Anda di halaman 1dari 82

ANALISIS STRUKTURAL PADA NOVEL KAZE NO UTA WO KIKE

KARYA HARUKI MURAKAMI

SKRIPSI

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat


Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Humaniora Pada Departemen Sastra Jepang
Fakultas Ilmu Budaya Universitas Hasanuddin

Disusun Oleh:
HASRIANTI ARSYAD
F91111101

DEPARTEMEN SASTRA JEPANG


FAKULTAS ILMU BUDAYA
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2017
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT yang

senantiasa melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat

menyelesaikan skripsi ini tepat waktu. Serta salawat dan salam penulis hanturkan

pada junjungan Rasulullah Muhammad SAW.

Skripsi yang berjudul “Analisis Struktural pada Novel Kaze No Uta Wo Kike

Karya haruki Murakami” ini ditulis dan diajukan untuk memenuhi persyaratan dalam

menyelesaikan studi di Fakultas Ilmu Budaya Universitas Hasanuddin. Penulisan

skripsi ini tak hanya dimaksudkan sebagai bentuk dedikasi terhadap bidang ilmu yang

digeluti, melainkan juga untuk memberikan pengetahun baru mengenai

pengaplikasian disiplin ilmu psikologi dalam bidang sastra.

Dengan keterbatasan ilmu yang penulis miliki, tidak sedikit hambatan dan

kendala yang penulis hadapi dalam upaya menyelesaikan skripsi ini, namun berkat

bantuan dan bimbingan moril dan material dari berbagai pihak, akhirnya hambatabn

dan kendala tersebut dapat terselesaikan dengan baik. Oleh karena itu, dengan segala

kerendahan hati pada kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih dan

penghargaan yang sebesar-besarnya kepada:

1. Ibu Prof. Dr. Dwia Aries Tina Pulubuhu, M.A. selaku Rektor Universitas

Hasanuddin.
2. Bapak Prof. Dr. Akin Duli, M.A selaku Dekan Fakultas Ilmu Budaya Universitas

Hasanuddin.

3. Ibu Nursidah, S.Pd, M.Pd, selaku Ketua Departemen Sastra Jepang Fakultas Ilmu

Budaya Universitas Hasanuddin.

4. Ibu Fithyani Anwar, S.S., M.A sebagai Konsultan I dan Ibu Yunita El Risman,

S.S., M.A, sebagai Konsultan II yang telah menyediakan banyak waktu, pikiran dan

tenaga dalam membimbing, mengarahkan, menyarankan serta memeriksa skripsi ini

dari awal hingga skripsi ini dapat terselesaikan.

6. Ibu Nurmayang selaku staf Departemen Sastra Jepang Fakultas Ilmu Budaya

Universitas Hasanuddin yang telah sabar dan banyak membantu dalam berbagai

pengurusan berkas selama dari awal hingga penulis menyelesaikan studinya.

Tak lupa pula penulis juga menghanturkan banyak terima kasih secara khusus

kepada:

1. Kedua orang tuaku tersayang, M. Arsyad, S. Sos dan Nursamsi atas doa yang tak

pernah putus, kasih sayang yang tak berakhir, terima kasih telah menjadi

penyemangatku.

2. Kakak dan adik tercinta Hasrawati Arsyad, S.Pd, Hasfira Arsyad, dan Hasliana

Arsyad yang selalu membantuan.


3. Keponakan Kesayanganku Ava Layla Ashalina yang telah menjadi pengusir rasa

jenuhku dalam penyusunan skripsi ini.

4. Para Anginku (Kaze) 2011, teman sekaligus saudara seperjuanganku yang selalu

menemani dalam suka maupun duka. Kalian akan selalu menjadi kenangan terindah

penulis. I always miss you guys, dewi, Neneng, Runi, Natsir, Maria, Vivian, Iin, Fira,

Elis, Ila, Ita, Desti, Valen, Inar, Eran, L, chiwank, Ichy, Allu, Rahmat, Safrin, Rusdi,

Indra, Ichal, Irfan, Naufan. Ketika angin berhembus ingatan tentang kalian akan

selalu terlintas.

5. Teruntuk rekan kerjaku DTI-UH vhina, kakak illank, kk abhy, takim, kakak fial

yang selalu menyemangati dan menghiburku di saat saya sedang suntuk.

6. Dan kepada seluruh rekan dan pihak yang telah membantu, yang tidak dapat

disebutkan satu per satu.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini masih banyak

kekurangan dan jauh dari sempurna, oleh karena itu sangat diharapkan saran dan

kritik yang bersifat membangun dari berbagai pihak. Akhir kata, semoga skripsi ini

dapat menjadi kontribusi positif di bidang Sastra Jepang dan dapat bermanfaat bagi

pembaca. Amin.

Makassar, 30 November 2017

Penulis
ABSTRAK

Hasrianti Arsyad. Analisis Struktural Pada Novel Kaze No Uta Wo Kike Karya
Haruki Murakami. Dibimbing oleh Fithyani Anwar, S.S.,M.A dan Yunita El
Risman, S.S.,M.A.

Tujuan penelitian skripsi ini adalah menggambarkan karakter tokoh utama, dan
menggungkapkan unsur instrinsik yang membangun novel yang terdapat dalam novel
Kaze No Uta Wo Kike karya Haruki Murakami.
Untuk mencapai tujuan tersebut dalam mengkaji novel Kaze No Uta Wo Kike
ini digunakan pendekatan struktural. Dengan pendekatan struktural ini penelitian
ditekankan pada struktur-struktur yang terdapat dalam novel serta hubungan antara
satu dengan yang lain. Metode yang digunakan adalah metode pustaka. Data-data
yang telah terkumpul kemudian dikelompokkan berdasarkan permasalahannya, dan
data-data ini digunakan dalam menyelesaikan masalah.
Hasil penelitian ini menggambarkan karakter tokoh Aku (utama) dan tokoh
Nezumi pada novel Kaze No Uta Wo Kike. Tokoh Aku yang memiliki karakter
pendiam, baik/patuh, penyesalan, peduli, menyimpang, dan bertanggung jawab
sedangkan nezumi memiliki karakter yang pembenci. Karakter-karakter tersebut
terbentuk oleh karena adanya pengaruh dari barat yang menjadi trend dikalangan
anak remaja saat itu. Selain karakter yang dimiliki tokoh Aku dan Nezumi tidak
terlepas dari alur dan latar, adapun unsur-unsur yang membangun tema yang terdapat
pada novel. Hal lain yang juga mempengaruhi karakter kedua tokoh utama tersebut
adalah peranan tokoh-tokoh lain di dalam cerita.
要旨

ハスリアンチイ アルシャド。学生番号 F91111101。村上春樹小説で小説


に構造主義の分析で風の歌を聴け. 構造言語学研究. Fithyani Anwar, S.S., M.A
及び Yunita El Risman, S.S., M.A のもとに研究した。

本研究の目的は、村上龍作小説で風の歌を聴けの主人公たちのキャラク
ター, そしてテーマを構成する本質的な要素を明らかにすることである.

目的を果たすため、本研究の研究対象に使用される小説で風の歌を聴け
を分析するのに構造言語学的のアプローチが使用された。構造言語学的のア
プローチで、本研究には小説の構造、そしてそのなかのひとつひとつのつな
がりを強調とされる。応用された研究方法は文献調査である。集まったデー
タを課題ごとに分析し、研究の問題を解決するのに使用される。

研究した結果、小説の主人公、主人公と鼠キャラクターが明らかになっ
た。マインのキャラクターは思いやりがあるが、無口、紛らす、後悔、人と
仲良くするのが難しくて。鼠で、嫌うのキャラクターを持つ。これ等のキャ
ラクターは、若者の間でトレンドとなってきている西洋文化の影響を受けて
。その他、主人公と溝鼠のキャラクターは時間、そして場所の背景に影響を
受けた。また、他の登場人物も二人の主人公のキャラクターに影響をもたら
す。
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL...... ……………………………………………………………...i

HALAMAN PENGESAHAN………………………………………………………...ii

HALAMAN PERSETUJUAN……………………………………………………….iii

HALAMAN PENERIMAAN PANITIA UJIAN……………………………………iv

KATA PENGANTAR………………………………………………………………...v

ABSTRAK…………………………………………………………………………..vii

要旨…………………………………………………………………………………viii

DAFTAR ISI……………………………………………………………...………….ix

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang………………………………………………………………...1

1.2 Ruang Lingkup………………………………………………………………..3

1.3 Rumusan Masalah…………………………………………………………….4

1.4 Tujuan dan Manfaat Penelitian……………………………………………….4

1.4.1 Tujuan Penelitian……………………………………………………...4

1.4.2 Manfaat penelitian…………………………………………………….5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teori……………………………………………………………….6

2.1.1 Teori Strukturalisme……………………………………………………6

2.1.2 Unsur-unsur instrinsik Novel………………………………………….10


1. Tema………………………………………………………………10

2. Tokoh dan Penokohan…………………………………………….10

3.Alur………………………………………………………………...12

4. Latar/ setting………………………………………………………14

2.2. Hasil Penelitian Relevan…………………………………………………….17

2.3. Kerangka Penelitian…………………………………………………………19

BAB III METODE PENELITIAN

3.1 Metode Pengumpulan data…………………………………………………..20

3.2 Teknik Analisis Data………………………………………………………...21

3.3 Prosedur Penelitian…………………………………………………………..21

BAB IV PEMBAHASAN

4.1 Unsur-unsur Instrinsik dalam Novel Kaze No Uta Wo Kike………………..23

4.1.1 Karakter Tokoh Utama………………………………………………...24

4.1.2 Tokoh Tambahan………………………………………………………36

4.1.3 Hubungan Tokoh Aku dengan tokoh Lainnya…………………………38

4.2 Unsur-unsur Instrinsik yang membangun tema dalam Novel Kaze No Uta Wo
Kike…………………………………………………………………………..55

BAB V PENUTUP

5.1 Kesimpulan………………………………………………………………61

5.2 Saran……………………………………………………………………..64

DAFTAR PUSTAKA

BIOGRAFI PENGARANG

SINOPSIS
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Karya sastra lahir dari ungkapan perasaan, pemikiran, ide-ide, kepercayaan

seseorang yang dikeluarkan ke dalam bentuk bahasa lisan atau tulisan. Untuk

memahami maknanya, karya sastra hanya dapat dikaji berdasarkan unsur intrinsiknya

sendiri. Di dalam karya sastra terdapat berbagai hal yang dapat dikaji, baik itu dari

tokoh yang ada dalam cerita maupun latar cerita berupa latar waktu, tempat ataupun

latar sosial. Salah satu genre sastra yang banyak diminati oleh masyarakat adalah

novel. Novel sebagai karya sastra dijadikan oleh pengarang sebagai media untuk

menyampaikan pesan dan gagasan kepada pembaca berdasarkan pikiran, perasaan,

dan pengalamannya.

Dalam sebuah novel terdapat beberapa unsur intrinsik yaitu tema, penokohan,

latar, alur/plot, gaya bahasa, sudut pandang dan amanat. Menurut Nurgiyantoro

(1998:70), tema merupakan dasar cerita atau gagasan umum dalam sebuah cerita.

Unsur-unsur instrinsik lain seperti penokohan, latar, alur/plot yang membangun tema

tersebut. Oleh karena itu, untuk memahami tema sebuah cerita baik itu novel ataupun

cerpen, sangat diperlukan pemahaman terhadap seluruh unsur-unsur intrinsik yang

lain.
Haruki Murakami adalah penulis novel kontemporer dan penerjemah yang

sangat terkenal. Ia lahir di Tokyo tanggal 12 Januari 1949 dan dibesarkan di Kobe.

Karya-karyanya telah diterjemahkan ke dalam empat puluh lebih bahasa termasuk

Bahasa Indonesia. Salah satu novel karya Haruki Murakami adalah Kaze No Uta Wo

Kike. Novel ini adalah karya pertama yang ditulis olehnya pada tahun 1979 dan

langsung mendapat penghargaan Gunzo di Jepang. Karya-karya Murakami dikritik

karena banyak mengandung tema pengasingan dan kesendirian. Novel Kaze No Uta

Wo Kike adalah salah satunya.

Sudah ada beberapa penelitian yang menggunakan Novel Kaze No Uta Wo

Kike, sebagai objek, tetapi unsur tema pada novel Kaze No Uta Wo Kike belum

pernah diungkapkan. Dalam hal ini penulis ingin melihat lebih detail bagaimana

Haruki Murakami ingin menggambarkan anak muda pada saat itu menjalani hidup

tanpa arah, tanpa memikirkan masa depan mereka.

Novel Kaze No Uta Wo Kike sangat terkenal di Jepang. Novel ini

menceritakan 3 tokoh yaitu tokoh Aku, sahabat tokoh Aku bernama Nezumi, dan

pacar tokoh Aku yang berjari 4. Aku adalah seorang pemuda berusia menjelang 20

tahun yang sangat terobsesi dengan seorang penulis Amerika yang tewas bunuh diri.

Nezumi adalah seorang pemuda dengan orang tua yang kaya, namun setiap saat dia

menghujat dan mengkritik kehidupan orang-orang kaya. Sementara gadis berjari 4

yang menjadi pacar tokoh Aku adalah seorang mahasiswa yang tinggal di kota itu.

Ketiga tokoh tersebut dipertemukan dalam musim panas yang singkat di sebuah kota
di pinggir pantai. Setiap hari mereka isi dengan minum-minum di bar dan berjalan-

jalan di pantai.

Seperti yang telah disebutkan sebelumnya bahwa novel-novel karya Haruki

Murakami umumnya bertema kesendirian. Tokoh-tokoh dalam novel Kaze No Uta

Wo Kike seperti hidup dalam dunia sendiri yang tanpa arah dan tidak jelas akhirnya.

Masing-masing hidup dalam dunianya dengan berkali-kali flashback ke masa lalu.

Latar yang berupa kota pinggiran pantai sangat mendukung suasana yang sangat

tenang dan santai. Hampir tidak ada konflik berarti yang terjadi dalam novel ini.

Bagaimana unsur-unsur instrinsik seperti penokohan, alur dan latar dalam

novel Kaze No Uta Wo Kike membangun tema menjadi hal yang menarik bagi

penulis untuk diangkat dalam skripsi berjudul “Analisis Struktural Pada Novel

Dengarlah Nyanyian Angin Karya Haruki Murakami”

1.2. Ruang Lingkup

Setelah membaca novel Kaze No Uta Wo Kike karya Haruki Murakami

ditemukan beberapa masalah yang dapat diidentifikasi sebagai berikut:

1. Tokoh utama yang terobsesi dengan seorang penulis Amerika yang mati

bunuh diri.

2. Nezumi yang membenci kekayaan tetapi dia lahir dari anak hartawan.

3. Nezumi yang tidak suka membaca tapi ia bercita-cita menjadi seorang

penulis.
4. Seorang gadis yang tidak ragu menggugurkan janin yang tidak diketahui

siapa ayahnya.

5. Perbenturan nilai-nilai tradisional dan modern di kalangan anak muda

Jepang.

6. Anak muda Jepang yang anti kemapanan dan tidak memikirkan masa

depan mereka.

7. Anak muda Jepang yang mencari jati diri mereka.

1.3. Rumusan Masalah

Setelah mengidentifikasi masalah dari novel Kaze No Uta Wo Kike maka

penulis merumuskan pokok masalahnya yaitu :

1. Bagaimana unsur-unsur intrinsik seperti penokohan, latar dan alur dalam

novel Kaze No Uta Wo Kike Karya Haruki Murakami?

2. Bagaimana unsur-unsur instrinsik membangun tema dalam novel Kaze No

Uta Wo Kike Karya Haruki Murakami?

1.4. Tujuan dan Manfaat penelitian

1.4.1. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian dalam Novel Kaze No Uta Wo Kike dan berdasarkan

pokok permasalahan yang telah dikemukakan yaitu:

1. Untuk menjelaskan unsur-unsur intrinsik seperti penokohan, latar dan alur

dalam novel Kaze No Uta Wo Kike Karya Haruki Murakami


2. Mengetahui unsur-unsur instrinsik membangun tema dalam Novel Kaze No

Uta Wo Kike Karya Haruki Murakami.

1.4.2. Manfaat Penelitian

1. Memberikan informasi kepada masyarakat mengenai bagaimana

pengkajian sebuah karya sastra, khususnya pada novel.

2. Memahami dan memaknai realita yang terjadi di masyarakat sehingga

dapat dijadikan renungan hidup dalam menjalani kehidupan.

3. Menerapkan ilmu dan teori yang dipelajari dalam menganalisis karya

sastra, dan diharapkan mampu memberi sumbangan pikiran guna

menambah wawasan serta pemahaman tentang struktural terhadap pembaca

sekaligus penulis.

4. Menambah pengetahuan bagi pembaca tentang aspek penokohan yang

terdapat dalam novel Kaze No Uta Wo Kike Karya Haruki Murakami.

Selain itu hasil dari penelitian ini juga diharapkan dapat menjadi acuan

bagi penelitian-penelitian berikutnya.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Landasan Teori

2.1.1 Teori Strukturalisme

Sastra merupakan sebuah sistem yang terangkat dari sebuah produk oleh

masyarakat tertentu menamakan sebagai sastra. Novel berhubungan adanya

ketidakterikatan pada panjang cerita yang memberi kebebasan pada pengarang,

umumnya memiliki lebih dari satu plot, terdiri dari plot utama dan sub-sub plot. Plot

utama berisi konflik utama yang menjadi inti persoalan yang diceritakan sepanjang

karya itu. Sedangkan sub-sub plot adalah berupa atau munculnya konflik tambahan

yang bersifat menopang, mempertegas, dan mengintensifkan konflik utama untuk

sampai ke klimaks. Plot-plot tambahan tersebut berisi konflik-konflik yang mungkin

tidak sama kadar kepentingannya atau perannya terhadap plot utama. Subplot berjalan

sendiri, bahkan mungkin sekaligus dengan penyelesaian sendiri pula, namun harus

tetap berkaitan satu sama lain, dan tetap dalam hubungannya dengan plot utama

(Nurgiyantoro, 1998:9). Teori struktural menurut Pradopo (2001:54) adalah adanya

anggapan bahwa di dalam dirinya sendiri, karya sastra merupakan suatu yang otonom

yang dipahami sebagai suatu kesatuan yang bulat dengan unsur-unsur pembangunnya

yang saling berjalin.

Strukturalisme adalah satu aliran filsafat yang muncul di Perancis. Istilah

strukturalisme sering membingungkan berbagai kalangan. Istilah struktur sendiri


banyak digunakan dalam berbagai bidang atau disiplin, istilah strukturalisme tidak

hanya digunakan dalam bidang kesusastraan, tetapi juga dalam bidang-bidang yang

lain, seperti biologi, psikologi, sosiologi, sejarah, filsafat, bahasa atau linguistik, dan

disiplin ilmu-ilmu lainnya. Strukturalisme sendiri mulai mendapat banyak perhatian

sekitar 1960an sebagai satu mode berfikir dalam bidang filsafat di Perancis.

Strukturalisme dapat diartikan sebagai satu cabang atau mode pemikiran dalam

bidang filsafat atau aliran pemikiran yang mengungkapkan struktur terdalam dalam

suatu realitas yang tampak kacau dan tak beraturan yang beraneka ragam secara

ilmiah, menekankan pada metode yang subjektif mengikuti formula atau hukum-

hukum sehingga bersifat ketat, dan menjaga jarak antara yang diamati dan yang

mengamati (Susanto, 2012:88-89).

Strukturalisme memiliki beberapa ciri-ciri sebagai satu bidang pemikiran.

Pertama, strukturalisme memiliki satu konsep bahwa sesuatu yang ada dalam

permukaan itu pada hakikatnya menjelaskan sesuatu yang di dalam (deep structure).

Kekacauan atau ketidakteraturan dari permukaan itu pada dasarnya memiliki satu

mekanisme yang mengatur hal tersebut sehingga dapat diketahui formula yang ada.

Sifat yang kedua dapat diturunkan melalui sifat yang pertama, struktur yang dalam

(deep structure) pada hakikatnya memiliki satu hukum yang terstruktur atau

mekanismenya yang teratur pada dirinya sendiri. Sifat dari mekanisme itu tidak hanya

statis atau tetap, tetapi memiliki satu potensi atau kekuatan yang terorganisasi dan

terpola (Susanto, 2012:90-91).


Strukturalisme yang pada mulanya hadir di Perancis, menurut Eagleton

tumbuh subur mulai sekitar tahun 1960an. Strukturalisme diawali dengan hadirnya

buku Course in General Linguistic (1916) oleh Ferdinand de Saussure yang

menyikapi bahasa sebagai suatu tanda yang dikaji secara sinkronis dan diakronis

(Syuropati, 2011:45).

Teori strukturalisme sastra merupakan sebuah teori untuk mendekati teks-teks

sastra yang menekankan keseluruhan relasi antara berbagai unsur teks. Strukturalisme

mengupayakan adanya suatu dasar yang ilmiah bagi teori sastra. Teeuw

mengungkapkan asumsi dasar adalah teks sastra merupakan keseluruhan, kesatuan

yang bulat dan mempunyai koherensi batiniah. Strukturalisme mengacu pada praktik

kritik sastra yang model analisinya didasarkan pada teori linguistik modern, yang

pendekatannya pada unsur intrinsik (Syuropati, 2011:46).

Strukturalisme memandang teks sebagai sebuah struktur. Struktur tersebut

dibangun oleh sejumlah unsur yang saling berhubungan alam rangka mencapai

keutuhan tunggal. Struktur merupakan kerangka dasar yang penting bagi sebuah

cerita rekaan.

Ada beberapa asumsi dasar paradigma strukturalisme Levi-Strauss, yang

pertama berbagai aktivitas sosial dan hasilnya, seperti dongeng, upacara-upacara,

sistem kekerabatan dan perkawinan, pola tempat tinggal, pakaian, dan sebagainya.

Secara formal semuanya dapat dikatakan sebagai bahasa-bahasa atau perangkat tanda
dan simbol yang menyampaikan pesan-pesan tertentu. Yang kedua, manusia memiliki

kemampuan secara genetik untuk menyusun suatu struktur tertentu pada gejala-gejala

yang dihadapi. Yang ketiga adalah suatu istilah ditentukan maknanya oleh relasi-

relasinya pada suatu titik waktu tertentu secara sinkronis. Para struktualisme

memandang bahwa relasi-relasi suatu fenomena budaya dengan fenomena-fenomena

yang lain pada titik tertentu akan menentukan makna fenomena tertentu. Asumsi yang

terakhir adalah relasi-relasi yang ada pada struktur dalam dapat diperas atau

disederhanakan lagi menjadi oposisi berpasangan.

Strukturalisme Levi-strauss menganggap teks naratif, seperti mitos, sejajar

atau mirip dengan kalimat berdasarkan atas dua hal. Pertama yaitu teks tersebut

adalah suatu kesatuan yang bermakna yang dianggap mewujudkan, mengekspresikan,

keadaan pemikiran seorang pengarang, seperti halnya sebuah kalimat yang

memperlihatkan pemikiran seorang pembicara. Yang kedua yaitu sebuah teks adalah

kumpulan dari peristiwa-peristiwa atau bagian-bagian yang bersama-sama

membentuk sebuah cerita serta mewujudkan berbagai tokoh dalam gerak.

Strukturalisme Levi-strauss secara implisit menganut pandangan bahwa sebuah cerita

(naratif), seperti halnya sebuah kalimat, maknanya merupakan hasil dari suatu proses

artikulasi (Nyoman, 2012:15-18).


2.1.2 Unsur-unsur Instrinsik Novel

1. Tema

Tema merupakan unsur yang begitu penting dalam pembentukan sebuah karya

sastra, karena tema adalah dasar bagi seorang pengarang untuk mengembangkan

suatu cerita. Novel bisa menawarkan lebih dari satu tema, yaitu satu tema utama dan

tema-tema tambahan. Hal itu sejalan dengan adanya plot utama dan sub-subplot

diatas yang menampilkan satu konflik utama dan konflik-konflik tambahan. Novel

dapat mengungkapkan berbagai masalah kehidupan yang kesemuanya akan

disampaikan pengarang lewat karya sastra, peran sub-sub plot terhadap plot utama,

tema-tema tambahan tersebut haruslah bersifat menopang dan berkaitan dengan tema

(Nurgiyantoro, 1998: 13).

Tema dalam sebuah karya sastra fiksi hanyalah merupakan salah satu dari

sejumlah unsur pembangun cerita yang lain, yang secara eksistensi tema itu sendiri

amat bergantung dari berbagai unsur yang lain. Tema sebuah cerita tidak mungkin

disampaikan secara langsung, melainkan hanya secara implisit melalui cerita. Tema

merupakan dasar cerita dan cerita disusun dan dikembangkan berdasarkan tea. Tema

mengikat atau pengembangan cerita (Nurgiyantoro, 1998:74-76).

2. Tokoh dan Penokohan

Istilah tokoh menunjuk pada orangnya sebagai pelaku cerita. Misalnya sebagai

jawab terhadap pertanyaan: “siapakah tokoh utama dalam novel itu?”, “Ada berapa
orang jumlah pelaku dalam novel itu, “Siapakah tokoh protagonis dan tokoh

antagonis dalam novel itu?” dan sebagainya (Nurgiyantoro,1998:165).

Dalam membaca sebuah novel, biasanya pembaca dihadapkan pada sejumlah

tokoh yang dihadirkan di dalamnya. Namun, dalam kaitannya dengan keseluruhan

cerita masing-masing tokoh tersebut tidak sama. Dilihat dari segi peranan atau tingkat

pentingnya tokoh dalam sebuah cerita, ada tokoh yang tergolong penting dan

ditampilkan terus-menerus sehingga terasa mendominasi sebagian besar cerita atau

sebaliknya, ada tokoh yang hanya dimunculkan sekali atau beberapa kali dalam

cerita, dan itupun mungkin dalam porsi penceritaan yang relatif pendek.

Jenis-jenis tokoh dalam sebuah karya fiksi dapat dibedakan berdasarkan segi

peranan atau tingkat pentingnya tokoh dalam sebuah cerita, yaitu tokoh utama adalah

tokoh yang diutamakan penceritaannya dalam novel yang bersangkutan. Tokoh utama

merupakan yang paling banyak diceritakan, baik sebagai pelaku kejadian maupun

yang dikenai kejadian. Tokoh tambahan adalah yaitu tokoh yang kemunculannya

lebih sedikit dan kehadirannya jika hanya ada keterkaitannya dengan tokoh utama

secara langsung atau tidak langsung (Nurgiyantoro,1998:165). Tokoh pembantu

adalah tokoh yang memiliki peranan tidak penting dalam cerita dan kehadiran tokoh

ini hanya sekedar menunjang tokoh utama.

Penokohan adalah pelukisan gambaran yang jelas tentang seorang yang

ditampilkan dalam sebuah cerita. Penokohan juga mencakup masalah siapa tokoh
cerita, bagaimana perwatakan dan bagaimana penempatan dan pelukisannya dalam

sebuah cerita sehingga sanggup memberikan gambaran yang jelas pada pembaca.

Penokohan sekaligus menyaran pada teknik pewujudan dan pengembangan tokoh

dalam sebuah cerita (Nurgiyantoro, 1998:165-166).

Penokohan dalam sebuah cerita menggunakan dua metode. Metode ekspositori

atau teknik analitis dan metode dramatik. Metode ekspositori atau teknik analitis

yaitu pelukisan tokoh cerita dilakukan dengan memberikan deskripsi, uraian, atau

penjelasan secara langsung. Tokoh cerita hadir dan dihadirkan oleh pengarang

hadapan pembaca secara tidak berbelit-belit melainkan begitu saja dan langsung

disertai deskripsi kediriannya yang mungkin berupa sikap, sifat, watak, tingkah laku,

atau bahkan juga ciri fisiknya. Metode dramatik yaitu mirip yang ditampilkan pada

drama, dilakukan secara tidak langsung. Artinya, pengarang tidak mendeskripsikan

secara eksplisit sifat dan sikap serta tingkah laku tokoh (Nurgiyantoro, 1998:194-

198).

3. Alur

Alur adalah struktur rangkaian kejadian-kejadian dalam sebuah cerita yang

disusun secara kronologis. Atau definisi alur yaitu merupakan rangkaian cerita sejak

awal hingga akhir. Alur mengatur bagaimana tindakan-tindakan yang terdapat dalam

cerita harus berkaitan satu sama lain, seperti bagaimana suatu peristiwa berkaitan

dengan peristiwa lainnya, lalu bagaimana tokoh yang digambarkan dan berperan di
dalam cerita yang seluruhnya terkait dengan suatu kesatuan waktu. Alur sendiri

berfungsi untuk mengatur jalannya sebuah cerita, Tanpa alur yang jelas maka cerita

tidak akan memiliki konsep dan jalan yang baik

Alur atau plot pada umumnya tunggal, hanya terdiri satu urutan peristiwa

yang diikuti sampai cerita berakhir (bukan selesai) sebab banyak cerpen yang tidak

berisi penyelesaian yang jelas, penyelesaian yang diserahkan pada interpretasi

pembaca. Urutan peristiwa dapat dimulai di mana saja, misalnya dari konflik yang

telah meningkat tidak harus bermula dari tahap perkenalan tokoh atau latar biasanya

tak berkepanjangan. Berhubungan berplot tunggal konflik yang dibangun dan klimaks

akan diperoleh pun biasanya bersifat tunggal pula (Nurgiyantoro, 1998:12).

Adapun jenis-jenis alur yang di antaranya yaitu :

a. Alur maju.

Alur maju adalah alur yang peristiwa ditampilkannya secara kronologis,

maju, secara runtut dari tahap awal, tahap tengah, hingga tahap akhir cerita. Biasanya

alur ini sering digunakan oleh penulis pemula, dengan membuat cerita menggunakan

alur ini makan dapat terbangun kebiasaan menulis bagi mereka sebab jika

menggunakan alur ini tidak terlalu sulit dalam mengarang atau membuat cerita. Alur

ini umumnya digunakan pada cerita yang mudah untuk dipahami atau dicerna,

misalnya seperti cerita untuk anak-anak. Tapi bukan berarti alur ini tidak

dapat digunakan pada cerita yang serius, misalnya seperti drama dan lain sebagainya.
b. Alur mundur

alur mundur yaitu alur yang ceritanya dimulai dengan penyelesaian. Alur ini

sering ditemui pada cerita yang memakai setting waktunya pada masa lampau.

Penulis yang memakai alur ini haruslah pintar-pintar dalam menyusun ceritanya

supaya tidak membuat pembacanya menjadi kebingungan.

4. Latar/setting

Latar disebut juga setting, yaitu tempat atau waktu terjadinya peristiwa-

peristiwa yang terjadi dalam sebuah karya sastra. Latar disebut juga sebagai landas

tumpu, menyaran pada pengertian tempat, hubungan waktu, dan lingkungan sosial

tempat terjadinya peristiwa-peristiwa (Abrams dalam Nurgiyantoro, 1998:216).

Latar tempat mengacu pada lokasi terjadinya peristiwa yang diceritakan dalam

sebuah karya fiksi. Latar waktu berhubungan dengan masalah ‘kapan’ terjadinya

peristiwa-peristiwa yang diceritakan dalam sebuah karya fiksi. Latar sosial mengacu

pada hal-hal yang berhubungan dengan perilaku sosial masyarakat di suatu tempat

yang diceritakan dalam karya fiksi. Latar sosial biasanya mencakup kebiasaan hidup,

adat istidat, tradisi, keyakinan, pandangan hidup, cara berpikir dan bersikap, serta

status sosial.

Pelukisan latar cerita untuk novel terdapat perbedaan yang menonjol. latar

merupakan tempat , keadaan sosial yang menjadi wadah tempat tokoh melakukan dan

dikenai sesuatu kejadian. Latar bersifat memberikan aturan atau permainan tokoh.
Latar akan mempengaruhi tingkah laku dan cara berfikir tokoh (Nurgiyantoro,

1998:75).

Lebih lanjut Nurgiyantoro juga berpendapat, latar memberikan pijakan cerita

secara kongkret dan jelas. Hal ini penting untuk memberikan kesan realistis kepada

pembaca, menciptakan suasana tertentu seolah-olah sungguh-sungguh ada dan terjadi.

Pembaca dengan demikian merasa dipermudah untuk mengoperasikan daya

imajinasinya, dimungkinkan untuk berperan serta secara kritis sehubungan dengan

pengetahuannya terhadap latar.

a. Latar waktu

Latar waktu berhubungan dengan masalah “kapan” terjadinya peristiwa-

peristiwa yang diceritakan dalam sebuah karya fiksi (Nurgiyantoro, 1998:230).

Masalah “kapan” tersebut biasanya dihubungkan dengan waktu faktual, waktu yang

ada kaitannya atau dikaitkan dengan peristiwa sejarah. Latar waktu juga saat di mana

tokoh ataupun si pelaku melakukan sesuatu pada saat kejadian peristiwa dalam cerita

yang sedang telah terjadi. Seperti misalnya: Pagi hari, siang hari, sore hari, malam

hari, di zaman dulu, di masa depan, dan lain sebagainya.

b. Latar Tempat

Latar tempat mengacu pada lokasi terjadinya sebuah peristiwa yang

diceritakaan dalam sebuah karya fiksi (Nurgiyantoro, 1998:227). Di mana tempat

tokoh atau si pelaku mengalami kejadian atau peristiwa didalam cerita. Seperti
misalnya: Di dalam bangunan tua, di sebuah gedung, di lautan, di dalam hutan, di

sekolah, di sebuah pesawat, di ruang angkasa, dan lain sebagainya.

Latar merupakan tempat, saat dan keadaan sosial yang menjadi wadah tempat

tokoh melakukan dan dikenai suatu kejadian. Latar akan mempengaruhi tingkah laku

dan cara berfikir tokoh, dan karenanya akan mempengaruhi pemilihan tema. Tema

yang dipilih akan menuntut pemilihan latar yang sesuai dan mampu mendukung.

c. Latar sosial

Latar sosial mengacu pada hal-hal yang berhubungan dengan perilaku sosial

masyarakat di suatu tempat yang diceritakan dalam karya fiksi. Latar sosial biasanya

mencakup kebiasaan hidup, adat istidat, tradisi, keyakinan, pandangan hidup, cara

berpikir dan bersikap, serta status sosial (Nurgiyantoro, 1998:233).


2.2 Hasil Penelitan yang Relevan

Penelitian terhadap novel Kaze No Uta Wo Kike karya Haruki Murakami masih

terbilang sangat minim. Hal tersebut dapat diketahui dari penelusuran yang dilakukan

penulis melalui perpustakaan dan internet. Penulis hanya menemukan satu penelitian

menggunakan novel Kaze No Uta Wo Kike. Penelitian tersebut menggunakan

pendekatan yang sama, objek kajian yang sama tetapi judul yang berbeda yaitu

penelitian dari Hima (2010) dalam skripsinya yang berjudul Analisis tokoh utama

dalam Novel “Kaze No Uta Wo Kike” Karya Haruki Murakami. Dalam skripsi ini

dibahas tentang tokoh utama dengan menghubungkan unsur-unsur intrinsik yang

membangun dalam sebuah novel, yaitu hubungan tokoh utama dengan latar,

hubungan tokoh utama dengan alur, dan hubungan tokoh utama dengan tokoh lain.

Selanjutnya adalah penelitian dari Yunita (2009) yaitu Konflik Cinta dalam novel

Norwegian Wood karya Haruki Murakami di Universitas Hasanuddin. Penulis

menyimpulkan bahwa novel Norwegian Wood menggambarkan konflik cinta yang

dialami oleh remaja Jepang . Para tokoh di dalam novel ini mengalami berbagai

konflik cinta, dan sering kali terjun ke minuman keras sampai seks bebas.

Selanjutnya adalah tulisan Kasmilasari Aswil (2014) di Universitas Hasanuddin

yang berjudul Analisis Penokohan dalam Novel Saga no Gabai Baachan karya

Yoshichi Shimada (Suatu Tinjauan Struktural). Dalam skripsi ini dibahas tentang

interaksi tokoh utama dengan tokoh lain dan misi yang dibawa oleh tokoh utama

dalam berinteraksi dengan tokoh yang memiliki kaitan dengan tema. Dalam skripsi
ini dijelaskan bahwa interaksi tokoh utama Akihiro dengan tokoh yang lainnya tidak

semuanya adalah hubungan interaksi positif. Seperti interaksi Akihiro dengan tokoh

Guru Memasak. Tokoh Akihiro melihat guru memasak sedang berduaan dengan guru

musik dan membuat Akihiro memiliki keinginan untuk menjahilinya. Sedangkan

interaksi antartokoh dalam novel tersebut sangat berkaitan dengan tema yaitu

semangat dan perjuangan hidup.

2.3 Kerangka Penelitian

Kerangka penelitian bertujuan agar pembaca lebih memahami apa yang akan

diutarakan oleh penulis. Di bawah ini merupakan bagan dari kerangka penelitian

terhadap novel Kaze No Uta Wo Kike:


Skema kerangka penelitian :

Novel Kaze No Uta Wo


Kike karya Haruki
Murakami

Pendekatan Struktural

Unsur-unsur Instrinsik Tema dan Unsur-unsur


Penokohan, latar dan Intrinsik Pembangun
alur Tema

ANALISIS

OUTPUT
BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Metode Pengumpulan Data

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kepustakaan,

yaitu metode yang bersumber dari buku dan kepustakaan lain yang berhubungan

dengan objek penelitian.

Dalam pengumpulan data, hal pertama yang dilakukan adalah membaca secara

keseluruhan objek penelitian, kemudian mencatat dan mengidentifikasi permasalahan

yang ada pada objek penelitian. Pengumpulan data erat kaitannya dengan objek

penelitian. Berikut merupakan sumber data yang diperoleh menyangkut pada kajian

yang akan diteliti. Data terbagi atas dua yaitu:

1. Data primer, yaitu data yang menjadi sumber utama sebagai objek penelitian.

Sumber data diperoleh dari teks novel Kaze No Uta Wo Kike karya Haruki

Murakami yang diterbitkan di Jepang pada tahun 1979 oleh penerbit Kodansha

dengan tebal 201 halaman. Selain itu juga Penulis menggunakan novel

terjemahan Bahasa Indonesia yang berjudul Dengarlah Nyanyian Angin yang

diterbitkan oleh KPG pada tahun 2013 dengan tebal 119 halaman.

2. Data sekunder, yaitu data tambahan untuk menunjang data primer yang diperoleh

dari hasil membaca referensi yang relevan dengan objek kajian dalam penelitian
ini, seperti referensi dari buku, makalah, internet maupun penelitian kepustakaan

baik mengenai sastra, teori strukturalisme, unsur-unsur intrinsik.

3.2 Teknik Analisis Data

Penelitian ini menggunakan pendekatan struktural dalam menganalisis dan

menginterpretasi aspek penokohan, latar, dan alur yang terdapat dalam objek kajian.

Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode kualitatif untuk memahami tema

dan unsur-unsur pembangunnya yang terdapat pada novel. Adapun teknik analisis

data yang telah dilakukan peneliti yaitu:

1. Data yang telah diperoleh dari novel diklasifikasikan berdasarkan masalah

penelitian yang sesuai dengan rumusan masalah yang telah ada.

2. Menganalisis masing-masing unsur intrinsik dalam novel dengan data berupa

referensi-referensi tentang struktural. Hal ini dilakukan untuk mengetahui

penokohan, latar, dan alur yang terdapat di dalam novel. Menarik kesimpulan

sebagai perwakilan dari hasil analisis secara menyeluruh.

3.3 Prosedur Penelitian

Adapun langkah-langkah atau prosedur yang telah dilakukan dalam penelitian

ini yaitu:

1. Penulis terlebih dahulu melakukan survei terhadap karya-karya sastra yang

dianggap menarik untuk diteliti. Dari beberapa karya sastra yang telah penulis

dapatkan, penulis memutuskan untuk memilih novel Kaze No Uta Wo Kike

karya Haruki Murakami.


2. Penulis lalu membaca dengan cermat novel yang menjadi objek kajian.

Setelah membaca dengan cermat novel tersebut, penulis memutuskan untuk

menganalisis penokohan, latar dan latar yang terdapat di dalam novel.

3. Mengidentifikasi masalah-masalah yang terdapat dalam novel Kaze No Uta

Wo Kike.

4. Membatasi dan merumuskan masalah yang telah diidentifikasi.

5. Mengumpulkan data-data.

6. Menganalisis data.

7. Menyimpulkan hasil analisis yang telah dibuat.


BAB IV

PEMBAHASAN

Novel Kaze No Uta O Kike cukup terkenal di Jepang. Dalam novel ini

terdapat 2 (dua) orang tokoh utama yaitu Tokoh Aku dan Nezumi. Tokoh Aku adalah

seorang pemuda berusia 20 tahun yang sangat terobsesi dengan penulis yang sudah

meninggal dunia. Nezumi adalah salah seorang dari keluarga yang kaya namun benci

dengan orang kaya. Novel ini semakin menarik dengan hadirnya tokoh tambahan

yaitu gadis berjari empat yang menjadi pacar tokoh aku dan bekerja di sebuah tokoh

penjual piringan hitam. Ketiga tokoh tersebut masing-masing memiliki kehidupan

yang unik yang membangun jalannya cerita di dalam novel menjadi cerita yang tidak

biasa.

Tokoh Aku memiliki latar belakang kehidupan yang berbeda dari anak

lainnya. Ia juga tidak pernah beradaptasi dengan lingkungan sekitar rumahnya.

Sementara itu, Nezumi terlahir sebagai anak orang kaya, tetapi sangat membenci

orang kaya. Hal ini membuat penulis akan melihat lebih jauh lagi karakter masing-

masing tokoh tersebut. Berikut adalah pemaparan karakter kedua tokoh yaitu tokoh

Aku dan Nezumi.


4.1 Karakter Tokoh dalam Novel Kaze No Uta Wo Kike

4.1.1 Tokoh Aku (Utama)

Tokoh utama merupakan tokoh sentral yang muncul di awal cerita hingga

akhir. Tokoh Aku suka membaca dan juga suka musik. Ia menjalani sebuah masa

liburan di Jepang dengan bercerita tentang jalan kehidupan mereka selama ini dan

bagaimana mereka melihat masa depan dan sudut pandang pemuda yang anti-

kemapanan terhadap budaya kehidupan Jepang. Sewaktu kecil tokoh Aku adalah anak

yang sangat pendiam, namun ketika usianya beranjak 14 tahun, dia berubah menjadi

pemuda yang tidak pendiam meskipun tidak banyak bicara juga. Tokoh Aku terobsesi

dengan salah seorang penulis barat Derek Heartfield, seorang penulis kelahiran

Amerika yang tidak terlalu terkenal dan mati bunuh diri.

a. Pendiam
む く ち
Pendiam dalam bahasa Jepang disebut dengan 無口 (Mukuchi). Definisi

Mukuchi dalam kamus Shinmekai Kokugo Jiten adalah sebagai berikut:

む く ち くちかず すく ひと か も く
無口:口数の少ないこと / さま/ 人 / 寡黙。(Shinmekai Kokugo Jiten)

Pengertian mukuchi dalam kamus adalah orang yang tidak banyak berbicara.

Diam/ malu/ tidak komunikasi. Definisi Mukuchi dalam kamus, terdapat pada novel

pada kutipan sebagai berikut :

ちい ころ ぼく むくち しょうねん りょうしん しんぱい


「小さい頃、僕はひどく無口な 少 年 だった。 両 親 は心配して、
ぼく し せいしんかい いえ つ
僕は知り合いの精神科医の家に連れていった」。(村上, 2004:28).
“Sewaktu kecil aku anak yang sangat pendiam. Karena khawatir
orang tuaku membawaku ke seorang psikiater”. (Murakami 2013:18).

Sewaktu kecil tokoh Aku adalah anak yang sangat pendiam. Tokoh Aku

digambarkan sebagai pemuda yang memiliki kepribadian yang berbeda dari anak

lainnya. Hal ini dipengaruh oleh latar belakang di mana kehidupan masa kecilnya

yang cukup berbeda dari anak kecil lainnya. Dalam kehidupan sehari-harinya hanya

dia, kakak, dan ayahnya yang berada di rumah. Ia juga jarang berbicara dengan kakak

maupun ayahnya sehingga suasana di dalam rumah bias di bilang dingin. Ia juga tidak

pernah berinteraksi dengan anak sebayanya di lingkungan sekitar rumahnya ini.

Karena pada waktu kecil ia juga pernah dipukuli oleh temannya dan sejak kejadian itu

ia tidak pernah berbicara lagi pada siapa pun yang berada di sekitar rumahnya.

b. Peduli
ひつよう こと さ い しょ うげ んど い ようき
必要な事を最小限度言うだけで、陽気になっておしゃべりをすること

よう
がない・様子「こと」(Shinmekai Kokugo Jiten)

Peduli adalah hal/ kondisi yang berdasarkan pada keprihatinan terhadap orang

yang sedang mengalami masalah atau kesusahan.

ほんとう かお あら
本当のことを言うと顔なんて洗うつもりはなかったんだ。フリ
みせ せんめんじょ たいていはいすいこう
をするだけさ。あの店の洗面所は大抵排水口 がつまって水がた
ゆうべ めずら
まってるからね。あまり中に入りたくない。でも昨夜 は 珍 し
ゆか きみ ころ
いみずがたまってなかった。そのかわり床 に君 が転 がってた
(村上, 2004:36)

“sejujurnya aku sama sekali tidak berniat untuk mencuci muka. Aku
cuma pura-pura saja. Soalnya saluran pembuangan air di toilet bar
itu mampet dan airnya tergenang. Aku enggan masuk ke sana, namun
tidak seperti biasanya,kemarin malam airnya tidak menggenang. Tapi
sebagai gantinya, justru kamulah yang tergeletak di lantai”
(Murakami, 2008:25).

Pada waktu itu Aku berada di Jay’s Bar untuk minum bir. Ketika tokoh Aku

masuk ke toilet untuk mencuci muka sebelum ia pulang ke rumahnya, ia mendapati

seorang wanita tergeletak di lantai kamar mandi Jay’s Bar. Tidak tega melihat wanita

itu tergeletak di lantai toilet ia pun akhirnya mengantar wanita itu pulang ke

rumahnya dengan alamat yang ada pada kartu pos yang berada di dalam tas wanita

tersebut. Semalaman tokoh Aku menunggu wanita itu sampai sadar dan berniat

menjelaskan secara terperinci apa yang terjadi pada dirinya agar wanita yang ia

temukan di toilet Jay’s Bar tidak salah paham terhadap dirinya.

Tokoh Aku merupakan karakter yang peduli. Hal ini sejalan dengan

pengertian dari kamus yang berarti suatu kondisi dimana orang tersebut tidak pernah

cerewet. Hal ini tercermin ketika tokoh aku hanya melakukan kegiatan minum-

minum di bir. Tokoh Aku minum bir tanpa melakukan percakapan atau bincang-

bincang dengan orang-orang yang ada di Jay’s Bar tersebut, seperti yang dilakukan

orang-orang pada umumnya ketika berada di sebuah bar.

Seperti yang telah dipaparkan sebelumnya bahwa kepedulian tokoh Aku

terlihat ketika ia menolong seorang wanita yang tergeletak pingsan di kamar mandi
Jay’s Bar. Ia kemudian menolong wanita itu karena ia peduli terhadap wanita itu,

walaupun ia sama sekali tidak mengenal wanita tersebut. Tokoh Aku juga menunggu

wanita itu sampai terbangun dari tidurnya. Hal ini lakukan agar wanita itu tidak salah

paham terhadap tindakan tokoh Aku. Hal tersebut juga mengisyaratkan bahwa tokoh

Aku adalah orang yang peduli karena sejalan dengan pengertian peduli menurut

kamus Shinmenkai Kokugo Jiten bahwa peduli adalah suatu sikap yang hanya

mengatakan sesuatu yang seadanya. Hal inilah yang dilakukan tokoh Aku kepada

wanita tersebut setelah sadar. Tokoh Aku mengatakan hal yang seadanya secara

runtut dan terperinci.

Sikap kepedulian tokoh Aku tidak sampai di situ saja. Sikap tokoh Aku dapat

dilihat dengan tindakannya dengan mengantar pulang wanita yang ia temukan di

lantai toilet Jay’s. Tokoh Aku mengantar wanita itu sampai di rumahnya dengan

melihat alamat yang tertera pada kartu pos. Dari kutipan di atas penulis menyakini

bahwa tokoh Aku memang seorang yang peduli, menurut definisi kamus Shinmeikai

Kokugo Jiten bahwa peduli adalah sikap atau kondisi yang bicara sesingkat-

singkatnya mengenai sesuatu dan tidak cerewet kemudian menjadi seorang yang

senang karena hal tersebut.

c. Menyimpang /紛らす

Pengertian sikap menyimpang dalam kamus yaitu magirasu. Definisi

menyimpang dalam kamus sebagai berikut:


まぎ : 1 た い し つ か た に ん わ
紛らす:① 他の異質なものになり替えて、他人には分からな

。 2 たの き ぶ ん あいだた
いようにする。② 楽しくない気分を、しばらくの間他のことするに

よってごまか. (Shinmeikai Kokugo Jiten)

Menyimpang dibagi menjadi 2 definisi yaitu: 1) berubah menjadi

sesuatu yang berbeda dengan lainnya agar orang lain tidak tahu, 2) ketika

perasaan tidak menyenangkan, dalam keadaan seperti itu dia mengelabui

dengan hal yang lain. Definisi tersebut terdapat pada kutipan di bawah:

ぼく ぶんしょ か くつう さぎょう いち げつ


僕にとって文書を書くのはひどく苦痛な作業である。一か月か
いっこう か
けて一行も書けないこともあるば (村上, 2004:12).

“Bagiku menulis adalah hal yang menyakitkan. Aku tidak pernah


menulis sebaris kalimat pun dalam sebulan (Murakami, 2008: 5).

Pada musim semi di malam hari tokoh Aku bermaksud untuk melanjutkan

tulisannya, dia menulis selama tiga hari dan akhirnya tidak ada hasil dari tulisan yang

Ia buat karena selama tiga hari dia tidak fokus terhadap apa yang ingin dia tuliskan.

Kesal dengan hal tersebut tokoh Aku melampiaskan keinginannya dengan perilaku

yang negatif yaitu ia ke bar untuk minum bir, dengar musik dan makan kacang

bersama dengan temannya.

Menyimpang yang dimaksud di sini adalah kebiasaan yang dilakukan tokoh

Aku yang tidak seperti biasanya. Hal ini sejalan dengan pengertian menyimpang
dalam kamus Shinmeikai Kokugo Jiten bahwa menyimpang adalah ketika perasaan

tidak menyenangkan, dalam keadaan seperti itu dia mengelabui hal itu dengan hal

yang lain. Hal ini dapat dibuktikan dalam cerita ketidakpuasan tokoh Aku dalam

menulis yang dilakukan selama tiga hari berturut-turut yang dirasakan tidak memiliki

manfaat dan hanya membuang-buang waktu. Tokoh Aku adalah orang yang sangat

gemar menulis tetapi sikapnya berubah benci dengan menulis. Munculnya sikap

menyimpang pada diri tokoh Aku karena adanya sesuatu yang ia harapkan tidak bisa

ia capai.
こうかい
d. Penyesalan/後悔 (koukai)

こうかい
Penyesalan dalam bahasa Jepang disebut dengan 後悔 (koukai). Definisi

koukai menurut Kamus Shinmekai Kokugo Jiten adalah sebagai berikut:

こうかい じ ぶ ん
後悔 (koukai):あとになって、自分 のやったことを「しまったなあ」

おも
と思うこと。(Shinmeikai Kokugo Jiten)

Penyesalan adalah rasa bersalah setelah melakukan sesuatu hal. Pengertian


こうかい
後悔 (koukai)/ penyesalan sejalan dengan penggalan/ kutipan yang ada dalam novel

Kaze No Uta Wo Kike, adapun kutipan tersebut adalah sebagai berikut:

15ねん ぼく じつ ほう だ
15年かけて僕は実にいろいろなものを放り出してきた。まるで
え ん じ ん こしょう ひ こ う き じゅうりょう へ にもつ ほう だ
エンジン故障 した飛行機が 重 量 を減らすために荷物 を放 り出
ざせき ほう だ さいご す ち ゅ わ ど
し、座席を放り出し、そして最後にはあわれなスチュワード を
ほう だ 15 ねん あいだぼく ほう だ
放 り出 すように、15 年 の 間 僕 はありとあらゆるものを放 り出
し なに み
し、そのかわりに死んど何も身につけなかった。(村上,
2004 :11).

“Lima belas tahun, aku betul-betul sudah membuang segalanya, tak


ubahnya seperti pesawat yang mengalami kerusakan mesin,
dibuanglah barang di kabin dan yang terakhir pramugari nan cantik.
(Murakami 2013:4)

Penyesalan juga terjadi pada tokoh Aku. Penyesalan yang dimaksud bahwa ia

(tokoh aku) telah melakukan sesuatu perbuatan dengan membuang segalanya. Sejalan
こうかい
dangan pengertian 後悔 (koukai) / penyesalan, bahwa seseorang menyesal karena

seseorang tersebut telah menyia-nyiakan sesuatu dalam dirinya sendiri dan hal itu

tidak dapat dikembalikan lagi oleh dirinya sendiri. Dalam waktu kurung lima belas

tahun dia masih teringat pada masa lalunya, dan berusaha melupakan semua

kenangan masa lalunya. Ingin merubah dirinya dan tidak mau lagi mengingat masa

lalu atau kenangan yang sudah ia lalui selama lima belas tahun. Dia mengibaratkan

dirinya seperti pesawat yang penuh beban dengan pramugari yang cantik, artinya ia

ingin membuang semua kenangan indah yang sudah ia lalui selama ini.

Sejalan dengan penjabaran di atas, penulis melihat bahwa adanya bentuk

penyesalan yang sangat mendalam yang terjadi pada tokoh Aku. Hal ini terjadi karena

tokoh Aku masih mengenang masa lalunya dan ingin melupakannya tetapi hal itu

sangat susah untuk dilakukannya. Adapun analoginya yang diperlihatkan tokoh Aku,

sangatlah mendalam dan sangat menjabarkan penyesalan itu, yakni pesawat yang di

dalamnya terdapat hal-hal indah yang ia sia-siakan. Tetapi sekarang ini, tokoh Aku
menyesal karena melepas semua keindahan itu. Penyesalan itu yang tetap membuat

tokoh Aku tetap menjalani hidup di bawah bayang-bayang penyesalan.

Tentang wanita yang cantik, menandakan bahwa masa lalu tokoh Aku

sangatlah gemerlap dan dengan mudahnya ia melepas kemerlapan itu dengan alasan

yang tidak jelas pula. Sungguh penyesalan yang terjadi setelah itu. Tokoh Aku telah

menyesali perbuatannya sendiri.


お と な
e. Baik / patuh / 大人しい

Baik atau patuh terdapat 3 definisi dalam (kamus) yaitu sebagai berikut:
お と な : 1 「 こ ど も さわ しず
大人しい:①「子供が」いたずらをしたり、騒いだりなどしないで静かにし

。 2 せいしつ おだ ぎゃく よ う す 3
て いる 。② 「 性質 が」 穏 やかで、 逆 らない 様子 だ ③ はでではな

い。.(Shinmeikai Kokugo Jiten)

patuh : 1) [anak2] tidak nakal dan tidak membuat keributan serta tenang, 2)

[karakter] situasi tidak melawan dan kalem, 3) tidak mencolok.

Pada definisi di atas terdapat pula kutipan pada novel Kaze No Uta Wo Kike
sebagai berikut:
ちちおや くつ かくん こども ちちおや
まさか。父親の靴さ。家訓なんだよ。子供はすべからく父親の
くつ みが
靴を磨くべしってね (村上, 2004:78).

“Nggak mungkinlah. Sepatu ayahku. Ini sudah menjadi aturan di


rumah. Anak-anak diwajibkan menyemir sepatu ayahnya. Begitulah
peraturannya” (Murakami 2008:56).
Setiap malam setelah ayahnya pulang ke rumah, tokoh Aku melakukan

pekerjaan yaitu menyemir sepatu ayahnya secara bergantian dengan kakaknya. Di

dalam keluarga tokoh Aku masih menganut nilai tradisional, di mana anak harus

mematuhi perintah orang tuanya. Tokoh Aku dididik untuk selalu mematuhi

peraturan yang ada di dalam keluarganya.

Perilaku yang dicerminkan oleh tokoh Aku adalah anak yang patuh dan baik.

Hal ini merupakan penjabaran dari tindakan tokoh Aku yang selalu menyemir sepatu

ayahnya tanpa merasa keberatan akan pekerjaan tersebut.

Definisi (Baik) dalam kamus Shinmeikai Kukugo Jiten di atas menyebutkan

bahwa anak yang baik selalu dicerminkan dengan sikap yang tidak melawan dan

sabar. Dalam keluarga tokoh Aku, ada serangkaian peraturan yang harus diikuti oleh

tokoh Aku. Kepatuhan ini dilakukan oleh tokoh Aku dengan tidak melawan peraturan

dan patuh terhadap hal tersebut.

Baik juga terinisiasi dengan sikap yang tidak melawan dan tidak membuat

keributan. Tokoh Aku merupakan tokoh yang tidak melawan bahkan cenderung

mengambil inisiatif sendiri untuk melaksanakan kewajiban yang diberikan oleh orang

tuanya sebagai seorang anak. Terbukti setelah percakapan ini tokoh Aku mengatakan

bahwa setiap ayahnya pulang malam ia langsung mengambil sepatu ayahnya lalu

menyemirnya. Maka dari itu hal ini mencerminkan juga bahwa tokoh Aku ini tidak

pernah melawan terhadap peraturan yang ada dalam keluarganya. Dari kesemuanya

dapat disimpulkan bahwa tokoh Aku memiliki karakter yang baik.


f. Bertanggung jawab
せきにん
Tanggung jawab dalam bahasa Jepang disebut dengan 責任 .
せきにん : 1 じ ぶ ん ぶんたん に ん む
責任 :① 自分 の分担 として、それだけはしなければならない・任務

ふ た ん 2 ふ け っ か しっぱい もと そんしつ せいさい じ ぶ ん ひ う


「負担」②不結果・失敗に基づく損失や制裁「を自分で引き受けること」。

(Shinmeikai Kokugo Jiten).

Arti tanggung jawab adalah 1) sesuatu yang harus dilakukan sebagai bagian

tanggung jawab diri sendiri, kewajiban (beban). 2) pembatasan dan kerugian

berdasarkan kegagalan atau tidak ada hasil. (bertanggung jawab atas diri sendiri)

Tanggung jawab juga diperlihatkan oleh tokoh Aku dalam novel Kaze No Uta

Wo Kike. Adapun penjabaran / kutipannya adalah sebagai berikut:


ごねん まえ く ら す おんな こ れ こ
「そういえば五年 ばかり前 にクラス の 女 の子 にそんなレコ ー
ど か
ドを借りたことがあるな」。(村上, 2004:59)

“Kalau tidak salah, Aku pernah meminjam piringan hitam dari beach
boy dari perempuan teman sekelasku,kira-kira lima tahun yang lalu”.
(Murakami 2008:42).

Dalam pengertian orang Jepang, tanggung jawab adalah sesuatu yang berasal

dari dalam dirinya sendiri, yang mereka (orang Jepang) biasa samakan dengan

kewajiban yang harus mereka lakukan, lebih mengutamakan dari pada kepercayaan

mereka. Unsur yang membangun masyarakat Jepang adalah tanggung jawab yang

dijadikan sebuah kewajiban sekaligus beban yang harus mereka tanggung sendiri.
Sewaktu tokoh Aku masih duduk di bangku SMA, ia pernah meminjam

piringan hitam yang tidak lain dari teman sekolahnya. Setelah lima tahun berlalu, ia

menghilangkan piringan hitam milik wanita itu. Kemudian ia mencari ganti piringan

hitam itu dan berniat untuk mengembalikan piringan itu ke wanita tersebut sebagai

hadiah.

Niat tokoh Aku untuk mengembalikan piringan hitam milik temannya yang

telah ia pinjam sejak lima tahun yang lalu merupakan penjabaran rasa tanggung

jawabnya. Tanggung jawab akan piringan hitam itu merupakan sesuatu yang berasal

dari dalam dirinya yang membentuk kesan masyarakat Jepang sebagai masyarakat

yang lebih mengutamakan rasa percaya satu sama lain.

Selain itu, tokoh Aku dalam novel Kaze No Uta Wo Kike telah menghilangkan

piringan hitam yang telah ia pinjam dari temannya lima tahun yang lalu maka ia

berencana dan membuat keputusan untuk menggantikan piringan hitam yang telah ia

hilangkan. Yang telah tokoh Aku lakukan adalah bentuk rasa percaya satu sama lain

yang tersirat sebagai tanggung jawab tokoh Aku dalam novel Kaze No Uta Wo Kike.

4.1.1.2 Tokoh Nezumi.

Tokoh Nezumi sendiri dikisahkan sebagai tokoh yang banyak berputus

asa. Seorang anak dari keluarga kaya tapi membenci orang kaya. Nezumi tidak

menyukai wajah kaya karena bagi Nezumi, orang kaya itu tidak memikirkan hal

yang penting. Mereka hanya berpura-pura berfikir. Menjadi orang kaya hanya

perlu sedikit memakai otak dan tidak memerlukan apapun.


a. Kebencian
きら
Benci dalam bahasa Jepang disebut dengan 嫌う (kirau).
きら : 1 み き せっ
嫌う:①それを見聞きしたりそれに接したりするのをいやがり、

とお 。 2 おも
そ れ か ら 遠 ざ か ろ う と す る 。② そ う す る こ と を い や だ と 思 う 。

(Shinmekai Kokugo Jiten)

Arti kata ini benci adalah suatu dilihat dan didengar selain itu

berhubungan langsung ada perasaan tidak enak kemudian akan menjauh. Jika

dilakukan seperti itu timbul perasaan tidak menyenangkan.

Dalam novel Kaze No Uta Wo kike, tokoh Nezumi melakukan proses

kebencian tadi kepada orang kaya. Adapun kutipan yang ada dalam novel

tersebut adalah sebagai berikut:

「はっきり言ってね、金持ちなんて何も考えないからさ」(村上,
2004:16).

“ Kukatakan dengan tegas yah, aku membenci orang kaya karena


mereka tidak memikirkan apapun”(Murakami 2008: 9).

Nezumi sangat membenci orang kaya karena menurutnya orang kaya itu tidak

bisa berbuat apa-apa tanpa bantuan dari orang lain, bukan hanya itu orang kaya juga

tidak pernah memikirkan orang yang berada dibawah mereka, dia hanya memikirkan

dirinya sendiri. Walaupun Nezumi sendiri terlahir dari orang kaya tetapi ia tidak ingin

memperlihatkan kekayaannya, justru ia memperlihatkan sikapnya yang tidak senang

dengan kekayaan. Kesimpulan itu terkait erat dengan perasaanya, Kemudian tindakan
yang akan dilakukan oleh orang Jepang adalah menjauh dari sumber kebencian dan

menyebabkan rasa canggung atau tidak enak kepada sasaran kebencian tersebut.

「奴らになんて何でもできやしない。金持ち面をしてる奴らを見
るとね、虫酸が走る」 (村上, 2004:14).

“ Mereka itu tidak bisa apa-apa. Mual rasanya saat melihat mereka
dengan wajah-wajah sok kaya mereka” (Murakami 2008:7).

Kedua kutipan di atas, Nezumi telah melakukan sifat kebencian, yang dimulai

dari proses indrawi terhadap orang kaya. Kemudian mengambil kesimpulan bahwa

menurutnya bagaimana orang kaya tersebut melakukan tindakan dan bertindak serta

bagaimana mereka berpikir. Setelah melakukan itu, Nezumi masuk dalam proses

pengambilan keputusan dengan penuh kebencian dan melakukan pengkristalisasian

kebencian dalam dirinya. Setelah itu tokoh Nezumi mengambil jarak dari orang-orang

kaya tersebut.

Hal ini sejalan dengan pengertian kebencian yang menyatakan sesuatu yang

dilihat dan menimbulkan perasaan tidak enak. Hal ini terlihat pada kutipan pada dua

kutipan perasaan mual atau perasaan jijik terhadap perilaku sok kaya. Perasaan jijik

muncul ketika seseorang tidak menyukai sessuatu atau perilaku seseorang.

4.1.2 Tokoh Tambahan

4.1.2.1. Gadis Berjari 4

Tidak hanya tokoh Aku dan Nezumi yang terdapat di dalam novel, tetapi ada

juga tokoh tambahan yaitu gadis berjari 4. Gadis berjari 4 pertama kali bertemu

dengan tokoh Aku di sebuah bar, gadis berjari 4 ditemukan pingsan di toilet bar
karena terlalu banyak minum hingga mabuk berat. Gadis ini juga bekerja sebagai

penjaga toko di sebuah toko penjualan piringan hitam di daerah Tokyo.

Gadis berjari 4 memiliki sifat cuek terhadap orang-orang di sekitarnya. Bukan

hanya itu, setelah pertemuan disebuah toilet bar, gadis berjari 4 menjalin hubungan

dengan tokoh Aku, dan menghabiskan waktu selama 18 hari yang berlalu begitu saja.

Setelah gadis berjari 4 tidur bersama dengan tokoh Aku, sifat cueknya yang

ditunjukkan ke tokoh Aku itu tidak berubah dari awal mereka bertemu, sifat cueknya

terlihat pada kutipan dibawah ini:

「着るものを取って」
「どんな?」
彼女は煙草をくわえたまま、一度眼を閉じるた。「何んだっていい
のよ。お願いだから質問しないで」(村上, 2004:40)

“Tolong ambilkan pakaian”


“yang seperti ap?”
Sambal menyelipkan rokok di bibir, sekali lagi dia memejamkan mata.
“terserahlah. Tolong ya, kamu tidak perlu bertanya macam-macam.”
(Murakami 2008:28)

Kutipan diatas menunjukkan bahwa sikap cueknya ke tokoh Aku ini sangat

jelas, dimana gadis berjari 4 ini meminta tolong tokoh Aku untuk mengambilkan

pakaian yang berada di dalam lemari dan melarang tokoh Aku untuk bertanya sesuatu

ke gadis berjari 4. Adapun kutipan yang menunjukkan sikap cuek gadis berjari 4 yang

terdapat pada kutipan berikut ini :

「どんな仕事?」
あなたに関係ないわ。」
ぞのとおりだった。(村上, 2004:41)

“pekerjaan seperti apa?”


“tidak ada hubungannya denganmu.”
Yah, memang benar. (Murakami, 2008:29)

Kutipan diatas, tidak hanya melarang tokoh Aku untuk bertanya masalah

pakaian yang ingin ia kenakan, tetapi juga terlihat cuek ketika tokoh Aku bertanya

masalah pekerjaan yang sedang dikerjakan gadis berjari 4.

4.1.3 Hubungan tokoh Aku dengan tokoh lainnya

Di dalam novel Kaze No Uta Wo Kike ini tidak hanya menampilkan karakter

dari tokoh Aku, Nezumi, dan tokoh tambahan yaitu gadis berjari empat, tetapi juga

memaparkan tentang hubungan tokoh Aku dengan gadis berjari empat yang

ditemukan pingsan di toilet bar, dan hubungan tokoh Aku dengan Ayahnya. Dimana

diketahui bahwa di dalam novel sosok ayah tidak terlalu mencolok atau hanya

muncul sekali di dalam sebuah percakapan antara tokoh Aku dan gadis berjari empat.

Di dalam percakapan tersebut dapat dilihat bahwa tokoh Aku dan ayahnya kurang

baik. Tetapi tokh Aku tetap harus menjalankan pekerjaannya yaitu menyemir sepatu

ayahnya ketika sudah pulang kerumah. Walaupun tokoh ayah muncul di dalam

percakapan tetapi memberi pengaruh besar terhadap tokoh Aku, karena tokoh ayah

mendidik anaknya dengan sangat keras, dan masih menganut norma atau nilai

tradisional yang membentuk karakter tokoh Aku menjadi anak yang baik dan tidak

membangkak terhadap orang tua.


4.1.3.1 Hubungan tokoh Aku dengan gadis berjari 4

「ねえ、もしよかったら一緒に食事しないか?」(村上, 2004:66)

“kalua tidak keberatan, bagaimana kalau kita makan bersama” (Haruki


Murakami, 2008:46)

Kemunculan gadis berjari 4 (empat) secara tiba-tiba, awal pertemuan mereka

berada di sebuah toilet. Dimana pada saat tokoh Aku menemukannya sedang pingsan

di toilet Bar karena mabuk berat. Sejak saat itu tokoh Aku dan gadis berjari 4 (empat)

memiliki hubungan yang special layaknya sepasang kekasih, tokoh Aku dan gadis

berjari 4 ini menghabiskan waktunya selama 18 (delapan belas) hari bersama-sama.

4.1.3.2 Hubungan tokoh Aku dengan ayahnya

“Nggak mungkinlah. Sepatu ayahku. Ini sudah menjadi aturan di rumah.


Anak-anak diwajibkan menyemir sepatu ayahnya. Begitulah peraturannya.”
(村上, 2008:56)
ちちおや くつ かくん こども ちちおや くつ みが
まさか。父親の靴さ。家訓なんだよ。子供はすべからく父親の靴を磨
くべしってね (Murakami 2004:78).

Kemunculan sosok ayah dalam novel tidak terlalu mencolok, namun sosok

ayah yang muncul pada novel ini hanya sekali, sosok ayah ini muncul ketik tokoh

Aku dan gadis berjari 4 (empat) sedang melakukan sebuah percakapan seperti pada

kutipan diatas. Dimana diketahui bahwa hubungan tokoh Aku dan ayahnya kurang

baik setelah kematian ibunya. Kita juga dapat melihat bahwa pengaruh ayah kepada

tokoh Aku itu besar, dimana ayah tokoh Aku adalah sosok ayah yang mendidik

anaknya secara keras, sehingga sedikit dan banyakny membentuk sifat dan karakter

tokoh Aku. keluarga tokoh Aku di besarkan merupakan tempat dan keluarga yang
masih menganut sistem atau norma lama. Dimana anak harus menjalankan perintah

orang tua, kutipan diatas juga menggambarkan lingkungan yang berpengaruh pada

kebudayaan barat yang menjadi trend masa kini di kalangan anak muda.

4.1.2 Latar waktu

Latar waktu berhubungan dengan masalah ‘kapan’ terjadinya peristiwa-

peristiwa yang diceritakan dalam sebuah karya fiksi (Nurgiyantoro, 1998:230).

a. 15 tahun

Waktu yang telah tokoh Aku sia-siakan selama 15 tahun yang lalu, yang

terdapat pada kutipan di bawah:

15ねん ぼく じつ ほう だ
「15年かけて僕は実にいろいろなものを放り出してきた。まる
え ん じ ん こしょう ひ こ う き じゅうりょう へ にもつ ほう
でエンジン故障した飛行機が 重 量 を減らすために荷物を放り
だ ざせき ほう だ さいご す ち ゅ わ ど
出し、座席を放り出し、そして最後にはあわれなスチュワード
ほう だ 15 ねん あいだぼく ほう
を放り出 すように、15 年 の 間 僕 はありとあらゆるものを放 り
だ し
出し、そのかわりに死んど何も身につけなかった。

(村上, 2004:11).

“Dalam 15 tahun, aku betul-betul sudah membuang segalanya tak


ubahnya seperti pesawat yang mengalami kerusakan mesin,
dibuanglah barang-barang dikabin untuk mengurangi beban,
kemudian dikeluarkanlah tempat duduk, dan terakhir pramugari nan
cantik. Selama 15 tahun aku membuang segalanya didalam diriku,
dan sebagai gantinya tidak ada lagi yang melekat disana” (Murakami
2013:4)
Pada kutipan di atas, dalam waktu kurung lima belas tahun tokoh Aku masih

sering teringat akan masa lalunya, dan tokoh Aku ingin berusaha melupakan semua
kenangan masa lalunya. Ingin merubah dirinya dan tidak mau lagi mengingat pada

masa lalu atau kenangan yang sudah tokoh Aku lalui selama lima belas tahun

belakangan ini. Dia merasa mengibaratkan diriya sebagai pesawat yang penuh beban

dan pramugari nan cantik, artinya ia ingin membuang semua kenangan yang sudah ia

lalui selama ini mulai dari kenangan indah dari masa lalunya.

b. 8 Agustus 1970

Pada tanggal 8 Agustus 1970, awal cerita tokoh Aku yang sedang menikmati

liburan di kampung halamanya yang begitu singkat, seperti pada kutipan di bawah

ini:

「この話すは1970年の8月8日に始まり、18日後、つま
り同じの年8月26終る(村上, 2004:13).

“cerita ini dimulai tanggal 8 agustus 1970 dan berakhir delapan belas
hari kemudian, yaitu tanggal 26 agustus ditahun yang sama”
(Murakami, 2008: 6).
Awal mula cerita liburan tokoh Aku yang berada di kampung halamannya,

terjadi pada tanggal 8 bulan 8 tahun 1970, dan berlangsung selama delapan belas hari,

tokoh Aku yang berniat pulang ke kampung halamannya untuk berlibur selama

musim panas, tetapi masa liburan yang ia lalui selama delapan belas hari itu kurang

menyenangkan, dan sangat membosankan. Tidak ada sesuatu yang berkesan selama

liburan di kampungnya karena selama liburan tokoh Aku hanya berhura-hura, tidur

dengan wanita dan meminum minuman keras di bar milik temannya.Adapun latar

waktu yang diperlihatkan dalam kutipan di atas sangatlah jelas.


c. Musim panas

Tokoh Aku dan Nezumi sedang menikmati liburan musim panasnya yang

kurang menyenangkan, terdapat pada kutipan di bawah ini:

ひとなつちゅう ぼく ねずみ なに と つ
「 一 夏 中 かけて、僕と 鼠 はまるで何かに取り憑かれたように
25 め と る ぷ る いっぱいぶん び る の ほ
25メートル・プール一杯分ばかりのビールを飲み干し、「ジェ
ゆか 5 せ ん ち あつ ぴ な つ から
イズ・バー」の床 いっぱいに5 センチ の厚 さにピ ーナツ の殻 を
まきちらした。(村上, 2004:15)

“selama musim panas seolah-olah aku keserupan, aku dan nezumi


menghabiskan bir yang setara dengan volume kolam renang
sepanjang 20 m, dan menghamburkan kulit kacang setebal 5cm di
lantai jay’s bar. Musim panas saat itu benar-benar membosankan dan
tidak mungkin dilalui seandainya kami tidak melakukan hal-hal
seperti itu” (Murakami 2008: 7)

Musim panas saat itu tokoh Aku dan Nezumi menikmati liburannya, setiap

hari mereka hanya minum bir di Jay’s Bar, liburannya saat itu sangat membosankan

tidak tahu apa yang harus mereka lakukan selain minum bir di Jay’s Bar setiap hari.

Musim juga merupakan penanda dari sebuah latar waktu. Di Jepang latar

waktu atau musim terbagi menjadi 4 bagian yakni, musim panas, musim gugur,

musim dingin dan musim semi. Dalam novel Kaze No Uta Wo Kike ini latar waktu

atau musim yang dapat kita tangkap adalah musim panas. Latar waktu musim panas

beberapa kali di sebutkan dalam pengalan kutipan di atas.


d. Pada waktu 3 Tahun lalu

Tokoh Aku dan Nezumi pertama kali bertemu 3 (tiga) tahun yang lalu,

tepatnya saat musim semi. Seperti pada kutipan di bawah ini:

はじ で あ
「僕が鼠と初めて出会ったのは 3 年前の春のことだった。(村上,
2004:18)
“aku bertemu dengan nezumi pada musim semi tiga tahun yang lalu”
(Murakami 2013:10).
Dari kutipan di atas, tokoh aku pertama kali bertemu dengan Nezumi di

musim semi 3 tahun yang lalu, tokoh Aku dan Nezumi memiliki persamaan dan

perbedaan yang hampir mirip, mereka juga sependapat tentang kesukaan mereka,

perbedaan adalah tokoh Aku suka menulis dan membaca novel sedangkan Nezumi

tidak suka membaca novel. Pada saat itu mereka sangat akrab dan memutuskan untuk

bersahabat, tokoh Aku dan Nezumi menjalin persahabatan yang begitu erat.

Latar waktu masa lampau juga merupakan latar waktu yang ada dalam novel

Kaze No Uta Wo Kike, musim semi tiga tahun yang lalu sering muncul dalam

penggalan kutipan di atas.

e. Masa kecil

Dimana tokoh Aku sewaktu kecil itu di gambarkan sebagai anak yang

pendiam, berbeda dari anak kecil yang lain. Karena sewaktu kecil ia hanya berdiam

diri di dalam rumah. Seperti pada kutipan di bawah ini:


ちい ころ ぼく む く ち しょうねん
「小さい頃、僕はひどく無口な少 年 だった。(村上, 2004:28)

“sewaktu kecil aku adalah anak yang pendiam” (Murakami 2013:18).


Sewaktu kecil tokoh Aku sangat pendiam, karena sewaktu kecil ia pernah

dipukuli dengan teman-temannya hanya karna masalah sepeleh sejak saat itu ia tidak

pernah ingin berbicara (menutup mulut) sama siapa pun, sejak itu pula ia tidak

mempunyai teman dan tidak ingin bergaul, dan tidak pula beradaptasi dengan

lingkungan sekitar rumahnya. Sepanjang hari ia hanya tinggal di rumah membaca

novel dan menulis.

Masa kecil merupakan latar waktu yang membangun latar dalam novel Kaze

No Uta Wo Kike dijelaskan bahwa sewaktu kecil tokoh Aku adalah seorang anak

yang sangat pendiam dan kurang bergaul dan tokoh aku merupakan orang yang susah

untuk beradaptasi dengan lingkungan masa kecilnya. Masa kecil adalah latar yang

membangun jalannya novel Kaze No Uta Wo Kike.

f. Musim semi

Musim semi kali ini, saat itu tokoh Aku yang usianya beranjak 14 tahun tiba-

tiba ia menjadi anak yang banyak bicara. Terdapat pada kutipan di bawah ini:

14 さい はる しん せき き
「14歳になった春、信じられないことが、まるで堰を切ったよ
ぼく とつぜん はじ
うに僕を突然しゃべり始めた。(村上, 2004:32).

“Di suatu musim semi ketika usia ku beranjak empat belas tahun, tiba-
tiba saja aku mulai mengoceh tak ubahnya seperti dam yang ambrol”
(Murakami 2013:21).
Kutipan di atas menggambarkan perubahan psikologi tokoh Nezumi yang

sedang menginjak usia 14 tahun, perubahan sikap itu bertepatan dengan masuknya

musim semi yang dapat menggambarkan bahwa di usia 14 tahun terjadi perubahan

sikap dan psikologi yang biasa dialami oleh para remaja. Perubahan sikap terlihat

pada kutipan diatas. Dimana sikap sejak ia masih anak-anak sangat pendiam, dan

sejak ia beranjak dewasa sikapnya jadi berubah, dan tiba-tiba timbul rasa percaya diri

untuk mulai bercerita.

はじ で あ
「僕が鼠と初 めて出会 ったのは 3 年前の春のことだった。
(Haruki Murakami 2004:18)
“Aku bertemu dengan nezumi Pada musim semi 3 (tiga) tahun yang
lalu. Waktu itu adalah tahun kami memasuki perguruan tinggi, dan
kami sedang mabuk berat” (Haruki Murakami 2008:10)

Musim semi awal adalah awal mula tokoh Aku dan Nezumi bertemu, dimana

pada saat itu hari pertama mereka memasuki perguruan tinggi, pertemuan pertama itu

mereka awali dengan mengajak nezumi untuk meminum bir

Dua kutipan di atas sangat menjabarkan latar yang ada pada novel Kaze No

Uta Wo Kike. Musim semi adalah cakupan waktu yang berkali-kali hadir dalam

kutipan diatas. Penulis berkesimpulan bahwa latar waktu yang ada pada novel ini

adalah latar waktu musim semi.


g. Dua puluh tahun

20 ねんまえ に ゅ ぎ に あ じ ゃ ん ぐ る むし なんこう ぬ
20年前 、ニューギニア のジャングル には虫よけ軟膏 を塗 りたく
にほんへい し た い やま いま か て い べんじょ おな
った日本兵の死体が山をなし、今ではどの家庭の便所にもそれと同じ
ま く と い れ よう ぱ い ぷ みが ころ
マークのついたトイレ用パイプ磨きが転がっている。(村上, 2004:107).

“Dua puluh tahun yang lalu, di dalam belantara New Guinea mayat
tentarayang berbalur salep anti serangga bertumpuk menggunung (Murakami
2013:78).”

Dua puluh tahun yang lalu Nezumi adalah anak yang miskin. Pada saat itu,

ayah Nezumi hanya berprofesi sebagai penjual obat anti serangga pada saat perang

dimulai, obat anti serangganya itu sangat laku. Ketika perang itu makin meluas, pada

saat itu obatnya ditampung dan diubah menjadi sebuah detergen kemudian

menjualnya untuk keperluan rumah. Itulah yang membuat ayah Nezumi menjadi

orang yang kaya dan dermawan.

Seperti yang telah penulis sebutkan sebelumnya, bahwa masa lampau juga

merupakan latar waktu yang membangun sebuah cerita. Dalam penggalan kutipan di

atas penulis melihat bahwa latar waktu yang membangun cerita adalah masa lampau

tokoh Aku yang berkisar 20 tahun lalu. Maka penulis menyimpulkan bahwa latar

waktu dalam novel Kaze No Uta Wo Kike adalah 20 tahun lalu.

4.1.3 Latar tempat

Tempat mengacu pada lokasi terjadinya peristiwa yang diceritakan dalam

sebuah karya fiksi (Nurgiyantoro, 1998:227).


a. Tokyo

まち はな ぼく う そだ はじ おんな こ ね
街につぃて話す。僕が生まれ、育ち、そして初めて 女 の子と寝
まち
た街である (村上, 2004: 106)。

“Aku akan bercerita tentang kota tempat aku dilahirkan, dibesarkan


dan pertama kali tidur dengan perempuan (Murakami, 2008:77)”
Tokoh Aku lahir di Tokyo, dan banyak menghabiskan waktu dan semua

aktivitas kehidupannya di sekitar Tokyo. Di Tokyo ia menjalani kehidupan yang

bebas, pertama kalinya juga melakukan seks atau tidur dengan wanita. Kutipan diatas

berbunyi “ Aku akan bercerita tentang kota tempat aku dilahirkan”. Dari kalimat

diatas penulis melihat dan menyimpulkan bahwa kota kelahiran yang dimaksudkan

dalam novel Kaze No Uta Wo Kike adalah kota Tokyo. Tokyo merupakan tempat

tokoh Aku melakukan aktivitas hidupnya. Jadi dapat diasumsikan bahwa latar tempat

yang ada dalam novel ini berkisar di Tokyo.

b. America

なんねん あと ぼく あ め り か わた は と ふ ぃ る ど はか たず
何年か後、僕 はアメリカに渡 った。ハートフィルド の墓を尋ね
みじか りょ
るだけの 短 い旅だ (村上, 2004:159 )”。

“Beberapa tahun kemudian aku pergi ke America. Perjalanan pendek


yang hanya bertujuan untuk mengunjungi makam Heartfield
(Murakami 2013: 118)”

Setelah beberapa tahun kemudian, tepatnya ketika ia sudah lulus dari

universitasnya ia pergi ke Amerika untuk mengunjungi makam pengarang yang ia

gemari (Derek Heartfield). Pada latar ini juga menunjukkan bahwa dari kutipan di
atas yang menyataka bahwa tokoh Aku pernah pergi ke amerika. Jadi latar waktu

dalam novel Kaze No Uta Wo Kike tidak hanya berada dalam kawasan Tokyo saja

tetapi juga berada dalam kawasan negara lainnya (Amerika).

c. Jay’s Bar

「僕と鼠はまるで何かに取り憑かれたように 25 メートル・プー
ル一杯分ばかりのビールを飲み干し、「ジェイズ・バー」の床
から
いっぱいに 5 センチの厚さにピーナツの殻をまきちらした」。
(村上, 2004:15)

“Aku dan nezumi menghabiskan bir yang setara dengan volume kolam
renang sepanjang dua puluh meter dan menghamburkan kulit kacang
hingga setebal lima cm di lantai Jay’s Bar” (Murakami 2008:7)

Tidak seperti malam biasanya, malam itu tokoh Aku dan Nezumi sedang

berada di sebuah Bar untuk menghabiskan waktunya, saat itu mereka sangat bosan

karena mereka berdua tidak tahu apa yang mereka ingin lakukan, karena tak sadar ia

meminum bir yang sangat banyak dan menghamburkan kulit kacang yang mereka

makan di lantai bar yang mereka tempati untuk minum, hanya itu yang dapat mereka

lakukan jika sedang merasa bosan.

きみ だ お せんめんじょ つ だ みせ きゃく きみ
「君 を抱 き起 こして洗面所 から連 れ出 し、店 じゅうの 客 に君
し たず
のことを知らないかって訊ねてまわった。でもだれもしらなか
じ ぇ い ふたり きず てあて
っ た 。 そ れ か ら ジェイ と 二人 で 傷 の 手当 を し た 。 」 ( 村 上 ,
2004:37)
“Aku memapahmu keluar dari toilet, kemudian berkeliling bar dan
bertanya kepada semua tamu kalua ada salah satu dari mereka yang
mengenalimu tapi tidak ada seorang pun yang mengenalmu”
(Murakami 2008:26).
Ketika tokoh Aku masuk ke toilet Bar ia mendapati seorang wanita yang

sedang pingsan di lantai toilet, karena ia tidak meninggalkan wanita itu sendiri yang

pingsan ia membawanya keluar ke toilet dan menanyakan ke orang-orang yang

sedang berada di bar pada saat itu, dan tidak ada seorang yang kenal dengan wanita

itu. Pada saat itu juga ia tidak tahu harus membawa wanita itu kemana, akhirnya ia

memeriksa tas wanita itu dan mendapati sebuah alamat yang berada di dalam tas

wanita tersebut, pada saat itu juga ia mengantarnya pulang ke rumah wanita itu

dengan alamat yang terdapat pada tas wanita itu.

Latar tempat yang membangun cerita dalam novel Kaze No Uta Wo Kike

adalah di sebuah Bar. Bar tersebut digunakan oleh tokoh Aku untuk minum bir dan

melampiaskan kekesalan yang ada pada dirinya. Di Bar itu pula pertama kalinya ia

bertemu dengan gadis yang ia temui di toilet Bar. Setelah pertemuan itu ia tidak

pernah bertemu dengan gadis yang ia tolong di toilet. Bar itu pula yang membangun

alur cerita selanjutnya. Maksudnya di sinilah ia bertemu dengan seorang gadis yang ia

tolong di toilet Jay’s Bar. Latar waktu yang dapat dilihat adalah Jay’s Bar.

d. Pantai

「僕たちはビールの空缶を全部海に向かって放り投げてしまう
と、堤防にもたれ頭の上からダッフル・コートをかぶって一時間ばか
り眠った。」(村上, 2004:7)

“Aku dan nezumi menghabiskan setengah lusin kaleng bir di mesin


penjual otomatis yng letaknya tak jauh dari situ, berjalan ke arah laut, tidur-
tiduran di atas hamparan pasir, dan meminum semua bir, kemudian
memandangi langit” (Murakami 2008:12)
くるま の さんぽ で かいがんどお くるま
「それから 車 に乗って散歩に出かけたんだ。海岸通りに 車 を
と ら じ お き うみ なが
停めてラジオを聴きながら海を眺めてた。」(村上, 2004:35)

“Aku keluar untuk berjalan-jalan sambal naik mobil. Kuhentikan


mobil dijalan sepanjang pantai, kemudian ku pandangi laut sembari
mendengarkan radio” (Murakami 2008:24).

Berada di rumah sepanjang hari, tokoh Aku merasa bosan kemudian ia berniat

untuk keluar rumah di malam hari untuk berjalan- jalan sambil menikmati sisa liburan

di kampung halamannya, sewaktu berjalan-jalan ia melewati sebuah pantai ia tiba-

tiba saja ingin bertemu pada seseorang jika ia sedang melewati sebuah pantai.

Sesampainya ia di pantai dan memarkir mobilnya di pinggir pantai, kemudian ia

memikirkan seseorang yang tidak tahu siapa seseorang yang ia ingin temui saat itu

sambil memandangi laut yang begitu luas dan mendengarkan radio di malam hari, itu

kebiasaanyang ia lakukan jika sedang berada di sebuah pantai.

Dua kutipan di atas menggambarkan suasana latar pantai. Pengaruh pantai

memberikan pengaruh kepada tokoh Aku. Hal ini terlihat pada kutipan yang pertama,

yang menggambarkan tokoh yang sangat santai dengan meminum bir. Kutipan ke dua

menggambarkan perasaan yang santai dengan mendengarkan radio. Dipantai tokoh

Aku tidak hanya meminum-minuman keras, tetapi pantai juga dijadikan sebagai

tempat untuk mencari inspirasi untuk menulis dan juga dijadikan tempat untuk

menenangkan diri. Penulis dapat menyimpulkan bahwa pantai merupakan latar

tempat yang membangun alur dalam novel Kaze No Uta Wo Kike Latar pantai sebagai
latar tempat juga tercermin pada dua kutipan diatas. Bukan hanya di bar, tempat

tokoh Aku minum-minum bir, tetapi hal ini juga tokoh Aku lakukan di pantai.

4.1.4 Alur

Alur adalah urutan peristiwa dalam sebuah cerita yang sambung menyambung

berdasarkan hubungan sebab-akibat. Pemahaman alur akan memudahkan kita

memahami peristiwa dalam sebuah cerita. Alur adalah struktur rangkaian kejadian

dalam cerita yang disusun sebagai sebuah interelasi fungsional yang sekaligus

menandai urutan bagian-bagian dalam keseluruhan fiksi (Atar Semi, 1988:43-46).

4.1.4.1 Alur Maju

Tahapan peristiwa dalam alur ini diawali dengan pengenalan cerita, awal

perselisihan, menuju konflik, konflik memuncak, dan diakhiri dengan penyelesaian

konflik. Berikut ini kutipan yang memaparkan tentang alur maju yang terdapat pada

novel Kaze No Uta Wo Kike.

「この話すは1970年の8月8日に始まり、18日後、つま
り同じの年8月26終る(村上, 2004:13).

“cerita ini dimulai tanggal 8 agustus 1970 dan berakhir delapan belas
hari kemudian, yaitu tanggal 26 agustus ditahun yang sama”
(Murakami, 2008: 6).
Kutipan di atas pertama kalinya kembali ke kampung halamannya untuk

menghabiskan dan menikmati liburan kuliahnya tepatnya di musim panas. Liburan

tokoh Aku terjadi pada tanggal 8 Agustus 1970, dan berlangsung selama delapan
belas hari, Akan tetapi liburan kali ini sangat berbeda dengan liburan sebelumnya,

karena selama liburan yang singkat itu ia lalui dengan kurang menyenangkan dan

sangat membosankan. Dimana liburannya kali ini, di isi dengan berhura-hura, ke bar

untuk minum, dan seringkali tidur dengan wanita. Alur yang digunakan pada kutipan

ini, menggunakan alur maju, karena tokoh Aku memaparkan tentang liburannya yang

singkat di tahun yang sama.

ひとなつちゅう ぼく ねずみ なに と つ
「 一 夏 中 かけて、僕と 鼠 はまるで何かに取り憑かれたように
25 め と る ぷ る いっぱいぶん び る の ほ
25メートル・プール一杯分ばかりのビールを飲み干し、「ジェ
ゆか 5 せ ん ち あつ ぴ な つ から
イズ・バー」の床 いっぱいに5 センチ の厚 さにピ ーナツ の殻 を
まきちらした。(村上, 2004:15)

“selama musim panas seolah-olah aku keserupan, aku dan nezumi


menghabiskan bir yang setara dengan volume kolam renang
sepanjang 20 m, dan menghamburkan kulit kacang setebal 5cm di
lantai jay’s bar. Musim panas saat itu benar-benar membosankan dan
tidak mungkin dilalui seandainya kami tidak melakukan hal-hal
seperti itu” (Murakami 2008: 7)

Tokoh Aku dan Nezumi saat itu menikmati liburannya di kampung

halamanya, setiap hari mereka hanya ke Bar dan ke pantai untuk minum bir sambil

bersantai-santai. Liburan mereka saat itu sangat membosankan karena tidak tahu apa

yang harus mereka lakukan selain minum bir setiap hari, dan saat itu mereka tidak

ingin memikirkan cita-cita atau masa depan mereka. Pada kutipan di atas

menggunakan alur maju, dimana pada kutipan diatas menjelaskan kejadian ini terjadi

pada ssat itu juga.


なんねん あと ぼく あ め り か わた は と ふ ぃ る ど はか たず
何年か後、僕 はアメリカに渡 った。ハートフィルド の墓を尋ね
みじか りょ
るだけの 短 い旅だ (村上, 2004:159 )

“Beberapa tahun kemudian aku pergi ke America. Perjalanan pendek


yang hanya bertujuan untuk mengunjungi makam heartfield
(Murakami 2013: 118)”

Beberapa tahun kemudian, setelah tokoh Aku lulus dari Universitas ia berniat

pergi ke Amerika untuk mengunjungi makam pengarng yang ia sukai. Tujuan tokoh

Aku mengunjungi makam Derek Heartfield di Amerika hanya ingin memberi bunga

sebagai ucapan terima kasihnya, berkat novel dari pengarang itulah tokoh Aku

terinspirasi dan bisa membuat sebuah novel.

4.1.4.2. Alur Mundur

Tahapan peristiwa dimulai dari konflik dan di akhir cerita diungkapkan latar

belakang terjadinya konflik.

はじ で あ
「僕が鼠と初 めて出会 ったのは 3 年前の春のことだった。
(村上, 2004:18)

“Aku bertemu dengan nezumi Pada musim semi 3 (tiga) tahun yang
lalu. Waktu itu adalah tahun kami memasuki perguruan tinggi, dan
kami sedang mabuk berat” (Murakami 2008:10)

Musim semi tepatnya tiga tahun lalu, tokoh Aku dan Nezumi bertemu. Tahun

itu dimana tokoh Aku dan Nezumi baru memasuki perguruan tinggi, Mereka bertemu

dengan keadaan yang mabuk. Saat itu juga mereka memutuskan untuk menjalin

persahabat karena menurutnya mereka berdua sejalan. Selain menjabarkan latar yang

ada pada novel Kaze No Uta Wo Kike, kutipan ini juga menggunakan alur yaitu alur
mundur, dimana kutipan menjabarkan tentang pertemuan tokoh Aku dan sahabatnya

3 (tiga) tahun yang lalu tepatnya di musim semi yang saat itu mereka yang baru

masuk ke perguruan tinggi.

ちい ころ ぼく む く ち しょうねん りょうしん しんぱい


「小 さい頃 、僕 はひどく無口 な 少 年 だった。 両 親 は心配 して
ぼく し あ せ い し ん か い いえ つ い
、僕を知り合いの精神科医の家に連れて行った。(村上, 2004:28)

“sewaktu kecil aku adalah anak yang pendiam” (Murakami 2013:18).


Kutipan diatas mengambarkan bahwa tokoh Aku sewaktu kecil adalah anak

yang sangat pendiam diantara saudaranya. Ia pernah dipukuli oleh temannya karena

disalah pahami. Tokoh Aku juga jarang berbicara dengan siapa pun. Bukan hanya itu,

tokoh Aku juga tidak ingin mempunyai teman, tidak ingin bergaul, dan beradaptasi

dengan lingkungan sekitarnya. Ia hanya tinggal di rumah sepanjang hari untuk

membaca novel dan menulis. Kutipan ini menjabarkan alur yang digunakan adalah

alur mundur, karena tokoh Aku menceritakan masa kecilnya yang sangat pendiam.

15ねん ぼく じつ ほう だ
「15年かけて僕は実にいろいろなものを放り出してきた。まる
え ん じ ん こしょう ひ こ う き じゅうりょう へ にもつ ほう
でエンジン故障した飛行機が 重 量 を減らすために荷物を放り
だ ざせき ほう だ さいご す ち ゅ わ ど
出し、座席を放り出し、そして最後にはあわれなスチュワード
ほう だ 15 ねん あいだぼく ほう
を放り出 すように、15 年 の 間 僕 はありとあらゆるものを放 り
だ し
出し、そのかわりに死んど何も身につけなかった。(村上, 2004
:11).
“Dalam 15 tahun, aku betul-betul sudah membuang segalanya tak
ubahnya seperti pesawat yang mengalami kerusakan mesin,
dibuanglah barang-barang dikabin untuk mengurangi beban,
kemudian dikeluarkanlah tempat duduk, dan terakhir pramugari nan
cantik. Selama 15 tahun aku membuang segalanya didalam diriku,
dan sebagai gantinya tidak ada lagi yang melekat disana” (Murakami
2013:4)
Dalam kurung lima belas tahun tokoh Aku ingin berusaha melupakan semua

kenangan masa lalunya. Ingin merubah dirinya dan tidak mau lagi mengingat pada

masa lalu atau kenangan yang sudah tokoh Aku lalui selama lima belas tahun

belakangan ini. Tokoh Aku merasa mengibaratkan diriya sebagai pesawat yang penuh

beban dan pramugari nan cantik, artinya ia ingin membuang semua kenangan yang

sudah ia lalui selama ini mulai dari kenangan indah dari masa lalunya.

4.2 Unsur-unsur instrinsik yang membangun Tema dalam Novel Kaze No Uta Wo

Kike Karya Haruki Murakami

4.2.1 Tema

Di dalam novel Kaze No Uta Wo Kike ini menceritakan seorang tokoh Aku

menjalani kehidupan yang bebas, seperti meminum-minuman keras di Bar, di pantai,

hingga melakukan seks bebas. Kehidupan ini sudah menjadi kebiasaan anak muda

pada pada zaman itu. Di bab selanjutnya seorang tokoh yang bernama Nezumi yang

di gambarkan sebagai anak yang sering menghujat orang kaya sedangkan dia sendiri

terlahir dari anak orang kaya. Hal ini dikarenakan muncul aliran modernisasi yang

merupakan gaya hidup dan trend-setter tersendiri yang diyakini sebagai sebuah gaya

terbaru. Pertanyaan tentang masa depan atau cita-cita, bukanlah sebuah hal penting

dibandingkan keputusan untuk memilih menghabiskan waktu di bar dengan seorang

wanita atau sekedar membaca buku.


Secara keseluruhan, tema dari Novel ini timbul karena didukung oleh topik

di dalam novel Kaze No Uta Wo Kike yang cukup signifikan . Hal ini juga membuat

tema sedemikian jelas kelihatan ketika membaca novel tersebut. Dengan kemunculan

tema yang begitu jelas, membuat novel ini menarik untuk dibaca. Jadi penulis

menyimpulkan tema yang terdapat pada novel Kaze No Uta Wo Kike yaitu tentang

“Kehidupan anak muda yang anti kemapanan” tema ini dapat di lihat dari kehidupan

tokoh Aku dan tokoh Nezumi.

Adapun hubungan tema dengan unsur-unsur instrinsik yang membangun

novel kaze no uta wo kike, seperti pada beberapa kutipan berikut ini:

ぼく ぶんしょ か くつう さぎょう いち げつ


僕 にとって文書 を書 くのはひどく苦痛 な作業 である。一 か月 かけて
いっこう か
一行も書けないこともあるば (村上, 2004:12).

“Bagiku menulis adalah hal yang menyakitkan. Aku tidak pernah menulis
sebaris kalimat pun dalam sebulan (Murakami, 2008: 5)

Pada kutipan diatas, dapat dilihat bahwa tokoh Aku merasakan hal yang

menyakitkan pada tulisannya sendiri, ini merupakan ketidakpuasan tokoh Aku dalam

menulis yang dilakukan selama sebulan yang dirasakan tidak memiliki manfaat dan

hanya membuang-buang waktu. Hal inilah yang penulis anggap bahwa menulis yang

dilakukan tokoh Aku itu adalah sebagai hal yang menyakitkan. Untuk melampiaskan

perasaan dan kekesalannya, tokoh Aku pun akhirnya melakukan kegiatan minum bir

dengan teman-temannya. Karakter tokoh Aku inilah yang membangun tema yang

penulis simpulkan, karena tokoh Aku yang kesal dengan tulisannya sendiri ia
melampiaskannya ke hal-hal yang negatif. Dimana tokoh Aku yang dipengaruh oleh

budaya barat yang sekarang ini lagi trend dikalangan anak muda, yang tidak pernah

memikirkan tentang masa depan mereka.


15ねん ぼく じつ ほう だ
15年かけて僕は実にいろいろなものを放り出してきた。まるで
え ん じ ん こしょう ひ こ う き じゅうりょう へ にもつ ほう だ
エンジン故障 した飛行機が 重 量 を減らすために荷物 を放 り出
ざせき ほう だ さいご す ち ゅ わ ど
し、座席を放り出し、そして最後にはあわれなスチュワード を
ほう だ 15 ねん あいだぼく ほう だ
放 り出 すように、15 年 の 間 僕 はありとあらゆるものを放 り出
し なに み
し、そのかわりに死んど何も身につけなかった。(村上,
2004:11).
“Lima belas tahun, aku betul-betul sudah membuang segalanya, tak
ubahnya seperti pesawat yang mengalami kerusakan mesin,
dibuanglah barang di kabin dan yang terakhir pramugari nan cantik.
(Murakami 2013:4)

Dalam kurung waktu 15 tahun tokoh aku masih teringat dengan masa lalunya,

ia juga berusaha untuk melupakan semua kenangan di masa lalunya, dan ingin

merubah hidupnya. Tokoh Aku tidak ingin mengingat kenangan yang sudah ia lalui.

Ia merasakan penyesalan yang sangat mendalam. Pada kutipan diatas bisa dilihat

adanya keterkaitan antara tema. Penyesalan inilah yang membuat tokoh Aku tidak

pernah memikirkan masa depannya sendiri seperti apa nantinya, setiap hari ia hanya

meminum-minuman keras, kepantai untuk bersantai, hanya itu yang tokoh Akun

lakukan karena tokoh Aku hidup dibawah bayang-bayang masa lalunya.

ひとなつちゅう ぼく ねずみ なに と つ 25 め
「一 夏 中 かけて、僕と 鼠 はまるで何かに取り憑かれたように25メー
と る ぷ る いっぱいぶん び る の ほ
トル・プール一杯分ばかりのビールを飲み干し、「ジェイズ・バー」
ゆか 5 せ ん ち あつ ぴ な つ から
の床いっぱいに5センチの厚さにピーナツの殻をまきちらした。(村上,
2004:15)

“selama musim panas seolah-olah aku keserupan, aku dan nezumi


menghabiskan bir yang setara dengan volume kolam renang sepanjang 20 m,
dan menghamburkan kulit kacang setebal 5cm di lantai jay’s bar. Musim
panas saat itu benar-benar membosankan dan tidak mungkin dilalui
seandainya kami tidak melakukan hal-hal seperti itu” (Murakami 2008: 7)

Kebiasaan tokoh Aku untuk selalu menenggak minuman beralkohol

sepertinya sudah melampaui kebiasaan orang normal dan tidak wajar. Pada kutipan

diatas, tokoh Aku dan Nezumi sedang menikmati liburan musim panas saat itu,

kutipan ini juga yang membangun tema yang penulis simpulkan, karena tokoh Aku

dan Nezumi saat itu tidak pernah memikirkan kehidupan mereka kedepan, kedua

tokoh ini hanya inigin melakukan apa yang ingin mereka lakukan sekarang. Tokoh ini

pula tidak pernah memiliki bayangan masa depan seperti apa masa depan mereka.

Selain membangun tema, kutipan ini pula dapat dilihat bahwa tokoh-tokoh ini

mendapat pengaruh dari munculnya modernisasi atau budaya barat yang lagi trend

dikalangan anak remaja saat itu.

完璧な文章などといったものは存在しない。完璧な絶望が存在しない
ようにね。(村上, 2004:7)

“Tidak ada kalimat yang sempurna. Sama seperti tidak ada keputusasaan
yang sempurna.” (Murakami, 2008:1)

Pada kutipan di atas menggambarkan realita kehidupan anak muda dimana

seharusnya seorang anak muda yang berada didalam lingkaran untuk meraih mimpi

dan masa depan mereka.Kehidupan tokoh menjadi datar, tapi inilah yang menarik dan
membangun tema dalam novel. Dimana bunyi kutipan itu memiliki makna bahwa

Kalimat tidak akan sempurna tanpa tanda titik, dan ia yakini bahwa tidak ada kalimat

yang sempurna yang dibuat oleh manusia. Begitupun keputusasaan yang seakan

dialami oleh seorang tokoh. Meskipun suatu ketika begitu berat melangkah bahkan

merasa tidak ada harapan karena putus asa, sebenarnya itu bukanlah keputusasaan

yang sempurna. Artinya, selalu ada celah yang membuatnya tidak sempurna. Rencana

manusia tidak akan sepenuhnya berjalan dengan mulus. Seperti penulis yang

menentukan nasib tokoh dalam kisah yang terdapat pada novel.

「僕たちはビールの空缶を全部海に向かって放り投げてしまうと、堤
防にもたれ頭の上からダッフル・コートをかぶって一時間ばかり眠っ
た。」(村上, 2004:21)

“Aku dan nezumi menghabiskan setengah lusin kaleng bir di mesin penjual
otomatis yng letaknya tak jauh dari situ, berjalan ke arah laut, tidur-tiduran
di atas hamparan pasir, dan meminum semua bir, kemudian memandangi
langit” (Murakami 2008:12).
Berada di rumah sepanjang hari, tokoh Aku merasa bosan kemudian ia berniat

untuk keluar rumah di malam hari untuk berjalan- jalan sambil menikmati sisa liburan

di kampung halamannya, sewaktu berjalan-jalan ia melewati sebuah pantai ia tiba-

tiba saja ingin bertemu pada sesorangjika ia sedang melewati sebuah pantai.

Sesampainya ia di pantai dan memarkir mobilnya di pinggir pantai, kemudian ia

memikirkan seseorang yang tidak tahu siapa seseorang yang ia ingin temui saat itu

sambil memandangi laut yang begitu luas dan mendengarkan radio di malam hari, itu

kebiasaanyang ia lakukan jika sedang berada di sebuah pantai.


Dua kutipan di atas menggambarkan suasana latar pantai. Pengaruh pantai

memberikan pengaruh kepada tokoh Aku. Hal ini terlihat pada kutipan yang pertama,

yang menggambarkan tokoh yang sangat santai dengan meminum bir. Kutipan kedua

menggambarkan perasaan yang santai dengan mendengarkan radio. Di pantai tokoh

Aku tidak hanya meminum-minuman keras, tetapi pantai juga dijadikan sebagai

tempat untuk mencari inspirasi untuk menulis dan juga dijadikan tempat untuk

menenangkan diri. Penulis dapat menyimpulkan bahwa pantai merupakan latar

tempat yang membangun alur dalam novel Kaze No Uta Wo Kike Latar pantai sebagai

latar tempat juga tercermin pada dua kutipan diatas. Bukan hanya di bar, tempat

tokoh Aku minum-minum bir, tetapi hal ini juga tokoh Aku lakukan di pantai.

僕と鼠はまるで何かに取り憑かれたように25メーテル。プール一杯
分はかりのビールを飲みみ干、「ジェイズ。バー」の床いっぱい5セ
ンチの厚さいピーナシの殻をまちきらした (村上, 2004:15)

“Aku dan Nezumi menghaniskan bir yang setara dengan volume kolam
renang sepanjang dua puluh lima meter dan menghamburkan kulit kacang
hingga setebal lima cm di lantai Jay’s Bar” (Murakami, 2008:7)
Kebiasaan tokoh Aku untuk selalu menenggak minuman beralkohol

sepertinya sudah melampaui kebiasaan orang normal dan tidak wajar. Dimana tokoh

Aku dan Nezumi sedang menikmati liburan musim panas. Kutipan ini juga yang

membangun tema yang penulis simpulkan, karena tokoh Aku dan Nezumi saat itu

tidak memikirkan masa depan mereka. Ke dua tokoh ini hanya ingin melakukan apa

yang mereka ingin lakukan sekarang, dan mendapat pengaruh dari barat berupa

munculnya modernisasi atau budaya barat yang lagi trend dikalangan anak remaja.
BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Pendekatan struktural bertujuan memaparkan fungsi dan keterkaitan

antarberbagai unsur karya sastra yang secara bersamaan menghasilkan sebuah karya

yang utuh. Namun yang lebih penting adalah menunjukkan bagaimana hubungan

antar unsur yang satu dengan yang lainnya.

Novel Kaze No Uta Wo Kike karya Haruki Murakami menampilkan dua

orang tokoh yaitu tokoh Aku dan Nezumi. Hal ini terlihat dari intensitas

kemunculan serta keterlibatannya dalam berbagai konflik dan permasalahan

yang terjadi dalam diri tokoh utama maupun tokoh lainnya. Berdasarkan hasil

analisis yang mengacu dari rumusan masalah dapat disimpulkan bahwa:

1. Tokoh Aku adalah seorang pemuda jurusan biologi di perguruan tinggi di

Tokyo, yang memiliki karakter pendiam, baik, menyimpang, penyesalan,

peduli, dan bertanggung jawab. Tokoh Aku juga mempunyai latar

belakang kehidupan yang berbeda dari anak lainnya, dimana karakter

tersebut sangat membentuk kepribadian tokoh Aku yang menjadikannya

beda. Tokoh Aku juga tidak pernah berinteraksi dengan lingkungan sekitar

rumahnya.
2. Nezumi adalah seorang anak muda yang terlahir dari anak orang kaya tetapi

dia sangat membenci dengan orang kaya. Yang memiliki karakter yaitu

kebenciannya terhadap orang yang kaya, karena orang kaya itu tidak

pernah memikirkan apapun, orang kaya hanya memikirkan dirinya

sendiri dan tidak pernah ingin mikirkan orang yang berada di bawah. Oleh

karena itu dia sangat membenci orang kaya.

3. Gadis berjari empat adalah gadis yang ditemukan tokoh Aku pingsan di

toilet bar, dia bekerja disebuah tokoh piringan hitam, dan menjalin hubungan

dengan tokoh Aku.

4. Latar dan alur sangat mendukung karakter tokoh yang terdapat pada novel

mulai dari latar waktu dan latar tempat. Latar waktu yang terdapat pada

novel adalah 8 agustus 1970 yang menjadi awal cerita dari liburan tokoh

aku dan pertama kali bertemu dengan Nezumi, awal ketemu mereka

diawali dengan meminum-minuman beralkohol hingga mabuk berat. Alur

yang di gunakan ada dua yaitu alur maju, di mana alur maju ini

menceritakan tentang pertama kali tokoh Aku kembali ke kampung

halamannya dan menjalani liburan musim panasnya bersama temannya,

liburannya yang dilalui selama delapan belas hari ini kurang

menyenangkan. Alur mundur yang terdapat pada novel yaitu

menceritakan tentang apa yang telah tokoh Aku sia-siakan di

masalalunya, berusaha membuang segala sesuatu yang tidak penting dalam

hidupnya. Latar tempat yang digunakan pada novel adalah pantai, bar,
amerika dan Tokyo, ke empat latar ini yang dijadikan karena munculnya

aliran modernisasi yang merupakan gaya hidup dan trend setter

tersendiri di kalangan anak muda pada saat itu. Pengarang menggunakan

ke empat latar ini karena telah terpengaruh dengan budaya Barat, khususnya

literatur dan musik Barat. Dia tumbuh dengan membaca berbagai karya

penulis Amerika. Sejak saat itu ia menbuat novel dengan nuansa barat, dan

selalu menbuat karakter tokoh utama itu menyukai kebebasan.

5. Hubungan tokoh Aku dengan gadis berjari empat ini diawali dengan

pertemuannya di sebuah toilet bar, dimana pada saat itu tokoh aku

mendapati gadis ini sedang pingsan di dalam toilet karena mabuk berat,

pada saat itu mereka menjadi akrab dan menjalin hubungan layaknya

sepasang kekasih, dan sering kali tidur bersama dan berseks bebas.

Hubungan tokoh Aku dengan ayahnya. tokoh Aku dan Ayahnya memiliki

hubungan yang kurang baik, tetapi kemunculan ayah disini memiliki

pengaruh yang besar terhadap tokoh Aku, karena ayah tokoh Aku

mendidik anaknya dengan norma lama atau nilai-nilai tradisional yang

masih di terapkan di dalam rumah walaupun pengaruh barat telah masuk

saat itu.

6. Tema yang di ambil oleh penulis adalah tentang kehidupan anak muda

yang anti kemapanan, penulis mengambil tema ini karena setelah peneliti

membaca novel, tokoh-tokoh yang terdapat di dalam novel tidak pernah

memikirkan masa depan mereka sedikitpun. mereka hanya memikirkan


apa yang ingin mereka lakukan sekarang, dan di pengaruhi oleh budaya

barat yang telah masuk pada saat itu dan menjadi trend di kalangan anak

muda.

7. Teori strukturalisme sastra merupakan sebuah teori untuk mendekati teks-

teks sastra yang menekankan keseluruhan relasi antara berbagai unsur

teks. Strukturalisme sebuah teori yang saling terkait antara hubungan

yang satu dengan yang lainnya.

5.2 Saran

Setelah membaca novel ini, begitu banyak unsur dalam novel Kaze No Uta Wo

Kike yang sangat menarik untuk dikaji lebih jauh. Sebab sejauh ini menurut

pengamatan penulis, masih minimnya penelitian di kalangan mahasiswa jurusan

sastra Jepang yang menggunakannya sebagai objek kajian.

Pengkajian ini hanya menguraikan sebagian hasil dari sejumlah persoalan yang

ada dalam cerita ini terkhusus pada karakter tokoh utama. Masih banyak persoalan-

persoalan lain yang menarik untuk dikaji dengan menggunakan pendekatan-

pendekatan lain misalnya sosiologi ataupun psikologi untuk mengkaji aspek-aspek

lain dalam novel ini. Oleh sebab itu penulis sangat berharap untuk masa-masa

mendatang semakin banyak teman-teman sastra Jepang yang berminat mengambil

novel Kaze No Uta Wo Kike ini sebagai bahan kajian.


DAFTAR PUSTAKA

Aswil, Kasmilasari. 2014. Analisis Penokohan dalam Novel Saga no Gabai Baachan
karya Yoshichi Shimada (Suatu Tinjauan Struktural). Universitas Hasanuddin:
Makassar.
Hima. 2010. Analisis Tokoh utama dalam Novel Dengarlah Nyanyian Angin karya
Haruki Murakami (suatu tinjauan structural). Universitas Hasanddin: Makassar
Kyousuke, Kindaichi. 1997. Kamus Shinmeikai Kokugo Jiten.
Nurgiyantoro, Burhan. 1998. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta: Gadja Mada
University Press.

Murakami, Haruki. 2008. Dengarlah Nyanyian Angin. Jakarta : Kepustakaan Populer.

村上, 春樹. 2004. 風の歌を聴け. Japan. Tokyo: Kodansha LTD.

Pradopo. Rachmat Djoko, dkk. 2001. Metodologi Penelitian Sastra. PT. Hanindita
Graha Widya:Yogyakarta.

Syuropati, Muhammad A. Teori Sastra Kontemporer dan 13 Tokohnya.


Yogyakarta : In Azna Books.

Semi, Atar. 1988. Anatomi Sastra. Angkasa Raya: Jakarta.

Yasa. I Nyoman, SPd, MA. 2012. Teori Sastra dan Penerapannya. Karya Putra
Darwati: Bandung.

Yunita. 2009. Konflik Cinta dalam Novel Norwegian Wood karya Haruki
Murakami (Suatu Tinjauan Struktural). Universitas Hasanuddin: Makassar.

Sumber dari internet

http://www.pengertianku.net/2015/06/pengertian-alur-dan-macamnya-serta
unsurnya.html.

http://www.rifanfajrin.com/2016/03/pengertian-tokoh-dan-jenis-jenis tokoh.html

BIOGRAFI PENGARANG
Haruki Murakami ( 村 上 春 樹 ) lahir di Kyoto, Jepang, 12 Januari 1949

merupakan penulis best-seller Jepang. Karyanya dalam tulisan fiksi dan non-fiksi

telah menerima banyak klaim kritikus serta sejumlah penghargaan, baik di Jepang

maupun di luar negeri, termasuk pada World Fantasy Award (2006) dan Frank

O'Connor International Short Story Award (2006), sedang seluruh karyanya

mendapatkan pernghargaan pada Franz Kafka Prize (2006) dan Jerusalem Prize

(2009). Murakami juga telah menerjemahkan sejumlah karyanya dalam bahasa

Inggris. Karya-karya pentingnya seperti A Wild Sheep Chase (1982), Norwegian

Wood (1987), The Wind-Up Bird Chronicle (1994-1995), Kafka on the Shore (2002),

dan 1Q84 (2009–2010). Karya fiksi Murakami, sering dikritik oleh Badang Literatur

Jepang, sebagai karya yang surealistik dan nihilistik, yang ditandai dengan cara

pembawaan Kafkaesque dengan tema kesendirian dan pengasingan. Haruki

Murakami dipandang sebagai orang penting dalam literature modern. Steven Poole

dari The Guardian memuji Murakami sebagai "di antara novelis hidup terbaik dunia"

untuk karya serta pencapaiannya.

Murakami lahir di Jepang saat angka kelahiran meningkat pesat setelah

Perang Dunia ke-dua. Walaupun Murakami lahir di Kyoto, dia telah menghabiskan

kehidupan masa mudanya di Shukugawa (Nishinomiya), ''Ashiya'' dan Kobe Ayahnya

merupakan anak dari imam Budha, dan ibunya merupakan anak dari pedagang

di Osaka.Kedua orang tuanya mempelajari literatur Jepang.


Sejak kecil, Murakami telah sangat terpengaruh dengan budaya Barat, khususnya

literatur dan musik Barat. Dia tumbuh dengan membaca berbagai karya penulis

Amerika, seperti Kurt Vonnegut, Richard Brautigan dan Jack Kerouac. Pengaruh

budaya Barat ini yang membedakan Murakami dengan penulis-penulis Jepang

lainnya.

Murakami mulai menulis fiksi sejak berumur 29 tahun. Haruki Murakami

belum pernah menulis apapun, Haruki Murakami hanya orang biasa dan menjalankan

bisnis club jazz, Haruki Murakami terinspirasi menulis novel pertamanya, Hear the

Wind Sing (1979), ketika sedang menonton permainan baseball. Pada tahun 1978,

Murakami sedang berada di Stadium Jingu menonton pertandingan antara Yakult

Swallows dan Hiroshima Carp ketika Dave Hilton, pemain baseball asal Amerika,

memukul bola. Berdasarkan cerita yang sering diceritakan, saat Hilton memukul

double secara cepat, Murakami secara langsung menyadari bahwa dia dapat menulis

novel. Dia pulang kerumah dan mulai menulis pada malam harinya. Murakami

menulis Hear the Wind Sing selama beberapa bulan setelah beberapa goresan di bar.

Dia menyelesaikan novel pertamanya dan mengirim novel tersebut hanya pada kontes

literatur, lalu menang dengan juara pertama. Kesukesan pertama Murakami

dengan Hear the Wind mendorongnya untuk kembali menulis. Satu tahun kemudian,

dia menerbitkan sekuel, Pinball, 1973. Pada tahun 1982, dia menerbitkan A Wild

Sheep Chase, kembali menuai keberhasilan. Hear the Wind Sing, Pinball,

1973, dan A Wild Sheep Chase dari Trilogy of the Rat (sekuel, Dance, Dance, Dance,
ditulis kemudian namun tidak dianggap bagian dari serial), berpusat pada satu narator

yang tak bernama dan temannya, "the Rat." Dua novel pertamanya tidak

diterjemahkan pada penerbit Bahasa Inggris di luar Jepang, di mana edisi Bahasa

Inggrisnya, diterjemahkan oleh Alfred Birnbaum dengan catatan ekstensif, diterbitkan

oleh Kodansha sebagai bagian dari serial yang ditujukan bagi mahasiswa Jepang

untuk pelajaran Bahasa Inggris. Murakami menganggap dua novel pertamanya

"lemah", dan belum bersemangat untuk menerjemahkan ke dalam Bahasa Inggris. A

Wild Sheep Chase, merupakan "buku pertama di mana saya dapat merasakan

semacam sensasi, rasa senang menuliskan cerita. Ketika kamu membaca cerita bagus,

kamu terus membacanya. Ketika saya menulis cerita bagus, saya terus membacanya."

Haruki Murakami dipengaruhi dengan penulis barat, tidak seperti penulis-penulis

Jepang yang lainnya. Walaupun dia juga mencoba untuk menyajikan warisan Jepang

dalam setiap bukunya. Setiap tulisannya menggunakan narative orang-pertama untuk

menolong pembaca mengerti masalah yang dihadapi oleh proantagonis. Dia

mengatakan itu karena keluarga berperan penting dalam literatur tradisional Jepang,

setiap karakter utama yang mandiri menjadi manusia yang menghargai kebebasan dan

kesendirian melebihi keakraban. Murakami juga dikenal memiliki humor yang unik,

seperti yang terlihat pada koleksi cerita pendeknya di tahun 2000, After the

Quake. Pada cerita "Superfrog Saves Tokyo", tokoh utama berhadapan dengan katak

dengan tinggi 6 kaki yang berbicara tentang kehancuran Tokyo karena secangkir teh.

Meskipun kita dimabukkan dengan ceritanya, Murakami merasa bahwa pembaca


harus dihibur setelah keseriusan subjek selesai. Sifat khas cerita Murakami lain yang

paling diingat ialah komentar yang datang dari karakter utama sebagaimana anehnya

cerita menunjukkan dirinya sendiri. Murakami menjelaskan bahwa setiap pengalaman

karakter sebagaimana pengalamannya ketika menulis, yang dapat dibandingkan

dengan film di mana dinding dan barang-barangnya palsu. Banyak sekali judul dan

tema novelnya diambil dari musik klasik, seperti tiga buku yang membuat The Wind-

Up Bird Chronicle: The Thieving Magpie (berasal dari opera Rossini), Bird as

Prophet (berasal dari judul piano Robert Schumann yang biasa dikenal sebagai The

Prophet Bird), dan The Bird-Catcher (karakter dari opera Mozart The Magic Flute).

Beberapa dari novelnya mengambil judul dari lagu: Dance, Dance, Dance (berasal

dari The Dells' 1967 lagu B-side, walaupun sering diberi judul dengan Beach Boys'

1964tune), Norwegian Wood (berasal dari lagu The Beatle) dan South of the Border,

West of the Sun (berasal dari lagu "South of the Border").


SINOPSIS

Aku adalah seorang mahasiswa sebuah perguruan tinggi di Tokyo dan

mengambil jurusan biologi. Suatu ketika dia berlibur di kota tempat tinggalnya di

sebuah kota pelabuhan. Liburannya dimulai pada tanggal 8 Agustus 1970 dan

berakhir pada 26 Agustus 1970. Aku juga sangat terobsesi dengan pengarang

Amerika yang mati bunuh diri. Pertama dengan Nezumi dan Kedua, dengan seorang

gadis yang jari tangan kirinya hanya berjumlah empat. Selama liburan kurang lebih

delapan belas hari, ia menjalani liburan musim panas mereka yang kurang

menyenangkan karena hanya diisi dengan minum-minuman keras, ke bar, dan ke

pantai, tidak ada yang begitu istimewa dan begitu membosankan.

Nezumi adalah seorang pemuda yang terlahir dari anak yang kaya tapi tidak

menyukai orang-orang kaya. Nezumi juga tidak suka membaca buku tetapi bercita-

cita menjadi seorang penulis novel. Tokoh Aku dan Nezumi bertemu pada saat

pertama kali mereka memasuki perguruan tinggi. Saar itu mereka dalam keadaan

mabuk yang sedang mengendarai Fiat hitam 600 dan mengalami kecelakaan. Namun

mereka berdua selamat, Setelah peristiwa kecelakan itu mereka pergi ke pantai dan

berbincang-bincang saat itulah mereka saling akrab satu sama lain.

Tokoh Aku bertemu dengan gadis berjari empat di sebuah bar. Ia

menemukannya dalam keadaan pingsan di toilet karena meminum alkohol terlalu


banyak sehingga dia mabuk berat. Ia kemudian mencari alamat gadis itu di tas gadis

yang ia temukan di toilet bar lantas memulangkannya ke rumah gadis itu sendiri.

Esoknya gadis ini marah karena menemukan dirinya dan Aku dalam keadaan

telanjang. Gadis ini mengira tokoh Aku telah menidurinya saat gadis itu tak sadarkan

diri. Kemudian Aku menjelaskan kejadian yang sebenarnya agar gadis ini tidak salah

paham terhadap Aku. Kemudian hubungan mereka membaik setelah gadis ini

menelepon Aku dan mulai mengajaknya makan dan jalan-jalan. Suatu ketika gadis ini

memberitukan kepada Aku kalau dia akan berpergian. Tak lama kemudian gadis ini

mengakui bahwa dia sebenarnya tidak berpergian tetapi menjalani aborsi sehingga dia

membutuhkan beberapa waktu untuk berpisah dengan Aku.

Disaat Aku beranjak usia dua puluh sembilan ia mendapati banyak perubahan

besar pada masa lalunya. Nezumi sekarang menjadi seorang penulis novel, Jay sang

pemilik Jay’s Bar membuat bar-nya menjadi lebih cantik setelah tempatnya

mengalami pelebaran jalan. Gadis berjari empat tak tahu kemana ribanya. Beberapa

tahun kemudian Aku pergi ke Amerika untuk Melakukan perjalanan pendek yang

hanya bertujuan untuk mengunjungi makam penulis yang ia kagumi yaitu makam

Derek Heardfield. Setelah melakukan pendek dan berputar-putar mencari makam

Derek heardfield akhirnya ia menemukannya. Setelah ia berada di makam tersebut

Aku meletakkan bunga mawar yang diambil sekitar makam, dimakam derek heardfiel

Aku menungkapkan tangan dan merokok, dan selama beberapa jam ia hanya duduk

dan mendengarkan nyanyian burung gereja.

Anda mungkin juga menyukai