNIK KESIMPULAN
PENGUMPULAN DATA
dari dinas kesehatan apakah itu di ambil mengalami timbulnya gejala namun
spesimennya atau bagaimana saya kira isolasi suspek dilakukan dengan
kayaknya itu setelah gejala muncul…” intens.
(ID, 28 Tahun-Penanganan Satgas Covid-19
Kota Palopo)
“…Biasa lambat biasa cepat. Tergantung lagi dia Pengambilan spesimen dilakukan
bergejala atau tidak. Kan kalo bergejala bergantung apakah kasus suspek
langsung diswab itu langsung. Biasanya kalo bergejala atau tidak. Dimana pada
tidak itu karantina saja dirumahnya…” kasus tanpa gejala dilakukan
(AR, 35 Tahun-Koordinator Lapangan Satgas karantina dirumah.
Covid-19 Kota Palopo)
“…Pokoknya kalau ada yang sudah ada dicurigai Kasus yang dicurigai suspek covid
itu sudah harus langsung diswab…” maka segera dilakukan pengambilan
(SS, 48 Tahun-Pelaksana Program spesimen pada suspek tersebut.
Penanggulangan Covid-19 Kota Palopo)
“…Tidak menentu si. Karena kita kan mengacu Pengambilan spesimen berpatokan
pada permintaan dokter saja. Kalau dokter yang pada permintaan dokter dengan
melihat gejalanya kondisi pasien mengarah ke meilhat gejala maupun kondisi pasien.
covid terus dia mengirim pengantar lab untuk Akan tetapi jika telah diketahui
swab langsung pada hari itu juga kita swab. Tapi merupakan kasus suspek maka
kebanyakan itu dari pengalaman yang sudah dilakukan rapid tes 5 atau 7 hari
kontak itu misalnya hari ini juga dia hasilnya kemudian dengan melihat hasil yang
positif yang sudah kontak itu biasanya 5 sampai keluar untuk tindak lanjut
7 hari dilakukan mi rapid kalau memang reaktif pengambilan spesimen namun pada
rapidnya langsung di swab kalau dia nonreaktif saat itu dilakukan isolasi terhadap
10 hari lagi diulang lagi. Kemudian diulang lagi suspek tersebut.
hari ke 14 dengan hari 21 itu diulang terus kalau
memang rapidnya non reaktif tapi selama itu
diisolasi ji…”
KRITERIA SURVEILANS KESEHATAN MASYARAKAT
Investigasi (Penyelidikan) Kasus
Kasus Suspek Diisolasi dan Dilakukan Pengambilan Spesimen Dalam Waktu Kurang dari 48 Jam Sejak Munculnya Gejala.
JAWABAN INFORMAN REDUKSI TEKNIK KESIMPULAN
PENGUMPULAN DATA
(IA, 36 Tahun- Pelaksana Program
Penanggulangan Covid-19 Kota Palopo)

KRITERIA SURVEILANS KESEHATAN MASYARAKAT


Investigasi (Penyelidikan) Kasus
Hasil Pemeriksaan Lab Keluar Sejak Spesimen Dikirimkan dan Diterima Hasilnya 3x24 Jam.
JAWABAN INFORMAN REDUKSI TEKNIK KESIMPULAN
PENGUMPULAN DATA
“…Iya bahkan ada yang dibawah itu. Rata-rata Hasil pemeriksaan lab keluar biasanya Teknik Wawancara Hasil pemeriksaan lab keluar jika dilakukan
paling lama kalau dikirim ke balai pusat dibawah 3 hari. Jika sampel dilakukan Mendalam & Observasi. pengiriman ke Kota Makassar maka
laboratorium kesehatan Makassar tapi ada juga pengiriman di balai pusat laboratorium memakan waktu 2 sampai 3 hari sementara
kalau disini PCM ada tes cepat molekuler…” kesehatan Makassar maka akan telah tersedianya tes PCM di rumah sakit
(MI, 48 Tahun-Juru Bicara Satgas Covid-19 memakan waktu yang cukup laama Sawerigading dengan hasil yang keluar
Kota Palopo) akan tetapi di rumah sakit memakan waktu 1x24 jam. Akan tetapi saat
sawerigading telah menyiapkan tes ini tes PCM tidak tersedia. Jadi semua
PCM dimana hasil yang keluar tidak sampel dilakukan pengiriman ke Kota
membutuhkan waktu yang lama. Makassar.
“…Iya paling lama hasilnya kita keluar itu 3 hari, Hasil pemeriksaan lab dengan waktu
kalau untuk rumah sakit pcm kita pake 1x24 paling lama mencapai 3 hari. Kalau
sudah kita terima kecuali pengiriman sampel untuk tes PCM hasil yang keluar 1x24
yang lama karena butuh proses perjalanan jauh telah dapat diterima hasilnya.
terus sampel antri disana jadi paling cepat itu 2
hari paling lama 3 hari…”
(SA, 38 Tahun-Perencaan, Data, Pakar, dan
Analisis Satgas Covid-19 Kota Palopo)
“…Tergantung. Kita kan sebenarnya sudah ada Hasil pemeriksaan bergantung dimana
pcm sebenarnya. Cuman persoalannya dek dilakukannya tes tersebut. Masalah
KRITERIA SURVEILANS KESEHATAN MASYARAKAT
Investigasi (Penyelidikan) Kasus
Hasil Pemeriksaan Lab Keluar Sejak Spesimen Dikirimkan dan Diterima Hasilnya 3x24 Jam.
JAWABAN INFORMAN REDUKSI TEKNIK KESIMPULAN
PENGUMPULAN DATA
alatnya terbatas jadi awalnya itu bulan tujuh yang ada adalah karena alat yang
bulan delapan kemarin itu semuanya di layani terbatas di rumah sakit sawerigading
kemarin disini tanpa kami mengirim ke jadi pemeriksaan lab dilakukan di
Makassar, cuman sekarang karena terbatas jadi labkesda kemudian dilakukan
ee.. yang jalani untuk PCM disana itu pasien- pengiriman ke Makassar dan hasil
pasien yang sudah masuk di rumah sakit. Tapi yang keluar memakan waktu 2 sampai
kalau tanpa gejala pada saat di rapid dia reaktif 3 hari.
kami ambil di labkesda untuk pemeriksaan
swabnya kemudian dikirim ke Makassar. Jadi
biasanya kami terima itu hasil dari makassar itu
2 sampai 3 hari, tapi selama menunggu hasil itu
suspek itu sudah harus karatina sambil
menunggu hasilnya…”
(SH, 42 Tahun-Operasi Satgas Covid-19 Kota
Palopo)
“…Iya, kalau dikirm ke Makassar 2 sampai 3 hari Pemeriksaan lab jika dilakukan
diterima hasilnya…” pengiriman ke Kota Makassar maka
(ML, 57 Tahun-Pencegahan Satgas Covid-19 hasil yang diterima memakan waktu 2
Kota Palopo) sampai 3 hari.
Iya 3 hari. Kalau kami kan dikirim ke Makassar. Hasil pemeriksaan lab diterima
Dan dimakassar juga katanya dari dinas memakan waktu sekitar 3 hari.
kesehatan sampaikan itu antri jadi begitu agak
lama.
(ID, 28 Tahun-Penanganan Satgas Covid-19
Kota Palopo)
“…Sama ji lambat juga tergantung. Karena ada Hasil pemeriksaan yang keluar
pernah staf saya disini juga positif cepat keluar beragam. Terdapat kasus yang hanya
juga 1 hariji. Tapikan sekarang ada alatnya di butuh 1 hari untuk hasil yang diterima
rampoang sekarang jadi bisa cepat…” dimana di Kota Palopo di rumah Sakit
KRITERIA SURVEILANS KESEHATAN MASYARAKAT
Investigasi (Penyelidikan) Kasus
Hasil Pemeriksaan Lab Keluar Sejak Spesimen Dikirimkan dan Diterima Hasilnya 3x24 Jam.
JAWABAN INFORMAN REDUKSI TEKNIK KESIMPULAN
PENGUMPULAN DATA
(AR, 35 Tahun-Koordinator Lapangan Satgas sawerigading telah tersedia alat untuk
Covid-19 Kota Palopo) pemeriksaan spesimen dengan hasil
yang cepat.
“…Tergantung dari hasil labnya. Sekarang itu Hasil pemeriksaan yang keluar
agak cepat diterima hasilnya. Di rs sawerigading berbeda-beda. Namun saat ini sangat
sudah ada…” cepat dikarenakan di rumah Sakit
(SS, 48 Tahun-Pelaksana Program sawerigading telah tersedia alat untuk
Penanggulangan Covid-19 Kota Palopo pemeriksaan spesimen dengan hasil
yang cepat.
“…Kalau disini dulu kan sampel diterima rumah Hasil pemeriksaan jika dilakukan
sakit lain mengirim kesini kemudian running pengiriman maka hasil yang keluar
selama 51 menit jadi sekitar 90 menit itu sudah memakan waktu 2 sampai 3 hari.
ada hasil yang dilaporkan terus kalau saat ini Sementara untuk di rumah sakit
kan tidak ada bahan jadi kami mengirim ke Sawerigading hasil yang keluar dari
Makassar kalau kami ambil swab ini pagi nanti pemeriksaan lab hanya membutuhkan
ada tim yang kirim ke Makassar sampelnya, tiba waktu sekitar 90 menit. Akan tetapi
besoknya sorenya itu kemungkinan sudah ada dikarenakan alat yang digunakan
hasilnya jadi 2-3 hari itu sudah ada hasilnya. sedang tidak tersedia.
Kalau disini kita pakai kan PCM kalau di
Makassar kan PCR…”
(IA, 36 Tahun- Pelaksana Program
Penanggulangan Covid-19 Kota Palopo)
KRITERIA SURVEILANS KESEHATAN MASYARAKAT
Pelacakan Kontak (Contact Tracing)
Kasus Baru Dapat Diidentifikasi Kontak Eratnya Dan Mulai Dilakukan Karantina Dalam Waktu <72 Jam Setelah Kasus Baru Di Konfirmasi.
JAWABAN INFORMAN REDUKSI TEKNIK KESIMPULAN
PENGUMPULAN DATA
“…kalo ada kasus baru langsung dikarantina…” Jika ditemukan kasus baru maka akan Teknik Wawancara Jika ditemukan kontak erat dari pasien
(MI, 48 Tahun-Juru Bicara Satgas Covid-19 segera dilakukan karantina pada Mendalam, Dokumentasi & konfirmasi positif maka akan segera
Kota Palopo) kasus tersebut. Observasi. dilakukan karatina di rumah sakit tentara di
“…Iya pasti itu jadi setiap kasus konfirmasi positif Pada setiap kasus konfirmasi jika Kota Palopo tetapi jika menolak maka akan
semua kontak erat pada hari itu kan langsung ditemukan kontak eratnya maka dilakukan karantina mandiri dirumah dengan
turun TGC tracing, sebelum dilakukan swab dia segera dilakukan karantina dimana tetap dilakukan pengawasan oleh tim
sudah harus karantina isolasi sampai keluar hasil TGC segera melakukan tracing dimana jika hasil yang keluar positif maka
swab, kalau keluar hasil swab negatif hari itu berlanjut. Pada kasus penolakan akan dilakukan rujukan di Kota Makassar
dianggap bebas kalau dia positif lanjut. Tapi pengambilan spesimen pada kasus sesuai dengan program pemprov yaitu
kalau tidak mau swab tetap kita karantina. Kalau kontak erat akan diberikan keterangan wisaya covid.
dia misalnya tidak mau swab tapi dia masuk isolasi mandiri.
kategori kontak erat dan kita keluarkan
keterangan isolasi mandiri…”
(SA, 38 Tahun-Perencaan, Data, Pakar, dan
Analisis Satgas Covid-19 Kota Palopo)
“…Iya semuanya…” Setiap kasus baru dilakukan karantina
(SH, 42 Tahun-Operasi Satgas Covid-19 Kota segara.
Palopo)
“…Iya tetap dikarantina. Itumi di rumah sakit Penemuan kasus baru pada kontak
tentara di karantina kalau dia mau. Tapi kalau erat dilakukan karantina, di rumah
tidak mau dia diisolasi dirumah tapi tetap di sakit tentara di Kota Palopo tetapi jika
awasi oleh petugas diantar makanan tidak boleh menolak maka akan dilakukan
juga keluar-keluar rumah. Dan kerja sama disni karantina mandiri dirumah dengan
RT, RW, lurah untuk mengawasi masyarakatnya tetap dilakukan pengawasan oleh
karena petugas kesehatannya kan teknisinya…” timnya.
(ML, 57 Tahun-Pencegahan Satgas Covid-19
Kota Palopo)
“…Kalau itu saya kira iya dikarantina Kasus baru yang merupakan kontak
langsung…” erat pasien covid maka dilakukan
KRITERIA SURVEILANS KESEHATAN MASYARAKAT
Pelacakan Kontak (Contact Tracing)
Kasus Baru Dapat Diidentifikasi Kontak Eratnya Dan Mulai Dilakukan Karantina Dalam Waktu <72 Jam Setelah Kasus Baru Di Konfirmasi.
JAWABAN INFORMAN REDUKSI TEKNIK KESIMPULAN
PENGUMPULAN DATA
(ID, 28 Tahun-Penanganan Satgas Covid-19 karantina segara.
Kota Palopo)
“…Iya di karantina disuruh karantina kalau sudah Dilakukan karantina langsung jika
ditau dia sudah kontak erat itu…” ditemukan kasus kontak erat dari
(AR, 35 Tahun-Koordinator Lapangan Satgas pasien covid-19.
Covid-19 Kota Palopo)
“…Iya harus dikarantina…” Wajib dilakukan karantina pada kontak
(SS, 48 Tahun-Pelaksana Program erat kasus konfirmasi.
Penanggulangan Covid-19 Kota Palopo)
“…Dikarantina tetap…” Tetap dilakukan karantina.
(IA, 36 Tahun- Pelaksana Program
Penanggulangan Covid-19 Kota Palopo)

KRITERIA SURVEILANS KESEHATAN MASYARAKAT


Pelacakan Kontak (Contact Tracing)
Kontak Dari Kasus Baru Dipantau Selama 14 Hari Sejak Kontak Terakhir.
JAWABAN INFORMAN REDUKSI TEKNIK KESIMPULAN
PENGUMPULAN DATA
“…Dipantau terus 14 hari…” Kontak dari kasus baru dilakukan Teknik Wawancara Kontak dari kasus baru dilakukan
(MI, 48 Tahun-Juru Bicara Satgas Covid-19 pemantauan selama 14 hari. Mendalam, Dokumentasi & pemantaun selama 14 hari oleh tim dinas
Kota Palopo) Observasi. kesehatan yang turun pada hari pertama
“…Itu pasti. Sudah pasti di pantau sama tim Kasus baru dilakukan pemantauan kemudian oleh tim puskesmas pada hari
puskesmas jadi tiap ada kasus konfirmasi kita dari tim puskesmas pada masing- selanjutnya.
koordinasikan ke puskesmas wilayah jadi masing wilayah kerja kasus positif.
penanggung jawab pemantauan itu dilakukan di
KRITERIA SURVEILANS KESEHATAN MASYARAKAT
Pelacakan Kontak (Contact Tracing)
Kontak Dari Kasus Baru Dipantau Selama 14 Hari Sejak Kontak Terakhir.
JAWABAN INFORMAN REDUKSI TEKNIK KESIMPULAN
PENGUMPULAN DATA
puskesmas wilayah kerja positif…”
(SA, 38 Tahun-Perencaan, Data, Pakar, dan
Analisis Satgas Covid-19 Kota Palopo)
“…Iya di pantau. Kalau di dinas kesehatan itu Kasus baru dilakukan pemantauan
hari pertama memang turun tapi untuk dimana pada hari pertama tim dinas
pemantaun selanjutnya dikembalikan ke kesehatan turun untuk melakukan
puskesmas jadi selama 14 hari itu mereka yang pemantauan kemudian pada hari
pantau dengan satgas dari kelurahan…” selanjutnya dikembalikan oleh tim
(SH, 42 Tahun-Operasi Satgas Covid-19 Kota puskesmas.
Palopo)
“…Iya dipantau terus. …” Kasus baru dilakukan pematauan
(ML, 57 Tahun-Pencegahan Satgas Covid-19 secara rutin.
Kota Palopo)
“…Iya. Dipantau 14 hari, diberikan makanan Kasus baru dilakukan pemantauan
pokok vitamin dan sebagainya…” dimana diberikan makan pokok,
(ID, 28 Tahun-Penanganan Satgas Covid-19 vitamin dan sebagainya.
Kota Palopo)
“…Iye dipantau tetap itu…” Kasus baru dilakukan pemantauan.
(AR, 35 Tahun-Koordinator Lapangan Satgas
Covid-19 Kota Palopo)
“…Dipantau. Kalau sudah ada yang diisolasi Jika terdapat kasus baru dan
mandiri…” dilakukan isolasi maka akan dilakukan
(SS, 48 Tahun-Pelaksana Program pemantauan.
Penanggulangan Covid-19 Kota Palopo)
“…Iya dipantau terus kondisinya terus disuruh Kasus baru dilakukan pemantauan
cek ulang dalam 14 hari terus diulang lagi di hari selama 14 hari yang kemudian
ke 21…” dilakukan pengulangan pada hari ke
(IA, 36 Tahun- Pelaksana Program 21.
KRITERIA SURVEILANS KESEHATAN MASYARAKAT
Pelacakan Kontak (Contact Tracing)
Kontak Dari Kasus Baru Dipantau Selama 14 Hari Sejak Kontak Terakhir.
JAWABAN INFORMAN REDUKSI TEKNIK KESIMPULAN
PENGUMPULAN DATA
Penanggulangan Covid-19 Kota Palopo)

KRITERIA SURVEILANS KESEHATAN MASYARAKAT


Pelacakan Kontak (Contact Tracing)
Pelacakan Kontak Menggunakan Sistem Informasi dan Manajemen Data Tersedia Untuk Mengelola Pelacakan Kontak dan Data Terkait Lainnya.
JAWABAN INFORMAN REDUKSI TEKNIK KESIMPULAN
PENGUMPULAN DATA
“…iya ada, tapi sama tim yang pegang…” Terdapat sistem informasi dan Teknik Wawancara Terdapat sistem informasi dan manajemn
(MI, 48 Tahun-Juru Bicara Satgas Covid-19 manajemn data tersedia pada Mendalam & Dokumentasi. data tersedia pada pelacakan kontak yang
Kota Palopo) pelacakan kontak yang dikelolah oeh dikelolah oeh tim dengan berdasarkan pada
tim tersedia. pedoman yang ada. Dimana pada
“…Iya. Jadi untuk pelacakan kontak itu diawali Terdapat sistem informasi dan pelacakan kontak di lapangan pada
dengan alur-alur yang memang sudah manajemn data tersedia pada umumnya yaitu dengan melalui wawancara
disepakati melalui pedoman yang ada jadi pelacakan kontak berdasarkan pada pasien konfirmasi positif.
pertama ee.. apalagi ee.. notifikasi dari RT, RW pedoman yang tersedia.
terus keluarga pasien biasanya kalau kita tidak
dapat dari keluarga pasien kita cari ee.. apa lagi
namanya data dari RT RW atau kelurahan jadi
itu yang kita telusur jadi sistem penelusurannya
itu memang melalui dari RT RW atau keluarga
biasanya kita telfon kalau kita memang tidak
dapat orangnya kita telfon setelah itu kita
sampaikan ke puskesmas, puskesmas
langsung turun tracing mencari data-datanya,
data kemudian dikirim ke dinas dinas
mengidentifikasi satu satu kemudian di swab
dibuatkan jadwal swab di labkesda…”
KRITERIA SURVEILANS KESEHATAN MASYARAKAT
Pelacakan Kontak (Contact Tracing)
Pelacakan Kontak Menggunakan Sistem Informasi dan Manajemen Data Tersedia Untuk Mengelola Pelacakan Kontak dan Data Terkait Lainnya.
JAWABAN INFORMAN REDUKSI TEKNIK KESIMPULAN
PENGUMPULAN DATA
(SA, 38 Tahun-Perencaan, Data, Pakar, dan
Analisis Satgas Covid-19 Kota Palopo)

“…Kalau kami pada saat ada kasus positif Pelacakan kontak yang dilakuka
wawancara langsung dengan si pasien berupa wawancara langsung dengan
kemudian kami telusuri melalui versinya si pasien konfirmasi kemudian
pasien itu akan kami telusuri meminta nomor menelusuri kontaknya.
telfonnya untuk menghubungi via telfon kalau
tidak memungkinkan kami untuk kunjungan
langsung…”
(SH, 42 Tahun-Operasi Satgas Covid-19 Kota
Palopo)
“…Iya pakai…” Terdapat sistem informasi dan
(ML, 57 Tahun-Pencegahan Satgas Covid-19 manajemn data tersedia pada
Kota Palopo) pelacakan kontak yang dikelolah oeh
tim tersedia.
“…Saya kira yang saya liat apa yang dilakukan Terdapat sistem informasi dan
teman-teman di puskesmas yah itu manajemn data tersedia pada
menanyakan saja dimana dari mana siapa yang pelacakan kontak yang dikelolah oeh
ditemui yah itu untuk melihat ee… apanya yah tim tersedia. Akan tetapi pelacakan
melihat orangnya dari mana asalnya dan itu kontak dilakukan oeh tim puskesmas
saja kalau manajemen datanya mungkin ada yaitu dengan wawancara pada pasien
tapi saya tidak tau manajemen apa yang konfirmasi.
digunakan…”
(ID, 28 Tahun-Penanganan Satgas Covid-19
Kota Palopo)
“… kalau saya taunya pelacakan dari orang ke Pada pelacakan kontak yaitu
orang, wawancara saja…” wawancara dari orang ke orang lain.
(AR, 35 Tahun-Koordinator Lapangan Satgas
KRITERIA SURVEILANS KESEHATAN MASYARAKAT
Pelacakan Kontak (Contact Tracing)
Pelacakan Kontak Menggunakan Sistem Informasi dan Manajemen Data Tersedia Untuk Mengelola Pelacakan Kontak dan Data Terkait Lainnya.
JAWABAN INFORMAN REDUKSI TEKNIK KESIMPULAN
PENGUMPULAN DATA
Covid-19 Kota Palopo)
“…Iya termasuk itu data siapa namanya dimana Terdapat sistem informasi dan
alamatnya apa gejalanya selalu ditanyakan manajemn data tersedia pada
semua itu karena ada memang sudah format pelacakan kontak yang dikelolah oeh
dari dinas. Tertutama itu pendatang baru. tim tersedia. Dimana dilakukannya
Bahkan yang kontak langsung dengan yang wawancara terhadap pasien
positif itu juga diawasi ada gejalanya apa begini konfirmasi sesuai dengan format yang
begini diambil nomornya, dia juga di ambil tersedia.
nomornya petugas selalu kontek kontek dengan
petugas…”
(SS, 48 Tahun-Pelaksana Program
Penanggulangan Covid-19 Kota Palopo)
“…Kalau setahu saya pakai. Tapi kontaknya Terdapat sistem informasi dan
biasa itu dari penyampainnya orang ke orang manajemn data tersedia pada
saja biasanya kita telusuri…” pelacakan kontak yang dikelolah oeh
(IA, 36 Tahun- Pelaksana Program tim tersedia. Namun pada umumnya
Penanggulangan Covid-19 Kota Palopo) berupa penyampaian dari orang ke
orang yang kemudian dilakukan
penelurusan.
Lampiran 7.

SK PEMBIMBING
Lampiran 8.

SK PENGUJI
Lampiran 9.

SURAT PENGAMBILAN DATA AWAL


Lampiran 10.

SURAT IZIN PENELITIAN


Lampiran 11.

SURAT KETERANGAN TELAH MELAKUKAN PENELITIAN


Lampiran 12.

SK KOMITE/TIM/KOORDINATOR PPI DI SALAH SATU RUMAH SAKIT


DI KOTA PALOPO
Lampiran 13.

PELAPORAN HARIAN PERKEMBANGAN SITUASI COVID-19 DI KOTA


PALOPO
Lampiran 14.

SISTEM INFORMASI DAN MANAJEMEN DATA PENGELOLAAN


PELACAKAN KONTAK DAN DATA MENGENAI COVID-19
DI KOTA PALOPO

1. Manual
Pelacakan Kontak
2. Pelacakan Kontak
Yang Didukung Oleh Perangkat Elektronik.
Lampiran 15.

DATA REKAPITULASI COVID-19 DI KOTA PALOPO TAHUN 2020


Lampiran 16.

DATA ANGKA KEMATIAN AKIBAT PENYAKIT SELAIN COVID-19 DI


RUMAH SAKIT
Lampiran 17.

DATA ANGKA KEMATIAN KARENA PNEUMONIA PADA SETIAP


KELOMPOK USIA
Lampiran 18.

DOKUMENTASI

TEMPAT ISOLASI SUSPEK COVID-19


RAPID MASSAL PADA TEMPAT BERESIKO

PEMANTAUAN PASIEN KARANTINA


PELACAKAN KONTAK (CONTACT TRACING)

WAWANCARA INFORMAN
Lampiran 19.

RIWAYAT HIDUP

A. Data Pribadi
1. Nama lengkap Sri Hastari Rahayu
2. Jenis Kelamin Perempuan
3. Agama Islam
4. Tempat dan Tanggal Palopo, 28 Desember 1996
Lahir
5. Alamat Jl. Wijaya Kusuma K23/1 Kompleks
Kesehatan Banta-bantaeng, Makassar
6. E-mail srihastari91@gmail.com
7. Nomor Telepon/HP 085241581808
8. Keluarga:
a. Ayah Aiptu Jamaluddin
b. Ibu Nurhaedah.,S.Pd
c. Saudara 1. Junita Anjar Lestari, S.S., M.M
2. Ardiansyah., S.T

B. Riwayat Pendidikan
Tahun Tingkat Nama Institusi Fakultas/Jurusan/Konse
Pendidikan Pendidikan ntrasi
SD Negeri 484 -
2003 - 2008 SD Salupikung Kota
Palopo
SMP Negeri 1 -
2008 - 2011 SLTP
Palopo
SMA Negeri 1 -
2011 - 2014 SLTA
Palopo
2014 - 2018 Sarjana Universitas Muslim Fakultas Kesehatan
Indonesia Masyarakat/
Administrasi Kebijakan
Kesehatan
Fakultas Kesehatan
Universitas Masyarakat/
2019 - 2021 Magister
Hasanuddin Administrasi Kebijakan
Kesehatan

C. Riwayat Penelitian
Judul Penelitian Tahun
Pengaruh Remunerasi Terhadap Kinerja Perawat di
Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Labuang Baji Kota 2018
Makassar Tahun 2018.

Anda mungkin juga menyukai